4. Masyarakat Sedulur Sikep
Kaum “samin” Sedulur Sikep adalah salah satu suku asli Propinsi Jawa Tengah. Selain suku Jawa sebagai mayoritas, namun orang
Samin juga mengidamkan kejujuran. Istilah Samin diplesetkan oleh masyarakat umum dengan kata nyamen, sebuah istilah yang diidentikkan
dengan perbuatan yang menyalahi tradisi kebiasaan. Menurut masyarakat Samin, kata “samin” memiliki pengertian “sama” yakni bila semua anak
cucu dapat bersama-sama membantu membela negara dan menentang penjajah, maka akan diperoleh kesejahteraan Kardi dalam Rosyid,
2008:4. Istilah Samin digeser oleh pengikutnya, dengan asumsi istilah
tersebut bertendensi negatif, sehingga kelompok Samin menamakan Sedulur Sikep
dilatarbelakangi beberapa pertimbangan, pertama, karena mendapat tekanan dari penjajah Belanda, dipimpin oleh seorang Kiai
Samin Surosentiko Raden Kohar yang semula adalah pujangga Jawa pesisiran pasca Ronggowarsito menyamar sebagai petani untuk
menghimpun kekuatan melawan Belanda. Pada tahun 1890 mengajarkan ajaran Samin di Desa
Klopodhuwur, Blora, Jawa Tengah dan pada tahun 1905 karena banyaknya pengikut, mereka mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Namun pada
tahun 1907 Kiai Samin Surosentiko dibawa Belanda ke Rembang beserta delapan pengikutnya di Sawahlunto, Padang, Sumatera Barat dan wafat
pada tahun 1914 sebagai tawanan. Dengan kejadian tersebut, istilah
Samin dianggap kelompok pembangkang oleh Belanda dan meluas pada masyarakat umum.
Kedua, julukan yang diberikan oleh aparat desa di wilayah Blora
bagian selatan dan wilayah Bojonegoro pada tahun 1903-1905 sebagai embrio Samin pertama karena tindakan Samin yang menentang aparat
desa dengan cara tidak membayar pajak dan memisahkan diri dari masyarakat umum, dengan penolakan itulah muncul kata nyamen.
Ketiga, sebagai sarana dalam menjalin komunikasi dengan
sesama penganutnya dan pihak yang membutuhkan informasi sebagai wujud simbolisasi penanaman diri dengan filosofi bahwa munculnya
kelahiran kehidupan manusia berawal dari proses sikep atau berdekapan atau proses menanak nasi secara tradisional melalui proses nyikep.
Keempat, menurut Amrih Widodo dalam Rosyid, 2008:5 kata
“sikep” merupakan cara untuk melawan atau menghindari penanaman dengan kata “samin” akibat konotasi negatif yang dilekatkan pada kata
tersebut Samin selama bertahun-tahun, terutama ketika wacana Saminisme makin dipisahkan dari semangat gerakan perlawanan petani.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian dalam landasan teori, maka disusun kerangka berpikir mengenai partisipasi politik masyarakat Sedulur Sikep Desa
Karangrowo Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus. Partisipasi politik merupakan tidak hanya kegiatan yang oleh pelakunya sendiri dimaksudkan
untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah, akan tetapi juga kegiatan oleh orang lain di luar si pelaku dimaksudkan untuk mempengaruhi
pengambilan keputusan pemerintah Huntington, 1994:9.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Dinamika Politik
Musyawarah untuk Mufakat
Pengambilan Keputusan Kebijakan
Pelaksanaan Pemilu
Partisipasi Politik Masyarakat Sedulur Sikep
Masyarakat Sedulur Sikep Sadar Politik