METODE PENELITIAN Perbedaan Hasil Balajar Siswa Yang Mendapat Materi Pelajaran Dengan Pemberian Tugas Disertai Alur Penyelesaian Dan Tanpa Alur Penyelesaian Pada Pokok Bahasan Sudut dan Peta Mata Angin Siswa Kelas

BAB III METODE PENELITIAN

A. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1 SLTP Fransiskus Semarang, yang berjumlah 141 siswa. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik class random sampling. Adapun langkah-langkah penentuan sample sebagai berikut: a. dari populasi yang terdiri dari 4 kelas yaitu: 1A terdiri dari 34 siswa 1B terdiri dari 35 siswa 1C terdiri dari 36 siswa 1D terdiri dari 36 siswa ksrena dari keempat kelas yang ada di SLTP Fransiskus merupakan kelas dengan kemampuan siswa yang relatif sama maka untuk pengambilan data dipilih 3 kelas secara acak dengan membuat undian dan terpilih kelas 1A, 1C dan 1D. b. dari tiga kelas yang terpilih diadakan pengundian untuk menentukan kelompok eksperimen, kelompok kontrol dan kelompok uji coba. 27 Berdasarkan pengundian terpilih 1D sebagai kelompok eksperimen, 1B sebagai kelompok kontrol dan 1A sebagai kelompok uji coba. B. Variabel Penelitian 1. variabel bebas - nilai tes dengan materi disertai tugas dengan alur penyelesaian - nilai tes dengan materi disertai tugas tanpa alur penyelesaian 2. variabel terikat hasil belajar siswa C. Metode Pengambilan Data 1. Metode dokumentasi Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai nama siswa dan nilai tes sumatif semester 1. Data tersebut digunakan untuk mengadakan matching terhadap kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, untuk mengetahui bahwa tidak ada perbedaan antara 2 kelompok tersebut sebelum diadakan perlakuan. 2. Metode tes Tes digunakan untuk mendapatkan nilai hasil belajar matematika setelah diadakan perbedaan perlakuan. Data ini digunakan untuk mengetahui ada dan tidaknya perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah diadakan perlakuan yang berbeda. Bentuk tes yang digunakan adalah tes obyektif dengan pertimbangan: a. hasil pemeriksaan bersifat obyektif b. ruang lingkup materi yang diujikan lebih menyeluruh sehingga cukup representatif mewakili materi yang telah dipelajari siswa c. jawaban yang benar sudah tertentu dan pasti d. pemeriksaan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat e. ketidakmampuan tes dalam bagian-bagian tertentu pada sebuah konsep topik lebih mudah dikenali secara langsung dari jawaban butir soal yang salah. Erman Suherman, 1993; 75-76 Soal tes yang diberikan telah diuji cobakan dan dianalisis serta sudah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. 3. Analisis Perangkat Tes a. analisis validitas untuk mengetahui apakah butir soal valid atau tidak valid sebagai instrumen penelitian maka untuk menghitung koefisien validitas digunakan rumus korelasi product moment [ ][ ] ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ − − − = 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r xy keterangan: r xy = koefisien validitas butir soal N = banyak siswa peserta tes X = jumlah skor item Y = jumlak skor total r xy dikonsultasikan dengan tabel harga kritis produk moment. Dikatakan valid jika r hitung ≤ r tabel Suharsimi Arikunto, 1998:162 b. Analisis Reliabilitas Untuk mengetahui reliabilitas dalam penelitian digunakan tes tunggal dengan teknik non belah dua dari Kuder dan Richardson K-R 20 yaitu : ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − = ∑ 2 2 11 1 S q p S n n r i i t 1 2 2 − − = ∑ n X X S i t Dengan: n = banyak sampel p i = proporsi subyek yang menjawab benar pada butir soal ke-i q i = proporsi subyek yang menjawab salah pada butir soal ke-i jadi q i = 1 - p i 2 t S = varians skor total Erman Suherman, 1993: 160 Hasil perhitungan r 11 diperoleh di konsultasikan dengan r tabel product moment dengan taraf signifikansi 5. Jika r 11 r tabel maka soal instrumen tersebut reliabel. Suharsimi Arikunto, 1993; 155 Berdasarkan lampiran XIV diperoleh r 11 = 0,8516 sedangkan r tabel = 0,339. Dalam hal ini r 11 r tabel , maka dapat disimpulkan bahwa perangkat tes yang telah dibuat adalah reliabel. c. Analisis Tingkat Kesukaran Item yang baik adalah item yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha dalam menyelesaikannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi, karena diluar jangkauannya. Suharsimi Arikunto, 1989: 206 Berkaitan dengan hal tersebut di atas ditetapkan bahwa tingkat kesukaran yang baik adalah pada interval 25 - 75 . Item yang mempunyai tingkat kesukaran lebih dari 75 soal tersebut terlalu mudah. Rumus untuk menghitung tingkat kesukaran adalah sebagai berikut: JS B P = Dengan: P = Tingkat kesukaran soal B = Banyak siswa yang menjawab dengan benar item tersebut JS = Banyak siswa yang mengikuti tes Dengan kriteria: 0,00 ≤ P 0,30 : soal dikatakan sukar 0,30 ≤ P 0,70 : soal dikatakan sedang 0,70 ≤ P ≤ 1,00 : soal dikatakan mudah Suharsimi Arikunto, 1989: 210 Dari uji coba yang dilakukan hasilnya terdapat 15 item dikategorikan mudah item nomor: 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 17, 25, 28, 29, 30, 33 19 item dikategorikan sedang item nomor: 4, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 26, 27, 31, 32, 34, 35 dan 1 item dikategorikan sukar item nomor 21. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran XV. d. Analisis Daya Pembeda Daya pembeda digunakan untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda soal rumus yang digunakan sebagai berikut: PB PA JB BB JA BA DP − = − = Dengan: DP = daya pembeda soal JA = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok atas JB = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok bawah BA = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok atas menjawab item tertentu dengan benar BB = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok bawah dan menjawab item tertentu dengan benar. PA = proporsi peserta tes kelompok atas yang menjawab item tertentu dengan benar PB = proporsi peserta tes kelompok bawah yang menjawab item tertenti dengan benar Kategori yang digunakan adalah: 0,00 - 0,20 : jelek 0,20 - 0,40 : cukup 0,40 - 0,70 : baik 0, 70 - 1,00 : baik sekali Suharsimi Arikunto, 1998: 213 Daya pembeda yang bernilai negatif tidak baik dan soal harus direvisi atau diganti. Perangkat tes yang diuji cobakan ditinjau dari daya pembeda soal, item yang baik adalah item yang mempunyai daya pembeda lebih dari 0,20. Dari hasil uji coba yang dilakukan ternyata ada 11 item yang memiliki daya pembeda jelek item nomor 2, 5, 5, 8, 9, 13, 14, 15, 26, 27, 33, 8 item yang memiliki daya pembeda cukup item nomor 1, 3, 12, 18, 19, 21, 30, 34 dan 16 item yang memiliki daya pembeda baik item nomor 4, 7, 10, 11, 16, 17, 20, 22, 23, 24, 25, 28, 29, 31, 32, 35. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran XVI. D. Metode Analisis Data 1. Analisis Tahap Awal Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian “Mached Group Designs” atau disingkat dengan pola M-G, yang bertitik tolak pada group matching. Sebelum suatu eksperimen dilakukan, terlebih dahulu diadakan matching antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diseimbangkan lebih dahulu sehingga dua-duanya berangkat dari titik tolak yang sama. Sutrisno Hadi, 1998: 475 Group matching dilakukan dengan jalan: a. mean matching Untuk uji mean matching diperlukan data nilai tes sumatif semester 1 dari lekompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian masing-masing dihitung dari meannya. Dari hasil perhitungan mean untuk kedua kelompok tersebut dibandingkan apabila menunjukkan nilai yang sama maka kedua kelompok tersebut dikatakan tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan. Namun kesamaan kedua nilai mean ini tidak semata-mata menunjukkan bahwa variabilitas kedua kelompok tersebut juga sama. Untuk itu perlu dilanjutkan dengan uji yang kedua. b. Variance Matching Hal ini untuk menguji apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang telah ditetapkan berasal dari populasi yang variansinya relative sama. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: t b nk nb V V F = − − 1 1 dengan, V b = variansi yang lebih besar V k = variansi yang lebih kecil n b = banyakn ya subyek yang variansinya lebih besar n k = banyaknya subyek yang variansinya lebih kecil Sutrisno Hadi, 1998: 477 Dari F hitung yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan F tabel yang mempunyai dk pembilang sebesar nb – 1 dan dk penyebut nk – 1 serta taraf signifikansi α = 5. Dalam hal ini apabila F hitung F tabel maka berarti kelompok ekperimen dan kelompok kontrol yang ditetapkan berasal dari populasi yang memiliki variansi yang relative sama. b. t-matching Dalam hal ini untuk menuji apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang telah ditetapkan memiliki perbedaan yang signifikan. Rumus yang digunakan untuk menguji adalah sebagai berikut: 2 2 mk me k e SD SD M M t + − = 1 2 2 − = e e me n S SD 1 2 2 − = k k mk n S SD dengan. M e = rata-rata nilai kelompok eksperimen M k = rata-rata nilai kelompok kontrol n e = banyaknya anggota kelompok eksperimen n k = banyaknya anggota kelompok kontrol = variansi dari kelompok eksperimen 2 e S = variansi dari kelompok kontrol 2 k S Dari t hitung yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan t tabel yang memiliki derajad kebebasan dk = ne + nk - 2 dan taraf signifikansi α = 5. Dalam hal ini jika t hitung t tabel maka kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang ditetapkan tidak berbedaa secara signifikan. Sutrisno Hadi, 1998 Berkaitan dengan penggunaan rumus t-test maka perlu uji coba normalitas untuk mengetahui distribusi dari populasi penelitian. Rumus yang digunakan: ∑ = − = k i i i i E E O 1 2 2 χ dengan’ E i = frekuensi yang diharapkan O i = frekuensi hasil pengamatan i = 1, 2, 3, … , k Dari χ 2 hitung yang didapatkan dikonsultasikan dengan χ 2 tabel dengan derajat kebebasan dk = banyaknya interval dikurangi tiga dan taraf signifikansi α = 5. Apabila dari hasil perhitungan didapatkan χ 2 hitung χ 2 tabel maka data yang diuji adalah berdistribusi normal. 2. Analisis Tahap Akhir a. Uji Hipotesis Adapun langkah-langkah dalam melakukan pengujian adalah sebagai berikut: Ho : μ 1 ≤ μ 2 , nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih rendah dari pada nilai rata-rata kelompok kontrol. H1 : 1 μ 2 μ . nilai rata-rata kelompok ekperimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelompok kontrol Dalam hal ini uji statistik yang digunakan adalah uji statistik student-t untuk satu pihak pihak kanan Rumus yang digunakan: 2 2 2 1 1 1 n n S X X t + − = 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 − + − + − = n n S n S n S dengan, X 1 = nilai postest kelompok kontrol X 2 = nilai postest kelompok eksperimen X 1 = rata-rata nilai postest kelompok kontrol X 2 = rata-rata nilai postest kelompok eksperimen S 1 2 = variansi nilai postest kelompok kontrol S 1 2 = variansi nilai postest kelompok eksperimen n 1 = banyaknya siswa kelompok kontrol n 2 = banyaknya siswa kelompok eksperimen Sudjana, 1989: 239 N X X N i i ∑ = = 1 S i 2 = 1 2 2 − − ∑ ∑ N N X X N i i Dengan, X = rata-rata nilai S i 2 = variansi dari nilai yang diperoleh subyek X i = nilai yang diperoleh oleh subyek N = banyaknya subyek i = 1, 2, 3, … , n Dari t hitung yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan t tabel yang memiliki derajat kebebasan dk = N 1 + N 2 - 2 dan taraf signifikansi α = 5. Kriteria pengujian adalah tolak hipotesis nol jika t hitung t tabel atau dapat dikatakan bahwa kelompok eksperimen hasil belajar bidang studi matematikanya lebih baik dibendingkan dengan hasil belajar matematika kelompok kontrol.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Media Peta Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Dengan Pokok Bahasan Mengenal Peta Provinsi (Ptk Pada Siswa Kelas Iv Mis Al-Husna Kota Tangerang)

1 36 118

PENGARUH PEMBERIAN TUGAS DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN Pengaruh Pemberian Tugas Dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sawit Boyolali Tah

1 3 19

PENGARUH PEMBERIAN TUGAS DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN Pengaruh Pemberian Tugas Dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sawit Boyolali Tah

0 3 13

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE EKSPOSITORI BERBASIS PETA PIKIRAN DAN TANPA PETA PIKIRAN PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS V SD NEGERI 106162 MEDAN ESTATE TAHUN AJARAN 2011/2012.

0 1 24

PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA SISWA YANG DIBERI TUGAS KELOMPOK DENGAN SISWA YANG DIBERI TUGAS Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diberi Tugas Kelompok Dengan Siswa Yang Diberi Tugas Individu Pada Pelajaran Matematika Siswa Kelas V Sdn 3 Juwiran K

0 2 16

Perbedaan Hasil Balajar Siswa Yang Mendapat Materi Pelajaran Dengan Pemberian Tugas Disertai Alur Penyelesaian Dan Tanpa Alur Penyelesaian Pada Pokok Bahasan Sudut dan Peta Mata Angin Siswa Kelas 1 SLTP Fransiskus Semarang tahun Pelajaran 2003/2004.

0 1 1

Perbandingan Hasil Belajar Trigonometri Antara Siswa Yang Mendapat Peta Konsep Dan Umpan Balik Dengan Yang Mendapat Peta Konsep Tanpa Umpan Balik (Studi Pada Siswa Kelas X MA Nurul Ulum Munjungan – Trenggalek Tahun Ajaran 2011 2012) - Institutional Reposi

0 0 4

Perbandingan Hasil Belajar Trigonometri Antara Siswa Yang Mendapat Peta Konsep Dan Umpan Balik Dengan Yang Mendapat Peta Konsep Tanpa Umpan Balik (Studi Pada Siswa Kelas X MA Nurul Ulum Munjungan – Trenggalek Tahun Ajaran 2011 2012) - Institutional Reposi

0 0 23

Perbandingan Hasil Belajar Trigonometri Antara Siswa Yang Mendapat Peta Konsep Dan Umpan Balik Dengan Yang Mendapat Peta Konsep Tanpa Umpan Balik (Studi Pada Siswa Kelas X MA Nurul Ulum Munjungan – Trenggalek Tahun Ajaran 2011 2012) - Institutional Reposi

0 0 11

Perbandingan Hasil Belajar Trigonometri Antara Siswa Yang Mendapat Peta Konsep Dan Umpan Balik Dengan Yang Mendapat Peta Konsep Tanpa Umpan Balik (Studi Pada Siswa Kelas X MA Nurul Ulum Munjungan – Trenggalek Tahun Ajaran 2011 2012) - Institutional Reposi

0 0 21