Kerangka Pikir Tinjauan Penelitian Terdahulu

interpretatif menggunakan penafsiran yang melibatkan banyak metode, dalam menelaah masalah penelitiannya. Penggunaan berbagai metode ini disebut triangulasi, dimaksudkan agar peneliti memperoleh pemahaman yang komprehensif holistik mengenai fenomena yang ia teliti. Sesuai dengan prinsip epistemologisnya, peneliti kualitatif lazim menelaah hal-hal yang berada dalam lingkungan alamiahnya, berusaha memahami, atau menafsirkan fenomena berdasarkan makna-makna yang orang berikan kepada hal-hal tersebut. Metode kualitatif mengharuskan peneliti menganalisis topik kajiannya melalui alat bantu pemahaman seperti cerita, mitos, dan tema. Alat-alat ini membantu peneliti untuk memahami bagaimana orang memaknai pengalamannya. Metode kualitatif tidak tergantung pada analisis statistika untuk mendukung sebuah interpretasi tetapi lebih mengarahkan peneliti untuk membuat sebuah pernyataan retoris atau argumen yang masuk akal mengenai temuannya West dan Turner, 2008:77. Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala itu bersifat holistik menyeluruh dan tidak dapat dipisah-pisahkan, sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat place, pelaku actor, dan aktivitas activity yang berinteraksi secara sinergis Sugiyono, 2014:207. Sejalan dengan pengertian metode kualitatif tersebut, penelitian ini pun tidak mencari kebenaran mutlak berdasarkan angka-angka yang pasti. Namun penelitian ini mencoba untuk memahami interpretasi pesan melalui makna- makna yang terkandung dalam teks yang berkembang mengenai sosok seorang Soekarno, dari makna dan simbol yang ada dalam novel dan tersurat melalui teks. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik analisis hermeneutika. Metode kualitatif deskriptif ini merupakan metode penelitian yang menekankan pada pemahaman mengenai masalah- masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks, dan rinci. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat studi. Metode kualitatif ini memberikan informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai masalah.

3.2. Paradigma Penelitian

Menurut Guba dan Lincoln, paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian Ulfiarahmi, Paradigma dan Karakteristik Penelitian, 2011. Sebelum peneliti menjelaskan paradigma apa yang digunakan dalam penelitian ini, terlebih dahulu peneliti akan membahas mengenai paradigma- paradigma pada ilmu sosial. Dalam ilmu sosial, khususnya kajian komunikasi, paradigma dapat dibedakan menjadi paradigma positivistik, paradigma kritis, dan paradigma kontruktivis. Perbedaan di antara paradigma-paradigma tersebut dapat dibahas melalui empat dimensi, yaitu : 1. Dimensi Ontologis 2. Dimensi Epistemologis 3. Dimensi Aksiologis 4. Dimensi Metodologis Tabel 3.1 Perbedaan antara Paradigma Positivistik, Kritis dan Kontruktivis Paradigma Dimensi Classical Positive Objective Subjective- Critical Subjective - Construktivism Ontologis Realism : • Ada realitas yang “real” diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang berlaku universal, walaupun kebenaran pengetahuan tentang hal itu mungkin hanya bisa diperoleh secara probabilistik • Out of there di luar dunia subjektif Historical Realism : Realitas yang teramati virtual reality merupakan realitas semu yang telah terbentuk oleh proses sejarah dan kekuatan- kekuatan sosial, budaya, dan ekonomi-politik. Relativism : • Realitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku secara spesifik dan dinilai relevan oleh pelaku sosial. • Realitas adalah hasil konstruksi mental dari individu pelaku sosial, sehingga realitas