UJI EFEK ANTIMIKROBA DEKOK DAUN BELIMBING WULUH (Avverhoa belimbi) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi atau penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme
seperti bakteri merupakan penyakit yang banyak ditemukan dalam masyarakat.
Menurut laporan WHO penyakit infeksi ini menjadi penyebab kematian terbesar
pada anak-anak dan dewasa dengan jumlah kematian lebih dari 13 juta jiwa
setiap tahun, dan satu dari dua kematian terjadi di negara berkembang seperti
Indonesia (WHO, 2000).
Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi semakin
meningkat,

termasuk

angka

kejadian

infeksi


yang

disebabkan

oleh

Staphylococcus aureus (Rohani, 2010). Bakteri Staphylococcus merupakan
bakteri kokus gram positif yang sering ditemukan sebagai flora normal pada
kulit dan selaput lendir manusia, kuman ini merupakan patogen utama pada
manusia yang dapat menginfeksi setiap jaringan maupun alat tubuh manusia dan
dapat menimbulkan gejala yang khas yaitu peradangan, nekrosis dan membentuk
abses, infeksinya dapat berupa furunkel yang ringan pada kulit sampai terjadi
piemia yang fatal (Syarurrachman, 2001).
Lebih dari 30 jenis Staphylococcus yang dapat menginfeksi manusia dan
dari jenis tersebut yang paling banyak menginfeksi adalah Staphylococcus
aureus. Bakteri Staphylococcus aureus dapat mengakibatkan infeksi dan

1

2


kerusakan pada kulit atau luka pada organ tubuh termasuk jaringan sekitar mata
salah satunya adalah selulitis orbita (Ilyas, 2010).
Penggunaan antibiotika sebagai pengobatan infeksi bakteri secara luas di
masyarakat mengharuskan adanya kewaspadaan terhadap resistensi pada
antibiotik tertentu yang beredar di masyarakat. Penggunaan antibiotika di
Indonesia

yang

cukup

dominan

adalah

turunan

tetrasiklin,


penisilin,

kloramfenikol, eritromisin dan streptomisin. Pola penggunaan antibiotika
tersebut telah mencapai tingkat yang berlebihan dan banyak di antaranya
digunakan secara tidak tepat. Perkembangan resistensi kuman terhadap
antibiotika sangat dipengaruhi oleh intensitas pemaparan antibiotika di suatu
wilayah dan tidak terkendalinya penggunaan antibiotika cenderung akan
meningkatkan resistensi kuman yang semula sensitif (Refdanita dkk, 2001).
Sejak dulu alam sudah memberikan solusi bagi berbagai macam penyakit
melalui kekayaan alam yang dikandungnya, yaitu rempah-rempah dan bahan
obat alami. Karena tidak praktis, meskipun lebih aman, obat alamiah itu mulai
digantikan dengan obat sintesis. Namun, seiring dengan meluasnya efek
samping obat sintesis, adanya resistensi dan harga yang mahal, maka obat
alamiah kini mulai diminati lagi oleh masyarakat (Hidayat SR, 2005).
Salah satu tanaman yang banyak ditanam di pekarangan dan dimanfaatkan
oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai obat, bumbu dapur
maupun pemberi aroma adalah belimbing wuluh (Averrhoa belimbi L). Tanaman
belimbing wuluh ini baik daun, buah bahkan batangnya mempunyai manfaat dan

3


khasiat. Kandungan kimia pada Averrhoa belimbi adalah tannin, saponin,
terpenoid, glukosida, sulfur, asam format, dan peroksida (Latifah, 2008).
Bahan aktif pada daun belimbing wuluh yang dapat dimanfaatkan sebagai
obat adalah tannin. Tanin merupakan suatu senyawa fenol yang memiliki berat
molekul besar yang terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa gugus yang
bersangkutan seperti karboksil untuk membentuk komplek kuat yang efektif
dengan protein dan beberapa molekul (Horvart, 2003). Kadar tannin yang tinggi
pada daun belimbing wuluh muda sebesar 10,92% (Ummah, 2010). Ekstrak
tannin pada daun belimbing wuluh mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas fluorescens dan
Micrococcus luteus (Hayati, 2010).
Penelitian Arif (2010) menunjukkan bahwa perasan daun belimbing wuluh
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus sp. perasan daun
belimbing wuluh dalam konsentrasi 100% dan kontrol positif (obat kumur
Betadine) mempunyai kemampuan yang sama dalam menghambat pertumbuhan
bakteri Lactobacillus sp.
Berdasarkan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian pemberian dekok daun belimbing wuluh
(Averrhoa belimbi L) terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

1.2 Rumusan Masalah
Apakah dekok daun belimbing wuluh (Averrhoa belimbi L) mempunyai
efek antimikroba terhadap Staphylococcus aureus?

4

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui
pengaruh dekok daun belimbing wuluh (Averrhoa belimbi L)

potensi
terhadap

pertumbuhan koloni Staphylococcus aureus.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui Kadar Hambat Minimal (KHM) dekok daun belimbing wuluh
(Averrhoa belimbi L) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
2. Mengetahui Kadar Bunuh minimal (KBM) dekok daun belimbing wuluh
(Averrhoa belimbi L) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

3. Mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi dekok daun belimbing wuluh
(Averrhoa belimbi L) terhadap penurunan jumlah pertumbuhan koloni bakteri
Staphylococcus aureus .
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat klinis
a. Memberikan informasi tentang pengaruh dekok daun belimbing wuluh
(Averrhoa belimbi L) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
secara in vitro.
b. Menambah wawasan kepada masyarakat khususnya mengenai khasiat daun
belimbing wuluh (Averrhoa belimbi L) sebagai terapi adjuvant infeksi yang
diakibat bakteri Staphylococcus aureus.

5

1.4.2

Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penelitian dasar yang
dipakai untuk penelitian selanjutnya.


KARYA TULIS AKHIR

UJI EFEK ANTIMIKROBA
DEKOK DAUN BELIMBING WULUH (Avverhoa belimbi)
TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO

Oleh:
SEPTALISA MARSHA DEA NATASIA
09020118

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
2013

HASIL PENELITIAN
UJI EFEK ANTIMIKROBA
DEKOK DAUN BELIMBING WULUH (Avverhoa belimbi)
TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO

KARYA TULIS AKHIR

Diajukan kepada
Universitas Muhammadiyah Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Fakultas Kedokteran

Oleh
Septalisa Marsha Dea Natasia
09020118

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
2013
ii

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN

Telah Disetujui Sebagai Karya Tulis Akhir
untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang
15 Maret 2013

Pembimbing I

dr. Alfa Sylvestris, Sp.M

Pembimbing II

dr. Abi Noerwahjono, M.kes, Sp.An

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang

dr. Irma Suswati, M.Kes

iii

LEMBAR PENGUJIAN

Karya tulis akhir oleh Septalisa Marsha Dea Natasia ini
telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji
pada tanggal 15 Maret 2013

Tim penguji

dr. Alfa Sylvestris, Sp.M

Ketua

dr. Abi Noerwahjono, M.kes, Sp.An

Anggota

dr. Thontowi Djauhari NS, M.Kes

Anggota

iv


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.
Segala puji hanya bagi Allah SWT atas petunjuk dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis akhir dengan judul “Uji efek dekok daun
belimbing wuluh (Avverhoa belimbi) terhadap Staphylococcus aureus secara in
vitro”, sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi Pendidikan Sarjana Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.
Pada penulisan karya tulis akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada:
1. dr. Irma Suswati, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. dr. Alfa Sylvestris, Sp.M selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan karya
tulis akhir ini.
3. dr. Abi Noerwahjono, M.kes, Sp.An selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan karya
tulis akhir ini.
4. dr. Thontowi Djauhari NS, M.Kes selaku dosen penguji sekaligus
pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan
mengoreksi demi kemajuan karya tulis akhir ini.
v

5. Seluruh staf tata usaha Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Malang atas semua bantuan dan dukungannya.
6. Seluruh staf laboratorium mikrobiologi yang telah banyak membantu
dalam penelitian ini
7. Keluarga penulis atas dorongan, bantuan dan kasih sayangnya.
8. My special one yang selalu menemani dan memberi dukungan.
9. Teman-teman angkatan 2009 khususnya SUN FLOWERS (yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu)
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyesaikan karya tulis akhir
ini dan telah mendoakan demi suksesnya karya tulis akhir ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun. Semoga
karya tulis akhir ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
Wassalamualaikum wr. wb.

Malang, 15 Maret 2013

Penulis

vi

ABSTRAK

Natasia, Septalisa Marsha Dea. 2013. Efek Dekok Daun Belimbing Wuluh (Avverhoa
belimbi) Sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Secara In
vitro. Karya Tulis Akhir, Fakultas Kedokteran. Universitas Muhammadiyah

Malang. Pembimbing: (I) Alfa Sylvestris (II) Abi Noerwahjono

Latar Belakang: Staphylococcus aureus merupakan mikroorganisme yang sering
menyebabkan infeksi dan resisten terhadap antibiotik. Daun belimbing wuluh
merupakan salah satu tanaman yang memiliki efek antimikroba. Dalam penelitian ini
daun belimbing wuluh diharapkan dapat menjadi salah satu antimikroba alternatif
yang efektif terhadap Staphylococcus aureus.
Tujuan: Mengetahui pengaruh dekok daun belimbing wuluh dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Metodologi: Eksperimental murni. Pengambilan data secara simple random
sampling. Penelitian dilakukan secara in vitro dengan menggunakan metode dilusi
tabung. Konsentrasi dekok daun belimbing wuluh yang digunakan pada uji dilusi
tabung adalah 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,56%, 0,78, 0,39% sedang
jumlah isolat Staphylococcus aureus hanya satu isolat. Kepadatan sel dari kuman uji
adalah 1x106 CFU/ml . Analisa data dilakukan dengan menggunakan analisa data
one way Anova dengan, kolerasi person dan regresi liner sederhana dengan tingkat
kepercayaan 95%.
Hasil Penelitian: Pertumbuhan koloni Staphylococcus aureus yang semakin
menurun seiring peningkatan konsentrasi dekok daun belimbing wuluh. Kadar Bunuh
Minimum pada konsentrasi dekok daun belimbing wuluh 50% dan Kadar Hambat
Minimum 25%
Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara pemberian dekok daun belimbing
wuluh dengan berbagai konsentrasi dan penurunan jumlah koloni bakteri
Staphylococcus aureus.
Kata Kunci: dekok daun belimbing wuluh (Avverhoa belimbi), Staphylococcus aureus,
efek antimikroba

vii

ABSTRACT

Natasia, Septalisa Marsha Dea. 2013. The effect of “decoction” Belimbing Wuluh
(Averrhoa belimbi) leaf as an antimicroba to Staphylococcus aureus bacteria
by In Vitro. Final Essay, Medical Faculty. Muhammadiyah Malang
University. Supervisors: (I) Alfa Sylvestris (II) Abi Noerwahjono

Background: : Staphylococcus aureus is a microorgranism that often causes
infection and is resistant from antibiotics. Belimbing Wuluh leaf is one of the plants
that has antimicroba effect. In this experiment, belimbing wuluh leaf is expected to be
one of alternative microbiotics that would have high effectivity against
Staphylococcus aureus
Objective: To know the effect of decoction belimbing wuluh leaf in case of
limitating the growth of Staphylococcus aureus
Method: True experimental. Data is taken by using simple random sampling method.
The experiment is conducted by in vitro using tube dilution method. The belimbing
wuluh leaf’s decoction concentration that is used in this method is 100%, 50%, %,
25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,56%, 0,78, 0,39%. Then the isolated amount of
Staphylococcus aureus is in the amount of one tube. The density of the bacteria is
1x10-6 CFU/ml. Data analysis is conducted using one way anova, pearson
correlation, and a simple linear regression with trust-grade of 95%.
Results: The growth of Staphylococcus aureus colony shows to decrease with the
increasing of decoction concentration. Minimum killing rate in decoction
concentration is 50% and the minimum limitation rate is 25%.
Conclusion: There is a significant correlation between the giving of decoction in
various concentrations and the decreasing of Staphylococcus aureus bacteria colony
amount
Keywords: “decoction” Belimbing Wuluh (Averrhoa belimbi) leaf, Staphylococcus
aureus, microbiotic

viii

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................

i

KARYA TULIS AKHIR ...................................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
LEMBAR PENGUJI ..........................................................................................

iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................

v

ABSTRAK ........................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI............………………………………………………..................

ix

DAFTAR TABEL……. ……………………..........…………………………..

xiv

DAFTAR GAMBAR……………………………..……………………….......

xv

DAFTAR SINGKATAN………….……………………………………..........

xvi

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………....

1

1.2 Rumusan Masalah………………………………..……………….....

3

1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………….......

4

1.3.1 Tujuan Umum ………………………………………….............

4

1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................

4

1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………….…...

5

ix

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Averrhoa Belimbi ................................................................................ 6
2.1.1 Taksonomi Belimbing Wuluh....................................................

6

2.1.2 Nama Lain....................................................................................

7

2.1.3 Morfologi.....................................................................................

7

2.1.4 Daerah Distribusi,Habitat dan Budidaya......................................

7

2.1.5 Kegunaan di Masyarakat..............................................................

8

2.1.6 Kandungan Kimia Belimbing Wuluh...........................................

8

2.1.7 Tannin.......................................................................................... 10
2.1.8 Flavonoid glycosides.................................................................... 11
2.1.9 Terpenoid...................................................................................

11

2.1.10 Hasil Penelitian Terdahulu........................................................ 12
2.2 Staphylococcus aureus ......................................................................

13

2.2.1 Klasifikasi Staphylococcus aureus ……….....…………..........

13

2.2.2 Morfologi dan identifikasi ….............…….....…………..........

14

2.2.3 Organela ….........................................…….....…………..........

15

2.2.4 Struktur Antigen …............................…….....…………..........

16

2.2.5 Metabolisme Bakteri..........….............…….....…………..........

17

2.2.6 Tes Diagnosa dan Labolatorium …....…….....…………..........

17

2.2.7 Patogenesis…………….. ….............…….....…………..........

18

2.2.2 Bentuk Klinis ….............…….........................…………..........

19

2.2.9 Pengobatan……………… ….............…….....……….............

21

x

2.3 Zat Antimikroba............................................................................ ..... 21
2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Zat Antimikroba.…..........

22

2.3.2 Mekanisme Kerja Antimikroba….............……..………..........

23

2.3.3 Mekanisme Resistensi Terhadap Antimikroba…………..........

25

2.4 Uji Kepekaan Terhadap Antimikroba................................................. 26
2.4.1 Metode Dilusi..................................................…………..........

26

2.4.2 Metode Difusi Cakram....................................…………..........

27

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep................................................................................ 29
3.2 Hipotesis ............................................................................................ 30
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian.................................................................................... 31
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 31
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................... 31
4.3.1 Populasi......................................................................................... 31
4.3.2 Sampel Penelitian.......................................................................... 31
4.3.2.1 Estimasi dan Jumlah Pengulangan........................................ 31
4.4 Variabel Penelitian.............................................................................. 32
4.4.1 Variabel bebas............................................................................... 32
4.4.2 Variabel Tergantung....................................................................... 32
4.5 Definisi Operasional............................................................................. 32
4.6 Alat dan Bahan Penelitian................................................................... 34
4.6.1 Alat dan Bahan Identifikasi bakteri............................................... 34
xi

4.6.2 Alat dan bahan pembuatan dekok daun belimbing wukuh........... 35
4.6.3 Alat dan bahan uji lepekaan dekok daun belimbing wuluh.......... 35
4.7 Prosedur Penelitian.............................................................................. 36
4.7.1 Sterilisasi Alat............................................................................... 36
4.7.2 Pembuatan Medium Agar Plate.................................................... 36
4.7.3 Pembuatan Medium Nutrien Cair................................................. 36
4.7.4 Pembuatan perbenihan cairan bakteri 106 sel/ml.......................... 37
4.7.5 Pembuatan Dekok Daun Belimbing Wuluh.................................. 37
4.7.6 Identifikasi Staphylococcus aureus............................................... 38
4.7.7 Uji Efektivitas Larutan Dekok Terhadap Staphylococcus aureu... 39
4.8 Skema Alur Penelitian......................................................................... 43
4.9 Analisis Data....................................................................................... 44
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1 Efek Antimikroba Dekok Daun Belimbing Wuluh terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus .................................................................. .45
5.1.1 Kadar Hambat Minimum (KHM) Dekok Daun Belimbing
Wuluh ............................................................................................ .45
5.1.2 Kadar Bunuh Minimum (KBM) Dekok Daun Belimbing Wuluh .. .48
5.2 Analisis Data ........................................................................................... .49
5.2.1 One Way Anova ................................................................................ .49
5.2.2 Pengujian Kolerasi dan Regresi ........................................................ .51

xii

BAB 6 PEMBAHASAN.................................................................................... 54
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan......................................................................................... 59
7.2 Saran................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 61
LAMPIRAN........................................................................................................ 65

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Komposisi Nutrisi Dalam 100g Belimbing Wuluh .........................

9

Tabel 2.2

Kandungan Asam Organik Buah Belimbing Wuluh ......................

10

Tabel 2.3

Hasil uji kuantitatif ekstrak tannin menggunakan metode
Lowenthal-Procte ..........................................................................

Tabel 5.1

12

Endapan bakteri yang dihasilkan pada media Nutient broth oleh
koloni bakteri Staphylococcus aureus dalam kelompok
konsentrasi dekok daun belimbing wuluh (Avverhoa belimbi) .....

Tabel 5.2

Rata-rata jumlah koloni Staphylococcus aureus dalam beberapa
konsentrasi dekok daun belimbing wuluh (Avverhoa belimbi) .....

Tabel 5.3

Tabel 5.4
Tabel 5.5

47

Hasil analisis data jumlah koloni Staphylococcus aureus dengan
uji one way anova .........................................................................

49

Hasil uji HSD Tukey jumlah koloni per cawan ...............................

50

Hasil analisis data jumlah koloni Staphylococcus aureus dengan
uji kolerasi .....................................................................................

Tabel 5.6

46

51

Hasil analisis data jumlah koloni Staphylococcus aureus dengan
uji regresi ......................................................................................

xiv

52

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Belimbing Wuluh .......................................................................

6

Gambar 2.2 Staphylococcus aureus ................................................................

13

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep ............................................................

29

Gambar 4.1 Skema Prosedur Penelitia ...........................................................

43

Gambar 5.1 Tomografik Hasil Penelitian Jumlah Koloni Per Cawan ............

48

Gambar 5.2 Mean Plot Jumlah Koloni Per Cawan .........................................

50

Gambar 5.3 Kurva Hubungan Antara Dosis Dekok Daun Belimbing
Wuluh

dengan

penurunan

jumlah

Jumlah

Koloni

Staphylococcus aureus ...............................................................

xv

53

DAFTAR SINGKATAN

ANOVA

: Analysis of Variance

KBM

: Kadar Bunuh Minimal

KHM

: Kadar Hambat Minimal

MRSA

: Methicillin Resistant Staphylococcus aureus

MSA

: Manitol Salt Agar

NAP

: Natrium Agar Plate

NCCLS

: National Committee for Clinical Laboratory Standart

PRSA

: Penicillin Resistant Staphylococcus aureus

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Eksplor ..............................................................................

65

Lampiran 2 Data Penelitian KHM dan KBM .................................................

67

Lampiran 3 Analisis Data ...............................................................................

68

Lampiran 4 Gambar Alat-Alat Penelitian ......................................................

71

xvii