UJI DAYA ANTIMIKROBA AIR REBUSAN DAUN BUNGUR (Lagerstroemia speciosa. Pers) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO

(1)

UJI DAYA ANTIMIKROBA AIR REBUSAN DAUN BUNGUR

(Lagerstroemia speciosa. Pers)

TERHADAP

PERTUMBUHAN BAKTERI

Staphylococcus aureus

SECARA IN VITRO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Disusun Oleh :

Wiwik Lestariningsih

05330055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2010


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Wiwik Lestariningsih Nim : 05330055

Jurusan : Pendidikan Biologi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Uji Daya Antimikroba Air Rebusan Daun Bungur (Lagerstroemia speciosa. Pers) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus secara In Vitro

Diajukan Untuk Dipertanggungjawabkan dihadapan Dewan Penguji Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)

pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiya h Malang

Telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing pada tanggal 04 Mei 2010

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhamadiyah Malang dan Diterima untuk Memenuhi

Sebagian dari Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan biologi

Mengesahkan :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 04 Mei 2010

Dekan,

(Drs. H. Fauzan, M. Pd)

Dewan Penguji : Tanda Tangan

1. Drs. Nur Widodo, M. Kes 1.---

2. Drs. Samsun Hadi, M.S 2.--- 3. Drs. Sukarsono, M. S i 3.---


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wb

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahma t, taufik, dan hidayahNya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Uji Daya Antimikroba Air Rebusan Daun Bungur (Lagerstroemia

speciosa Pers.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus” dapat

terselesaikan dengan baik. Kalimat sholawat selalu teriringi kepada Nabi Muhammad SAW atas bimbingan yang diberikannya kepada pengikut- pengikutnya. Amin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, bimbingan serta arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itulah dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Ibunda Sunarsih dan Ayahanda Suyanto tersayang, yang telah bekerja keras untuk memberikan semua yang terbaik, dan tiada henti selalu memberikan doa serta semangat sehingga ananda bisa menyelesaikan study. Ananda akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Ibu dan Bapak.

2. Bapak Drs. H. Fauzan, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.


(5)

3. Ibu Dra. Sri Wahyuni, M.Kes., selaku Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Biologi dan Ibu Dra. Hj. Siti Zaenab, M.Kes., selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Pendidikan Biologi.

4. Bapak Drs. Nur Widodo, M.Kes. dan Bapak Drs. Samsun Hadi, M.S., selaku Pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan penuh kesabaran berkenan membimbing serta mengarahkan dan memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Semua Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Biologi serta segenap staf karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

6. Kepala Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran, Mbak Fatmawati, S.Pd dan segenap karyawan yang telah memberikan tempat penelitian dan membantu penulis selama melaksanaan penelitian.

7. Pakdhe, Budhe, Om, Tante, Sepupu dan Keponakan-keponakanku terimakasih selalu bertanya “kapan lulus” (it’s my motivation), doa dan dukungannya.

8. Buat Ika, Lely, Tika dan Tiwi sahabat tercinta. Terimakasih kalian nggak pernah lelah marahi aku saat patah arang, selalu setia menemaniku saat jenuh dan beri nasehat serta dukungan semangat meskipun sering ku buat jengkel. Semoga persahabatan ini terus terjalin sampai kita tua, Amin... Love U Full...


(6)

9. Kepada teman-teman Biologi angkatan 2005 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, aku akan selalu mengenang masa-masa indah saat bersama kalian.... Miss U all....

10.Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT membalas atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya, meskipun demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam mengerjakannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun orang lain yang memerlukannya.

Malang, 04 Mei 2010 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN P ERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR... v i ABSTRAKSI ... ix

ABSTRACT... x

DAFTAR ISI... x i DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah... 1

1.2Rumusan Masalah... 4

1.3Tujuan Penelitian... 5

Manfaat Penelitian ... 5

Batasa n Penelitian... 6

Definisi Operasional... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tumbuhan Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.)... 9

2.1.1 Taksonomi Tumbuhan Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) ... 9

2.1.2 Morfologi Tumbuhan Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.)... 10

2.1.3 Nama Lain Tumbuhan Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) ... 10

2.1.4 Habitat dan Distribusi Tumbuhan Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.)... 10


(8)

2.1.6 Kandungan Senyawa Kimia Daun Bungur ... 11

2.2 SejarahPenggunaan Tumbuhan Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.). 13

2.3 Tinjauan Umum Bakteri Staphylococcus aureus... 14

2.3.1 Morfologi Staphylococcus aureus... 14

2.3.2 Taksonomi Staphylococcus aureus... 16

2.3.3 Karakteristik Biakan Staphylococcus aureus... 16

2.3. 4Infeksi Staphylococcus aureus ... 17

2.3. 5 Patologi ... 18

2.3.6 Gejala Klinis ... 20

2.3.7 Pengobatan dan Pencegahan ... 20

2.4 Bahan Antimikroba ... 23

2.4.1 Alkaloid, Saponin, Flavonoid, dan Tanin sebagai Bahan Antimikroba 25 2.4.1.1 Alkaloid ... 25

2.4.1. 2 Saponin... 26

2.4. 1.3 F lavonoid ... 27

2.4.1.4 Tanin ... 27

2.4.2 Mekanisme Kerja Bahan Antimikroba ... 28

2.4.2.1 Penghambatan Sintesis Dinding Sel ... 28

2.4.2.2 Penghambatan Fungsi Membran Sel ... 29

2.4.2.3 Perubahan Molekul Protein... 30

2.4.2.4 Penghambatan Kerja Enzim... 30

2.4.2.5 Penghambatan Sintesis Protein dan Asam Nukleat ... 31

2.4.3 Mekanisme Resistensi terhadap Antimikroba ... 31

2.4. 4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktifitas Bahan Antimikroba ... 32

2.4.4.1 Konsentrasi bahan antimikroba ... 32

2.4.4.2 Sifat bahan antimikroba ... 33

2.4.4.3 K ondisi mikroorganisme yang dikenai ... 33

2.4.4.4 Keasaman atau Kebasaan (pH) ... 33

2.4.4.5 Suhu dan Waktu... 34

2.4.4.6 Bahan kimia organik ... 34


(9)

2.6 Hipotesis Penelitian... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 37

3.2 Tempa t dan Waktu Penelitian... 37

3.3 Populasi dan Sampel... 37

3.3.1 Populasi Penelitian... 37

3.3.2 Sampel Penelitian... 38

3.3.3 Estimasi Jumlah Pengulangan... 38

3.4 Variabel Penelitian... 38

3.4.1 Variabel bebas... 38

3.4.2 Variabel terikat... 39

3.4.3 Variabel kontrol ... 39

3.4.4 Definisi Operasional Variabel... 39

3.5 Alat dan Bahan... 40

3.5.1 Alat yang digunakan ... 40

3.5.2 Bahan yang digunakan... 41

3.6 Prosedur Kerja ... 41

3.6.1 Sterilisasi alat... 42

3.6.2 Pembuatan medium... 42

3.6.2.1 Pembuatan medium lempeng NA untuk pengujian... 42

3.6.2.2Pembuatan medium cair untuk pembiakan murni ... 43

3.6.3 Menyiapkan biakan murni ... 43

3.6.3.1 Membiakkan bakteri S.aureus... 43

3.6.3.2Pembuatan Suspensi... 44

3.6.4 Pembuatan Air Rebusan Daun Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.)... 44

3.6.5 Uji Kemampuan Antibakteri... 45

3.6.6 Pembuatan Konsentrasi Air Rebusan Daun Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.)... 46 3.6.7 Pengujian Daya Antimikroba Air Rebusan Daun Bungur


(10)

(Lagerstroemia speciosa Pers.)... 48

3.7 Rancangan Penelitian... 49

3.8 Teknik Pengambilan Data ... 49

3.9 Teknik Analisis Data ... 50

3.9.1Uji normalitas... 50

3.9.2Uji homogenitas (Bartlett) ... 52

3.9.3Uji Anava Satu Faktor... 53

3.9.4Uji Duncan’s ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 57

4.1.1 Data Hasil Pengamatan Pengaruh Air Rebusan Daun Bungur terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus... 57

4.2 Analisis Data ... 59

4.3 Pembahasan... 63

4.3.1 Daya Antimikroba Air Rebusan Daun Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) terhadap Pertumbuhan Staphyilococus aureus... 63

4.3.2 Konsent rsi Air Rebusan Daun Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) yang Efektif Menghambat Pertumbuhan Staph ylococcus aureus.... 68

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Saran... 71

DAFTAR PUSTAKA... 72


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Uji normalitas ... 50

Tabel 3.2 Uji homogenitas ... 53

Tabel 3.3 Anava satu arah... 54

Tabel 3.4 Uji Duncan’s ... 55

Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Air Rebusan Daun Bungur (Lagertroemia speciosa Pres.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus. ... 57

Tabel 4.2 Ringkasan Uji Anava Satu Arah ... 60

Tabel 4.3 Ringkasan Analisis Uji Duncan’s taraf 5% ... 61

Tabel 4.4 Notasi Uji Duncan’s 5% antara perlakuan dengan rata -rata zona hambat ... 61


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tumbuhan Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) ... 10

Gambar 2.2 Staphylococcus aureus dengan Scan Electron Microscopy ... 15

Gambar 3.1 Pengisian aquades ke dalam tabung reaksi ... 46

Gambar 3.2 Pembuatan konsentrasi 100% dan 50%... 47

Gambar 3.3 Pembuatan konsentrasi 50% dan 25% ... 47

Gambar 3.4 Konsentrasi akhir yang sudah ditentukan... 48

Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Pengukuran Diameter Zona Hambat Air Rebusan Daun Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.)... 59


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Data Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Air Rebusan Daun Bungur (Lagerstroemia speciosa. Pers) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus

secara In Vitro... 76

Lampiran 2 Tabel Ringkasan Uji Normalitas... 77

Lampiran 3 Tabel Ringkasan Uji Homogenitas ... 79

Lampiran 4 Langkah – langkah Uji Analisis Varian Satu Arah Air Rebusan Daun Bungur (Lagerstroema speciosa. P ers) 84 Lampiran 5 Menghitung Uji Duncan’s... 86

Lampiran 6 Nilai tabel uji normalitas liliefors ... 88

Lampiran 7 Tabel Distribusi Normal Kumulatif (Z)... 89

Lampiran 8 Nilai Tabel Uji Chi-Square untuk Uji Homogenitas (bartlett) 91 Lampiran 9 Nilai Tabel Uji Anava ... 92

Lampiran 10 Nilai Tabel Uji Duncan’s ... 93

Lampiran 11 Foto Hasil Penelitian Uji Pendahuluan ... 95

Lampiran 12 Foto Hasil Penelitian Sesungguhnya ... 96

Lampiran 13 Alat-alat penelitia n ... 98

Lampiran 14 Gambar Morfologi Tumbuhan Bungur (Lagerstroemia speciosa. Pers)... 101


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2003. Lagerstroemia loudonii T.&B., (0nline)

(http://bebas.ulsm.org/v12/artikel/ttg tanaman obat/depkes/buku3/3-062.pdf). Akses 28/01/2010

Anonymous, 2004. Lgerstroemia speciosa Pers., (Online)

(http://iptek.apji.or.id/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1-166.pdf). Akses 28/01/2010

Anonymous, 2000. Zat Antibakterial. http://skripsi.blongsome. Akses 24/08/2009 Anonymous, 2001. Staphylococcus.

(http://pkuweb.ukm.my/-danial/staphylococcus.html). Akses 24/08/2009 Astiti, R. I. A. 2005. Uji Hipoglikemik Dan Bungur (Lag erstroemia speciosa)

Terhadap Kadar Glukosa Darah Kelinci. (Online ),

(http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/j-kim-vol2-no2-astiti%20asih.pdf). Diakses tanggal 18 Januari 2010.

Dalimartha, Setiawan.2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta : Trubus Agriwidya.

Darkuni, M. Noviar. 1997. Daya Antiseptik Bahan Antimikroba dan Prinsip

Pengujiannya. Malang : FPMIPA IKIP Malang.

Dwidjoseputro. 1978. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan oleh Kokasih Padmawinata dan Iwang Soediro. 1987. Bandung : ITB.

Jawetz, Melnick & Adlberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20. Terjemahan oleh Edi Mudihardi, dkk. 2001. Jakarta : Salemba Merdeka. Lidowati, Lucie, dkk. 1995. Penelitian Tanaman Obat Dibeberapa Perguruan

Tinggi Di Indonesia. (Online),

(http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/pt/bu ku07.pdf ). Diakses tanggal 18 Jauari 2010.


(15)

Lukito, H. 1998. Rancangan Percobaan Suatu Pengantar. IKIP: Malang. Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S. Tanpa tahun. Dasar-dasar Mikobiologi 2.

Terjemahan oleh Ratna Sri Hadi Oetomo, dkk.1988. Jakarta : UI Press. Pudjaatmaka, H. A. dkk. 1993. Kamus Kimia Pangan. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Pudjaatmaka, H. A. dan Qodratillah, M. T. 1999. Kamus Kimia. Jakarta : Balai Pustaka.

Robinson, Trevor. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Terjemahan oleh Kosasih Padmawinata. 1995. Bandung : ITB.

Rubi. 2005. Bungur Gusur Kolesterol, Triglesirida, dan Gula Darah, (Online), (http://cybermed.cbn.net.id/detilhit.asp?kategori=natural&newsno=105-60k. Diakses tanggal 4 September 2009).

Setiabudy Rianto, Kunardi L. 2005. Antimikroba Lain Dalam Farmokologi Dan

Terapi. Jakarta : FK Universitas Indonesia.

Setiawan, Adi. 2008 : Senyawa Golongan Flavonoid Pada Ekstrak Butanol

Kulit Batang Bungur (Lagerstroemia speciosa. Pers).(Online),

http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/udejournal/j-kim-vol2-no2-astiti%20asih.pdf. Diakses tanggal 27 Desember 2009. Smith, Alice Lorrain. 1986. Microbiology and Pathology. New York : The CV

Musby Company.

Steenis, Dr.C.G.G.J Van. 1975. Flora. Jakarta : PT Pradnya Paramita Sudjana, DR, PROF. 1996. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sujana, Arman, Drs. 2007. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta : Mega Aksara. Sumastuti, R dan Sonlimar, M. 2002. Efek Sitotoksik Ekstrak Buah dan Daun

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) terhadap Sel Hela, (Online), (http://www.tempo.co.id/medika/arsip/122002/art-.htm. Diakses tanggal 18 Januari 2010).


(16)

Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyrk Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Tim Khasiko. 2002. Kamus Lengkap Biologi. Penerbit KHASIKO Surabaya: Surabaya.

Todar, 2002. Stphylococcus, Unversity of Wisconsnsin-Madison Depatment of Bacteriology. (http://www.bact.wise.edu. Diakses tanggal 1 Maret 2010 Trisnawati, Yenni. 2004. Ekstrak Perekat Lebah (Propolis) dan Potensinya

Sebagai Antimikroba. Skripsi tidak diterbitkan. Malang : Program Studi

Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.

Volk, W. A. Dan Wheeler, M. F. 1984. Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi kelima. Terjemahan oleh Markham. 1988. Jakarta : Erlangga.

Wijayakusuma, 1992. Tanaman Berkhasiat Obat Di Indonesia. Jakarta : Pustaka kartini.

Winarno, F. G. 1988. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia. Winarsih, Sri. 2003. Bakteriologi Medik. Malang : FK Universitas Brawijaya. Winarsunu, Tulus, Drs. 1996. Statistik Teori Dan Aplikasinya Dalam Penelitian.


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi disegala bidang merupakan suatu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Diantara sekian banyak kemajuan teknologi tersebut salah satunya adalah kemajuan dibidang farmasi, terbukti dari banyaknya jenis obat-obatan yang dihasilkan untuk mencegah ataupun menyembuhkan suatu penyakit. Meskipun demikian, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata tidak begitu saja mampu menghilangkan pengobatan tradisional yang dewasa ini juga sama berkembang.

Seiring dengan berkembangnya penggunaan tumbuhan obat dalam kesehatan dengan semboyan back to nature, keingintahuan masyarakat terhadap khasiat dan manfaat tumbuhan obat pun semakin berkembang. Kelebihan penggunaan tumbuhan obat dibandingkan dengan pemakaian ba han kimia adalah tidak adanya efek samping yang berlebihan seperti timbulnya resistensi suatu penyakit akibat penggunaan obat kimia tertentu.

Sebagai negara agraris Indonesia mempunyai banyak jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat antara lain daun sirih (Piper bettle L.), bandotan (Ageratum conyzoides L.), putri malu (Mimosa pudica L.), lengkuas (Alpinia gulanga SW), dan salah satunya adalah bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.).


(18)

2

Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) adalah jenis tanaman tahunan dengan tinggi lebih dari 20 m yang dapat tumbuh di tanah gersang maupun tanah subur pada ketinggian di bawah 300 mdpl sampai ketinggian 800 mdpl (Steenis, 1975). Keberadaan potensi obat pada suatu tanaman selalu berkaitan erat dengan senyawa-senyawa yang dikandungnya, begitu juga dengan tanaman bungur.

Bagian tanaman bungur menurut (Rubi, 2005) yang biasa digunakan masyarakat sebagai obat adalah biji untuk obat hipertensi dan eksim, daun sebagai obat hipertensi, diabetes mellitus dan kencing batu serta kulit kayunya untuk mengobati penyakit diare, disentri dan kencing nanah. Selain itu juga disebutkan bahwa daun bungur dapat digunakan untuk mengobati penyakit bisul (Anonim, 2003). Penyakit ini merupakan sala h satu penyakit pada kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus melalui infeksi pada luka. Adapun pemanfaatan daun bungur sebagai obat ini lebih banyak ditemukan untuk mengobati penyakit diabetes mellitus.

Dalimartha (2000) dan Rubi (2005) menyatakan bahwa dalam daun bungur terkandung beberapa senyawa kimia yaitu alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin. Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa (Harborne, 1987). Menurut Volk dan Wheeler (1988) sifat basa pada suatu bahan mempunyai efek bakterisida. Dengan demikian alkaloid mempunyai sifat antim ikroba. Sedangkan saponin adalah suatu senyawa aktif permukaan yang bersifat mirip dengan sabun dan menimbulkan busa jika dikocok dalam air (Robinson, 1995). Sabun merupakan salah satu bahan antimikroba yang bekerja dengan cara mengurangi tegangan permukaan (Pelc zar dan Chan, 1988). Karena saponin bersifat mirip


(19)

3

sabun dan sebagaimana diketahui sabun merupakan salah satu bahan antimikroba maka saponin juga mempunyai sifa t antimikroba. Flavonoid dan tanin merupakan senyawa kimia dalam ke lompok fenol (Harborne, 1987; Robinson, 1995). Menurut Darkuni (1997) fenol merupakan senyawa antiseptis dan termasuk salah satu bahan yang bersifat antimikroba. Sebagai bahan antimikroba, fenol dan turunannya bekerja terutama dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak membran sel sehingga mengakibatkan pertumbuhan suatu sel terganggu (Pelc zar dan Chan, 1988). Flavonoid dan tanin merupakan turunan senyawa fenol maka keduanya pun bersifat antimikroba. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa senyawa-senyawa dalam daun bungur tersebut, alka loid, saponin, flavonoid dan tanin bersifat antimikroba. Untuk membuktikan ada tidaknya daya antimikroba pada daun bungur tersebut maka perlu diadakan pengujian. Dalam pengujian ini diperlukan mikroorganisme yang representatif yang disebut dengan mikroorganisme uji.

Bakteri yang dijadikan sebagai organisme uji menurut Darkuni (1997) harus mempunyai kriteria tertentu diantaranya adalah tidak me ngalami perubahan apapun, resisten terhadap bahan antimikroba, dan mempunyai kelebihan tertentu dibanding dengan bakteri lain sehingga dapat mewakili beberapa bakteri lain. Pengujian daya antimikroba daun bungur ini menggunakan bakteri Staphylococcus aureus karena sifat resistensinya yang tinggi. Meskipun Staphylococcus aureus tidak berkapsul dan tidak berspora tetapi merupakan bakteri gram positif yang memiliki dinding sel sangat tebal sehingga sangat tahan


(20)

4

terhadap pengaruh zat kimia maupun pengaruh suhu dibanding dengan bakteri lain.

Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa infus daun bungur dengan konsentrasi 10% dan 20% dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci, hal ini menunjukkan bahwa daun bungur dapat mengendalikan penyakit diabetes mellitus, awal gejala dari penyakit ini adalah timbulnya bisul atau benjolan terasa gatal-gatal yang berisi nanah dan itu disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. (Putu Pramitasari, 1992). Penelitian lain yang dilakukan oleh Heriyanto (1992), didapatkan juga bahwa ekstrak kulit batang bungur menunjukkan adanya daya antibakteri terhadap Escherichia coli dan Shigella sonnei.

Berdasarkan pada penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa bagian-bagian tertentu dari tanaman bungur mempunyai banyak manfaat, salah satunya adalah daun bungur yang bermanfaat sebagai antiba kteri atau antimikroba. Oleh karena itu peneliti ingin mengadakan penelitian tentang “Uji Daya Antimikroba Air Rebusan Daun Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) terhadap Pertumbuhan Bakteri

Staphylococcus aureussecara In Vitro“ .

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh air rebusan daun bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?


(21)

5

2. Adakah pengaruh perbedaan konsentrasi air rebusan daun bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?

3. Pada konsentrasi berapakah air rebusan daun bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) menunjukkan daya antimikroba paling efektif terhadap per tumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui pengaruh air rebusan daun bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

2 Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi air rebusan daun bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

3 Untuk mengetahui konsentrasi paling efektif air rebusan daun bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu mendorong perkembangan ilmu-ilmu biologi khususnya bidang mikrobiologi dan bidang farmasi dan umumnya bidang


(22)

6

kedokteran serta memberikan informasi ilmiah mengenai kegunaan daun bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.).

2. Secara praktis

Peneliti ingin memberikan informasi kepada masyarakat bahwa air rebusan daun bungur dapat dimanfaatkan sebagai bakterisida alternatif untuk mengatasi masalah yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. 3. Dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut khususnya mengenai

daya antimikroba bagian-bagian tanaman lainnya yang berasal dari tanaman bungur.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Air rebusan daun bungur diperoleh dari daun tanaman bungur yang tua yaitu daun yang ter letak pada pangkal tangkai daun dan diambil dari satu pohon. 2. Konsentrasi air rebusan daun bungur yang dipakai adalah konsentrasi 0,78%;

1,56%; 3,125%; 6,25%; 12,5%; 25%; 50% dan 100% (berdasarkan uji pendahuluan , disamping itu penelitian ini merupakan penelitian dasar dalam pengujian daya antimikroba)

3. Pengamatan dilakukan setelah bakteri diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C.

4. Penelitian ini hanya mengamati zona hambat air rebusan daun bungur terhadap Staphylococcus aureus yang ditunjukkan dengan diameter daya hambat yang dibentuk.


(23)

7

5. Dalam penelitian ini tidak dipelajari efek samping, reaksi-reaksi kimia dan perubahan fisiologis yang disebabkan oleh air rebusan daun bungur dalam menghambat Staphylococcus aureus.

1.6 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Air rebusan daun bungur adalah air hasil dari rebusan daun bungur segar yang diperoleh dengan cara merebusnya sampai me ndidih selama 15 menit dengan maksud senyawa-senyawa yang ada di dalam daun ikut terlarut, kemudian menyaringnya dengan kertas saring steril.

2. Staphylococcus aureus adalah merupakan organisme yang biasanya terdapat dibagian tubuh manusia termasuk hidung, tenggorokan, kulit yang berwarna kuning emas yang berkelompok membentuk untaian se perti buah anggur (Todar, 2002).

3. Konsentrasi adalah banyaknya zat yang terlarut dibandingkan dengan jumlah pelarut (Ganiswara, 2001).

4. Antimikroba adalah zat yang terdapat dalam tanaman dan mempunyai kemampuan untuk membunuh bakteri.

5. Daerah daya hambat adalah suatu area yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme setelah pemberian zat antimikroba dan biasanya ditandai dengan daerah berwarna bening atau transparan. Berpengaruh atau tidaknya suatu bahan antimikroba dapat dilihat dari besar kecilnya area yang tidak ditumbuhi mikroba. Pengukuran diameter daya hambat menggunakan alat


(24)

8

yang disebut dengan ja ngka sorong, dengan pengukuran awal dari tepi daerah daya hambat hingga tepi daya hambat yang terpanjang lainnya, sedangkan satuan pengukurannya digunakan mm.

6. In vitro adalah suatu percobaan biologi yang dilakukan dalam tabung reaksi atau wadah-wadah laboratoris lainya atau dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan di Laboratorium (Volk & wheeler, 2000).


(1)

sabun dan sebagaimana diketahui sabun merupakan salah satu bahan antimikroba maka saponin juga mempunyai sifa t antimikroba. Flavonoid dan tanin merupakan senyawa kimia dalam ke lompok fenol (Harborne, 1987; Robinson, 1995). Menurut Darkuni (1997) fenol merupakan senyawa antiseptis dan termasuk salah satu bahan yang bersifat antimikroba. Sebagai bahan antimikroba, fenol dan turunannya bekerja terutama dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak membran sel sehingga mengakibatkan pertumbuhan suatu sel terganggu (Pelc zar dan Chan, 1988). Flavonoid dan tanin merupakan turunan senyawa fenol maka keduanya pun bersifat antimikroba. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa senyawa-senyawa dalam daun bungur tersebut, alka loid, saponin, flavonoid dan tanin bersifat antimikroba. Untuk membuktikan ada tidaknya daya antimikroba pada daun bungur tersebut maka perlu diadakan pengujian. Dalam pengujian ini diperlukan mikroorganisme yang representatif yang disebut dengan mikroorganisme uji.

Bakteri yang dijadikan sebagai organisme uji menurut Darkuni (1997) harus mempunyai kriteria tertentu diantaranya adalah tidak me ngalami perubahan apapun, resisten terhadap bahan antimikroba, dan mempunyai kelebihan tertentu dibanding dengan bakteri lain sehingga dapat mewakili beberapa bakteri lain. Pengujian daya antimikroba daun bungur ini menggunakan bakteri Staphylococcus aureus karena sifat resistensinya yang tinggi. Meskipun Staphylococcus aureus tidak berkapsul dan tidak berspora tetapi merupakan bakteri gram positif yang memiliki dinding sel sangat tebal sehingga sangat tahan


(2)

terhadap pengaruh zat kimia maupun pengaruh suhu dibanding dengan bakteri lain.

Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa infus daun bungur dengan konsentrasi 10% dan 20% dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci, hal ini menunjukkan bahwa daun bungur dapat mengendalikan penyakit diabetes mellitus, awal gejala dari penyakit ini adalah timbulnya bisul atau benjolan terasa gatal-gatal yang berisi nanah dan itu disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. (Putu Pramitasari, 1992). Penelitian lain yang dilakukan oleh Heriyanto (1992), didapatkan juga bahwa ekstrak kulit batang bungur menunjukkan adanya daya antibakteri terhadap Escherichia coli dan Shigella sonnei.

Berdasarkan pada penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa bagian-bagian tertentu dari tanaman bungur mempunyai banyak manfaat, salah satunya adalah daun bungur yang bermanfaat sebagai antiba kteri atau antimikroba. Oleh karena itu peneliti ingin mengadakan penelitian tentang “Uji Daya Antimikroba Air Rebusan Daun Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus secara In Vitro“ .

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh air rebusan daun bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?


(3)

2. Adakah pengaruh perbedaan konsentrasi air rebusan daun bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?

3. Pada konsentrasi berapakah air rebusan daun bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) menunjukkan daya antimikroba paling efektif terhadap per tumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui pengaruh air rebusan daun bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

2 Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi air rebusan daun bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

3 Untuk mengetahui konsentrasi paling efektif air rebusan daun bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu mendorong perkembangan ilmu-ilmu biologi khususnya bidang mikrobiologi dan bidang farmasi dan umumnya bidang


(4)

kedokteran serta memberikan informasi ilmiah mengenai kegunaan daun bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.).

2. Secara praktis

Peneliti ingin memberikan informasi kepada masyarakat bahwa air rebusan daun bungur dapat dimanfaatkan sebagai bakterisida alternatif untuk mengatasi masalah yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. 3. Dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut khususnya mengenai

daya antimikroba bagian-bagian tanaman lainnya yang berasal dari tanaman bungur.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Air rebusan daun bungur diperoleh dari daun tanaman bungur yang tua yaitu daun yang ter letak pada pangkal tangkai daun dan diambil dari satu pohon. 2. Konsentrasi air rebusan daun bungur yang dipakai adalah konsentrasi 0,78%;

1,56%; 3,125%; 6,25%; 12,5%; 25%; 50% dan 100% (berdasarkan uji pendahuluan , disamping itu penelitian ini merupakan penelitian dasar dalam pengujian daya antimikroba)

3. Pengamatan dilakukan setelah bakteri diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C.

4. Penelitian ini hanya mengamati zona hambat air rebusan daun bungur terhadap Staphylococcus aureus yang ditunjukkan dengan diameter daya hambat yang dibentuk.


(5)

5. Dalam penelitian ini tidak dipelajari efek samping, reaksi-reaksi kimia dan perubahan fisiologis yang disebabkan oleh air rebusan daun bungur dalam menghambat Staphylococcus aureus.

1.6 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Air rebusan daun bungur adalah air hasil dari rebusan daun bungur segar yang diperoleh dengan cara merebusnya sampai me ndidih selama 15 menit dengan maksud senyawa-senyawa yang ada di dalam daun ikut terlarut, kemudian menyaringnya dengan kertas saring steril.

2. Staphylococcus aureus adalah merupakan organisme yang biasanya terdapat dibagian tubuh manusia termasuk hidung, tenggorokan, kulit yang berwarna kuning emas yang berkelompok membentuk untaian se perti buah anggur (Todar, 2002).

3. Konsentrasi adalah banyaknya zat yang terlarut dibandingkan dengan jumlah pelarut (Ganiswara, 2001).

4. Antimikroba adalah zat yang terdapat dalam tanaman dan mempunyai kemampuan untuk membunuh bakteri.

5. Daerah daya hambat adalah suatu area yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme setelah pemberian zat antimikroba dan biasanya ditandai dengan daerah berwarna bening atau transparan. Berpengaruh atau tidaknya suatu bahan antimikroba dapat dilihat dari besar kecilnya area yang tidak ditumbuhi mikroba. Pengukuran diameter daya hambat menggunakan alat


(6)

yang disebut dengan ja ngka sorong, dengan pengukuran awal dari tepi daerah daya hambat hingga tepi daya hambat yang terpanjang lainnya, sedangkan satuan pengukurannya digunakan mm.

6. In vitro adalah suatu percobaan biologi yang dilakukan dalam tabung reaksi atau wadah-wadah laboratoris lainya atau dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan di Laboratorium (Volk & wheeler, 2000).