commit to user 12
▪ Perilaku dalam pekerjaan sejauh mempengaruhi peningkatan kinerja. ▪ Efektifitas sehari-hari.
Penilaian kinerja birokrasi publik tidak cukup hanya dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator yang melekat pada birokrasi itu, seperti
efektifitas dan efisiensi, tetapi harus dilihat juga dari indikator-indikator yang melekat pada pengguna jasa, seperti kepuasan pengguna jasa, responsivitas, dan
akuntabilitas. Penilaian kinerja dari sisi pengguna jasa menjadi sangat penting karena birokrasi publik sering kali memiliki kewenangan monopolis sehingga para
pengguna jasa tidak memiliki alternatif sumber pelayanan. Dalam pelayanan yang diselenggarakan oleh pasar, dengan pengguna jasa yang memiliki pilihan sumber
pelayanan, penggunaan pelayanan dapat mencerminkan kepuasan terhadap pembari layanan. Dalam pelayanan oleh birokrasi publik, penggunaan pelayanan
oleh publik sering tidak ada hubungannya sama sekali dengan kepuasannya terhadap pelayanan.
Kesulitan lain dalam menilai kinerja birokrasi publik muncul karena tujuan dan misi birokrasi sering kali bersifat multidimensional. Artinya adalah birokrasi
memiliki stakeholders yang banyak dan memiliki kepentingan yang saling berbenturan satu dengan lainnya membuat birokrasi publik sulit merumuskan
ukuran kinerja organisasi publik, sehingga dibuatlah suatu indikator-indikator kinerja.
2. Indikator-Indikator Kinerja
Menurut Joko Widodo 2001:209 untuk melakukan pengukuran kinerja diperlukan indicator kinerja yang bersifat kuantitatif dan atau kualitatif yang
commit to user 13
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran yang atau tujuan yang ditetapkan.
Indikator kinerja diartikan sebagai ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran organisasi. Indikator kinerja dapat dijadikan patokan standar menilai
keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan pemerintahan dalam mencapai visi dan misi organisasi. Terdapat 5 macam indikator kinerja yaitu masukan inputs,
keluaran outputs, hasil outcomes, manfaat benefits, dan dampak impacts. Joko Widodo dalam Birokrasi Berbasis Kinerja, 2005:91.
Menurut Zeithaml, Parasuraman dan Berry dalam Agus Dwiyanto 2002:53 mengemukakan bahwa kinerja pelayanan publik yang baik dapat dilihat
melalui berbagai indikator yang bersifat fisik. Penyelenggaraan pelayanan publik yang baik dapat dilihat melalui aspek fisik pelayanan yang diberikan, seperti
tersedianya gedung pelayanan yang representatif, fasilitas pelayanan berupa televisi, ruang tunggu yang nyaman, komputer serta berbagai fasilitas kantor
pelayanan yang memudahkan akses pelayanan bagi masyarakat. Schuler dan Dowling dalam Yeremias 2008:212 menyatakan bahwa
kinerja dapat diukur dari kuantitas kerja, kualitas kerja, kerjasama, pengetahuan tentang kerja, kemandirian kerja, kehadiran dan ketepatan waktu, pengetahuan
tentang kebijakan dan tujuan organisasi, inisiatif dan penyampaian ide-ide yang sehat, kemampuan supervisis dan tekhnis.
Dalam Yeremias 2008:212, Bernardin dan Russel menyatakan bahwa indikator kinerja terdiri dari beberapa aspek yaitu kualitas, kuantitas, ketepatan
commit to user 14
waktu, penghematan biaya, kemandirian atau otonomi dalam bekerja tanpa selalu disupervisi, dan kerjasama.
Ada beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik Agus Dwiyanto, 2006:50 yaitu :
▪ Produktivitas Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga
efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output. Konsep produktivitas dirasa terlalusempit dan General
accounting Office GAO mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu
memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting. ▪ Kualitas layanan
Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang
terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian,
kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan masyarakat sebagai
indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat sering kali tersedia secara mudah dan murah.
Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan sering kali dapat diperoleh dari media massa atau diskusi publik. Karena akses informasi
mengenai kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi,
commit to user 15
maka bisa menjadi satu ukuran kinerja organisasi publik yang mudah dan murah dipergunakan. Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja
organisasi publik. ▪ Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan
program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas disini menunjuk pada keselarasan antara
program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena
responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan
keggagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik. Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinyamemiliki kinerja
yang jelek pula. ▪ Responsibilitas
Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau
sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit Lenville, 1990. Oleh karena itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan
pada responsivitas.
commit to user 16
▪ Akuntabilitas Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan
kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh
rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat
seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak.
Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target.
Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternaljuga seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakt. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki
akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.
Kumorotomo dalam Agus Dwiyanto 2002:52 menggunakan beberapa kriteria dalam menilai kinerja organisasi publik antara lain :
▪ Efisiensi Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi
pelayanan publik, mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila diterapkan secara
obyektif, kriteria seperti likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas merupakan kriteria efisiensi yang sangat relevan.
commit to user 17
▪ Efektivitas Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut
tercapai ? Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas tekhnis, nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen pembangunan.
▪ Keadilan Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang
diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Keduanya mempersoalkan apakah
tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang menyangkut pemerataan pembangunan, layanan kepada
kelompok pinggiran dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini. ▪ Daya tanggap
Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta, organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau
pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh karena itu, kriteria organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan
demi memenuhi kriteria daya tanggap ini. Berdasarkan beberapa indikator kinerja yang disampaikan tersebut, maka
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah efektivitas dan kualitas pelayanan. Hal ini dikarenakan kedua indikator tersebut dapat digunakan untuk
menilai kinerja TVRI stasiun D.I. Yogyakarta sebagai LPP. Indikator efektivitas disini maksudnya adalah apakah kinerja TVRI dalam mencapai tujuannya sudah
efektifkah misalnya dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia SDM
commit to user 18
TVRI khususnya pada penguasaan tekhnologi informasi agar mendapatkan hasil yang terbaik dalam menyajikan program acara pertelevisian. Indikator kinerja
TVRI juga diukur dari kualitas pelayanan dari pihak TVRI itu sendiri dalam kemampuan mengenali kebutuhan dan aspirasi masyarakat khususnya pengguna
layanan, serta mengembangkan program-program yang diciptakan sehingga dapat tercipta keselarasan antara program dengan kebutuhan masyarakat, misalnya
dalam menciptakan acara-acara yang menarik dan mendidik sehingga dapat menarik minat para pemirsa televisi untuk selalu menyaksikan acara-acara yang
disiarkan oleh TVRI. Dengan digunakannya kedua indikator di atas dapat membantu penulis dalam menilai kinerja TVRI stasiun D.I. Yogyakarta sebagai
LPP, sehingga dapat diukur tingkat keberhasilan ataupun penurunan kinerja TVRI dan dapat membantu pihak TVRI dalam mengoreksi kekurangan-kekurangan,
serta dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut.
B. Lembaga Penyiaran Publik LPP
TVRI merupakan stasiun televisi milik pemerintah yang hingga saat ini telah mengalami beberapa kali perubahan bentuk kelembagaan. Pada saat ini
statusnya resmi menjadi Lembaga Penyiaran Publik yang mewadahi TVRI. Menurut UURI No 32 tahun 2002 tentang Penyiaran dalam Kementrian
Komunikasi dan Informasi 2004:2, bahwa lembaga penyiaran merupakan media komunikasi massa yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial,
budaya, politik, dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggungjawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, serta
kontrol dan perekat sosial. Lembaga penyiaran adalah penyelenggara penyiaran,
commit to user 19
baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas, maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan
tugas, fungsi, dan tanggungjawabnya berpedoman pada peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Dalam Kementrian Komunikasi dan Informasi 2004:14 UURI No 32 tahun 2002 pasal 14 ayat1, Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran
yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan
masyarakat. Menurut PP No 11 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran LPP
pasal 1 ayat 3 dalam Sjarifuddin 2005:302, lembaga penyiaran publik lokal adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh
pemerintah daerah, menyelenggarakan kegiatan penyiaran radio atau penyiaran televisi, bersifat independen, netral, tidak komersial dan berfungsi memberikan
layanan untuk kepentingan masyarakat yang siarannya berjaringan dengan RRI untuk radio dan TVRI untuk televisi. Masih dalam Sjarifuddin 2005:305 PP No
11 tahun 2005 pasal 7 ayat 3, lembaga penyiaran publik lokal merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh pemerintah daerah
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD atas usul masyarakat.
Menurut PP No 13 tahun 2005 tentang LPP TVRI pasal 1 ayat 3 dalam Sjarifuddin 2005:332, LPP TVRI adalah Lembaga Penyiaran Publik yang
menyelenggarakan kegiatan penyiaran televisi, bersifat independen, netral, tidak
commit to user 20
komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Dalam Sjarifuddin 2005:40 PP No 13 tahun 2005 pasal 2,3,4,5 bahwa LPP
TVRI adalah badan hukum yang didirikan oleh negara, yang bersifat independen, netral,dan tidak komersial, dalam memberikan pelayanan informasi, pendidikan,
hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa, untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat, melalui penyelenggaraan
penyiaran televisi, yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI.
Dapat disimpulkan bahwa, TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang bersifat independen, netral dan tidak komersial dalam mengemban fungsi
pelayanan penyiaran televisi, untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat, yang menjangkau seluruh wilayah NKRI. Memberikan informasi, pendidikan, hiburan
yang sehat, kontrol dan perekat sosial, melestarikan budaya bangsa, untuk membina watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan
kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, untuk memperkukuh integrasi
nasional dan
menjaga citra
positif bangsa.
Sjarifuddin,2005:41. C. Kinerja TVRI Sebagai LPP
Dari uraian di atas, maka dalam penelitian yang dimaksud dengan Kinerja TVRI setelah perubahan bentuk menjadi LPP adalah kemampuan yang dimiliki
TVRI dalam menyajikan acara televisi yang menarik sehingga banyak diminati oleh para pemirsa. Hal ini dikarenakan TVRI sampai saat ini masih digunakan
masyarakat sebagai sumber hiburan, sumber berita, ataupun sumbar informasi.
commit to user 21
Sebagai organisasi publik, pihak TVRI dituntut harus selalu tanggap akan kebutuhan masyarakat yang menginginkan suatu hiburan yang menarik dalam
penyampaian informasi. TVRI diharapkan dapat memberikan suatu pelayanan yang terbaik terhadap masyarakat dan harus selalu efektif dalam setiap informasi
yang disampaikan sehingga jumlah pemirsa semakin meningkat dari waktu ke waktu. Pihak TVRI juga diharapkan dapat mengembangkan acara-acara yang
disajikan sehingga mampu bersaing dengan televisi-televisi swasta.
1. Efektivitas