PENGARUH NUTRISI DAN KEMIRINGAN BED TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans) DENGAN SISTEM MODIFIKASI NFT (Nutrient Film Technique) PADA MEDIA ROCKWOOL

(1)

PENGARUH NUTRISI DAN KEMIRINGAN BED TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans) DENGAN SISTEM

MODIFIKASI NFT (Nutrient Film Technique) PADA MEDIA ROCKWOOL

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1

Jurusan Agronomi

Diajukan Oleh : Darsono

Nim. 201010200311019

Kepada

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

JURUSAN AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Darsono

Tempat, Tanggal Lahir : Sumenep, 09 November 1992

NIM : 201010200311019

Jurusan/Prodi : Agronomi/Agroteknologi

Judul Skripsi : Pengaruh Nutrisi dan Kemiringan Bed terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans) dengan Sistem Modifikasi (Nutrient Film Technique) NFT pada Media Rockwool

Skripsi ini telah diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Peternakan

Universitas Muhammadiyah Malang.

Mengesahkan

Dekan, Ketua Program Studi,

Dr. Ir. Damat, MP Dr. Ir. Ali Ikhwan, MP


(3)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur Alhamdulilah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan penelitian dengan judul “Pengaruh Nutrisi dan Kemiringan Bed terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kangkung dengan Sistem Modifikasi NFT pada Media Rockwool”.

Laporan hasil penelitian ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan tingkat Sarjana pada Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas segala bantuan baik berupa tenaga dan pikiran, kepada yang terhormat:

1. Dr. Ir. Aniek Iriany, MP. selaku Pembimbing Utama dan Ir. Henik Sukorini, MP., Ph. D. selaku Pembimbing Pendamping yang telah bersedia membimbing dengan sabar mengarahkan selama penyusunan proposal skripsi dan memberikan saran hingga laporan akhir selesai.

2. Ir. Hartawati, MS. Dan Dr. Ir. Ali Ikhwan, MP selaku Penguji ujian skripsi yang telah banyak membantu penulis memberikan arahan dan saran dengan sabar membimbing sampai proses penyusunan proposal skripsi ini hingga selesai.

3. Teman-teman Agronomi angkatan 2010 yang selama ini membantu dalam pelaksanaan penelitian ini hingga selesai.

Akhir kata tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, dengan segala kerendahan hati semoga dengan selesainya tugas akhir ini semakin membawa kami siap terjun di masyarakat dan turut serta membangun negara Republik Indonesia tercinta.

Wassalamulaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Malang, 18 November 2014

Penulis


(4)

DAFTAR ISI

Isi Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

RINGKASAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Hipotesis ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Tanaman Kangkung ( Ipomuea reptans ) ... 4

2.2. Sistem Hidroponik NFT ... 7

2.3. Media Rockwool ... 9

2.4. Kemiringan Bed ... 11

2.5. Larutan Nutrisi ... 12

III. METODE PENELITIAN ... 18

3.1. Tempat dan Waktu ... 18

3.2. Alat dan Bahan ... 18

3.3. Metode Penelitian ... 18

3.4. Denah Instalasi Percobaan ... ... 19

3.5. Pelaksanaan Penelitian ... 19

3.5.1. Pembuatan Instalasi Hidroponik ... 19

3.5.2. Persemain Benih ... 19

3.5.3. Pembuatan Larutan Nutrisi AB Mix ... 20


(5)

3.5.5. Pemeliharaan ... 20

3.5.6. Pengontrolan Larutan Nutrisi... 21

3.5.7. Pengendalian Hama dan Penyakit... 21

3.5.8. Panen ... .... 22

3.6. Variabel Pengamatan ... 22

3.6.1. Media Tanaman... 22

3.6.2. Tanaman ... 23

3.7. Analisis Data ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1. Hasil Pengamatan ... 25

4.1.1. Pengamatan pH Larutan nutrisi ... 25

4.1.2. Pengamatan Electric Conductivity (EC) ... 25

4.1.3. Pengamatan Suhu Udara dalam Greenhouse ... 27

4.1.4. Pengamatan Jumlah Daun ... 27

4.1.5.Pengamatan Luas Daun ... 28

4.1.6. Pengamatan Tinggi Tanaman ... 29

4.1.7. Pengamatan Panjang Akar ... 30

4.1.8. Pengamatan Berat Segar dan Berat Kering ... 30

4.2. Pembahasan ... 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

5.1. Kesimpulan ... 37

5.2. Saran ... 37 DAFTAR PUSTAKA


(6)

DAFTAR TABEL

No. Teks Hal

1. Kandungan Nutrisi AB Mix Vegetatif ... 9 2. Unsur Hara Esensial untuk Pertumbuhan Tanaman ... 15 3. Konsentrasi Maksimum Ion Garam terlarut dalam Larutan Nutisi untuk Budidaya

di dalam Greenhouse (ppm)... 17 4. Uji Rata-Rata Jumlah Daun per Tanaman (helai) pada Umur

6 sampai 18 hst... 28 5. Uji Rata-Rata Luas Daun per Tanaman (helai) pada Umur

9 sampai 19 hst... 28 6. Uji Rata-Rata Tinggi Tanaman per Tanaman (cm) pada Umur

6 sampai 18 hst... 29 7. Uji Rata-rata Panjang Akar per Tanaman (cm) pada Umur

6 sampai 18 hst... 30 8. Uji Rata-Rata Berat Segar dan Berat Kering Tanaman ... 31


(7)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Hal

1. Denah Instalasi Percobaan ... 16

2. pH Larutan Nutrisi AB Mix ... 25

3. Electric Conductivity (EC) ... 26

4. Suhu Udara dalam Greenhouse ... 27

5. Proses Pembuatan Media Rockwool ... 40

6. Pembuatan Larutan Nutrisi ... 42

7. Pembuatan Greenhouse ... 43

8. Pembuatan Instalasi Hidroponik ... 44

9. Proses Penyemaian... 44

10.Transplanting sampai Panen ... 45


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Hal

1. Instalasi Hidroponik NFT ... 34

2. Analis Ragam Jumlah Daun Tanaman ... 37

3. Analis Ragam Luas Daun Tanaman ... 37

4. Analisis Ragam Tinggi Tanaman... 37

5. Analisi Ragam Panjang Akar ... 38


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L. 2004. Dasar-Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Hal 43-45 Jakarta Anonim. 2010. Growmore. Agribisnis Info (Online)

http://agritekno.tripod.com/growmore.htm, diakses pada 28 September 2014. Chadirin. 2007. Pelatihan Aplikasi Teknologi Hidroponik Untuk Pengembangan

Agribisnis Perkotaan. Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Depatemen Pertanian. 2005. Kebutuhan Sayuran per Kapita di Indonesia. Jakarta.

Diakses tanggal 28 September 2014

Elkim. 2007. Manfaat Kangkung. (Online) www.elkimplaces.rawks.com, diakses tanggal 23 September 2014

Ekowahyuni, LP. Sudarmojo, dan Marsuyut.2003. Pengaruh tingkat Ec (Electrikal Couductivity) terhadap empat varietas selada dengan sistem hidroponik. Bul.Littro.22(1):23-32.

Gonggo.2006. Pengaruh Pemberian Unsur N yang Berlebihan.Universitas Medan.Sumatra Barat. Diakses tanggal 28 September 2014

Hasiholan,S.B.Suprihatin, M.S.,Muryas R.dan Isjwara. 2000. Pengaruh Perbandingan Nitrat Dan Amonium Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Selada (Latuca sativa L.) yang Dibudidayakan Secara Hidroponik.FP-UKSW Salatiga.

Hidayati, M, 2009. Sistem Hidroponik Dengan Nutrisi Dan Media TanamBerbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Selada; Media Litbang Sulteng.

Izzati, I. R. 2006. Penggunaan Pupuk Majemuk sebagai Sumber Hara pada Budidaya Selada (Lactuca sativa L.) secara Hidroponik dengan Tiga CaraFertigasi. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ipteknet. 2007. Teknologi Pangan. (Online)

http://www.iptek.net.id/ind/teknologipangan/index.php?id=238, diakses 28 September 2014

.

Kristanti, N. 1998. Karakteristik Konduktifitas Listrik Larutan Nutrisi Tanaman Selada Pada Sistem Nutrient Film Technique (NFT) Dengan Sirkulasi Larutan Nutrisi Secara Berkala. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Karsono, S., dan Sudarmodjo. 2002. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Agro Media


(10)

Kohar, 2004. Studi Kandungan pb dalam Batang dan Daun Kangkung (Ipomoea reptans) Yang Direbus dengan Penambahan NaCl dan Asam Asetat. Makara Sains 8 (3) :85

Lakitan, B. 2004. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Morgan, L. 2000. Are Your Plants Suffocating? The Importance Of Oxygen In Hydroponics. The Growing Edge 12(6):50-54.

Michael, F. dan Dowgertn 2009. Rockwool Sebagai Subtrat Tumbuh pada Sistem Hidroponik. http://grodan101.com/knowledge-center/rockwool-growing-substrate-hydroponic-systems, diakses tanggal 28 September 2014

Nelson, P. V. 1978. Green House Operation and Management. Reston Publishing Company Inc. Virginia. Diakses tanggal 28 September 2014

Permatasari, H. 2001. Mempelajari Kinerja Sistem Irigasi pada BudidayaTanaman Pak Choy (Brassica chinensis L.). secara Hidroponik denganMedia Arang Sekam. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. FakultasTeknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Polii, M. G. M. 2009. Respon Produksi Tanaman Kangkung terhadap Variasi Waktu Pemberian Pupuk Kotoran Ayam. Soil Environment, (7) 1 : 18-22.

Prayitno, S. 2012. Nutrisi Hidroponik, Materi Pelatihan. Goodplant Indonesia. Yogyakarta.

Priyanti, M.F.E. 2012. Pengaruh Kemiringan Talang Dan Dosis Pemberian Nutrisi Pada Sistem Irigasi Hidroponik NFT Terhadap Tanaman Kangkung. Hal 7 Universitas Negeri Jember

Roan, P.N.M. 1998. Pengaruh Aerasi dan Bahan Pemegang Tanaman pada Tiga Konsentrasi Larutan terhadap Pertumbuhan Selada (Lactuca sativa L) dalam Sistem Hidroponik Mengapung. Skripsi: Jurusan Budidaya Pertanian. IPB.

Rukmana, R. 1994. Bertanam Kangkung. Kanisius. Jurnal Penelitian hal 9-10. Yogyakarta

. 2002. Budidaya tanaman sawi. Kanisius. Jurnal Penelitian hal 11-15. Yogyakarta

Ruhnayat . 2007. Pengaruh Unsur Hara N yang diberikan pada Titik Optimum. Hal 80-83

Rizqiani, N.F, E. Ambarwati, N.W. Yuwono, (2007). Pengaruh dosis dan frekuensi pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil buncis


(11)

(phaseolus vulgaris l.) dataran rendah. Jurusan budidaya pertanian fakultas pertanian universitas gajah mada.Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.7(1):43-53. Sutarno, H. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Soeseno, S. 2000. Bisnis Sayuran Hidroponik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal 9 – 95. Jakarta

Sufardi. 2001. Meningkatkan Hasil Jagung pada Utisol Muatan Berubah dengan. Hal 63-70.

Suhardiyanto. 2002. Sistem Kendali Berbasis PLC untuk Pengaturan Larutan Nutrisi pada Jaringan lrigasi Tetes. Jurnal llmiah llmu Komputer 4(2): 42-47.

Sutiyoso. 2002. Meramu Pupuk Hidroponik Tanaman Buah, Tanaman Sayuran, Tanaman Hias. Bogor:Penebar Swadaya Bogor. Diakses tanggal 02 Oktober 2014

Susila, A. D. 2003. Prinsip Pemupukan pada Produksi Sayuran Secara Komersial. Bahan Kuliah: Budidaya Sayuran, Jurusan Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

. 2009. Media Tanam Hidroponik Substrat. Jurnal ilmiah hal 53-63.

Supriyono. 2009. Aeroponik Budidaya Sayuran dengan Sistem Pengabutan. Penebar Swadaya: Depok. Hal 25-30, 37-41.

. 2010. Rockwoll. Komunikasi Pribadi. PT. Kebun Sayur Segar Bogor. Jawa Barat. Diakses tanggal 02 Oktober 2014

Sudaryanto, D, 2013. Biokompos cair dan pupuk kimia NPK sebagai alternatif nutrisi dalam budiadaya tanaman caisim teknik hidroponik; Pusat teknologi produksi pertanian –BPPT. Diakses tanggal 2 Oktober 2014

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya secara Hidroponik. Nuansa Aulia. Bandung.

Yani A. dan W. Widodo,. 2005. Usaha Meningkatkan Kualitas Beberapa Varietas Tomat Dengan Sistem Budidaya Hidroponik. Ilmu Pertanian, (12) 1 : 77-83. Yusuf, R., dan H. Mas’ud., 2007. Penggunaan Teknologi Hidroponik untuk

Menghasilkan Tanaman Sawi Bebas Pestisida, Laporan Hasil Penelitian Dosen Muda DIKTI. Balai Penelitian Universitas Tadulako, Palu.

Untung. 2000. Hidroponik Sayuran Sistem NFT (Nutrient Film Technique). Penebar Swadaya. Jakarta.


(12)

. 2000. Analisis Sistem Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) Pada Budidaya Tanaman Selada (Lactuca sativa L); Universitas Sumatra Utara, Fakultas Pertanian.

Wahyudin. 2004. Pengaruh takaran urea dan dosis pupuk daun multitonik terhadap pertumbuhan dan hasil caisin (Brassica juncea L.) Kultivar Green Pakchoy. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas siliwangi. Tasikmalaya. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Hal 73-87.

Wijayani A. dan W. Widodo,. 2005. Usaha Meningkatkan Kualitas Beberapa Varietas Tomat Dengan Sistem Budidaya Hidroponik. Ilmu Pertanian, (12) 1 : 77-83.-88.

Wibowo S. dan A.S Asriyanti,. 2013. Aplikasi Budidaya Hidroponik NFT Pakcoy (Brassica rapa chinensis) Jurnal Penelitian Petanian Terapan Vol. 13 (3): 159-167. Banjarnegara


(13)

1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kangkung (Ipomoea sp.) dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk kedalam family Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna hijau keputih-putihan merupakan sumber vitamin pro vitamin A. Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Kangkung darat, hidup di tempat yang kering atau tegalan, dan 2) Kangkung air, hidup ditempat yang berair dan basah. Penerapan sistem hidroponik pada budidaya kangkung merupakan pilihan tepat pada kondisi saat ini. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial masyarakat setempat serta banyaknya jumlah permintaan sayur terutama kangkung. Gaya hidup masyarakat saat ini cenderung beralih menjadi pola hidup konsumtif yang mulai memilih produk dengan kualitas (Kohar, 2004).

Permintaan terhadap komoditas sayuran di Indonesia secara umum terus meningkat. Berdasarkan informasi DEPTAN 2005 kebutuhan sayuran di Indonesia 35,30 kg/kapita/tahun, dan tahun 2007 meningkat menjadi 40,90 kg/kapita/tahun di perkirakan pada tahun 2013 kebutuhan sayuran mencapai 57,664 kg/kapita/tahun. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan kosumsi per kapita. Sementara produksi sayuran berdasarkan BPS 2009 menunjukkan peningkatan produksi pertahunnya rata-rata untuk sawi 3,521 ton/ha/tahun. Mengingat semakin pesatnya pembangunan di Indonesia dan meningkatnya kesejahteraan penduduk sehingga berdampak terhadap penurunan lahan produktif pertanian. Hal ini diperkirakan kebutuhan akan sayur semakin


(14)

2

sulit dipenuhi sehingga diperlukan alternatif teknik budidaya yang menggunakan lahan sempit antara lain budidaya secara hidroponik.

Hidroponik merupakan solusi alternatif yang dipandang mampu mengatasi beberapa masalah yang muncul yaitu menanam tanaman dengan sistem hidroponik. Suhardiyanto (2002) menyatakan beberapa kelebihan hidroponik adalah kebersihan lebih mudah terjaga, tidak ada masalah berat seperti pengolahan tanah serta gulma, penggunaan pupuk dan air efisien, tanaman yang diusahakan tidak tergantung musim dan dapat ditanam dilahan yang sempit.

NFT (Nutrient Film Technique) merupakan jenis hidroponik yang berbeda dengan hidroponik substrat. Pada budidaya hidroponik (NFT), air bersirkulasi selama 24 jam terus menerus (tanpa terputus). Sebagian akar terendam air dan sebagian lagi berada di atas permukaan air (Untung, 2000).

Penyerapan nutrisi merupakan komponen penting dalam budidaya NFT. Namun seringkali nutrisi yang diberikan tidak dapat diserap tanaman karena aliran nutrisi yang tidak dapat merata di seluruh permukaan talang sehingga akar tidak tersentuh aliran nutrisi akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat. Penyerapan nutrisi tidak akan berjalan baik apabila tidak didukung dengan aliran nutrisi yang kontinyu (atau intermitten) dengan kecepatan aliran 0,75 liter/menit. Menurut penelitian Priyanti (2012) bahwa pada kemiringan 3% diperoleh berat produksi terbesar yaitu 71.01 gram dan secara statistik kemiringan talang yang dipakai berpengaruh nyata terhadap hasil produksi tanaman kangkung.


(15)

3

1.2. Perumusan Masalah

a. Seberapa efektif kemiringan bed terhadap sistem modifikasi NFT pada tanaman kangkung?

b. Pada konsentrasi berapa keefektifitasan nutrisi sistem modifikasi NFT pada tanaman kangkung?

c. Berapa nutrisi dan kemiringan bed yang efektif dari nutrisi pada sistem NFT tanaman kangkung?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian nutrisi dan kemiringan bed terhadap tanaman kangkung dengan sistem hidroponik NFT 1.4. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Diduga, pada masing - masing kemiringan bed membutuhkan nutrisi yang berbeda untuk melihat pengaruh pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung. b. Diduga, dengan perlakuan nutrisi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman kangkung dengan sistem hiroponik NFT

c. Diduga, keduanya perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung dengan sistem hiroponik NFT


(16)

1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kangkung (Ipomoea sp.) dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk kedalam family Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna hijau keputih-putihan merupakan sumber vitamin pro vitamin A. Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Kangkung darat, hidup di tempat yang kering atau tegalan, dan 2) Kangkung air, hidup ditempat yang berair dan basah. Penerapan sistem hidroponik pada budidaya kangkung merupakan pilihan tepat pada kondisi saat ini. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial masyarakat setempat serta banyaknya jumlah permintaan sayur terutama kangkung. Gaya hidup masyarakat saat ini cenderung beralih menjadi pola hidup konsumtif yang mulai memilih produk dengan kualitas (Kohar, 2004).

Permintaan terhadap komoditas sayuran di Indonesia secara umum terus meningkat. Berdasarkan informasi DEPTAN 2005 kebutuhan sayuran di Indonesia 35,30 kg/kapita/tahun, dan tahun 2007 meningkat menjadi 40,90 kg/kapita/tahun di perkirakan pada tahun 2013 kebutuhan sayuran mencapai 57,664 kg/kapita/tahun. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan kosumsi per kapita. Sementara produksi sayuran berdasarkan BPS 2009 menunjukkan peningkatan produksi pertahunnya rata-rata untuk sawi 3,521 ton/ha/tahun. Mengingat semakin pesatnya pembangunan di Indonesia dan meningkatnya kesejahteraan penduduk sehingga berdampak terhadap penurunan lahan produktif pertanian. Hal ini diperkirakan kebutuhan akan sayur semakin


(17)

2

sulit dipenuhi sehingga diperlukan alternatif teknik budidaya yang menggunakan lahan sempit antara lain budidaya secara hidroponik.

Hidroponik merupakan solusi alternatif yang dipandang mampu mengatasi beberapa masalah yang muncul yaitu menanam tanaman dengan sistem hidroponik. Suhardiyanto (2002) menyatakan beberapa kelebihan hidroponik adalah kebersihan lebih mudah terjaga, tidak ada masalah berat seperti pengolahan tanah serta gulma, penggunaan pupuk dan air efisien, tanaman yang diusahakan tidak tergantung musim dan dapat ditanam dilahan yang sempit.

NFT (Nutrient Film Technique) merupakan jenis hidroponik yang berbeda dengan hidroponik substrat. Pada budidaya hidroponik (NFT), air bersirkulasi selama 24 jam terus menerus (tanpa terputus). Sebagian akar terendam air dan sebagian lagi berada di atas permukaan air (Untung, 2000).

Penyerapan nutrisi merupakan komponen penting dalam budidaya NFT. Namun seringkali nutrisi yang diberikan tidak dapat diserap tanaman karena aliran nutrisi yang tidak dapat merata di seluruh permukaan talang sehingga akar tidak tersentuh aliran nutrisi akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat. Penyerapan nutrisi tidak akan berjalan baik apabila tidak didukung dengan aliran nutrisi yang kontinyu (atau intermitten) dengan kecepatan aliran 0,75 liter/menit. Menurut penelitian Priyanti (2012) bahwa pada kemiringan 3% diperoleh berat produksi terbesar yaitu 71.01 gram dan secara statistik kemiringan talang yang dipakai berpengaruh nyata terhadap hasil produksi tanaman kangkung.


(18)

3

1.2. Perumusan Masalah

a. Seberapa efektif kemiringan bed terhadap sistem modifikasi NFT pada tanaman kangkung?

b. Pada konsentrasi berapa keefektifitasan nutrisi sistem modifikasi NFT pada tanaman kangkung?

c. Berapa nutrisi dan kemiringan bed yang efektif dari nutrisi pada sistem NFT tanaman kangkung?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian nutrisi dan kemiringan bed terhadap tanaman kangkung dengan sistem hidroponik NFT 1.4. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Diduga, pada masing - masing kemiringan bed membutuhkan nutrisi yang berbeda untuk melihat pengaruh pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung. b. Diduga, dengan perlakuan nutrisi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman kangkung dengan sistem hiroponik NFT

c. Diduga, keduanya perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung dengan sistem hiroponik NFT


(1)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kangkung (Ipomoea sp.) dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk kedalam family Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna hijau keputih-putihan merupakan sumber vitamin pro vitamin A. Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Kangkung darat, hidup di tempat yang kering atau tegalan, dan 2) Kangkung air, hidup ditempat yang berair dan basah. Penerapan sistem hidroponik pada budidaya kangkung merupakan pilihan tepat pada kondisi saat ini. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial masyarakat setempat serta banyaknya jumlah permintaan sayur terutama kangkung. Gaya hidup masyarakat saat ini cenderung beralih menjadi pola hidup konsumtif yang mulai memilih produk dengan kualitas (Kohar, 2004).

Permintaan terhadap komoditas sayuran di Indonesia secara umum terus meningkat. Berdasarkan informasi DEPTAN 2005 kebutuhan sayuran di Indonesia 35,30 kg/kapita/tahun, dan tahun 2007 meningkat menjadi 40,90 kg/kapita/tahun di perkirakan pada tahun 2013 kebutuhan sayuran mencapai 57,664 kg/kapita/tahun. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan kosumsi per kapita. Sementara produksi sayuran berdasarkan BPS 2009 menunjukkan peningkatan produksi pertahunnya rata-rata untuk sawi 3,521 ton/ha/tahun. Mengingat semakin pesatnya pembangunan di Indonesia dan meningkatnya kesejahteraan penduduk sehingga berdampak terhadap penurunan lahan produktif pertanian. Hal ini diperkirakan kebutuhan akan sayur semakin


(2)

sulit dipenuhi sehingga diperlukan alternatif teknik budidaya yang menggunakan lahan sempit antara lain budidaya secara hidroponik.

Hidroponik merupakan solusi alternatif yang dipandang mampu mengatasi beberapa masalah yang muncul yaitu menanam tanaman dengan sistem hidroponik. Suhardiyanto (2002) menyatakan beberapa kelebihan hidroponik adalah kebersihan lebih mudah terjaga, tidak ada masalah berat seperti pengolahan tanah serta gulma, penggunaan pupuk dan air efisien, tanaman yang diusahakan tidak tergantung musim dan dapat ditanam dilahan yang sempit.

NFT (Nutrient Film Technique) merupakan jenis hidroponik yang berbeda dengan hidroponik substrat. Pada budidaya hidroponik (NFT), air bersirkulasi selama 24 jam terus menerus (tanpa terputus). Sebagian akar terendam air dan sebagian lagi berada di atas permukaan air (Untung, 2000).

Penyerapan nutrisi merupakan komponen penting dalam budidaya NFT. Namun seringkali nutrisi yang diberikan tidak dapat diserap tanaman karena aliran nutrisi yang tidak dapat merata di seluruh permukaan talang sehingga akar tidak tersentuh aliran nutrisi akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat. Penyerapan nutrisi tidak akan berjalan baik apabila tidak didukung dengan aliran nutrisi yang kontinyu (atau intermitten) dengan kecepatan aliran 0,75 liter/menit. Menurut penelitian Priyanti (2012) bahwa pada kemiringan 3% diperoleh berat produksi terbesar yaitu 71.01 gram dan secara statistik kemiringan talang yang dipakai berpengaruh nyata terhadap hasil produksi tanaman kangkung.


(3)

3

1.2. Perumusan Masalah

a. Seberapa efektif kemiringan bed terhadap sistem modifikasi NFT pada tanaman kangkung?

b. Pada konsentrasi berapa keefektifitasan nutrisi sistem modifikasi NFT pada tanaman kangkung?

c. Berapa nutrisi dan kemiringan bed yang efektif dari nutrisi pada sistem NFT tanaman kangkung?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian nutrisi dan kemiringan bed terhadap tanaman kangkung dengan sistem hidroponik NFT 1.4. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Diduga, pada masing - masing kemiringan bed membutuhkan nutrisi yang berbeda untuk melihat pengaruh pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung. b. Diduga, dengan perlakuan nutrisi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman kangkung dengan sistem hiroponik NFT

c. Diduga, keduanya perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung dengan sistem hiroponik NFT


(4)

1 1.1. Latar Belakang

Kangkung (Ipomoea sp.) dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk kedalam family Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna hijau keputih-putihan merupakan sumber vitamin pro vitamin A. Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Kangkung darat, hidup di tempat yang kering atau tegalan, dan 2) Kangkung air, hidup ditempat yang berair dan basah. Penerapan sistem hidroponik pada budidaya kangkung merupakan pilihan tepat pada kondisi saat ini. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial masyarakat setempat serta banyaknya jumlah permintaan sayur terutama kangkung. Gaya hidup masyarakat saat ini cenderung beralih menjadi pola hidup konsumtif yang mulai memilih produk dengan kualitas (Kohar, 2004).

Permintaan terhadap komoditas sayuran di Indonesia secara umum terus meningkat. Berdasarkan informasi DEPTAN 2005 kebutuhan sayuran di Indonesia 35,30 kg/kapita/tahun, dan tahun 2007 meningkat menjadi 40,90 kg/kapita/tahun di perkirakan pada tahun 2013 kebutuhan sayuran mencapai 57,664 kg/kapita/tahun. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan kosumsi per kapita. Sementara produksi sayuran berdasarkan BPS 2009 menunjukkan peningkatan produksi pertahunnya rata-rata untuk sawi 3,521 ton/ha/tahun. Mengingat semakin pesatnya pembangunan di Indonesia dan meningkatnya kesejahteraan penduduk sehingga berdampak terhadap penurunan lahan produktif pertanian. Hal ini diperkirakan kebutuhan akan sayur semakin


(5)

2

sulit dipenuhi sehingga diperlukan alternatif teknik budidaya yang menggunakan lahan sempit antara lain budidaya secara hidroponik.

Hidroponik merupakan solusi alternatif yang dipandang mampu mengatasi beberapa masalah yang muncul yaitu menanam tanaman dengan sistem hidroponik. Suhardiyanto (2002) menyatakan beberapa kelebihan hidroponik adalah kebersihan lebih mudah terjaga, tidak ada masalah berat seperti pengolahan tanah serta gulma, penggunaan pupuk dan air efisien, tanaman yang diusahakan tidak tergantung musim dan dapat ditanam dilahan yang sempit.

NFT (Nutrient Film Technique) merupakan jenis hidroponik yang berbeda dengan hidroponik substrat. Pada budidaya hidroponik (NFT), air bersirkulasi selama 24 jam terus menerus (tanpa terputus). Sebagian akar terendam air dan sebagian lagi berada di atas permukaan air (Untung, 2000).

Penyerapan nutrisi merupakan komponen penting dalam budidaya NFT. Namun seringkali nutrisi yang diberikan tidak dapat diserap tanaman karena aliran nutrisi yang tidak dapat merata di seluruh permukaan talang sehingga akar tidak tersentuh aliran nutrisi akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat. Penyerapan nutrisi tidak akan berjalan baik apabila tidak didukung dengan aliran nutrisi yang kontinyu (atau intermitten) dengan kecepatan aliran 0,75 liter/menit. Menurut penelitian Priyanti (2012) bahwa pada kemiringan 3% diperoleh berat produksi terbesar yaitu 71.01 gram dan secara statistik kemiringan talang yang dipakai berpengaruh nyata terhadap hasil produksi tanaman kangkung.


(6)

1.2. Perumusan Masalah

a. Seberapa efektif kemiringan bed terhadap sistem modifikasi NFT pada tanaman kangkung?

b. Pada konsentrasi berapa keefektifitasan nutrisi sistem modifikasi NFT pada tanaman kangkung?

c. Berapa nutrisi dan kemiringan bed yang efektif dari nutrisi pada sistem NFT tanaman kangkung?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian nutrisi dan kemiringan bed terhadap tanaman kangkung dengan sistem hidroponik NFT 1.4. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Diduga, pada masing - masing kemiringan bed membutuhkan nutrisi yang berbeda untuk melihat pengaruh pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung. b. Diduga, dengan perlakuan nutrisi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman kangkung dengan sistem hiroponik NFT

c. Diduga, keduanya perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung dengan sistem hiroponik NFT