Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu Untuk Pembuatan Briket Arang dalam Mengurangi Pencemaran Lingkungan di Nanggroe Aceh Darussalam

(1)

PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU

UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG

DALAM MENGURANGI PENCEMARAN LINGKUNGAN

DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

T E S I S

OLEH SAMSUL BAHRI

057004019/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007


(2)

DALAM MENGURANGI PENCEMARAN LINGKUNGAN

DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

T E S I S

Untuk memperoleh Gelar Magister Sains

Dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAMSUL BAHRI 057004019/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007


(3)

Tanggal : 23 Juli 2007

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D Anggota : 1. Dr. Retno Widhiastuti, MS

2. Drs. Chairuddin, M.Sc 3. Drs. M. Syukur, MS 4. Ir. Syamsinar Yusuf, MS


(4)

ACEH DARUSSALAM

Nama : SAMSUL BAHRI

Nomor Pokok : 057004019

Program Studi : PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN

LINGKUNGAN

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D) Ketua

(Dr. Retno Widhiastuti, MS) (Drs. Chairuddin, M.Sc)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc) NIP. 131 694 639 NIP. 130 535 852


(5)

i

ABSTRAK

Hutan merupakan anugerah Allah SWT sebagai salah satu sumber kekayaan alam penghasil kayu dan non kayu yang sangat dibutuhkan manusia dalam bentuk papan dan hasil ikutan lainnya. Seiring dengan berkembangnya zaman dan bertambahnya jumlah penduduk kebutuhan akan kayu makin meningkat

Peranan industri kehutanan dalam memenuhi kebutuhan akan kayu memegang peran penting. Namun dengan bertambahnya jumlah industri pengolahan kayu di ikuti dengan meningkatnya volume limbah kayu setiap tahunnya mulai menimbulkan permasalahan karena mulai mencemari lingkungan dan mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar pabrik.

Potensi limbah kayu yang begitu besar sangat cocok untuk dimanfaatkan menjadi energi alternatif biomassa dalam bentuk briket arang dalam upaya mengurangi ketergantungan akan minyak tanah dan kayu bakar.

Limbah serbuk gergajian kayu dan limbah potongan kayu BJ (berat jenis) tinggi dilakukan pengarangan untuk mendapatkan arang selanjutnya dilakukan pencampuran dengan 5 perbandingan yaitu 100%, 70+30%, 50%+50%, 30%+70% dan 10%+90%. Konsentrasi perekat tapioka 5% dari bahan baku dengan Tekanan kempa sebesar 5 ton.

Briket arang yang berasal dari limbah kayu yang beragam jenis tersebut perlu dilakukan uji sifat fisis dan kimia agar dapat memberikan nilai tambah terutama dari segi nilai kalor (panas).

Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa briket yang berasal dari limbah industri penggergajian sangat cocok untuk dijadikan sebagai energi biomassa alternatif dan hampir memenuhi kriteria briket arang buatan Jepang, Inggris dan Amerika.

Briket arang sangat layak untuk dikembangkan sebagai energi alternatif dimana dengan adanya dukungan bahan baku yang sangat berlimpah. Dengan pemanfaatan limbah dari industri pengolahan kayu tersebut diharapkan pencemaran sungai akibat pembuangan limbah ke badan sungai serta pelepasan gas CO2 akibat

pembakaran limbah sudah bisa ditekan.

Kata kunci : Pemanfaatan limbah industri pengolahan kayu, Briket arang, Pencemaran lingkungan


(6)

ii

and non-wood materials needed by human beings hi the form of wood plank and the other downstream product. In line with the increasing number of population, the need for wood is also increasing.

Forestry industry plays an important role hi meeting the need for wood. But, the increasing number of timber processing industries and the volume of timber waste every year begin to create problems because they begin to pollute their environment and disturb the comfort of community living around the factories.

The big potential of timber waste is very appropriate to be used as alternative biomass energy in the form charcoal briquette as an attempt to minimize our dependence on kerosene and firewood.

Sawdust and the small unused sawn timber high gravity were carbonized to make charcoal and then the mixing was done with 5 (five) kinds of proportions namely 100%, 70% + 30%, 50% + 50%, 30% + 70% and 10% + 90%. The concentration of tapioca glue is 5% of the raw material used with the pressure of 5 tons.

Charcoal briquette made of the waste of various timber processed needs to undergo physical and chemical tests so it can give a value-added especially of its heat value.

The result of the laboratory test done reveals that the charcoal briquette made of sawdust is very appropriate as alternative biomass energy and almost meets the criteria of the charcoal briquette made in Japan, the UK and the USA.

With an abundant raw material support, charcoal briquette is suitable to be developed as alternative energy. With the use of the waste of timber processing industry, it is expected that the impact of waste disposal into rivers and the dismissal of CO2 resulted from burning can be minimized.

Key words : Waste of Timber Processing Industry, Charcoal Briquette, Environmental Pollution.


(7)

iii Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadhirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Selanjutnya shalawat beriring salam penulis sampaikan keharibaan junjungan alam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa dan menuntun umat manusia dari alam kebodohan kepada alam yang penuh peradaban dan berilmu pengetahuan.

Adapun penelitian ini dengan judul “Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu untuk pembuatan Briket Arang dalam mengurangi Pencemaran Lingkungan di Nanggroe Aceh Darussalam”, disusun dalam rangka untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

• Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D ; Ibu Dr. Retno Widhiastuti, MS dan Bapak Drs. Chairuddin M.Sc selaku komisi pembimbing. Kepada Bapak Drs. M. Syukur MS dan Ibu Ir. Syamsinar Yusuf, MS selaku dosen penguji yang telah membimbing penulis dalam penyusunan tesis.

• Bapak Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS selaku Ketua Program Studi Magister dan Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan dan Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Sekretaris Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan yang telah mengarahkan penulis bagi kesempurnaan penulisan tesis ini.

• Bapak Amir Fuadi S.TP selaku yang mewakili Kepala Baristand Industri Banda Aceh, Bapak M. Yusuf Affan, Bapak Darmansyah dan Ibu Nurlela selaku staff teknis laboratorium yang telah membimbing dan membantu penulis dalam melakukan penelitian di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh.


(8)

iv

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan

• Bapak Ir. Eddy Sofyan selaku Kepala dinas dan Bapak Ir. Basri Husen selaku mantan Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Aceh Utara yang telah memberi dukungan kepada penulis

• Bapak Prof Dr. H. M. Hasballah Thaeb M.A dan Bapak Drs. H. Kertasih Suherman M.Ag yang telah memberi dukungan moril kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan S2 program Magister Sains PSL Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

• H. Mohammad Hasan, Hj. Cut Hasanah selaku Mertua, kepada kakanda Rosnani, Yati Herawati S.Sos, abangnda Iskandar SE, M.Si. dan Mohammad Hanafiah serta Cut Rosnita A.md selaku istri tercinta yang telah memberikan dukungan, semangat moril dan materil kepada penulis serta anak-anakku Mohammad Al-Farizi dan Mauliza Nabila sebagai tempat curahan hati dan pelipur lara dikala susah dan senang.

• T. Feldiazi Hanafiah SH; Maya Afriani SH dan Johan Agustian SH selaku staf administrasi Program Studi PSL, serta rekan-rekan Program Magister PSL Angkatan ’04, ’05 dan ’06 Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan disana-sini, oleh karena itu kritikan dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini bisa bermanfaat bagi masyarakat yang sangat membutuhkan energi yang murah dan ramah lingkungan. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Medan, 23 Juli 2007 Penulis,


(9)

v N a m a : Samsul Bahri

Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 16 Mei 1969

Alamat : Jl. Cilacap III No. 73 Komplek Perumahan PT. Arun NGL Lhokseumawe - NAD

Pendidikan :

a.) SD : SD Negeri 060802 (84) Medan. Tamat tahun 1982 b.) SMP : SMP Negeri 11 Medan. Tamat tahun 1985

c.) SMA : SMA Negeri 1 Samalanga Kabupaten Aceh Utara Tamat tahun 1988

d.) Strata-1 : Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan Yayasan Tgk. Chik Pante Kulu Darussalam-Banda Aceh. Tamat tahun 1998.

Pekerjaan : - Asisten Jagawana Muda (1998) pada Dinas Kehutanan Cabang I Kabupaten Aceh Besar.

- Asisten Jagawana Tk.I (2000) pada Dinas Kehutanan Cabang I Kabupaten Aceh Besar.

- Ajun Polhut Muda (2003) pada Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Aceh Utara.

- Ajun Polhut Muda Tk. I (2005) pada Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Aceh Utara.


(10)

vi

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Perumusan Masalah ... 6

3. Tujuan Penelitian ... 6

4. Hipotesis ... 6

5. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

1. Pengertian Limbah dan Limbah Kayu ... 9

2. Berbagai Macam Limbah Kayu ... 9

3. Jenis dan Komposisi Limbah Kayu pada Industri Kayu Lapis dan Industri Penggergajian ... 12

4. Potensi Limbah Kayu ... 13

5. Alternatif Pemanfaatan ... 15

a. Arang Serbuk dan Arang Bongkah ... 15

b. Arang Aktif ... 15

c. Energi ... 16

d. Soil Conditioning ... 17

e. Kompos dan Arang Kompos ... 18

f. Briket Arang ... 18


(11)

vii

8. Perekat Tapioka ... 23

9. Pengertian Briket Arang dan Proses Pembuatannya ... 24

10. Standar Kualitas ... 25

III. METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

3.2 Bahan dan Alat ... 27

a. Bahan ... 27

b. Alat ... 27

3.3 Metode Penelitian ... 28

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 29

a. Pengeringan bahan baku ... 30

b. Persiapan klin drum ... 30

c. Pengarangan ... 30

d. Pendinginan dan Penyortiran ... 30

e. Penggilingan dan Penyaringan ... 31

f. Persiapan Perekat ... 31

g. Pencampuran Perekat ... 31

h. Percetakan dan Pengempaan ... 32

i. Pengeringan ... 32

3.5 Analisis Laboratorium………... ... 32

A. Analisis Rendemen Arang yang dihasilkan ... 32

B. Pengujian dan Pengukuran ... 32

1. Sifat Fisis ... 33

a. Kerapatan ... 33

b. Keteguhan Tekan ……… ... 33

c. Analisis Nilai Kalor Bakar ………... 34

2. Sifat Kimia ... 34

a. Kadar Air ... 34

b. Analisis Kadar Zat Mudah Menguap ... 35

c. Kadar Abu ... 35

d. Kadar Karbon Terikat ... 36

3.6 Analisis Data……… ... 36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Hasil ... 37

1. Analisis Rendemen Arang ... 37

2. Analisis Sifat Fisis dan Kimia ... 38

B. Pembahasan ... 39

1. Proses Pengarangan ... 39


(12)

viii

b. Sifat Kimia ... 58

1. Kadar Air ... 58

2. Kadar Zat Menguap ... 62

3. Kadar Abu ... 65

4. Kadar Karbon Terikat ... 68

c. Aspek Analisis Ekonomi ... 71

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran – Saran ... 75

DAFTAR KEPUSTAKAAN ... 76


(13)

ix

No. Judul Halaman

1. Komposisi Limbah Kayu Industri Kayu Lapis ... .. 12

2. Komposisi Limbah Kayu Industri Penggergajian ... 12

3. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah ... 14

4. Produksi Kayu Bulat, Kayu Olahan dan Jumlah Limbah……… ... 14

5. Pengelompokkan Jenis Kayu Berdasarkan Berat Jenis sebagai Bahan Baku Briket Arang ... 22

6. Komposisi Kimia Pati ... 24

7. Hasil Analisa Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang buatan Inggris, Jepang, Amerika dan Indonesia ... 26

8. Perbandingan Penambahan Arang Serbuk Gergajian Kayu dengan Serbuk Arang Limbah Potongan Kayu BJ tinggi dalampembuatan Briket Arang ... 31

9. Data Rendemen Arang proses Karbonisasi ... 37

10. Persentase Rendemen Bersih serbuk arang proses penumbukan dan Penyaringan ... 37

11. Sifat Kimia arang serbuk gergajian kayu dan arang Limbah Potongan kayu BJ Tinggi ... 37

12. Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang dari campuran arang serbuk Gergajian kayu dengan arang serbuk potongan kayu BJ Tinggi ... 39

13. Analisis Uji Duncan terhadap Kerapatan ………... ... 45

14. Analisis Uji Duncan terhadap Nilai Keteguhan Tekan ……….... 49

15. Analisis Uji Duncan terhadap Nilai Kalor ………... 57

16. Analisis Uji Duncan terhadap Kadar Air ………... 60

17. Analisis Uji Duncan terhadap Kadar Zat Menguap ………... 64

18. Analisis Uji Duncan terhadap Kadar Abu ……….. ... 67


(14)

x

1. Kerangka Berpikir ... 8

2. Proses Terjadinya Limbah Kayu ... 11

3. Grafik Nilai Kerapatan pada setiap Perlakuan ... 43

4. Grafik Nilai Keteguhan Tekan pada setiap Perlakuan ... 48

5. Grafik Nilai Kalor pada setiap Perlakuan ... 56

6. Grafik Nilai Kadar Air pada setiap Perlakuan ... 59

7. Grafik Nilai Kadar Zat Menguap pada setiap Perlakuan ... 63

8. Grafik Nilai Kadar Abu pada setiap Perlakuan ... 66


(15)

xi

No. Lampiran Halaman 1. Data Hasil Pengujian Kerapatan dan Analisis Sidik Ragam Briket Arang

dari Serbuk Gergajian Kayu dengan Penambahan Limbah Potongan

Kayu BJ tinggi. ... 80

2. Data Hasil Pengujian Keteguhan Tekan dan Analisis Sidik Ragam Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu dengan Penambahan Limbah Potongan Kayu BJ tinggi. ... 81

3. Data Hasil Pengujian Nilai Kalor dan Analisis Sidik Ragam Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu dengan Penambahan Limbah Potongan Kayu BJ tinggi. ... 82

4. Data Hasil Pengujian Kadar Air dan Analisis Sidik Ragam Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu dengan Penambahan Limbah Potongan Kayu BJ tinggi. ... 83

5. Data Hasil Pengujian Kadar Zat Menguap dan Analisis Sidik Ragam Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu dengan Penambahan Limbah Potongan Kayu BJ tinggi. ... 84

6. Data Hasil Pengujian Kadar Abu dan Analisis Sidik Ragam Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu dengan Penambahan Limbah Potongan Kayu BJ tinggi. ... 85

7. Data Hasil Pengujian Kadar Karbon Terikat dan Analisis Sidik Ragam Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu dengan Penambahan Limbah Potongan Kayu BJ tinggi. ... 86

8. Skema (Flow Chart) Proses Pembuatan Briket dari Limbah Kayu…. ... 87

9. Proses Pembuatan Briket Arang dan Uji Laboratorium……… ... 88

10. Surat Keterangan Pemberitahuan Selesai Penelitian……… ... 91

11. Hasil Uji Laboratorium Sifat Fisis dan Kimia……… ... 92

12. Rekapitulasi Produksi Kayu Bulat Tahun 2005 Dinas Kehutanan Nanggroe Aceh Darussalam………. ... 93


(16)

xii


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hutan merupakan anugerah Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, dimana sebagai salah satu sumber kekayaan alam yang sangat potensial dan modal dasar bagi pembangunan nasional. Hutan juga berfungsi sebagai penyedia air, penyuplai oksigen, tempat tanaman obat dan tanaman hias dan habitat berbagai jenis flora dan fauna serta mengandung nilai estetika yang sangat tinggi. Oleh karena itu hutan harus dapat dimanfaatkan secara maksimal bagi kesejahteraan manusia dengan tetap menjaga kelangsungannya sebagaimana yang telah diamanatkan di dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945.

Salah satu manfaat hutan adalah sebagai penghasil kayu yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan papan dan bahan baku industri perkayuan (wooding) serta merupakan komoditi ekspor non migas yang cukup strategis dalam menambah devisa bagi negara Indonesia. Dalam memanfaatkan hasil hutan berupa kayu, pemerintah telah memberikan izin konsesi kepada perusahaan-perusahaan HPH, HPHTI, IPK dan BUMN kehutanan untuk mengeksploitasi dan mengelola secara profesional dengan tetap menjaga keseimbangan hutan itu sendiri.

Keberadaan dan peran industri hasil hutan utamanya kayu di Indonesia dewasa ini menghadapi tantangan yang cukup berat berkaitan dengan adanya ketimpangan antara kebutuhan bahan baku industri dengan kemampuan produksi


(18)

kayu secara berkesinambungan. Bila memperhatikan kondisi hutan alam sekarang ini yang makin menurun baik kualitas maupun luasnya berarti makin rusaknya kondisi hutan dan langkanya bahan baku kayu serta besarnya tantangan berbagai aspek khususnya di sektor kehutanan (lingkungan, ekolabel dan perdagangan karbon) maka perlu dilakukan perubahan mendasar dalam kebijakan pembangunan kehutanan, salah satunya dengan mengedepankan peran inovasi teknologi yang lebih berpihak kepada masyarakat khususnya industri kecil, meningkatkan efisiensi pengolahan hasil hutan serta memaksimalkan pemanfaatan kayu dan limbah biomassa yang mengarah kepada

zero waste (DEPHUTBUN, 2000).

Adapun aspek yang merupakan dampak dari kegiatan eksploitasi hutan adalah meningkatnya jumlah volume limbah kayu. Limbah kayu hasil eksploitasi hutan terjadi di tempat penebangan, di sepanjang jalan angkutan, di tempat pengumpulan dan di log pond (tempat penimbunan) dengan perkiraan jumlah 30% dari total kayu yang di tebang. Sementara limbah dari industri penggergajian (saw mill) berupa sebetan, potongan kayu, bagian yang cacat dan serbuk gergaji, sedangkan limbah untuk industri kayu lapis (plywood) berupa kulit kayu, empulur, bagian yang cacat/pecah, serpihan kayu, potongan pinggir dan serbuk gergaji.

Mengamati potensi limbah industri pengolahan kayu berdasarkan perbandingan output dan input serta mengacu hasil penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor, maka potensi limbah industri kayu lapis mencapai 60% sedangkan pada industri penggergajian berkisar 50,2% dari bahan baku yang diolah (DEPHUT. 1990).


(19)

Berdasarkan data tersebut diatas menunjukkan bahwa potensi limbah kayu cukup besar dan ternyata hanya sebahagian saja (35 - 49%) kayu yang dieksploitasi dapat digunakan secara maksimal dan selebihnya berupa limbah kayu. Melihat masih besarnya limbah yang dihasilkan dari industri pengolahan kayu setiap tahunnya dan apabila hal ini dibiarkan begitu saja tanpa ada pemanfaatan yang optimal dikhawatirkan limbah kayu tersebut dapat mencemari lingkungan sekitarnya.

Meningkatnya jumlah penduduk yang mengkonsumsi energi dalam kehidupan sehari-hari serta makin mahal dan berkurangnya pasokan energi fosil (BBM dan Gas) menjadikan masalah energi dewasa ini harus dihadapi oleh semua negara baik negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia.

Menurut Sartikasari (1995) dalam Masturin (2002) menjelaskan penggunaan energi yang paling dominan di Indonesia adalah sektor rumah tangga. Bahan bakar konvensional yang digunakan berupa bahan bakar minyak (BBM), kayu bakar, arang kayu dan gas. Sumber energi dari bahan-bahan yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable) seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam keberadaannya sangat terbatas dan akan terus mengalami penurunan sementara upaya untuk menemukan sumber energi baru sebagai cadangan tidaklah mudah dimana memerlukan biaya yang besar dan waktu yang relatif lama.

Keluarnya Peraturan Presiden No. 55 tahun 2005 yang mencabut sebahagian subsidi bahan bakar minyak mengakibatkan naiknya harga BBM mencapai 60 - 70% dan khusus untuk minyak tanah naik sampai 150%. Langkah pengurangan subsidi BBM ini disebabkan karena ketidakmampuan keuangan negara untuk menutupi


(20)

selisih harga BBM dipasaran internasional hingga menembus level US $ 70 per barrel (1 barrel = 159 liter). Kenaikan harga BBM dunia pada waktu itu diakibatkan dari tidak stabilnya suhu politik dunia khususnya di Timur Tengah sebagai kawasan

penyumbang 51% pasokan minyak dunia (Ditjen Migas DESDM, 2006). Kenaikan harga BBM menimbulkan gejolak demonstrasi penolakan didalam

negeri karena bisa mempengaruhi biaya produksi disemua sektor kehidupan, dimana meningkatnya harga kebutuhan pokok, naiknya biaya sektor transportasi umum dan jasa serta menurunnya daya beli masyarakat yang pada akhirnya berakibat meningkatnya angka kemiskinan. Langkah yang ditempuh oleh pemerintah dalam mengatasi problema ini dengan mensosialisasikan gerakan hemat energi untuk sektor rumah tangga , industri serta transportasi dan berusaha mengembangkan sumber-sumber energi alternatif yang mudah diperoleh, murah dan ramah lingkungan untuk dapat menunjang kebutuhan energi yang semakin meningkat.

Dengan semakin mahal dan langkanya BBM menyebabkan masyarakat berusaha mencari energi lain yang murah dan mudah didapat seperti kayu dan arang kayu. Menghadapi krisis bahan bakar saat ini, energi alternatif merupakan suatu solusi sebagai pengganti BBM yaitu dengan melakukan diversifikasi dan konservasi energi. Sejalan dengan upaya kita berusaha meningkatkan nilai tambah (value) hasil hutan dan menghemat penggunaan bahan baku kayu guna menjaga kelangsungan hutan serta mengurangi ketergantungan akan energi minyak tanah dan gas, maka perlu dipikirkan bagaimana memanfaatkan potensi limbah kayu sehingga menjadi barang yang mempunyai nilai jual ekonomis.


(21)

Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu untuk pembuatan Briket Arang dalam mengurangi Pencemaran Lingkungan di Nanggroe Aceh Darussalam”. Pada penelitian ini penulis berkonsentrasi pada limbah serbuk gergajian dan potongan kayu yang berasal dari industri penggergajian. Alasan penulis memilih bahan ini karena di Nanggroe Aceh Darussalam memiliki ratusan industri penggergajian kayu dengan menghasilkan limbah yang begitu besar sehingga tidak sulit untuk mendapatkan bahan baku untuk produksi briket arang.

Briket arang dari limbah industri penggergajian kayu merupakan salah satu energi biomassa alternatif yang dapat dikembangkan untuk mengatasi krisis energi khususnya sektor rumah tangga dan warung makanan. Haygreen dan Bowyer (1996) dalam Rustini (2004) mengemukakan bahwa sekarang ini dengan tingginya harga bahan bakar cair dan gas, kayu dan arang kayu merupakan sumber energi yang secara ekonomis menarik untuk industri produk-produk hutan.

Apabila limbah kayu tersebut dibuat menjadi briket arang yang dalam proses pembuatannya tidak memerlukan teknologi tinggi dan diperkirakan pemasarannya cukup cerah baik untuk lokal dan eksport bukan mustahil dari limbah ini akan diperoleh dana jutaan rupiah sehingga menjadi sumber ekonomi serta membuka lapangan pekerjaan yang sangat potensial dimasa sekarang dan masa depan. Disamping itu dengan pemanfaatan limbah kayu tersebut lingkungan akan terkendali dari faktor pembuangan limbah ke sungai maupun akibat pembakarannya yang mengganggu kesehatan warga yang tinggal disekitar industri kayu tersebut.


(22)

2. Perumusan Masalah

a. Meningkatnya jumlah volume limbah kayu industri penggergajian setiap tahunnya telah menimbulkan permasalahan di bidang lingkungan.

b. Untuk mengetahui apakah limbah kayu industri penggergajian dapat dimanfaatkan menjadi energi biomassa.

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui perlakuan briket arang terhadap sifat fisis dan kimia. b. Mengetahui karakteristik briket arang yang paling baik dari 5 perlakuan. c. Untuk mengetahui analisis ekonomi.

4. Hipotesis

Untuk melakukan penelitian kearah tersebut dikemukakan hipotesis :

a. Semakin tinggi komposisi serbuk arang potongan kayu Berat Jenis (BJ) tinggi akan meningkatkan nilai kalor bakar briket arang.

b. Perbandingan komposisi bahan baku akan berpengaruh kepada kualitas briket arang.

5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan nantinya bisa memberikan manfaat bagi rumah tangga, industri makanan dan minuman (Home Industry), industri batu bata,


(23)

warung-warung kopi dan nasi sehingga ketergantungan terhadap energi minyak tanah dan kayu bakar sudah bisa di imbangi oleh briket arang serta ikut mendukung program pemerintah dalam menggalakkan pemakaian energi alternatif. Disamping itu pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah kayu ke badan sungai dan pembakaran sudah bisa ditekan sehingga lingkungan diharapkan bisa terjaga.


(24)

SKEMA (FLOW CHART) KERANGKA BERFIKIR

Kebijaksanaan Pemerintah

Izin Ops HPH/IPK & BUMN

Industri Pengolahan Kayu

(Plywood & Saw mill)

Produk kayu olahan & jadi

Limbah kayu (pot. Kayu, serbuk

gergaji, dll)

Penghematan Konsumsi SDA (BBM)

Krisis Energi (BBM/gas)

Energi Alternatif

Batubara, panas bumi, angin, limbah biomassa, sinar surya &

pasang surut air laut

Limbah biomassa (limbah kayu, sekam padi, tandan sawit)

(Briket Arang) layak sebagai subsitusi minyak tanah

Limbah kayu sbgn. sdh dimanfaatkan (industri plywood

& pulp)

(industri penggergajian) limbah dibuang kesungai & dibakar (pencemaran

lingk. UU No 23Th. 1997


(25)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Limbah dan Limbah Kayu

Berdasarkan Undang-Undang Pokok Lingkungan Hidup (UUPLH) RI No. 23 Tahun 1997, yang dimaksud dengan limbah adalah : sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Sementara itu pengertian limbah kayu adalah : kayu sisa potongan dalam berbagai bentuk dan ukuran yang terpaksa harus dikorbankan dalam proses produksinya karena tidak dapat menghasilkan produk (output) yang bernilai tinggi dari segi ekonomi dengan tingkat teknologi pengolahan tertentu yang digunakan (DEPTAN, 1970).

Sunarso dan Simarmata (1980) dalam Iriawan (1993) menjelaskan bahwa limbah kayu adalah : sisa-sisa kayu atau bagian kayu yang dianggap tidak bernilai ekonomi lagi dalam proses tertentu, pada waktu tertentu dan tempat tertentu yang mungkin masih dimanfaatkan pada proses dan waktu yang berbeda.

2. Berbagai Macam Limbah Kayu

Berdasarkan asalnya limbah kayu dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Limbah kayu yang berasal dari daerah pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan antara lain berupa kayu yang tidak terbakar, akar, tunggak, dahan dan ranting.


(26)

b. Limbah kayu yang berasal dari daerah penebangan pada areal HPH dan IPK antara lain potongan kayu dengan berbagai bentuk dan ukuran, tunggak, kulit, ranting pohon yang berdiameter kecil dan tajuk dari pohon yang ditebang. c. Limbah hasil dari proses industri kayu lapis dan penggergajian berupa serbuk

kayu, potongan pinggir, serbuk pengamplasan, log end (hati kayu) dan veneer

(lembaran triplek).

Simarmata dan Haryono (1986) dalam Iriawan (1993) menyatakan bahwa limbah kayu dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :

1. Limbah kayu yang terjadi pada kegiatan eksploitasi hutan berupa pohon yang ditebang terdiri dari batang sampai bebas cabang, tunggak dan bagian diatas cabang pertama.

2. Limbah kayu yang berasal dari industri pengolahan kayu antara lain berupa lembaran veneer rusak, log end atau kayu penghara yang tidak berkualitas, sisa kupasan, potongan log, potongan lembaran veneer, serbuk gergajian, serbuk pengamplasan, sebetan, potongan ujung dari kayu gergajian dan kulit.

Proses terjadinya limbah kayu mulai dari penebangan di hutan sampai pada industri penggergajian kayu dapat di lihat pada gambar 2 berikut ini :


(27)

Penebangan

Pengkulitan

Pemotongan

dolok

Pembelahan pertama

Pembelahan

ulang

Perataan sisi

Pemotongan

Cabang, ranting, tunggak atau tajuk pohon

Kulit

Potongan dolok + Serbuk

Sebetan + Serbuk

Sebetan + Serbuk

Sebetan + Serbuk

Potongan + Serbuk

Penumpukan limbah atau

pembangkit energi

(DEPHUTBUN, 2000)


(28)

3. Jenis dan Komposisi Limbah Kayu pada Industri Kayu Lapis dan Industri Penggergajian

Sumadiwangsa dan Widarmana (1982) menyatakan bahwa jenis limbah kayu yang terjadi pada industri kayu lapis antara lain berupa dolok (log end), sisa kupasan (log core), sisa kupasan veneer, lembaran (veneer) yang rusak, sisa potongan pinggir kayu lapis, serbuk gergaji (saw dust)dan serbuk pengamplasan.

Sementara itu Rachman dan Suparman (1978) dalam Iriawan (1993) menyatakan limbah kayu pada industri penggergajian terdiri dari : serbuk gergaji, sebetan (slabs)dan potongan ujung.

Secara umum komposisi limbah kayu pada industri kayu lapis dan industri penggergajian diperlihatkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Komposisi Limbah Kayu Industri Kayu Lapis

Komponen Dalam Persen (%)

Potongan dolok Sisa kupasan veneer Serbuk gergaji Serbuk pengamplasan Sisa veneer

Potongan tepi kayu lapis

17,6 11,0 2,7 3,2 23,4 4,3

Jumlah 62,2

Sumber : Dinas Kehutanan NAD, 2006

Tabel 2. Komposisi Limbah Kayu Industri Penggergajian

Komponen Dalam Persen (%)

Serbuk gergaji Sebetan Potongan ujung 10,4 25,9 14,3

Jumlah 50,6


(29)

Dari tabel 1 dan 2 dapat disimpulkan ternyata kayu hasil (output) merupakan bagian kecil saja dari yang dieksploitasi dapat dipergunakan, sedangkan sisanya berupa limbah kayu.

4. Potensi Limbah Kayu

Di Indonesia ada 3 macam industri yang secara dominan mengkonsumsi kayu alam dalam jumlah relatif besar, yaitu: Industri kayu lapis, industri penggergajian dan industri Pulp/kertas. Sebegitu jauh limbah biomassa dari industri tersebut sebahagian telah dimanfaatkan kembali dalam proses pengolahannya sebagai bahan bakar guna memenuhi kebutuhan energi industri kayu lapis dan Pulp/kertas.

Hal yang menimbulkan permasalahan menurut Pari. G (2002) adalah limbah industri penggergajian yang kenyataannya dilapangan masih ada yang ditumpuk, sebagian besar dibuang ke aliran sungai mengakibatkan penyempitan alur dan pendangkalan sungai serta pencemaran air, bahkan ada yang dibakar secara langsung sehingga ikut menambah emisi gas karbon di atmosfir.

Data dari Departemen Kehutanan dan Perkebunan untuk tahun 1999/2000 menunjukkan bahwa produksi kayu lapis Indonesia mencapai 4,61 juta m³, sedangkan kayu gergajian mencapai 2,6 juta m³ per tahun. Dengan asumsi bahwa jumlah limbah kayu yang dihasilkan mencapai 61%, maka diperkirakan limbah kayu yang dihasilkan mencapai lebih dari 4 juta m³ (BPS. 2000).

Apabila hanya limbah industri penggergajian yang dihitung maka dihasilkan limbah sebanyak 1,4 juta m³ per tahun. Angka ini cukup besar karena mencapai


(30)

sekitar separuh dari produksi kayu gergajian. Produksi kayu gergajian dan perkiraan jumlah limbahnya dapat dilihat pada Tabel. 3

Tabel. 3 Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah

Tahun

Produksi Kayu Gergajian

(m3)

Produksi Limbah 50 %

(m3)

Serbuk Gergajian 15 % (m3)

Sebetan 25 % (m3)

Potongan Ujung, 10 %

(m3)

1994/1995 1.729.839 864.919,5 129.737,9 216.229,9 89.492,0

1995/1996 2.014.193 1.007.096 151.064,5 251.774,1 100.709,7

1996/1997 3.565.475 1.782.737 267.410,9 445.684,4 178.273,8

1997/1998 2.613.452 1.306.726 196.008,9 326.681,5 130.672,6

1998/1999 2.707.221 1.353.610 203.041,6 338.402,6 135.361,1

Sumber : Departemen Kehutanan (1998 / 1999) dalam Pari. G (2002)

Sementara itu untuk skala provinsi Nanggroe Aceh Darussalam data produksi kayu bulat, produksi kayu olahan dan jumlah volume limbah kayu yang dihasilkan untuk tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 4 dan Lampiran 12 dan 13.

Tabel. 4 Produksi Kayu Bulat, Kayu Olahan dan Jumlah Limbah

Tahun Produksi Kayu

Bulat (m3)

Produksi Kayu Olahan (m3)

Jumlah

Limbah (m3) %

2005 38.909,11 22.512,389 16.396.721 50,8 Sumber : Dinas Kehutanan NAD 2006

Dari data tersebut diatas menunjukkan bahwa potensi limbah kayu cukup besar dan ternyata hanya merupakan bagian prosentase kecil saja kayu yang dieksploitasi dapat digunakan secara maksimal dan selebihnya berupa limbah kayu.

Melihat masih besarnya limbah yang dihasilkan dari industri penggergajian kayu tersebut setiap tahunnya dan apabila dibiarkan begitu saja tanpa ada pemanfaatan secara efisien, dikhawatirkan limbah kayu tersebut dapat mencemari lingkungan sekitarnya.


(31)

5. Alternatif Pemanfaatan

Limbah kayu khususnya dari industri kayu lapis telah dimanfaatkan sebagai papan blok, papan partikel (particle board) maupun sebagai bahan bakar pemanas ketel uap. Adapun limbah dari industri penggergajian kayu pemanfaatannya belum optimal. Alternatif yang bisa dikembangkan untuk pemanfaatan limbah industri penggergajian kayu sebagai berikut :

a. Arang Serbuk dan Arang Bongkah

Khusus untuk pembuatan arang dari serbuk gergajian kayu, teknologi yang digunakan berbeda dengan cara pembuatan arang sistem timbun dan klin bata. Teknologi yang digunakan dengan konstruksi yang dibuat dari plat besi siku yang dapat dibongkar pasang (knock down) dan ditutup dengan seng lembar.

Dalam 1 hari (9 jam) dapat mengarangkan serbuk sebanyak 150 – 200 kg yang menghasilkan rendemen arang antara 20-24%. Arang serbuk gergajian yang dihasilkan dapat dibuat atau diolah lebih lanjut menjadi briket arang, arang aktif dan sebagai media semai tanaman.

b. Arang Aktif

Arang aktif adalah arang yang diolah lebih lanjut pada suhu tinggi sehingga pori-porinya terbuka dan dapat digunakan sebagai bahan adsorben. Proses pembuatannya dengan cara oksidasi gas pada suhu tinggi dan kombinasi antara cara kimia dengan menggunakan H3PO4 sebagai bahan pengaktif dan oksidasi gas.

Hasil penelitian Pari (1996) menyimpulkan bahwa arang aktif dari serbuk gergajian sengon yang dibuat secara kimia dapat digunakan untuk menarik logam


(32)

Zn, Fe, Mn, Cl, PO4 dan SO4 yang terdapat dalam air sumur yang terkontaminasi dan juga dapat digunakan untuk menjernihkan air limbah industri pulp/kertas. Arang aktif yang diaktivasi dengan bahan pengaktif NH4HCO3 menghasilkan arang aktif yang memenuhi standar Jepang dengan daya serap yodium lebih dari 1050 mg/g dan rendemen arang aktifnya sebesar 38,5% (Pari.1999).

c. Energi

Jenis limbah yang digunakan sebagai sumber energi dapat berupa potongan ujung, sisa pemotongan kupasan, serutan dan serbuk gergajian kayu yang kesemuanya digunakan untuk memanaskan ketel uap. Pada industri kayu lapis keperluan pemakaian bahan bakar untuk ketel uap sebesar 19,7% atau 40%.

Dari total limbah yang dihasilkan. Untuk industri pengeringan papan skala kecil proses pengeringan dilakukan secara langsung dengan membakar limbah sebetan atau potongan ujung, panas yang dihasilkan dengan bantuan blower dialirkan kedalam suatu ruangan yang berisi papan yang akan dikeringkan.

Hasil penelitian Nurhayati (1991) menyimpulkan bahwa untuk mengeringkan papan sengon sebanyak 10260 kg berat basah pada kadar air 161,04% menjadi 5220 kg papan pada kadar air 6,58% selama 6 hari menghabiskan limbah sebanyak 3433 kg. Teknologi lainnya adalah proses konversi kayu menjadi bahan bakar melalui proses glasifikasi fluidized bed yang menghasilkan nilai kalor gas sebesar 7,106 MJ/m³ dengan komposisi gas H2 = 5,6%, CO = 11,77%, CH4 = 4,34%, C2H6 = 0,21%, N2 = 57, 69 %, O2 = 0,40% dan CO2 =15,71%.


(33)

d. Soil Conditioning

Penggunaan arang baik yang berasal dari limbah eksploitasi maupun yang berasal dari industri pengolahan kayu untuk soil conditioning merupakan salah satu alternatif pemanfaatan arang selain sebagai sumber energi. Secara morfologis arang memiliki pori-pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara tanah.

Oleh sebab itu aplikasi arang pada lahan-lahan terutama lahan miskin hara dapat membangun dan meningkatkan kesuburan tanah, karena dapat menambah beberapa fungsi antara lain : sirkulasi udara dan air tanah, pH tanah, merangsang pembentukan spora endo dan ekto mikoriza dan menyerap kelebihan CO2 tanah, sehingga dapat meningkatkan produktifitas lahan dan hutan tanaman.

Hasil penelitian Gusmalina et.al (1999), menunjukkan bahwa pemberian arang dan arang aktif bambu sebagai campuran media tanam dapat meningkatkan persentase pertumbuhan baik pada tingkat semai maupun anakan (seedling) dari

Eucalyptus urophylla.

Pemberian arang serbuk gergaji dan arang serasah dapat meningkatkan pertumbuhan anakan Acacia mangium dan Eucalyptus citriodora lebih dari 30% dibanding tanpa pemberian arang, begitu juga pemberian arang dilapangan dapat meningkatkan diameter batang tanaman E. urophylla, sedangkan untuk tanaman pertanian seperti cabe (Capsicum annum) penambahan arang bambu sebanyak 5% dan arang sekam sebanyak 10% dapat meningkatkan persentase pertumbuhan tinggi tanaman menjadi 11%.


(34)

e. Kompos dan Arang Kompos

Serbuk gergaji merupakan salah satu limbah industri pengolahan kayu gergajian. Alternatif pemanfaatan dapat dijadikan kompos untuk pupuk tanaman. Hasil penelitian Komarayati (1996) menunjukkan bahwa pembuatan kompos serbuk gergaji kayu tusam (Pinus merkusii) dan serbuk gergaji kayu karet (Havea braziliensis) dengan menggunakan activator EM4 dan pupuk kandang menghasilkan kompos dengan nisbah C/N 19,94 dan rendemen 85% dalam waktu 4 bulan.

Selain itu Pasaribu (1987) juga memanfaatkan serbuk gergaji sengon (Paraserianthes falcataria) sebagai bahan baku kompos. Kompos yang dihasilkan mempunyai nisbah C/N 46,91 dengan rendemen 90% dalam waktu 35 hari.

f. Briket Arang

Briket arang adalah arang aktif hasil dari proses karbonisasi yang diolah lebih lanjut menjadi bentuk briket. Berdasarkan hasil penelitian Hartoyo et al (1978) menyimpulkan bahwa kualitas briket arang yang dihasilkan setaraf dengan briket arang buatan Inggris dan memenuhi persyaratan yang berlaku di Jepang karena menghasilkan kadar abu dan zat mudah menguap yang rendah serta tingginya kadar karbon terikat dan nilai kalor.

Briket arang dari serbuk gergajian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber energi alternatif sebagai pengganti minyak tanah dan kayu bakar, dengan sendirinya Indonesia akan terselamatkan CO2 sebanyak 3,5 juta ton sedangkan untuk dunia karena kebutuhan kayu bakar dan arang untuk tahun 2000 saja diperkirakan


(35)

sebanyak 1,70 x 109 m³ maka jumlah CO2 yang dapat dicegah pelepasannya sebanyak 6,07 x 109 ton CO2/th (Moriera, 1997).

6. Gambaran Umum Kualitas Arang Limbah Kayu

Kendatipun persyaratan kualitas arang berbeda menurut kegunaannya, secara umum menurut Ngindra (1983) dalam Marukan (1990) mengatakan bahwa arang kayu yang baik untuk bahan bakar mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Warna hitam dengan nyala kebiru-biruan b. Mengkilap pada pecahannya

c. Tidak mengotori tangan

d. Terbakar dengan tidak banyak asap e. Dapat menyala terus tanpa dikipasi f. Tidak terlalu cepat terbakar

g. Berdenting seperti logam

Penilaian kualitas arang kayu dilakukan berdasarkan ukuran dan sifat fisik, warna, bunyi nyala, kekerasan, berat jenis, nilai kalor, analisa kadar air, kadar abu, karbon terikat dan kadar zat mudah menguap.

7. Proses Pembuatan Arang Kayu (Karbonisasi)

Menurut Oey Djoen Seng (1964) dalam Holil (1980) pada kondisi pengarangan yang sama, kayu dengan berat jenis lebih tinggi akan menghasilkan


(36)

arang kayu yang lebih keras dan lebih berat pada setiap satuan volume daripada kayu dengan berat jenis yang lebih rendah.

Disamping itu dalam kondisi pengarangan yang sama kemampuan memberi panas dari kayu bakar kering udara tiap satuan volume sebanding dengan berat jenisnya, semakin berat kayu semakin tinggi pula nilai kalor bakarnya.

Pada proses pembuatan arang kayu sebagai bahan baku untuk briket arang diperlukan kayu yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Jenis kayu daun lebar yang mempunyai berat jenis, kepadatan dan kekerasan tinggi lebih disukai karena akan menghasilkan arang kayu yang lebih baik.

Untuk proses pengarangan kayu biasa secara singkat oleh Griffioen (1950) digambarkan sebagai berikut :

- 150 ºC sampai 200 ºC : Air didalam bahan baku dilepaskan bersama dengan gas CO dan CO2 dalam jumlah kecil. Bahan baku kayu baru mengandung 50% karbon.

- 200 ºC sampai 300 ºC : Pembentukan gas CO dan CO2 serta penyulingan terhadap asam asetat, asam format, dan methanol dimulai. Arang mulai berwarna coklat tua dan kandungan karbon mencapai 70%.

- 300 ºC sampai 400 ºC : Disamping pembentukan gas, dijumpai sejumlah kecil senyawa dari hidro karbon reaksi berjalan secara exothermic. Penyulingan asam asetat dan methanol terus terjadi dan sudah mulai terpisah TER yang


(37)

berwarna coklat. Arang mulai keras dan berwarna hitam dengan kandungan karbon mencapai 80%. - 400 ºC sampai 500 ºC : Gas terbentuk dalam jumlah besar, terutama terdiri

dari senyawa hidro karbon dengan molekul CO dan CO2, juga terpisah suatu TER yang berwarna gelap. Destilat lain hampir tidak terbentuk lagi. Kandungan karbon mencapai 85% dan arang sudah mulai berwarna hitam pekat agak keras.

- Diatas 500 ºC : Pembentukan TER diteruskan. Gas hidrogen semakin bertambah, terbentuknya kadar karbon mencapai 90%.

- Diatas 700 ºC : Secara praktis hanyalah terbentuk gas hidrogen. Disamping itu pula pengaruh berat jenis, kekeringan (kadar air bahan) dan suhu akhir pengarangan dapat menentukan hasil dan kualitas arang yang diperoleh.

Kayu yang mempunyai berat jenis tinggi memerlukan waktu pengarangan yang lebih lama dibandingkan dengan waktu pengarangan kayu yang mempunyai berat jenis lebih rendah. Adapun yang dimaksud dengan kayu yang mempunyai berat jenis tinggi yaitu kayu yang mempunyai berat jenis > 0,6 sedangkan kayu yang mempunyai berat jenis rendah yaitu kayu yang mempunyai berat jenis < 0,6.


(38)

Tabel. 5 Pengelompokan Jenis Kayu Berdasarkan Berat Jenis sebagai Bahan baku Briket Arang

No Jenis Kayu Nama Botani Berat Jenis

1. Meranti Batu (Parashorea aptera V. S1) BJ > 0,6 2. Kruing (Dipterocarpus convertus) BJ > 0,6 3. Semantok (Dipterocarpussp) BJ > 0,6 4. Kapur (Dryobalanops Sp V. S1) BJ > 0,6 5. Terentang (Compnosperma macrophylla Hook. f) BJ < 0,6 6. Rengas burung (Melanorhoea wallichii Hook. f) BJ < 0,6 7. Pulai (Alstonia pneumatophora Back) BJ < 0,6 8. Meranti Kunyit (Shorea macroptera Dyer) BJ < 0,6 Sumber : Departemen Kehutanan, 1992

Menurut Hicock dan Olson (1948) dalam Sudrajat (1982) mengemukakan bahwa pada garis besarnya ada 4 cara pembuatan arang kayu yaitu :

1. Proses karbonisasi dengan memasukkan udara dalam kayu 2. Proses karbonisasi dengan sirkulasi gas api terhadap massa kayu

3. Proses karbonisasi dengan pemanasan diluar tempat pembakaran arang kayu 4. Proses karbonisasi dalam tempat tertutup rapat dan kayu dimasukkan secara

teratur ke dalam ruang pemanasan.

Pembuatan arang kayu dengan cara pertama dan kedua umumnya disebut cara klin yang menghasilkan arang kayu sebagai hasil utamanya, sedangkan cara ketiga dan keempat umumnya disebut retort atau oven yang hasil utamanya berupa ter, alkohol, asam dan senyawa-senyawa organik lainnya, sedangkan arang kayu sebagai hasil sampingan. Untuk memproduksi arang kayu biasanya dipergunakan suhu akhir diatas 500 ºC.


(39)

Reynolds (1953) dalam Holil (1980) mengatakan bahwa perbandingan antara berat kayu yang dipergunakan sebagai bahan baku dan arang kayu yang dihasilkan bervariasi antara 4 : 1 sampai 8,5 : 1. Hal ini tergantung pada beberapa faktor yaitu : cara karbonisasi, kadar air kayu, tujuan penggunaan dari arang kayu serta persentase kulit yang terdapat dalam kayu.

8. Perekat Tapioka

Perekat tapioka umum digunakan sebagai bahan perekat pada briket arang, karena banyak terdapat dipasaran dan harganya relatif murah. Perekat ini dalam penggunaannya menimbulkan asap yang relatif sedikit jika dibandingkan bahan yang lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa briket arang dengan tepung kanji sebagai bahan perekat akan sedikit menurunkan nilai kalornya bila dibandingkan dengan nilai kalor kayu dalam bentuk aslinya (Sudrajat et al. 1994)

Kelemahan perekat tapioka ini yaitu mempunyai sifat tidak tahan terhadap kelembaban, hal ini disebabkan karena tapioka mempunyai sifat dapat menyerap air dari udara (Goutara dan Wijandi, 1975 dalam Rustini, 2004). Kadar perekat dalam briket tidak boleh terlalu tinggi karena dapat mengakibatkan penurunan mutu briket arang yang sering menimbulkan banyak asap. Kadar perekat yang digunakan umumnya tidak lebih dari 5%.


(40)

Tabel. 6 Komposisi Kimia Pati

Komposisi Jumlah (%)

Air 9 – 18

Proton 0,3 – 1,0

Lemak 0,1 – 0,4

Abu 0,1 – 0,8

Serat Kasar 81 – 89

Sumber : Kirk dan Othmer (1967) dalam Rustini (2004)

Menurut Hartoyo et al. (1978), menyatakan bahwa apabila ditinjau dari jenis perekat dapat dibedakan antara briket yang tidak atau kurang berasap dan yang banyak asap. Dengan demikian jenis perekat ini dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :

1. Jenis perekat yang tidak atau kurang asap, seperti : pati, dekstrin dan kanji. 2. Jenis perekat yang banyak asap seperti : ter, pitch dan molase.

Pemakaian jenis perekat seperti ter, pitch dan molase kurang cocok untuk pembuatan briket arang yang akan digunakan sebagai bahan bakar dalam rumah tangga.

9. Pengertian Briket Arang dan Proses Pembuatannya

Briket arang adalah : Arang aktif hasil dari proses karbonisasi pada suhu tertentu yang dipadatkan setelah melalui proses penumbukan menjadi serbuk arang, pencampuran bahan perekat dan pencetakan.


(41)

Bahan baku yang dipergunakan untuk pembuatan briket arang umumnya adalah arang kayu atau serbuk kayu yang diperoleh dari limbah penggergajian atau limbah lain industri perkayuan (Hartoyo etal. 1978).

Stamm dan Harris (1953) dalam Holil (1980), mengemukakan bahwa ada 4 cara pembuatan briket arang yaitu :

1. Pembuatan briket arang dari bagian-bagian kayu tanpa bahan perekat dengan diikuti proses karbonisasi dalam tekanan sedang

2. Pengempaan dan proses karbonisasi bagian-bagian kayu dilakukan secara serentak

3. Pengempaan campuran arang kayu dan bagian-bagian kayu disusul dengan proses karbonisasi

4. Pengempaan campuran arang kayu dan bahan perekat, disusul dengan pengeringan dan kadang-kadang dilakukan karbonisasi kembali

Pada garis besarnya pengolahan briket arang meliputi 4 tahap yaitu : 1. Persediaan pembuatan serbuk arang

2. Pembuatan bahan perekat

3. Pencampuran serbuk arang dengan bahan perekat 4. Pengempaan dan pengeringan

10. Standar Kualitas

Dalam rangka usaha mengembangkan pemakaian briket arang sebagai bahan bakar di Indonesia diperlukan suatu standar kualitas. Sebagai bahan perbandingan


(42)

digunakan briket arang buatan Inggris, Jepang dan Amerika. Standar kualitas arang dinegara tersebut berbeda-beda. Berikut ini merupakan hasil analisa sifat fisis, mekanis dan kimia briket arang dari ke 3 negara tersebut yang disajikan pada Tabel 7. Tabel. 7 Hasil Analisa Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang buatan Inggris,

Jepang, Amerika dan Indonesia

Briket Arang Jenis Analisa

Inggris Jepang Amerika Indonesia

Kadar Air (%) Kadar Abu (%)

Kadar Zat Mudah Menguap (%) Kadar Karbon Terikat (%) Kerapatan (gr / cm3)

Keteguhan Tekan (kg / cm2) Nilai Kalor Bakar (kal / gr)

3,59 8,26 16,41 75, 33 0, 84 12,70 7289

6 – 8 3 – 6 15 – 30 60 – 80 1 – 1,2 60 – 65 6000-7000

6,2 19 – 28

8,3 60 1 62 6230 7,57 16,14 5,51 78,35 0,4407 - 6814,11 Sumber : Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1994

Adapun sebagai bahan perbandingan dengan produk briket yang lain terhadap standar kualitas digunakan standarisasi dari produk briket batu bara yang telah ada diproduksi hasil kerja sama antara NEDO-METI (Jepang) dengan Departemen Energi Sumber Daya Mineral di Palimanan Jawa Barat tahun 2001.

Karakteristik Briket Batu Bara

Berat 0,7 ton/m³

Bentuk Silinder dan Kenari Ukuran 38 x 26 x 16 mm Kuat Tekan > 60 kg/cm² Nilai Kalor 5500 kal/gr Kadar Air 9 – 10% Kadar Abu 10 – 11% Kadar Belerang 0,6%

Pembakaran Suhu 400 – 700 ºC selama ± 2 jam/kg Emisi CO 1000 ppm

NOx 100 ppm SOx 250 ppm Sumber : Departemen ESDM, 2001.


(43)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dan Uji analisis dilakukan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dimulai tanggal 09 sampai dengan 20 April 2007.

3.2 Bahan dan Alat

a. Bahan yang digunakan

Sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah limbah dari proses penggergajian pada CV. WADAH JAYA, desa Blang Panyang Kota Lhokseumawe-NAD terdiri dari serbuk gergajian, potongan kayu Meranti merah (Shorea leiprosula

Miq), Kruing (Dipterocarpus convertus), dan Damar Laut (Dipterocarpus sp).

Sementara sebagai bahan perekat digunakan perekat tepung kanji yang mudah diperoleh dipasar-pasar tradisional.

b. Alat-alat yang digunakan

1. Gergaji

2. Timbangan digital 3. Drum pembakaran 4. Cawan Porselin


(44)

6. Gelas ukur 7. Kompor Listrik 8. Sarung tangan

9. Alat cetak briket diameter 8 cm 10.Mesin Tekan (Hidraulic Press) 11.Alat Pengering (Electric Oven) 12. Tanur Listrik (Bomb Calorimeter)

3.3 Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial dengan perbedaan komposisi bahan persentase arang serbuk gergajian kayu dengan arang potongan kayu BJ tinggi pada 5 taraf perlakuan yaitu :

1. (TO) 100% arang serbuk gergajian kayu

2. (T1) 70% arang serbuk gergajian kayu + 30% serbuk arang potongan kayu BJ tinggi

3. (T2) 50% arang serbuk gergajian kayu + 50% serbuk arang potongan kayu BJ tinggi

4. (T3) 30% arang serbuk gergajian kayu + 70% serbuk arang potongan kayu BJ tinggi

5. (T4) 10% arang serbuk gergajian kayu + 90% serbuk arang potongan kayu BJ tinggi


(45)

Konsentrasi perekat yang digunakan 5% dari total berat bahan baku briket arang sebesar 500 gram.

Banyaknya perlakuan adalah 5 dan masing-masing perlakuan dilakukan 3 kali ulangan. Model yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pada searah (Gomez, K and A. Gomez. 1995).

Model matematika yang digunakan sebagai berikut : Yij = µ + gi + ij

Keterangan : Yij = Angka pengamatan percobaan µ = Rata-rata pengamatan

gi = Efek perlakuan ke-i (i = 1,2,3,4,5 )

ij = Efek kesalahan percobaan pada perlakuan ke-i (i = 1,2,3,4,5) dan Ulangan ke-j (1,2,3)

Data diolah dengan sidik ragam yang bertujuan untuk melihat pengaruh perlakuan yang diberikan. Untuk mengetahui hubungan antara masing-masing perlakuan penambahan serbuk arang potongan kayu BJ tinggi dalam pembuatan briket arang dari arang serbuk gergajian kayu yang diberikan, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Duncan.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Tahapan prosedur kerja yang dilakukan dalam proses pembuatan briket arang ini adalah seperti dalam lampiran 8 dan lampiran 9, 9a dan 9b.


(46)

a. Pengeringan Bahan Baku

Serbuk gergajian dan potongan kayu terlebih dahulu dijemur dibawah sinar matahari sampai kering udara (kadar air 15-20%) dengan tujuan agar bahan baku mudah terbakar dan tidak banyak menghasilkan asap.

b. Persiapan klin drum (Hudaya et. al. 1990)

Klin drum sudah disiapkan untuk bahan baku sebelum proses pembakaran c. Pengarangan

Masing-masing bahan baku diarangkan secara terpisah dengan menggunakan klin drum. Selanjutnya bahan baku diatur hingga memenuhi drum, setelah penuh lalu disiram sedikit dengan minyak tanah sebagai pemancing untuk proses pembakaran. Apabila bahan baku sudah terbakar merata kemudian segera tutup drum tersebut rapat-rapat agar kayu atau serbuk tidak terbakar menjadi abu dan api yang ada didalam secara perlahan akan mati.

d. Pendinginan dan Penyortiran

Setelah lubang drum ditutup, biarkan klin drum menjadi dingin. Proses pendinginan berlangsung selama 6 jam. Lalu tutup klin drum dapat dibuka dan arang/serbuk arang dikeluarkan untuk dipisahkan dari abu. Arang/serbuk yang sudah dingin selanjutnya dikemas dalam karung plastik, kemudian dilakukan penimbangan untuk mendapatkan rendemen berat bersih.


(47)

e. Penggilingan dan Penyaringan

Arang dan serbuk lalu ditumbuk dalam cawan kemudian disaring, arang serbuk gergajian disaring dengan ukuran 20 mesh sedangkan serbuk arang kayu disaring dengan ukuran lolos 35 mesh.

f. Persiapan Perekat

Tapioka ditimbang sebanyak 25 gram, lalu dicampur dengan air 250 ml dalam gelas bejana sambil dipanaskan diatas kompor (heater), aduk secara perlahan agar tidak terjadi penggumpalan. Perekat kanji ini disiapkan untuk dicampur dengan serbuk arang. Perbandingan konsentrasi kanji dan air 1 : 10.

g. Pencampuran Perekat

Arang hasil penyaringan seberat 500 gram kemudian dicampur dengan perekat kanji sebanyak 5% dari berat serbuk arang, pengadukan harus merata.

Proses pembuatan briket arang dalam penelitian ini terdiri dari 5 perbandingan penambahan berat (dalam bentuk serbuk arang) dapat dilihat pada Tabel. 8.

Tabel. 8 Perbandingan penambahan arang serbuk gergajian kayu dengan arang serbuk potongan kayu BJ tinggi dalam pembuatan briket arang.

Perlakuan Komposisi Bahan

To 100 % (100 % arang serbuk gergajian kayu) T1

T2

70 % + 30 % (70 % arang serbuk gergajian kayu + 30 % arang serbuk limbah potongan kayu BJ tinggi)

50 % + 50 % (50 % arang serbuk gergajian kayu + 50 % arang serbuk limbah potongan kayu BJ tinggi)

T3 30 % + 70 % (30 % arang serbuk gergajian kayu + 70 % arang serbuk limbah potongan kayu BJ tinggi)

T4 10 % + 90 % (10 % arang serbuk gergajian kayu + 90 % arang serbuk limbah potongan kayu BJ tinggi)


(48)

h. Pencetakan dan Pengempaan

Hasil adonan tersebut selanjutnya dimasukkan dalam cetakan dan dilakukan pengempaan sistem hidraulik dengan besar tekanan 5 ton.

i. Pengeringan

Briket arang yang keluar dari cetakan masih basah kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 60 ºC selama 24 jam. Setelah keluar dari oven dilakukan pengemasan dalam kantong plastik dan ditutup rapat untuk menjaga agar briket tetap dalam keadaan kering. Kemudian briket diuji sifat fisis dan kimianya. Sifat fisis yang diuji meliputi kerapatan dan kuat tekan sedangkan sifat kimia terdiri dari : kadar air, kadar zat menguap, kadar abu, kadar karbon terikat dan nilai kalor.

3.5 Analisis Laboratorium

A. Analisis Rendeman Arang yang dihasilkan (BPPHH. 1990)

Arang yang telah kering dan bersih ditimbang hingga bobotnya tetap. Kemudian dihitung rendeman arangnya melalui persamaan sebagai berikut :

Rendeman ( % ) =

Bahan Berat

Arang Berat

x 100 %

B. Pengujian dan Pengukuran

Untuk menilai kualitas briket arang yang memenuhi standar yang diinginkan perlu dilakukan pengujian dan pengukuran secara fisis, mekanis dan kimia terhadap


(49)

briket arang yang meliputi : kerapatan, keteguhan tekan, analisa kadar air, kadar zat mudah menguap, kadar abu, kadar karbon terikat dan analisa nilai kalor bakar.

Pengujian dan pengukuran yang dilakukan disesuaikan dengan ASTM standar (ASTM, 1969) part 8 dan part 26 serta prosedur yang biasa dilakukan oleh Lembaga Penelitian Hasil Hutan Bogor.

1. Sifat Fisis

a. Kerapatan.

Kerapatan dinyatakan dalam hasil perbandingan antara berat dan volume briket arang, dinyatakan dengan rumus menurut (ASTM. 1969) sebagai berikut :

Kerapatan =

) (

) (

3

cm Volume

gram Berat

b. Keteguhan Tekan

Briket arang mempunyai keteguhan tekan terhadap beban yang diberikan. Pengukuran keteguhan ini dilakukan dengan alat tekan hidraulik. Keteguhan tekan dinyatakan dalam Kg /cm2 dengan rumus menurut (ASTM.1969) sebagai berikut :

Keteguhan Tekan =

L D 3,14

P 2.

× ×

P = Beban penekanan yang diberikan ( kg ) D = Garis tengah briket arang ( cm ) L = Tinggi briket arang ( cm )


(50)

c. Analisis Nilai Kalor Bakar

Nilai kalor bakar dihitung berdasarkan banyaknya kalor yang dilepaskan sama dengan banyaknya kalor yang diserap, dinyatakan dalam cal/ gram dengan rumus menurut (ASTM. 1969) sebagai berikut :

Nilai Kalor Bakar (kal / gr) =

A t ) (t

W 21

- B dimana :

W = Nilai air dari alat kalori meter (cal / oC) t2 = Suhu setelah pembakaran ( oC )

t1 = Suhu mula-mula ( oC )

A = Berat contoh yang terbakar (gram)

B = Koreksi panas pada kawat besi (kal / gram)

2. Sifat Kimia

a. Kadar Air

Pada prinsipnya bahwa kadar air adalah menguapkan bagian air bebas yang terdapat dalam briket sampai tercapai keseimbangan kadar air dengan udara sekitarnya, caranya sebagai berikut : briket arang ditimbang 10 gram, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 110ºC sekitar 2 jam. Kemudian didinginkan dan diperhitungkan kadar airnya. Menurut (ASTM. 1969) rumus kadar air :

Kadar Air( % ) = a

b a

x 100 %,dimana :

a = Berat briket mula-mula sebelum dikeringkan (gr) b = Berat briket setelah dikeringkan (gr)


(51)

b. Analisis kadar Zat Mudah Menguap

Kadar zat mudah mengupa diperoleh dengan cara menguapkan seluruh zat mudah menguap (Volatile matter) dalam serbuk briket arang selain air. Cawan porselin yang berisi contoh briket arang dari penentuan kadar air ditimbang sebanyak 5 gram dan dipanaskan dalam tanur listrik pada suhu 800 – 900 oC selama 15 menit.Lalu briket didinginkan dalam eksikator, kemudian ditimbang. Kadar zat menguap dinyatakan dalam % dengan rumus menurut (ASTM. 1969) :

Volatile matter ( % ) = a

b a

x 100 % - c, dimana :

a = Berat briket arang mula-mula (gr)

b = Berat briket arang sesudah dipanaskan (gr) c = Kadar air ( % ).

c. Kadar Abu

Abu dalam briket arang terdiri dari mineral-mineral yang tidak dapt hilang atau menguap pada proses pengabuan. Cawan porselin yang berisikan contoh briket arang 5 gram dari penentuan kadar zat mudah menguap ditempatkan dalam tanur listrik pada suhu 600 oC selama 6 jam sampai bobotnya tetap, kemudian didinginkan dalam eksikator dan selanjutnya ditimbang. Kadar abu dinyatakan dalam persen dengan rumus menurut (ASTM. 1969) sebagai berikut :

Kadar Abu ( % ) =

tanur kering briket contoh Berat

contoh sisa

Berat


(52)

d. Kadar Karbon Terikat

Karbon terikat adalah fraksi karbon (C) dalam briket arang selain dari fraksi air, zat mudah menguap dan abu. Kadar karbon terikat dinyatakan dalam persen dengan rumus menurut (ASTM. 1969) sebagai berikut :

Fixed Carbon ( % ) = (100 – kadar zat mudah menguap – kadar abu) %

3.6 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan Anova dengan Uji Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial


(53)

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Dari hasil penelitian terhadap analisa rendemen arang, sifat fisis dan kimia proses pembuatan briket arang akan diuraikan dalam bab ini.

1. Analisis Rendemen Arang.

Proses pengarangan serbuk gergajian kayu menggunakan kiln semi kontinyu dan proses pengarangan limbah potongan kayu menggunakan kiln drum. Data rendemen arang disajikan pada Tabel 9, dan hasil perhitungan persentase serbuk arang yang dihasilkan terhadap proses penumbukan dan penyaringan ditunjukkan pada Tabel 10.

Tabel. 9 Data Rendemen Arang proses karbonisasi

No. Bahan Baku Rendemen (%)

1. Limbah potongan kayu 34,37 - 39,20 2. Serbuk gergajian kayu 24,75 - 30,16


(54)

Tabel. 10 Persentase Rendemen bersih serbuk arang proses penumbukan dan penyaringan

No. Bahan Baku Rendemen (%)

1 Limbah potongan kayu 50,7

2 Serbuk gergajian kayu 44,5

2. Analisis Sifat Fisis dan Kimia

Hasil pengujian terhadap sifat kimia dari arang limbah potongan kayu dan arang serbuk gergajian kayu disajikan pada Tabel. 11 sementara pada Tabel. 12 menunjukkan hasil pengujian dari sifat fisis dan kimia briket arang dari campuran serbuk arang limbah potongan kayu berat jenis tinggi dengan serbuk arang gergajian kayu dengan 3 (tiga) kali perulangan.

Tabel. 11 Sifat kimia arang serbuk gergajian kayu dan arang limbah potongan kayu BJ tinggi

No. Sifat Kimia Arang 1 2

1. Kadar Air (%) 18,03 28,79

2. Kadar Zat Mudah Menguap (%) 16,87 33,72

3. Kadar Abu (%) 3,72 6,95

4. Kadar Karbon Terikat (%) 85,39 57,21

Keterangan : 1. Arang limbah potongan kayu 2. Arang serbuk gergajian kayu


(55)

Tabel. 12 Sifat Fisis dan Kimia briket arang dari campuran arang serbuk gergajian kayu dengan arang serbuk potongan kayu BJ tinggi

Perlakuan Sifat Fisis dan

Kimia T0 T1 T2 T3 T4

Kerapatan (gr/cm³) 0,51 cC 0,53 cC 0,56 cC 0,70 bB 0,84 aA

Keteguhan Tekan (kg/cm²) 13,33 cC 16,94 cC 22,63 bB 27,87 ab 32,01 aA

Nilai Kalor Bakar (Kal/gr) 4259,78 cC 5074,68 cC 6892,18 bB 6980,93 bB 7349,85 aA

Kadar Air (%) 4,37 aA 3,95 bB 3,75 bB 3,11 bB 2,01 cC

Kadar Zat Menguap(%) 32,48 aA 27,86 bB 23,85 bB 19,03 bc 13,21 cC

Kadar Abu (%) 4,23 aA 4,07 ab 3,95 bB 3,03 cC 2,54 cC

Kadar Karbon Terikat (%) 65,82 aA 69,42 ab 74,72 bB 79,13 cC 84,13 cC

Sumber : Huruf yang sama dalam satu baris menunjukkan tidak berbeda nyata dalam taraf 5 %.

Keterangan :

T0 = 100% arang serbuk gergajian kayu

T1 = 70% arang serbuk gergajian kayu + 30% arang limbah potongan kayu BJ tinggi T2 = 50% arang serbuk gergajian kayu + 50% arang limbah potongan kayu BJ tinggi T3 = 30% arang serbuk gergajian kayu + 70% arang limbah potongan kayu BJ tinggi T4 = 10% arang serbuk gergajian kayu + 90% arang limbah potongan kayu BJ tinggi

B. Pembahasan

1. Proses Pengarangan

Pembuatan arang limbah potongan kayu BJ tinggi dengan menggunakan kiln drum yang dimodifikasi menghasilkan arang dengan kualitas baik dengan rendemen berkisar antara 34,3 – 39,20% (Tabel 9).Proses karbonisasi ini berlangsung selama 3 jam untuk 70 kg bahan baku. Hasil analisis sifat kimia rendemen arang kayu dan serbuk gergajian diketahui bahwa :


(56)

a. Kadar air 17,89 – 18,21 %

b. Kadar zat mudah menguap 15,96 – 17,24 % c. Kadar abu 3,69 – 4,05 %

d. Kadar karbon terikat 84,79 – 85,86 %

Pembuatan arang limbah serbuk gergajian kayu dengan menggunakan kiln semi kontinyu yang dirancang secara khusus menghasilkan arang serbuk dengan rendemen 24,75 – 30,16 %. (Tabel. 9)

Hasil analisis sifat kimia rendemen arang serbuk gergajian kayu diketahui bahwa :

a. Kadar air 26,64 – 29,21 %

b. Kadar zat mudah menguap 32,67 – 34,16 % c. Kadar abu 6,18 – 7,30 %

d. Kadar karbon terikat 56,97 – 58,04 %

Variasi nilai rendemen arang dan serbuk arang pada penelitian ini umumnya karena dipengaruhi oleh berat jenis bahan kayu, dimana jenis kayu yang menunjukkan berat jenis tinggi akan cenderung untuk menghasilkan arang dan serbuk arang yang mempunyai berat jenis tinggi pula. Namun hal itu tidak terlepas dari pengaruh jumlah udara pada saat karbonisasi sedang berlangsung. Disamping itu pengaruh kekeringan (kadar air bahan) dan suhu akhir pengarangan juga dapat menentukan hasil dan kualitas arang yang diperoleh.


(57)

Untuk dapat menghasilkan arang yang bermutu baik, bahan baku yang akan dikarbonisasi harus bersih kotoran yaitu berupa tanah, pasir dan benda-benda asing lainnya. Sebelum dilakukan proses pengarangan bahan baku terlebih dahulu dikeringkan dalam oven atau dijemur pada udara terbuka hingga mencapai kering udara optimum selama 3 hari agar proses pengarangan berjalan dengan cepat dan tidak banyak mengeluarkan asap.

Besarnya kadar air bahan kayu untuk pengarangan dipakai kayu kering udara yang mempunyai kadar air berkisar 20 – 30 %. Sementara itu suhu akhir pengarangan juga ikut menentukan hasil yang diperoleh, apabila pada saat akhir pengarangan kondisi suhu dalam drum/tong pembakaran masih tinggi ini berarti proses karbonisasi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini bisa jadi dikarenakan udara masih bisa masuk ke dalam tong pembakaran mungkin disebabkan penutup tidak rapat.

Griffioen, (1950) mengatakan bahwa dalam menentukan hasil dan kualitas arang tidak hanya ditentukan suhu akhir pengarangan, tetapi juga kecepatan proses karbonisasi. Apabila arang diinginkan kadar arang (carbon) yang tinggi, maka perlu suhu akhir dan kecepatan yang tinggi.

Berat jenis kayu mempunyai hubungan dengan kualitas arang yang dihasilkan. Kayu dengan kerapatan yang besar dan mempunyai berat jenis tinggi adalah paling baik untuk memperoleh arang pada tingkat tinggi, sedangkan kayu dengan berat jenis dan kerapatan rendah akan menghasilkan rendemen dan kualitas yang rendah pula.


(58)

Hal ini sesuai dengan Sudrajat (1983), yang menyatakan kayu dengan kerapatan tinggi cenderung menghasilkan arang dan briket dengan kerapatan yang tinggi pula, ini dikarenakan bahan baku kayu kerapatan tinggi mempunyai serat kayu yang lebih rapat dan komponen selulosa pada dinding sel yang lebih banyak. Hasil penelitian ini menunjukkan hampir sama dengan yang telah diteliti oleh Masturin (2002) baik itu rendemen maupun sifat fisis dan kimia arang dan serbuk arang dengan bahan baku sebetan kayu dan serbuk gergajian kayu.

2. Briket Arang

Data hasil pengujian sifat fisis dan kimia briket arang campuran serbuk arang limbah kayu gergajian BJ tinggi dengan arang serbuk gergajian kayu disajikan pada Tabel. 12 .Data ini merupakan hasil rata-rata 3 (tiga) kali ulangan.

Data hasil penelitian ini selanjutnya dibandingkan dengan standar kualitas briket arang buatan Jepang, Inggris, Amerika dan Indonesia untuk masing-masing sifat fisis dan kimia yang diuji.

Selain itu juga dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Masturin (2002) maupun perbandingan nilai kalor, kadar abu, dan kadar air pada briket batubara produksi NEDO-METI Jepang dengan Departemen ESDM (2001).


(59)

a. Sifat Fisis 1. Kerapatan

Kerapatan menunjukkan perbandingan antara berat dan volume briket arang. Kerapatan berpengaruh terhadap kualitas briket arang, karena dengan kerapatan yang tinggi dapat meningkatkan nilai kalor briket arang. Besar kecilnya kerapatan dipengaruhi oleh ukuran dan kehomogenan arang penyusun briket arang

tersebut. Menurut Nurhayati (1983), semakin tinggi keseragaman ukuran serbuk arang maka akan menghasilkan briket arang dengan kerapatan dan keteguhan yang semakin tinggi pula.

Gambar 3 : Grafik Nilai Kerapatan pada Setiap Perlakuan

0.51 0.53

0.56

0.7

0.84

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9

Kerapatan (gr / cm3)

100% 70 % + 30 % 50 % + 50 % 30 % + 70 % 10 % + 90 %

Perlakuan

Keterangan :

T0 = 100% arang serbuk gergajian kayu

T1 = 70% arang serbuk gergajian kayu + 30% arang limbah potongan kayu BJ tinggi T2 = 50% arang serbuk gergajian kayu + 50% arang limbah potongan kayu BJ tinggi T3 = 30% arang serbuk gergajian kayu + 70% arang limbah potongan kayu BJ tinggi T4 = 10% arang serbuk gergajian kayu + 90% arang limbah potongan kayu BJ tinggi


(60)

Hasil penelitian ini diperoleh nilai kerapatan briket arang yang dihasilkan bervariasi antara 0,51 – 0,90 gr/cm³. (Lampiran 1a). Pada Tabel 12 terlihat bahwa kerapatan rata-rata terendah sebesar 0,51 gr/cm³ diperoleh pada briket arang dengan komposisi 100% arang serbuk gergajian, sedangkan kerapatan rata-rata tertinggi sebesar 0,84 gr/cm³ diperoleh pada komposisi 10% arang serbuk gergajian + 90% serbuk arang limbah potongan kayu BJ tinggi.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap nilai kerapatan (Lampiran 1b), diketahui bahwa perlakuan pencampuran arang serbuk gergajian kayu dengan arang serbuk limbah potongan kayu BJ tinggi berpengaruh sangat nyata (T < 0,01) terhadap nilai kerapatan briket arang yang dihasilkan.

Hal ini dapat terjadi karena arang serbuk limbah potongan kayu BJ tinggi akan memberikan nilai kerapatan yang tinggi pula, dibandingkan dengan arang serbuk gergajian kayu yang merupakan campuran bahan baku serbuk gergajian kayu BJ tinggi dan BJ rendah.

Disamping itu ukuran serbuk arang potongan kayu BJ tinggi hasil penyaringan lebih halus dan seragam bila dibandingkan dengan arang serbuk gergajian kayu, sehingga ikatan antar partikel arangnya lebih maksimal. Kecenderungan terdapatnya ruang-ruang kosong antar partikel sangat kecil. Tekanan pengempaan merapatkan dan memadatkan partikel-partikel arang, saling mengisi ruang-ruang kosong dan berikatan satu sama lainnya secara maksimal.

Nilai kerapatan briket arang yang dihasilkan meningkat dengan adanya penambahan persentase arang serbuk limbah potongan kayu BJ tinggi, walaupun


(61)

nilainya tidak begitu jauh. (Gambar 3). Meningkatnya nilai kerapatan briket arang dengan komposisi 100% serbuk limbah potongan kayu BJ tinggi, disebabkan karena partikel arang serbuk limbah potongan kayu BJ tinggi ukurannya lebih halus dan seragam sehingga ikatan antar partikelnya lebih maksimal.

Tabel 13. Analisis Uji Duncan terhadap Kerapatan

Perlakuan Rata-rata (gr/cm3)a UJGDb

T0 0,51 c

T1 0,53 c

T2 0,56 c

T3 0,70 b

T4 0,84 a

Keterangan : aRata-rata dari tiga ulangan

b

Setiap dua rataan yang mempunyai huruf yang sama dinyatakan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Berdasarkan hasil analisis uji lanjutan Duncan terhadap nilai kerapatan briket arang (Tabel 13) diketahui bahwa perlakuan 70% + 30%, 50% + 50% dan 100% arang serbuk gergajian kayu tidak berbeda nyata pengaruhnya pada taraf 5% terhadap nilai kerapatan briket arang yang dihasilkan. Tetapi perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan 30% + 70% dan 10% arang serbuk gergajian kayu + 90% serbuk arang limbah potongan kayu BJ tinggi.

Kerapatan akan berpengaruh terhadap pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan briket, jika semakin besar kerapatan maka volume atau ruang yang diperlukan akan lebih kecil untuk berat briket yang sama (Hendra dan Darmawan, 2000).


(62)

Nilai kerapatan briket arang tidak hanya ditentukan oleh penggunaan bahan baku yang mempunyai berat jenis tinggi, tetapi juga ditentukan oleh konsentrasi perekat dan tekanan pengempaan. Apabila konsentrasi perekat yang diberikan makin tinggi maka akan menghasilkan kerapatan briket arang yang tinggi pula. Hal ini disebabkan semakin tinggi jumlah perekat maka akan semakin banyak perekat yang mengisi pori-pori briket arang sehingga mengakibatkan ikatan antara perekat dengan serbuk arang akan semakin baik karena partikel-partikel arang dapat menyatu, solid dan lebih rapat satu sama lain.

Adapun jenis perekat pati tapioka mengandung amilopektin yang dapat mempengaruhi kekuatan ikatan perekat dengan serbuk arang, dimana semakin tinggi kandungan amilopektin maka pati akan bersifat lekat dan lengket. Menurut Knight (1969) dalam Haryanto dan Pangloli (1992), menyatakan perekat tapioka mempunyai amilopektin yang cukup tinggi yaitu sekitar 83% sehingga semakin tinggi jumlah perekat maka semakin tinggi pula kandungan amilopektin yang akan mengikat serbuk arang sehingga daya rekatnya relatif tinggi dibandingkan dengan jumlah perekat yang lebih rendah.

Hasil penelitian yang dilakukan dengan memakai konsentrasi perekat 5,0% bisa memberikan nilai kerapatan rata-rata yang lebih baik (0,51 - 0,84 gr/cm³) dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rustini (2004) berkisar antara (0,5417 - 0,5996 gr/cm³) dengan konsentrasi perekat 2,5%.


(63)

Tekanan pengempaan yang diberikan juga ikut mempengaruhi kerapatan briket arang, semakin besar tekanan pengempaan yang diberikan maka semakin besar pula kerapatan yang dihasilkan dan sebaliknya.

Nilai kerapatan briket arang yang dihasilkan berkisar 0,51 – 0,84% gr/cm³ (Lampiran 1a). Nilai ini masih rendah dari nilai kerapatan briket arang buatan Jepang (1 – 1,2 gr/cm³) dan briket buatan Amerika (1 gr/cm³), tetapi nilai ini cukup memenuhi syarat untuk briket arang buatan Inggris dan Indonesia. (Lihat Tabel.7).

2. Keteguhan Tekan

Briket arang harus memiliki keteguhan tekan terhadap beban yang diberikan. Keteguhan tekan menunjukkan daya tahan atau kekompakan briket terhadap tekanan luar sehingga mengakibatkan briket itu pecah atau hancur. Jika semakin besar nilai kekuatan tekan briket arang, berarti daya tahan atau kekompakan partikel briket semakin baik. Kondisi tersebut akan sangat menguntungkan didalam pengemasan maupun distribusi/pengangkutan briket arang tersebut karena tidak mudah pecah (Hendra dan Darmawan, 2000).

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap keteguhan tekan (Lampiran 2b), diketahui bahwa semua perlakuan pencampuran arang serbuk gergajian kayu dan arang serbuk limbah potongan kayu BJ tinggi berpengaruh sangat nyata (T < 0,01) terhadap nilai keteguhan tekan briket arang yang dihasilkan. Nilai keteguhan tekan briket arang yang dihasilkan bervariasi antara 12,95 – 33,32 kg/cm² (Lampiran 2a). Keteguhan tekan tertinggi diperoleh pada briket arang dengan


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :

a. Limbah industri penggergajian kayu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku energi biomassa dalam bentuk briket arang sebagai substitusi minyak tanah dan kayu bakar.

b. Perbedaan perlakuan dalam pembuatan briket arang memberikan pengaruh beda nyata pada taraf 1% terhadap semua uji yang dilakukan.

c. Dari 5 perlakuan yang diujikan, yang terbaik ditinjau segi nilai kalor bakar briket adalah pada T4 = perlakuan 10% arang serbuk gergajian kayu + 90% serbuk arang limbah potongan kayu BJ tinggi. Nilai kalornya meningkat sampai 37%

d. Penambahan persentase serbuk arang limbah potongan kayu BJ tinggi yang makin meningkat pada briket arang, dapat meningkatkan kerapatan, keteguhan tekan, kadar karbon terikat dan nilai kalor serta dapat menurunkan kadar air, kadar zat mudah menguap dan kadar abu

e. Hasil analisis sifat fisis dan kimia menunjukkan hampir semua perlakuan pada briket arang memenuhi kriteria sifat fisis dan kimia briket arang buatan


(2)

Jepang, Inggris, Amerika dan Indonesia, terkecuali pada briket arang T0 dan T1 yang nilai kalornya agak rendah.

5.2 Saran-saran

a. Penelitian mengenai briket arang ini perlu dikembangkan lebih jauh lagi, terutama menyangkut kualitas arang yang sifatnya sangat tergantung komposisi bahan bakunya, sehingga kesemua limbah kayu dapat dimanfaatkan tanpa ada yang terbuang percuma.

b. Untuk dapat memanfaatkan limbah kayu secara maksimal, diharapkan para pengusaha industri pengolahan kayu agar lebih mengembangkan usahanya pada pengembangan industri secara terpadu (Integrated of Industry) seperti pendirian industri briket arang, sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna.

c. Dalam rangka mendukung program pemerintah untuk hemat energi serta menggalakkan pemakaian energi alternatif seperti briket arang dikalangan masyarakat luas, diharapkan adanya kerjasama antara pihak Universitas, Instansi Pemerintah dan kalangan dunia usaha untuk bisa merealisasikan berdirinya pabrik briket arang

d. Untuk mengaktualisasikan hasil penelitian ini kepada masyarakat, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap studi analisis kelayakan usaha. e. Untuk pengembangan briket arang dalam industri skala kecil sudah layak


(3)

DAFTAR PUSTAKA

[ASTM] American Society for Testing and Materials. 1969. Standard for paint, naval

stores, coal, coke gas fuels, Industrial Aromatic hydrocarbons, engine antifreezes. Industrial Chemicals, Philadelphia. pp. 8-26

[BPS] Biro Pusat Statistik. 2000. Laporan Produksi Industri Kehutanan. Jakarta. [DEPHUT] Departemen Kehutanan. 1990. Balai Penelitian dan Pengembangan Hasil

Hutan. Laporan Tahunan. Bogor.

[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 1992. Manual Kehutanan Indonesia. Jakarta [DEPHUTBUN] Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1994. Badan Penelitian

dan Pengembangan Kehutanan. Pedoman Teknis Pembuatan Briket Arang. Bogor.

[DEPHUTBUN] Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 2000. Panduan Kehutanan

Indonesia. Jakarta.

[DEPHUTBUN] Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 2000. Sambutan Menteri

Kehutanan dan Perkebunan pada Seminar Nasional Kehutanan, Masa Depan Industri Hasil Hutan (Kayu) di Indonesia. Jakarta.

[DEPHUTBUN] Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 2004. Teknologi dan

Analisis Pembuatan Arang Briket dari Tunggak dan Cabang Kayu Eucalyptus grandis pada Skala Kecil. Laporan Hasil Penelitian. Badan Penelitian dan

Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

[DISHUT] Dinas Kehutanan. 2006. Dalam Angka. Nanggroe Aceh Darussalam. [DESDM] Departemen Energi Sumber Daya Mineral. 2001.Buletin Migas. Jakarta [DESDM] Departemen Energi Sumber Daya Mineral. 2006. Tim Sosialisasi

Penghapusan Subsidi BBM. Direktorat Minyak dan Gas Bumi. Jakarta.

[DEPTAN] Departemen Pertanian. 1970. Kamus Kehutanan Indonesia. Ed. Ke 2. Direktorat Jenderal Kehutanan. Jakarta.

Gomez, K and A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Terjemahan Endang Sjamsuddin dan Justica S. Baharsjah. Penerbit Universitas Indonesia (UI - Press), Jakarta.


(4)

Griffioen, 1950. Carbonization of some Indonesian Wood in an Electrical

Laboratory. Pengumuman Balai Latihan Kehutanan, Bogor.

Gusmailina, G. Pari dan S. Komarayati. 1999. Teknologi Penggunaan Arang dan

Arang Aktif sebagai Soil Conditioning pada Tanaman Kehutanan. Laporan

Proyek. Pusat Penelitian Hasil Hutan. Bogor (Bahan Publikasi).

Hartoyo, J dan H. Roliadi, 1978. Pembuatan Briket Arang 5 Jenis Kayu Indonesia. Pusat Penelitian Hasil Hutan. Bogor. Report No. 103.

Hartoyo, J. 1983. Pembuatan Arang dan Briket Arang secara sederhana serbuk

gergaji dan limbah industri perkayuan. Seminar Pemanfaatan Limbah

Pertanian dan Kehutanan sebagai Sumber Energi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.

Haryanto, B. dan P. Pangloli. 1992 Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Hendra, D. 1999. Teknologi Pembuatan Arang dan Tungku yang digunakan, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan, Bogor.

Hendra, D dan G. Pari, 2000. Penyempurnaan Teknologi Pengolahan Arang.

Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian Hasil Hutan. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan, Bogor.

Hendra, D dan S. Darmawan, 2000. Pembuatan Briket Arang Serbuk Gergajian

Kayu dengan Penambahan Tempurung Kelapa. Buletin Penelitian Hasil

Hutan .Bogor.18 (1): pp. 1-9.

Holil, H. 1980. Pengaruh Bahan Baku Jenis Perekat dan Tekanan Pengempaan

terhadap Kualitas Briket Arang. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Bogor.

Hudaya, N dan Hartoyo, 1990. Pembuatan Arang Rendemen Tinggi Tempurung

Kelapa dengan Klin Drum. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Bogor. 7 (4) : pp.

134 – 138.

Iriawan, B. 1993. Pemanfaatan Limbah Industri Kayu Lapis dan Industri

Penggergajian sebagai Bahan Baku Papan Partikel. Makalah Seminar


(5)

Jatmika, H.J.1980. Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat dan Tekanan Pengempaan

terhadap Kualitas Briket Arang. Skripsi, Teknologi Hasil Hutan. Fakultas

Kehutanan Institut Pertanian Bogor, (Tidak diterbitkan).

Komarayati, S. 1993. Pemanfaatan Serbuk Gergaji, Tanah Latosol dan Residu

Fermentasi sebagai Medium Tumbuh Bibit Sengon. Jurnal Penelitian Hasil

Hutan. Bogor.11 (2): 74-79.

Marukan, H. 1990. Kemungkinan Pemanfaatan Limbah Industri Kayu sebagai Bahan

Baku Industri Pengolahan Arang di Kabupaten Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah. Makalah Sukarela. Kongres Kehutanan Indonesia,

Jakarta.

Masturin, A. 2002. Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang Campuran Arang Limbah

Gergajian Kayu. Skripsi, Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor, (Tidak diterbitkan).

[MENSEKNEG] Menteri Sekretariat Negara. 1997. Undang-Undang Republik

Indonesia No. 23 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran Negara

Republik Indonesia No. 3699.

Moreira, J.S. 1997. Wood fuels and biomass energy ; from houshold to Industry. Proceedings of the XI World Forestry Congress, Antalya

Nurhayati, T. 1974. Catatan Singkat tentang Kualitas Arang Kayu sehubungan

dengan kegunaannya. Majalah Kehutanan Indonesia, Vol. 1 Jakarta.

___________, 1983. Sifat Arang, Briket Arang dan Alkohol yang dibuat Limbah

Industri Kayu. Laporan PPPHH/FPRDC Report No. 165 pp 27-33, Bogor.

___________,1991. Study Pemanfaatan Tungku Pengering Limbah Kayu Sengon

untuk Pengeringan Sengon.Jurnal Penelitian Hasil Hutan.Bogor.9 (4): 7-9.

Pasaribu, R.A. 1987. Pemanfaatan Serbuk Gergaji Sengon sebagai Kompos untuk

Pupuk Tanaman. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Bogor.4 (4): 15-21.

Pari, G. 1996. Pembuatan Arang Aktif Serbuk Gergajian Tusam untuk Penjernih Air

Sumur dan Limbah Cair Industri Pulp dan Kertas. Buletin Penelitian Hasil

Hutan. Bogor. 14 (2): 69-75

______, 1996. Pembuatan Arang Aktif Serbuk Gergajian Sengon dengan cara

kimia. Buletin Penelitian Hasil Hutan. Forest Products Research Bulletin.


(6)

______, 1999. Karakteristik Arang Aktif Arang Serbuk Gergajian Sengon dengan

NH4HCO3 sebagai Bahan Pengaktif. Buletin Penelitian Hasil Hutan. Bogor. 17 (2): 89-100.

Pari, G. 2002. Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu. Makalah Falsafah Sains (PPs 702). Program Pasca Sarjana/S3. Institut Pertanian Bogor.

Rustini, 2004. Pembuatan Briket Arang Serbuk Gergajian Kayu Pinus (Pinus

merkusii Zungh. Et de Vr.j) dengan Penambahan Tempurung Kelapa. Skripsi

Departemen Teknologi Hasil Hutan, Institut Pertanian Bogor.

Sudrajat, R. 1982. Produksi Arang dan Briket Arang serta Prospek Pengusahaannya. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. 2 (3) : 25-29

_____________1983. Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat dan Tekanan Kempa

terhadap Kualitas Briket Arang. Laporan No.165. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.

_____________,1984. Pengaruh Kerapatan Kayu, Tekanan Pengempaan dan Jenis

Perekat terhadap Sifat Briket Kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Bogor.1

(1) : 11-15

Sudrajat, R. dan S. Soleh 1994. Petunjuk Teknis Pembuatan Arang Aktif. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Sugiri, E. W. 1981. Penelitian Persentase Limbah Pembalakan Tegakan Meranti

Berdasarkan Volume Total di Kesatuan Usaha PT. Inhutani II Kalimantan Selatan. Tesis, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. (Tidak

diterbitkan).

Sumadiwangsa dan Widarmana, 1982. Bahan Baku Kayu dan Perekat untuk

Pembuatan Papan Partikel. Majalah Kehutanan Indonesia No.8 Tahun VII.

Jakarta

Tampubolon, D. 2001. Pembuatan Briket Arang Kotoran Sapi Perah dengan

Penambahan Tempurung Kelapa. Skripsi Jurusan Ilmu Produksi Ternak.

Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. (Tidak diterbitkan).

Waharyadi. 1996. Pengaruh Jenis Perekat terhadap Sifat Briket Arang Kayu Kelapa (Coco nucifera Linn.). Skripsi Sarjana Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda. (Tidak dipublikasikan).