Rumusan Masalah Profil Informan

representasi menunggu bagi perenpuan. Dengan begitu penting bagi kita untuk mengetahui repesentasi menunggu bagi perempuan dalam puisi buku lady in waiting, maka dibutuhkan penggambaran dan pemahaman melalui Analisis Wacana Kritis Sara Mills.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah makro dan mikro mengenai representasi menunggu bagi perempuan, yang disini membicarakan mengenai perempuan yang telah dewasa dalam artian umur, masih hidup sendiri atau belum menikah yang digambarkan dalam puisi buku lady in waiting. Adapun pertanyaan makro, yaitu “Bagaimana Representasi Menunggu Bagi Perempuan Dalam Puisi Buku Lady In Waiting ?” Guna membatasi masalah penelitian adapun pertanyaan mikro, yaitu: 1. Bagaimana posisi subjek – objek dari representasi menunggu bagi perempuan diungkapkan melalui teks puisi „Kekasih Hatiku Tersayang‟? 2. Bagaimana posisi penulis – pembaca dari representasi menunggu bagi perempuan yang diungkapkan melalui teks puisi „Kekasih Hatiku Tersayang‟? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitaian 1.3.1 Maksud Penelitian Adapun maksud dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana representasi menunggu bagi perempuan dalam puisi „Kekasih Hatiku Tersayang‟ buku lady in waiting.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah: 1. Untuk mengetahui posisi subjek – objek dari representasi menunggu bagi perempuan dalam puisi „Kekasih Hatiku Tersayang‟. 2. Untuk mengetahui posisi penulis – pembaca dari representasi menunggu bagi perempuan dalam puisi „Kekasih Hatiku Tersayang‟.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitan ini ialah :

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan karya ilmiah terutama ilmu komunikasi secara umum dan analisis wacana kritis Sara Mills.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti dalam memaknai teks dan wacana, terutama teks puisi dalam kajian analisis wacana kritis Sara Mills. Memahami representasi menunggu bagi perempuan. 2. Bagi Universitas Penelitian ini diharapkan berguna bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia secara umum dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi secara khusus. Selain itu, sebagai literatur bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian di bidang kajian yang sama. Memahami representasi menunggu bagi perempuan. 3. Bagi Masyarakat Diharapkan bagi masyarakat agar penelitian ini dapt berguna sebesar – besarnya, agar masyarakat dapat mengetahui representasi menunggu bagi perempuan, tidak lagi melihat sebelah mata perempuan dewasa dengan status masih sendiri apalagi untuk menjadikannya bahan pergunjingan. 46 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Puisi dalam buku lady in waiting Objek dalam penelitian ini ialah puisi dalam buku lady in waiting karya Jackie Kendall dan Debbie Jones. Diterbitkan oleh Pioner Jaya cetakan ke-17 tahun 2013. Berikut puisi yang terdapat di dalam buku lady in waiting: “Kekasih Hatiku Tersayang” Bertahun – tahun lamanya aku mencari pasanganku yang paling sempurna. Namun hasil dari satu – satunya dari semua pencarianku Adalah mimpi – mimpi yang berserakan, hati yang hancur dan sesuatu yang tampaknya seperti penantian tak berujung. Aku ingin menemukan yang terbaik dari Allah. Tetapi Ia harus terlebih dahulu mengajar aku, bahwa aku harus Hanya berdiam di dalam tangan-Nya yang penuh kasih. Jadi sua tu malam aku berdoa, “Allah, sama seperti Engkau membuat Adam tertidur sampai ia siap bertemu yang sempurna baginya. Demikian pula buatlah aku dan keinginan – keinginanku tertidur sampai Aku begitu siap untuk mengenal dia yang telah Engkau pilihkan bagiku. ” Sejak saat itu, Allah memberiku suatu kedamaian. Dan meskipun yang lain datang ke dalam hidupku, Allah melindungi hatiku dan menyisihkanku dari usaha – usaha yang lebih lagi. Kemudian waktu Allah mengetahui bahwa di dalam tangan-Nyalah kuletakkan hatiku, Dia membawa kamu ke dalam hidupku dan mulai saat itu aku hanyalah sebuah sejarah. Teman – temanku tersayang mengenalku dengan baik, mungkin Melihat hari esok sebagai satu hari mujizat. Karena mereka mengenal aku dan caraku yang sangat selektif memilih. Waktu aku di asrama, A.M. datang ke kamarku dan memintaku tepat seperti apa yang aku cari dalam seorang laki - laki. Aku segera membuka buku harianku dan mencabut sebuah daftar 30 kualitas yang aku harapkan dan tuntut. Saat aku membaca setiap kualitas satu demi satu, A.M. tersayang Melihat padaku, dia begitu terpana. Setelah merenungkan daftar itu ia berkata dengan sebuah anggukan, “wah, cindy, kelihatannya kamu harus menikahi Allah.” Ya kamu bukan Allah, tetapi kamu adalah surga di bumiku, Allah mendengar doa – doaku dan menjawab mereka Dengan cara yang paling sempurna melalui kamu. Aku tidak memiliki pertanyaan yang tak terjawab, Tidak ada keraguan, tidak ada kebimbangan, tidak ada keberatan. Kamulah pangeranku, ksatriaku dalam kilai pakaian perangnya, Hadiahku dari lautan, hadiahku dari Allah.

3.1.2 Buku lady in waiting

Buku yang pertama kali terbit pada tahun 1997, buku ini unik karena penekanannya bukanlah pada status seorang perempuan lajang, menikah, bercerai, atau janda, tetapi pada keadaan hatinya. Lady in Waiting ingin mengarahkan perhatian seorang perempuan terhadap Dia yang benar-benar mengerti kerinduan hatinya bukanlah tentang bagaimana menemukan laki - laki yang tepat, tetapi tentang bagaimana menjadi perempuan yang tepat dengan sepuluh kualitas perempuan dengan kesalehnnya. Kualitas-kualitas ini tidak hanya akan memperkuat hubungan cintamu dengan Mempelai Laki - laki Surgawimu tetapi juga membimbingmu sebagai seorang perempuan lajang, menjagaimu saat berpacaran dan menyokongmu dalam pernikahan. Saat membaca pembaca akan melihat sifat-sifat yang dengan indahnya diperlihatkan dalam kehidupan perempuan. Tanpa ragu-ragu perempuan dalam buku ini digambarkan menyerahkan dirinya pada Allah, dengan giat menggunakan hari-hari lajangnya, percaya kepada Tuhan dengan iman yang tak tergoyahkan, mendemonstrasikan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari, mengasihi Allah dengan pengabdian yang tak teralihkan, berpihak pada kemurnian fisik dan emosi, hidup dalam keamanan, menanggapi kehidupan dengan rasa puas, membuat keputusan berdasarkan keyakinannya, dan dengan sabar menanti Allah memenuhi kebutuhannya.

3.1.3 Profil Penulis

Buku Lady in waiting ditulis oleh dua orang, yakni Jeckie Kendal dan Debbie Jones. Adapun profil kedua penulis ini ialah sebagai berikut: A. Jeckie Kendall Jackie Kendall telah melayani melalui pengajaran dan konseling selama lebih dari 30 tahun. Sebagai Pendeta Power of Grow Ministries, Jackie sering diminta menjadi pembicara seminar untuk orang-orang dari segala usia dan tahapan kehidupan. Jackie telah memilih jalan yang ditandai dengan kerentanan pribadi, aksesibilitas dan kejujuran. Dia siap untuk menjadi sesama pejuang dan melihat transparansi sebagai link yang paling penting dalam pertumbuhan pribadi terhadap Kekristenan. Jackie sekarang menjadi pembicara populer untuk Pro Atlet Outreach Baseball dan NFL. Pada tahun 1997, Jackie turut menulis buku laris untuk satu perempuan, Lady in Waiting. Sejak itu, Jackie telah menulis banyak buku mengubah kehidupan, termasuk, A Lunatic pada cabang dengan Yesus 1998, Say Goodbye untuk Malu berisikan 77 Cerita lainnya Harapan dan Dorongan 2004, The Mentoring Mom 2006, A Man Worth Waiting For 2008, The Young Lady in Waiting mengenai mengembangkan hati seorang putri 2008, Lady in Waiting for Little girl ditulis bersama dengan Dede Kendall, 2009, dan bukunya tentang pengampunan, Free Your Self to Love 2009. B. Debbie Jones Jones adalah seorang penulis drama yang produksi di New York City. Selama bertahun-tahun di teater, awal cerita pendeknya dikumpulkan di belakang kabinet file lama. Menulis cerita pendek ini memberi Jones kebebasan untuk menjelajahi tempat yang ia belum temukan dalam dialog dramanya, dan itu adalah kenikmatan nyata untuk menulis tentang tempat yang dia tahu terbaik - New Jersey. Jones bekerja sebagai penulis sutradara dan guru yang ulet. Pada jam-jam menjelang fajar di mana ia menulis pertama pada mesin tik Royal lama kemudian beranjak ke komputer, karakter-karakternya menjadi hidup. Kerajinannya tumbuh di penulisan ulang dilakukan pada jam-jam setelah sekolah dan melalui pengalamannya dianggap sebagai guru menulis. Jones bertugas di unit dramawan di tempat didirikan rumah Broadway, dia mengarahkan karya asli seniman sendiri dan lainnya. Kolaborasinya dengan pemain solo yang brilian, Samantha Jones, mengakibatkan Butterfly Suicid yang merupakan salah satu dari 12 dipilih untuk tampil bergengsi Nova Arts Festival. Jones menulis dan menyutradarai film independen, The Last Chrismas Party untuk Dora Mae Productions. Ia meraih gelar Master-nya dari Columbia University di Pendidikan Bahasa Inggris. Dia mengajar bahasa Latin dan menulis di The Center School, sebuah sekolah menengah umum di New York City, selama 20 tahun.

3.2 Metode penelitian

Peneliti melakukan suatu penelitian dengan pendekatan secara kualitatif, dimana untuk mengetahui dan mengamati segala hal yang menjadi ciri sesuatu hal. “Metode adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawabannya” Mulyana, 2002:145 Mulyana dan Solatun 2007:7 menyebutkan bahwa sebagian ilmuan menerjemahkan kualitatif sekadar penelitian deskriptif tanpa angka- angka, tanpa usaha untuk membangun proposisi, model, atau teori secara induktif berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Menurut Denzim dan Lincoln dalam Moleong, 2007:5, “penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada”.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah prosedur yang digunakan dalam upaya memperkenalkan data atau informasi agar memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian. Penentuan penahapan dan teknik yang digunakan harus dapat mencerminkan relevansi dengan fenomena penelitian yang telah diuraikan dalam kerangka pemikiran. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi analisis wacana kritis khususnya dari Sara Mills. Dalam buku qualitative research, Norman Denzim dan Yvonna S. Lincoln mengatakan bahwa penelitian dengan wacana kritis akan dapat dipahami sebaik – baiknya dalam konteks pemberdayaan individu – individu. Penelitian berkeinginan untuk menyandang gelar kritis harus dikaitkan dengan sebuah usaha untuk menentang ketidakadilan dalam suatu masyarakat tertentu atau kungkungan kekuasaan di dalam masyarakat. Adapun metodologi wacana kritis ialah menafsirkan wacana untuk mencari tahu mengenai makna, citra dan kepentingan dibalik wacana tersebut dengan memperhatikan tindakan, konteks, historis, kekuasaan dan ideologi. Horkeimer menyatakan secara jelas ketika ia menunjukkan bahwa teori kritis dan penelitian tidak pernah puas bila hasilnya hanya untuk menambah pengetahuan dalam qualitative research 2009 : 174. Berdasarkan metodenya, menurut Rahardjo 2010:23 teks dan bahasa dapat diteliti dengan beberapa analisis yakni analisis isi Content Analysis, analisis wacana Discourse Analysis, analisis wacana kritis Critical Discourse Analysis, analisis bingkai Framing Analysis, analisis Semiotik Semiotic Analysis, analisis konstruksi sosial Social Construction Analysis, dan hermeneutika Hermeneutics. Perbedaan analisis wacana kritis CDA dengan analisis teks lainnya ialah, analisis wacana kritis memperhatikan tiga hal yakni makna, citra, dan kepentingan dibalik wacana. Dengan desian analisis wacana kritis Sara Mills melalui posisi subjek – objek dan posisi penulis pembaca dalam wacana maka akan menemukan makna, citra dan kepentingan dibalik wacana penelitian. Sara Mills banyak menulis mengenai teori wacana tapi titik perhatiannya hanya tertuju pada wacana feminisme. Oleh karena itu, Sara Mills sering juga disebut sebagai perspektif feminisme dengan titik utamanya adalah menunjukkan bagaimana teks bias menampilkan perempuan. Sara Mills adalah salah satu ilmuan yang banyak menulis mengenai teori wacana. Titik perhatian utamanya tertuju pada wacana mengenai feminism: bagaimana perempuan ditampilkan didalam teks, baik dalam novel, gambar, foto, ataupun dalam berita. Titik perhatian dari anlisis wacana yang dilakukan oleh Mills adalah menunjukkan bagaimana perempuan digambarkan dan dimarjinalkan dalam teks berita Eriyanto, 2001:199. Sara Mills tidak hanya memusatkan perhatian pada critical linguistic yang membahas struktur kebahasaan dan bagaimana pengaruhnya terhadap khalayak. Sara Mills lebih menekankan pada bagaimana posisi dari berbagai aktor sosial, posisi gagasan, atau peristiwa ditempatkan dalam teks. Posisi – posisi teks tersebut pada akhirnya menentukan bentuk teks yang hadir ditengah khalayak. Pembahasan posisi pembaca dalam model Sara Mills adalah bentuk penolakan terhadap pandangan banyak ahli yang menempatkan dan mempelajari konteks semata dari sisi penulis. Sementara ia menganggap teks sebagai hasil negosisasi antara penulis dan pembaca. Menurutnya pembaca seharusnya diposisikan lewat teks dalam ruang yang bisa diterima. Jika tidak ada pembacaan dominan, maka tidak akan ada consensus seperti yang dimaksudkan di dalam teks. Hal ini berarti ada ruang yang sangat besar untuk pemaknaan teks. Meskipun demikian, kemungkinan untuk pembacaan dominan ini tidak akan pernah mencapai akhir. Artinya akan selalu ada penafsiran – penafsiran oleh pembaca atas teks yang disusun oleh penulis. Model ini menegaskan adanya hubungan interaksional antara teks dan konteks. Jadi teks ditentukan oleh proses produksi dan penerimaan, dan juga memiliki dampak pada khalayak dan proses produksi teks lebih lanjut. Singkatnya, penempatan posisi penulis – pembaca dinyatakan dengan adanya usaha untuk menggambarkan elemen – elemen dalam teks bagi pembaca dalam posisi tertentu Mills dalam Toolan, 1992: 184-185. Untuk memformulasikan model analisis yang mempertimbangkan elemen – elemen formal dalam teks dan menghubungkannya dengan konteks dan penyapaan pembaca, Sara Mills merujuk pada karya Louis Althusser mengenai interpretasi dan kesadaran kemudian mengaitakannya dengan gagasan posisi pembaca. Pemikiran Althusser mengenai ideological state apparatuses ISA atau aparat ideologis negara menggambarkan bahwa lembaga – lembaga dalam suatu negara tersebut memiliki efek tidak langsung dalam menciptkan kondisi produksi teks dalam sebuah struktur masyarakat. Lembaga – lembaga agama, pendidikan, keluarga, media massa, dan budaya yang sedang popular. Pembacaan dominan bukanlah tujuan, tetapi sebuah posisi yang ditawarkan atau diajukan oleh teks pada pembaca dan berkaitan dengan peristiwa historis tertentu. Rangkain posisi ideology yang tersedia membuat teks tersebut dapat dimengerti . Pembacaan ini diperkuat lewat berbagai ideology yang beredar dalam budaya massa Mills dalam Toolan, 1992: 190. Pembacaan yang dimaksudkan Mills akan sangat dipengaruhi oleh berbagai ideology yang melingkupi wacana tersebut dalam ukuran kurun waktu. Dalam buku yang disuntingnya Toolan mengatakan, Mills menyimpulkan konteks sebagai pijakan segala aktivitas manusia, produksi dan penerimaan yang disampaikan dalam teks literer. Ia mencontohkan, teks yang mengkonstruksikan sifat – sifat feminine akan bisa dimengerti karena ia disokong oleh teks dan wacana lain yang membahas mengenai hal yang sama. Tanpa wacana – wacana lain, teks akan sulit dimengerti atau tidak komperhensif Mills dalam Toolan, 1992: 191. Maka penelitian ini tidak hanya merujuk pada puisi – puisi yang telah ditentukan, tapi juga bacaan lain yang berkaitan dengan representasi menunggu bagi perempuan dan konteks yang menyertainya. Dalam penelitian ini, dengan model yang disampaikan Sara Mills dan paradigm kritis, peneliti berusaha melihat dan membongkar pesan – pesan yang diproduksi oleh subjek dan diterima objek dengan juga menentukan pihak – pihak tersebut. Melalui bait – bait yang dipilih, pemosisian pihak – pihak terkait dengan puisi ini juga akan menunjukkan representasi menunggu bagi perempuan dalam puisi. Secara praktis, akan diketahui bagimana penulis puisi dalam buku lady in waiting memposisikan perempuan dalam karya – karyanya melalui subjek – subjak yang berbicara dan objek – objek yang dibicarakan, serta kepada siapa pesan – pesan tersebut disampaikan. Karena cara penceritaan dan penentuan posisi dalam teks yang dimaksudkan Sara Mills akan mengantar pada simpulan membuat satu pihak menjadi legitimate dan pihak lain menjadi illegitimate. Eriyanto, 2001:200. Adapun penggunaan model Sara Mills yaitu :

1. Posisi Subjek – Objek

Sara Mills, menempatkan representasi sebagai bagian terpenting dalam analisisnya. Bagaimana satu pihak, kelompok, orang, gagasan atau peristiwa ditampilkan dengan cara tertentu dalam wacana berita yang mempengaruhi pemaknaan ketika diterima oleh khalayak. Mills lebih menekankan pada bagaimana posisi dari berbagai aktor sosial, posisi gagasan, atau peristiwa itu ditempatkan dalam teks. Posisi-posisi tersebut pada akhirnya menentukan bentuk teks yang hadir di tengah khalayak. Analisis atas bagaimana posisi-posisi ini ditampilkan secara luas akan bisa menyingkap bagaimana ideologi dan kepercayaan dominan bekerja dalam teks. Umumnya Sara Mills mengambil tema mengenai feminis dan pada wacana feminis lebih menitik beratkan pada perempuan bukan sebagai objek. Karena sebagai objek representasi, maka perempuan posisinya selalu didefinisikan, dijadikan bahan penceritaan. Posisi sebagai subjek atau objek dalam representasi ini mengandung muatan ideologis tertentu. Dalam hal ini bagaimana posisi ini turut memarjinalkan posisi perempuan ketika ditampilkan dalam wacana. Posisi sebagai subjek representasi, pihak pencerita atau yang memberi gambaran mengenai objek dalam wacana tersebut mempunyai otoritas penuh dalam mengabsahkan penyampaian teks tersebut kepada pembaca. Karena proses pendefinisian itu bersifat subjektif, sulit dihindari bahwa kemungkinan pendefinisian secara sepihak peristiwa atau kelompok lain.

2. Posisi Penulis - Pembaca

Penulis dalam pandangan Mills ditempatkan sebagai pelaku yang menggunakan bahasa. Dalam pandangannya tentang gendered stylistic, kita dapat melihat bahwa penulis sangat dipengaruhi penggunaan bahasanya melalui identitas gender yang mereka miliki. Karena itu Mills menyebutkan bahwa cara menulis, menggunakan bahasa, atau gaya bahasa yang digunakan laki-laki dan perempuan akan sangat berbeda. Bagaimana seorang laki-laki dan perempuan dalam menggambarkan suatu masalah dengan bahasa akan sangat berbeda. Menurut Mills, makna dalam sebuah teks akan ditentukan apakah penulisnya itu laki-laki atau perempuan. Kalimat yang dibentuk laki-laki misalnya menurut Mills, mengandung makna yang sederhana tentang suatu masalah, bahasa berperan sebagai medium yang transparan, atau bahasa menjadi sebuah medium yang jelas dalam mengungkapkan gagasan. Singkat kata, bahasa laki-laki akan cenderung rasional, singkat, dan jelas. Kalimat yang dibentuk perempuan secara berbeda, menunjukan sesuatu yang sangat sulit untuk dipahami. Pembaca bagi Sara Mills ikut melakukan transaksi sebagaimana akan terlihat dalam teks. Tidak hanya itu membangun hubungan antara teks dan penulis di satu sisi dengan teks dan pembaca di sisi lain, mempunyai sejumlah kelebihan. Pembaca ditempatkan secara tidak langsung dalam suatu teks. Penyapaan tidak langsung ini bekerja melalui dua cara yaitu pertama dengan mediasi, suatu teks umumnya membawa tingkat wacana, dimana posisi kebenaran ditempatkan secara hierarkis sehingga pembaca akan mensejajarkan atau mengidentifikasi dirinya sendiri dengan karakter atau apa saja yang tersaji dalam teks. Kedua, kode budaya yang mengacu pada kode atau nilai budaya yang dipakai pembaca ketika menafsirkan suatu teks. Kode budaya ini membantu pembaca menempatkan dirinya terutama dengan orientasi nilai yang disetujui dan dianggap benar oleh pembaca. Eriyanto,2006 :200.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara Sugiyono, 2010:224.

3.2.2.1 Studi Dokumentasi

Dokumentasi menjadi salah satu aspek penting dalam melengkapi data- data penelitian . “Dokumen terdiri dari puisi dalam buku lady in waiting. Pada penelitian ini, dokumen yang digunakan adalah berupa teks puisi berjudul “Kekasihku Hatiku Tersayang”.

3.2.2.2 Studi Analisa Teks

Menganalisa bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan atau memarjinalkan suatu kelompok, gagasan, atau peristiwa tertentu hingga terdapat posisi subjek – objek serta posisi penulis – pembaca dalam wacana puisi tersebut.

3.2.2.3 Studi Wawancara

Wawancara adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh keterangan, mencari informasi yang lebih lengkap dengan teknik wawancara. Teknik wawancara yang dilakukan yaitu, dengan mewawancarai ahli sastra Inggris, ahli sastra Indonesia, ahli sosiolog dan pegiat feminis.

3.2.2.4 Studi Pustaka

Pada teknik ini, penulis mencari dan mengumpulkan beragam informasi terkait dengan analisis wacana kritis Sara Mills dan tentang buku lady in waiting itu sendiri yang bersumber dari berbagai literatur, seperti buku, artikel, dan sumber- sumber lainnya.

3.2.2.5 Studi Internet Searching

Melalui internet banyak informasi yang didapatkan untuk melengkapi data yang telah dikumpulkan sebelumnya melalui buku, tulisan, atau artikel. Internet menyediakan data-data yang sifatnya dinamis dan terbaru, termasuk pembahasan yang terkait dengan penelitian ini. Meski penelusuran data online berbeda bentuknya dengan penelurusan data konvensional tetapi secara esensi, keduanya memiliki fungsi yang sama untuk dijadikan rujukan data pada penelitian ini. 3.2.3 Teknik Pengumpulan Informan 3.2.3.1 Subjek Penelitian Subyek penelitian merupakan suatu benda, manusia, maupun lembaga yang akan diteliti dimana di dalam dirinya mengandung hal – hal terkait masalah yang akan diteliti oleh peneliti. Subyek penelitian merupakan keseluruhan objek yang terdapat beberapa narasumber atau informan yang nantinya akan memberikan informasi tentang masalah yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti, maka subyek penelitian terkait representasi menunggu bagi perempuan dalam puisi buku Lady In Waiting adalah informan – informan dari penelitian ini.

3.2.3.2 Informan Penelitian

Adapun yang menjadi informan dari penelitian ini adalah mereka yang membantu dalam membedah wacana teks puisi „Kekasih Hatiku Tersayang‟, mereka secara sadar dari profesi yang sama yakni sebagai dosen namun dengan kemampuan dan keahliannya masing – masing membantu peneliti. Teknik pengumpulan informan yang digunakan ialah teknik purposive, yakni penentuan informan dengan pertimbangan tertentu. Berikut nama dan pekerjaan informan: Tabel 3.1 Tabel Data Informan No. Nama Pekerjaan 1. Cece Sobana Dosen Bahasa Indonesia 2. Tatan Tawami Dosen Sastra Inggris 3. Ali Syamsudin Dosen dan Pengamat Sosiolog 4. Emma Khotimah Dosen dan Pegiat Feminis Sumber : Peneliti, 2013 Adapun alasan peneliti memilih keempat informan tersebut dikarenakan relevan dengan objek penelitian dengan analisis wacana Sara Mills. Cece Sobana sebagai dosen bahasa Indonesia akan membantu membedah puisi yang diteliti sebab puisi yang peneliti pilih ialah puisi terjemahan. Tatan Tawami sebagai dosen sastra Inggris membantu melihat apakah puisi asli ketika diterjemahkan masih memiliki isi, makna dan nilai pesan yang sama. Ali Syamsudyn peneliti pilih dikarenakan pengalamannya sebagai dosen sosiologi dan pengamat sosial serta pengetahuannya akan agama Islam yang baik akan melihat apakah puisi „Kekasih Hatiku Tersayang‟ dapat dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dengan budaya dan kependudukan yang mayoritas memeluk agama Islam. Emma Khotimah selain sebagai dosen, ia juga pegiat feminis yang telah melakukan riset – riset mengenai perempuan sejak tahun 1994 akan membantu melihat sebenarnya bagaimana keadaan perempuan Indonesia mengenai menunggu pasangan dan kaitannya dengan feminisme.

3.2.4. Teknik Analisa Data

Menurut Bogdan, analisis data adalah, “Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain” Sugiyono, 2008:244”. Terdapat beberapa tahap dalam analisa data yang umum dilakukan dalam penelitian kualitatif, yaitu Huberman dan Miles dalam Bungin, 2007:69 : 1. Kategorisasi dan reduksi data, peneliti mengumpulkan informasi-informasi yang penting yang terkait dengan masalah penelitian, dan selanjutnya mengelompokan data tersebut sesuai dengan topik masalahnya. 2. Sajian data. Data yang telah terkumpul dan dikelompokan itu kemudian disusun sistematis sehingga peneliti dapat melihat dan menelaah komponen- komponen penting dari sajian data. 3. Penarikan kesimpulan. Pada tahap ini, peneliti melakukan interpretasi data sesuai dengan konteks permasalahan dan tujuan penelitian. Dari interpretasi yang dilakukan akan diperoleh kesimpulan dalam menjawab masalah penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data melalui analisis wacana kritis – kualitatif. Penelitian kritis mengkritik hubungan sosial yang timpang dengan mengetahui makna, citra dan kepentingan dibalik wacana. Analisis wacana dalam paradigma kritis mendasarkan diri pada penafsiran peneliti terhadap teks. Paradigma kritis lebih kepada penafsiran karena dalam penafsiran kita dapatkan dunia dalam, masuk menyelami teks, dan menyikap makna dibaliknya. Sehingga dalam penelitian kritis tidak dapat dihindari unsur subjektifitas ketika penafsiran suatu teks, pengalaman, latar belakang budaya peneliti, pendidikan, latar belakang politik, bahkan keberpihakan mempengaruhi hasil intrepretasi. Oleh karena itu peneliti yang berbeda bisa saja menghasilkan temuan dan penafsiran yang berbeda pula. Eriyanto mengatakan pula keunggulan studi sperti ini akan tergantung pada kemampuan peneliti dalam membangun pijakan teoritis dan kerangka pemikiran yang kuat sebagai pijakan dalam melakukan penalaraan, sehingga penafsiran yang dihasilkan memiliki argumenasi yang memadai. Penelitian dalam pandangan kritis dipandang sukses jika peneliti mampu memperhatikan konteks sosial, ekonomi, politik, dan analisis komprehensif yang lain. Penafsiran subjektif yang kuat bisa terjadi oleh peneliti dikarenakan intepretasi yang dilakukan mampu menutup kemungkinan adanya intepretasi lain.

3.2.4 Uji Keabsahan Data

Dalam pengujian keabsahan data dalam penelitian kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan kuantitatif. Jadi, uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

3.2.4.1 Menggunakan Bahan Referensi

Menggunakan bahan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat-alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif, seperti kamera, handycam, alat rekam suara sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian, data-data yangdikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya Sugiyono, 2007:128.

3.2.4.2 Melakukan Member Check

Member Check adalah, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti datanya tersebut valid, sehingga semakin kredibeldipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi tujuan member check adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan Sugiyono, 2007:129. 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1 Lokasi Penelitian Pada penelitian ini peneliti melaksanakan penelitian di Bandung.

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian teks dengan metode analisis wacana kritis Sara Mills ini dilakukan selama enam bulan, terhitung mulai dari bulan Februari 2013 hingga Juli 2013. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 3.2 Waktu Penelitian berikut: 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Informan

Informan pertama yang dapat ditemui oleh peneliti ialah seorang dosen di Fakultas Ilmu Budaya UNPAD serta dosen luar biasa di UNIKOM. Ia memiliki nama lengkap Prof. Dr. Cece Sobana, M.Hum., lahir di kota kembang Bandung pada tahun 1964. Profesi menjadi dosen bahasa Indonesia telah ia geluti lebih dari sepuluh tahun belakangan, selain menjadi dosen ia juga gemar menulis, beberapa tulisannya telah dimuat di media cetak seperti koran Pikiran Rakyat. Jika Cece Sobana merupakan dosen luar biasa di UNIKOM, berbeda halnya dengan informan berikut ini, Tatan Tawami, S.s., M.Hum., merupakan dosen tetap sastra Inggris di UNIKOM dan telah memulai profesi sebagai dosen kurang lebih 11 tahun, sejak pertama ia memutuskan menjadi dosen ia mengambil langkah mengajar di Fakultas Sastra UNIKOM. Sama dengan Tatan Tawami, informan ketiga yang berhasil peneliti temui ialah seorang dosen tetap di UNIKOM. Ia menyelesaikan S1 Pendidikan Filsafat dan Sosiologi di IKIP Bandung, kemudian ia berhasil menyelesaikan S1 Dakwah di kota Bandung juga, Setelah itu ia melanjutkan S2 Sosiologi ke perguruan negeri Padjajaran UNPAD, dan berhasil menyelesaikan S3 IPS di Universitas Pendidikan Indonesia UPI Bandung serta S3 Sosiologi di UNPAD. Selain sebagai dosen, ia juga aktif sebagai pengamat sosial di Indonesia, adapun nama lengkap dari informan yang saat ini berusia 55 tahun ialah Dr, Drs. H.M. Ali Syamsudin, S.Ag. Msi. Berbeda dengan ketiga informan diatas, informan ke empat yang berhasil peneliti temui untuk melakukan wawancara ialah seorang dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Bandung UNISBA, aktif di DPRD Bandung serta merupakan pegiat feminis yang telah sejak tahun 1994 melakukan berbagai riset Woman Rise di Indonesia. Pegiat feminis yang lahir di Subang pada tanggal 04 Maret 1967 ini memiliki nama Ema Khotimah, Dra,Spd,Msi., biasa disapa dengan panggilan Ema. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Posisi Subjek – Objek Dalam Representasi Menunggu Bagi Perempuan Posisi sebagai subjek merupakan pihak pencerita atau yang memberi gambaran mengenai objek dalam puisi „Kekasih Hatiku Tersayang‟. Sebagai subjek memiliki otoritas dalam menyampaikan teks puisi tersebut kepada pembaca. Dapat terlihat bagaimana ia menyampaikan kepada pembaca posisinya sebagai perempuan yang memiliki hak untuk memilih pasangan bahkan menetapkan standar kriteria – kriteria pria yang ia dambakan. Seperti yang dikatakan oleh Tatan Tawami dosen sastra Inggris “Ini menunjukkan perempuan juga punya hak untuk memilih dan mau seperti apa, e pria yang dia mau untuk dia pada akhirnya gitu”. 1 Bertahun – tahun lamanya aku mencari pasanganku yang paling sempurna. Namun hasil dari satu – satunya dari semua pencarianku Adalah mimpi - mimpi yang berserakan, hati yang hancur dan sesuatu yang seperti penantian tak berujung. Bait pertama dalam puisi di atas menunjukkan bagaimana subjek mengungkapkan usahanya dalam pencarian pasangan hingga berakhir pada kekecewaan. Di Indonesia perempuan mencari pasangan bukanlah hal yang biasa saja, hanya terdapat segelintir orang yang dapat memaklumi atau menggap perempuan mecari pria itu hal yang biasa. Ali Syamsudyn sebagai pengamat sosial mengatakan: “Didalam puisi itu mengenai penantian memang sebagian masyarakat akan ada yang menyudutkan yaitu terutama masyarakat – masyarakat pedesaan yang menganggap kalau perempuan usia 20 belum menikah gitu dianggap perempuan yang apa itu, belum laku, belum baik, belum mendapat apa artinya e anugrah. Sehingga tentu saja perempuan semacam itu dianggap agak lambat gitu ya untuk mendapatkan. Tapi dimasyarakat perkotaan itu hal itu sudah menjadi suatu hal yang wajar, hal yang lumrah karena memang perempuan juga dituntut untuk berkarir atau untuk bisa mempersiapkan diri untuk kehidupannya. Kalau di pedesaan tadi itu kan masih beranggapan bahwa perempuan itu asal bisa meladenin suami ya dengan baik itu sudah cukup. Karena prinsipnya perempuan akan di dapur gitu kan”. 2 Namun seperti yang dikatakan oleh Emma Khotimah sebagai pegiat feminis bahwa perempuan yang diidentikkan dengan penantian atau menunggu itu merupakan konstruksi kuktural bukanlah kodrati. Sehingga dapat dikatakan 1 Wawancara Tatan Tawami, 30 Mei 2013 2 Wawancara Ali Syamsudyn, 22 Juni 2013 perempuan juga memiliki hak untuk mencari dan bahkan menetapkan standar pasangannya. Hal itulah yang subjek tampilkan melalui bait pertama dalam puisi. Aku ingin menemukan yang terbaik dari Allah. Tetapi Ia harus terlebih dahulu mengajar aku, bahwa aku harus hanya berdiam di dalam tangan-Nya yang penuh kasih. Jadi suatu malam aku berdoa, “Allah, sama seperti Engkau membuat Adam tertidur sampai ia siap bertemu yang sempurna baginya. Demikian pula buatlah aku dan keinginan – keinginanku tertidur sampai Aku begitu siap untuk mengenal dia yang telah Engkau pilihkan bagiku. Kemudian dalam bait berikutnya tampak bahwa subjek memiliki kepercayaan terhadap sang pencipta. Sekeras apapun ia berusaha mencari pasangan yang sempurna menurutnya, pada akhirnya subjek menyerahkan keinginannya kepada Tuhan. Ali Syamsudyn mengatakan “Lalu mengenai dia bergantung sama Tuhan, ya memang sudah seharusnya sebagai manusia bergatung pada sang penciptanya gitu. ” 3 Mungkin masyarakat akan menggap bahwa perempuan dalam puisi ini salah karena penetapan standar dan pencariannya terhadap pria , namun perempuan ini sadar betul bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan, sehingga ia tidak hanya melakukan hal yang tidak biasa perempuan lain lakukan dengan pencarian terhadap pria , tetapi subjek juga meminta langsung pada Tuhan kesetaraan hak mengenai pasangan dengan pria dengan meminta Tuhan untuk membuat dirinya tertidur sama seperti adam sebelum dipertemukan dengan hawa. Dalam permitaannya tersebutlah tersirat usaha pelepasan perempuan terhadap 3 Wawancara Ali Syamsudyn, 22 Juni 2013

Dokumen yang terkait

Marginalisasi Perempuan Berjilbab Perokok (Analisis Wacana Kritis Sara Mills Mengenai Marginalisasi Perempuan Berjilbab Perokok Dalam Buku Perempuan Berbicara Kretek Pada Sub Bab Rokok dan Jilbab Karya Des Christy Tahun 2012)

0 5 2

Representasi Perjuangan Perempuan Dalam Film Tjoet Nja Dhien (Analisis Wacana Kritis Sara Mills Mengenai Representasi Perjuangan Perempuan dalam Film Tjoet Nja Dhien Karya Sutradara Eros Djarot)

0 5 1

Representasi Perempuan dalam Teks Novel Diary Pramugari : "Seks,Cinta & Kehidupan" (Studi Analisis Wacana Kritis Sara Mills Representasi Perempuan dalam Novel Diary Pramugari : "Seks,Cinta & Kehidupan")

7 46 124

Representasi Perempuan dalam Media Cetak Lokal (Analisis Semiotik Representasi Perempuan dalam Rubrik “Sesrawungan” Representasi Perempuan dalam Media Cetak Lokal (Analisis Semiotik Representasi Perempuan dalam Rubrik “Sesrawungan” di Kabare Magazine Per

1 2 15

Representasi Perempuan Dalam Berbagi Suami Dan Ayat-Ayat Cinta (Analisis Wacana Kritis Sara Mills Tentang Representasi Perempuan Yang Menjalani Hidup Poligami Dalam Film Berbagi Suami Dan Film Ayat-Ayat Cinta).

0 0 2

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM TIGA LIRIK LAGU LADY GAGA: ANALISIS WACANA KRITIS.

0 0 1

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM NOVEL “PEREMPUAN KEUMALA” (Studi Semiotika Tentang Representasi Perempuan Dalam Novel “Perempuan Keumala” Karya Endang Moerdopo).

20 102 88

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM NOVEL “PEREMPUAN KEUMALA” (Studi Semiotika Tentang Representasi Perempuan Dalam Novel “Perempuan Keumala” Karya Endang Moerdopo)

1 0 18

REPRESENTASI KETIDAKADILAN GENDER DALAM KUMPULAN CERPEN SAIA KARYA DJENAR MAESA AYU (ANALISIS WACANA KRITIS SARA MILLS)

0 0 14

REPRESENTASI PERJUANGAN PEREMPUAN MELAWAN PENINDASAN (Studi Analisis Wacana Kritis Sara Mills Dalam Cerpen Perempuan Preman Karya Seno Gumira Ajidarma) SKRIPSI

0 0 77