Daya Hambat Infusum Daun Sirih Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus Yang Diisolasi Dari Denture Stomatitis ; Penelitian In Vitro.

(1)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Biologi Oral Tahun 2009

Muhammad Naim bin Abdullah

Daya Hambat Infusum Daun Sirih Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus Yang Diisolasi Dari Denture Stomatitis ; Penelitian In Vitro.

Xi + 48 halaman

Denture Stomatitis merupakan lesi mukosa oral berwarna merah, sakit, dan bengkak, kondisi ini karena kebiasaan jelek pada pemakai gigitiruan yang tidak mumbuka protesa pada malam hari dan jarang dibersihkan. Faktor sistemik yang mendukung terjadinya Denture Stomatitis dapat disebabkan oleh beberapa bakteri, salah satunya Staphylococcus aureus. Pencegahan Denture Stomatitis dapat dilakukan dengan sering membersihkan gigitiruan dan pemakaian obat kumur. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efek antibakteri infusum daun sirih terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang diisolasi dari Denture Stomatitis.

Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah laboratorium eksperimental. Penyediaan infusum daun sirih dengan melakukan perebusan terhadap masing-masing daun sirih dengan menggunakan pemanasan uap sehingga suhu mencapai 90°C, kemudian disaring untuk mendapat infusumnya. Infusum tersebut diteteskan ke cakram kosong dan diletakkan di media Blood Agar yang berisi


(2)

dengan menggunakan kaliper sorong yang berukuran 0,0001 dengan menggunakan rumus (Φhorizontal + Φvertikal) dibagi dua.

Hasil penelitian menunjukkan zona hambat ditemukan pada semua konsentrasi infusum daun sirih mempunyai perbedaan yang bermakna (p<0,01). Uji komparasi ganda dijumpai perbedaan yang signifikan antara semua variabel yang diuji (0.0001<p<0.002).

Infusum daun sirih 5%, 10%, 20%, etanol 96% dan obat kumur daun sirih komersil memiliki efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi infusum daun sirih 20% mempunyai zona hambat yang paling baik.


(3)

DAYA HAMBAT INFUSUM DAUN SIRIH TERHADAP

PERTUMBUHAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS YANG DIISOLASI

DARI DENTURE STOMATITIS ; PENELITIAN IN VITRO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

MUHAMMAD NAIM BIN ABDULLAH NIM : 050600008

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 14 Aug 2009

Pembimbing : Tanda tangan

1. Hj. Minasari Nasution, drg ... NIP : 131 790 660

2. Dr. Ameta Primasari drg.,M.Kes MDSc ... NIP : 132 007 131


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 14 Aug 2009

TIM PENGUJI

KETUA : Hj. Minasari Nasution, drg

ANGGOTA : 1. Dr. Ameta Primasari drg., M.Kes MDSc 2. Lisna Unita R, drg. M.Kes


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW sehingga skripsi ini selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dengan hati yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Umi dan keluarga yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan tanpa batas. Skripsi ini kutujukan khusus buat Almarhum Ayah yang walaupun sudah tiada disisi saya, namun kasih sayang Ayah tetap hadir dalam hati saya, terima kasih Ayah dan Umi.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ibu Hj Minasari Nasution, drg., dan Dr Ameta Primasari drg. M.Kes MDSc yang telah meluangkan waktu dan kesabarannya dalam membimbing penulis demi selesainya skripsi ini dan juga sebagai penguji. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Ismet Danial Nst, drg., Ph.D., Sp. Prost. selaku dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Trimurni Abidin, drg., Mkes., Sp.KG(K) selaku bagian UPT Penelitian Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Lisna Unita R, drg. M.Kes selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan sebagai penguji.


(7)

4. Eddy Dahar, drg, M.Kes. selaku penasehat akademik.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

6. Kak Huna sekeluarga, kak Hani sekeluarga, kak Ima, kak Ilah sekeluarga, Iman dan Anas diatas semua dorongan yang diberikan.

7. Saudara-saudaraku tercinta dan teman-temanku yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Biologi Oral.

Medan, 14 Aug 2009 Penulis,

( MUHAMMAD NAIM )


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daun sirih / Piper betle L... 6

2.1.1 Klasifikasi ilmiah... 6

2.1.2 Gambaran umum... 6

2.1.3 Jenis-jenis daun sirih... 7

2.1.4 Nama asing dan nama daerah... 9

2.1.5 Kandungan farmakologi daun sirih... 10

2.1.6 Penelitian tentang daun sirih... 12

2.2 Staphylococcus aureus... 13

2.2.1 Klasifikasi ilmiah... 13

2.2.2 Morfologi dan gambaran umum... 13

2.3 Denture Stomatitis... 15

2.4 Obat Kumur... 16

2.4.1 Obat kumur dengan minyak essensial... 17

2.5 Kerangka Teori... 18


(9)

2.7 Hipotesis Penelitian... 22

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian... 23

3.2 Populasi dan Sampel... 23

3.3 Variabel penelitian... 25

3.4 Definisi Operasional... 27

3.5 Bahan dan Alat penelitian... 28

3.6 Tempat dan Waktu penelitian... 29

3.7 Prosedur pengambilan dan pengumpulan data... 30

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 34

BAB 5 PEMBAHASAN... 40

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 44

6.2 Saran... 44

DAFTAR RUJUKAN... 46 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1 Tabel perbedaan rata-rata zona hambat antara infusum daun sirih

dan kontrol terhadap Staphylococcus aureus 35

2 Hasil analisa uji komparasi ganda 38

Diagram Halaman

1 Kerangka Teori 19

2 Kerangka Konsep 21

3 Hasil diameter zona hambat infusum daun sirih dan


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Daun Sirih 6

2 Daun Sirih Jawa 8

3 Daun Sirih Banda 8

4 Daun Sirih Hitam 9

5 MSA diinokulasi dengan Stafilokokus aureus

menunjukkan fermentasi manitol 13

6 Pewarnaan gram Staphylococcus aureus 14 7 Staphylococcus aureus pada media Blood Agar 15

8 Denture Stomatitis 16

9 Pengambilan sampel dari pasien Denture Stomatitis 31

10 Penetesan Bahan Coba 32


(12)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Biologi Oral Tahun 2009

Muhammad Naim bin Abdullah

Daya Hambat Infusum Daun Sirih Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus Yang Diisolasi Dari Denture Stomatitis ; Penelitian In Vitro.

Xi + 48 halaman

Denture Stomatitis merupakan lesi mukosa oral berwarna merah, sakit, dan bengkak, kondisi ini karena kebiasaan jelek pada pemakai gigitiruan yang tidak mumbuka protesa pada malam hari dan jarang dibersihkan. Faktor sistemik yang mendukung terjadinya Denture Stomatitis dapat disebabkan oleh beberapa bakteri, salah satunya Staphylococcus aureus. Pencegahan Denture Stomatitis dapat dilakukan dengan sering membersihkan gigitiruan dan pemakaian obat kumur. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efek antibakteri infusum daun sirih terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang diisolasi dari Denture Stomatitis.

Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah laboratorium eksperimental. Penyediaan infusum daun sirih dengan melakukan perebusan terhadap masing-masing daun sirih dengan menggunakan pemanasan uap sehingga suhu mencapai 90°C, kemudian disaring untuk mendapat infusumnya. Infusum tersebut diteteskan ke cakram kosong dan diletakkan di media Blood Agar yang berisi Staphylococcus aureus untuk melihat daya hambatnya. Perhitungan daya hambat


(13)

dengan menggunakan kaliper sorong yang berukuran 0,0001 dengan menggunakan rumus (Φhorizontal + Φvertikal) dibagi dua.

Hasil penelitian menunjukkan zona hambat ditemukan pada semua konsentrasi infusum daun sirih mempunyai perbedaan yang bermakna (p<0,01). Uji komparasi ganda dijumpai perbedaan yang signifikan antara semua variabel yang diuji (0.0001<p<0.002).

Infusum daun sirih 5%, 10%, 20%, etanol 96% dan obat kumur daun sirih komersil memiliki efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi infusum daun sirih 20% mempunyai zona hambat yang paling baik.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut dengan bentuk utamanya atropik dengan lesi erythematous dan hiperplastik1. Denture Stomatitis terjadi oleh karena tekanan gigitiruan pada permukaan mukosa sehingga terjadi perubahan lingkungan mikroorganisme rongga mulut dan menyebabkan infeksi pada mukosa. Kira-kira 65% penderita dengan gigi tiruan penuh (GTP) mengalami Denture Stomatitis yang dimulai dengan infeksi ringan di permukaan mukosa tertentu dan lama kelamaan melebar ke daerah sekitarnya.2 Pencegahan Denture Stomatitis dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sering membersihkan protesa dan pemakaian obat kumur.

Bakteri Staphylococcus aureus ini telah dikenal sejak lama sebagai patogen di bidang medis, tetapi hanya sedikit penelitian mengenai Staphylococcus aureus di rongga mulut dilakukan. Sebahagian infeksi pada daerah rongga mulut disebabkan oleh Staphylococcus aureus.

2,3

4

Staphylococcus aureus merupakan flora normal dalam rongga mulut yang dapat berubah menjadi patogen bila terjadi trauma atau abrasi pada permukaan mukosa.5 Pada beberapa penelitian terdahulu, Staphylococcus aureus dapat membentuk koloni di rongga mulut pemakai gigitiruan dalam menyebabkan Denture Stomatitis, walaupun bakteri Staphylococcus aureus pada pemakai gigitiruan lebih sedikit berbanding pada


(15)

mukosa rongga mulut.6 - 8 Pada penelitian Koopmans, Kippuw dan Graaff (1988) menemui 69% spesies cocci pada flora normal protesa dan 33% spesies cocci pada penderita Denture Stomatitis apabila dibandingkan dengan mikroorganisme yang lain.8

Obat kumur pada saat sekarang ini banyak tersedia di pasaran. Salah satu obat kumur yang sering dipakai masyarakat adalah obat kumur yang mengandung minyak essensial. Obat kumur dengan kandungan minyak essensial merupakan obat kumur dengan kandungan aktif yang dapat mencegah atau membunuh bakteri penyebab halitosis sampai 95% dan menurunkan plak sampai 50%.9 Penelitian Gordon dkk. (1985) menunjukkan terjadinya penurunan indeks plak jika berkumur dengan obat kumur minyak essensial bila dibandingkan dengan kumur air biasa.10 Selain obat kumur yang mengandung minyak essensial, obat kumur yang sering digunakan di bidang kedokteran gigi adalah povidone iodine 1%. Povidone iodine 1% dapat digunakan untuk mengobati infeksi pada rongga mulut dan tenggorokan.11 Menurut Addy dkk. (1977), terdapat penurunan jumlah bakteri dalam air ludah setelah berkumur dengan povidone iodine 1% selama 10 hari.

Obat kumur yang baik setidaknya harus memenuhi beberapa syarat, yaitu membasmi bakteri yang menyebabkan gangguan kesehatan mulut dan gigi, tidak menyebabkan iritasi, tidak mengubah indra perasa, tidak mengganggu keseimbangan flora mulut, tidak meningkatkan resistensi mikroba, dan tidak


(16)

mudah diperoleh, mudah digunakan, harga murah, dan mudah disimpan.9

Semakin banyaknya kemasan obat kumur yang beredar ditambah dengan promosi di berbagai media massa membuat masyarakat semakin melupakan tumbuhan tradisional yang dapat digunakan sebagai obat kumur, sementara pemerintah Indonesia telah mendukung tanaman obat tradisional sebagai alternatif pengobatan karena negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan tumbuhan tradisional. Salah satu tumbuhan tradisional tersebut adalah daun sirih.12

Daun sirih merupakan tumbuhan obat tradisional yang ada disekitar kita, dikenal dengan nama ilmiah Piper betle L.13 Sejak tahun 600 SM, masyarakat tradisional Asia dan India menggunakan daun sirih untuk berbagai keperluan, dari tata cara adat hingga pengobatan.14 Masyarakat Indonesia sendiri telah mengenal daun sirih sebagai bahan untuk menginang dengan keyakinan bahwa daun sirih dapat menguatkan gigi, menyembuhkan luka-luka kecil di mulut, menghilangkan bau badan, menghentikan perdarahan gusi, dan sebagai obat kumur. Pembuatan obat kumur oleh masyarakat dilakukan dengan cara membuat air rebusan daun sirih. Air rebusan daun sirih yang dibuat bukan hanya berguna sebagai obat kumur, namun juga digunakan untuk mengatasi keputihan bagi para wanita dan diminum untuk kesehatan.15 Keyakinan yang berlangsung turun temurun tersebut menggelitik para ilmuwan untuk meneliti guna membuktikan khasiat daun sirih secara klinis.

Daun sirih diketahui memiliki efek antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri dan salah satunya adalah Staphylococcus aureus.

16

17 - 19


(17)

mengandung minyak atsiri di mana komponen utamanya adalah fenol dan senyawa turunannya itu adalah kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat dibandingkan senyawa fenol yang lain.16

Pada penelitian Dian Agustin (2005) meneliti perbedaan khasiat antibakteri bahan irigasi antara hidrogen peroksida 3% dan infusum daun sirih 20% terhadap beberapa bakteri pada saluran akar ( di antaranya spesies Staphylococcus ). Dari hasil penelitiannya, diperoleh perbedaan yang bermakna antara besar diameter zona hambat terhadap beberapa bakteri oleh bahan irigasi hidrogen peroksida 3% dan infusum daun sirih 20%. Khasiat antibakteri infusum daun sirih 20% lebih baik dari hidrogen peroksida 3% terhadap beberapa bakteri.20

Menurut penelitian Hasim Dea ( 2003 ), minyak atsiri daun sirih sudah menunjukkan aktivitas antibakteri pada konsentrasi 0.1%, yang mana sediaan daun sirih yang digunakan adalah berupa ekstrak sehingga pada konsentrasi yang kecil sudah menimbulkan aktivitas antibakteri. Pada penelitian ini membuktikan apa yang dikatakan Hasim Dea itu benar karena infusum daun sirih yang sekecil 5% sudah cukup untuk menimbulkan aktivitas antibakteri.16

Berdasarkan data-data diataslah penulis ingin mengetahui daya hambat infusum daun sirih terhadap Staphylococcus aureus yang diisolasi dari Denture Stomatitis.


(18)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

8. Apakah sediaan infusum daun sirih yang dibuat dengan cara perebusan memiliki efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus jika akan dijadikan obat kumur.

9. Apakah terdapat perbedaan zona hambat infusum daun sirih dalam beberapa konsentrasi terhadap Staphylococcus aureus.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui aktifitas antibakteri infusum daun sirih terhadap Staphylococcus aureus jika akan dijadikan obat kumur.

2. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata zona hambat dari beberapa konsentrasi infusum daun sirih terhadap Staphylococcus aureus.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Upaya untuk mendapatkan bahan obat kumur yang efektif dalam kesehatan gigi dan mulut.

2. Menambah pengetahuan tentang bahan alami dibandingkan dengan bahan kimia yang ada dipasaran.

3. Sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut tentang pembuatan obat kumur berbahan daun sirih.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daun Sirih / Piper betle L. 2.1.1. Klasifikasi Ilmiah

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari daun sirih adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Piperales Family : Piperaceae Genus : Piper Species : P. Betle

2.1.2. Gambaran Umum

13, 21

Sirih merupakan tanaman menjalar dan merambat pada batang pokok di sekelilingnya dengan daunnya yang memiliki bentuk pipih seperti gambar hati, tangkainya agak panjang, tepi daun rata, ujung daun meruncing, pangkal daun berlekuk, tulang daun menyirip, dan daging daun yang tipis. Permukaan daunnya berwarna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek Gambar 1 : Daun sirih


(20)

atau hijau agak kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut. Sirih hidup subur dengan ditanam di atas tanah gembur yang tidak terlalu lembab dan memerlukan cuaca tropika dengan air yang mencukupi.13, 21 Sirih merupakan tumbuhan obat yang sangat besar manfaatnya.21, 22 Dalam farmakologi Cina, sirih dikenal sebagai tanaman yang memiliki sifat hangat dan pedas.13, 22

Di India, daun sirih memegang peranan penting dalam kebudayaan pada masyarakat Hindu. Semua upacara tradisional menggunakan daun sirih sebagai komponen dalam upacara tersebut.21 Daun sirih juga sering digunakan dalam upacara. adat perkawinan di pulau Jawa.22 Dalam beberapa cara adat lain, daun sirih sering dihidangkan untuk menyambut para tamu. Daun sirih juga dikunyah oleh sebagian masyarakat, bahkan masyarakat Vietnam mengatakan bahwa "daun sirih mengawali percakapan" yang mengacu pada kegiatan mengunyah daun sirih.21

2.1.3 Jenis- Jenis Daun Sirih

Berdasarkan bentuk daun, rasa, dan aromanya, sirih dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :

Daun sirih jawa

15

Daun sirih jawa berwarna hijau tua dan rasanya tidak begitu tajam. Daun sirih ini merupakan jenis yang sering digunakan masyarakat untuk menyirih.


(21)

Daun sirih banda

Daun sirih banda berdaun besar, berwarna hijau tua dan kuning di beberapa bagian, memiliki rasa dan aroma yang sengkak.

Daun sirih cengkeh

Daun sirih cengkeh berdaun kuning, dan rasanya tajam menyerupai rasa cengkeh.

Daun Sirih hitam

Daun sirih hitam rasanya sengkak, biasanya digunakan untuk campuran obat. Gambar 2 : Daun sirih Jawa


(22)

Gambar 4 : Daun sirih Hitam

2.1.4 Nama Asing dan Nama Daerah

Disebabkan manfaatnya yang besar bagi kesehatan, sirih tidak saja dikenal di kawasan Asia, tetapi juga di Eropa, Afrika, dan Amerika. Hal ini tentunya membawa konsekuensi logis terhadap nama sirih itu sendiri, yakni masing-masing wilayah menyebut sirih sesuai dengan bahasanya. Misalnya :

• Arab : tamul atau tanbul

15

• Cina : ju jiang, tu wei teng, wei ze, wei ye, dafeng teng

• Inggris : betel, betel pepper, betel vire

• Francis : betel, poivrief betel

• Jerman : betelpfeffer, betel-pfeffe

• Gujarat : paan, tanbolaa

• India : pan

• Kanada : eleballi, panu, vileyadele


(23)

• Marathi : pan, vidyache pan

• Nepal : naagavallii

Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang memiliki tradisi, budaya, dan bahasa yang berbeda sehingga istilah untuk menyebut sirih pun bermacam-macam seperti :

• Sumatera : ranub, blo, sereh, purokawo, belo, ibun, cambai, sireh, suruh, serasa, ifan, taufao

15

• Jawa : sedah, suruh, seureuh, sere

• Nusa tenggara : base, sedah, nahi, kuta, mota, taa, mokeh, malu

• Kalimantan : uwit, buyu, sirih, uduh sifat, uruisepa

• Sulawesi : gapura, ganjang, baulu, buya, bolu, komba, lalama, sangi, dondili

• Maluku : mota, ani-ani, papek, raunge, nien, rambika, kamu, kakina, bido, garmo, amu

• Papua : afo, nai wadok, mirtan, freedor, dedami, mera, wangi, manaw, reman

2.1.5 Kandungan Farmakologi Daun Sirih

Daun sirih memiliki aroma yang khas yaitu rasa pedas, sengak, dan tajam. Rasa dan aroma yang khas tersebut disebabkan oleh kavikol dan bethelphenol yang terkandung dalam minyak atsiri. Di samping itu, faktor lain yang


(24)

menentukan aroma dan rasa daun sirih adalah jenis sirih itu sendiri, umur sirih, jumlah sinar matahari yang sampai ke bagian daun, dan kondisi dedaunan bagian atas tumbuhan.13, 15

Daun sirih mengandung minyak atsiri di mana komponen utamanya terdiri atas fenol dan senyawa turunannya seperti kavikol, cavibetol, carvacrol, eugenol, dan allilpyrocatechol.16, 23, 24 Selain minyak atsiri, daun sirih juga mengandung karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, tannin, gula, pati, dan asam amino.15 Daun sirih yang sudah dikenal sejak tahun 600 SM ini mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh bakteri sehingga banyak digunakan sebagai antibakteri dan antijamur.15, 20, 25 Hal ini disebabkan oleh turunan fenol yaitu kavikol dalam sifat antiseptiknya lima kali lebih efektif dibandingkan fenol biasa.16, 22 Selain hasil metabolisme gula, glukan juga merupakan salah satu komponen dari jamur. Dengan sifat antiseptiknya, sirih sering digunakan untuk menyembuhkan kaki yang luka dan mengobati pendarahan hidung / mimisan.22

Pada pengobatan tradisional India, daun sirih dikenal sebagai zat aromatik yang menghangatkan, bersifat antiseptik, dan bahkan meningkatkan gairah seksual. Kandungan tannin pada daun sirih dipercaya memiliki khasiat mengurangi sekresi cairan pada vagina, melindungi fungsi hati, dan mencegah diare.

22

Sirih juga mengandung arecoline di seluruh bagian tanaman yang bermanfaat untuk merangsang saraf pusat dan daya pikir, meningkatkan gerakan peristaltik, dan meredakan dengkuran. Kandungan eugenol pada daun sirih mampu membunuh jamur Candida albicans, mencegah ejakulasi dini, dan


(25)

bersifat analgesik. Daun sirih juga sering digunakan oleh masyarakat untuk menghilangkan bau mulut, mengobati luka, menghentikan gusi berdarah, sariawan, dan menghilangkan bau badan.17, 22

Daun sirih memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus viridans, Actinomyces viscosus, dan Staphylococcus aureus.17, 19

2.1.7 Penelitian Tentang Daun Sirih

Adanya keyakinan yang berlangsung turun temurun dari masyarakat mengenai khasiat daun sirih menarik perhatian para ilmuwan untuk meneliti khasiat daun sirih secara klinis.16

Penelitian Dian Agustin pada tahun 2005

Adapun penelitian yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut:

Pada penelitian ini, Dian Agustin meneliti perbedaan khasiat antibakteri bahan irigasi antara hidrogen peroksida 3% dan infusum daun sirih 20% terhadap berbagai jenis bakteri pada saluran akar. Dari hasil penelitiannya, diperoleh perbedaan yang bermakna antara besar diameter zona hambatan berbagai jenis bakteri oleh bahan irigasi hidrogen peroksida 3% dan infusum daun sirih 20%. Khasiat antibakteri infusum daun sirih 20% lebih baik dari hidrogen peroksida 3% terhadap berbagai jenis bakteri.20


(26)

2.2 Staphylococcus aureus

Pada tahun 1880 di Aberdeen, Skotlandia ahli ilmu bedah Sir Alexander Ogston menemukan Staphylococcus aureus di dalam pus sewaktu melakukan pembedahan abses.26

2.2.1 Klasifikasi Ilmiah

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari Staphylococcus aureus ( Rosenbach, 1884 ) adalah sebagai berikut :

Domain : Bacteria Kingdom : Eubacteria Devisi : Firmicutes Class : Cocci Ordo : Bacillales

Family : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus Species : S. aureus

2.2.2 Morfologi dan Gambaran Umum

26

Staphylococcus aureus merupakan bakteri kokus gram positif dengan diameter kira-kira 1 µ m. Susunannya seperti buah anggur, tetapi ada juga yang berbentuk sel-sel tunggal atau sel berpasangan terutama ketika diperiksa dari spesimen patologis (Gambar 6 ).2, 26 - 31 Bakteri ini tidak berspora, nonmotil dan sebagian mempunyai kapsul.27, 29, 32

Gambar 5 : MSA diinokulasi dengan Stafilokokus aureus

menunjukkan fermentasi mantol (fermentasi kuning)


(27)

Habitat bakteri ini adalah pada kulit manusia, terutama pada membran mukosa, nares anterior, dan perineum.27, 28 Staphylococcus aureus berkolonisasi pada banyak media dan metabolik aktif. Staphylococcus aureus dapat menfermentasi karbohidrat dan mengeluarkan pigmen yang berbeda putih sampai dengan kuning gelap. Rate tertinggi pembawa bakteri ini adalah pasien rumah sakit dan petugas kesehatan. Staphylococcus aureus menyebar melalui udara dan debu dan senantiasa terdapat di sekitar rumah sakit. Staphylococcus aureus biasanya menyebar melalui tangan dan hujung jari.27 Staphylococcus aureus menyerang secara lokal dan mengeluarkan toksik pada kulit.28, 33 Staphylococcus aureus yang patogen biasanya dapat menghemolisa darah, mengkoagulasi plasma dan mengeluarkan berbagai ekstraseluler enzim dan toksin.28

Gambar 6: Pewarnaan gram Stafilokokus menunjukkan karakteristik kokus gram positif dan

susunan seperti buah anggur


(28)

Spesimen yang ditanam pada lempeng agar darah menunjukkan koloni yang khas dalam waktu 18 jam pada suhu 37°C. Hemolisis dan produksi pigmen terjadi beberapa hari kemudian secara optimal pada suhu kamar. Pada lempeng agar darah karakteristik Staphylococcus aureus ditandai dengan koloni yang opaque, lembut dengan pigmentasi kuning ( Gambar 7 ).31

2.3 Denture Stomatitis

Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut dengan bentuk utamanya atropik dengan lesi erythematous dan hiperplastik5. Denture Stomatitis merupakan lesi mukosa oral berwarna merah, sakit, dan bengkak ( Gambar 8 ), kondisi ini terjadi karena kebiasaan jelek dengan pemakai gigitiruan yang tidak membuka protesa pada malam hari. Selain itu, faktor sistemik pasien juga mendukung terjadinya Denture Stomatitis ini.34

Gambar 7 : Staphylococcus aureus pada media Blood Agar menunjukkan koloni opaque, lembut dengan pigmentasi kuning (


(29)

Staphylococcus aureus telah dijumpai berkoloni pada pasien Denture Stomatitis ini. Pada penelitian Baena-Monroy dkk. (2005) menunjukkan kehadiran Staphylococcus aureus sebanyak 52,4% pada penderita Denture Stomatitis.1

2.4 Obat Kumur

Ada beberapa jenis obat kumur yang ada di pasaran yaitu :  Obat kumur berflouride

35

Obat kumur yang mengandung fluoride dapat memperkuat gigi dan mencegah karies gigi.

 Obat kumur antiseptik

Obat kumur antiseptik dapat membunuh bakteri dan juga menghilangkan bau mulut. Obat kumur antiseptik digunakan sebelum dan sesudah pembedahan untuk


(30)

 Obat kumur kombinasi

Obat kumur kombinasi merupakan kombinasi obat kumur berfluoride dan obat kumur antiseptik. Obat kumur ini dapat mencegah karies gigi dan menyegarkan nafas.

2.4.1 Obat Kumur Dengan Kandungan Minyak Essensial

Obat kumur dengan kandungan minyak essensial merupakan obat kumur antiseptik dengan kandungan aktif yang dapat mencegah atau membunuh bakteri penyebab halitosis sampai 95% dan menurunkan plak sampai 50%. Adapun kandungan minyak essensial itu adalah Thymol, Eucaliptol, Menthol dan Methyl Salicylate. Thymol berperan sebagai antiseptik, Eucaliptol memiliki aroma menenangkan, Methyl Salycilate peranan sebagai pembersih, dan Menthol sebagai lokal anestesi.

Penelitian Gordon dkk. ( 1985 )

9, 10

Ada beberapa penelitian yang berhubungan dengan obat kumur minyak essensial yaitu :

Gordon dkk. melakukan penelitian untuk membuktikan pengaruh obat kumur minyak essensial terhadap pembentukan plak dan gingivitis. Penelitian ini melibatkan 144 sampel dan selama 6 bulan penggunaan obat kumur diawasi oleh petugas. Hasil penelitian menunjukkan penurunan skor plak yang bermakna.

Penelitian Bauroth dkk ( 2003 )

10


(31)

dibandingkan dengan dental floss ( benang gigi ) dalam mengatasi ginggivitis interproksimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berkumur dua kali sehari dengan obat kumur essensial sama efisiennya dengan menggunakan benang gigi satu kali sehari dalam mengurangi gingivitis interproksimal.36

2.5 Kerangka Teori

Denture Stomatitis terjadi oleh karena tekanan gigitiruan pada permukaan mukosa sehingga terjadi perubahan lingkungan mikroorganisme rongga mulut, salah satunya Staphylococcus aureus yang membentuk koloni di rongga mulut pemakai gigitiruan dalam menyebabkan Denture Stomatitis.1

Daun sirih mengandung minyak atsiri di mana komponen utamanya adalah fenol dan senyawa turunannya itu adalah kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat dibandingkan senyawa fenol yang lain.16

Kavikol yang akan menghambat fermentasi karbohidrat, protein, lipid dan enzim akan menyebabkan protein tidak dapat melakukan fungsinya. Sel terganggu dan akan menyebabkan sel lisis dan seterusnya mati ( Diagram 1 ).16, 27


(32)

Diagram 1. Kerangka Teori

Denture Stomatitis

Candida albicans Streptococcus mutans Staphylococcus

aureus

Membran sel terdiri atas karbohidrat, protein, lipid dan enzim

Protein tidak dapat melakukan fungsinya

Gangguan fungsi sel

Sel lisis

Sel mati

Daun Sirih

Minyak Atsiri

Kavikol menghambat


(33)

2.6 Kerangka Konsep

Infusum daun sirih dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%, dan daun sirih komersial ( Pepsodent ) sebagai kontrol positif diujikan keatas Staphylococcus aureus untuk melihat efek antibakteri. Dengan pengambilan volume yang sama, ternyata hasil yang terlihat berbeda di antara keempat bahan coba tersebut.

Semakin tinggi konsentrasi infusum daun sirih, maka semakin besar juga zona hambat yang terlihat karena makin tinggi konsentrasi infusum daun sirih, maka makin tinggi juga kavikol di dalamnya, dan makin banyak fungsi protein dihambat yang menyebabkan perluasan zona hambat.

Jadi, dari sini kita dapat melihat adanya perbedaan daya hambat dari infusum daun sirih dalam berbagai konsentrasi. (Diagram 2 ).


(34)

Diagram 2. Kerangka Konsep

Infusum daun sirih berbagai konsentrasi

Daun sirih komersial (Pepsodent)

5% >

10% >>

20%

>>> 1 cc

Staphylococcus aureus

>> kavikol  >> fungsi protein dihambat  >> zona hambat

Ada perbedaan daya hambat dari infusum daun sirih dalam berbagai


(35)

2.7 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat efek antibakteri infusum daun sirih yang dibuat dengan cara perebusan terhadap Staphylococcus aureus.

2. Terdapat perbedaan zona hambat infusum daun sirih pada konsentrasi infusum daun sirih 5%, 10%, dan 20% terhadap Staphylococcus aureus.


(36)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian : Eksperimental Laboratorium.

Desain Penelitian : Posttest Only Control Group Design.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi : Bakteri Staphylococcus aureus.

3.2.2 Sampel : Biakan bakteri Staphylococcus aureus yang diisolasi dari Denture Stomatitis

3.2.3 Besar Sampel

Besar sampel pada percobaan ini menggunakan rumus umum:

dimana t = perlakuan

n = jumlah sampel (t-1) . (n-1) > 15


(37)

penelitian ini menggunakan 5 kelompok yang masing-masing terdiri atas: 1. Kelompok I : Infusum daun sirih 5%

2. Kelompok II : Infusum daun sirih 10% 3. Kelompok III : Infusum daun sirih 20%

* Alasan mengapa dalam penelitian ini dijadikan infusum daun sirih 5%, 10%, dan 20% karena persentase daun sirih haruslah tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu jauh, perbandingan antara konsentrasi ini akan lebih akurat serta akan menunjukkan perbedaan yang bermakna.

10.Kelompok IV : Etanol 96% sebagai kontrol 1

11.Kelompok V : Obat Kumur mengandung Daun Sirih Komersial (Pepsodent) sebagai kontrol 2

jadi perlakuannya (t) adalah = 5

(5-1) . (n-1) > 15 4 . (n-1) > 15

n-1 > 3,75 n > 4,75 ~ 5

jumlah sampel (n) yang dipakai adalah 5, artinya pada kelompok I s/d IV dilakukan masing-masing 5 kali pengulangan.


(38)

3.3 Variab el Penelitian

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas untuk penelitian ini adalah seperti berikut:

• Infusum daun sirih 5%

• Infusum daun sirih 10%

• Infusum daun sirih 20%

• Etanol 96% sebagai kontrol 1

• Daun Sirih Komersial (Pepsodent) sebagai kontrol 2

Variabel Bebas :

a. Infusum daun sirih 5% b. Infusum daun sirih 10% c. Infusum daun sirih 20% d. Etanol 96% sebagai kontrol 1 e. Daun Sirih Komersial

(Pepsodent) sebagai kontrol 2

Variabel Terkendali :

a. Media pertumbuhan b. Suhu inkubasi

c. Waktu pembiakan Staphylococcus aureus d. Teknik pengisolasian dan pengkulturan e. Lama penyimpanan infusum daun sirih

f. Pemakaian alat, media pertumbuhan dan bahan percobaan yang steril

g. Ketrampilan operator. h. Waktu pengamatan

Variabel Tergantung :

Pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus dengan metode pengukuran

diameter pengukuran diameter zona hambat pada masing-masing perlakuan.

Variabel Tidak Terkendali :

a. Asal daun sirih (Geografis) berhubungan dengan keadaan tanah, curah hujan dan lingkungan sekitar tanaman. b. Lamanya penyimpanan daun sirih setelah dipetik.


(39)

3.3.2 Variabel Tergantung

Variabel tergantung untuk penelitian ini adalah pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan metode pengukuran diameter zona hambat pada masing-masing perlakuan.

3.3.3 Variabel Terkendali

Variabel terkendali untuk penelitian ini adalah seperti berikut:

a. Media untuk menumbuhkan Staphylococcus aureus yaitu Blood Agar dan Mannitol Salt Agar.

b. Suhu yang digunakan untuk menumbuhkan Staphylococcus aureus (37°C) dalam inkubator.

c.Waktu yang digunakan untuk mengamati pertumbuhan atau pembiakan Staphylococcus aureus yaitu 24 jam

d. Teknik pengisolasian dan pengkulturan e. Lama penyimpanan jus daun sirih

f. Pemakaian alat, media pertumbuhan dan bahan percobaan yang steril

g. Ketrampilan operator dalam pelaksanaan penelitian yang telah dilatih selama sebulan dan didampingi asisten laboratorium yang bekerja.

h. Waktu pengamatan terhadap kelompok perlakuan yaitu 24jam


(40)

a. Asal daun sirih (Geografis) berhubungan dengan keadaan tanah, curah hujan dan lingkungan sekitar tanaman.

b. Lamanya penyimpanan daun sirih setelah dipetik.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional untuk penelitian ini adalah seperti berikut:

• Infusum daun sirih 5% adalah hasil perebusan 50g daun sirih dengan 950ml air.

• Infusum daun sirih 10% adalah hasil perebusan 100g daun sirih dengan 900ml air.

• Infusum daun sirih 20% adalah hasil perebusan 200g daun sirih dengan 800ml air.

• Etanol 96% mempunyai sifat antibakteri.

• Daun sirih komersial (Pepsodent) adalah obat kumur yang mengandung daun sirih dan zat-zat yang lain.

Koloni Staphylococcus aureus biakan bakteri adalah yang diisolasi dari penderita Denture Stomatitis.

Denture Stomatitis merupakan lesi mukosa oral berwarna merah, sakit, dan bengkak, kondisi ini karena kebiasaan jelek dengan pemakai gigitiruan yang tidak mumbuka protesa pada malam hari dan jarang dibersihkan.


(41)

Diameter zona hambat adalah diameter daerah dimana bakteri tidak tumbuh pada media Blood Agar yang ditandai dengan adanya daerah bening yang dapat diukur dengan kaliper dengan satuan milimeter (mm).

3.5 Bahan dan Alat Penelitian 3.5.1 Bahan Penelitian

 Daun sirih jawa 20 ikat  Aquades

 Media Blood Agar  Etanol 96%

 Daun Sirih Komersial (Pepsodent)

3.5.2 Alat Penelitian  Disc kosong (Ovoid)  Inkubator

 Oven

 Kaliper geser  Pipet volume  Ose dan cotton bud  Autoklaf

 Pinset 


(42)

 Lampu spiritus  Gelas ukur  Botol kaca  Kompor gas  Pipet mikro

 Pipetman starter kit  Rak tabung reaksi  Beaker glass  Hotplate  Termometer

 Timbangan analitik

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian. 3.6.1 Tempat Penelitian.

 Laboratorium Biologi Oral FKG USU.

3.6.2 Waktu Penelitian.


(43)

3.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data. 3.7.1 Pembuatan Media.

Untuk mendapatkan 5 petri, Blood agar sebanyak 1 gr dilarutkan dalam 50 mL aquades lalu dipanaskan di atas hotplate sambil diaduk hingga mendidih. Kemudian media yang telah masak, disterilkan di dalam autoklaf selama 15 menit dengan tekanan udara 2 atm suhu 121°C. Setelah disterilkan, media disimpan di dalam kulkas. Jika akan digunakan, media dipanaskan kembali hingga mendidih lalu dituangkan ke dalam masing-masing petri dan dibiarkan hingga dingin.

3.7.2 Pembuatan Infusum Daun Sirih.

Daun Sirih disediakan sesuai dengan berat yang berbeda yaitu 50gr dicampur 950ml untuk menghasilkan infusum 5%, 100gr dicampur 900ml untuk menghasilkan infusum 10%, dan 200gr dicampur 800ml untuk menghasilkan infusum 20%.

Penyediaan infusum daun sirih dengan melakukan perebusan terhadap masing-masing daun sirih dengan menggunakan pemanasan uap sehingga suhu mencapai 90°C, kemudian disaring untuk hanya mendapat infusumnya.

3.7.3 Peremajaan bakteri Staphylococcus aureus.

Bakteri yang digunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus yang diisolasi dari Denture Stomatitis. Setelah diambil sampel dari mulut pasien dengan menggunakan cotton bud yang steril ( Gambar 9 ), kemudian dikultur ke dalam Blood


(44)

permukaan media. Selanjutnya dengan bantuan ose bulat dilakukan goresan rapat-rapat, sedang dan jarang. Setelah 24 jam dilihat koloni langsung diambil dari koloni yang satu-satu tadi diletakkan dengan ose bulat ke permukaan objek glass. Kemudian lakukan pewarnaan gram. Bila ciri-ciri umum dari Staphylococcus aureus telah didapatkan lalu kultur ke media MSA selama 24 jam. Didalam MSA akan terlihat warna kuning emas, ini menunjukkan biakan murni Staphylococcus aureus telah didapatkan. Biakan murni bakteri yang telah ada diambil 2 ose dengan menggunakan ose bulat. Kemudian disebarkan pada media Blood Agar dan dimasukkan kedalam inkubator selama 24jam pada suhu 37°C. Setelah 24 jam bakteri akan tumbuh.

3.7.4 Uji Efektifitas Antibakteri dengan Metode Difusi Agar

Gambar 9. Pengambilan bakteri dari permukaan mukosa palatum pasien yang terkena lesi Denture Stomatitis dengan menggunakan


(45)

Disediakan alat-alat dan bahan-bahan seperti diatas. Setelah itu dilakukan penelitian lanjut. 5 Cakram kosong direndam di dalam 5 wadah berbeda yang masing-masing berisi 1cc untuk setiap kontrol, infusum daun sirih 5%, infusum daun sirih 10% dan infusum daun sirih 20% selama 60menit ( Gambar 10 ). Kultur koloni Staphylococcus aureus diambil 2 ose bulat masukkan kedalam setiap piring petri yang berisi Blood Agar lalu dilakukan goresan kembali secara rapat-rapat pada permukaan media. Setelah rendaman berlangsung selama 60 menit, cakram tadi diasingkan dari cairan tersebut, lalu dikeluarkan.

Piring petri tadi dibagi 5 agar mudah menghitung diameter zona hambat setiap cakram. Setelah itu, diletakkan cakram yang telah direndam tadi ke dalam piring petri mengikut label yang telah diberikan. Lalu dimasukkan ke dalam inkubator yang bersuhu rata-rata 37°C selama 24jam.

Setelah 24jam, piring-piring petri dikeluarkan dari inkubator dan dilihat daya

Gambar 10. Penetesan bahan coba ( A. Pengambilan infusum daun sirih menggunakan pipet. B. Penetesan bahan coba kedalam wadah )


(46)

menggunakan kaliper sorong yang berukuran 0,0001 dengan menggunakan rumus (Φhorizontal + Φvertikal) dibagi dua dan perhitungan dimasukkan kedalam tabel.

3.7.5 Cara Pengukuran Zona Hambat Diameter Zona Hambat = θ Vertikal + θ Horizontal

2

3.7.6 Uji Statistik

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Anova dan Uji Komparatif Ganda ( LSD ). Uji Anova digunakan untuk mencari rata-rata dan standar deviasi. LSD pula digunakan untuk membuat perbandingan antara data-data yang diperoleh.

disc

: θ Vertika l

: θ Horizontal


(47)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Setelah perletakan semua bahan coba yaitu infusum daun sirih 5%, 10%, dan 20% serta Etanol 96% dan Obat Kumur Daun Sirih Komersial (Pepsodent), dilakukan pengamatan setelah 24 jam untuk melihat zona bening di sekitar cakram. Zona bening merupakan zona di mana koloni Staphylococcus aureus dihambat pertumbuhannya oleh bahan coba. Luas daerah zona hambat diketahui dengan cara menghitung rata-rata zona hambat tiap perlakuan lalu dibandingkan dengan melihat besarnya angka rata-rata.


(48)

Hasil penelitian pada media setelah dilakukan 5 kali pengulangan menunjukkan kesemua konsentrasi infusum daun sirih menunjukkan adanya zona hambat pada media ( Gambar 11 ). Semakin tinggi persentase konsentrasi infusum daun sirih, makin besar daerah bening yang terlihat.

Tabel 1. Tabel perbedaan rata-rata zona hambat antara infusum daun sirih dan kontrol ( Etanol 96% dan DSK ) terhadap Staphylococcus aureus.

KELOMPOK n χ ± SD P

Daun Sirih 5% 5 1.33 ± 0.053

0.0001

Daun Sirih 10% 5 1.66 ± 0.046

Daun Sirih 20% 5 1.97 ± 0.051

Etanol 96% 5 0.84 ± 0.218

DSK 5 0.38 ± 0.211

Dari hasil uji Anova diperoleh p< 0.05 (H0

Pada tabel 1, terlihat bahwa infusum daun sirih 20% merupakan infusum daun sirih yang paling tinggi mempunyai zona hambat ( 1.97 ± 0.051 ) berikutnya infusum daun sirih 10% ( 1.66 ± 0.046 ) zona hambatnya lebih rendah dari infusum daun sirih 20%, sedangkan infusum daun sirih 5% ( 1.33 ± 0.053 ) lebih rendah dari zona hambat infusum daun sirih 10%. Perbandingan infusum daun sirih dengan etanol 96% sebagai kontrol terlihat bahwa etanol 96% mempunyai zona hambat lebih rendah ( 0.84 ± 0.218 ) berbanding infusum daun sirih yang telah dibuat. Tabel 1 menunjukkan


(49)

bahwa daun sirih komersial sebagai kontrol merupakan sediaan yang paling rendah mempunyai zona hambat terhadap Staphylococcus aureus ( 0.38 ± 0.211 ).

Masing-masing larutan infusum dan kontrol mempunyai rata-rata zona hambat yang berbeda. Jika dilihat dari tabel 1, infusum daun sirih menunjukkan efek antibakteri yang lebih besar berbanding etanol 96% dan DSK. Infusum daun sirih 20% paling menonjol memberikan efek antibakteri berbanding infusum daun sirih 10% dan 5%.

Diagram 3. Diagram hasil diameter zona hambat infusum daun sirih dan kontrol ( Etanol 96% dan DSK ) terhadap Staphylococcus aureus.

0 0.5 1 1.5 2 2.5

I II III IV V X

DS5%

DS10%

DS20%

ET96%

DSK

Keterangan Diagram

I : Pengulangan 1 II : Pengulangan 2 III : Pengulangan 3 IV : Pengulangan 4 V : Pengulangan 5 X : Rata-rata


(50)

Zona hambat infusum daun sirih 5% bila dibandingkan dengan zona hambat infusum daun sirih 10% bersama kontrol daun sirih komersial, etanol 96% terlihat bahwa zona hambat infusum daun sirih 10% barnya lebih tinggi.

Zona hambat infusum daun sirih 10% bila dibandingkan dengan zona hambat infusum daun sirih 20% bersama kontrol daun sirih komersial, etanol 96% terlihat bahwa zona hambat infusum daun sirih 20% barnya lebih tinggi.

Berdasarkan diagram 3 diatas, hasil yang terlihat adalah hampir sama pada setiap pengulangan yang dilakukan dimana infusum daun sirih 20% menghasilkan bar yang paling tinggi dan DSK menghasilkan bar yang paling rendah.


(51)

Untuk mengetahui rata-rata zona hambat yang berbeda, dapat dilihat pada uji komparasi ganda (LSD).

Tabel 2. Hasil analisa uji komparasi ganda.

KELOMPOK P

Daun sirih 5% - Daun sirih 10% 0.001*

Daun sirih 5% - Daun sirih 20% 0.0001*

Daun sirih 5% - Etanol 96% 0.0001*

Daun sirih 5% - DSK 0.0001*

Daun sirih 10% - Daun sirih 20% 0.002*

Daun sirih 10% - Etanol 96% 0.0001*

Daun sirih 10% - DSK 0.0001*

Daun sirih 20% - Etanol 96% 0.0001*

Daun sirih 20% - DSK 0.0001*

Etanol 96% - DSK 0.0001*

*Terdapat perbedaan bermakna pada p ≤ 0.05

Uji komparasi ganda infusum daun sirih 20% hasilnya sama dengan kontrol etanol 96% sangat bermakna. Sedangkan uji komparasi ganda infusum daun sirih 5% dan infusum daun sirih 10% lebih kecil dengan kontrol etanol bila dibandingkan dengan uji komparasi ganda infusum daun sirih 20% dengan DSK lebih tinggi sehingga dengan demikian mempunyai hasil lebih berbeda dan bermakna.


(52)

semua variabel. Perbandingan antara daun sirih 5% dan daun sirih 10%, daun sirih 10% dan daun sirih 20% yang menghasilkan nilai p yang berbeda yaitu 0.001 dan 0.002. Sementara perbandingan yang lain menghasilkan nilai p yang sama yaitu 0.0001.


(53)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian tentang infusum daun sirih adalah untuk membuktikan bahwa infusum daun sirih memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan melihat perbedaan daya hambat antara infusum daun sirih dengan Etanol 96% dan obat kumur yang mengandung daun sirih. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode agar diffusion test karena tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah sediaan daun sirih memiliki efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan bukan untuk mencari zona hambat minimal (MIC). Pasien Denture Stomatitis yang diambil sampelnya juga merupakan sampel acak yang diambil tanpa klasifikasi tertentu.

Perebusan daun sirih merupakan suatu metode yang sering digunakan oleh masyarakat untuk memanfaatkan kegunaan daun sirih. Metode perebusan ini banyak digunakan karena metode ini mudah dilakukan. Dalam penelitian ini, pembuatan infusum daun sirih adalah dengan perebusan menggunakan uap air panas. Daun sirih utuh dimasukkan kedalam aquadest dan dipanaskan diatas uap sampai suhu mencapai 90°C.

Peneliti mengambil inisiatif untuk konsultasikan masalah pembuatan infusum ini kepada pakar. Peneliti sendiri menjumpai Ahli Farmasi dan menanyakan beliau


(54)

sebenarnya yaitu dilakukan pemanasan uap sehingga campuran daun sirih dan aquadest tersebut mencapai suhu 90°C. Bila dipotong dan diblender daun sirih tersebut akan mengakibatkan pembuangan zat-zat yang ada pada daun sirih tersebut dan menjadikan penelitian ini tidak menggunakan daun sirih murni.18

Penentuan konsentrasi infusum daun sirih dilakukan berdasarkan anjuran beliau yang menyatakan persentase daun sirih hendaklah tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu jauh dikarenakan perbandingan antara konsentrasi akan lebih akurat serta akan menunjukkan perbedaan yang bermakna. Pemilihan Etanol 96% sebagai kontrol adalah dikarenakan sifat antibakterinya, jadi guna sebagai perbandingan dengan daun sirih yang juga mengandung etanol. Demikian juga dengan pemilihan obat kumur daun sirih komersial ( Pepsodent ) sebagai kontrol diambil karena kandungan obat kumur itu tidak murni daun sirih karena sudah ditambah dengan bahan lain, jadi disini ingin diteliti perbandingan antara obat kumur daun sirih komersil dan daun sirih murni.19

Menurut penelitian Hasim Dea ( 2003 ), minyak atsiri daun sirih sudah menunjukkan aktivitas antibakteri pada konsentrasi 0.1%, yang mana sediaan daun sirih yang digunakan adalah berupa ekstrak sehingga pada konsentrasi yang kecil sudah menimbulkan aktivitas antibakteri.16

Hasil penelitian menunjukkan adanya daya hambat pada semua infusum daun sirih yang ada serta kedua kontrol yang digunakan. Bagaimanapun hasil daya hambat Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Hasim Dea bahwa infusum daun sirih yang sekecil 5% sudah cukup untuk menimbulkan aktivitas antibakteri.


(55)

yang ditunjukkan oleh semua konsentrasi infusum daun sirih lebih baik berbanding kedua kontrol yang digunakan. Hal ini mungkin disebabkan tahap kesterilan infusum daun sirih semasa pembuatan dan penyimpanan adalah tinggi dan terjaga. 16

Perbedaan antara infusum daun sirih juga sangat jelas, jika dilihat semakin tinggi konsentrasi infusum daun sirih, akan lebih besar daya hambat yang ditunjukkan. Ini mungkin dikarenakan apabila makin tinggi konsentrasi, maka makin banyak zat-zat kavikol dikeluarkan menjadikan aktivitas antibakteri lebih banyak terjadi. 16

Etanol 96% kurang menunjukkan daya hambat karena mudah menguap pada waktu dilakukan penetesan ke cakram kosong yang mana akan menyebabkan penguapan zat-zat yang terkandung didalamnya.19

Peneltian-penelitian mengenai obat kumur komersial yang diketahui sampai saat ini dilakukan secara in-vivo di mana jumlah koloni bakteri di dalam rongga mulut tidak sebanyak jumlah koloni bakteri pada penelitian ini. Selain itu, kandungan obat kumur daun sirih komersial yang berperan sebagai antiseptik adalah Thymol yang cenderung lebih efektif jika digunakan sebagai antifungal sehingga jika dibandingkan dengan senyawa aktif daun sirih yaitu kavikol yang memiliki efek antibakteri lima kali lebih kuat dari senyawa fenol yang lain, obat kumur daun sirih komersial tidak Demikian pula obat kumur daun sirih komersial menunjukkan zona hambat terendah karena bahan tersebut bukan murni ekstrak daun sirih, jadi pada waktu penetesan bahan coba di cakram, tidak banyak zat yang terkandung di dalam daun sirih yang terserap.


(56)

Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya zona hambat tergantung kepada kemampuan difusi bahan antimikroba ke dalam media dan interaksinya dengan mikroorganisme uji, jumlah mikroorganisme yang digunakan, kecepatan tumbuh mikroorganisme yang diuji dan sensitivitas mikroorganisme terhadap bahan antimikroba yang diuji.25

Zona hambat yang ditunjukkan infusum daun sirih terbagi kepada dua yaitu zona bening yang tegas dan zona bening keabu-abuan. Hal ini mungkin menunjukkan infusum daun sirih bisa membunuh dan menghambat aktivitas Staphylococcus aureus.24


(57)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap daya hambat infusum daun sirih terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat disimpulkan bahwa :

• Infusum daun sirih mempunyai daya hambat aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus.

• Makin tinggi konsentrasi infusum daun sirih ( 20% > 10% > 5% ), makin besar daya hambat yang dilakukan terhadap Staphylococcus aureus.

6.2 Saran

Saran kepada para peneliti yang akan datang :

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari MIC (Minimal Inhibatory Concentration) terhadap sediaan daun sirih dengan metode dillution.

• Perlu dilakukan penelitian tentang pemakaian daun sirih dalam hubungannya dengan jaringan periodontal, misalkan apakah dapat menyebabkan iritasi dalam rongga mulut.


(58)

mengetahui efek antibakteri sediaan daun sirih terhadap bakteri lain dalam rongga mulut sehingga diketahui konsentrasi yang dapat digunakan secara klinis dan akhirnya daun sirih dapat dikembangkan sebagai alternatif obat kumur.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

1. Monroy TB, Maldonado VM, Martinez FF, et al. Candida albicans, staphylococcus aureus and Streptococcus mutans colonization in patients wearing dental prosthesis. Med Oral and Oral Patol Oral Cir Bucal. 2005;10: 27-39.

2. Prijantojo. Peranan Chlorhexidine terhadap Kelainan Gigi dan Rongga Mulut. Cermin Dunia Kedokteran 1996 ; 133 : 33 – 5.

3. Yilmaz HH, Aydin Ü, Ìpek C. Is Denture Stomatitis Related With Dental Hygiene? Kusadaki 2002 ; 44 (4) : 412 – 2.

4. Smith AJ, Jackson MS, Bagg J. The ecology of Staphylococcus species in oral cavity. Glasgow, 2001; 940 – 6.

5. Forbes BA, Sahm DF, Weissfeld AS. Bailey & Scott's Diagnostic Microbiology 12th

6. Sato M, Tsuchiya H, Akagiri M, Takagi N, Linuma M. Growth inhibition of oral bacteria related to denture stomatitis by anti-candidal chalcones.

Australian Dental Journal. 1995 ; 42(5) : 343 – 3. Edition. Missouri, 2007; 254 – 10.

7. Matsuura T, Kohada A, Yamamoto T, Miyake Y, Akagawa Y, Suginaka H, Tsuru H. High incidence of Staphylococcus aureus from dentures and tongues of maxillary resection patients. Oral Microbiology and Immunology. 1997 ; 12(6) : 354 – 3.

8. Koopmans ASF, Kippuw N, de Graaf J. Bacterial involvement in

Dentureinduced Stomatitis. Journal of Dental Research. 1988 ; 67(9) : 1246 – 4.

9. Anonymous. Listerine product knowledge.

Desember 2008.

10.Prijantojo. Antiseptik sebagai obat kumur-peranannya terhadap pembentukan plak gigi dan radang gusi. Cermin Dunia Kedokteran 1996; 113: 28 – 5. 11.Anonymous. Betadine gargle and mouthwash.

12.Rianti D, Yogyarti S. Antimicrobial effects of Coleus amboinicus, Lour folium infusum towards Candida albicans and Streptococcus mutans. Dent J 2006; 39(1): 12-5.

13.Heyne K. Tumbuhan Berguna Indonesia. 2nd 14.Rien K. Mimisan dan fenomena sirih. 2006.

ed. Jakarta: Departemen Kehutanan, 1987:950.


(60)

ke masa ). Jakarta: Agromedia Pustaka, 2003: 9.

16.Hasem D. Daun Sirih sebagai antibakteri pasta gigi. 2003.

Desember 2008).

17.Nalina T, Rahim ZHA. The crude aqueous extract of Piper betle L. and its antibacterial effect towards Streptococcus mutans. Am J Biochem & Biotech, 2007; 3(1): 10-5.

18.Mitchell SA, Ahmad MH. A review of medicinal plant research at the

University of the West Indies, Jamaica, 1948-2001. West Indian Med J 2006; 54(4): 243-63.

19.Jenie BSL, Andarwulan N, Puspitasari-Nienaber NL, Nuraida L. Antimicrobial activity of Piper betle Linn extract towards foodnorne pathogens and food spoilage microorganisms. IFT Annual Meeting 2001. 20.Dian AW. Perbedaan khasiat antibakteri bahan irigasi antara Hydrogen

Peroksida 3% dan infusum daun sirih 20% terhadap bakteri mix. Dent J. 2005;38(1):45-7.

21.Anonymous. Piper betle From Wikipedia, the free encyclopedia. 2007.

22.Diyah T. Daun Sirih mengobati mimisan sampai keputihan. 2003.

(12 Desember 2008).

23.Parmar VS, Jain SC, Gupta S. Polyphenols and alcaloids from Piper species. Phytochemistry 1998; 49(4):1069-78.

24.Ramji N, Ramji N, Iyer R, Chandrasekaran S. Phenolics antibacterial from Piper betle in the prevention of halitosis. J Ethnopharmacol 2002,83:149-52. 25.White I, Oshima L, Leswana ND. Antimicrobial activity Micro propagation

Peperomia tetraphylia. Journal of Medicine, 2007; 1(1).

26.Anonymous. Staphylococcus aureus From Wikipedia, the free encyclopedia.

2007.

27.Samaranayake L. Essensial Microbiology for Dentistry. China 2002 ; 11 (3) : 118 – 2.

28.Brooks GF, Butel JS, Carroll KC, Morse SA. Jawetz, Melnick, & Adelberg's Medical Microbiology, 24th

29.Humpreys H. Staphylococcus. In: Greenwood D, Slack RCB, Peutherer JF, eds. Medical Microbiology. A guide to microbial infections: pathogenesis, immunity, laboratory diagnosis and control. Philadelphia: Churchill Livingstone, 2002:168.

Ed. USA 2007 ; 224 – 7.

30.Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Mikrobiologi Kedokteran. Alih Bahasa. Mudihardo E, Kuntaman, Wasito EB, Mertaniasih NM, Harsono S, Alimsardjono L. Jakarta: Salemba Medika, 2001:318.

31.Koneman EW, Allen SD, Dowell VR, Sommers HM. Color atlas and textbook of diagnostic microbiology. 2nd ed. Philadelphia: JB Lippincott Company, 1983 ; 264,284-5.


(61)

32.Mosby E. Mosby's Comprehensive Review of Dental Hygiene. Missouri 2006 ; 355.

33.Male D, Brostoff J, Roth DB, Roitt I. Immunology 7th 34.Sciubba JJ. Denture Stomatitis.

Ed. China 2006 ; 266, 272.

35.Rogers C. What are the differents types of mouthwash?.


(62)

Lampiran 1 : Alur Penelitian

1. Denture Stomatitis

2. Pembuatan infusum daun sirih Daun Sirih 50gr + 950ml aquadest Daun Sirih 100gr + 900ml aquadest Daun Sirih 200gr + 800ml aquadest

Perebusan menggunakan pemanasan uap

Sehingga mencapai suhu 90˚C

Hasil disaring Denture Stomatitis Candida albicans Staphylococcus aureus Streptococcus mutans


(63)

3. Peremajaan bakteri Staphylococcus aureus

4. Uji efektifitas antibakeri dengan menggunakan metode difusi menggunakan cakram

4.1. Penetesan cakram kosong Bahan coba

Dengan menggunakan pipet mikro

Didiamkan selama 60 menit

Staphylococcus aureus

Disebarkan pada media MSA

Diinkubasi selama 24jam pada suhu 37˚C Diambil 1-2 ose


(64)

4.2. Penyimpanan bakteri

4.3. Peletakan cakram pada media Blood Agar

Cakram yang telah ditetesi bahan coba

Diletakkan pada media Blood Agar yang telah

Media dimasukkan kedalam inkubator dengan suhu 37˚C dan diamati setelah Staphylococcus aureus

Diambil 1-2 ose

Disuspensikan pada larutan NaCl 8,5% hingga kekeruhannya sama dengan Standard MacFarland 0,5

Diusapkan secara merata pada media Blood Agar dan dibiarkan selama 30 menit


(65)

4.4. Pengukuran zona hambat

Setelah 24jam, diukur zona hambat yang terjadi disekeliling cakram dengan kaliper

Pencatatan data

Uji statistik

Hasil


(66)

Lampiran 2 : Tabel Hasil Penelitian

TABEL HASIL PENELITIAN

MEDIA (cm)

I II III IV V

JUMLAH (cm)

JUMLAH 5 (cm)

DS (%)

5 1,30 1,26 1,35 1,33 1,40 6.64 1,33 10 1,63 1,66 1,72 1,60 1,68 8,29 1,66 20 1,90 1,97 1,98 1,95 2,04 9,84 1,97 Etanol 96% 0,47 0,91 0,92 0,88 1,04 4,20 0,84

DSK 0 0,45 0,48 0,46 0,49 1,88 0,38

TABEL RATA-RATA

DAUN SIRIH (%)

5 10 20 Etanol 96% DSK

RATA-RATA (cm)


(67)

Lampiran 3. Hasil Uji Statistik daya hambat infusum daun sirih dan kontrol.

Means

Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total N Percent N Percent N ZONAHAMBAT *

KELOMPOK 25 100.0% 0 .0% 25

Report

ZONAHAMBAT

KELOMPOK Mean N Std. Deviation

1 1.3280 5 .05263

2 1.6580 5 .04604

3 1.9680 5 .05070

4 .8440 5 .21778

5 .3760 5 .21078

Total 1.2348 25 .59426

One Way Anova

ANOVA

ZONAHAMBAT

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 8.078 4 2.020 101.668 .000 Within Groups .397 20 .020


(68)

Post Hoc Test

Multiple Comparisons

Dependent Variable: ZONAHAMBAT LSD

(I) KELOMPOK (J) KELOMPOK

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 1 2 -.33000(*) .08914 .001 -.5159 -.1441

3 -.64000(*) .08914 .000 -.8259 -.4541 4 .48400(*) .08914 .000 .2981 .6699 5 .95200(*) .08914 .000 .7661 1.1379 2 1 .33000(*) .08914 .001 .1441 3 -.31000(*) .08914 .002 -.4959 -.1241 4 .81400(*) .08914 .000 .6281 .9999 5 1.28200(*) .08914 .000 1.0961 1.4679

3 1 .64000(*) .08914 .000 .4541 .8259 2 .31000(*) .08914 .002 .1241 .4959 4 1.12400(*) .08914 .000 .9381 1.3099 5 1.59200(*) .08914 .000 1.4061 1.7779 4 1 -.48400(*) .08914 .000 -.6699 -.2981 2 -.81400(*) .08914 .000 -.9999 -.6281 3 -1.12400(*) .08914 .000 -1.3099 -.9381 5 .46800(*) .08914 .000 .2821 .6539 5 1 -.95200(*) .08914 .000 -1.1379 -.7661 2 -1.28200(*) .08914 .000 -1.4679 -1.0961 3 -1.59200(*) .08914 .000 -1.7779 -1.4061 4 -.46800(*) .08914 .000 -.6539 -.2821 * The mean difference is significant at the .05 level.


(1)

3. Peremajaan bakteri Staphylococcus aureus

4. Uji efektifitas antibakeri dengan menggunakan metode difusi menggunakan

cakram

4.1. Penetesan cakram kosong

Bahan coba

Dengan menggunakan pipet mikro

Didiamkan selama 60 menit

Staphylococcus aureus

Disebarkan pada media MSA

Diinkubasi selama 24jam pada suhu 37

˚C

Diambil 1-2 ose


(2)

4.2. Penyimpanan bakteri

4.3. Peletakan cakram pada media Blood Agar

Cakram yang telah ditetesi bahan

coba

Diletakkan pada media

Staphylococcus aureus

Diambil 1-2 ose

Disuspensikan pada larutan NaCl 8,5% hingga

kekeruhannya sama dengan Standard MacFarland 0,5

Diusapkan secara merata pada media Blood Agar

dan dibiarkan selama 30 menit


(3)

4.4. Pengukuran zona hambat

Setelah 24jam, diukur zona hambat yang terjadi

disekeliling cakram dengan kaliper

Pencatatan data

Uji statistik

Hasil


(4)

Lampiran 2 : Tabel Hasil Penelitian

TABEL HASIL PENELITIAN

MEDIA (cm)

I

II

III

IV

V

JUMLAH

(cm)

JUMLAH

5

(cm)

DS

(%)

5

1,30

1,26

1,35

1,33

1,40

6.64

1,33

10

1,63

1,66

1,72

1,60

1,68

8,29

1,66

20

1,90

1,97

1,98

1,95

2,04

9,84

1,97

Etanol 96%

0,47

0,91

0,92

0,88

1,04

4,20

0,84

DSK

0

0,45

0,48

0,46

0,49

1,88

0,38

TABEL RATA-RATA

DAUN SIRIH (%)

5

10

20

Etanol 96%

DSK

RATA-RATA (cm)


(5)

Lampiran 3. Hasil Uji Statistik daya hambat infusum daun sirih dan kontrol.

Means

Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N

ZONAHAMBAT *

KELOMPOK 25 100.0% 0 .0% 25

Report

ZONAHAMBAT

KELOMPOK Mean N Std. Deviation

1 1.3280 5 .05263

2 1.6580 5 .04604

3 1.9680 5 .05070

4 .8440 5 .21778

5 .3760 5 .21078

Total 1.2348 25 .59426

One Way Anova

ANOVA

ZONAHAMBAT

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 8.078 4 2.020 101.668 .000

Within Groups .397 20 .020


(6)

Post Hoc Test

Multiple Comparisons

Dependent Variable: ZONAHAMBAT LSD

(I) KELOMPOK (J) KELOMPOK

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

1 2 -.33000(*) .08914 .001 -.5159 -.1441

3 -.64000(*) .08914 .000 -.8259 -.4541

4 .48400(*) .08914 .000 .2981 .6699

5 .95200(*) .08914 .000 .7661 1.1379

2 1 .33000(*) .08914 .001 .1441

3 -.31000(*) .08914 .002 -.4959 -.1241

4 .81400(*) .08914 .000 .6281 .9999

5 1.28200(*) .08914 .000 1.0961 1.4679

3 1 .64000(*) .08914 .000 .4541 .8259

2 .31000(*) .08914 .002 .1241 .4959

4 1.12400(*) .08914 .000 .9381 1.3099

5 1.59200(*) .08914 .000 1.4061 1.7779

4 1 -.48400(*) .08914 .000 -.6699 -.2981

2 -.81400(*) .08914 .000 -.9999 -.6281

3 -1.12400(*) .08914 .000 -1.3099 -.9381

5 .46800(*) .08914 .000 .2821 .6539

5 1 -.95200(*) .08914 .000 -1.1379 -.7661

2 -1.28200(*) .08914 .000 -1.4679 -1.0961 3 -1.59200(*) .08914 .000 -1.7779 -1.4061

4 -.46800(*) .08914 .000 -.6539 -.2821