Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan (Studi Kasus di Desa Pulau Kumpai Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi)

(1)

PERANAN PEMERINTAH DESA UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN

(Studi Kasus di Desa Pulau Kumpai Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi)

Skripsi

DI SUSUN O

L E H

060903003 EFRIADI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan KaruniaNya sampai saat ini penulis masih diberikan kesehatan dan semangat yang luar biasa sehingga berhasil menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “Peranan Pemerintah Desa untu Meningkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan”.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik. Penulis telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik moriil dan materiil. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. DR. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. DR. Marlon Sihombing, MA selaku ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosila dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Beti Nasution, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Dahlia Hafni Lubis selaku dosen pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis sejak awal hingga selesainya skripsi ini.


(3)

5. Bapak Drs. Husni Thamrin, M.Si,, selaku dosen penguji yang telah banyak membantu dan memberikan masukan dan saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada Kak Mega, Kak Dian serta Bang Mul selaku pegawai pendidikan Fisip USU ang selalu membantu penulis dalam urusan administrasi yang berhubungan dengan perkuliahan maupun skripsi.

7. Dosen-dosen dan Staf Administrasi Ilmu Administrasi Negara yang telah banyak membantu dan memberikan saran dalam membantu kelancaran proses pembuatan skripsi ini.

8. Kedua orang tua ku tercinta, Masri dan Rosmiati yang selalu mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terutama untuk mama yang dengan keikhlasan dan kesabarannya yang telah banyak memberikan dukungan moriil dan materiil serta selalu setia menemani penulis mengerjakan skripsi sampai larut malam. I

Love You (Aku bangga jadi putra kalian).

9. Pak Hanapius selaku Kepala Desa Pulau Kumpai, yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Mayarakat Desa Pulau Kumpai yang telah banyak membantu dan memberikan data-data kepada penulis mengenai skripsi ini.

11.Harnawaty, SEI yang selalu setia mendampingi penulis dan tidak bosan-bosannya memberikan motivasi semoga selalu bersama ya…

12.Elida, S.Sos yang dengan keikhlasan dan kesabarannya telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Maaf kalau selama ini penulis telah banyak merepotkan.


(4)

13.Sahabat-sahabat ku, Jhoan dan Sahrifin, yang telah banyak memberikan dukungan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih karena kalian telah setia menemani penulis di saat suka dan duka selama ini. semangat yang mengerjakan skripsinya. Dan teman-teman seperti Hariono, Julian, Boy (Syafrizal), terima kasih atas bantuannya selama ini. Serta seluruh stambuk 2006 yang tidak bisa penulis jabarkan satu per satu.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam meyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa yang digunakan, untuk itu penulis memohon maaf atas kurang kesempurnaannya skripsi ini dan kiranya skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kepada Allah SWT penulis mohonkan segala bantuan dan kebaikan yang telah penulis terima akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin….

Medan, Agustus 2010

Hormat saya,


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAK ... ix

BAB I PENDAHULUAN……… ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Kerangka Teori ... 10

1. Peranan Pemerintah Desa ... 10

1.1Peranan ... 10

1.2Pemerintah Desa ... 11

2. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan ... 18

2.1 Partisipasi Masyarakat ... 18

2.2 Pembangunan ... 26

F. Defenisi Konsep ... 28

G. Defenisi Operasional ... 29

H. Sistematika Penulisan ... 31

BAB II METODOLOGI PENELITIAN……… ... 32

A. Bentuk Penelitian ... 32

B. Lokasi Penelitian ... 32

C. Informan ... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Teknik Analisa Data ... 35


(6)

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

B. Pemerintahan Desa Pulau Kumpai ... 37

C. Latar Belakang Sosial Budaya ... 39

D. Sarana dan Prasarana ... 39

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pelaksanaan Penelitian ... 42

C. Hasil Wawancara ... 43

1. Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan ... 44

1.2Fungsi Instruksi ... 44

1.3Fungsi Konsultatif ... 45

1.4Fungsi Partisipasi ... 47

1.5Fungsi Delegasi ... 49

2. Partisipasi Masyarakat ... 51

2.1Wujud atau dimensi partisipasi yang diberikan oleh masyarakat ... 51

2.2Keterlibatan masyarakat dalam penertapan kebijakan pembangunan daerah ... 53

2.3Kesesuaian pembangunan daerah yang akan dilakukan dengan kebutuhan masyarakat ... 55

2.4Kerjasama antara pemerintah desa dengan masyarakat dalam proses pelaksanaan pembangunan ... 57

BAB V ANALISA DATA………. 59

A. Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan……… 59

1. Fungsi Intruksi………... 60

2. Fungsi Konsultatif ………. 62

3. Fungsi Partisipasi……… 63


(7)

B. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan……….. 66

1. Wujud atau dimensi partisipasi yang diberikan oleh masyarakat.. 66

2. Keterlibatan masyarakat dalam penetapan kebijakan pembangunan daerah………. 68

3. Kesesuaian pembangunan daerah yang akan dilakukan dengan kebutuhan masyarakat………. 69

4. Kerjasama antara pemerintah desa dengan masyarakat dalam proses pelaksanaan pembangunan………. 71

BAB VI KESIMPULAN DAN SASARAN………... 73

A. Kesimpulan………. 73

B. Saran………... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

ABSTRAK

PERANAN PEMERINTAH DESA UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN

(Studi Kasus di Desa Pulau Kumpai Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi)

Nama : Efriadi NIM : 060903003

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Dra. Dahlia Hafni Lubis

Kebijakan otonomi daerah memberikan wewenang kepada daerah untuk mengurus dan mengatur kebutuhan masyarakat daerahnya menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakatnya. dalam penelitian ini akan difokuskan pada daerah pedesaan, dimana perannya pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakatnya dalam pembangunan. Pemerintah desa diakui oleh masyarakat sebagai pemimpin yang paling berperan dalam pemerintahan desa.

Peranan pemerintah desa dalam pembangunan desa dalam otonomi daerah sangat penting, dimana pemerintah daerah dituntut untuk membangun daerahnya sendiri tanpa menunggu program pembangunan dari pusat.

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang berusaha menggambarkan fenomena yang dimaksudkan. data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan key informan yaitu kepala desa, sekretaris desa dan ketua BPD dan

informan utama yang berjumlah 3 orang masyarakat yang berperan dan terlibat langsung

dalam pelaksanaan pembangunan desa. Yang kemudian data-data yang diperoleh kemudian dianalisis dan selanjutnya diinterpretasikan dan kemudian ditarik sesuatu kesimpulan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pada desa Pulau Kumpai. Karena peranan pemerintah desa sangat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Dari hasil penelitian yang diperoleh ternyata peranan pemerintah desa dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan tidak merujuk kepada program-program dan tugas serta fungsi pemerintah desa itu sendiri, hal ini dapat dilihat dari partisipasi masyarakat yang masih rendah di desa Pulau Kumpai, dan hasil pembangunan yang dilaksanakanpun masih kurang maksimal serta kurang bermanfaat bagi masyarakat desa Pulau Kumpai.


(9)

ABSTRAK

PERANAN PEMERINTAH DESA UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN

(Studi Kasus di Desa Pulau Kumpai Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi)

Nama : Efriadi NIM : 060903003

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Dra. Dahlia Hafni Lubis

Kebijakan otonomi daerah memberikan wewenang kepada daerah untuk mengurus dan mengatur kebutuhan masyarakat daerahnya menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakatnya. dalam penelitian ini akan difokuskan pada daerah pedesaan, dimana perannya pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakatnya dalam pembangunan. Pemerintah desa diakui oleh masyarakat sebagai pemimpin yang paling berperan dalam pemerintahan desa.

Peranan pemerintah desa dalam pembangunan desa dalam otonomi daerah sangat penting, dimana pemerintah daerah dituntut untuk membangun daerahnya sendiri tanpa menunggu program pembangunan dari pusat.

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang berusaha menggambarkan fenomena yang dimaksudkan. data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan key informan yaitu kepala desa, sekretaris desa dan ketua BPD dan

informan utama yang berjumlah 3 orang masyarakat yang berperan dan terlibat langsung

dalam pelaksanaan pembangunan desa. Yang kemudian data-data yang diperoleh kemudian dianalisis dan selanjutnya diinterpretasikan dan kemudian ditarik sesuatu kesimpulan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pada desa Pulau Kumpai. Karena peranan pemerintah desa sangat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Dari hasil penelitian yang diperoleh ternyata peranan pemerintah desa dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan tidak merujuk kepada program-program dan tugas serta fungsi pemerintah desa itu sendiri, hal ini dapat dilihat dari partisipasi masyarakat yang masih rendah di desa Pulau Kumpai, dan hasil pembangunan yang dilaksanakanpun masih kurang maksimal serta kurang bermanfaat bagi masyarakat desa Pulau Kumpai.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya pencapaian kesejahteraan masyarakat dilalui dengan jalan perubahan-perubahan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya, perubahan tersebut dilakukan melalui pembangunan, tujuan pembangunan masyarakat ialah perbaikan kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan masyarakat, sehingga kemiskinan dan lingkungan hidup masyarakat mengalami perubahan.

Pembangunan biasanya didefinisikan sebagai rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu Negara atau bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa, misalnya pembangunan dibidang ekonomi, apabila pembangunan ekonokmi telah berjalan dengan baik maka pembangunan dibidang lain akan berjalan dengan baik. (Siagian, 2000:4)

Suatu skema baru otonomi daerah yang didalamnya termuat semangat melibatkan masyarakat, dengan menekankan bahwa kualitas otonomi daerah akan ditentukan oleh sejauh mana keterlibatan masyarakat, maka dengan sendirinya harus adanya seluruh aspirasi masyarakat semenjak dini (Abe, 2005)

Lahirnya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah merupakan langkah baru untuk membenahi penyelenggaraan pemerintah, melalui otonomi dan desentralisasi yang diharapkan mampu melahirkan partisipasi aktif masyarakat dan menumbuhkan kemandirian pemerintah daerah.


(11)

Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah juga harus ada sebab masyarakat adalah pemilik kedaulatan, masyarakat adalah membayar pajak dan masyarakat adalah subjek dalam pembangunan. Selain itu, program-program yang di rumuskan dan dilaksanakan secara partisipasi turut memberikan kesempatan secara langsung kepada masyarakat dalam perencanaan yang menyangkut kesejahteraan mereka dan melaksanakan sendiri serta memetik hasil program yang dicapai.

Dalam pembangunan, partisipasi masyarakat merupakan salah satu elemen proses pembangunan desa, oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam pembangunan perlu dibangkitkan terlebih dahulu oleh pihak lain seperti pemerintah desa, sehingga dengan adanya keterlibatan pemerintah desa besar kemungkinan masyarakat akan merasa diberi peluang atau kesempatan ikut serta dalam pembangunan, karena pada dasarnya menggerakkan partisipasi masyarakat desa merupakan salah satu sasaran pembangunan desa itu sendiri.

Masyarakat sebagai objek pembangunan berarti masyarakat terkena langsung atas kebijakan dan kegiatan pembangunan. Dalam hal ini perlu ikut masyarakat dilibatkan baik dari segi formulasi kebijakan maupun aplikasi kebijakan tersebut, sebab merekalah yang dianggap lebih tahu kondisi lingkungannya.

Dimana dominasi Negara berubah menjadi institusi lokal, untuk itu peran serta langsung masyarakat sangat diperlukan dan terus diperkuat dan diperluas. Dengan demikian istilah partisipasi tidak sekedar menjadi retorika semata tetapi diaktualisasikan secara nyata dalam berbagai kegiatan dan pengambilan kebijakan pembangunan.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan mutlak diperlukan, tanpa adanya partisipasi masyarakat pembangunan hanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek semata. Salah satu kritik adalah masyarakat merasa “tidak memiliki” dan “acuh tak acuh”


(12)

terhadap program pembangunan yang ada. Penempatan masyarakat sebagai subjek pembangunan mutlak diperlukan sehingga masyarakat akan dapat berperan serta secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi pembangunan, terlebih apabila kita akan melakukan pendekatan pembangunan dengan semangat kualitas.

Masyarakat lokal menjadi bagian yang paling memahami keadaan daerahnya tentu akan memberikan masukan yang sangat berharga. Masyarakat lokal dengan pengetahuan serta pengalamannya menjadi modal yang sangat besar dalam melaksanakan pembangunan. Masyarakat lokallah yang mengetahui apa permasalahan yang di hadapi serta juga potensi yang dimiliki oleh daerahnya, bahkan pola mereka akan mempunyai “pengetahuan lokal” untuk mengatasi masalah yang dihadapi tersebut.

Partisipasi masyarakat memiliki banyak bentuk, mulai dari yang berupa keikutsertaan langsung masyarakat dalam program pemerintahan maupun yang sifatnya tidak langsung, seperti berupa sumbangan dana, tenaga, pikiran, maupun pendapat dalam pembuatan kebijakan pemerintah. Namun demikian ragam dan kadar partisipasi seringkali ditentukan secara massa yakni dari banyaknya individu yang dilibatkan. Padahal partisipasi masyarakat pada hakikatnya akan berkaitan dengan akses masyarakat untuk memperoleh informasi. Hingga saat ini partisipasi masyarakat masih belum menjadi kegiatan tetap dan terlembaga khsususnya dalam pembuatan keputusan. Sejauh ini, partisipasi masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan dalam pelaksanaan program-program atau kegiatan pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat pelaksanaan tapi juga mulai tahapan perencanaan bahkan pengambilan keputusan.


(13)

Keberhasilan penyelenggaraan otonomi masyarakat desa tidak terlepas dari partisipasi aktif anggota masyarakat. Di desa telah dibentuk pemerintah desa yaitu Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai wujud dari demokrasi yang berfungsi sebagai lembaga legislatif desa.

Secara historis desa merupakan embrio bagi terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia. Jauh sebelum Negara dan pemerintahan ini terbentuk, etensitas sosial sejenis desa atau masyarakat adat dan lain sebagainya, telah menjadi institusi sosial yang mempunyai posisi sangat penting. Mereka ini merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat sitiadat dan hukumnya sendiri yang mengakar kuat, secara relatif mandiri dari campur tangan etensitas kekuasaan dari luar. (Santoso, 2003:2)

Adanya kebijakan otonomi daerah telah memberikan kewenangan kepada daerah mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi yang berkembang pada masyarakat. Kebijakan tersebut memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta berpartisipasi dalam seluruh proses kebijakan pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan pengawasan.

Untuk mewujudkan kegiatan pembangunan yang lebih demokratis sebagai upaya dalam mendukung berjalannya roda pemerintahan, pemerintah pusat telah memberikan wewenang kepada daerah untuk lebih menentukan nasib pembangunan daerah itu sendiri melalui UU No. 32 Tahun 2004 tetang pemerintah daerah. Maksud dan tujuan Undang-Undang tersebut adalah menciptakan pemerataan pembangunan nasional dalam mengatasi kesenjangan antar daerah, karena dengan pembangunan daerah itulah yang akan dapat menjangkau pelosok negeri.


(14)

Konsekuensi implementasi otonomi daerah yang diamanatkan dalam UU No. 32 Tahun 2004 mengenai pemerintah desa, terdapat dalam pasal 206 yaitu mengenai urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup sebagai berikut:

1. Urusan pemerintah desa yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa.

2. Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa.

3. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan atau pemerintah/kabupaten/kota.

4. Urusan pemerintah lainya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.

Kemudian dalam pasal 208 terdapat tugas dan kewajiban kepala desa dalam memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Makna utama dari undang-undang ini bagi desa adalah kedudukan desa yang tidak lagi dibawah kecamatan. Desa adalah entitas politik yang otonom. Fungsi kecamatan dalam konteks ini adalah sekedar menjalankan fungsi administratif dan koordinatif di wilayah kecamatan, sesuai dengan status kecamatan yang tidak lagi menjadi sebuah wilayah kekuasaan melainkan sekedar sebagai perpanjangan dari kabupaten.

Pemerintah daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pemerintah daerah yang dimaksud adalah termasuk didalamnya pemerintah desa. Pemerintah desa diharapkan mampu membentuk daerah baik kemampuan ekonomi, potensi daerah, kependudukan, sosial politik maupun pertahanan dan keamanan. Disini jelas bahwa pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi penyelenggaraan


(15)

otonomi daerah perlu memperhatikan hubungan antar susunan pemerintahan dan antar Pemerintahan Daerah.

Hakikat otonomi daerah adalah efisiensi dan efektifitas dalam penyelenggaraan pemerintahan, yang ada pada akhirnya bernuansa pada pemberian pelayanan kepada masyarakat yang hakikatnya semakin lama semakin baik, disamping untuk memberi peluang peran serta masyarakat dalam kegiatan pemerintahan dan pembangunan secara luas dalam konteks demokrasi, dan bila dikaitkan dengan pemerintah desa yang keberadaanya adalah berhadapan langsung dengan masyarakat, maka sejalan dengan otonomi daerah yang dimaskud, upaya untuk memberdayakan pemerintah desa harus dilaksanakan, karena posisi pemerintah yang paling dekat masyarakat adalah pemerintah desa

Peran serta masyarakat dan partisipasinya dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan desa dari seluruh aspeknya, tidak akan dapat berjalan secara maksimal, bilamana pemerintah desa (Kepala Desa) sebagai orang yang terdepan dengan memiliki kewenangan untuk menggerakkan masyarakat sebagai administrator pembangunan besifat apatis atau acuh tak acuh terhadap kondisi masyarakatnya dan pemerintahannya, maka yang terjadi adalah kefakuman.

Dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2004 yaitu pada pasal 208 “Tugas dan kewajiban kepala desa dalam memimpin penyelenggaraan pemerintah desa diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah”. Peraturan Pemerintah tersebut terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang pemerintah desa yaitu pasal 8 yang isinya “Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa sebagaimana dimaksud


(16)

dalam pasal 7 huruf b adalah urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.

Dari ketentuan diatas, kiranya dapat disimpulkan bahwa pemerintah desa yaitu kepala desa adalah sebagai administrator pembangunan pada bidang pemerintahan, administrator pada bidang kemasyarakatan, administrator pada bidang ekonomi, administrator pada bidang keamanan dan ketertiban, dan administrator pada bidang-bidang hukum dan adat

Konsekuensi dari kenyataan tersebut, pemerintah desa (Kepala Desa) harus mampu memposisikan dirinya sebagai pemimpin masyarakat dalam berbagai bidang pembangunan dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat. Keadaan inilah yang terkadang kurang dipahami oleh pemerintah desa sehingga antara harapan masyarakat dengan kenyataan yang dihadapi tidak pernah bersentuhan, dengan kata lain antara ketentuan dengan rasa ego yang saling berhadapan.

Hal yang menarik dan sejauh pengamatan penulis di Desa Pulau Kumpai terlihat bahwa pemerintah desa (Kepala Desa) belum maksimal dalam melakukan fungsi motivator sebagai pemerintah desa. Dan keadaan yang terjadi di Desa Pulau Kumpai pemerintah desa yakni kepala desa sebagai motivator pemerintahan tidak terwujud di tengah-tengah masyarakat. Pelayanan akan kebutuhan masyarakat dalam bidang tidak terpusatkan kepada salah satu tempat strategis yang secara khusus sebagai tempat pelayanan.

Oleh karena itu berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan” (Studi Kasus di Desa Pulau Kumpai Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi)


(17)

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting agar di ketahui arah jalannya suatu penelitian. Batasan masalah bukan batasan pengertian. Tidak jarang mahasiswa yang mencampuradukkan kedua jenis batasan tersebut. Ada yang menganggap sebagai dua hal tetapi sama. Ada yang mengunakan secara tebalik. Batasan masalah merupakan sejumlah masalah yang merupakan pertayaan penelitian yang akan dicari jawabannya melalui penelitian. Dengan makna tersebut maka batasan masalah sebenarnya adalah batasan permasalahan. (Arikunto, 2005:14)

Berpangkal tolak dari latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Pulau Kumpai? 2. Bagaimana peran pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan di Desa Pulau Kumpai?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan di Desa Pulau Kumpai.

2. Untuk mengetahui peranan pemerintah desa dalam mendorong partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan di Desa Pulau Kumpai.


(18)

3. Untuk mengetahui faktor-fakor penghambat dan pendorong yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan di Desa Pulau Kumpai.

D. Manfaat Penelitian

Setelah selesai penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi kami sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan dalam penelitian ini. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Fakultas Ilmu Sosil dan Ilmu Politik dalam menambah bahan kajian perbandingan bagi yang mengunakannya.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran mengenai permasalahan dan juga masukan bagi pemerintah desa dan masyarakat di Kecamatan Pangean dalam melaksanakan pembangunan.

3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang berkepentingan terutama pemerintah desa dan masyarakat dalam pembangunan desa.

4. Bagi penulis, berguna untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan brfikir dan melatih penulis dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh selama masa perkuliahan


(19)

E. Kerangka Teori

Landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan yang sifatnya hanya coba-coba (trial and error). Adanya landasan teoritis merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data (Sugiyono, 2003:55)

Menurut Hoy dan Miskel (dalam Sugiyono, 2003:55), teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi.

Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam bagian ini penulis akan mengemukakan teori, pendapat, serta gagasan yang akan menjadi titik tolak landasan berfikir dalam penelitian ini, yaitu:

1. Peranan Pemerintah Desa

1.1 Peranan

Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989)

Menurut Soekanto (1990:268) peranan meliputi norma yang dihubungkan dengan posisi seseorang dalam masyarakat sebagai rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan sosial. Artinya adalah posisi yang dimiliki seseorang tersebut seperti kepala desa yang merupakan pemerintahan desa, dengan posisi tersebut pemerintah desa akan lebih memiliki wewenang untuk menegakkan peraturan-peraturan dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan undang-undang yang berlaku.


(20)

Adapun peranan seseorang seperti yang dikatakan oleh Levinson (1996:204) meliputi:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan disini di artikan sebagai rangkaian peraturan yang memimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial masyarakat.

Sedangkan menurut Veithzal Rivai (2004:148) peranan diartikan sebagai perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Selanjutnya menurut Ali (2000: 304) peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu peristiwa. Pendapat Ali tersebut mangandung maksud yaitu dengan adanya posisi tertentu maka seseorang yang lebih memiliki tanggungan dalam kehidupan sosial akan lebih besar peran dan tanggung jawabnya dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat yang dipimpinnya.

1.2 Pemerintah Desa

Dalam pemerintah daerah Kabupaten/Kota di bentuk pemerintahan desa yang terdiri dari kepala desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah desa. Perangkat desa terdiri dari Sekretaris Desa (SEKDES) dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari


(21)

pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan. pembentukan, penghapusan, dan penggabungan desa dengan memperhatikan asal usul dan prakarsa masyarakat. Desa di kabupaten secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemerintah desa bersama BPD yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (PERDA).

Kepala desa dipilih langsung oleh penduduk desa warga Negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihan diatur oleh Peraturan Daerah yang berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa ditetapkan sebagai kepala desa. Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum dapat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan diakui keberadaannya berlaku ketentuan, hukum adat istiadat setempat yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

Badan Permusyawaratan Desa atau disingkat dengan BPD berkedudukan sebaga unsur penyelenggara pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Anggota BPD terdiri dari ketua rukun warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh dan pemuka masyarakat lainya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

Badan Permusyarawatan Desa (BPD) berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Adapun wewenang BPD yaitu membahas rancangan peraturan desa dan peraturan kepala desa, mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa, membentuk panitia


(22)

pemilihan kepala desa, menggali menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat, dan menyusun tata tertib BPD

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) mempunyai hak, meminta keterangan kepada pemerintah desa, menyatakan pendapat. Anggota BPD mempunyai kewajiban mangamalkan pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan, melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, mempertahankan dan memilihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat, memproses pemilihan kepala desa, mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan, menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat, dan menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga masyarakat.

Pemerintah desa adalah unsur penyelenggaraan pemerintah desa, menurut Nurcholis (2005:138) pemerintah mempunyai tugas pokok:

1. Melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum, membangun dan membina masyarakat

2. Menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten

Dari tugas pokok tersebut lahirlah fungsi pemerintah desa yang berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsi pemerintah desa merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antar individu didalam situasi sosial suatu kelompok masyarakat (Rivai, 2004:53)


(23)

Adapun fungsi pemerintah desa secara operasional dapat dibedakan dalam fungsi pokok, yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi Instruktif

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemerintah sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana pemerintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.

2. Fungsi Konsultatif

Fungsi ini digunakan sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan sebagai usaha untuk menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan mungkin perlu konsultasi dengan masayarakat-masyarakat yang di pimpinnya. 3. Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi ini pemerintah desa berusaha mengaktifkan masyarakatnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain.

4. Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan pemerintah. Fungsi delegasi ini pada dasarnya berarti kepercayaan.

5. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengantar aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam. Koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.


(24)

Dalam melaksankan fungsi pengendalian pemimpin dapat mewujudkannya melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.

Berdasarkan pasal 14 dan 15 Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 bahwa pemerintah desa mempunyai tugas penyelenggaraan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Pertama, urusan pemerintahan yang dimaksud adalah pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan Badan Usaha Milik Desa, kerjasama antar desa. Kedua, urusan pembangunan yang dimaksud adalah pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana fasilitas umum desa seperti jalan desa, jembatan desa, irigasi desa, pasar desa. Ketiga, urusan kemasyarakatan ialah pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan, adat istiadat.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas kepala desa mempunyai wewenang:

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD

b. Mengajukan rancangan pengaturan desa

c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD

d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mangenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD

e. Membina kehidupan masyarakat desa


(25)

g. Mengkoordinasi pembangunan desa secara partisipatif

h. Mewakili desanya didalam dan diluar pengendalian dan dapat menunjukan kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan

i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Seluruh fungsi pemerintah desa tersebut dilaksanakan atau diselenggarakan dalam aktivitas pemerintah desa secara integral.

Pelaksanaan berlangsung sebagai berikut:

1. Pemerintah desa berkewajiban manjabarkan program kerja

2. Pemerintah desa harus berusaha mengembangkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat

3. Pemerintah desa harus berusaha memberikan petunjuk yang jelas

4. Pemerintah desa harus mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan masalah sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing

5. Pemerintah desa harus mampu mengembangkan kerjasama yang harmonis

6. Pemerintah desa harus mampu menumbuh dan mengembangkan kemampuan memiliki tanggung jawab

7. Pemerintah desa harus mampu mendayagunakan pengawasan sebagai alat pengendali

Dari ketentuan diatas telah dijelaskan fungsi dan tugas pemerintah desa akan tetapi perlu diketahui bahwa pentingnya kerjasama dengan orang lain dalam rangka pencapaian tujuan, apakah itu tujuan individu atau kelompok. Berangkat dari


(26)

kenyataan bahwa secara interen dalam diri setiap manusia terdapat keterbatasan-keterbatasan, baik dalam arti fisik maupun intelektual. Dalam berbagai keterbatasan tersebut tidak memungkinkan seseorang manusia memuaskan segala keinginan, harapan, cita-cita dan kebutuhannya apabila bekerja sendirian tanpa bantuan oleh orang lain.

Dalam suatu masyarakat yang sederhana sekalipun, dalam keadaan mana tujuan yang hendak dicapai masih sederhana dan kebutuhan yang hendak dicapai tidak rumit, kerjasama dengan orang lain sudah dirasakan pentingnya.

Dalam hubungan ini perlu ditekankan bahwa masyarakat terdiri dari individu-individu yang mempunyai jati diri yang khas dengan cita-cita, harapan, keinginan dan kebutuhan yang berbeda, perbedaan tersebut harus diterima dan diakui sebagai kenyataan. Mengakui dan menerima kenyataan secara implisit juga berarti bahwa manusia merupakan makhluk yang dinamis. Salah satu implikasi dinamika itu ialah bahwa makin maju seseorang dan suatu masyarakat maka kebutuhannya pada giliranya menjadikan upaya pencapaiannya semakin sulit (Siagian, 2000:132).

Dua manisfestasi yang menonjol dari dinamika tersebut adalah sebagai berikut:

1. Semakin maju suatu masyarakat, mereka semakin sadar bahwa pemuasan kebutuhan yang bersifat fisik saja seperti sandang, pangan dan papan tidak lagi memadahi seperti kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan sosial, pengakuan akan harkat dan martabat, serta jaminan perolehan haknya terutama yang bersifat azasi.

2. Berkat keberhasilan suatu Negara menyelenggarakan pembangunan dibidang sosial budaya khususnya pendidikan, para warga Negara dan masyarakat semakin


(27)

cerdas sehingga membuat mereka semakin sadar akan hak dan kewajiban, meskipun harus diakui bahwa tidak sedikit diantara mereka yang cenderung lebih mengutamakan perolehan haknya dibandingkan dari kewajiban

Dari dua hal diatas terlihat bahwa dinamika masyarakat baik secara individu sebagai masyarakat dan akhirnya sebagai bangsa menuntut peningkatan peranan pemerintah desa dengan seluruh jajarannya untuk memainkan peranan secara proaktif dan menyelenggarakan fungsinya secara efisiensi dan efektif.

Untuk mewujudkan peranan pemerintah desa tersebut maka perlu dan harus melakukan komunikasi dengan masyarakat supaya mereka mengerti tentang ide pembangunan sehingga dapat dan mau berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan yang akan dan sedang dilakukan.

2. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

2.1 Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh perorangan maupun secara berkelompok maupun masyarakat untuk menyatukan kepentingan atau keterkaitan mereka terhadap organisasi atau masyarakat dalam rangka mencapai tujuan masyarakat tersebut. Partisipasi dapat di definisikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang didalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta tanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.


(28)

Partisipasi dapat dipahami dalam dua hal yaitu: pertama, partisipasi merupakan sebuah alat, dimana partisipasi dilihat sebagai sebuah teknik untuk mambantu memajukan program desa atau disebut pembangunan partisipasi. Kedua, partisipasi sebagai sebuah tujuan itu sendiri yang dapat dinyatakan sebagai pemberdayaan rakyat yang dipandang dari segi perolehan keahlian, pengetahuan dan pengalaman masyarakat untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar untuk membangun.

Partisipasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia yaitu tindakan ikut mengambil bagian, keikutsertaan atau ikut serta. Menurut Juliantara (2004:84) partisipasi diartikan sebagai keterlibatan setiap warga Negara yang mempunyai hak dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi yang mewakili kepentingannya, partisipasi masyarakat merupakan kebebasan berbicara dan berpartisipasi secara konstruktif.

Di dalam suatu masyarakat yang sudah berkembang, maka tingkat partisipasi masyarakat tersebutpun boleh dikatakan cukup baik, tingkat ini tergantung dari kesadaran masyarakat adalah tanggung jawabnya terhadap pembangunan, rasa tanggung jawab dan kesadaran ini harus muncul apabila mereka dapat menyetujui suatu hal atau dapat menyerap suatu nilai. Untuk itulah diperlukan adanya perubahan sikap mental kearah yang lebih baik yang dapat mendukung pembangunan.

Menurut Adisasmita (2006:38) partisipasi masyarakat dapat di definisikan sebagai keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program pembangunan.

Peningkatan partisipasi masyarakat tersebut merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat (social empowerment) secara aktif yang berorientasi pada


(29)

pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat (pedesaan). Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya masyarakat pedesaan secara lebih aktif dan efisien, yaitu dalam hal sebagai berikut:

a. Aspek masukan atau input (SDM, dana, peralatan/sarana, data, rencana, dan teknologi)

b. Aspek proses (pelaksanaan, monitoring, dan pengawasan)

c. Aspek keluar atau output (pencapaian sasaran, efektivitas dan efesiensi)

Partisipasi masyarakat telah sekian lama diperbincangkan dan didengarkan dalam berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar masyarakat umum atau sebanyaknya orang ikut serta dengan pemerintah memberikan bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagian “pengikutsertaan” atau pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.

Menurut Dwipayana (2003:81), partisipasi menyangkut dua dimensi yakni keluar dan kedalam. Yang pertama, menyangkut partisipasi yang melibatkan pemerintahan itu sendiri dan kedua, menyangkut partisipasi warga desa terhadap jalannya pemerintahan. Partisipasi yang melibatkan pemerintahan itu sendiri adalah menyangkut seberapa besar keikutsertaan aparatur desa dalam pembangunan desa, hal ini dapat tercermin dari penegakkan demokrasi, manjalin hubungan yang harmonis dengan lembaga adat ataupun agama yang ada, pengelolaan konflik dan menciptakan masyarakat yang mandiri serta menjalankan pemerintahan yang baik dan benar sesuai dengan koridor hukum dan peraturan yang berlaku.


(30)

Di dalam suatu masyarakat yang sudah berkembang, maka tingkat partisipasi masyarakat tersebutpun boleh dikatakan cukup baik, tingkat ini tergantung dari kesadaran masyarakat adalah tanggung jawabnya terhadap pembangunan, rasa tanggung jawab dan kesadaran ini harus muncul apabila mereka dapat mensetujui suatu hal atau dapat menyerap suatu nilai. Muncul apabila mereka dapat mensetujui suatu hal atau dapat menyerap suatu nilai. Untuk itulah diperlukan adanya perubahan sikap mental kearah yang lebih baik yang dapat mendukung pembangunan.

Tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi akan memunculkan kemandirian masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial, agama dan budaya, yang secara bertahap akan menimbulkan jati diri, harkat dan martabat masyarakat tersebut secara maksimal.

Menurut Tjokromidjojo (dalam Safi’i, 2007:104) partisipasi masyarakat dalam pembangunan dibagi atas tiga tahapan, yaitu:

a. Partisipasi atau keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijakan pembangunan yang dilakukan pemerintah.

b. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan.

c. Keterlibatan dalam memetik dan memanfaatkan pembangunan secara berkeadilan.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan bagian integral yang harus ditumbuhkembangkan, yang pada akhirnya akan menumbuhkan rasa memiliki

(sense of belonging), rasa tanggung jawab (sense of responbility) dari masyarakat


(31)

Menurut Taliziduha Ndraha ada beberapa wadah bagi terwujudnya partisipasi masyarakat, sebagai berikut:

1. Wadah partisipasi buah pikiran (yang diberikan dalam rapat), rapat yang dimaksud seperti rapat mingguan di desa, seminar, penataran-penataran.

2. Wadah partisipasi tenaga.

Yang diberikan dalam perbaikan pembangunan agar partisipasi tenaga merupakan pendorong, perlu di usahakan penertiban, penjelasan-penjelasan tentang manfaat. Dari partisipasi ini banyak hal yang didapat antara lain bangkitnya rasa berlomba, rasa tanggung jawab.

3. Wadah partisipasi benda.

Dikalangan masyarakat masih hidup kesediaan memberikan harta benda terhadap usaha yang dirasakan meringankan beban hidup mereka seperti perbaikan kondisi jalan, sumbangan, ronda malam.

4. Wadah partisipasi keterampilan.

Di desa banyak yang memiliki keterampilan, tetapi belakang ini mangalami skill drain, karena mereka telah mengalir ke kota.

Dilihat dari pengamatan penulis ada beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan. Faktor-faktor tersebut dapat bersifat positif maupun negatif. Faktor-faktor yang bisa menjadi daya pendorong agar masyarakat ikut berpartisipasi yaitu:

a. Partisipasi dilakukan melalui usaha penerapan demokrasi artinya masyarakat desa diberikan kesempatan memilih dan memutuskan apa yang dikehendakinya baik diantara alternatif pemerintah maupun dari alternatif masyarakat itu sendiri.


(32)

b. Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada ditengah-tengah masyarakat yang bersangkutan.

c. Partisipasi dilakukan melalui upaya perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat melalui pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa.

d. Setiap keputusan masyarakat, sepanjang mengenai kepentingan mereka harus dihormati dan diakui.

Faktor-faktor yang menjadi penghambat masyarakat tidak ikut berpartisipasi adalah:

a. Faktor ekonomi

Lapisan masyarakat setempat lebih mementingkan kebutuhan sehari-hari. Pada umumnya sebagian besar masyarakat memiliki mata pencharian bertani, dengan bertani mereka merasa kebutuhan masih belum mencukupi sehingga, masyarakat menilai bahwa pembangunan merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintahan daerah.

b. Pendidikan yang relatif rendah

Dengan adanya tingkat pendidikan yang relatif rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keahlian dan keterampilan tertentu sehingga, seseorang kurang memahami permasalahan yang dihadapi.

c. Terdapatnya kecederungan kaum elit komunitas atas saja yang mampu dan berkesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan.


(33)

d. Dewasa ini pembangunan masyarakat lebih berbaur politik artinya pembangunan masyarakat dijadikan alat komunikasi politik atau simbol politik.

Partisipasi yang dilibatkan warga desa adalah menyangkut keikutsertaan yang bertalian dengan kepedulian masyarakat terhadap pembangunan yang dapat terlihat dari bentuk partisipasi masyarakat baik dari segi moral ataupun material. Ikut menyumbang ide-ide, peduli terhadap pembuatan keputusan dan hasil keputusan, berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan desa dan senantiasa menunaikan kewajibannya selaku warga Negara yang baik yaitu dengan membayar pajak yang berguna pendanaan pembangunan di desa itu sendiri pada khususnya maupun untuk pembangunan Negara ada umumnya merupakan sedikit contoh bagaimana bentuk dari partisipasi masyarakat yang harus dilakukan. Selanjutnya partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan yang sering di abaikan dan hampir tidak kelihatan adalah partisipasi dalam hal pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan bahwa selama ini kebijakan-kebijakan yang ada adalah kebijakan yang diambil secara sepihak yaitu pemerintahan itu sendiri baik dari level yang paling atas (pemerintah pusat) sampai pada akhirnya jatuh kepada kepala desa. Pengambilan keputusan ini seringkali tidak melibatkan masyarakat desa sehingga pada tiap-tiap desa untuk wilayah tertentu akan sulit menterjemahkan kebijakan yang ada karena tidak sesuai dengan kondisi maupun keinginan masyarakat setempat.

Kebijakan-kebijakan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat akan sangat tergantung kepada siapa yang menentukannya, bagaimana proses penentuannya serta bagaimana diimplementasikanya agar masyarakat dapat membangun opini dan menentukan berpihakan publik, maka diperlukan suatu mekanisme yang memberikan ruang kepada masyarakat untuk dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses pengambilan keputusan. Untuk itu harus ada


(34)

rumusan ataupun strategi yang di ciptakan guna melibatkan masyarakat dalam pengambilaan keputusan mengenai kebijakan yang bersifat langsung melibatkan kepentingan desa dan masyarakat desa itu sendiri.

Hidayat (2004:74) membuat strategi perencanaan bersama masyarakat yaitu melalui serangkaian aktivitas perencanaan bersama masyarakat berusaha menguatkan kapasitas masyarakat sekaligus mengupayakan kerjasama/kemitraan yang lebih erat antar berbagai pelaku pembangunan (Pemerintah Daerah, DPRD dan Masyarakat) dalam menghasilkan kebijakan yang benar-benar dibutuhkan daerah.

Strategi perencanaan masyarakat yang dilakukan adalah untuk menjadikan partisipasi masyarakat bukan sebagai kesempatan yang diberikan oleh pemerintah daerah dengan alasan kebaikan hati melainkan dimaksudkan sebagai suatu pelayanan dasar yang tersedia dan bagian yang menyatu dalam pengelolaan pembangunan daerah di era ini. Adapun tujuan dari serangkaian aktivitas perencanaan bersama masyarakat meliputi antara lain mengurangi berbagai hambatan yang memisahkan antara masyarakat dengan pemerintahannya, mendorong masyarakat dan aparat pemerintah secara bersama-sama untuk mencapai jalan keluar dari berbagai masalah umum yang mereka hadapi, sekaligus berkontribusi dalam pembangunan demokratisasi, membangun kapasitas lokal untuk mendorong pengelolaan pembangunan daerah secara partisipatif, sebagai hasil dari pendekatan yang diupayakan. Untuk itu keterlibatan antara kedua belah pihak ini (Aparat pemerintah dan masyarakat) dalam pembangunan sangatlah di butuhkan guna kemajuan bersama sebagai bentuk orientasi dari pembangunan.

Dengan demikian selanjutnya penulis akan menekan penulisan ini pada sejauh mana partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dalam berbagai kebijakan


(35)

yang ada di desa tersebut, pertisipasi yang berbentuk materi yang merupakan bentuk parstisipasi paling konkret dalam pembangunan, partisipasi dalam tenaga yang tercermin dari keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan sangatlah dibutuhkan guna kemajuan bersama sebagai motivasi guna pembangunan yang berkelanjutan.

2.2 Pembangunan

dalam Agus Suryono memberikan definisi pembangunan bahwa pembangunan seharusnya merupakan suatu proses yang saling terkait antara proses pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial, dan demokrasi politik yang terjadi dalam lingkaran sebab akibat kumulatif (circular cumulative caution). Pembangunan sudah menjadi kata kunci bagi segala hal. Secara umum, kata pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warga negaranya (Budiman, 1995:1).

Menurut Suroto, pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat. Guna penetapan tujuan dan sasaran pembangunan pada tiap tahap, untuk alokasi sumber-sumber serta untuk mengatasi rintangan keterbatasan dan pertentangan ini dan untuk melakukan koordinasi kegiatan, di perlukan kebijaksanaan yang memuat program dan cara-cara yang relevan dan efektif yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembangunan. Dengan kata lain, kebijaksanaan berisi tujuan keseluruhan dan tujuan tiap program yang hendak dicapai pada tiap tahap pembangunan, cara yang perlukan dilakukan untuk mengatasi semua atau berbagai keterbatasan, rintangan-rintangan dan pertentangan yang ada atau di perkirakan akan terjadi, cara mengalokasikan sumber-sumber pembangunan yang


(36)

optimal, serta cara melakukan koordinasi semua kegiatan yang efektif. (Suroto, 1983:78).

Pembangunan sebagai suatu peningkatan kapasitas untuk mempengaruhi masa depan mempunyai beberapa implikasi tertentu. Pertama, berarti memberikan perhatian terhadap kapasitas, terhadap apa yang diperlukan dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan tenaga guna membuat perubahan. Kedua, ia mencakup keadilan (equity), perhatian yang berat sebelah kepada kelompok tertentu akan memecah belah masyarakat dan mengurangi kapasitasnya. Ketiga, penumbuhan kuasa dan wewenang, dalam pengertian bahwa hanya jika masyarakat mempunyai kuasa dan wewenang manfaat tertentu maka mereka akan menerima manfaat pembangunan. Dan pada akhirnya pembangunan berarti perhatian yang sungguh-sungguh terhadap saling ketergantungan di dunia serta perlunya menjamin bahwa masa depan dapat ditunjang kelangsungannya. (Ketaren, 2008:37)

Randy dan Riant memberikan definisi pembangunan secara sederhana, yaitu pembangunan secara sederhana diartikan sebagai suatu perubahan tingkat kesejahteraan secara terukur dan alami. Dalam menyelenggarakan tindakan pembangunan, pemerintah memerlukan dana untuk membiayai kegiatanya. Dana tersebut dihimpun dari warga Negara dalam bentuk: pajak, pungutan, serta yang di peroleh secara internal dari pendapatan bukan pajak dan laba perusahaan publik. Kesejahteraan manusia merupakan fokus dari tujuan pembangunan, motivasi pelaku pembangunan, dan perioritas pembiayaan pembangunan. (Randy dan Nugroho, 2006:10)


(37)

F. Definisi Konsep

Definisi konsep dalam penelitian digunakan untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti. Menurut Irawan (Dalam Bagong Suryanto, 2005:49) konsep adalah makna yang berada di alam fikiran atau di dunia kepahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata. Konsep adalah istilah dan definisi yang gunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian dalam ilmu sosial (Singarimbun, 1995:33).

Dalam penelitian ini yang menjadi definisi konsep adalah:

a. Peranan merupakan perbuatan atau tindakan yang sesuai dengan jabatan atau fungsinya.

b. Pemerintah desa merupakan Kepala Desa, BPD dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah desa.

c. Partisipasi Masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat dalam bentuk uang (benda), pikiran (ide), tenaga (gotong royong).

d. Pembangunan merupakan usaha untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang merupakan suatu proses yang saling terkait antara ekonomi, perubahan sosial, dan demokrasi politik.

G. Definisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995:46) definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional berisi tentang indikator-indikator yang akan digunakan untuk mengukur


(38)

variabel. Maka yang menjadi operasionalisasi dalam penelitian adalah pemerintah desa dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Indikator dari pemerintah desa dilihat dari fungsi kepemimpinan kepala desa:

a. Fungsi instruktif, menentukan perintah, mengerjakan perintah, bagaimna cara mengerjakan.

b. Fungsi konsultatif, cara menetapkan keputusan.

c. Fungsi partisipasi, mengaktifkan orang-orang dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya.

d. Fungsi delegasi, melimpahkan wewenang sementara kepada bawahan.

Dan indikator dari partisipasi masyarakat dalam pembangunan:

a. Wujud atau demensi partisipasi yang diberikan oleh masyarakat dalam Musrenbang, misalnya berupa ide, gagasan, materi maupun sumbangan.

b. Keterlibatan masyarakat dalam penetapan kebijakan pembangunan daerah. Keterlibatan dalam hal ini adalah apakah masyarakat diibatkan dalam proses penyusunan program-program pembangunan, sperti penyusunan program pembuatan jalan, jembatan, sumur bersih, rumah layak huni, Mandi Cuci Kakus (MCK) dan lain-lain.

c. Kesesuaian pembangunan derah yang akan dilakukan dengan kebutuhan masyarakat. Artinya apakah program yang ditetapkan sesuai dengan hasil musrenbang yang telah dilaksanakan.

d. Kerjasama antara pemerintah desa dengan masyarakat dalam proses pelaksanaan pembangunan.


(39)

H. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, definisi operasional dan sistematika penulisan

BAB II : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana penelitian dilakukan

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisis

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini memuat analisis data yang diperoleh dari penelitian dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang akan diteliti

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan penelitian dan saran-saran yang disajikan sebagai bahan pertimbangan objek penelitian


(40)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Nawawi (1990:64) bentuk deskriptif adalah bentuk penelitian yang memusatkan pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang besifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat.

Dengan demikian, penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

B. Lokasi Penelitian

Adapaun lokasi penelitian dilakukan di Desa Pulau Kumpai Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi (Riau).

C. Informan penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaskudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi


(41)

dan sampel (Suyanto, 2005:171). Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus ini penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan adalah seorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpecaya baik berupa pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memenuhi persoalan/permasalahan.

Menurut Suyanto (2005:172) informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu 1) informan kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian; 2) informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti; 3) informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan kunci dan informan utama yaitu sebagai berikut:

1. Yang menjadi informan kunci (Key informan) meliputi:

a. Kepala Desa : 1 orang

b. Sekretaris Desa : 1 orang

c. Ketua BPD : 1 orang


(42)

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dua cara yaitu:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian secara langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data primer ini dilakukan dengan cara:

a. Metode Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian, dan selanjutnya mengadakan pencacatan terhadap gejala-gejala yang ditemukan dilapangan.

b. Metode Wawancara, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari para informan. Pengumpulan data dilakukan melalui pertayaan secara lisan kepada informan yang dilakukan oleh peneliti sehubungan dengan peranan pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui studi pustaka yang diperlukan untuk mendukung data primer.


(43)

a. Penelitian Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literatur seperti buku, karangan ilmiah, dan sebagainya.

b. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada dilokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang dianggap relevan dengan objek penelitian.

E. Teknik Analisa Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik kualitatif. Menurut Farid (1997:152) bahwa analisa kualitatif adalah analisa terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam menghubung-hubungkan fakta, data dan informasi. Jadi teknik analisa data kualitatif yaitu dengan menyajikan hasil wawancara, observasi dan melakukan analisa terhadap masalah yang ditemukan di lapangan. Sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian menarik kesimpulan.


(44)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Pulau Kumpai ini terdiri dari tiga dusun yang terletak di Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau dengan luas wilayah 43,5 Ha dengan rincian tanah daratan 162 Ha dan Perkarangan 7,5 Ha. Sedangkan Kecamatan Pangean merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Kuantan Hilir yang terdiri dari 3 Kecamatan yaitu Keacamatan Kuantan Hilir, Kecamatan Logas Tanah Darat dan Kecamatan Pangean. Dengan jarak desa ke ibukota Kecamatan 4 Km ke ibukota Kabupaten 30 Km.

Wilayah desa Pulau Kumpai ini terdiri dari dataran rendah dan sebagian kecil berdataran tinggi, kondisi ini sangat cocok semua tanaman palawija seperti kacang panjang, cabe, terong, jagung, dan bersawah. Disamping itu digunakan untuk perkebunan, seperti karet menguntungkan sekali, bahkan di desa ini sebagian besar penduduk pendapatan dari hasil karet tersebut, sehingga mata pencharian dan kehidupan penduduk di desa rata-rata adalah petani dan berkebun dan sebagai tambahan adalah berdagang dan usaha.

Secara geografis batas wilayah Desa Pulau Kumpai adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Pasar Baru

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Sungai Kuantan

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Kepala Pulau Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Pulau Tengah

Desa Pulau Kumpai ini memiliki jumlah penduduk 1190 jiwa atau 286 kepala keluarga, bedasarakan jenis kelaminnya terdiri dari laki-laki 584 jiwa, dan perempuan


(45)

606 jiwa. Mayoritas suku di desa ini adalah suku melayu 95 % dan 5% lagi adalah suku lain seperti Suku Jawa, Minang, dan Jambi. Sedangkan agama di Desa Pulau Kumpai ini Mayoritas beragama Islam, sehingga hubungan kekerabatan dan tali persaudaraan masih terjalin erat.

B. Pemerintahan Desa Pulau Kumpai

Pemerintahan desa Pulau Kumpai di pimpin oleh seorang kepala desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah desa. Perangkat desa terdiri dari Sekretaris Desa (SEKDES) dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan. pembentukan, penghapusan, dan penggabungan desa dengan memperhatikan asal usul dan prakarsa masyarakat.

Di Desa Pulau Kumpai ini terdiri dari 3 dusun tiap-tiap dusun di pimpin oleh seorang kepala dusun. Kepala dusun di pilih langsung oleh masyarakat sesuai dengan dusunnya masing-masing yang pengangkatanya di tetapkan oleh keputusan kepala desa dengan masa jabatan 5 tahun dan setelah itu di pilih kembali. Dari ketiga orang kepala dusun tersebut berpendidikan terakhir SLTA yang merupakan syarat pencalonan kepala desa.

Untuk menjalankan tugas pemerintahannya kepala desa Pulau Kumpai di bantu oleh Sektaris Desa dan BPD dan 5 orang kepala urusan. Adapun kepala urusan tersebut adalah:

1. Kepala Urusan Umum


(46)

3. Kepala Urusan Pembangunan

4. Kepala Urusan Keuangan

5. Kepala Urusan Pemerintahan

Kesemua perangkat desa atau aparat desa berpendidikan SLTA. Perangkat desa ini dipilih oleh kepala desa dari anggota masyarakat yang cukup mampu dalam melaksanakan tugasnya masing-masing yang diamanahkan oleh kepala desa. Untuk lebih jelas dapat di lihat dari struktur organisai pemerintahan desa:

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Pulau Kumpai

BPD

Kepala Desa

Sekretaris Desa

Kepala Dusun I

Kepala Dusun II

Kepala Dusun III

Kaur Pemerintahan Kaur

Keuangan Kaur

Pembangunan Kaur

Kesra Kaur


(47)

C. Latar Belakang Sosial Budaya 1. Adat-istadat

Desa Pulau Kumpai bisa dikatakan desa yang penduduknya homogen karena mayoritas penduduknya adalah suku Melayu, sehingga adat-istiadat yang paling menonjol di desa ini adalah adat Melayu, begitu juga dengan bahasa yang di gunakan sehari-hari yaitu bahasa melayu.

2. Mata Pencharian

Penduduk Desa Pulau Kumpai memiliki beragam mata pencharian, namun mayoiritas dari penduduk adalah petani, hal ini sesuai dengan keadaan geografis daerahnya yang berupa daerah pertanian. Kebun dan sawah merupakan tujuan utama aktivitas warga dalam mengisi kebutuhan pokok sehari-hari. Dengan rincian, mata pencharian penduduk yaitu petani sekitar 148 orang, pedagang sebanyak 11 orang pegawai negeri sipil 2 orang. Bidan Desa sebanyak 5 orang.

D. Sarana dan Prasarana

Desa Pulau Kumpai yang merupakan salah satu desa yang dilintasi oleh Jalan Kabupaten secara umum dapat dikatakan telah memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap, walaupun ada sarana dan prasarana yang belum ada tetapi masih dapat dijangkau keseluruh wilayah lainnya, adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Pulau Kumpai yaitu:

1. Tempat Ibadah

Di desa Pulau Kumpai tardapat 9 unit tempat ibadah yaitu 8 unit diantaranya adalah Mushalla dan 1 unit Mesjid, dimana Mushalla dan Mesjid ini merupakan sebagai tempat ibadah umat islam. Tempat ibadah tersebut terletak di setiap dusun,


(48)

seperti Mushalla terletak di dusun I terdapat 3 unit, di dusun II terdapat 1 unit, dan dusun III terdapat 4 unit, sedangkan mesjid terletak berada di dusun II yang tidak jauh dari lagi dari dusun 3. Dari keseluruh letak tempat ibadah dirasakan masyarakat sangat satrategis karena dapat di jangkau oleh seluruh lapisan masyarakat desa tersebut.

2. Pendidikan

Di desa Pulau Kumpai hanya terdapat 4 sarana pendidikan, yaitu 1 unit Taman Kanak-kanak (TK), 2 unit Sekolah Dasar (SD) dan 1 unit Sekolah Menegah Pertama (SMP), sedangkan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) masih terdapat di ibukota kecamatan. Masing-masing sekolah ini berada di dusun yang berbeda, yaitu 1 unit SD terletak di dusun I, sedangkan 1 unit lagi dan SMP teletak di dusun III, dimana SD dan SMP ini merupakan masih satu atap, maka sebagian masyarakat menyekolahkan anaknya di ibukota kecamatan untuk jenjang SMP, karena SMP yang ada di desa tersebut masih baru di resmikan dan hanya terdapat kelas 1 dan kelas 2 saja. Dan juga sarana pendidikannya belum memadai. Maka masyarakat memilih untuk menyekolahkan anaknya ke ibu kota kecamatan.

3. Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di Desa Pulau Kumpai adalah Puskesmas 1 unit yang terletak di dusun II, Polindes 1 unit yang terletak di dusun II juga, dan 1 lagi adalah Posyandu yang terdapat di dusun I. Namun untuk mendapatkan palayanan kesehatan yang lebih memadahi masyarakat harus ke ibukota kecamatan atau ibukota Kabupaten yang jarak tempunya dengan naik kenderaan Bus kira-kira 1 jam perjalanan karena di tempat tersebut sudah ada rumah sakit umum daerah.


(49)

4. Transportasi

Sarana transportasi umum di Desa Pulau Kumpai ini yaitu mini bus sebanyak 7 unit dan sepeda motor rata-rata hampir setiap kepala keluarga mempunyai kenderaan bermotor, mini bus tersebut di pergunakan untuk mengangkut penumpang ke ibukota kecamatan sebanyak 3 unit sedangkan untuk ke ibu kota kebupaten terdapat 4 unit. Namun sebagian besar masyarakat menggunakan sepeda motornya masing-masing untuk berpergian menuju desa sekitarnya.

5. Olahraga

Sarana olahraga yang ada di desa Pulau Kumpai terdiri dari 4 buah sarana olahraga diantaranya 1 buah lapangan bola kaki, 4 buah lapangan Volly, 2 buah lapangan takraw, dan 2 buah lapangan bulu tangkis. Dengan adanya sarana olaharaga ini hampir setiap sore masyarakat berolahraga hanya saja lapangan bulu tangkis yang dipergunakan malam harinya.


(50)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui penelitian di lapangan untuk kemudian dianalisis berdasarkan teori yang ada. Data tersebut terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan kunci dan informan utama. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang memperkuat data primer. Adapun permasalahan utama yang hendak disajikan dalam bab ini yaitu Peranan Pemerintah Desa untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan di Desa Pulau Kumpai Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi Riau.

B. Pelaksanaaan Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Pulau Kumpai Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi Riau. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis, yaitu; Pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen tertulis tentang kondisi umum Desa Pulau Kumpai Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi seperti, profil Desa Pulau Kumpai, dan data-data lain yang berkaitan dengan Desa Pulau Kumpai.

Kedua, penulis melakukan pengumpulan data mengenai Peranan Pemerintah Desa untuk

Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan. Serta pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan. Ketiga, penulis melakukan wawancara dengan


(51)

beberapa informan yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta yang lebih konprehensif menyangkut permasalahan penelitian.

C. Hasil wawancara

Wawancara adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari para

informan tentang Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat

Dalam Pembangunan. sesuai dengan rancangan penelitian, telah ditetapkan jumlah

informan yang akan dilakukan wawancara sebanyak 5 (lima) orang. Kelima orang yang

ditetapkan sebagai informan dalam penelitian ini dibagi dalam dua bagian, yaitu key

informan Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Ketua BPD, sedangkan informan utama

adalah tokoh masyarakat yaitu orang-orang yang memiliki kedudukan tertentu karena dianggap dapat menjawab segala sesuatu yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini berhubungan dengan peranan pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Tipe wawancara yang dipilih oleh penulis adalah tipe wawancara berstruktur, dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang diajukan. pertanyaan-pertanyaan yang disusun sudah pasti berhubungan dengan peranan pemerntah desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan tersebut. Namun, di dalam prosesnya sendiri penulis tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.

1. Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam


(52)

Desa merupakan suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah orang atau penduduk yang mempunyai kewenangan untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan di pedesaan. Untuk melaksanakan tersebut diperlukan seorang pimpinan atau seorang kepala desa yang memiliki kemampuan sesuai dengan fungsi kepemimpinan kepala desa yang mengatur semua kegiatan yang ada di desa.

Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di desa Pulau Kumpai senantiasa tidak terlepas dari peranan pemerintah desa sebagai motivator dalam menyampaikan setiap program-program pembangunan kepada masyarakat baik perencanaan, pelaksanaan maupun komunikasi di dalam memelihara hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan.

Adapun indikator-indikator dari pemerintah desa dilihat dari fungsi kepemimpinan pemerintah desa yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1.1Fungsi instruktif, menentukan perintah, mengerjakan perintah, bagaimana cara pengerjaan.

Dalam hal ini pemerintah desa berfungsi sebagai komunikator yang menentukan program apa yang akan dilakukan di desa, bagaimana cara pelaksanaannya supaya keputusan dapat dilaksanakan dengan baik dan efektif.

Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis menanyakan kepada kepala desa Bapak Hanapius mengenai fungsi kepemimpinan dalam pemberian instruksi kepala desa sebagai administrator pembangunan ”Apakah ada intsruksi Bapak dalam pelaksanaa pembangunan?” beliau menjawab;

“Ada, kalau tidak ada intrusksi dari saya bagaimana pelaksanaan pembangunan ini berjalan dengan baik. Saya selaku kepala desa sudah


(53)

seharusnya melakukan intruksi kepada aparat desa maupun kepada masyarakat yang terlibat didalamnya bagaimana pembangunan yang ada didesa ini supaya berjalan dengan lancar dan harus menunggu intruksi dari saya.

Dengan adanya penjelasan diatas dapat dilihat bahwa kepala desa selaku administrator pembangunan dalam menjalankan fungsinya memang sudah ada dalam melaksanakan fungsinya.

Untuk mempertegas pernyataan tersebut, peneliti mewawancarai salah satu penduduk desa Pulau Kumpai yang secara aktif terlibat dalam proses pembangunan program desa, yaitu Bapak Somarsono, beliau menjelaskan :

“ Dalam setiap pembangunan yang dilaksanakan di desa ini selalu ada intruksi dari pemerintah desa, khususnya kepala desa. Kami tidak dapat mengerjakan program-program pembangunan tanpa adanya instruksi dari kepala desa, karena yang paling berperan di sini adalah kepala desa. Lagian instruksi dari kepala desa akan sangat membantu kami dalam mengerjakan pembangunan yang dilaksanakan di desa ini.”

1.2Fungsi Konsultatif, cara menetapkan tujuan.

Fungsi ini merupakan fungsi dua arah yang digunakan untuk menetapkan keputusan yang membutuhkan bahan pertimbangan dan konsultasi dengan masyarakat. Hal ini sangat diperlukan karena yang lebih tahu akan kebutuhan pembangunan adalah masyarakat desa itu sendiri. Oleh karena itu pemerintah desa perlu mengadakan konsultasi dengan masyarakat desa sehingga tercipta pembangunan yang efektif dan berguna bagi masyarakat.

Untuk mengetahui apakah fungsi ini sudah dijalankan oleh pemerintah desa atau tidak maka penulis menanyakan hal ini kepada salah satu perangkat desa dan


(54)

salah satu masyarakat yang berfungsi untuk memperkuat pernyataan yang diberikan oleh pemerintah desa.

Penulis menanyakan kepada Bapak Marwan selaku ketua BPD mengenai sudah bagaimana pemerintah desa menjalankan fungsi konsultatif ini dengan masyarakat desa Pulau Kumpai? Beliau memaparkan:

“ Sejauh ini pemerintah desa sudah menjalankan fungsinya, dan salah satunya adalah fungsi konsultatif. Dalam setiap pembanagunan yang dilakukan di desa pemerintah tidak bertindak tanpa melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan masyarakat, hal ini sangat penting dilakukan karena menyangkut kebutuhan masyarakat. Dimana kita mengetahui bahwa pembangunan ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Jadi untuk mencapai hal tersebut maka perlu dilakukan konsultasi dengan masyarakat, karena mereka sendirilah yang mengetahui apa yang menjadi kebutuhan mereka, dan kami sebagai pemerintah daerah bertugas untuk mewadahi aspirasi mereka”

Supaya lebih jelas lagi penulis menanyakan kembali kepada salah satu masyarakat yaitu Ibu Sarah tentang apakah pemerintah desa sebelum mengadakan musrenbang terlebih dahulu melakukan konsultatif dengan masyarakat? Beliau menjelaskan;

“ iya ada, pemerintah desa disini sebelum melakukan musrenbang mereka mengadakan rapat terlebih dahulu dengan masyarakat untuk konsultasi mengenai pogram-program pembangunan yang akan diusulkan maupun dalam pelaksanaan pembangunan. Contoh dalam pembangunan yang sudah ada seperti rumah layak huni, pembangunan jalan, dan jembatan. Ini merupakan benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Supaya pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat maka pemerintah desa dalam hal ini harus berkonsultasi dulu dengan masyarakat, sehingga pembangunan dapat dirasakan dan nikmati masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan agar tujuan daripada pembangunan itu sendiri tepat sasaran. Dengan


(55)

adanya penjelasan diatas memang ini yang diharapkan masyarakat dimana pembangunan dari masyarakat dan untuk masyarakat itu sendiri.

1.3Fungsi Partisipasi, mengaktifkan orang-orang dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya.

Fungsi partisipasi merupakan fungsi dari pemerintah desa untuk menggerakkan partisipasi masyarakat desa dalam setiap pelaksanaan program pembangunan desa. Pemerintah desa harus berusaha mengaktifkan masyarakatnya, baik dalam keikutsertaan dalam mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.

Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam proses pembangunan desa, karena pembangunan desa tidak akan mungkin dapat berjalan dengan baik dan efektif tanpa adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan tersebut.

Namun kita ketahui bahwa masyarakat tidak serta merta berpartisipasi dalam pembangunan yang dilaksanakan dalam desa. Perlu adanya penggerak partisipasi masyarakat, adapun yang menjadi penggerak partisipasi masyarakat adalah pemerintah desa itu sendiri.

Apabila pemerintah desa dapat dengan baik mengaktifkan partisipasi masyarakat, maka pembangunan yang dilaksanakan di desa akan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Untuk melihat seberapa besar peranan pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, maka penulis melakukan wawancara langsung kepada kepala desa Pulau Kumpai Bapak Hanapius. Adapun yang penulis


(56)

tanyakan adalah “ Apakah Bapak sebagai kepala desa ikut menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa?”. Beliau menjelaskan :

“Iya ada, saya selaku kepala desa ikut dalam meningkatkan partisipasi masyarakat, dan memang seharusnya begitu. Bagaimana masyarakat bersemangat dalam memberikan partisipasinya kalau seandainya saya sendiri tidak ikut aktif dalam pembangunan, dan inilah salah satu peran saya dalam menggerakkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi. Tidak hanya saya, aparat desa juga sangat berperan dalam pembangunan yang dilakaukan di desa ini. Adapun perannya dapat dilihat kalau ada hal-hal yang baru yang berkaitan dengan masalah pembangunan dan perlu untuk dimusyawarahkan, maka aparat desa yang banyak berperan untuk mengajak masyarakat untuk ikut serta yaitu dengan cara memberikan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat yang berkaitan dengan masalah pembangunan.

Hal yang senada juga penulis tanyakan kepada masyarakat yaitu berkaitan dengan peranan pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Adapun yang saya wawancarai adalah Ibu Sarah, beliau menjelaskan:

”Iya, pemerintah desa berperan dalam pembangunan desa, khususnya

dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, karena kita ketahui apapun pembangunan yang akan dilakukan di desa tidak bisa terlepas dari peran pemerintah desa”.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, baik kepada masyarakat maupun kepada pemerintah desa Pulau Kumpai sendiri dapat dikatakan bahwa memang pemerintah desa berperan dalam upaya meningkatkan pembangunan di desa tersebut.

Namun untuk mempertajam pernyataan tersebut, maka penulis menanyakan bagaimana bentuk peranan pemerintah desa tersebut untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.

Penulis menanyakan hal tersebut kepada salah satu tokoh masyarakat, yaitu Bapak Nawawi, beliau menjelaskan :


(57)

“Pemerintah desa dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan misalnya dengan mengajak langsung masyarakat untuk ikut dalam musyawarah pembangunan desa dan juga dalam pelaksanaan pembangunan yang akan dilakaukan, upaya lain juga dilakukan yaitu dengan mengadakan sosialisasi tentang pentingnya pembangunan bagi masyarkat, sehingga masyarakat pun mau iku berpartisipasi”.

Untuk memperkuat dari penjelasan diatas maka penulis mewawancari kembali kepada Bapak Marwan selaku ketua BPD yaitu bagaimana cara bapak untuk mengaktifkan masyarakat ikut berpartisipasi? Beliau menjelaskan;

“iya, saya selaku aparat desa tentunnya akan mensosialisasikan kepada masyarakat akan pentingnya pembangunan demi kemajuan desa seperti kami mengadakan rapat mingguan setiap seminggu sekali. Namun masyarakat disini kurang peduli dengan kegiatan seperti ini karena adanya kepentingan-kepentingan lain bagi masyarakat.

Dari penjelasan terlihat jelas bahwa pemerintah desa dalam melaksanakan fungsinya sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi inplementasinya belum terlaksana dengan baik ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat ditambah dengan minimnya tingkat pendidikan di desa tersebut.

1.4Fungsi Delegasi, melimpahkan wewenang sementara kepada bawahan.

Fungsi delegasi dalam pelaksanaan pembangunan desa sangat perlu dilakukan, karena hal ini akan sangat menbantu pemerintah desa dalam menjalankan tugasnya. Fungsi delegasi ini bertujuan untuk efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program pembangunan desa. Apabila tidak terjadi delegasi tugas dalam pembangunan yang akan dilaksanakan maka kemungkinan besar tugas tersebut akan sangat lama dikerjakan kerena hanya bertumpu kepada satu orang saja.


(1)

Dalam merencanakan suatu program pembangunan, masyarakat haruslah menjadi prioritas utama dalam melakukan perencanaan pembangunan desa yang dilakukan, dimana masyarakat harus benar-benar terlibat di dalamnya.


(2)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sebagai hasil akhir penelitian tentang Peranan Pemerintah Desa untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa di Desa Pulau Kumpai, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Peranan Pemerintah Desa untuk meningkatkan partispasi masyarakat dalam pembangunan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan pemerintah desa Pulau Kumpai telah melakukan upaya dan perannya, seperti mengajak masyarakat untuk ikut dalam berbagai kegiatan desa dengan tujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sesuai dengan isi, tujuan, dan maksud dari setiap program-program pembangunan yang ingin dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawabnya dan masyarakat sebagai faktor pendukungnya dinyatakan kurang baik bila dilihat dari rendahnya partisipasi masyarakat desa Pulau Kumpai.

2. Pemerintah desa dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya di desa Pulau Kumpai bedasarkan hasil penelitian belum maksimal di karenakan masih kurangnya sosialisasi kepada masyarakat maupun aparat desa seihingga apa yang diharapkan oleh pemerintah desa belum mencapai sasaran dan tujuan daripada pembangunan.

3. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, masyarakat desa Pulau Kumpai belum merasakan peran pemerintah desa dalam upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Hal ini disebabkan karena pembangunan yang dilakukan


(3)

belum sepenuhnya menyentuh masyarakat dan adanya pembangunan yang tidak tepat sasaran sehingga tidak dapat dinikmati oleh masyarakat.

4. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Partisipasi masyarakat dalam bentuk uang atau benda, partisipasi masyarakat dalam bentuk ide dan pikiran serta partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga (gotong-royong) berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan masih rendah, hal ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat status sosial ekonomi rata-rata masyarakat desa, rendahnya tingkat pendidikan rata-rata masyarakat desa, serta dikarenakan kesibukan masyarakat desa mencari nafka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

B. Saran

Setelah melihat kesimpulan di atas, ada hal-hal yang perlu penulis sarankan sebagai masukan untuk lebih meningkatkan lagi kualitas maupun kuantitas palaksanaan pembangunan di Desa Pulau Kumpai, antara lain :

1. Agar pemerintah desa Pulau Kumpai sebagai penggerak dan motivator dalam pembangunan desa lebih baik, maka pemerintah desa Pulau Kumpai hendaknya mencari alternatif-alternatif lain yang dapat digunakan sebagai wadah atau saluran untuk menyampaikan informasi dari setiap program pembangunan, pemerintah desa Pulau Kumpai harus lagi meningkatkan intensitas pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan dengan masyarakat.

2. Pemerintah desa hendaknya mampu memotivasi masyarakat dengan menyadarkan masyarakat bahwa setiap program-program pembangunan yang dilaksanakan akan dapat meningkatkan status sosial ekonomi masyarakat. Dengan demikian maka akan


(4)

sangat mendukung keberhasilan program-program pembangunan desa yang dilakukan.

3. Pemerintah desa harus tegas dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya supaya tujuan daripada pelaksanaan pembangunan berjalan dengan lancar baik dalam mengintruksikan kepada aparat desa maupun masyarakat apa yang akan di rencanakan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abe, Alexander.2005. Perencanaan Daerah Partisipatif. Yogyakarta: Pembaharuan

Arinkunto, Suharsimi.2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Ali, Faried. 1997. Metode Penelitian Sosial Dalam Bidang Ilmu Administrasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Adisasmita, Raharjo.2004. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Budiman, Arif.1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pusataka Utama

Dwipayana, Ari. 2003. Pembaharuan Desa Secara Partisipatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hidayat, Wisnu Dkk, 2002. Pembangunan Partsipatif. Yogyakarta: YPAPI

Juliantara, Dadang. 2004. Pembaharuan Kabupaten. Yogyakarta: Pembaharuan

Ketaren, Nurlela. 2008. Aministrasi Pembangunan, USU: Word Press

Nawawi. 1990. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: UGM Press

Nurcholis, Hanif.2005. Teori dan Pratik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta: Grasindo

Ndraha, Taliziduha.1991. Demensi-demensi Pemerintah Desa. Jakarta: Bumi Aksara


(6)

Randy, Riant. 2006. Managemen Pembangunan Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi Negara. Bandung: Alfabeta

Safi’i, M. 2007. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah Persepektif Teoritik. Malang: Averroes Press

Suroto. 1983. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Tenaga Kerja, Yogyakarta: Gajamadah University

Singarimbun, Masri.1995. Metode Penelltian Survey, Jakarta: Pustaka LP3S

Suyanto, Bagong. 2005. metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Peranada Media

Siagian P. Sondang.2000. Administrasi pembangunan, Jakarta: Bumi Aksara

Santoso, Purwo. 2003. Pembaharuan Desa Secara Partisipatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Undang-undang Otonomi Daerah No 32 Tahun 2004 Pemerintah Daerah


Dokumen yang terkait

Peranan Pemerintah Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Infrastruktur (Studi Pada Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)

21 179 143

Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Pada Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara).

10 155 109

Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan (Studi Kasus Desa Pekubuan Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

1 28 105

UPAYA PEMERINTAH DESA DALAM MENUMBUHKAN GERAKAN PARTISIPASI KELOMPOK TANI UNTUK PEMANFAATAN LAHAN TIDUR : Studi Kasus pada Masyarakat di Desa Munsalo Kecamatan Kuatan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau.

0 1 31

Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan (Studi Kasus Desa Pekubuan Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

0 0 12

Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan (Studi Kasus Desa Pekubuan Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

0 0 1

Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan (Studi Kasus Desa Pekubuan Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

0 2 33

Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan (Studi Kasus Desa Pekubuan Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

0 0 4

Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan (Studi Kasus Desa Pekubuan Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

0 0 3

Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan (Studi Kasus Desa Pekubuan Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

0 0 7