BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Landasan Teori
1. Partisipasi Politik
a. Pengertian Partisipasi Politik
Partisipasi politik yang meluas merupakan cirri khas modernisasi politik. Di dalam masyarakat tradisional, pemerintahan dan
politik biasanya hanya merupakan satu golongan elit yang kecil. Faulks 2010: 226 menjelaskan partisipasi politik adalah
keterlibatan aktif individu maupun kelompok dalam proses pemerintahan yang berdampak pada kehidupan mereka. Hal ini meliputi
keterlibatan dalam pembuatan keputusan maupun aksi oposisi. Dalam hal ini partisipasi politik merupakan proses aktif: seseorang mungkin
menjadi anggota sebuah partai atau kelompok penekan, namun tidak memainkan peran aktif dalam kegiatan organisasi. Tindakan
keterlibatan aktif termasuk partisipasi politik konvensional seperti memberikan suara maupun menduduki jabatan tertentu, berkampanye
untuk sebuah partai politik. Partisipasi politik merupakan tidak hanya kegiatan yang oleh
pelakunya sendiri dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan
keputusan pemerintah, akan tetapi juga kegiatan oleh orang lain di luar si pelaku dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan
pemerintah Huntington, 1994: 9.
b. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik
Bentuk-bentuk partisipasi politik menurut Huntington dan Joan Nelson 1994:16-18, yaitu:
a. Kegiatan pemilihan, mencakup suara, akan tetapi juga sumbangan-
sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan dibagi seorang calon, atau setiap tindakan yang
bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan. b.
Lobbying, mencakup upaya-upaya perorangan atau kelompok untuk menghubungi pejabat-pejabat pemerintah dan pemimpin-pemimpin
politik dengan maksud mempengaruhi keputusan-keputusan mereka mengenai persoalan-persoalan yang menyangkut sejumlah besar
orang. c.
Kegiatan organisasi, menyangkut partisipasi sebagai anggota atau pejabat dalam suatu organisasi yang tujuannya yang utama dan
ekplisit adalah mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. d.
Mencari koneksi contacting, merupakan tindakan perorangan yang ditujukan terhadap pejabat-pejabat pemerintah dan biasanya dengan
maksud memperoleh manfaat bagi hanya satu orang atau segelintir orang saja.
e. Tindak Kekerasan Violence juga merupakan suatu bentuk
partisipasi politik, dan untuk keperluan analisa ada manfaatnya untuk mendefinisikannya sebagai suatu kategori tersendiri: artinya sebagai
upaya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah dengan jalan menimbulkan kerugian fisik terhadap orang-orang atau
harta benda. Kekerasan dapat ditujukan untuk mengubah pimpinan politik kudeta, pembunuhan, mempengaruhi kebijaksanaan-
kebijaksanaan pemerintah
huru-hara, pemberontakan,
atau mengubah seluruh sistem politik revolusi.
Almond bentuk partisipasi politik dibagi menjadi dua, yaitu: a.
Partisipasi Konvensional. Yang berupa pemberian suara, diskusi politik, kegiatan kampanye, membentuk dan bergabung dalam
kelompok kepentingan serta komunikasi individual dengan pejabat politik dan administrative.
b. Partisipasi Non Konvensional. Yang berupa pengajuan petisi,
berdemonstrasi, konfrontasi, mogok, tindak kekerasan terhadap hartamanusia, serta perang gerilya dan revolusi.
Milbrath dan Goel membedakan partsipasi politik menjadi empat kategori, yaitu:
a. Apatis, artinya orang tidak mau terlibat dalam politik dan menraik
diri dari proses politik. b.
Spektator, artinya bahwa orang setidak-tidaknya ikut memilih dalam pemilihan umum.
c. Gladiator, orang yang secara aktif terlibat dalam proses politik.
d. Pengritik, orang menyoroti serta mengoreksi tindakan pemerintah.
c. Motif dan Fungsi Partai Politik