Pengaruh penggunaan alat peraga kimia sederhana model alat uji elektrolit terhadap hasil belajar kimia siswa: Studi kasus di SMA Negeri 1 Pamulang

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEUAGA KIMIA
SEDEnHANA MODEL ALAT UJI ELI[KTUOLIT
TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA
(Studi kasus di SMA Negeri 1 Pamulang)

OLEH:
FITHRIYANI SHAFWA
セNQPS QVR WQRT

PUOGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
.runUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM negiセr
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

LEMBAR PENGESABAN PEMBIMBING SKIUPSI

Skripsi berjudul "Pengaruh Penggnnaan A1at Peraga Kimia Sederhana Model
A1at Uji Elektrolit terhadap Basil Belajar Kimia SisWll (Stndi Kasus di SMA
Negeri


1

Pamulang)",

yang disusun

oleh:

Fithriyani

Shafwa, NIM:

103016227124, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan, dan dinyatakan sah
sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasyah sesuai
ketentuan yang ditetapkan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Yang Mengesahkan


Pembimbing I

Drs. Zarnris Habib, M.si
NIP. 130695192

Pembimbing II

Munasprianto Ramli. S.Si. M.A
NIP. 150377453

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi beljudul "Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Kimia Sederhana Model Alat
Uji Elektrolit terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa (Studi Kasus di SMA Negeri I
Pamulang)" telah diujikan dalam Sidang Mlll1aqasyah Fakultas llmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 18
Desember 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat lll1tuk
mencapai dan mendapatkan gelar Silljana Pendidikan, Program Strata Satu (S 1),
pada Jurusan Pendidikan llmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan
Kimia.

Jakarta,

JilllUari 2008

Panitia Ujian Mlll1aqasyah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan PendidikillllPA)

Tanggal

If. H. Mahmud M. Siregar, M.Si
NIP. 150222933
Sekretaris (Sekretaris Jwusan Pendidikan IPA)
Baig Hana Susanti, M.Sc
NIP. 150299475
Penguji I
Dra. Etty Sofyatiningrum, M.Ed
NIP. 131808296
Penguji II
Dedi Irwandi, M.Si
NIP. 150229937


Mengetahui:
Dekan Falmltas limn Tarbiyah dan Kegnruan
DIN Syarif Hidacnllah Jakarta

0 ••'

n.

セ セN セ

•••". " •

Tanda Tangan

ABSTRAK

Fithriyani Shafwa, Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Kimia Sederhana
Model Alat Uji Elektrolit terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa (Studi kasus di
SMA Negeri I Pamulang). Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program

Studi Pendidikan Kimia, Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2007.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar kimia siswa
SMA yang pada pembelajaran kimia menggunakan alat peraga kimia sederhana
model alat uji elektrolit lebih baik daripada pembelqjaran kimia yang tidak
menggunakan alat peraga kimia sederhana model alat uji elektrolit dan
meningkatkan kreatifitas guru dan siswa dalam pembuatan alat peraga kimia
sederhana. Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri I Pamulang. Pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purpassive Sampling. Sampel
penelitian berjumlah 78 siswa kelas X, yang terbagi dua menjadi dua kelompok,
yaitu siswa kelas X.9 sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas X.6 sebagai
kelompok kontrol. Pengambilan data menggunakan instrumen tes hasil belajar
(post test) sebanyak 40 soal berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan
reliabilitasnya. Setelah diuji, didapatkan sebanyak 30 soal valid dan reliabilitas
sebesar 0,87. Soal juga dianalisis tingkat kesukaran dan daya pembeda, maka
didapatkan sebanyak 25 soal yang dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.
Hipotesis yang diajukan adalah hipotesis nihil (Ho) yaitu tidak terdapat pengaruh
yang positif antara penggunaan alat peraga kimia sederhana dengan hasil belajar
kimia siswa dan hipotesis alternatif (Ha) yaitu terdapat pengaruh yang positif
antara penggunaan alat peraga kimia sederhana terhadap hasil belajar kimia siswa.

Analisis data menggunakan pengujian hipotesis dengan uji-t. Dalam penelitian ini
diperoleh t-hitung sebesar 2,89, dengan taraf signifikansi 5% dan derqjat
kebebasan (db) sebesar 76 diperoleh t-tabel sebesar 1,98. Dengan demikian thitung lebih besar dibandingkan t-tabel (2,89 > 1,98). Hal ini berarti hipotesis
nihil (Ho) ditolak dan hipotesis altematif (Ha) diterima yang menyatakan terdapat
pengaruh penggunaan alat peraga kimia sederhana terhadap hasil belajar kimia
siswa. Maka kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar
kimia yang cukup tinggi antara siswa kelompok eksperimen dengan siswa
kelompok kontrol, oleh karena itu terdapat pengaruh penggunaan alat peraga
kimia sederhana terhadap hasil belajar kimia siswa.

Kata kunci: alat peraga kimia sederhana, alat uji elektrolit, dan hasil belajar.

8. Abi (H.Rahmatullah (Aim», Umi (Yayah Athiyah), dan kakak-adik tercinta,
serta Haryo Prio Atmojo, S.Si, yang selalu memberikan kasih sayang dan
doanya serta berbagi dukungan moril maupun materil hingga skripsi ini
terselesaikan.
9. Yuni, Luki, Muhibuddin, Amran, Ani, Ina, Yeyen, Lika, Puput, dan semua
ternan-ternan Pendidikan Kimia angkatan 2003.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih banyak kelemahan
dan kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

sifatnya membangun agar dapat dijadikan pelajaran untuk penelitian selanjutnya.
Dengan segala kekurangannya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan sumbangan yang positif kepada pembaca serta memberikan mnfaat
bagi semua pihak. Amin.

Jakarta, 30 Januari 2008
Penulis.

IF

Fithriyani Shafwa

DAFTARISI
i

ABSTRAK.

iii

KATA PENGANTAR

DAFTAR lSI

v

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

ix

BAB I. PENDAHULUAN

1


A. Latar Belakang Masalah

I

B. Identifikasi Masalah

,

4

C. Pembatasan Masalah

,

4

D. Perumusan Masalah

5


E. Hipotesis Penelitian

5

F. Tujuan Penelitian

5

G. Kegunaan Hasil Penelitian

5

BAB H. TlNJAUAN PUSTAKA

7

A. Alat Peraga Kimia Sederhana

7


I. Alat Peraga

7

2. Ilmu Kimia

8

3. Alat Peraga Kimia Sederhana

9

4. Pengembangan Alat Peraga Kimia Sederhana

10

5. Fungsi dan Manfaat Alat PeragaKimia Sederhana

10

6. Pemilihan Alat Peraga Kimia Sederhana

II

7. Nilai-nilai Alat Peraga Kimia Sederhana
B. Alat Uji Elektrolit

,

II
12

I. Definisi Alat Uji Elektrolit Sederhana

12

2. Fungsi dan Manfaat Alat Uji Elektrolit

13

C. HasH Belajar Kimia

13

2. Faktor-faktor yang Mempengamhi Hasil Belajar.

16

3. Penilaian Hasil Belajar

17

D. Hasil Penelitian yang Relevan

19

BAB m. METODOLOGI PENELITIAN

20

A. Tempat dan Waktu Penelitian

20

B. Metode dan Disain Penelitian

20

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

21

D. Variabel Penelitian

22

E. Teknik Pengumpulan Data

22

I. Kisi-kisi Instmmen

23

2. Kalibrasi Instmmen

25

a. Uji Validitas

25

b. Uji Reliabilitas

26

c. Perhitungan Analisis Butir Instmmen

27

F. Analisis Data

29

G. Hipotesis Statistik

30

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

31

A. Deskripsi Data

31

I. Deskripsi Data Hasil Bel!\iar Kelompok Eksperimen

31

2. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelompok Kontrol...

35

B. Analisis Data

39

I. Hipotesis Statistik

39

2. Uji Signifikansi dengan Uji-t (t-test)

39

3. Kriteria

40

C. Interpretasi Data dan Pembahasan
BAR V. PENUTUP

40
45

A. Kesimpulan

45

B. Saran

46

DAFTARPUSTAKA

47

LAMPIRAN

so

DAFTAR TABEL
Tabel I. Indikator-indikator HasiI Belajar dan Cara Pengungkapannya

17

Tabel 2. Disain Penelitian

21

Tabel 3. Perincian Populasi dan Sarnpel

22

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

23

Tabel 5. Data HasiI Belajar Kirnia Siswa Kelompok Eksperimen

31

Tabel 6. Pemaharnan

Konsep

Siswa

Berdasarkan Post Test

Kelompok

Eksperimen

33

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Data HasiI Belajar Kimia (Post Test)
Kelompok Eksperimen

33

Tabel 8. Data Hasil Belajar Kimia Siswa Kelompok Kontrol
Tabel 9. Pemaharnan

Konsep

Kontrol

Siswa

Siswa

Berdasarkan Post

35

Test Kelompok
37

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Kimia (Post Test) Siswa
Kelompok Kontrol..

37

DAFTAR LAMPlRAN

I. Silabus

50

2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen

51

3. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontro!.

57

4. Soal-soal Postes

62

5. Lembar Kerja Siswa

69

6. Tes Performan (Kinerja)

77

7. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

78

8. Perhitungan Butir Soal Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda

81

9. Tabel Data Skor Hasil Belajar (Post Test) Kelas Eksperimen

82

10. Tabel Data Skor Hasil Belajar (Post Test) Kelas Kontrol

83

II. Data Nilai Psikomotor Kimia Kelas Eksperimen

84

12. Data Nilai Psikomotor Kimia Kelas Kontrol..

85

13. Perhitungan Mean, Median, dan

Modus Hasil

Belajar

Kelompok Eksperimen
14. Perhitungan Mean, Median, dan

Kimia Siswa
86

Modus Hasil Belajar

Kelompok Kontrol

Kimia Siswa
88

15. Simpangan Baku (Standar Deviasi) Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontral

90

16. Pengujian Hipotesis

92

17. Harga Kritik dari r-Product Moment

95

18. Nilai Persentil untuk Distribusi t

96

19. Lembar Uji Referensi.

98

20. Surat Pemyataan Ilmiah

101

21. Surat Bimbingan

102

22. Surat lzin Penelitian

103

23. Surat Keterangan dari SMA 1 Pamulang

104

24. Dokumentasi Penelitian

105

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka pengembangan Kurikulwn Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan pencapaian kompetensi, diperlukan sarana dan prasarana
pembellijaran kimia yang lengkap agar pembelajaran kimia dapat beJjalan dan
terlaksana dengan efektif dan baik. Selain itu, upaya peningkatan mutu
pendidikan dan hasil belajar siswa telah dan sedang dilaksanakan oleh
Departemen Pendidikan Nasional di segala bidang. Upaya ini mulai dari
pembenahan

manaJemen

(Manajemen

Berbasis

Sekolah

MBS),

pengembangan profesional guru dalam melaksanakan tugas profesional pembelajaran - melalui pendidikan dan pelatihan sarnpai dengan peningkatan
swnber belajar. I
Pada mata pelajaran kimia, peningkatan hasil belajar kirnia harus
dilengkapi dengan swnber belajar berdasarkan tersedianya sarana dan
prasarana pengadaan laboratoriwn kimia secara lengkap, dengan bahan dan
alat yang diperlukan untuk keperluan praktikwn siswa SMA.
IImu kirnia merupakan "ilmu yang diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan eksperimen atau demonstrasi, yang mencari jawaban atas
pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam, khususnya yang
berkaitan dengan komposisi, struktur, dan sifat, transformasi, dinamika, dan
energetika zat". 2 Maka, kegiatan eksperimen atau demonstrasi tersebut harns
melalui pendekatan laboratoris dan pendekatan keterampilan proses.
Melalui

pendekatan keterampilan proses

maupun pendekatan

laboratoris, dan melalui kegiatan eksperimen di laboratorium diharapkan dapat
tercapai kompetensi berdasarkan standar isi mata pelajaran kirnia.
I

Direktorat Pendidikan Menengah Vmum, Pedomon Pembuatan Alat Perarw Kimin

2

Pendekatan laboratoris didefinisikan sebagai prosedur pengaJaran
dimana sebab-akibat, hakikat, atau unsur dari suatu gejala fisis atau kimia
ditentukan oleh pengalaman yang sebenamya, atau eksperimen di bawah
kondisi yang terkendali. MelaJui pendekatan laboratoris akan diperoleh
beberapa manfaat, antara lain:
(1) memungkinkan keterlibatan siswa secara langsung oleh karena
pendekatan ini menekankan pengalaman langsung terhadap materi
yang disajikan; (2) merupakan pendekatan yang bersifat muJtisensori
yang tersedia bagi gaya belajar setiap individu, karena siswa dapat
melihat, merasa, mendengar, mencium, dan bahkan berbuat sesuatu;
(3) memberikan semangat kepada siswa untuk berkompetisi, mereka
mengembangkan keterampilan dan memakai bahan, melakukan
eksperimen, atau menjelajahi lingkungan yang bam; (4) memberikan
pengalaman dalam mengembangkan keterampilan yang dapat
dimanfaatkan di luar sekolah; (5) pendekatan ini dapat
mengembangkan keterampilan yang perlu untuk studi atau penelitian
lanjutan. 3

Dengan adanya eksperimen atau praktikum di laboratorium, maka
diperoleh

berbagai keterampilan proses yang meliputi

keterampilan-

keterampilan atau kemampuan-kemampuan mendasar dan lanjutan, antara
lain:
Mengobservasi
atau
mengamati,
menghitung,
mengukur,
mengklasifikasi, mencari hubungan ruang atau waktu, membuat
hipotesis, merencanakan penelitian atau eksperimen, mengendaJikan
variabel, menginterpretasi atau menafsirkan data, menyusun
kesimpuJan sementara (inferensi), meramaJkan (memprediksi),
menerapkan (mengaplikasi), dan mengkomunikasikan.4
MelaJui pendekatan laboratoris dan pendekatan keterampilan proses
guru dapat menggunakan objek dengan aJat atau bahan praktikum untuk

mempeJjelas konsep-konsep yang bersifat abstrak daJam mata pelajaran kimia.
Sehingga konsep yang abstrak yang bam dipahami oleh siswa akan
mengendap, melekat dan tahan lama bila ia belajar melaJui perbuatan dan

3

Masitah, dkk, "Pengembangan Model Pengaiaran TPA-Fisika Melalui Pemanfua"'" Ala'

4

guru juga dapat mengajak siswanya untuk merakit dan membuat a1at peraga
kimia sederhana, keterampilan proses tersebut yang memungkinkan siswa
mengembangkan kreativitas berpikirnya. 9
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang permasalahan tersebut,
maka penulis tertarik untuk mengadakan peneitian dengan judul:
"Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Kimia Sederhana Model Alat Uji
E1ektrolit terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa"

B. Identifikasi Masalah
Dari gambaran di atas dan judul yang penulis ajukan, timbul
pertanyaan:
1. Bagaimana kendala guru dan siswa ketika merakit a1at uji elektrolit

sederhana?
2. Apakah penggunaan a1at peraga kimia sederhana model a1at uji elektrolit
dapat menunjang sarana dan prasarana laboratorium sekolah yang tidak
lengkap?
3. Apakah penggunaan a1at peraga kimia sederhana model a1at uji elektrolit
dalam pembelajaran kimia dapat dijadikan a1ternatif pengganti peralatan
buatan pabrik?
4. Apakah ada pengaruh dari penggunaan a1at peraga kimia sederhana model
a1at uji e1ektrolit terhadap hasH belajar kimia siswa?

C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalahnya pada pengaruh
penggunaan a1at peraga kimia sederhana model a1at uji elektrolit terhadap hasH
belajar kimia siswa pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit yang
dipelajari di kelas X (sepuluh) SMA Negeri 1 Pamulang.

5

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
I. Apakah terdapat pengaruh penggunaan alat uji elektrolit sederhana
terhadap hasil belajar kimia siswa?
2. Apakah hasil belajar kimia siswa yang menggunakan alat peraga kimia
sederhana model alat uji elektrolit lebih baik dari siswa yang
menggunakan alat peraga kimia dropping pemerintah model alat uji
elektrolit pada pembelajaran kimianya?

E. Bipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis nihil
(Ho) dan hipotesis altematif (Ha), dengan:
Ho = Tidak terdapat pengaruh yang positif antara penggunaan alat peraga
kimia sederbana dengan basil belajar kimia siswa.
Ha = Terdapat pengaruh yang positif antara penggunaan alat peraga kimia
sederhana terbadap basil belajar kimia siswa.

F. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang penulis inginkan, yaitu: mengetahui
apakah basil belajar kimia siswa SMA yang pada pembelajaran kimia
menggunakan alat peraga kimia sederbana model alat uji elektrolit lebib baik
daripada pembelajaran kimia yang tidak

menggunakan alat peraga kimia

sederhana model alat uji elektrolit.
G. Kegunaan Basil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, yaitu:
I. Secara teoritis: dapat menambah pengetahuan guru tentang alat-alat peraga
kimia sederhana dan kegunaannya dalam pembelajaran kimia
2. Mengembangkan keterampilan dan kreativitas guru dan siswa dalam

6

3. Guru dan siswa dapat menggunakan alat peraga kimia sederhana model
apapun, khususnya alat uji elektrolit daJam pembelajaran kimia sehingga
dapat mempengaruhi bahkan meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
4. Sebagai pengetahuan bagi penulis tentang alat peraga kimia sederhana
model aJat uji elektrolit dan sebagai bekal jika menjadi guru.

BABIl
TINJAUAN PUSTAKA

A. Alat Peraga Kimia Sederhana

L Alat Peraga
Istilah alat peraga kimia sederhana dibangun oleh dua istilah, yaitu
alat peraga sederhana dan ilmu kimia. Sedangkan istilah alat peraga
sederhana mempunyai kata kunci, yaitu alat. Maka menurut Rohani
(1997), alat (devices) yaitu "perangkat kerns yang digunakan untuk

penyampaian pesan yang tersimpan dalam bahan". Berdasarkan definisi
kata alat, maka secara umum pengertian alat peraga didefmisikan sebagai
"benda atau alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran",1 yaitu untuk menyampaikan informasi atau pengetahuan
dari pengajar atau guru kepada anak didik atau siswa.
Selain itu defmisi lain dari alat peraga adalah "suatu alat yang
digunakan untuk membantu memudahkan siswa memaharni suatu
konsep".z Kemudian Med juga mengemukakan dalam buku yang beIjudul
Pengelolaan Materiil oleh Arikunto (1987), bahwa yang dimaksud "alat
peraga adalah alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa
perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang mudah memberi pengertian
kepada anak didik berturut-turut dari perbuatan yang abstrak sampai
kepada benda yang sangat konkrit".
Alat peraga juga merupakan bagian dari media pembelajaran, hal
ini berdasarkan eiri umum media instruksional edukatif, maka alat peraga
yaitu media instruksional edukatif yang identik dengan alar peraga
langsung dan tidak langsung. Oleh karena itu, perbedaan antara media dan

1

Direktorat Pendidikan Menengah Vmum, Pedoman Pembuatan Alat Perago Kimia

8

alat peraga terletak pada fungsinya bukan pada substansinya,3 dan alat
peraga dapat juga dikatakan sebagai swnber belajar, jika fungsinya hanya
sebagai alat bantu saja. 4
2. lImu Kimia
lImu kimia adalah "lImu Pengetahuan Alam yang mempelajari
tentang materi yang meliputi struktur, susunan, sifat dan perubahan materi
serta energi yang menyertainya. Perubahan materi tersebut dapat juga
menimbulkan dampak negatifterhadap manusia dan lingkungaunya".5
Sedangkan menurut Dickson (edisi keempat), kirnia adalah "ilmu
sams yang selalu mementingkan percobaan-percobaan, observasi atau
pengamatan, dan mengukur berat, massa, waktu, dan temperatur".
Kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi menyatakan bahwa:
IImu kirnia merupakan i1mu yang diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan
apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam; khususnya yang
berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, transformasi,
dinamika dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia
di SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi
komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan
energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. llmu
kimia merupakan produk (pengetahuan kirnia yang berupa fakta,
teori, prinsip, dan hukum) temuan saintis dan proses (keIja ilrniah).
OIeh karena itu, dalam penilaian kirnia memperhatikan karateristik
Hmu kimia sebagai produk dan proses. 6
Menurut Keenan (1996), kirnia adalah "mempelajari bangun
(struktur) materi dan perubahan-perubahan yang dialarni materi dalam

proses-proses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan".
Pendapat lain mengatakan bahwa:
Kimia merupakan ilmu-iImu kealaman (natural science) yang
mengambil benda sebagai objek. Yang dikembangkan oleh kirnia
3

Ahmad Rohani, HM, Media Ins/rubianal Eduka/if, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h.

4

Ahmad Rohani, HM, Media ... , h. 5.
Dorthy Hariandja, Pengenalan llmu Kimia, (Dikmenum: www.dikmenum.go.idie-

4-6.
5

9

deskripsi tentang benda, khususnya kemungkinan perubahan
menjadi benda lain (transformation of matter). Perubahan suatu
benda meiYadi benda lain dalam bahasa kimia disebut reaksi. 7
Berdasarkan pengertian-pengertian ilmu kimia di atas, maka ilmu
kimia adalah bagian dari I1mu Pengetahuan Alam yang mempelajari
struktur, sifat, susunan, perubahan materi dan energi, yang diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan eksperimen atau percobaan, observasi, dan
pengamatan.
3. Alat Peraga Kimia Sederhana
Alat peraga kimia adalah "benda atau alat yang digunakan untuk
pcmbelajaran kimia".8 Sedangkan mcnurut Kertiasa bahwa:
Alat peraga kimia sederhana atau disebut juga alat kimia buatan
sendiri, adalah alat yang dapat dirancang dan dibuat sendiri dengan
memanfaatkan alat atau bahan di sekitar lingkungan kita, dalam
waktu relatif singkat dan tidak memerlukan keterampilan khusus
dalam penggunaan alat atau bahan atau perkakas, dapat
menjelaskan atau menunjukkan atau membuktikan konsep-konsep
atau gejala-gejala yang sedang dipelajari, alat lebih bersifat
kualitatif daripada kuantitatif. 9

Regional

Education

Centre

of Science

and

Mathematic

(RECSAM) mengelompokkan alat peraga kimia sebagai berikut: 1o
a. AJat praktik, adalah alat atau set alat yang digunakan secara langsung
untuk membentuk suatu konsep dalam pembelajaran kimia.
b. Alat peraga, adalah alat yang digunakan untuk membantu memudahkan
memahami suatu konsep secara tidak langsung.
c. AJat pendukung, adalah alat yang sifatnya mendukung jalannya
percobaan atau eksperimen kimia atau kegiatan pembelajaran yang
lainnya.

7 Syahmani, "Laboratorium Sebagai Pusat Pengajaran Kimia Organik", dalam Vidya
Karya Jurnal Pendidilcan dan Kehudayaan, Oktober 2002, h. 86
--

.

10

4. Pengembangan Alat Peraga Kimia Sederhana
Alat praktik, alat

ー・イ。ァセ

dan alat pendukung telah banyak dibuat

secara massal oleh pabrik. Namun, karena alasan-alasan tertentu, seperti
kurang lengkap, kekurangan alat atau sekolah tidak

セケョゥォ ャ ュ・

alat-alat

tersebut dapat dibuat dan dikembangkan sendiri oleh guru atau siswa
dengan memanfaatkan bahan bekas yang banyak terdapat di lingkungan
sekitar

ォゥセ

alat atau bahan yang banyak di pasaran, dan penggunaan

perkakas yang tidak memerlukan keterampilan khusus.
Alat peraga kimia sederhana yang dibuat dan dikembangkan
dalam bentuk sebagai berikut: 11
a. Padanan alat, yaitu alat yang dibuat dengan mengacu pada contoh alat
yang sudah ada (alat praktik, alat

セァ。イ・ー

alat pendukung) di

laboratorium kimia.
b. Prototype, yaitu alat yang sebelumnya tidak

セ、。

atau dapat juga

merupakan pengembangan dari alat yang sudah ada.
5. Fungsi dan Manfaat Alat Peraga Kimia Sederhana dalam Pembelajaran
Kimia
Banyak fungsi dan manfaat yang dapat diperoleh dari alat peraga
kimia ウ・、イィ。ョセ

sebagai berikut: 12

a. Fungsi alat peraga kimia sederhana
I) Sebagai pengganti atau tiruan benda sebenarnya
2) Membantu guru dalam proses belajar mengajar
3) Memberi motivasi kepada siswa untuk lebih giat belajar dan kreatif.
4) Memvisuaiisasikan konsep yang abstrak.
5) Memberikan gambaran yang jelas pada bagian-bagian benda yang
diamati atau dipelajari.
b. Manfaat alat peraga kimia sederhana13
I) Siswa lebih mudah memahami konsep yang dipelajari dengan
bantuan alat peraga
Q セ⦅

II

2) Siswa dapat memanfaatkan atau menempkan pengetahuan dan
keterampilan kimia-teknologi.
3) Keterampilan siswa bertambah dan lebih aktifbelajar.
4) Daya kreativitas siswa bertambah.
5) Hubungan antam guru dan siswa lebih emt.
6) Biaya pengadaan alat relatif lebih murah dan waktu pengadaan
dapat diatur sesuai kebutuhan.
7) Jumlah alat di sekolah bertambah
6. Pemilihan Alat Peraga Kimia Sederhana
Burton memberikan petunjuk bahwa dalam memilih alat peraga
kimia sederhana yang akan digunakan hendaknya memperhatikan hal-hal
berikut: 14
a. Alat-alat yang dipilih hams sesuai dengan kematangan dan pengalaman
siswa serta perbedaan individual dalam kelompok.
b. Alat yang dipilih hams tepat, memadai, dan mudah digunakan.
c. Hams direncanakan dengan teliti dan diperiksa lebih dahulu.
d. Penggunaan alat peraga kimia sederhana disertai kelanjutannya, seperti
diskusi, analisis, dan evaluasi.
7. Nilai-nilai Alat Peraga Kimia Sederhana
Suatu alat peraga kimia sederhana yang dirancang dengan sempurna
sehingga dapat dipergunakan sebagai pengganti alat buatan pabrik, tetapi
mempunyai berbagai macam nilai-nilai, seperti: ls
a. Nilai ekonomis
Meskipun terbuat dari bahan sederhana dan murah tetapi peranannya
dapat menggantikan peralatan yang mahal.
b. Nilai edukatif dan nilai psikologis.
Alat peraga kimia sederhana tersebut dapat digunakan dan membantu
kelancaran program pengajaran. Disamping itu kegiatan pembuatan alat
14

Moh. Vzer Vsman, Menjadi Guru Profesionai, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

12

merupakan kegiatan berlatih keterampilan (psikomotor). Kegiatan ini
dapat juga mengembangkan kreatifitas anak didik, mereka diberi
kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuannya, dituntut berfikir
secara ilmiah, dapat mengembangkan hobi atau minat, sehingga
bermanfaat untuk digunakan kelak.
c. Nilai sosiologis
Melalui kegiatan pembuatan alat, siswa dituntut untuk melakukan
pekeIjaan kasar, seperti mengkaji, mengetam, mengecat, seperti
dilakukan buruh. Kebiasaan ini akan terbawa meskipun mereka
menjadi cendikiawan. Pada dirinya tertanam nilai sosial yang dapat
menghilangkanjurang pemisah antara cendekiawan dan buruh.

B. Alat Vji Elektrolit Sederhana

I. Definisi Alat Uji Elektrolit Sederhana.
Alat uji elektrolit sederhana adalah alat peraga kimia sederhana
yang dapat menghantarkan arus listrik dalam suatu larutan elektrolit, yang
terdiri dari dua buah elektrode yang dirangkaikan dengan kabel dan lampu
pijar kemudian dihubungkan dengan tegangan listrik alau baterai. 16
Susunan alat uji elektrolit sederhana adalah sebagai berikut:
4

:; ...-'>.-.
-.
3.

7

--I.
O.

;ech.:; pCHg,i;ulj';!Hg
[)(I{a hnnpi!
。、ゥNエᄋAWB[ZLゥセN

lan{[Oli yang dfu]1

g . . . h7 .."': ;;fmla

1

Gambar 1. Alat Vji Elektrolit Sederlllana

16

Pustekkom,

2003.

Lamtan

elektrolit

dan

non

elektrolit,

(Dikmenum:

13

2. Fungsi dan Manfaat Alat Uji Elektrolit Sederhana.
Fungsi alat uji elektrolit sederhana sarna dengan fungsi alat peraga
kimia sederhana, tetapi fungsi khusus dari alat uji elektrolit sederhana
adalah untuk mengarnati gejala-gejala yang terdapat pada larutan elektrolit
kuat, larutan elektrolit lemah, dan larutan non-elektrolit.
Gejala kelistrikan yang diarnati pada larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik melalui alat uji elektrolit adalah : 17
a. Larnpu pijar menyala terang, dan muncul gelembung-gelembung gas
di sekitar elektrode, disebut larutan elektrolit kuat.
b. Larnpu pijar redup, dan muncul gelembung-gelembung gas di sekitar
elektrode, disebut larutan elektrolit lemah.
c. Larnpu pijar tidak menyala, tetapi ada gelembung-gelembung gas di
sekitar elektrode, disebut larutan elektrolit lemah.
Sedangkan gejala yang dapat diarnati pada larutan non elektrolit
yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, tidak akan memberikan gejala
kelistrikan seperti larnpu pijar tidak menyala dan tidak munculnya
gelembung-gelembung gas di sekitar elektrode.
Manfaat dari alat uji elektrolit sederhana sarna dengan manfaat
alat peraga kimia sederhana.

C. Hasil Belajar Kimia
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat didefinisikan dengan menjelaskan dan
memaharni dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar.
Pengertian hasil (produk) menunjukkan kepada suatu perolehan akibat
dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya
input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan

17 Pustekkom. 2003. Larulan elektrolil dan nonelektrolil, (Dikmenum: !!!m;.li
www.dikmenum.go.idle-

14

karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang
jadi (finished goods). Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan
hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar.
Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan
dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu juga dalam kegiatan
belajar mengajar, setelah mengalami belajar, siswa berubah perilakunya
disbanding sebelumnya. 18
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
mengurnpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi atau materi pell\iaran. 19 Sedangkan belajar menurut pandangan
Skinner adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya
menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak bell\iar maka responnya
menjadi menurun. Sedangkan menurut Gagne belajar merupakan kegiatan
yang kompleks. Menurut pandangan Piaget belajar pengetahuan meliputi
tiga fase, yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep.
Dalam fase eksplorasi, siswa mempelajari gejala dengan bimbingan.
Dalam fase pengenalan konsep, siswa megenal konsep yang ada
hubungannya dengan gejala Dalam fase

aplikasi konsep, siswa

menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut. 20
Menurut Winkel (2005), belajar pada manusia boleh dirumuskan
sebagai berikut: "suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan
dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap".
Muhibbin, dalam bukunya yang beIjudul Psikologi Belajar (2003),
berpendapat bahwa:
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan
jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya
18 Rini Susanti, "Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar", dalam Jurnal Teknodik, No.
12NII/ Oktober 2003, h. 129.
lQ



_

]5

pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa ketika ia berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Berdasarkan pengertian belajar diatas jelas diketahui, bahwa hasil
belajar adalah merupakan output dari proses 「・ャセ。イ

terhadap materi-materi

yang dipelajari sebagai input dan bila keadaan ini diungkapkan dalam
bentuk gambar, maka keterkaitan ketiga unsur tersebut seperti berikut:

EJ

Materi

Input -l-di_.:e_an_la_Jan_.-l-

Proses
belajar

r:=l
"'--'U---1>

Hasil
Belajar

Gambar 2. Proses terbentuknya basil belajar
Menurut Sudiyarto, menyebutkan bahwa:
Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa
dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan yang ditetapkan. Hasil belajar pada proses jangka
panjang akan dicapai melalui hasil belajar jangka pendek sesuai
dengan jenjang tujuan pendidikan, tl.ljuan instruksional, dan tujuan
instruksional khusus.
Menurut Sl.Idiyarto pula, "hasil belajar meliputi ranah kognitif,
ranah afektif, dan kemampuan atau kecepatan belajar yang oleh Bloom
dinyatakan sebagai hasil belajar ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor".21
Pendapat Bloom menyatakan bahwa hasil belajar merupakan
kemampuan yang dimiliki seseorang setelah menerima pengalaman
belajarnya. Klasifikasi hasil belajar secara garis besar terdiri dari:
(I) ranah kognitif yng berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek, yaitu: (a) pengetahuan atau ingatan,
(b) pernaharnan, (c) aplikasi, (d) anaIisis, (e) sintesis, dan (1)
evaluasi; (2) ranah afektif yang berkenaan dengan sikap yang
terdiri dari lima aspek, yaitu: (a) penerimaan, (b) jawaban atau
reaksi, (c) penilaian, (d) organisasi, dan (e) interaksi; (3) ranah

16

psikomotor yang berkenaan dengan: (a) hasil belajar keterarnpilan,
22
dan (b) kemarnpuan bertindak.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa tidak
terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa itu sendiri. 23
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dapat kita bedakan menjadi tiga macarn, yakni: 24
a. Faktor internal (faktor dari dalarn siswa), yakini keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani siswa;
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi keadaan
lingkungan di sekitar siswa;
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi slrategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Berdasarkan faktor ekstemal belajar diatas, yaitu faktor yang
bersumber dari lingkungan sekolah siswa, maka dapat diidentifikasi lagi
menjadi: 25 "cara memberikan pelajaran, kurangnya bahan-bahan bacaan,
kurangnya a1at-a1at, bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemarnpuan, dan
penyelenggaraan pembelajaran terlalu padat".
Faktor-faktor tersebut akan sangat mempengaruhi hasil belajar
kirnia siswa, terutama kurangnya a1at-a1at. Untuk bidang ilmu-ilmu
kealarnan, eksakta, seperti ilmu kirnia dipedukan a1at untuk praktikum.
Tanpa a1at-a1at itu, maka pada dasamya pelajaran sarna sekali belum
beJjalan. Kekurangan a1at-a1at inilah yang akan mengharnbat studi para
slswa.
22 H. Veithzal Riva'I, "Upaya-upaya meningkatkan Hasil Belajar Kepemimpinan Peserta
Diklat Spama Survei di Diklat Departemen Kesehatan (2000)", dalam Jurna/ Pendidikan dan
Kebudayaan, Januari 2003, h. 130
2J Etty SoJYatiningrum, Pengaruh Umpan Balik Guru Terhadap Siswa da/am
Meningkatkan Prestosi befajar di SLTP Muhammadiyah 22 Pamufang, (Depdiknas:
http://www.deodiknas.go.idljurnaI/30/pengaruhumpanbatikguruterhad.htm. Januari 2007),
h.2.

17

3. Penilaian Hasil Belajar
Yang

dimaksud

dengan

penilaian

ialah

"kegiatan

memperbandingkan hasil pengukuran (skor) sifat suatu objek dengan
acuan yang reIevan sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu kualitas
yang bersifat kuantitatif'. 26
Berbagai jenis penilaian berbasis kelas antara lain, tes tertulis, tes
perbuatan, pemberian tugas, penilaian kinerja (pelformance assessment),
penilaian proyek, penilaian hasil keIja peserta didik, penilaian sikap, dan
penilaian portofolio. Jenis penilaian sangat tergantung kepada kompetensi
dasar maupun indikator yang diuraikan dalam kurikulum.
Salah satu tugas pokok guru adalah mengevaluasi taraf
keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk
melihat sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar peserta
didik secara tepat (valid) dan dapat dipercaya (reliable), kita memerlukan
informasi yang didukung oleh data yang objektif dan memadai tentang
indikator-indikator perubahan perilaku dan pribadi peserta didik. Karena
itu, kita biasanya berusaha mengambil cuplikan saja yang diharapkan
mencerminkan keseluruhan perubahan perilaku itu. Menurut Syamsuddin,
beberapa indikator dan kemungkinan cara mengungkapkannya secara garis
besar digambarkan sebagai berikut: 27

Tabel 1. Indikator-indikator Hasil Belajar dan Cara
Pengungkapannya
Jenis basil belajar
a. Kognitif
+ Pengamatanlpercep
tual

+ Hafalanlingatan
+ Pengertianlpemaha
man

Indikator-indikator

+ Dapat menunjukkan,
membandingkan,
mengbubungkan
+ Dapat menyebutkan,
menunjukkan lagi
+ Dapat menjelaskan,
mendefinisikan dengan
kata-kata sendiri.

Cara pengungkapan

+ Tugas, tes,
observasi

+ Pertanyaan, tugas
tes
+ Pertanyaan, soalan,
tes tugas

19

D. Hasil Penelitian yang Relevan
Pada penelitian ini, penulis merujuk kepada penelitian-penelitian
terdahulu yang relevan, dan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang relevan
adalah sebagai berikut:
I. Penelitian tentang "Pemanfaatan Alat-alat Percobaan Sederhana Buatan
Guru Dengan Suplemen LKS Berwawasan STM Dalam Pembelajaran IPA
di Sekolah Dasar" oleh Ni Made Pujani (2003) menyimpulkan, bahwa: (I)
pembelajaran

dengan

memanfaatkan

pendekatan

STM

dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa, (2) pembelajaran IPA dengan
memanfaatkan alat-alat percobaan sederhana buatan guru dan suplemen
LKS berwawasan pendekatan STM dapat meningkatkan literasi sains dan
teknologi siswa, (3) pembelajaran dengan memanfaatkan alat-alat
percobaan sederhana buatan guru dan suplemen LKS berwawasan
pendekatan STM dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, (4) respon
siswa adalah positif terhadap pembelajaran IPA dengan memanfaatkan
alat-alat percobaan sederhana buatan guru dan suplemen LKS berwawasan
STM.
2. Penelitian tentang "Pengembangan Strategi Pembelajaran Fisika SLTP
Memanfaatkan Alat Peraga Sederhana" oleh Heru Tjahjono (2003)
menyimpulkan, bahwa: (I) penerapan strategi pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga yang berupa model dapat meningkatkan minat
belajar siswa, (2) penerapan strategi pembelajaran dengan menggunakan
alat peraga dapat menciptakan suasana pembelajaran Fisika yang
menyenangkan.

21

membuat alat peraga kimia sederhana model alat uji elektrolit dan keterarnpilan
melaksanakan praktikum yaitu menguji berbagai larutan elektrolit dan nonelektrolit. (Lihat larnpiran 5 dan 6, h. 69 - 77).
3. Pemberian tes
Pemberian tes diadakan pada akhir pembelajaran berupa tes akhir

(postlest), dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi
yang telah diajarkan, Tes ini adalah penilaian hasil belajar siswa berdasarkan
aspek kognitif. Butir soal pada kedua kelompok adalah sarna. (Lihat larnpiran 4,
h.62).
Disain statis dua kelompok (the static group comparison design)
dilukiskan sebagai berikut:
Tabel 2. Disain Statis Dua Kelompok
Kelompok
A
B

Perlakuan
X

-

PosIes

T
T

Keterangan:
A = kelompok yang menggunakan alat peraga kimia sederhana model
alat uji elektrolit
B = kelompok yang tidak rnenggunakan alat peraga kimia sederhana
model alat uji elektrolit
X = penggunaan alat peraga kimia sederhana model alat uji elektrolit
pada praktikum
T = tes akhir yang sarna pada kedua kelompok

C. Populasi Sampel dan Teknik Sampling
I. Populasi target

Seluruh siswa SMA Negeri I Parnulang
2. Populasi teIjangkau
Seluruh kelas X semester genap SMA Negeri I Parnulang tahun ajaran
2006/2007.

22

3. Sampel
Sampel penelitian ini adalah dua kelas X semester dua, yaitu kelas X-6 sebagai
kelas kontrol dan X-9 sebagai kelas eksperimen.
4. Teknik sampling
Teknik sampling menggunakan Purpossive Sampling.
Tabel3. Perincian Populasi dan Sampel
Kelas
X.6
X,9

No.
I.

2.

Jumlah Siswa
40
38

Sampel
40
38

D. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu:
I. Variabel independen (bebas) adalah alat peraga kimia sederhana model ala! uji
elektrolit. Variabel disimbolkan dengan huruf X.
2. Variabel dependen (terikat) adalah hasil belajar kimia slswa . Variabel ini
disimbolkan dengan hurufY.

E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik

pengumpulan

data

dalam

penelitian

ini

adalah

dengan

menggunakan instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tes hasil belajar kimia siswa yaitu tes objektif dan evaluasi kinerja. Tes
hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa
menguasai dan memahami materi yang diberikan, sedangkan tes kinerja ini
bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa berdasarkan aspek psikomotor yaitu
keterampilan proses siswa pada saat praktikum melalui prosedur observasi. (Lihat
lampiran 5 dan 6, h. 69 - 77).
Tes hasil belajar yang akan diberikan kepada siswa merupakan tes objektif
berupa tes tertulis yaitu tes akhir (post test), yang berbentuk soal pilihan ganda
terdiri dari 40 soal pilihan ganda dengan 5 options. Sebelum tes ini diberikan

23

kepada siswa, diujicobakan terlebih dahulu untuk diketahui validitas dan
reliabililasnya.
I. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Secara Kognitif
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Secara Kognitif
Standar
Kompetensi
Memahami
sifat-sifat
larutan
elektrolit
dan nonelektrolit.

Kompetensi
Dasar
Mengidentifi
kasi sifat
lanrtan
elektrolit dan

Pokok Bahasanl
Materi Pembelajaran
Larutan elektrolit
dan non-elektroli!.

Indikator
Menjelaskan
pengertian larutan,
pelarut, zat terlaru!,
dan daya hantar
Iistrik.

nonelektrolit.
berdasarkan
hasil
percobaan

I

Jenis larutan
berdasarkan daya
hantar listrik

Jenis larutan
elektrolit
berdasarkan ikatan

Jumlah

Aspek Kogniti f
CI
I,
2,
3,
4,
5,
6,
7

Mengidentifikasi
sifat-sifat larutan
elektrolit dan nonelektrolit melalui
percobaan.
Mengelompokkan
larutan ke dalam
lanrtan elektrolit
dan non-elektrolit
berdasarkan
percobaan.

Menjelaskan
penyebab
kemampuan larutan
elektrolit
menghantarkan
arus listrik
Mendeskripsikan
bahwa larutan
elektrolit dapat
berupa senyawa ion
dansenyawa
kovalen.

C2

C3

C4

C5

C6

Jwnlah
7

13,
14,
16

8,
9

10,
II,
12

17,

15

9

19

7

29

8

18,
20,
21,
22,
23

24,
25,
30

27

36

34

35,
38,
39,
40

32,
33,
37

II

II

6

6

26,
28,
31

9

3

3

40

24

Keterangan
Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom,
dkk. dikategorikan lebih terinci secara hirarki ke dalam enam jenjang
kemampuan, yakni: 2
a. Hafalan (CI).
Jenjang hafalan (ingatan) meliputi kemampllan menyatakan kembali atau
menyebutkan, menunjllkan lagi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
lebih dipelajarinya.
b. Pemahaman (C2).
Jenjang pemahaman melipllti kemampuan menangkap arti dari informasi
yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram, atau grafik,
meneIjemahkan suatu pemyataan verbal ke dalam rumusan matematis atall
sebaliknya, meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu (eksplorasi
dan interpolasi), serta mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan
kata-kata sendiri.
c. Penerapan (C3).
Yang termasukjenjang penerapan ialah kemampuan menggunakan prinsip,
aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi barn atau pada situasi
konkrit.
d. Analisis (C4).
Jenjang analisis meliputi kemampuan-kemampuan menguraikan sllatu
informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga
struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut
menjadi jelas.
e. Sintesis (C5).
Yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untllk menghubungkan
bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseillruhan yang terpadu.
2 Tonih Feronika dan Burhanuddin Milaman, Evaluasi Pendidikan Kimia (Modul), (Jakarta:
Program Studi Pendidikan Kimia FITK.. 2006), It. 5-8.

25

Tennasuk ke dalamnya kemampuan mereneanakan eksperimen, menyusun
karangan (Iaporan praktikum, artikel, rangkuman), menyusun eara barn
untuk mengklasifikasikan objek-objek, peristiwa, dan informasi lainnya
f.

Evaluasi (C6).
Kemampuan

pada

jenjang

evaluasi

ialah

kemampuan

untuk

mempertimbangkan nilai suatu pemyataan, uraian, pekerjaan, berdasarkan
criteria tertentu yang ditetapkan.
2. Kalibrasi Instrumen
Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan uji instrumen melalui:
a. Uji Validitas
Validitas (shahih) adalah "alat ukur yang mampu mengukur apa
yang hendak diukur. Untuk mengetahui setiap sistem soal memiliki
validitas yang baik, maka setiap item soal dihitung validitasnya".3
Validitas juga merupakan syarat yang terpenting dalam suatu alat
evaluasi, suatu teknik evaluasi dikatakan validitas yang tinggi (valid), jika
teknik evaluasi atau tes itu dapat mengukur apa yang sebenamya akan
diukur. 4
Adapun validitas instrumen hasil belajar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah validitas isi (content validity) artinya sebuah tes
tersebut dapat mengukur tujuan umum tertentu yang sejajar dengan
kurikulum sekarang (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) berdasarkan
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, dan
indikatomya. s Juga dengan pengujian validitas statistik yaitu untuk
pengujian validitas skor butir soal dis-kontinum (soal bentuk objektif
dengan skor butir soal 0 atau I) dengan menggunakan koefisien korelasi

Tonih Feronika dan Burhanuddin Milaman, EvaJuasi ... , h. 12.
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik EvaJuasi Pengajaran, (Bandung: Penerbit
Remaja Karya CV Bandung, 1986), h. 177.
5 M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip ...•h. 177.
3

4

26


biserial. Rurnus yang digunakan untuk rnenghitung koefisien korelasi
biserial antara skor butir soal dengan skor lotalles adalah:6
.
r b IS=

xゥMエセ
St

-

qi

Keterangan:
rb's (i)

=

koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nornor i
dengan skor total

X,

=

rata-rata skor total responden rnenjawab benar butir soal
nornorl

XI

=

rata-rata skor sernua responden

S,

=

standar deviasi skor total sernua responden

p,

=

proporsi jawaban benar untuk butir nornor i

=

proporsi jawaban salah untuk butir nornor i

q,

b. Uji Reliabililas
Sebuah instrurnen penelitian belurn cukup hanya dengan pengujian
validilas saja, dan juga harus rnerniliki reliabilitas.
Reliabililas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi 7 ,
atau alat ukur rnarnpu rnenghasilkan informasi yang sebenarnya (cermat).8
Suatu tes atau alat evaluasi dikatakan reliabel, jika tes atau alat
tersebut dapat dipercaya, konsisten, atau stabil dan produktif. Suatu tes
tidak reliabel jika rnengandung kesalahan-kesalahan. Indikasi dari tes yang
tidak reliabel adalah hasilnya tidak ajeg (konsisten). Penyebab suatu tes
tidak reliabel atau tingkat reliabelnya rendah adalah jawaban siswa tidak
didasarkan pada pengetahuan yang telah dimilikinya tetapi diterka-terka.

6 Anas Sudiyono, Penganlar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003),
eel. 4, h. 185
7 M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip ... , h. 179
8 Tonih Feronika dan Burhabudin Manam. Evaluasi .... h. 12

2X

Tingkat kesukaran dari suatu tes digunakan untuk mengetahui
apakah tiap butir soal termasuk kategori mudah, sedang, atau sukar.
Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:'o

U+L
TK=---

T
Keterangan:
TK = Tingkat kesukaran
U = Upper Ground (jumlah siswa yang menjawab benar untuk
kelompok atas)
L

=

Lower Ground (jumlah siswa yang menjawab benar untuk
kelompok bawah)

T

=

Jumlah siswa kelompok atas dan bawah.
Adapun tingkat kesukaran memiliki kriteria sebagai berikut:

0,00 - 0,30 = termasuk kategori sukar atau tinggi
0,30 - 0,70 = termasuk kategori sedang
0,70 - 1,00

=

termasuk kategori mudah

Pada anal isis butir instrumen hasil belajar/postes terdapat tingkat
kesukaran antara 0,58, sehingga dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesukaran soal post test termasuk sedang. (Lihat lampiran 8, h. 81).
Sedangkan daya

pembeda soal

berguna untuk

mengetahui

kemampuan suatu soal membedakan siswa yang pandai dan siswa yang
kurang pandai. Daya pembeda dihitung dengan menggunakan rumus
berikut:"

U-L
D=---

YzT

M. Ngalim Purwanlo. Prinsip-prinsip ...• h. 152 - 158
" M. Ngalim Purwanlo. Prinsip-prinsip ...• h. 153 - 158

10

29

Besarnya daya pembeda memiliki kriteria sebagai berikut:
0,00 - 0,20 = termasuk kategori jelek
0,20 - 0,40 = termasuk kategori cukup
0,40 - 0,70 = termasuk kategori baik
0,70 - 1,00 = termasuk kategori baik sekali.
Adapun dari hasil anal isis indeks daya pembeda soal memiliki ratarata sebesar 0,27, oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa
instrumen hasil belajar atau soal post test tersebut dapat mengukur dengan
tiap butir soal dalam membedakan antara siswa yang pandai dengan yang
kurang pandai. (Lihat lampiran 8, h. 81).

F. Analisis Data
Analisis data untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan
alat peraga "kimia sederhana terhadap hasil belajar kimia siswa, diukur dengan
pengujian hipotesis, yaitu:
I. Uji Signifikansi dengan Uji-t (I-test)
Teknis analisis data hasil penelitian dengan menggunakan uji "t" (1-

test) pada taraf signifikansi 5% (a. = 0,05). Rumusnya adalah: 12

x-v

Keterangan:
t

=

angka indeks t

X

=

nilai rata-rata hasil kelompok eksperimen

Y

=

nilai rata-rata hasil kelompok kontrol

S

=

standar deviasi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

12

Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Penerbit Tarsito, 1996), Edisi ke-6. h. 239.

30

Nx

=

jumlah sarnpel pada kelompok eksperimen

Ny

=

jumlah sarnpel pada kelompok kontrol

Sebelum menentukan harga thilung, ditentukan dahulu jumlah standar deviasi
gabungan dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan rumus:
S = (n l -I)s: +(n 2 -I)s;
n l +n 2 -2
Keterangan:
S

=

standar deviasi gabungan dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol

S/

=

standar deviasi kelompok eksperimen

S}

=

standar deviasi kelompok kontrol

nl

=

jwnlah sarnpel kelompok eksperimen

n2

=

jumlah sarnpel kelompok kontrol.

2. Kriteria
Adapun kriteria penerimaan atau penolakan Ho adalah: 13
a. jika thitung> tlabel, maka tolak Ho dan Ha diterima
b. jika thitung < !mbel, maka terima Ho dan Ha ditolak
c. jika thitung < Mエャ。「・セ

maka tolak Ho dan Ha diterima

d. jika -thitung> tlabel,maka terima Ho dan Ha ditolak.

G. Hipotesis Statistik
Hipotesa statistik dalam penelitian ini adalah:
I. Ho = J.lA < J.lB, maka Ho diterima, Ha ditolak

2. Ha = J.lA > J.lB, maka Ha diterima, Ho ditolak

IJ

Sudjana, Metoda .... edisi ke-6, h. 238 - 246.

BABIV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan, data yang telah terkumpul
dari data nilai post test 78 siswa, terdiri dari 38 siswa kelas eksperimen (kelas
X.9) yang diterapkan perlakuan, yaitu penggunaan alat peraga kimia
sederhana model alat uji elektrolit dalam pembelajaran kimianya pada konsep
larutan elektrolit dan non-elektrolit. Dan 40 siswa kelas kontrol (kelas X.6)
diterapkan perlakuan, yaitu menggunakan alat peraga kimia dropping
pemerintah model alat uji elektrolit dalam pembelajaran kimianya pada
konsep larutan elektrolit dan non-elektrolit. Maka data-data yang telah
diperoleh dapat dideskripsikan sebagai berikut:
I. Deskripsi Data HasiI Belajar Kelompok Eksperimen
Data nilai post test untuk kelompok eksperimen (X) dapat
disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel5. Data Hasil Belajar Kimia Siswa
Kelompok Eksperimen
No. Rseponden

Nilai

I.

76

2.

80

3.

84

4.

84

5.

80

6.

80

7.

84

8.

80

9.

60

32

No. Responden

Nilai

II.

92

12.

92

13.

84

14.

76

15.

76

16.

76

17.

72

18.

80

19.

68

20.

100

21.

84

22.

76

23.

80

24.

92

25.

84

26.

84

27.

80

28.

88

29.

68

30.

88

31.

72

32.

72

33.

76

34.

96

35.

96

36.

96

37.

88

38.

60

33

Tabel 6. Pemahaman Konsep Siswa Berdasarkan Post Test
Kelompok Eksperimen l
Deskripsi

Nilai

Maksimal

100

Minimal

60

Mean

81,42

Median

74

Modus

77,49

Standar Deviasi

9,5

Tabel7. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Kimia (Post

Test) Siswa Kelompok Eksperimen
Interval

Titik

Batas

Batas

Kelas

Tengah

Bawah

Atas

Absolut

Relatif

1.

60-66

63

55,5

66,5

2

5.26%

2.

67-73

70

66,5

73,5

5

13.15%

3.

74-80

77

73,5

80,5

13

34.21 %

4.

81-87

84

80,5

87,5

7

18.42 %

5.

88 - 94

91

87,5

94,5

7

18.42 %

6.

95 -100

98

94,5

100,5

4

10.53 %

38

100%

No.

Jumlah

Frekuensi

BHa diint