Pengaruh arang sekam sebagai media tanam terhadap pertumbuhan tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir).

(1)

ABSTRAK

Ni luh Mega Swastini. 2015. Pengaruh Arang Sekam sebagai

Media Tanam terhadap Pertumbuhan Tanaman Kangkung

Darat (Ipomoea reptans Poir). Program Studi Pendidikan

Biologi, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh arang sekam sebagai media tanam terhadap pertumbuhan tanaman I. reptans Poir. Media yang digunakan yaitu media TA/kontrol (tanah aluvial) dan media tanam TAS (tanah aluvial + arang sekam). Penelitian dilaksanakan di kebun anggur Sanata Dharma Paingan, Maguwoharjo, Yogyakarta. Waktu penelitian berlangsung selama 1bulan, dimulai dari bulan Mei – Juni 2015.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian menggunakan desain Rancangan Acak Lengkap. Dalam penelitian dilakukan 21 kali pengulangan untuk masing-masing media tanam. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan tanaman kangkung yang meliputi: tinggi tanaman (induk + cabang), jumlah daun dan berat basah. Data pertumbuhan tanaman yang diperoleh di uji dengan t-test 2 group yang independen.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman (induk + cabang) berturut-turut pada media TA/kontrol (tanah aluvial) dan media TAS (tanah aluvial + arang sekam) yaitu: 34,9 cm; 63,5 cm. Rata-rata pertumbuhan jumlah daun yaitu: 20,6; 27,9. Sedangkan untuk Rata-rata-Rata-rata berat basah yaitu: 20,6 gr; 27,9 gr. Berdasarkan analisis statistik dapat disimpulkan bahwa media tanam TAS berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan tanaman I. reptans Poir meliputi: tinggi tanaman (induk + cabang), jumlah daun, dan berat basah tanaman.


(2)

ABSTRACT

Swastini, Mega Ni luh. (2015). The Influence of Husk as a Growing Medium on the Growth of Ipomoea reptans Poir. Yogyakarta: Biology Education Study Program, Sanata Dharma University.

This research was intended to find out the influence of husk as a growing medium on the growth of I. reptans Poir. There were two media used in this research, namely TA/control (Tanah Aluvial or Alluvial Soil) growing medium and TAS (Tanah Aluvial dan Arang Sekam or Alluvial Soil and Husk) growing medium. This research was conducted in a vineyard of Sanata Dharma University, Paingan, Maguwoharjo, Yogyakarta. This research lasted for one month. It was started from May until June 2015.

This research was experimental research. The researcher used Rancangan Acak Lengkap or Complete Random Design. There were 21 repetitions in conducting the research for each of the planting medium. Parameter measured was the growth of I. reptans Poir including the height of plant (main + branch), the number of leaves, and the wet weight. The findings of the plant growth were tested by using the independent t-test 2 group.

The research result showed the averages of the plant height (main + branch) successively on TA/control (Tanah Aluvial or Alluvial Soil) growing medium and TAS (Tanah Aluvial dan Arang Sekam or Alluvial Soil and Husk) growing medium were 34,9 cm; 63,5 cm. The averages of the increase of number of leaves were 20,6; 27,9. Meanwhile, the averages of the wet weight were 20,6 gram and 27,9 gram. Based on the statistical analysis, it could be inferred that TAS growing medium significantly influenced the growth of Ipomeae reptans Poir, especially, on the height of plant (main + branch), the number of leaves and the wet weight of plant.


(3)

PENGARUH ARANG SEKAM SEBAGAI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT

(Ipomoea reptans Poir) SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

NI LUH MEGA SWASTINI NIM : 111434016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

i

PENGARUH ARANG SEKAM SEBAGAI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT

(Ipomoea reptans Poir) SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

NI LUH MEGA SWASTINI NIM : 111434016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Kecil Ini Kupersembahan untuk :

-

Ibu & bapak

yang

telah mendukungku sepenuh hati.

-

Kakak, Adik, Saudara, keluaraga, Sahabat, Kekasih dan Teman-teman

yang telah membantu dan memberi semangat

-

Almamaterku

-

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta


(8)

v

HALAMAN MOTTO

Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh

diantara bintang-

bintang”.

(Soekarno)

“Kesulitan i

tu ibarat seorang bayi. Hanya bisa berkembang dengan

cara merawatnya”

.

(Douglas Jerrold)

Pengalaman bukan saja yang telah terjadi pada diri Anda.

Melainkan apa yang Anda lakukan dengan kejadian yang Anda

alami”.


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat hasil karya atau bagian dari karya orang lain, sebagaimana yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebaiamana layaknya karya

ilmiah.

Yogyakarta, 1 September 2015

Penulis,


(10)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Ni Luh Mega Swastini

Nomor Induk Mahasiswa : 111434016

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH ARANG SEKAM SEBAGAI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT

(Ipomoea reptans Poir)

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk minyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang telah saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 1 September 2015 Yang menyatakan


(11)

viii

ABSTRAK

Ni luh Mega Swastini. 2015. Pengaruh Arang Sekam sebagai

Media Tanam terhadap Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat

(Ipomoea reptans Poir). Program Studi Pendidikan Biologi,

Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh arang sekam sebagai media tanam terhadap pertumbuhan tanaman I. reptans Poir. Media yang digunakan yaitu media TA/kontrol (tanah aluvial) dan media tanam TAS (tanah aluvial + arang sekam). Penelitian dilaksanakan di kebun anggur Sanata Dharma Paingan, Maguwoharjo, Yogyakarta. Waktu penelitian berlangsung selama 1bulan, dimulai dari bulan Mei – Juni 2015.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian menggunakan desain Rancangan Acak Lengkap. Dalam penelitian dilakukan 21 kali pengulangan untuk masing-masing media tanam. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan tanaman kangkung yang meliputi: tinggi tanaman (induk + cabang), jumlah daun dan berat basah. Data pertumbuhan tanaman yang diperoleh di uji dengan t-test 2 group yang independen.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman(induk + cabang) berturut-turut pada media TA/kontrol (tanah aluvial) dan media TAS (tanah aluvial + arang sekam) yaitu: 34,9 cm; 63,5 cm. Rata-rata pertumbuhan jumlah daun yaitu: 20,6; 27,9. Sedangkan untuk rata-rata berat basah yaitu: 20,6 gr; 27,9 gr. Berdasarkan analisis statistik dapat disimpulkan bahwa media tanam TAS berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan tanaman I. reptans Poir meliputi: tinggi tanaman (induk + cabang), jumlah daun, dan berat basah tanaman.


(12)

ix

ABSTRACT

Swastini, Mega Ni luh. (2015). The Influence of Husk as a Growing Medium on the Growth of Ipomoea reptans Poir. Yogyakarta: Biology Education Study Program, Sanata Dharma University.

This research was intended to find out the influence of husk as a growing medium on the growth of I. reptans Poir. There were two media used in this research, namely TA/control (Tanah Aluvial or Alluvial Soil) growing medium and TAS (Tanah Aluvial dan Arang Sekam or Alluvial Soil and Husk) growing medium. This research was conducted in a vineyard of Sanata Dharma University, Paingan, Maguwoharjo, Yogyakarta. This research lasted for one month. It was started from May until June 2015.

This research was experimental research. The researcher used Rancangan Acak Lengkap or Complete Random Design. There were 21 repetitions in conducting the research for each of the planting medium. Parameter measured was the growth of I. reptans Poir including the height of plant (main + branch), the number of leaves, and the wet weight. The findings of the plant growth were tested by using the independent t-test 2 group.

The research result showed the averages of the plant height (main + branch) successively on TA/control (Tanah Aluvial or Alluvial Soil) growing medium and TAS (Tanah Aluvial dan Arang Sekam or Alluvial Soil and Husk) growing medium were 34,9 cm; 63,5 cm. The averages of the increase of number of leaves were 20,6; 27,9. Meanwhile, the averages of the wet weight were 20,6 gram and 27,9 gram. Based on the statistical analysis, it could be inferred that TAS growing medium significantly influenced the growth of Ipomeae reptans Poir, especially, on the height of plant (main + branch), the number of leaves and the wet weight of plant.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan

kasih-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Media Tanam TA dan TAS Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir)”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Biologi. Penulis

menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,

oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan Terimakasih

kepada:

1. Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Biologi sekaligus selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan pengarahan dalam melaksanakan penelitian dan yang telah

sabar membimbing serta memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.

2. Dr.Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku dosen yang telah

memberikan pengarahan dalam penelitian.

3. Bapak Slamet selaku pengurus kebun yang telah banyak membantu

penulis dalam memberikan masukan dan membantu selama penelitian.

4. Segenap Dosen Pendidikan Biologi, Pengurus Laboratorium Pendidikan


(14)

xi

Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma yang telah membantu

penulis secara tidak langsung.

5. Bapak I Wayan Egar dan Ibu Ni Luh Gendri selaku orang tua penulis yang

telah memberikan doa dan dukungan penuh demi terselesainya skripsi ini.

6. Segenap keluarga yang memberikan dukungan dan penyemangat kepada

penulis untuk segera menyelesaikan studi.

7. I Made Pandu Wirawan selaku adik penulis yang telah banyak membantu

selama penelitian

8. I Wayan Indra Septa Diana selaku kekasih penulis yang telah banyak

membantu menyiapakan alat-alat dan bahan yang dibutukan untuk

penelitian.

9. I Nyoman Putra Yasa selaku kakak sepupu penulis yang telah membantu

mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi.

10.Taman-teman penelitian yang melakukan penelitian di Kebun Anggur

Pendidikan Biologi (khususnya : Claudia, Ervin, Ricca, Brigita dan Fenti

D.) yang membantu penulis jika ada kesulitan dalam penelitian dan

penulisan skripsi.

11.Teman-teman seperjuangan Pendidikan Biologi 2011 (Virion) yang telah

membantu penulis jika ada kesulitan dalam penelitian dan penulisan

skripsi.

12.Henny, Nining dan Natri selaku teman penulis yang selalu memberikan


(15)

xii

13.Septria Gloria selaku teman penulis yang juga membantu jika penulis

mengalami kesulitan.

14.Sahabat yang selalu memberikan motivasi dan mengingatkan untuk segera

menyelesaikan skripsi terlebih untuk Ditya dan Dyah.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya,

untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini dapat menjadi inspirasi dan dapat membantu bagi

dunia pendidikan serta dunia pertanian yang membacanya dan


(16)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Batasan Masalah ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II DASAR TEORI ... 6

A. Tanaman Kangkung ... 6

B. Budidaya Tanaman Kangkung ... 11

C. Media Tanam ... 28


(17)

xiv

E. Penanaman Kangkung pada Tabulampot ... 33

F. Kajian Empiris ... 34

G. Hipotesa ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Variabel Penelitian ... 36

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

D. Desain Penelitian ... 38

E. Alat dan Bahan ... 40

F. Prosedur Kerja ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Hasil dan Analisis Data Penelitian ... 56

B. Pembahasan ... 67

BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN ... 73

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 75


(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman Kangkung Darat Varietas Bangkok ... 9

Gambar 2. Penanaman Kangkung Darat Sistem Sebar ... 14

Gambar 3. Peananaman kangkung Darat Sistem Barisan ... 15

Gambar 4. Penanaman Kangkung Darat Sistem Triangular ... 16

Gambar 5. Penanaman Kangkung Darat Sistem Bujur Sangkar ... 16

Gambar 6. Grafik Tinggi Tanaman I. reptans Poir Setiap Minggunya .. 58


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan Gizi Kangkung dalam 100 gr Sayur Kangkung... 10

Tabel 2. Fungsi Unsur Hara Makro ... 19

Tabel 3. Kandungan Unsur Hara Tanah Aluvial dan pH ... 30

Tabel 4. Pola Penyusunan Pot ... 39

Tabel 5. Contoh Tabel Data untuk Pengukuran Tinggi Tanaman ... 47

Tabel 6. Contoh Tabel Data untuk Pengukuran Jumlah Daun (helai) .... 48

Tabel 7. Contoh Tabel Data untuk Pengukuran pH Tanah ... 49

Tabel 8. Contoh Data Kelembaban Tanah ... 50

Tabel 9. Contoh Tabel Data Berat Basa Tanaman Kangkung ... 52

Tabel 10. Tinggi Tanaman I (cm) I. reptans Poir selama 4 Minggu ... 57

Tabel 11. Analisis t-test 2 Group yang Independen Pertumbuhan Tinggi Tanaman (induk + cabang) I. reptans Poir ... 60

Tabel 12. Jumlah Daun I.reptans Poir Selama 4 Minggu ... 61

Tabel 13. Analisis t-test 2 Group yang Independen untuk Jumlah Daun Tanaman I. reptans Poir ... 64

Tabel 14. Berat Basah Tanaman (gr) I. reptans Poir ... 65

Tabel 15. Analisis t-test 2 Group yang Independen untuk Berat Basah Tanaman I. reptans Poir ... 66


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran ... 79

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 85

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 103

Lampiran 4. Instrumen dan Pedoman Penilaian ... 107

Lampiran 5. Data Tinggi Tinggi Tanaman Ipomoea reptans Poir ... 110

Lampiran 6. Data Jumlah Daun Ipomoea reptans Poir ... 111

Lampiran 7. Hasil Pengukuran pH Tanah ... 112

Lampiran 8. Pengukuran Kelembaban Tanah ... 113

Lampiran 9. Pengukuran Berat Basah ... 114

Lampiran 10. Uji Normalitas ... 115

Lampiran 11. Uji Homogenitas ... 116

Lampiran 12. Uji t-test 2 Group yang Independen ... 117


(21)

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan pertanian yang meliputi budaya bercocok tanam merupakan

kebudayaan manusia yang paling tua. Sejalan dengan peningkatan peradaban

manusia, teknik budidaya tanaman juga berkembang menjadi berbagai sistem.

Mulai dari sistem yang sederhana sampai dengan sistem yang canggih. Berbagai

teknologi budidaya dikembangkan untuk mencapai produktivitas yang diinginkan

(Firdaus, 2014).

Istilah teknik budidaya tanaman diturunkan dari pengertian kata-kata

teknik, budidaya, tanaman.Teknik memiliki makna pengetahuan atau kepandaian

membuat sesuatu. Budidaya bermakna sebagai usaha memberikan hasil.

Sedangkan kata tanaman merujuk pada pengertian tumbuh-tumbuhan yang

diusahakan manusia, yang biasanya telah melampaui proses domestikasi. Teknik

budidaya tanaman merupakan proses menghasilkan bahan pangan serta

produk-produk agroindustri dengan memanfaatkan sumber daya tumbuhan (Firdaus,

2014).

Tanaman kangkung darat diduga berasal dari kawasan Asia dan Afrika.

Tanaman ini dapat dikembangkan hampir diseluruh kawasan nusantara. Lokasi


(23)

terbuka, banyak mengandung air, subur, dan memiliki penyerapan yang baik

(Haryanto,2009)

Upaya untuk meningkatkan produksi tanaman kangkung kedepan masih dan

terus-menerus bertumpu pada perbaikan kesuburan tanah dan penggunaan media

yang efektif dan efisien. Kondisi tanah akan mempengaruhi pertumbuhan

tanaman kangkung. Keadaan tanah yang baik akan memberikan hasil

pertumbuhan tanaman kangkung yang baik pula.

Penyerapan nutrien atau unsur hara dalam tanah oleh tanaman berpengaruh

terhadap pertumbuhan tanaman (Murwono, 2012). Jumlah unsure hara yang

tersedia dalam tanah tergantung pada kondisi tanah setempat. Pada tanah yang

subur unsur hara yang terkandung didalamnya melimpah. Pada tanah yang

demikian tanaman dapat tumbuh subur tanpa penambahan pupuk. Namun

kebanyakan unsur hara didalam tanah terbatas karena pemanfaatan tanah yang

terus-menerus sehingga unsur hara kurang memadai bagi pertumbuhan tanaman

secara optimal.

Pemanfaatan tanah yang terus menerus tanpa memperhatikan sama sekali

kandungan bahan organik tanah akan menyebabkan terjadinya kerusakan struktur

tanah atau tanah menjadi keras. Adanya arang sekam yang banyak apabila

dimanfaatkan sebagai pembenah tanah akan menurunkan pengaruh negatif yang


(24)

mengikat air, tidak mudah lapuk, ringan, dan merupakan sumber kalium. Arang

sekam baik untuk media tumbuh tanaman sayuran maupun buah-buahan. Arang

sekam memiliki karakteristik yang istimewa, oleh karena itu dapat dimanfaatkan

sebagai media tanam (Sutanto,2002).

Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin melalukan penelitian untuk melihat

pertumbuhan tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir) pada dua jenis

media yang berbeda yaitu : media tanam dengan tanah aluvial (TA) dan media

tanam tanah aluvial + arang sekam (TAS).

B. Rumusan Masalah

1. Adakah pengaruh jenis media tanam terhadap pertumbuhan tanaman

kangkung?

2. Apakah Media tanam TAS (tanah aluvial + arang sekam) cocok untuk

pertumbuhan tanaman kangkung?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengaruh media terhadap pertumbuhan tanaman kangkung darat

varietas Bangkok

2. Mengetahui media tanam TAS (tanah aluvial+arang sekam)cocok untuk


(25)

D. Batasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas maka permasalahan dibatasi

sebagai berikut :

1. Subyek penelitian

Subyek penelitian adalah jenis kangkung darat varietas Bangkok.

2. Obyek penelitian

Obyek penelitian ini adalah perbedaan media tanam yaitu media tanaman

tanah aluvial+ arang dan media tanah aluvial.

3. Teknik penanaman

Teknik penanaman tanaman kangkung adalah tabulampot (penanaman

menggunakan polybag).

4. Parameter

Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman

kangkung dilihat dari tinggi (tanaman + cabang), jumlah daun, serta berat

basah tanaman yang diukur setelah panen.

E. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah mengetahui jenis media


(26)

pengetahuan , khususnya di bidang pertanian dan pembudidayaan , melatih

kemampuan peneliti untuk memecahkan masalah dan menuangkan kedalam

karya tulis ilmiah, melatih dan mengembangkan potensi keterampilan proses

ilmiah, serta dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapat untuk

dikembangkan lebih lanjut.

2. Bagi Masyarakat

Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah memberikan

pengetahuan barubagi masyarakat terkait budidaya tanaman kangkung, serta

memberi informasi kepada masyarakat mengenai jenis media yang paling

cocok untuk pertumbuhan tanaman kangkung darat.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Manfaat penelitian ini bagi perkembangan ilmu pengetahuan adalah


(27)

6 BAB II DASAR TEORI A. Tanaman Kangkung

Tanaman kangkung merupakan tanaman yang dapat hidup lebih dari setahun.

Tanaman yang diduga berasal dari kawasan Asia dan Afrika ini meliputi dua jenis

yang biasa di budidayakan petani, yakni kangkung darat dan kangkung air

(Haryoto, 2009).

Daerah penyebaran tanaman kangkung pada umumnya terpusat (terkosentrasi

di beberapa tempat atau negara, antara lain di Malaysia dan sebagaian kecil di

Australia. Dalam perkembangan selanjutnya tanaman ini meluas cukup pesat di

Asia Tenggara (Rukmana, 1994).

Beberapa negara yang merintis pembudidayaan tanaman kangkung secara

intensif dan komersial adalah Taiwan, Thailand, Filipina, dan juga mulai

mendapat perhatian di Indonesia. Di Taiwan pada tahun 1964 terdapat luas areal

pertanaman kangkung sekitar 2.342 hektar dengan produksi 20.815 metrik ton.

Daya hasil kangkung di Taiwan ini mencapai antara 40-90 ton per hektar.

Pada tahun 1985 terdapat luas areal pertanaman kangkung nasional 41.953

hektar, namun tahun-tahun berikutnya cenderung menurun, yaitu hanya 32,448 ha

(1988), baru mencapai 2,389 ton/ha (1985), 4,616 ton/ha (1988), dan 7,660 ton/ha


(28)

Rendahnya hasil rata-rata kangkung di Indonesia antara lain disebabkan oleh

pola pengembangan usaha tani yang masih bersifat sampingan (sambilan).

Kangkung darat banyak ditanam di lahan-lahan pekarangan, di atas

tumpukan-tumpukan sampah, dan sebagian kecil ditanam secara intensif di lahan-lahan

kering.

. Dewasa ini kebutuhan sayuran daun seperti kangkung cenderung terus

meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya

gizi dan naiknya pendapatan masyarakat rata-rata per kapita. Hal ini memberikan

isyarat (indikasi) bahwa selain peningkatan produksi sayuran kangkung masih

menjadi tantangan dalam mengimbangi kebutuhan, juga kualitas hasil yang baik

juga menjadi tuntutan pasar (konsumen).

Produksi sayuran kangkung telah menjadi mata dagang sehari-hari diberbagai

tempat (pasar) dengan tingkat harga yang dapat dijangkau oleh berbagai kalangan

masyarakat. Meskipun harga sayuran kangkung relatif murah, namun bila

dibudidayakan secara intesif dan berorientasi kearah agribisnis akan memberikan

keuntungan yang cukup besar bagi para petani. Kelebihan dari kangkung adalah

karena tanaman ini memiliki daya penyesuaian (adaptasi) yang luas terhadap

keadaan lingkungan tumbuh, mudah dalam pemeliharaannya, dan relatif murah

dalam penyediaan biaya usaha taninya. Disamping itu, pemungutan hasil (panen)

kangkung dapat dilakukan secara rutin (periodik) setiap 10 – 15 hari sekali, sehingga dengan pemasukan uang dari hasil panen yang kontinu ini dapat


(29)

memperkuat (meningkatkan) posisi petani dalam memenuhi kewajiban

finansialnya sehari-hari.

Peluang pemasaran kangkung makin luas karena tidak hanya dapat dijual di

pasar-pasar lokal di daerah, tetapi juga telah banyak dipesan oleh pasar-pasar elit

di kota-kota besar seperti swalayan. Dewasa ini produksi kangkung yang

kualitasnya prima sesuai dengan permintaan pasar (konsumen) dapat menembus

pasar-pasar elit tersebut. Misalnya saja kangkung Ampenan asal Lombok (NTB)

yang terkenal cita rasanya empuk telah menembus pasar-pasar di Surabaya

hingga Jakarta.

Usaha meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi kangkung tidak hanya

memberikan nilai tambah untuk peningkatan pendapatan ekonomi rumah tangga

para petani, tetapi juga sangat mendukung perluasan kesempatan kerja dan

wirausaha, pengembangan agribisnis, dan penyediaan pangan bergizi bagi

penduduk (Haryoto, 2009).

1. Klasifikasi Kangkung Darat

Kedudukan tanaman kangkung dalam tanaman (sistematika) tumbuhan

diklasifikasikan ke dalam :

Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Devisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida


(30)

Sub Kelas : Asteridae Ordo : Solanales Famili : Convulvulace Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomoea reptans Poir (kangkung darat).

Gambar 1. Tanaman Kangkung DaratVarietas Bangkok

2. Morfologi Tanaman Kangkung Darat Varietas Bangkok

Ipomoea reptans Poir merupakan tanaman yang dapat tumbuh lebih dari satu

tahun. Tanaman kangkung darat termasuk tanaman dikotil dan berakar tunggang.

Akarnya menyebar kesegala arah dan dapat menembus tanah sampai kedalaman

50 cm lebih. Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak

mengandung air (herbaceous), berwarna putih kehijauan dan berongga-rongga


(31)

Daun melekat pada buku-buku batang dan pada ketiak daun terdapat mata

tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Daun kangkung merupakan

daun tunggal dengan dan ujung daunnya rucing. Permukaan daun bagian atas

berwarna hijau tua, dan bagian bawah berwarna hijau muda.

Selama fase pertumbuhannya, tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah

dan bebiji. Bunga kangkung darat berwarna putih bersih. Buah muda berwarna

hijau keputih-putihan dan berubah menjadi cokelat tua setelah tua dan kering.

Buah kangkung berbentuk bulat telur yang di dalamnya terdapat 3 biji yang

berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generatif (Haryoto, 2009).

a. Kandungan Gizi dan Manfaat Kangkung

Berikut adalah kandungan gizi kangkung dalam 100 gram sayuran segar :

Tabel 1. Kandungan Gizi Kangkung dalam 100 gr Sayur Kangkung

Kandungan Gizi Jumlah

Energi (kal) 729 Protein (g) 3,0 Lemak (g) 0,3 Kalsium (mg) 73 Fosfor (mg) 50 Zat besi ( mg) 2,5 Vitamin A (SI) 6.300 Vitamin BI (mg) 0,07

Vitamin C (mg) 32 Kandungan Gizi Jumlah

Air (g) 89,7 Karbohidrat (g) 5,4


(32)

Kegunaan utama kangkung adalah sebagai sumber makanan nabati yang

bergizi tinggi. Batang beserta daun mudanya dapat diolah menjadi berbagai

masakan. Kangkung juga berkhasiat sebagai obat penenang dan mengatasi susah

buang air besar (sembelit).

B. Budidaya Tanaman Kangkung

1. Syarat Tumbuh

Sumber daya dan ekosistem di wilayah Indonesia sangat bervariasi,

terutama kondisi jumlah curah hujan dan temperatur udara. Jumlah curah hujan

berkisar antara 500 – 5.000 mm per tahun, sedangkan temperatur udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Setiap naik 100 meter tinggi tempat, maka

temperatur udara turun 1oC. Di permukaan laut temperatur rata-rata sekitar 28oC,

dan dataran tinggi (pegunungan) ± 2.000 meter dari permukaan laut (dpl) sekitar

18oC.

Kangkung mempunyai daya adaptasi yang cukup luas terhadap kondisi

iklim dan tanah di daerah tropis, sehingga dapat ditanam (dikembangkan) di

berbagai daerah atau wilayah di Indonesia. Prasyarat tumbuh yang harus

diperhatikan dalam perencanaan budidaya kangkung adalah sebagai berikut


(33)

a. Syarat Iklim

Kangkung dapat tumbuh dan bereproduksi dengan baik di dataran rendah

sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2.000 m dpl, dan diutamakan lokasi

lahannya terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang

terlindungi (ternaungi), tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi)

namun kurus-kurus.

b. Syarat Tanah

Prasayarat tanah yang ideal untuk tanaman kangkung sangat tergantung

pada jenis atau varietasnya. Kangkung darat menghendaki tanah yang subur,

gembur banyak mengandung bahan organik, dan tidak mudah menggenang

(becek). Pada tanah yang becek, akar dan batang tanaman kangkung darat akan

mudah membusuk atau mati.

1. Penyiapan Bahan Tanam

a. Kangkung darat dikembangbiakan secara generatif menggunakan bahan

tanaman yang berasal dari biji (benih).

b. Kebutuhan benih kangkung darat untuk penanaman seluas satu hektar

(10.000m2) adalah ± 2,5 kg.

c. Benih yang dipilih memenuhi persyaratan : kulitnya bernas, tidak keriput,

sehat, murni (tidak tercampur dengan varietas lain), daya kecambahnya tinggi


(34)

2. Penyiapan Lahan

Sebelum penanaman kangkung dimulai, sebaiknya lahan dipersiapkan

terlebih dahulu. Pilih tempat yang mendapat sinar matahari yang cukup. Bila

tidak tersedia lahan penanaman dengan sinar matahari langsung, pilih tempat

yang paling tidak mendapat pantulan atau biasan sinar matahari. Tahapan

penyiapan lahan untuk kangkung adalah:

a. Pembukaan Lahan

- Bersihkan lumpur liar (gulma) dan kerikil dari sekitar kebun.

b. Pengolahan Tanah

- Olah tanah dengan cangkul sedalam 20 - 30 cm sambil dibalikkan

kemudian dikeringkan selama 1 – 2 minggu.

- Olah tanah untuk kedua kalinya sambil membuat bedengan-bedengan

selebar 60-100 cm, dan jarak antar bedengan 30-40 cm.

- Sebarkan pupuk kandang yang sudah matang sebanyak 20 – 30 ton per hektar atau pupuk organik super TW plus 4 – 5 ton/hektar sambil dicampur merata dengan tanah.

- Ratakan permukaan bedengan, hingga akhirnya lahan siap ditanami.

3. Penanaman

Waktu tanam yang baik adalah awal musim hujan, karena kebutuhan air


(35)

lahan yang cukup airnya dapat melakukan sepanjang musim atau tahun

(Rukmana, 1994).

Penanaman benih kangkung darat dapat dilakukan dengan empat cara

yaitu:

a. Sistem sebar, yakni benih disebar (ditabur) secara merata diatas permukaan

bedengan, kemudian ditimbun (ditutupi) dengan tanah tipis.

- Keuntungan cara ini adalah : luas areal penanaman relatif sempit, jumlah

populasi tanaman lebih banyak dalam persatuan luas, waktu menaman

(menabur) lebih cepat dibangdingkan dengan cara lain.

- Kelemahannya adalah : penggunaan (kebutuhan) benih relatifbanyak,

pemeliharaan tanaman agak sulit terutama dalam hal penyiangan gulma,

dan memerlukan keterampilan dalam menyebar benih sehingga benih

yang disebar dapat merata.

Gambar 2. Penanaman Kangkung Darat Sistem Sebar

b. Sistem barisan, yakni benih disebar dalam larikan-larikan (alur-alur) pada

jarak tanam 20 cm antar barisan. Caranya adalah : mula-mula dibuatkan

alur-alur kecil dan dangkal dengan alat bantu solet bambu arah memanjang X XX X X XXX X X XX XX

XXX X X X X X XX X X

XX XXXX X X X XX X X


(36)

bedengan. Jarak antar alur ± 20 cm, kemudian benih kangkung darat disebar

secara merata menurut alur (barisan), setelah itu ditutupi dengan tanah tipis.

- Keuntungan cara menanamini adalah : penggunaan benih relatif sedikit,

tidak memerlukan keterampilan khusus, dan penyiangan gulma relatif

mudah.

- Kelemahannya adalah : lebih banyak memerlukan waktu, lahan

(bedengan) relatif luas, dan benih seringkali tertimbun tanah terlalu dalam.

Gambar 3. Peananaman kangkung Darat Sistem Barisan

c. Sistem huntukala (triangular), yakni mengatur jarak taman 20 X 20 cm

berbentuk segi tiga. Caranya adalah : mula-mula dibuatkan lubang tanam 20

cm dalam barisan dan 40 cm jarak antar barisan, kemudian di tengah-tengah

empat lubang tanam dibuatkan lubang tanam baru dengan jarak 20 cm. Tiap

lubang tanamn diisi 2 – 3 butir benih kangkung darat, kemudian ditutupi dengan tanah tipis sedalam ± 5 cm.

- Keuntungan cara ini adalah : dapat memperkecil persaingan antar tanaman

sehingga pertumbuhannya optimal, memudahkan pemeliharaan tanaman

dan pemungutan hasil (panen).

X X X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X X X X X X


(37)

- Kelemahannya adalah : memerlukan lahan cukup luas, benih seringkali

tertimbun tanah cukup dalam, dan memerlukan waktu yang cukup lama.

Gambar 4. Penanaman Kangkung Darat Sistem Triangular

d. Sistem bujur sangkar, yakni dengan mengatur jarak tanam 20 X 20 cm. Cara

penanamannya adalah mula-mula dibuatkan lubang tanam dengan alat bantu

tugal pada jarak tanam yang diinginkan, kemudian tiap lubang tanam di isi 2 – 3 benih kangkung darat, lalu segera ditutupi dengan tanah tipis. Keuntungan

dan kelemahan cara ini hampir sama dengan sistem huntukula ( triangular)

Gambar 5. Penanaman Kangkung Darat Sistem Bujur Sangkar X X X X

X X X

X X X X

X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X


(38)

4. Pemeliharaan Tanaman Kangkung

b. Penyulaman

Benih kangkung darat setelah 2- 3 hari setelah tanam biasanya sudah mulai

tumbuh (bertunas). Tanaman yang kurang baik pertumbuhannya atau mati segera

diganti dengan bahan tanaman (bibit) yang baru.

c. Penyiangan

- Rumput-rumput liar yang tumbuh disekitar tanaman kangkung menjadi

pesaing terhadap kebutuhan air, sinar matahari, dan unsur hara. Disamping

itu, gulma seringkali menjadi sarang hama yang dapat mengancam

tanaman kangkung harus disiangi.

- Penyiangan rumput-rumput liar ini dapat dilakukan dengan cara

mencabutnya atau menggunakan alat bantu parang, sabit dan lain-lain.

- Waktu penyiangan rumput-rumput liar sangat tergantung keadaan

populasi dan pertumbuhan gulma tersebut. Namun agar lebih menghemat

waktu, tenaga dan biaya, penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan

kegiatan pemupukan susulan.

d. Pemupukan

Dalam pengertian luas yang dimaksud pupuk adalah suatu bahan yang

digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi

lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Sedangkan dalam pengertian khusus pupuk

adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman. Bahan pupuk


(39)

senyawa-senyawa lain berupa kotoran atau campuran lain yang relatif sedikit. (Agus,

2012).

Tujuan pemupukan adalah menyediakan unsur hara yang cukup sesuai

kebutuhan tanaman. Ada dua jenis pupuk yang kita kenal, yakni pupuk alami

(organik) dan pupuk buatan. Pupuk organik bersifat alamiah dan tidak

mengandung unsur kimia. Pupuk ini umumnya mengandung nutrisi lengkap, baik

unsur hara makro maupun mikro. Baik unsur hara makro maupun mikro sangat

dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Unsur hara makro nutrisi

yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak banyak, seperti N, P, K, S, Mg,

dan Ca. Sementara unsur hara mikro merupakan nutrisi yang dibutuhkan tanaman

dalam jumlah kecil sekali seperti Fe, Mn, Zn, Cu, Mo, dan B.

Dalam penggunaan pupuk organik cair penggunaannya tergantung pada

tingkat kesuburan tanah. Semakin tidak subur kondisi tanahnya, semakin tinggi

dosis campuran pupuknya. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemupukan. Jika

aplikasi pupuk organik dengan dosis 2 ml per liter air sudah menghasilkan

pertumbuhan tanaman yang optimal, berarti dosis itu sudah tepat. Jika tanaman

kangkung jadi tumbuh biasa tidak subur atau kerdil, berarti dosisnya terlalu encer.

Sehingga dosis perlu ditingkatkan/dipekatkan. Pemupukan bisa dilakukan 1


(40)

Tabel 2. Fungsi Unsur Hara Makro

Nama Fungsi

Nitrogen (N) Memacu pertumbuhan daun dan batang, membantu pembebntukan akar

Fosfor (P) Membantu pembentukan bunga dan buah, mendorong pertumbuhan akar muda

Kalium (K) Membantu pembentukan bunga dan buah, menguatkan tanaman Kalsium (Ca) Membantu pertumbuhan ujung-ujung akar dan bulu akar

Magnesium (Mg)

Ikut dalam pembentukan zat hijau daun dan menyebabkan unsure fosfor keseluruh tanaman.

Belerang (S) Bersama unsur fosfor dapat

e. Penyiraman

Tanaman kangkung darat juga memerlukan air yang cukup banyak.Oleh

karena itu tanaman kangkung darat perlu disiram. Penyiraman dilakukan satu hari

sekali. Tetapi bisa disesuaikan juga dengan kondisi tanaman. Penyiraman dapat

dilakukan pada pagi hari sebelum pukul 09.00 atau sore sesudah pukul 15.00.

Penyiraman bisa dilakukan menggunakan gembor atau selang plastik jika

menggunakan fasilitas pompa listrik. Penyemprotan diusahakan sampai media

basah merata (Rukmana, 1994).

f. Perempelan

Perempelan dilakukan terhadap daun yang telah menguning atau kering, serta

daun yang terserang hama penyakit yang parah. Perempelan berfungsi untuk

menjaga sanitasi lingkungan, sekaligus agar tanaman enak dipandang dan tampak

asri. Perempelan dapat dilakukan langsung dengan tangan atau dengan gunting


(41)

g. Pengaturan

Agar tanaman kangkung tumbuh subur, atur tanaman tidak tumbuh saling

bertindihan. Dengan demikian, akar pada tiap ruas tanaman dapat menembus

tanah. Dengan cara demikian tanaman dapat mengisap sari makanan dari dalam

tanah secara optimal dan bisa tumbuh menjadi kangkung yang subur.

5. Panen Kangkung

Budidaya kangkung darat dari awal sebar hingga panen memakan waktu 30-45 hari. Pemanenan bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dipotong dan dicabut.

Cara panen kangkung yang umum dilakukan para petani kita adalah dengan cara

mencabut langsung seakar-akarnya. Dengan tujuan untuk menjaga kesegaran hasil

panen. Panen dengan cara dipotong batang bawahnya memang mempercepat

kangkung menjadi layu. Tetapi jika panen sendiri dari pot, tidak ada masalah

dengan memotong langsung pada batangnya. Tujuan lain kenapa tidak dicabut

seakar-akarnya, karena tanaman itu nanti akan tumbuh kembali. Sehingga nanti

bisa dipanen lagi tanpa harus menanam dari awal. Sekali tanam bisa melakukan

panen sampai 3 kali.

6. Hama dan Penyakit

Serangan hama dan penyakit dapat terjadi setiap saat akibat serangannya


(42)

a. Hama Tanaman Kangkung

1) Kutu daun (Myzus persicae Sulz.)

Kutu daun berukuran sangat kecil. Kutu ini ada 2 jenis : bersayap dan tanpa

sayap. Kutu daun yang tidak bersayap mempunyai warna yang bervariasi , atara

lain : kuning, merah dan hijau. Sementara, kutu yang bersayap hanya berwarna

hitam. Kutu ini cepat berkembang biak karena telurnya dapat menetas tanpa

perkawinan atau secara parthenogenesis.

Hama tanaman yang juga disebut aphid hijau ini menyerang tanaman dengan

mengisap cairan pada daun, pucuk tanaman, tangkai bunga, dan bagian tanaman

lainnya. Kutu daun suka berlindung dipermukaan bawah daun sambil mengisap

cairannya (Rukmana, 1994).

Binatang ini juga mengelurakan cairan manis. Oleh karena kehadiran kutu ini

biasanya diikuti oleh munculnya semut yang mengitarinya.Jadi lebih mudah

terdeteksi. Namun cairan manis itu sering diikuti dengan munculnya cendawan

hitam. Akibatnya proses fotosintesis dapat terhalang. Repotnya, selain menyerang

tanaman secara langsung, kutu daun ini juga berperan sebagai penular virus

penyebab penyakit.

Serangan tanaman ini akan menyebabkan daun tanaman akan menjadi keriput

dan kecil. Bila menyerang tangkai bunga, bunga akan mengering dan rontok.

Kutu daun menyerang tanaman tanpa mengenal waktu, namun ledakan kutu daun

terjadi pada musim kemarau. Daun yang terserang akan mengerut, keriting dan


(43)

Cara mengatasi serangan hama ini, pangkas bagian tanaman yang terserang

berat. Bisa juga dilakukan pengendalian secara kimiawi dengan cara

penyemprotan insektisida.

2) Kumbang daun (Epilachna spp.)

- Ciri-ciri hama :

Berupa kumbang daun yang ukurannya kecil, mempunyai sayapberwarna

kuning tua polos atau merah berbintik-bintik hitam, aktif terbang pada senja

dan malam hari, serta bersifat pemangsa segala jenis tanam (polifag) daur

(siklus) hidupnya berlangsung selama 55 –71 hari. - Gejala serangan :

Daun rusak atau berlubang-lubang bekas gigitan kumbang daun pada

tingkat serangga berat dapat menyebabkan kerusakan parah, karena jaringan

daun habis di mangsa sehingga tinggal urat-urat daun saja.

- Pengendalian :

Dapat dilakukan secara mekanis, yaitu mengumpulkan dan membunuh

langsung kumbang daun. Sedangkan secara kimiawi dapat dilakukan dapat

disemprotksn insektisida efektif selektif, misalnya 2,5 E.C pada kosentrasi

0,5-1,0 ml/l.

3) Ulat daun seperti ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Eps.) dan ulat grayak

(Spodoptera litura F.).

Kedua hama ini menyerang tanaman kangkung dengan cara memangsa


(44)

Asalkan belum terlambat, hama ini dapat dikendalikan dengan cara disemprot

insektisida efektif dan selektif seperti Decis 2,5 EC pada kosentrasi 0,5-1,0 ml/l

atau Hostathion 40 EC 0,1-0,2%.

b. Penyakit Tanaman Kangkung

Penyakit yang sering menyerang tanaman kangkung antara lain adalah:

a) Karat daun dan karat putih

- Penyebabnya :

Adalah cendawan Albugo ipomoeae-panduratae (Schw.) Swing.

Penyakit ini umunya menyerang tanaman kangkung di Singapura,

Thailand dan Indonesia.

- Gejala serangannya :

Mula-mula terdapat bercak-bercak kuning pada daun-daun tua

kemudian berubah warna menjadi kecoklat-coklatan. Pada permukaan

daun sebelah bawah terdapat bintik-bintik atau bercak-bercak berwarna

putih, sehingga dinamakan penyakit karat putih. Bila menyerang batang,

maka gejala akibat infeksi serangannya menimbulkan pembengkakkan.

- Pengendalian :

Penyakit ini dapat dikendalikan dengan pemotongan

(pemangkasan) daun-daun tua yang sakit, dan disemprotkan fungisida


(45)

b) Bercak daun

- Penyebabnya adalah cendawan Fusarium sp. dan Cercospora bataticola

Cif. Et Bruner.

- Gejala serangan:

Menimbulkan bercak-bercak daun secar tidak beraturan dan warna

cokelat atau kehitam-hitaman. Sedangkan serangan Coscopora sp.

menyebabkan daun menjadi bercak-bercak belang.

- Pengendalian

Kedua penyakit ini dapat dikendalikan dengan pencabutan tanaman

yang sakit, dapat disemprotkan fungsida yang efektif seperti Dithane

M-45 0,2%.

c) Busuk batang dan daun.

- Penyebabnya : Adalah cendawan Rhizoctonia solani Kuhn.

- Gejala seranganya : Menyebabkan busuk batang dan busuk daun kebasah

basahan.

- Pengendaliannya :

Penyakit ini dikendalikan dengan melakukan pergiliran (rotasi)

tanaman, mencabut tanaman yang sakit dan disemprotkan fungisida yang

efektif seperti Dithane M-45 0,2%.

d) Virus 24emper

Penyakit ini menimbulkan gejala belang-belang pad daun, kemudian


(46)

(malformasi). Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan cara pergiliran (rotasi)

tanam atau peremajaan tanaman.

7. Pupuk

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik,

kimia, atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.

Dalam pengertian khusus pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau

lebih hara tanaman. Berbicara tentang tanaman tidakakan lepas dari masalah

pupuk. Dalam pertanian modern, penggunan materi yang berupa pupuk adalah

mutlak untuk memacu tingkat produksi tanaman yang diharapkan (Adriani,

2011).

a. Pupuk Kompos

Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk

menguatkan struktur lahan kritis dengan meningkatkan kandungan bahan organik

tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan air

tanah, menggemburkan kembali tanah pertanian karena peningkatan aktivitas

mikroba dan sebagai media tanam. Kompos yang bermutu baik memiliki ciri

berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah, tidak larut dalam air,

tidak berbau, suhu kurang lebih sama dengan suhu lingkungan (Alex, 2012).

Kompos yang memenuhi syarat C/N rasio < 20, kadar air dan nutrisi tertentu,

dikategorikan kedalam pupuk organik karena terbuat dari bahan alami yakni


(47)

Kompos secara alami terbentuk dari sampah organik yang terurai oleh

berbagai jenis mikrobia, binatang yang hidup ditanah, enzim dan jamur. Proses

terurai ini memerlukan kondisi yang tertentu, yaitu: suhu, udara dan kelembaban.

Waktu pembentukan kompos rata-rata dalam 4 – 6 minggu. Suhu optimal untuk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45– 650C.

Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan tanah

dan akan meningkatkan kandungan tanah dan akan meningkatkan kemampuan

tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang

bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Selain

itu, aktivitas mikroba tanah juga dapat membantu tanaman menghadapi serangan

penyakit serta tanaman memiliki kualitas yang lebih baik jika dibandingkan

dengan tanaman yang dipupuk dengan bahan kimia. Berikut adalah fungsi

kompos bagi tanah/tanaman:

- Meningkatkan kesuburan tanah

- Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah

- Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah

- Meningkatkan aktivitas mikroba

- Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai, gizi, dan jumlah panen)

- Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman

- Menekan pertumbuhan/serangan penyakit


(48)

b. Pupuk Organik

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan/ternak.

Susunan hara pupuk kandang tergantung macam dan jenis hewan ternak.Nilai

hara pupuk kandang dipengaruhi oleh makanan hewan yang bersangkutan. Fungsi

hewan tersebut sebagai pembantu pekerjaan atau dibutuhkan dagingnya saja, jenis

hewan dan jenis bahan yang digunakan sebagai alas kandang (Agus, 2012).

Pupuk kandang tidak hanya ditentukan berdasarkan pasokan bahan organik

tetapi besarnya pasokan nitrogen. Nitrogen yang dilepaskan oleh aktivitas

mikroorganisme kemudian dimanfaatkan oleh tanaman. Pupuk kandang

mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Penggunaan

pupuk kandang untuk mempertahankan kesuburan tanah merupakan bentuk

praktek pertanian organik (Sutanto, 2002).

c. Pupuk Cair

Pupuk cair adalah larutan hasil dari pembusukan bahan-bahan organik yang

berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur

haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk cair organik adalah dapat

secara cepat mengatasi defisiensi hara. Pupuk cair organik umumnya tidak

merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin (Alex, 2010).

Pupuk cair merupakan zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-bahan

organik dan berwujud cair. Pupuk cair memiliki manfaat yaitu (Alex, 2010) :

- Untuk menyuburkan tanah


(49)

- Untuk mengurangi dampak sampah organik di lingkungan

Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus yaitu bahan organik yang

mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa buah-buahan dan sisa sayur-sayuran.

Semakin besar kandungan selulosa dari bahan organik maka proses pengurian

oleh bakteri akan semakin lama. Selain mudah terdekomposisi, bahan ini kaya

nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman (Alex, 2010).

C. Media Tanam

1. Fungsi Tanah Sebagai Media Tumbuh

Tanah sebagai media tumbuh yang ideal secar material tersusun oleh 4

komponen, yaitu bahan padatan yang terdiri dari bahan mineral dan bahan

28empera, air tanah dan udar tanah. Berdasarkan volumenya, maka tanah secara

rerata terdiri dari (1) 50% padatan, 45% berupa bahan mineral (bahan hasil

pelapukan batuan induk, termasuk primer, mineral sekunder dan bahan amorf)

dan 5% bahan organik (flora dan fauna tanah perakaran tanaman serta hasil

dekomposisi/pengurai sisa vegetasi atau hewan hasil kegiatan mikroorganisme).


(50)

Menurut Hanafiah (2004) fungsi masing-masing komponen tanah yaitu :

a. Udara tanah berfungsi sebagai gudang dan sumber gas seperti O2 yang

dibutuhkan oleh sel-sel perakaran untuk melaksanakan respirasi, CO2bagi

mikroba fotosintetik dan N2 bagi mikroba peningkat N.

b. Air tanah berfungsi sebagai komponen utama tubuh tanaman dan biota tanah,

sebagian besar penyerapan hara seperti N, K dan Ca oleh tanaman dimediasi

oleh air melalui mekanisme aliran massa air, baik kepermukaan akar maupun

transportasi ke daun.

c. Mineral tanah terutama berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara bagi

tanaman dan biota tanah.

b. Tanah Aluvial (Tanah Paingan)

Jenis tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah aluvial.Tanah

Paingan (aluvial) berasal dari endapan baru, berlapis-lapis, bahan organiknya

jumlahnya berubah-ubah tidak teratur dengan kedalamannya. Lapisan disini

bukan horizon, karena bukan terbentuk secara pedogenesis ( perkembangan tanah

secara alami, pelapukan mulai dari atas, proses eluvasi dan iluvasi). Tetapi bahan

atau mineral yang diendapkan berbeda dari waktu ke waktu dan lama

pengendapan juga berbeda sehingga terbentuk lapisan yang berbeda (supriyono,

2009). Tanah ini tergolong masih muda, belum berkembang, berasal dari lauvium,

bentuk beraneka ragam, tidak berstruktur basah pekat, pH bervariasi, tingkat

kesuburan sedang sampai tinggi, biasanya banyak terdpat di tepi sungai, cekungan


(51)

Ciri pembentukan aluvial adalah bahan yang kasar (besar) akan diendapkan

tidak jauh dari sumbernya, Sedangkan semakin halus bahan yang akan

diendapkan lebih jauh dan tiap lapisan cenderung seragam. Sifat tanah aluvial

dipengaruhi langsung oleh sumber bahan asal, sehingga kesuburannya ditentukan

oleh bahan asal.

Tabel 3. Kandungan Unsur Hara Tanah Aluvial dan pH

No Nama Tempat

Diekstrak 25% HCL 2% as. Sitrat pH

H2O

P2O5 K2O CaO MgO P2P5 K2O

1 Dataran

demak 0,006 0,055 Ib5 0,40 0,025 0,015

7,7 -8,1 2 Endapan

Serang 0,055 0,060 Ib5 0,60 0,081 0,014

8,1-8,4 3 Endapan

Tuntung 0,085 0,072 Ib5 0,75 0,028 0,021

7,9-8,2

Kebanyakan tanah aluvial sepanjang aliran besar merupakan campuran dan

mengandung cukup banyak unsur hara tanaman, sehingga umumnya dianggap

tanah subur sejak dahulu. Permasalahannya adalah pengawasan tata air termasuk

perlindungan terhadap banjir, drainase dan irigasi. Tekstur tanahnya sangat

variabel, baik vertikal maupun horizontal, jika banyak mengandung lempung

tanahnya sukar diolah dan menghambat drainase. Di daerah kering seperti di

Timor, dataran rendah mempunyai tanah yang beragam dan dapat menggangu

pertumbuhan. Garam ini dapat dihilangkan dengan drainase memakai air yang

tidak bergaram seperti air irigasi atau penyiraman dengan air tawar. Jika masih


(52)

dan sambil diberi gips atau sulfur, dan untuk memberbaiki struktur tanah menjadi

granuler perlu dibenam bahan organik (Rosmarkam, 2001).

Tanah aluvial kurang dipengaruhi oleh iklim dan vegetasi, tetapi yang paling

terlihat pengaruhnya pada ciri dan sifat tanahnya adalah bahan induk topografi

sebagai akibat waktu terbentuknya tanah yang masih muda. Menurut bahan

induknya terdapat tanah aluvial pasir, debu, lempung dan kapur. Memperhatikan

cara terbentuknya maka fisiografi untuk terbentuknya tanah ini terbatas pada :

a) Lembah sungai

b) Dataran pantai, dan

c) Bekas danau (Supriyo, 2009).

Jenis tanah aluvial dapat dibedakan lagi atas dasar warnanya sebagai tanah

aluvial coklat,tanah aluvial kelabu dan lain-lain. Tanah aluvial dapat dibagi

menjadi 6 macam mineral yaitu :

a) Tanah aluvial yang memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik mulai didalam

penampang pada kedalaman antara 50 – 100 cm dari permukaan kebawah : Aluvial Gleiik (Ag).

b) Tanah aluvial mempunyai sulfidik pada kedalaman kurang dari 125 cm dari

permukaan : Aluvial Tionik (At).

c) Tanah aluvial lain yang mempunyai bahan organik karbon 12 kg atau lebih

(kecuali seresah lapisan atas) pada luas 1 m2sampai lapisan keras/sedalam


(53)

d) Tanah aluvial lain yang berkapur (“calcareous”), sekurang-kurangnya 20 – 25 cm dari permukaan : Aluvial Kalkarik (Ak).

e) Tanah aluvial lain yang mempunyai kejenuhan basa (NH4Oac) kurang dari

50% sekurang-kuranggnya pada beberapa bagian lapisan tanah antara 20 – 50 cm dari permukaan : Aluvial Distrik (Ad).

f) Tanah aluvial lain kejenuhan basa > 50% : Aluvial Eutrik (Ae) (Rosmarkam

dan Wongsoatmodjo, 2001).

D. Arang Sekam

Arang sekam merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari sekam padi

(kulit gabah) dengan warna hitam. Warna hitam pada arang sekam akibat

proses pembakaran tersebut menyebabkan daya serap terhadap panas tinggi

sehingga menaikkan suhu dan mempercepat perkecambahan.

Arang sekam sangat baik untuk membantu menyuburkan tanah. Arang sekam

bisa berfungsi sebagai penyimpan sementara unsur hara dalam tanah sehingga

tidak mudah tercuci oleh air dan sangat mudah dilepaskan ketika dibutuhkan atau

diambil oleh akar tanaman. Bisa dikatakan arang sekam akan berfungsi seperti

zeolit. Zeolit adalah salah satu bahan mineral yang memiliki karakteristik khusus

sebagai bahan pencampur media tanam. Salah satu manfaat dari zeolit adalah sebagai bahan pembenah tanah.


(54)

Arang sekam mengandung unsur N, P, K dan Ca masing-masing 0.18;

0.08; 0.30 dan 0.14% serta unsur Mg yang besarnya tidak terukur dan

mempunyai pH 6-7 setelah mengalami perendaman selama 2 hari. Komposisi

arang sekam paling banyak ditempati oleh SiO2(52%), C (31%), Fe2O3,

K2O, MgO, Cao dan Cu (dalam jumlah kecil) sehingga arang sekam memiliki

sifat kimia menyerupai tanah (Wuryaningsih, 1997).

Media arang sekam mempunyai porositas yang baik, mudah mengikat air,

tidak mudah lapuk, ringan, dan merupakan sumber kalium. Arang sekam baik

untuk media tumbuh tanaman sayuran maupun buah-buahan secara hidroponik.

Arang sekam dapat menahan air lebih lama dan membawa zat-zat organik yang

dibutuhkan oleh tanaman (Sutanto, 2002).

E. Penanaman Kangkungpada Tabulampot

Teknik penanaman dengan teknik tabulampot atau merupakan alternatif

penanaman tanamanyang dapat memberikan solusi untuk yang memilih lahan

terbatas, tetapi ingin memiliki banyak tanaman. Prinsip penanaman dengan teknik

ini yaitu memerlukan keseriusan dan ketelitian dalam merawat. Penanaman

tanaman kangkung disini tidak menggunakan pot, tetapi digantikan dengan

polybag.

Menurut Rahmat (2011) keuntungan memelihara tanaman dalam pot yaitu


(55)

murni minim pestisida, mempercantik halaman rumah dan pekarangan

disekitarnya, pertumbuhan nutrisi tanaman dapat diperoleh maksimal, jika

terserang hama atau penyakit penanggulangannya lebih mudah dilakukan.

F. Kajian Empiris

Penelitian yang dilakukan Vertissa Widya Kirani pada tahun 2011 dengan

judul “Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Bayam (Amaranthus sp.) Pada Berbagai Macam Media Tanam Secara Hidroponik”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanam arang sekam menunjukkan hasil yang

palingbaik untuk pertumbuhan tiga varietas bayam dibandingkan dengan media

lain yaitu : media pasir, sekam padi dan pakis. Hal ini dapat dilihat dari

pertumbuhan tanaman bayam dengan parameter tinggi tanaman, luas daun,

panjang akar, volume akar, bobot segar tanaman,bobot kering tanaman.

Penelitian yang dilakukan Sylva Lestari pada tahun 2014 dengan judul

“Pemanfaatan Limbah Teh, Sekam Padi, dan Arang Sekam Sebagai Media Tumbuh Bibit Trembesi (Samaneae saman)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah teh, sekam padi, dan arang sekam sebagai media

tumbuh memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap bobot kering tajuk, bobot

kering akar, pajang akar, indeks mutu bibit dibandingkan dengan perlakuan tanah

100% yang tidak memberikan pengaruh terhadap parameter tinggi dan diameter


(56)

G. Hipotesa

1. Jenis media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kangkung

darat.

2. Media tanaman tanam TAS (tanah aluvial + arang sekam) baik untuk


(57)

36 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalahpenelitian eksperimen dengan

melakukan percobaan dan pengujian pada penelitian yang dilakukan. Penelitian

eksprimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dalam penelitian

ini yaitu pengaruh arang sekam sebagai media tanam terhadap pertumbuhan

tanaman kangkung darat varietas Bangkok.

B. Variabel Penelitian

Variabel atau faktor penelitian memiliki peranan sangat penting dalam

suatu penelitian.Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan

dalam penelitian. Variabel sendiri berasal dari kata vary (berarti: berbeda) dan

able (berarti: dapat). Secara harafiah variabel dapat diartikan sesuatu yang

hasilnya dapat berbeda-beda. Dalam penelitian ini menggunakan 3 jenis variabel

yaitu : variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.

1) Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi variabel


(58)

- Media tanam TAS (tanah aluvial + arang sekam).

2) Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel

bebas. Dalam penelitian ini yang digunakan dalam variabel terikat adalah tinggi

(induk + cabang), jumlah daun dan berat basah tanaman. Adapun

ketentuan-ketentuannya sebagai berikut :

- Tinggi tanaman induk + cabang (cm) : perhitungan dan pengukuran yang

digunakan untuk tinggi tanaman induk adalah pada bagian pangkal batang

(bawah) hingga bagian atas (pucuk) tanaman. Sedangkan untuk tinggi cabang

adalah diukur mulai dari bagian pangkal cabang hingga pucuk.

- Jumlah daun (helai) : menghitung banyaknya jumlah daun yang tumbuh

dibatang kangkung darat pada setiap minggunya.

- Berat basah (gr) : pengukuran yang digunakan untuk berat basah tanaman

adalah menimbang tanaman mulai daripangkal batang hingga pucuk dan

cabang-cabangnya.

3) Variabel Kontrol

Pada penelitian ini yang digunakan sebagai variabel kontrol adalah air,


(59)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kebun anggur Pendidikan Biologi Universitas

Sanata Dharma tepatnya di Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.

Penelitian ini dilakanakan kurang lebih selama 1 bulan yaitu pada tanggal 5 Mei

2015 – 7 Juni 2015.

D. Desain Penelitian

Rancangan Acak Lengkap (Complete Randomized Design) merupakan salah

satu rancangan paling sederhana dalam rancangan percobaan. Rancangan ini

disebut rancangan acak lengkap, karena pengacakan perlakuan dilakukan

diseluruh unit percobaan. Ciri khas percobaan ini yaitu bahan percobaan yang

digunakan harus bersifat homogen (misalnya untuk percobaan di laboratorium, di

lapangan dan di rumah kaca) (Tanujaya 2013).

Penelitian ini menggunakan 2 macam media yaitu media tanam TA/kontrol

(tanah aluvial) dan media tanam TAS (tanah aluvial + arang sekam). Pengulangan


(60)

Tabel4. Pola Penyusunan Pot

TA1 TA2 TA15 TAS1 TAS2 TA17 TA3 TA4 TA17 TAS3 TAS4 TA18 TA5 TA6 TA19 TAS5 TAS6 TA20 TA7 TA8 TA21 TAS7 TAS8 TAS15

TA9 TA10 TAS16 TAS9 TAS10 TAS17 TA11 TA12 TAS18 TAS11 TAS12 TAS19 TA13 TA14 TAS20 TAS13 TAS14 TAS21

Keterangan:

- TA = tanah aluvial - TAS = tanah aluvial +arang sekam - TA1 = pengulangan 1 - TAS1 = pengulangan 1

- TA 2 = pengulangan 2 - TAS2 = pengulangan 2 - TA3 = pengulangan 3 - TAS3 = pengulangan 3 - TA4 = pengulangan 4 - TAS4 = pengulangan 4 - TA5 = pengulangan 5 - TAS5 = pengulangan 5 - TA6 = pengulangan 6 - TAS6 = pengulangan 6 - TA7 = pengulangan 7 - TAS7 = pengulangan 7 - TA8 = pengulangan 8 - TAS8 = pengulangan 8 - TA9 = pengulangan 9 - TAS9 = pengulangan 9 - TA10 = pengulangan 10 - TAS10 = pengulangan 10 - TA11 = pengulangan 11 - TAS11 = pengulangan 11 - TA12 = pengulangan 12 - TAS12 = pengulangan 12 - TA13 = pengulangan 13 - TAS13 = pengulangan 13 - TA14 = pengulangan 14 - TAS14 = pengulangan 14 - TA15 = pengulangan 15 - TAS15 = pengulangan 15 - TA16 = pengulangan 16 - TAS16 = pengulangan 16 - TA17 = pengulangan 17 - TAS17 = pengulangan 17 - TA18 = pengulangan 18 - TAS18 = pengulangan 18 - TA19 = pengulangan19 - TAS19 = pengulangan 19 - TA20 = pengulangan 20 - TAS20 = pengulangan 20 - TA21 = pengulangan 21 - TAS21 = pengulangan 21


(61)

Pengacakan pada penelitian ini dilakukan pada saat memilih tanaman yang

diberikan perlakuan. Penentuan tanaman yang akan diberi perlakuan tertentu

dilakukan secara acak dan tidak ada perbedaan khusus terhadap jenis media

tertentu.

E. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

- Polybag - Penggaris

- Gunting - Alat tulis

- Semprotan - Kertas

- Cangkul -Cethok

- Sabit - Timbangan digital

- Bambu - Alat ukur pH dan kelembapan

- Tali raffia - Gelas Ukur

- Paku - Ember

- Plastik - Thermometer

- Paranet - Timbangan/neraca digital


(62)

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

- Pupuk kandang

- Bibit kangkung

- Air

- Pestisida

- Pupuk cair

- Tanah aluvial

- Arang sekam

F. Prosedur Kerja

- Penyiapan Lahan

Lahan yang digunakan untuk meletakkan tanaman kangkung terletak di

kebun anggur Universitas Sanata Dharma, Paingan, Maguwoharjo, Sleman

Yogyakarta. Persiapan lahan meliputi pembersihan lahan, pembuatan rumah

untuk tanaman kangkung agar terlindung dari hama dan pembuatan panggung


(63)

- Penyiapan Media Tanam a. Polybag

Polybag yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 30 cm x 30

cm. Bagian dasar dan bagian samping polybag memiliki lubang drainase yang

berfungsi untuk mengurangi kadar air agar tanaman tidak kelebihan air.

b. Media tanam

Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam

yaitu media tanam TA/kontrol dan media taman TAS. Media tanam TA terdiri

dari campuran tanah dan pupuk kandang. Sedangkan media tanam TAS terdiri

dari campuran tanah aluvial, arang sekam dan pupuk kandang.

c. Fasilitas Penunjang

Untuk pertumbuhan tanaman kangkung diperlukan berbagai fasilitas

pendukung antara lain semprotan, pupuk, pestisida, pagar pelindung tanaman

dari hama, plastik UV untuk melindungi tanaman dari hujan agar tanaman

tidak busuk dan cahaya matari masih bisa tembus, dan fasilitas penunjang

lainnya.

- Pencampuran Media Tanam a. Media TA/Kontrol (tanah aluvial)

- Siapkan tanah aluvial dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1


(64)

- Masukan medium ke dalam polybag dengan menggunakan sekop

- Letakkan media pada lahan yang sudah disiapkan

b. Media TAS (tanah aluvial + arang sekam)

- Siapkan tanah aluvial, arang sekam dan pupuk kandang dengan

perbandingan 1:1:1

- Campur tanah aluvial, arang sekam dan pupuk kandang dengan

menggunakan cangkul

- Masukkan medium kedalam polybag dengan menggunakan sekop

- Letakkan media pada bahan yang sudah disiapkan

- Penyemaian dan Penanaman Bibit Kangkung

Penyemaian bibit kangkung langsung didalam media tanam yang digunakan.

Berikut adalah langkah-langkah penyemaian bibit kangkung :

- Media yang sudah disiapkan dilubangi kira-kira sedalam 1 cm

- Masukan bibit kangkung darat kedalam lubang kemudian tutup kembali

lubang dengan tanah

- Setelah semua selesai siram media tanam yang sudah berisi bibit.

- Prosedur perlakuan

Pemberian perlakuan dilakukan pada tanaman berumur 5 hari setelah


(65)

helai. 21 tanaman kangkung darat ditanam pada media tanam TA/kontrol (tanah

aluvial) dan 21 tanaman pada media TAS (tanah aluvial + arang sekam). Berikut

adalah prosedur pemindahan tanaman dari media penyemaian ke media yang

dipakai sebagai perlakuan :

- Lubangi Media tanam yang digunakan

- Congkel tanaman kangkung darat dari media penyemaian

- Masukkan tanaman kangkung kedalam media tanam yang sudah dilubangangi

- Tutup lubang dengan menggunakan tanah

- Perawatan dan Pemeliharaan a. Penempatan tanaman

Penempatan media taman diletakan pada tempat yang cukup terkena

sinar matahari. Tanaman kangkung diletakkan pada sebuah rumah yang

terbuat dari paranet dan atapnya terbuat dari plastik UV. Penggunaan plastik

UV sebagai atap dimaksudkan agar cahaya matahari masih bisa masuk

kedalam sehingga tanaman cukup cahaya. Disamping itu, lokasi penempatan

media tanam harus dekat sumber air dan serasi dengan lingkungan sekitarnya.

b. Penyiraman

Pada fase awal pertumbuhan tanaman kangkung membutuhkan air

dalam jumlah yang memadai. Penyiraman dilakukan dengan memperhatikan


(66)

kelembaban < 40% maka media harus disiram, sedangkan jika > 80% maka

tidak perlu disiram. Setiap tanaman harus memperoleh volume air yang sama.

Waktu penyiraman yang baik yaitu pada saat pagi sebelum pukul 09.00 atau

sore hari setelah pukul 15.00.

c. Pemupukan

Pupuk yang dipakai untuk pemupukan adalah pupuk cair. Pemberian

pupuk cair dilakukan sebagai berikut :

- Ambil 0,5 liter pupuk cair dan 10 liter air

- Campur larutan hingga homogen

- Ambil laarutan dengan menggunakan gelas ukur

- Siram pada tanaman kangkung

Pada minggu ke – 1 pengamatan yaitu tanaman kangkung berusia 10 hari setelah penyemaian pemberian pupuk dilakukan sebanyak 50 ml untuk

masing-masing tanaman. Pada minggu ke – 2 yaitu tanaman berusia 17 hari dosis ditingkatkan menjadi 100 ml. Pada minggu ke – 3 dan ke - 4 yaitu usia tanaman kangkung 24 hari dan 31 hari pemberian pupuk cair menjadi 200 ml.

Pemberian dosis pupuk yang terus meningkat dikarenakantanaman kangkung

sudah semakin besar sehingga nutrisi yang dibutuhkan juga semakin banyak.


(67)

d. Penanganan hama dan penyakit

Untuk pencegahan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan

penyakit maka dilakukan pencegahan dengan pemeberian pestisida. Pestisida

yang digunakan adalah pestisida organik (pesona). Berikut adalah cara

penggunaanya adalah:

- 10 ml pesona ditambahakan dengan I liter air

- Aduk/kocok hingga larutan homogen

- Semprotkan pada bagian daun dan batang tanaman

- Pemberian pestisida dilakukan sebanyak 2 kali dalam 1 minggu

- Penyemprotan dilakukan pada waktu sore hari setelah matahari terbenam

e. Kebersihan tanaman

Kebersihan tanaman dilihat dari tidak adanya gulma yang tumbuh

disekitar tanaman. Gulma yang tumbuh disekitar tanaman harus dicabut agar

tidak menggangu pertumbuhan tanaman kangkung.

- Pengamatan

Pengambilan data dari pertumbuhan tanaman kangkung darat dilakukan

seminggu sekali. Data yang diambil setiap minggunya adalah tinggi batang,

jumlah daun, pH tanah, kelembaban tanah dan ketahanan terhadap hama dan


(68)

Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk tabel dengan tujuan mempermudah

analisis.

a. Tinggi tanaman (induk + cabang)

Tinggi tanaman induk + tinggi cabang diukur dengan menggunakan

mistar.

Tabel 5.Contoh Tabel Data untuk Pengukuran Tinggi Tanaman (cm)

No No Tanah Aluvial

Minggu ke - Aluvial Tanah + Arang Sekam

Minggu ke -

1 2 3 4 1 2 3 4

1 TA1 TAS1

2 TA2 TAS2

3 TA3 TAS3

4 TA4 TAS4

5 TA5 TAS5

6 TA6 TAS6

7 TA7 TAS7

8 TA8 TAS8

9 TA9 TAS9

10 TA10 TAS10

11 TA11 TAS11

12 TA12 TAS12

13 TA13 TAS13

14 TA14 TAS14

15 TA15 TAS15

16 TA16 TAS16

17 TA17 TAS17

18 TA18 TAS18

19 TA19 TAS19

20 TA20 TAS20


(69)

b. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung sebagai salah satu indikator pertumbuhan.Semua

daun pada tanaman kangkung dihitung, kecuali daun yang masih kuncup,

kemudian hasilnya dicatat pada tabel.

Tabel 6. Contoh Tabel Data untuk Pengukuran Jumlah Daun (helai)

No No Tanah Aluvial

Minggu Ke - Tanah Aluvial

+ Arang Sekam

Minggu Ke -

1 2 3 4 1 2 3 4

1 TA1 TAS1

2 TA2 TAS2

3 TA3 TAS4

4 TA4 TAS4

5 TA5 TAS5

6 TA6 TAS6

7 TA7 TAS7

8 TA8 TAS8

9 TA9 TAS9

10 TA10 TAS10

11 TA11 TAS11

12 TA12 TAS12

13 TA13 TAS13

14 TA14 TAS14

15 TA15 TAS15

16 TA16 TAS16

17 TA17 TAS17

18 TA18 TAS18

19 TA19 TAS19

20 TA20 TAS20


(70)

c. Pengukuran pH dan kelembaban tanah

Selain mengukur indikator pertumbuhan dilakukan pengukuran pH dan

kelembaban tanah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya faktor lain yang

mungkin mempengaruhi pertumbuhan tanaman kangkung.

1) Pengukuran pH

Cara pengukuran pH adalah sebagai berikut :

- Ukur jarak tanah 10 cm dari batang tanaman kangkung

- Beri tanda setinggi 10 cm lalu tancapkan pengukur pH sampai batas yang

telah dibuat

- Lakukan kalibrasi dengan mengukur pH meter lalu lap sampai kering

hingga penggunaan selanjutnya

- Catat hasil pada tabel

Tabel 7. Contoh Tabel Data untuk Pengukuran pHTanah

No No Tanah Aluvial

Minggu ke - Tanah Aluvial

+ Arang Sekam

Minggu ke -

1 2 3 4 1 2 3 4

1 TA1 TAS1

2 TA2 TAS2

3 TA3 TAS3

4 TA4 TAS4

5 TA5 TAS5

6 TA6 TAS6

7 TA7 TAS7

8 TA8 TAS8

9 TA9 TAS9


(71)

No Tanah Aluvial

Minggu Ke - Tanah Aluvial

+ Arang Sekam

Minggu Ke -

1 2 3 4 1 2 3 4

11 TA11 TAS11

12 TA12 TAS12

13 TA13 TAS13

14 TA14 TAS14

15 TA15 TAS15

16 TA16 TAS16

17 TA17 TAS17

18 TA18 TAS18

19 TA19 TAS19

20 TA20 TAS20

21 TA21 TAS21

2) Kelembaban

Cara pengukuran kelembaban adalah sebagai berikut:

- Ukur jarak tanah 10 cm dari batang tanaman kangkung

- Beri tanda pada moisturmeter setinggi 10 cm lalu tancapkan pengukuran kelembaban pada batas yang telah dibuat

- Catat hasil pada tabel

Tabel 8. Contoh Tabel Data Kelembaban Tanah

No No Tanah Aluvial

Tanggal (Minggu ke – ) Tanah Aluvial

+ Arang Sekam

Tanggal (Minggu ke -)

1 2 3 4 1 2 3 4

1 TA1 TAS1

2 TA2 TAS2


(72)

No Tanah Aluvil

Minggu Ke - Aluvia Tanah + Arang Sekam

Minggu Ke -

1 2 3 4 1 2 3 4

4 TA4 TAS4

5 TA5 TAS5

6 TA6 TAS6

7 TA7 TAS7

8 TA8 TAS8

9 TA9 TAS9

10 TA10 TAS10

11 TA11 TAS11

12 TA12 TAS12

13 TA13 TAS13

14 TA14 TAS14

15 TA15 TAS15

16 TA16 TAS16

17 TA17 TAS17

18 TA18 TAS18

19 TA19 TAS19

20 TA20 TAS20

21 TA21 TAS21

d. Penimbangan berat basah

Penimbangan tanaman kangkung dilakukan dengan cara menimbang

tanaman setelah dipanen.Pemanenan dilakukan dengan cara memotong bagian

pangkal batang tanaman. Berikut adalah cara penggunaan neraca/timbangan

digital:

- Penimbangan dilakukan setelah diperoleh keadaan seimbang pada neraca

- Timbangan diposisikan nol

- Letakan tanaman kangkung diatas timbangan


(73)

- Setelah penimbangan selesai posisi timbangan dikembalikan seperti

semula

Tabel 9. Contoh Tabel Data Berat Basah Tanaman Kangkung (gr)

No No Tanah

Aluvial Berat

Tanah Aluvial + Arang Sekam Berat

1 TA1 TAS1 2 TA2 TAS2 3 TA3 TAS3 4 TA4 TAS4 5 TA5 TAS5 6 TA6 TAS6 7 TA7 TAS7 8 TA8 TAS8 9 TA9 TAS9 10 TA10 TAS10 11 TA11 TAS11 12 TA12 TAS12 13 TA13 TAS13 14 TA14 TAS14 15 TA15 TAS15 16 TA16 TAS16 17 TA17 TAS17 18 TA18 TAS18 19 TA19 TAS19 20 TA20 TAS20 21 TA21 TAS21

1. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh merupakan data mentah hasil pengamatan yang terdiri

dari tinggi batang, jumlah daun dan berat basah. Setelah data hasil penelitian yang


(74)

Homogenitas adalah persamaan variasi antarkelompok yang ingin

dibandingkan, sehingga kita akan berhadapan dengan kelompok yang dari

awalnya dalam kondisi yang sama. Uji homogenitas variasi sangat diperlukan

sebelum kita membandingkan dua kelompok atau lebih agar perbedaan yang ada

bukan disebabkan oleh adanya perbedaandasar (ketidak homogenan kelompok

yang dibandingkan) (Irianto, 2003). Pengujian homogenitas data hasil penelitian

ini menggunakan uji levene dengan rumus :

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas dilakukan analisisa

menggunakan uji t-test 2 group yang independen. Dua kelompok independen

dapat berupa dua kelompok yang terpisah, misalnya dua kelompok berbeda yang

dites, atau kelompok yang diberi perlakuan (treatment) berbeda. T-test digunakan

untuk membandingkan dua kelompok yang independen. Dalam sebuah penelitian,

lazim membandingkan dua treatment. Untuk membandingkan apakah hasil

eksperimen dengan media TAS lebih baik dari media TA, yang diperlukan adalah

mean dari sampel, standar deviasi sampel, dan besarnya sampel untuk dua

kelompok yang dibandingkan. Pada percobaan ini membandingkan pertumbuhan

tanaman kangkung pada media tanamn dengan tanah aluvial (TA) dan media

tanam tanah aluvial + arang sekam (TAS), parameter yang digunakan adalah

=


(1)

116

LAMPIRAN 11. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas Tinggi Tanaman Induk + Cabang, Jumlah Daun dan Berat Basah pada

Kangkung Darat

Test of Homogeneity of Variances

Tinggi Tanaman Induk + Tinggi Cabang Tanaman Kangkung Darat

Levene Statistic

df1 df2 Sig. 3,105 1 166 ,080

Test of Homogeneity of Variances

Jumlah Daun Tanaman Kangkung Darat

Levene Statistic

df1 df2 Sig. 3,719 1 166 ,056

Test of Homogeneity of Variances

Berat BasahTanaman Kangkung Darat

Levene Statistic

df1 df2 Sig. .009 1 40 ,925


(2)

117

LAMPIRAN 12. Uji t-test2 Group yang Independen

Uji t-test 2 Group yang Independen pada Tinggi Tanaman Induk + Cabang , Jumlah Daun

dan Berat Basah Tanaman Kangkung Darat

Group Statistics

Perlakuan N Mean Std. deviation

Std. Eror Mean Tinggi Tanaman

(Induk + Cabang) Kangkung Darat

TA 84 35 39,43546 4,30276 TAS 84 50,5 63,53897 6,93267

Independent Samples Test

t-test for Euality of Means t df Sig.

(2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Tinggi Tanaman

Induk + Cabang Kangkung Darat

Equanal Variances assumed

-2,032 166 ,044 -16,57738 8,15939 -32,68694 -,46782 Equanal Variances

not assumed

-2,032 128,68 ,044 -16,57738 8,15939 -32,71027 -,44449

Uji t-test 2 Group yang Independenpada Jumlah DaunTanaman Kangkung Darat

Group Statistics

Perlakuan N Mean Std. deviation

Std. Eror Mean Jumlah Daun

Kangkung Darat

TA 84 20,6 19,94972 2,17669 TAS 84 27,9 24,42273 2,66474

Independent Samples Test

t-test for Euality of Means t df Sig.

(2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Jumlah Daun

Kangkung Darat

Equanal Variances assumed

-2,135 166 ,034 -7,34524 3,44076 -14,13853 -,55195 Equanal Variances

not assumed


(3)

Uji t-test 2 Group yang Independen pada Berat Basah Tanaman Kangkung Darat

Group Statistics

Perlakuan N Mean Std. deviation

Std. Eror Mean Berat Basah

Kangkung Darat

TA 21 31,5 9,89757 2,15983 TAS 21 44,8 9,02378 1,96915

Independent Samples Test

t-test for Euality of Means t df Sig.

(2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Berat Basah

Kangkung Darat

Equanal Variances assumed

-4,562 40 ,000 -13.33333 2,92274 -19,24041 -7,42626 Equanal Variances

not assumed


(4)

119

LAMPIRAN 13. Dokumentasi Penelitian

Peletakan media tanam pada rumah Pengamatn minggu ke

1 :

yang terbuat dari paranet dan plastik UV pengukuran pH dan kelembapan tanah

Pengamatan minggu ke

1 : Pengamatan minggu ke

2 :

pemberian pupuk cair

pengukuran pH dan kelembaban tanah


(5)

Pertumbuhan tanaman kangkung Hama penyerang daun

pada minggu ke

3

(kumbang daun)

Daun tanaman yang

Pengamatan minggu ke

4 :

berlubang- lubang akibat serangan pengukuran tinggi tanaman


(6)

Pemanenan tanaman kangkung Penimbangan berat basah

tanaman kangkung


Dokumen yang terkait

Perubahan Pola Penyebaran Kadar Air Media Arang Sekam dan Pertumbuban Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir.) Pada Pemberian Air Secara Sinambung (Continue) Dan Terputus-Putus (Intermitient) Dengan Irigasi Tetes

0 8 93

Perubahan Pola Penyebaran Kadar Air Media Tanam Arang Sekam dan Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir) pada Pemberian Air Secara Terus Menerus dengan Irigasi Tetes

0 7 6

Pengaruh berbagai Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir)

2 18 96

Pengaruh Kangkung (Ipomoea reptans Poir.) Terhadap Waktu Reaksi Sederhana.

0 0 24

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS LIMBAH MEDIA TANAM JAMUR PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans Poir.) | Fikri | Vegetalika 9277 20037 1 PB

0 0 11

ANALISIS KADAR LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) PADA TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans Poir) Suhaeni

0 0 8

Dinamika Akumulasi Kadmium Pada Tanaman Kangkung Darat (Ipomoae reptans Poir)

0 0 7

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans poir) TERHADAP VOLUME PEMBERIAN AIR DAN KOMBINASI MEDIA TANAH DAN ARANG SEKAM

0 1 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MORFOLOGI DAN BOTANI TANAMAN KANGKUNG - RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans poir) TERHADAP VOLUME PEMBERIAN AIR DAN KOMBINASI MEDIA TANAH DAN ARANG SEKAM - repository perpustakaan

1 3 10

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans P.) PADA MEDIA TANAM ARANG SEKAM DAN COCOPEAT SERTA KONSENTRASI POH CAIR

0 0 16