Respon sir sayyid Ahmad Khan terhadap epistemologi pendidikan Isla : studi tentang dikotomi ilmu
RESPON SIR SAYYID AHMAD
KHAN
TERHADAP EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
(STUDI TENTANG DIKOTOMIILMU)
Skripsi
DIAJUIZAJ."'\' KEPADA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
CNTUIZ MEMPEROLEH GELAR SARJANA
PENDIDlKAN ISLAM
Oleh :
MUDOFAR
NIM: 101011020632
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
DIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1426/2005
RESPON SIR SAYYID AHMAD KHAN
TERHADAP EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
(STUDI TENTANG DIKOTOMIILMU)
Skripsi
DIAJUKAN KEPADA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
firaysGセ
HIDAYATULLAH"
JAKARTA
UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA
PENDIDIKAN ISLAM
Ole h :
MUDOFAR
NIM: 101011020632
Pembimbing :
Drs.H.A.F. Wibisono, MA
Akhmad Sodiq, M.Ag
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
DIN SYARIF HIDAYATDLLAH JAKARTA
1426/2005
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul: "Respon Sir Sayyid Ahmad Khan terhadap Epistemologi
Pendidikan Islam; Studi tentang Dikotomi Emu" yang ditulis oleh :
Nama
:Mudofar
NIM
: 101011020632
Fakultas
: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Disetujui untuk dibawa ke dalam ujian / penilaian skripsi.
Pembimbing I.
Pembimbing II.
'
Drs.a A.F. Wibisono, MA
Tangga/:9Juni2005
..
Nセ
"
Akhmad Sodiq, M.Ag
Tangga/:9Juni2005
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul RESPON SIR SAYYID AHMAD
KHAN TERHADAP
EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN ISLAM; STUDI TENTANG DIKOTOMI ILMU
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan DIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 1 Juli 2005. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SaIjana Program Strata 1 (S 1) pada
Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 1 Juli 2005
Sidang Munaqasyah
Sekretaris Merangkap Anggota
Ketua Merangkap Anggota,
Anggota:
Penguji II
Drs.A.Basuru. MA
NIP: 150186404
Drs. H.A.F.Wibisono. M.Ag
NIP: 150236009
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, hanya izin-Nya terlaksana segala macam kebaikan dan
diraih segala macam kesuksesan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan jlldlll "Respon Sir Sayyid Ahmad Khan terhadap Epistemologi Pendidikan
Islam; Stlldi tentang Dikotomi [Imu" ini. Dimana skripsi ini merupakan salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan program studi S 1 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif HidayatulJah Jakarta. Salawat dan Salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, yang kepada beliau ditllrunkan wahyu illahi alQur'an, dan ditLlgasi untuk menjeJaskan serta memberikan contoh pelaksanaannya.
Semoga tercurah pula kepada keluarga dan sahabat-sahabat beliau serta seluruh
umatnya yang setia.
Penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas lImu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
beserta seluruh stafnya,
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta seluruh stafnya,
3. Bapak Drs.H..A.F. Wibisono. M.Ag dan Bapak Akhmad Sodiq, M.Ag yang telah
meillangkan waktllnya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi
tnt,
4. Kedlla orang ILIa dengan semangat dan pengorbanan yang selalll menyertai
penlliis lIntlik mempeljuangkan menyelesaikan pendidikan ini,
5. Kakanda dan Adinda tercinta yang selalu memberikan atas terselesaikannya
skripsi ini,
6. Serta semua pihak yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penlliis sepenllhnya sadar bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, karena l11asih
banyak sisi-sisi pemikiran dan pergerakan Sir Sayyid Ahmad Khan yang beillm
terllngkap. Untuk itu, penulis berharap, yang kecil ini l11ampu menal11bah wawasan
tentang sejarah kependidikan Islam.
Akhirnya kepada Allah .iualah penulis mahan talltiq hidayah, sernoga lIpaya
penlliis ini mendapatkan samblltan yang baik, serta mendapat ridho-Nya. Amin yd
robbed 'dlamin
Depok, 19 JlIli 2005
Penulis
PEDOMAN TRANSLITERASI
.
a
t
kh
....
sy
t gh
Y
b
.)
d
セ
sh
O.-:.=_-.......セ
....._-............".......
HNj⦅セLli vイ
A. Latar Belakang Personal
.,.,.•-.....,.-.","!'!
1. Riwayat Hidup Sir Sayyid Ahmad Khan (1817-1898)
Sayyid Ahmad Khan dilahirkan pada 17 Oktober di Delhi yang
merupakan ibukota Imperium Mughal. Di antara tokoh modernis muslim
terkemuka pada pertengahan abad 19 seperti; Sayyid Amir Ali (18491928), Jamaluddin aI-Afghani (1838-18997), Namik Kemal (1840-1888)
dan Syeikh Muhamad .Abduh (1850-1905), Sayyid Ahmad Khan
dianugerahi kesempatan (usia) yang panjang dalarn usahanya membentuk
masyarakat muslim yang modern. Dan perhatiannya terfokus kepada
negara-negara muslim yang berada di bawah kekuasaan kolonial Barat.
Khan dibesarkan dalam lingkungan keluarga terhorrnat. Dari sisi ayahnya
mengikuti asal-usul keturunan Imam Muttaqi yang berasal dari keturunan
putri Nabi, Fatimah. Bani Fatimah -- sebagai kaum yang teraniaya oleh bani
Umayyah dan bani Abbas -- pindah dari kawasan Arabia ke Damghan
(Persia) kemudian pindah dan menetap di Herat (Afghanistan).
13
'.
:
.
.. ,
セ
14
Nenek moyang Khan yang pertama berasal dari Herat tersebut yaitu
Syed Hadi. 1 Syed Hadi memasuki wilayah India ketika kerajan Mughal
dipegang oleh Shah Jehan (1628-1666). Pada masa berikutya, keturunannya
dapat menduduki pos-pos jabatan tertentu di kerajaan tersebut dari generasi
ke generasi. Kakek Sayyid Ahmad Khan pada masa Alamghir II, adalah
pembesar kerajaan yang diberi gelar kehormatan Jowahid Ali Khan dan
Jmvadud DQlvla. Gelar tersebut diberikan kepada seorang yang menduduki
jabatan panglima perang. 2 Orang tuanya, Sayyid Muttaqi -- seorang yang
dalam ilmu pengetahuan agamanya serta pengikut tarekat -- adalah orang
penting para pembesar istana dan sebagai ternan baik Akbar Syah II.
Mengingat kondisi kesehatannya (Sayyid Muttaqi) yang semakin menurun,
hubungan selanjutnya dengan para ー・ョァオ。ウセイ
semakin menUlun pula
kemudian mewakilkan kepada Sayyid Ahmad Khan. Sementara kakek
Ahmad Khan dari pihak ibu, Khwaja Farid ai-Din, rnernberi Sayyid Ahmad
Khan
pengetahuan
tentang
situasi
politik
ketika
itu,
dan
memperkenalkannya kepada pengetahuan serta kebudayaan Barat. 3
1 Lihat penjelasan pembaruan yang dilakukan tokoh-tokoh tersebut serta tokoh-tokoh
pembaru di tiga negara seperti Mesir. Turki dan India-Pakistan dalam Harun Nasution, Pembaruan
dalam Islam, Sejarah Pemikil'an dan Gerakan, (Jakarta:Bulan Bintang, 2003, eet XIV) h.21-207)
serta lihat mengenai silsilah Khan dalam G.F.r. Graham, The Life and Work ofSyed Ahmed Khan,
(Delhi: Idarah-I Adabiyat-I, 1974) h.1
2
Ibid.., h.2
J.M.S. Baljon, the Rejol'mis alld Religiuos Ideas of Sir Sayyid Ahmad Khan, (Leiden:
E.J.Brill, 1949) h.1
3
15
Khwaja Farid aI-DIn, seorang matematikus terkemuka pada saat itu
yang pernah menjadi perdana menteri kekaisaran Mughal selama delapan
tahun dan pernah pula bekerja pada EIe (East India Company), Khwaja
meninggal
ketika
Khan
masih
kecil.
Tetapi,
sebagaimana
yang
dikernukakan Albiruni yang dikutip Taufiq Adnan Arnal, pengaruhnya
sangat dominan terhadap Khan. Karena kegemaran Mir Muttaqi (ayahnya)
mengikuti kehidupan para Darwis, Khan kecil beserta ibunya tinggal di
rumah kakeknya, serta menyaksikan secara dekat kehidupan sehari-hari
seorang perdana menteri Mugha1. 4
Sebagai keturunan keluarga terhormat, Khan muda selalu mendapat
perhatian pendidikan dari orang tuannya. Pendidikan yang diperolehnya
merupakan pendidikan tradisional dalam bidang agama. 1a belajar siang
hari di madrasah lalu mengulangi pelajaran pada ibunya di malam hari.
Dari ayahnya ia mendapat latihan memanah dan berenang. Setdah
mendapat pendidikan dasar di madrasah, ia belajar bahasa Persia, Arab dan
juga matematika.
la
rajin
membaca buku dan
suka memperluas
pengetahuan dengan membaca buku dari· berbagai disiplin ilmu dengan
bekal beberapa bahasa asing yang ia kuasai. 5
4
Tautik Adnan Amal, Ahmad Khan; Bapak Taji'ir Modernis, (Jakarta: Teraju. 2004, Cet I)
5
J.M.S. Baljon. op.cit.., h.3
h.3
16
Kurang komprehensif dan intensifnya Khan dalam menempuh
pendidikan tradisional, yang konon 1a menjadi sasaran kritikan bal1kan
ejekan para kritikus konservatif, yang menganggapnya tidak memenuhi
kompetensi untuk melakukan modernisasi Islam. Namun, justru dari
kelemahan itulah yang merupakan kekuatan nyatanya; tidak terbelenggu
aleh disiplin pendidikan lama yang kaku, clan melaiui personal serta
pengkajian mandiri, ia l11endapatkan cakrawala baru dalam kreatifitas
inte1ektual dan meletakkan Iandasan bagi pemikiran yang baru terhadap
IsIam.
6
Dalam hal pembentukan kepribadiannya, pengaruh pertama yang
kuat adaIa!:; pengaruh ibunya. Ibunya adalah wanita terhormat, yang
dibesarkan dalam lingkungan pendidikan yang baik. Ia paham betul bahasa
Persia yang ketika itu bahasa kebudayaan Islam. 1a mengerti pentingnya
pendidikan bagi anak-anak. Tidak seperti wanita-wanita tainnya yang masih
percaya kepada berbagai macam tahayul, ia tidak menghiraukan laranganlarangan yang berkembang di masyarakat ketika itu. la sering memberi
makan telur dan daging ayam kepada anaknya karena makanan tersebut
bergizi dan baik bagi kesehatan anak. namun ibu-ibu lainnya menganggap
perbuatan tersebut sesuatu hal yang tabu. 7
6
7
Taufiq Adnan ArnaL
Ibid...
np. cil. .. h.2
17
1a Juga dikenal
sebagai wanita yang mengerti benar cara
mengarahkan putranya. Kepandaiannya tersebut diungkapkan dalam sebuah
peristiwa yang ditulis Altaf Husin Hall dalam Hayaf-J Jawid yang dikutip
Baljol1. selanjutnya Khan menceritakan peristiwa tersebut sebagai berikut:
StL.'ttu ketika, tatkala saya berumur sebeJas tahun saya
menertawakall seorang pembantu nlITIah tangga yang sudah tua
karena suatu hal, ibu saya mendengar peristiwa ini. Tak lama
kemudian ketika saya pulang, ibu memarahi saya sambil berkata :
"pergi kamu ! kau tak layak tinggal di sini." Pembantu wanita Jain
membawa saya ke ltL.'tf dan meninggalkan saya di jalan. Namtrn tak
lama kemudian, pembantu lainnya membawa saya ke nmlah bibi
saya yang tak jauh dari rumah situ. Bibi saya memperingatkan
sambi! berkata : "tahukah kamu? ibumu marah karena kamu telah
menyakiti hati seseorang, untuk itu kamu tinggal di sini untuk
sementara." Beberapa lama kemudian bibi datatlg ke rumah ibu
untuk memintakan maaf, lalu ibu berkata : "ia akan saya rnaafkan
kalau ia meminta maaf terlebih dahulu kepada pembantu itu". Lalu
sayap.un pergi ke pembantu t1la itu tmtuk meminta maaf sambiJ
menClUm tangannya.'
Atas
peristiwa
tersebut
secara
tidak
langsung ibunya telah
membentuk kepribadian Sayyid Ahmad Khan. Suatu peristiwa yang telah
mengantarkannya ke arab kehidupan yang berbeda lagi yaitu peristiwa
wafat orang tuanya, Sayyid MuttaqI. Praktis pemasukan keuallgan semakin
berkurang untuk
memenuhi
kebutuhan
sehari-hali.
Hal
itulah yang
mendorong Khan untuk mencari tambahan keuangan tmtuk menanggulangi
kebutuhan keluarga. 1a menjadi serichfedar (pembaca) di istana. Sayyid
Ahmad Khan yang teJal1 meramalkan kejatuhan Mughal, memilih berdinas
セ Ibid.., 11.4
18
Ahmad Khan yang telah meramalkan kejatuhan Mughal, memilih berdinas
pada Inggris. Pada tahun 1841, ia diangkat menjadi munisf (pegawai
peradilan) dan ditempatkan di Faatehpur Sikri. 9
Peristiwa tersebut dapat kita Hhat bahwa Sayyid Ahmad Khan
tertarik pertama kali pada lnggris karena didorollg oleh kebutuhan lapangan
kelja dan dari sini mendorongnya ke suasana yang berbeda, yaitu dari
suasana keluarga Muslim yang terhonnat ke suasana kebudayaan barat
yang modem dan bam.
Dalam pada itu, kekaisaran Mughal makin kurang berarti sebagai
pusat pendidikan dan kebudayaan Islam. Sayyid Ahmad Khan sendiri
merupakan cnggota perhimpunan pujangga Delhi yang dilindungi Bahadur
Syah (Kaisar Mughal). Khan menyediakan waktunya yang luang untuk
studi privat dan riset. ,Pada 1847 risetnya membuahkan hasil Asar-ulSanadid (Jejak-Jejak Besar). Buku ini memuat laporan menarik tentang
puing-puing Delhi lama, serta mengenai sejumlah sarjana sastra dan orangorang saleh pada masanya, buku yang sangat populer ini dicetak ulang
beberapa kali, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh M.Garcin
de Tasq pada 1861. Juga menarik perhatian di luar India, buku tersebut
membuat Sayyid Ahmad Khan dipilih menjadi anggota kehormatan the
Royal Asiatic Society pada 1864. la dipindahkan ke Byinore pada 1855.
9 M.Hadi Husein, Syed Ahmed Khan, Pioner ofMuslim Resurgence, (Lahore: lnstitut Of
Islamic Culture, 1970) h. 9
19
meneruskan aktivitas kesusastraannya, ia lalu menerbitkan 'Am-I-Akbari
Abul Fasol yang terkenal, Memoris Jahangir , dan Riwayat Ziauddin Barni
I . lO
.
yang Juga
ter k
セ・ョ。
Usia Khan yang panjang, sekitar 80 tahun, dapat dibagi dalam empat
periode. Dua puluh tahun pertama adalah masa pendidikannya. Dua puluh
tahun berikutnya, 1837-1857, ditandai dengan sukses-sukses sebagai
pegawai peradilan digabungan provinsi, selama periode ini terjadi
pemberontakan pada 1857, ia banyak berusaha untuk mencegah teljadinya
kekerasan bahkan ia menyelamatkan beberapa orang lnggris. Atas jasanya
inilah Sayyid Ahmad Khan mendapat gelar kehormatan Sir dari kerajaan
Inggris. Dua puluh tahun berikutnya (1857-1877) merupakan masa
minatnya kepada aktivitas kesejahteraan umum, khususnya pendidikan
masyarakat Islam. Dalam masa ini ia juga pergi ke Inggris untuk
mendapatkan pengetahuan tentang pendidikan Barat dan tata kerja institut
pendidikan negeri itu. Periode keempat (1877-1898) merupakan masa
paling penting di dalam hidupnya. Dalam periode inilah ia mendapatkan
reputasi sebagai pemimpin politik dan pendidikan Islam di India terbesar
selama abad 19. Ia menciptakan sarana pendidikan jangka panjang bagi
negerinya dengan mendirikan
Muhamadan Anglo Oriental College di
10 Jamil Ahmad, Hundred Great Muslim, terj: Tim Penerjemah Pustaka Firdaus, (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2003, Cet Vlll) h. 325
20
Aligarh
dan
Perhimpunan
Ilmuwan,
serta mengadakan
konferensi
pendidikan Islam seluruh India. II
Sayyid AlJl11ad Khan masih di Bynore saat pecah pemberontakan
1857. setelah Delhi diduduki kembali oleh Inggris, Sayyid Ahmad kembali
ke kota itu dan mendapatkan beberapa anggota keluarganya telah dibunuh,
dan ibunya dalam keadaan menyedihkan. Penderitaan ibunya, yang
meninggal di Meerut, secara tidak langsung berdampak terhadap psikologis
Sayyid Ahmad Khan. Pemeriksaan dan penuntutan yang buruk, serta
perampokan dan pembakaran oleh lnggris di Delhi. Bagian kota paling
bagus di Red Ford (Benteng Merah) sampai masjid Shah Jadan -- masjid ini
diduduki oleh Inggris -- diratakan jadi tanah, bahkan menjadi layaknya
sawah dibajak. Hal ini meninggalkan kesan sangat mendalam di benaknya.
Pengaruh terhadap pandangan hidupnyajuga sangat besar. 12
Tragedi 1857 itu melahirkaan bukunya Asbdb-I-Baghawah-I-Hind
(Sebab-Sebab Pemberontakan India) yang diterbitkan pada 1859 dia
menyatakan bahwa jika kaum Muslimin bersalah, itu adaJah tudlillan yang
tidak beralasan dan hal itu dapat diatasi secara mudah dengan sedikit
kebijaksanaan dari pemerintah. Dalam the Loyal Mohammadans of India,
1860-1861 dia menunjukaan bahv,ra kaum bangsawan MuslimJah yang
II Ibid., Lihat pula Didin Saefuddin, Pemikiron Modern dan Postmodern Islam; Biogralr
Intelektual 17 Tokoh, ( Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003, Cet I) h. 37
12 Jamil Ahmad. Op.Cif ... 11. 326
21
memihak kepada bangsa asmg dalam pemberontakan itu. Sepanjang
hidupnya ia selalu tanggap menjawab tuduhan bahwa Islam pada prinsipnya
adalah pendukung kemerdekaan India dari Ingris. Ia mendirikan lembagalembaga di beberapa kota yang menjadi bidang garapannya; ia mendirikan
himpunan penerjemahan pada 1862 ketika ia di Ghasipur. untuk pengadaan
buku-buku bagi sekolah-sekolah, dan untuk kalangan publik yang
berbahasa urdu pada umumnya, baik buku-buku sains maupun kesusastraan
Barat yang mungkin berguna agar rakyat bisa belajar untuk meninggalkan
kebodohan mereka dan untuk memahami kekuasaan serta keuntungan dari
pemerintahan Inggris. 13
SaY'Yid Ahmad Kht;1 kemudian dipindahkan ke Aligarh, kota pusat
aktivitas pembaruan dan pendidikan, yang kemudian berkembang menjadi
pusat pendidikan di anak benua India. Walaupun ada penentangan
terhadapnya yang muncul dari kalangan Muslim kolot India, ia berhasil
mendirikan sebuah perguruan tinggi yang kemudian menjadi Universitas
Muslim Aligarh yang terkenal. 14
Pada
pemerintahan
1876, Sayyid Ahmad Khan mengundurkan diri dari
dan
menetap
13
G.F.!. Graham, op.cil. .. h.52-54
14
Jamil Ahmad. op.cil ...h. 326
di
Aligarh.
Berkat
daya
keras
dan
22
ketekunannya, pada 8 januari 1877 batu pertama pembangunan perguruan
tinggi diletakkan oleh Lord Lyton, raja muda Inggris di India.
Sebagai penulis berbahasa Urdu dan Persia, Sayyid Ahmad Khan
menduduki tempat yang tinggi. Ia penulis subur yang meninggalkan
sedikitnya 25 karya sejarah, arkeologi, politik, agama, dan filsafat. Ia juga
mengedit tulisan 'Abdul Fazal, 'A in-I-Akbar, dalam buku ini ia tidak hanya
melakukan penyuntingan, tetapi juga menjelaskan terminologi-terminologi
administrasi
Mughal, menganalisis asal-usul bahasanya, melengkapi
dengan gambar-gambar dan data numismatic serta menyertakan kebijakan
Akbar dalam bidang pajak, dan selain itu bukunya yang lain tentang
otobiografi kaisar Mughal Jahangir. Buku Asbab-I-Baghawdt-I- llind
(sebab-sebab pemberontakan India) merupakan
「オLセ
pertama tentang
pemberontakan itu, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Sir
Aucland Colin. Bukunya yang lain Asar-ul-Sanddid, disalin ke dalam
bahasa Prancis oleh Op Gracin de Tasey (1861). Sekembalinya dan London
ia mulai menangani Ta!J.zib -ul- Akhldq majalah berbahasa urdu, pada 1870.
Melalui majalah ini
ia mempropagandakan doktrin-doktrinya yang
informatif mengenai masyarakat dan agama. Selama di London ia
menyusun karangan tentang Nabi Muhammad SAW yang amat tebal, yang
diserang para penulis Barat. Iajuga menulis tafsir Qur'an dalam 7 jilid. Di
sini ia mencoba memberikan penjelasan rasional mengenai doktrin-doktrin
agama seperti yang termaktub dalam Qur' an. IS
Sayyid Ahmad Khan dianugrahi umur yang panjang. Walaupun
demikian ia tidak pemah menikah, dan agaknya tidak tergugah oleh daya
tank wanita. Pada hari-hari akhir hayatnya, yang ia butuhkan untuk
istirahat, ia masih bekerja 18 jam sehari. Akhimya ia meninggal dunia pada
27 Maret 1889, pada usia 81 tahun,16
2. Sistematika Pemikiran Sir Sayyid Ahmad Khan
Bagi Sayyid Ahmad Khan, tak diragukan bahwa semangat ilmiah
modem hams menj adi kriteria untuk menilai bisa diterima atau tidaknya
suatu agama. Dinilai secara demikian, Islam terbukti, di antara agamaagama di duma yang paling sesuai dengan hukum-hukum alam dan alQur'an sangat mendukung penemuan ilmiah dan pengembangan ilmu. 17
Islam adalah agailla yang mempunyai paham hukum alam atau sunah Allah.
Antara hukum alam, sebagai ciptaan Allah, dan al-Qur'an, sebagai kalam
Allah, tidak ada pertentangan. Keduanya mesti sejalan.
Penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi modem diperlukan
pemikiran dan pengembangannya. Oleh karena itu, akal mendapat
penghargaan tinggi dalam pandangannya. Namun sebagai seorang muslim
Ibid.. , h. 32& serta Lihat Taufik Adnan Amal, op.cit." h. 7
lamil Ahmad, op.cit.., h. 323
17 Fazlur Rahman, Islam and Modernity; Transformation ofan intellectual Tradition, terj:
Ahsin Muhammad, (Bandung: Pustaka, 1985) h.60
15
16
24
yang percaya kepada wahyu, ia berpendapat bahwa kekuatan akal bukan
tidak terbatas. 18 Untuk terciptanya suasana semangat ilmiah dan penemuan
ilmu pengetahuan modern di kalangan umat Islam India, ia melakukannya
melalui dua pendekatan yaitu; pendekatan teoritis dan pendekatan praktis. 19
Pendekatan teoritis, ia banyak menulis karya-karya ilmiah. Dengan
penulisan karya-karya ilmiah tersebut, ia berusaha merubah mental
masyarakat muslim India. Ia berharap agar mereka memiliki sikap dan
pandangan yang benar tentang Islam serta bersemangat dalam penemuan
ilmiah dan teknologi modern. Melalui tulisan-tulisan tersebut terlihat
perkembangan pemikirannya. Perkembangan pemikirannya dapat terlihat
jelas, terutama setelah adanya kontak dengan pemikiran barat. J.M.S.
Baljon sebagaimana dikutip Taufiq Adnan Amal, melihat perkembangan
pemikiran Sayyid Ahmad Khan melalui tiga tahapan sebagai berikut:
Pertama; stase pertama (1842-1857), masa ini disebut juga sebagai masa
kecemasan, ia merasa cemas dengan berbagai pemikiran yang muncul,
terutama adanya pertentangan pemikiran dari kaum tradisional yang
berlebih-lebihan dalam sikap dan pandangan mereka di satu pihak serta
pemikiran pemurnian kaum wahabi yang berpikiran radikal di pihak lain.
18 Harun Nasution, PembaharZlan dalam [slam, Sejal'ah Pemikiran dan gel'akan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2003. Cet XIV) h. 168
19
139
John L.Esposito, Islam the Straight Path, (New York: Oxford University Press, 1988) h.
25
Dalam kecemasan yang ada itulah ia berusaha menjembatani mereka
dengan mengambil jalan tengah. Untuk itu, ia mengungkapkan ide-idenya
dengan menanggapi berbagai masalah yang muncul ketika itu yang
menurutnya perlu dikomentari. Masalah-masalah tersebut antara lain;
masalah riwayat hidup Nabi atau istilah yang sering digunakan Maulud
Nabi. Riwayat hidup Nabi Muhamad ditulis dalam bentuk syair-syair
ratapan yang sering digunakan orang Islam dalam merayakan 10 muharam.
Tulisan tersebut tidak banyak menyinggung biografi kehidupan Nabi. Oleh
karena itu, ia menulis dalam sebuah karya tulisnya yang berjudul Jila al-
Qulub bi Dzikr al-Afal1bub (1842). Dalam tulisan ini, ia menampakkan
gagasan pembaruannya di bidang agama Islam, yaitu uraian tentang
kehidupan Nabi secara singkat dengan menghilangkan kisah-kisah tahayul
dan kepercayaan-kepercayaan umum yang rusak dan tidak benar dari segi
sejarah.
Karya
Khan yang kedua, Tulfa Hasan (1844) merupakan
terjemahan bab 10 dan 12 buku Tub/a Itsna Asy 'ariyah, yang disusun Syah
'Abd al-Azls. Penetjemahan buku ini dilakukannya atas dorongan Maulana
Nur aI-Hasan. Bab 10 karya tersebut berisi celaan-celaan orang syiah
terhadap para sahabat Nabi dan Aisyah, disertai jawaban atas cercaancercaan tersebut. Sedangkan bab 12 berisi istilah-istilah keagamaan syi'ah,
seperti tawala dan tabara-berarti cinta dan membenci tetangga karena
26
agama. Ia beranggapan bahwa mencela para sahabat Nabi merupakan hal
yang nom'en, tolol dan imajiner. Tetapi ia juga mengemukakan bahwa para
sahabat bukaniah orang-orang yang rna 'sum. Dengan demikian, jika ada
cerita-cerita mengenai mereka yang dapat dikritik, baik Ali ataupllil tiga
khalifah lainnya boleh dikritik.
Karya lain yang juga menampakan pemikiran pembaruannya, adalah
risalah kalimat al-Haq. Dalam tulisan ini ia berusaha meluruskan
penyimpangan-penyimpangan dalam tasawuf . Masalah pi,. (bimbingan)
spiritual dari seorang guru tarekat merupakan di antara masalah yang
dikomentarinya. Secara umum dalam pandangannya, pengabdian seorang
murid terhadap gurunya diperbolehkarl, asal tidak berlebih-Iebihan atau
pengkultusan. Aninya Khan tidak bermaksud menentang kedudukan
pembimbing dalam tasawuf, sebaliknya ia berusaha menempatkannya
dalam perspektif keagamaan yang lebih dapat dibenarkan. Sikap semacam
ini tampaknya jarang dimiliki para modemis muslim yang pada umumnya
menganggap sufisme sebagai anak haram agama Islam.
Beberapa karya pada periode ini, karya terakhimya adalah sebuah
terjemahan Urdu dari karya Imam al-Ghazali, Kimiya al-Sa'ddah. Karya
dari bahasa Persia ini dirampungkan Khan pada 1853 atas pemintaan
seorang sufi yang alim, Haji Imdadullah dari Tsana Bharan. Sebagaimana
karya-karya sebelumnya, nafas sufisme dalam karya Khan ini sangat
27
kenta1. 20 Dengan demikian dapat disimpulkan pada masa pertama ini tidak
mengherankan jika perkembangan pemikiran Khan memihak sepenuhnya
kepada gerakan pemurnian ortodoks yang ada ketika itu. lni terlihat dalam
semboyan yang selalu didengungkan bahwa batu uji terhadap inovasiinovasi keagamaan adalah al-Qur'an dan Sunnah Nabi serta para
sahabatnya.
Kedua, Masa Transisi (1857-1869), misi Sayyid Ahmad Khan untuk
menyelamatkan masyarakat dan mengangkat mereka pada taraf kehidupan
yang lebih baik
muncul pasca meletusnya pemberontakan 1857. Maka
pada masa transisi iui Khan sadar bahwa demi keberhasilan misinya, ia
harus menggalang hubungan baik Muslim-Inggris. Dalam konteks inilah ia
menyusun Tabyfn al-KaIam Fi Talsfr al-Tawrat wa al-Injfl 'ala Milat al-
Islam. Komentar Bibel semacam ini memang belum pemah disusun
cendekiawan Muslim manapun. 21 Adapun prinsip dasar yang digunakannya
dalam
menyusun
karyanya tersebut
adalah
COlformity to
Nature
(Keselarasaaan dengan Alam), yakni antara ciptaan Tuhan (alam) dan
firman
Tuhan
(wahyu)
tidak
keselarasan. 22
20
21
22
Taufik Adnan Amal. op.cif.. , h.48-56
Ibid. h.57
Ibid.., h. 62
mungkin
terjadi
kontradiksi,
tetapi
28
Karya keagamaan lainnya yang ditulis Khan dalam periode transisi
Inl
adalah
AhMm-i-Tha'tim-I-Ahl
Sebagaimana
al-Kit6b.
karangan
sebelumnya (Tabyfn al-Kaltim), karya ini juga disusun dalam rangka
menggalang hubungan baik Muslim-Inggris. Secara ulIlum isi dari karyanya
adalah berusaha memberikan justifikasi atas kebolehan makan bersama ahli
kitab, atau tegasnya orang-orang Inggris.
Melalui fatwa-fatwa -- dalam buku-buku karangannya-- pada masa
transisi ini, Khan berhasil meniupkan angin perubahan. Hal ini terlihat'
beberapa waktu kemudian telah terjadi rekonsiliasi antara Muslim-Inggris,
minimal indikatomya makan bersama Muslim-Inggris telah menjadi hal
yang lazim.
Ketiga, Periode Pemikiran Mandiri (1870-1898), sejak 1870, Khan
tidak lagi segan-segan berbeda pandangan dengan warisan-warisan
pemikiran keagamaan lama yang ditinggalkan nenek moyangnya. Dengan
mengadakan kajian serta penelitian serius di British Musium serta di
perpustakaan
India
Office,
ia
mampu
mengembangkan
pemikiran
keagamaanya. Dalam periode ini, Khan telah mampu mendefinisikan
bagaimana Islam seharusnya dipahami para intelektual Muslim modem.
Perubahan radikal dalam pemikiran keagamaan
yang
independen
apologetiknya, Life
dan
Hセャ
liberal
ditandai
Muhammed and sオセェ・」ヲウ
kLセ。ョ
dengan
ke arah pemikiran
penerbitan
karya
Subsidiwy Thereto (1870).
29
Buku ini pada dasamya untuk membantai karya polemik Sir William Muir,
Life ofMuhammad (1858).23
Perkembangan pemikiran keagamaan Khfm pada periode ketiga ini
amat berbeda serta lebih mandiri daripada dua periode sebelumnya. Kalau
dalam dua periode pertama Khan masih cendrung membahas hal-hal yang
bersifat supranatural, maka kini ia menegaskan posisinya yang berbeda dari
umat Islam lazimnya dengan mengajukan tesis bahwa "Islam adalah alam
dan alam adalah Islam".
Karena pandangan-pandangan Khan tersebut, maka tak heran kalau
pada akhimya ia tampak seperti seorang naturalis yang ber-Tuhan
(Naturalist Deist). Bagi mereka yang belum atau tidak menerima
pandangan-pandangannya itu, ia dianggap kafir. Bagi mereka, percaya
kepada hukum a1am mesti membawa kepada paham naturalisme dan
materialisme, yang akhimya membawa pula kepada keyakinan tidak
adanya Tuhan. 24
Se1ain melalui karya-karya tulisnya sebagai upaya meningkatkan
mutu masyarakat muslim India, ia sadar akan perlunya pembaruan da1am
bentuk praktis, inilah yang ia sebut sebagai pembaruan da1am bidang
pendidikan.
2> Ibid.. , h.69,
24
Harun Nasution. op.cit.. , h.168
30
B. Latar Belakang Eksternal
Kemunculan suatu ide atau gerakan biasanya selalu di latar belakangi oleh
keadaan sosial, budaya, politik dan paradigma yang berkembang di suatu masa
atau tempat. Dengan pendapat seperti ini pula ide dan respon sir Sayyid Ahmad
Khan dilatar belakangi oleh faktor-faktor luar berupa kondisi politik, sosial dan
kondisi pendidikan Islam di India.
1. Kondisi Politik
Kemunduran dan kehancuran kerajaan Mughal terutama setelah
pemerintahan Aurang Zeb menjadikan situasi dan kondisi politik yang tidak
menentu bahkan memprihatinkan. Puncaknya adalah penguasa pasca
Aurang Zeb yai:U Sultan Bahadur Syah (1837-1858) diusir dari istana,
setelah perlawanannya dapat dipatahkan oleh Inggris.
25
Selain kelemahan faktor kepemimpinan, kemunduran Mughal di
akibatkan oleh masuknya intervensi Inggris sejak mendapat izin dari Syah
Alam
tahun 1761 melalui Serikat Dagang India Timur (East India
Company) dengan tujuan menguasai sumber-sumber komoditas India. Dan
ini merupakan langkah awal imperialisme Inggris di India.
25 Adapun di antara penguasa-penguasa setelah Aurang Zeb antara lain; Bahadur Syah I
(1710-1712), Jahandar Syah (1712-1713), Farukhsiyar (1713-1719), Muhammad Syah ( 17191748), Ahmad Syah ( 1748-1754), Alamghir II (1754-1759), Syah Alam (1759-1808), Akbar II
(1808-1837) dan terakhir Bahadur Syah (1837-1858) Lihat dalam Dodwel H.H, The Decline of The
Mug/wI Empire, dalam M. Th. Houtama, dkk (ed), First Encyclopedia of Islam (Leiden: EJ. Brill
1987) h. 633-635.
31
Imperialisme Inggris di India secara umum di bagi menjadi dua fase.
Fase pertama, imperiaHsme Inggris di India ditandai dengan kekacauan
politik yang diakibatkan oleh ketimpangan ekonomi, dimana Inggris
menguras
kekayaan
sumber
daya
alam
India
dengan
tidak
mempertimbangkan hak-hak rakyat terutama masyarakat muslim. Pada saat
yang sarna pengangguran mulai muncul karena banyak tenaga manusia
yang diganti oleh mesin-mesin. Kualitas semacam ini menimbulkan protes
keras terutama kalangan muslim yang sering disebut dengan golongan
"wahabi" India. Pada awalnya hanya seputar masalah keagamaan, akan
tetapi mulai berkembang menjadi protes-prates politik dan sosia1. 26
Adalah Sayyid Ahmad Syahid pemimpin utama
India
yang
membentuk
gerakan
mujahiddin
ァッャ ョセ。
Wahabi
untuk merealisasikan
perjuangannya. Kemudian berlanjut dengan peperangan melawan dua
musuh sekaligus (Inggris- Hindu). Perang ini sesungguhnya merupakan
konsekuensi logis dari ide-ide politik Sayyid Ahmad Syahid tentang Dar
aI-Islam dan Dar
KHAN
TERHADAP EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
(STUDI TENTANG DIKOTOMIILMU)
Skripsi
DIAJUIZAJ."'\' KEPADA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
CNTUIZ MEMPEROLEH GELAR SARJANA
PENDIDlKAN ISLAM
Oleh :
MUDOFAR
NIM: 101011020632
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
DIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1426/2005
RESPON SIR SAYYID AHMAD KHAN
TERHADAP EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
(STUDI TENTANG DIKOTOMIILMU)
Skripsi
DIAJUKAN KEPADA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
firaysGセ
HIDAYATULLAH"
JAKARTA
UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA
PENDIDIKAN ISLAM
Ole h :
MUDOFAR
NIM: 101011020632
Pembimbing :
Drs.H.A.F. Wibisono, MA
Akhmad Sodiq, M.Ag
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
DIN SYARIF HIDAYATDLLAH JAKARTA
1426/2005
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul: "Respon Sir Sayyid Ahmad Khan terhadap Epistemologi
Pendidikan Islam; Studi tentang Dikotomi Emu" yang ditulis oleh :
Nama
:Mudofar
NIM
: 101011020632
Fakultas
: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Disetujui untuk dibawa ke dalam ujian / penilaian skripsi.
Pembimbing I.
Pembimbing II.
'
Drs.a A.F. Wibisono, MA
Tangga/:9Juni2005
..
Nセ
"
Akhmad Sodiq, M.Ag
Tangga/:9Juni2005
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul RESPON SIR SAYYID AHMAD
KHAN TERHADAP
EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN ISLAM; STUDI TENTANG DIKOTOMI ILMU
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan DIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 1 Juli 2005. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SaIjana Program Strata 1 (S 1) pada
Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 1 Juli 2005
Sidang Munaqasyah
Sekretaris Merangkap Anggota
Ketua Merangkap Anggota,
Anggota:
Penguji II
Drs.A.Basuru. MA
NIP: 150186404
Drs. H.A.F.Wibisono. M.Ag
NIP: 150236009
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, hanya izin-Nya terlaksana segala macam kebaikan dan
diraih segala macam kesuksesan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan jlldlll "Respon Sir Sayyid Ahmad Khan terhadap Epistemologi Pendidikan
Islam; Stlldi tentang Dikotomi [Imu" ini. Dimana skripsi ini merupakan salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan program studi S 1 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif HidayatulJah Jakarta. Salawat dan Salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, yang kepada beliau ditllrunkan wahyu illahi alQur'an, dan ditLlgasi untuk menjeJaskan serta memberikan contoh pelaksanaannya.
Semoga tercurah pula kepada keluarga dan sahabat-sahabat beliau serta seluruh
umatnya yang setia.
Penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas lImu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
beserta seluruh stafnya,
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta seluruh stafnya,
3. Bapak Drs.H..A.F. Wibisono. M.Ag dan Bapak Akhmad Sodiq, M.Ag yang telah
meillangkan waktllnya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi
tnt,
4. Kedlla orang ILIa dengan semangat dan pengorbanan yang selalll menyertai
penlliis lIntlik mempeljuangkan menyelesaikan pendidikan ini,
5. Kakanda dan Adinda tercinta yang selalu memberikan atas terselesaikannya
skripsi ini,
6. Serta semua pihak yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penlliis sepenllhnya sadar bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, karena l11asih
banyak sisi-sisi pemikiran dan pergerakan Sir Sayyid Ahmad Khan yang beillm
terllngkap. Untuk itu, penulis berharap, yang kecil ini l11ampu menal11bah wawasan
tentang sejarah kependidikan Islam.
Akhirnya kepada Allah .iualah penulis mahan talltiq hidayah, sernoga lIpaya
penlliis ini mendapatkan samblltan yang baik, serta mendapat ridho-Nya. Amin yd
robbed 'dlamin
Depok, 19 JlIli 2005
Penulis
PEDOMAN TRANSLITERASI
.
a
t
kh
....
sy
t gh
Y
b
.)
d
セ
sh
O.-:.=_-.......セ
....._-............".......
HNj⦅セLli vイ
A. Latar Belakang Personal
.,.,.•-.....,.-.","!'!
1. Riwayat Hidup Sir Sayyid Ahmad Khan (1817-1898)
Sayyid Ahmad Khan dilahirkan pada 17 Oktober di Delhi yang
merupakan ibukota Imperium Mughal. Di antara tokoh modernis muslim
terkemuka pada pertengahan abad 19 seperti; Sayyid Amir Ali (18491928), Jamaluddin aI-Afghani (1838-18997), Namik Kemal (1840-1888)
dan Syeikh Muhamad .Abduh (1850-1905), Sayyid Ahmad Khan
dianugerahi kesempatan (usia) yang panjang dalarn usahanya membentuk
masyarakat muslim yang modern. Dan perhatiannya terfokus kepada
negara-negara muslim yang berada di bawah kekuasaan kolonial Barat.
Khan dibesarkan dalam lingkungan keluarga terhorrnat. Dari sisi ayahnya
mengikuti asal-usul keturunan Imam Muttaqi yang berasal dari keturunan
putri Nabi, Fatimah. Bani Fatimah -- sebagai kaum yang teraniaya oleh bani
Umayyah dan bani Abbas -- pindah dari kawasan Arabia ke Damghan
(Persia) kemudian pindah dan menetap di Herat (Afghanistan).
13
'.
:
.
.. ,
セ
14
Nenek moyang Khan yang pertama berasal dari Herat tersebut yaitu
Syed Hadi. 1 Syed Hadi memasuki wilayah India ketika kerajan Mughal
dipegang oleh Shah Jehan (1628-1666). Pada masa berikutya, keturunannya
dapat menduduki pos-pos jabatan tertentu di kerajaan tersebut dari generasi
ke generasi. Kakek Sayyid Ahmad Khan pada masa Alamghir II, adalah
pembesar kerajaan yang diberi gelar kehormatan Jowahid Ali Khan dan
Jmvadud DQlvla. Gelar tersebut diberikan kepada seorang yang menduduki
jabatan panglima perang. 2 Orang tuanya, Sayyid Muttaqi -- seorang yang
dalam ilmu pengetahuan agamanya serta pengikut tarekat -- adalah orang
penting para pembesar istana dan sebagai ternan baik Akbar Syah II.
Mengingat kondisi kesehatannya (Sayyid Muttaqi) yang semakin menurun,
hubungan selanjutnya dengan para ー・ョァオ。ウセイ
semakin menUlun pula
kemudian mewakilkan kepada Sayyid Ahmad Khan. Sementara kakek
Ahmad Khan dari pihak ibu, Khwaja Farid ai-Din, rnernberi Sayyid Ahmad
Khan
pengetahuan
tentang
situasi
politik
ketika
itu,
dan
memperkenalkannya kepada pengetahuan serta kebudayaan Barat. 3
1 Lihat penjelasan pembaruan yang dilakukan tokoh-tokoh tersebut serta tokoh-tokoh
pembaru di tiga negara seperti Mesir. Turki dan India-Pakistan dalam Harun Nasution, Pembaruan
dalam Islam, Sejarah Pemikil'an dan Gerakan, (Jakarta:Bulan Bintang, 2003, eet XIV) h.21-207)
serta lihat mengenai silsilah Khan dalam G.F.r. Graham, The Life and Work ofSyed Ahmed Khan,
(Delhi: Idarah-I Adabiyat-I, 1974) h.1
2
Ibid.., h.2
J.M.S. Baljon, the Rejol'mis alld Religiuos Ideas of Sir Sayyid Ahmad Khan, (Leiden:
E.J.Brill, 1949) h.1
3
15
Khwaja Farid aI-DIn, seorang matematikus terkemuka pada saat itu
yang pernah menjadi perdana menteri kekaisaran Mughal selama delapan
tahun dan pernah pula bekerja pada EIe (East India Company), Khwaja
meninggal
ketika
Khan
masih
kecil.
Tetapi,
sebagaimana
yang
dikernukakan Albiruni yang dikutip Taufiq Adnan Arnal, pengaruhnya
sangat dominan terhadap Khan. Karena kegemaran Mir Muttaqi (ayahnya)
mengikuti kehidupan para Darwis, Khan kecil beserta ibunya tinggal di
rumah kakeknya, serta menyaksikan secara dekat kehidupan sehari-hari
seorang perdana menteri Mugha1. 4
Sebagai keturunan keluarga terhormat, Khan muda selalu mendapat
perhatian pendidikan dari orang tuannya. Pendidikan yang diperolehnya
merupakan pendidikan tradisional dalam bidang agama. 1a belajar siang
hari di madrasah lalu mengulangi pelajaran pada ibunya di malam hari.
Dari ayahnya ia mendapat latihan memanah dan berenang. Setdah
mendapat pendidikan dasar di madrasah, ia belajar bahasa Persia, Arab dan
juga matematika.
la
rajin
membaca buku dan
suka memperluas
pengetahuan dengan membaca buku dari· berbagai disiplin ilmu dengan
bekal beberapa bahasa asing yang ia kuasai. 5
4
Tautik Adnan Amal, Ahmad Khan; Bapak Taji'ir Modernis, (Jakarta: Teraju. 2004, Cet I)
5
J.M.S. Baljon. op.cit.., h.3
h.3
16
Kurang komprehensif dan intensifnya Khan dalam menempuh
pendidikan tradisional, yang konon 1a menjadi sasaran kritikan bal1kan
ejekan para kritikus konservatif, yang menganggapnya tidak memenuhi
kompetensi untuk melakukan modernisasi Islam. Namun, justru dari
kelemahan itulah yang merupakan kekuatan nyatanya; tidak terbelenggu
aleh disiplin pendidikan lama yang kaku, clan melaiui personal serta
pengkajian mandiri, ia l11endapatkan cakrawala baru dalam kreatifitas
inte1ektual dan meletakkan Iandasan bagi pemikiran yang baru terhadap
IsIam.
6
Dalam hal pembentukan kepribadiannya, pengaruh pertama yang
kuat adaIa!:; pengaruh ibunya. Ibunya adalah wanita terhormat, yang
dibesarkan dalam lingkungan pendidikan yang baik. Ia paham betul bahasa
Persia yang ketika itu bahasa kebudayaan Islam. 1a mengerti pentingnya
pendidikan bagi anak-anak. Tidak seperti wanita-wanita tainnya yang masih
percaya kepada berbagai macam tahayul, ia tidak menghiraukan laranganlarangan yang berkembang di masyarakat ketika itu. la sering memberi
makan telur dan daging ayam kepada anaknya karena makanan tersebut
bergizi dan baik bagi kesehatan anak. namun ibu-ibu lainnya menganggap
perbuatan tersebut sesuatu hal yang tabu. 7
6
7
Taufiq Adnan ArnaL
Ibid...
np. cil. .. h.2
17
1a Juga dikenal
sebagai wanita yang mengerti benar cara
mengarahkan putranya. Kepandaiannya tersebut diungkapkan dalam sebuah
peristiwa yang ditulis Altaf Husin Hall dalam Hayaf-J Jawid yang dikutip
Baljol1. selanjutnya Khan menceritakan peristiwa tersebut sebagai berikut:
StL.'ttu ketika, tatkala saya berumur sebeJas tahun saya
menertawakall seorang pembantu nlITIah tangga yang sudah tua
karena suatu hal, ibu saya mendengar peristiwa ini. Tak lama
kemudian ketika saya pulang, ibu memarahi saya sambil berkata :
"pergi kamu ! kau tak layak tinggal di sini." Pembantu wanita Jain
membawa saya ke ltL.'tf dan meninggalkan saya di jalan. Namtrn tak
lama kemudian, pembantu lainnya membawa saya ke nmlah bibi
saya yang tak jauh dari rumah situ. Bibi saya memperingatkan
sambi! berkata : "tahukah kamu? ibumu marah karena kamu telah
menyakiti hati seseorang, untuk itu kamu tinggal di sini untuk
sementara." Beberapa lama kemudian bibi datatlg ke rumah ibu
untuk memintakan maaf, lalu ibu berkata : "ia akan saya rnaafkan
kalau ia meminta maaf terlebih dahulu kepada pembantu itu". Lalu
sayap.un pergi ke pembantu t1la itu tmtuk meminta maaf sambiJ
menClUm tangannya.'
Atas
peristiwa
tersebut
secara
tidak
langsung ibunya telah
membentuk kepribadian Sayyid Ahmad Khan. Suatu peristiwa yang telah
mengantarkannya ke arab kehidupan yang berbeda lagi yaitu peristiwa
wafat orang tuanya, Sayyid MuttaqI. Praktis pemasukan keuallgan semakin
berkurang untuk
memenuhi
kebutuhan
sehari-hali.
Hal
itulah yang
mendorong Khan untuk mencari tambahan keuangan tmtuk menanggulangi
kebutuhan keluarga. 1a menjadi serichfedar (pembaca) di istana. Sayyid
Ahmad Khan yang teJal1 meramalkan kejatuhan Mughal, memilih berdinas
セ Ibid.., 11.4
18
Ahmad Khan yang telah meramalkan kejatuhan Mughal, memilih berdinas
pada Inggris. Pada tahun 1841, ia diangkat menjadi munisf (pegawai
peradilan) dan ditempatkan di Faatehpur Sikri. 9
Peristiwa tersebut dapat kita Hhat bahwa Sayyid Ahmad Khan
tertarik pertama kali pada lnggris karena didorollg oleh kebutuhan lapangan
kelja dan dari sini mendorongnya ke suasana yang berbeda, yaitu dari
suasana keluarga Muslim yang terhonnat ke suasana kebudayaan barat
yang modem dan bam.
Dalam pada itu, kekaisaran Mughal makin kurang berarti sebagai
pusat pendidikan dan kebudayaan Islam. Sayyid Ahmad Khan sendiri
merupakan cnggota perhimpunan pujangga Delhi yang dilindungi Bahadur
Syah (Kaisar Mughal). Khan menyediakan waktunya yang luang untuk
studi privat dan riset. ,Pada 1847 risetnya membuahkan hasil Asar-ulSanadid (Jejak-Jejak Besar). Buku ini memuat laporan menarik tentang
puing-puing Delhi lama, serta mengenai sejumlah sarjana sastra dan orangorang saleh pada masanya, buku yang sangat populer ini dicetak ulang
beberapa kali, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh M.Garcin
de Tasq pada 1861. Juga menarik perhatian di luar India, buku tersebut
membuat Sayyid Ahmad Khan dipilih menjadi anggota kehormatan the
Royal Asiatic Society pada 1864. la dipindahkan ke Byinore pada 1855.
9 M.Hadi Husein, Syed Ahmed Khan, Pioner ofMuslim Resurgence, (Lahore: lnstitut Of
Islamic Culture, 1970) h. 9
19
meneruskan aktivitas kesusastraannya, ia lalu menerbitkan 'Am-I-Akbari
Abul Fasol yang terkenal, Memoris Jahangir , dan Riwayat Ziauddin Barni
I . lO
.
yang Juga
ter k
セ・ョ。
Usia Khan yang panjang, sekitar 80 tahun, dapat dibagi dalam empat
periode. Dua puluh tahun pertama adalah masa pendidikannya. Dua puluh
tahun berikutnya, 1837-1857, ditandai dengan sukses-sukses sebagai
pegawai peradilan digabungan provinsi, selama periode ini terjadi
pemberontakan pada 1857, ia banyak berusaha untuk mencegah teljadinya
kekerasan bahkan ia menyelamatkan beberapa orang lnggris. Atas jasanya
inilah Sayyid Ahmad Khan mendapat gelar kehormatan Sir dari kerajaan
Inggris. Dua puluh tahun berikutnya (1857-1877) merupakan masa
minatnya kepada aktivitas kesejahteraan umum, khususnya pendidikan
masyarakat Islam. Dalam masa ini ia juga pergi ke Inggris untuk
mendapatkan pengetahuan tentang pendidikan Barat dan tata kerja institut
pendidikan negeri itu. Periode keempat (1877-1898) merupakan masa
paling penting di dalam hidupnya. Dalam periode inilah ia mendapatkan
reputasi sebagai pemimpin politik dan pendidikan Islam di India terbesar
selama abad 19. Ia menciptakan sarana pendidikan jangka panjang bagi
negerinya dengan mendirikan
Muhamadan Anglo Oriental College di
10 Jamil Ahmad, Hundred Great Muslim, terj: Tim Penerjemah Pustaka Firdaus, (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2003, Cet Vlll) h. 325
20
Aligarh
dan
Perhimpunan
Ilmuwan,
serta mengadakan
konferensi
pendidikan Islam seluruh India. II
Sayyid AlJl11ad Khan masih di Bynore saat pecah pemberontakan
1857. setelah Delhi diduduki kembali oleh Inggris, Sayyid Ahmad kembali
ke kota itu dan mendapatkan beberapa anggota keluarganya telah dibunuh,
dan ibunya dalam keadaan menyedihkan. Penderitaan ibunya, yang
meninggal di Meerut, secara tidak langsung berdampak terhadap psikologis
Sayyid Ahmad Khan. Pemeriksaan dan penuntutan yang buruk, serta
perampokan dan pembakaran oleh lnggris di Delhi. Bagian kota paling
bagus di Red Ford (Benteng Merah) sampai masjid Shah Jadan -- masjid ini
diduduki oleh Inggris -- diratakan jadi tanah, bahkan menjadi layaknya
sawah dibajak. Hal ini meninggalkan kesan sangat mendalam di benaknya.
Pengaruh terhadap pandangan hidupnyajuga sangat besar. 12
Tragedi 1857 itu melahirkaan bukunya Asbdb-I-Baghawah-I-Hind
(Sebab-Sebab Pemberontakan India) yang diterbitkan pada 1859 dia
menyatakan bahwa jika kaum Muslimin bersalah, itu adaJah tudlillan yang
tidak beralasan dan hal itu dapat diatasi secara mudah dengan sedikit
kebijaksanaan dari pemerintah. Dalam the Loyal Mohammadans of India,
1860-1861 dia menunjukaan bahv,ra kaum bangsawan MuslimJah yang
II Ibid., Lihat pula Didin Saefuddin, Pemikiron Modern dan Postmodern Islam; Biogralr
Intelektual 17 Tokoh, ( Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003, Cet I) h. 37
12 Jamil Ahmad. Op.Cif ... 11. 326
21
memihak kepada bangsa asmg dalam pemberontakan itu. Sepanjang
hidupnya ia selalu tanggap menjawab tuduhan bahwa Islam pada prinsipnya
adalah pendukung kemerdekaan India dari Ingris. Ia mendirikan lembagalembaga di beberapa kota yang menjadi bidang garapannya; ia mendirikan
himpunan penerjemahan pada 1862 ketika ia di Ghasipur. untuk pengadaan
buku-buku bagi sekolah-sekolah, dan untuk kalangan publik yang
berbahasa urdu pada umumnya, baik buku-buku sains maupun kesusastraan
Barat yang mungkin berguna agar rakyat bisa belajar untuk meninggalkan
kebodohan mereka dan untuk memahami kekuasaan serta keuntungan dari
pemerintahan Inggris. 13
SaY'Yid Ahmad Kht;1 kemudian dipindahkan ke Aligarh, kota pusat
aktivitas pembaruan dan pendidikan, yang kemudian berkembang menjadi
pusat pendidikan di anak benua India. Walaupun ada penentangan
terhadapnya yang muncul dari kalangan Muslim kolot India, ia berhasil
mendirikan sebuah perguruan tinggi yang kemudian menjadi Universitas
Muslim Aligarh yang terkenal. 14
Pada
pemerintahan
1876, Sayyid Ahmad Khan mengundurkan diri dari
dan
menetap
13
G.F.!. Graham, op.cil. .. h.52-54
14
Jamil Ahmad. op.cil ...h. 326
di
Aligarh.
Berkat
daya
keras
dan
22
ketekunannya, pada 8 januari 1877 batu pertama pembangunan perguruan
tinggi diletakkan oleh Lord Lyton, raja muda Inggris di India.
Sebagai penulis berbahasa Urdu dan Persia, Sayyid Ahmad Khan
menduduki tempat yang tinggi. Ia penulis subur yang meninggalkan
sedikitnya 25 karya sejarah, arkeologi, politik, agama, dan filsafat. Ia juga
mengedit tulisan 'Abdul Fazal, 'A in-I-Akbar, dalam buku ini ia tidak hanya
melakukan penyuntingan, tetapi juga menjelaskan terminologi-terminologi
administrasi
Mughal, menganalisis asal-usul bahasanya, melengkapi
dengan gambar-gambar dan data numismatic serta menyertakan kebijakan
Akbar dalam bidang pajak, dan selain itu bukunya yang lain tentang
otobiografi kaisar Mughal Jahangir. Buku Asbab-I-Baghawdt-I- llind
(sebab-sebab pemberontakan India) merupakan
「オLセ
pertama tentang
pemberontakan itu, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Sir
Aucland Colin. Bukunya yang lain Asar-ul-Sanddid, disalin ke dalam
bahasa Prancis oleh Op Gracin de Tasey (1861). Sekembalinya dan London
ia mulai menangani Ta!J.zib -ul- Akhldq majalah berbahasa urdu, pada 1870.
Melalui majalah ini
ia mempropagandakan doktrin-doktrinya yang
informatif mengenai masyarakat dan agama. Selama di London ia
menyusun karangan tentang Nabi Muhammad SAW yang amat tebal, yang
diserang para penulis Barat. Iajuga menulis tafsir Qur'an dalam 7 jilid. Di
sini ia mencoba memberikan penjelasan rasional mengenai doktrin-doktrin
agama seperti yang termaktub dalam Qur' an. IS
Sayyid Ahmad Khan dianugrahi umur yang panjang. Walaupun
demikian ia tidak pemah menikah, dan agaknya tidak tergugah oleh daya
tank wanita. Pada hari-hari akhir hayatnya, yang ia butuhkan untuk
istirahat, ia masih bekerja 18 jam sehari. Akhimya ia meninggal dunia pada
27 Maret 1889, pada usia 81 tahun,16
2. Sistematika Pemikiran Sir Sayyid Ahmad Khan
Bagi Sayyid Ahmad Khan, tak diragukan bahwa semangat ilmiah
modem hams menj adi kriteria untuk menilai bisa diterima atau tidaknya
suatu agama. Dinilai secara demikian, Islam terbukti, di antara agamaagama di duma yang paling sesuai dengan hukum-hukum alam dan alQur'an sangat mendukung penemuan ilmiah dan pengembangan ilmu. 17
Islam adalah agailla yang mempunyai paham hukum alam atau sunah Allah.
Antara hukum alam, sebagai ciptaan Allah, dan al-Qur'an, sebagai kalam
Allah, tidak ada pertentangan. Keduanya mesti sejalan.
Penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi modem diperlukan
pemikiran dan pengembangannya. Oleh karena itu, akal mendapat
penghargaan tinggi dalam pandangannya. Namun sebagai seorang muslim
Ibid.. , h. 32& serta Lihat Taufik Adnan Amal, op.cit." h. 7
lamil Ahmad, op.cit.., h. 323
17 Fazlur Rahman, Islam and Modernity; Transformation ofan intellectual Tradition, terj:
Ahsin Muhammad, (Bandung: Pustaka, 1985) h.60
15
16
24
yang percaya kepada wahyu, ia berpendapat bahwa kekuatan akal bukan
tidak terbatas. 18 Untuk terciptanya suasana semangat ilmiah dan penemuan
ilmu pengetahuan modern di kalangan umat Islam India, ia melakukannya
melalui dua pendekatan yaitu; pendekatan teoritis dan pendekatan praktis. 19
Pendekatan teoritis, ia banyak menulis karya-karya ilmiah. Dengan
penulisan karya-karya ilmiah tersebut, ia berusaha merubah mental
masyarakat muslim India. Ia berharap agar mereka memiliki sikap dan
pandangan yang benar tentang Islam serta bersemangat dalam penemuan
ilmiah dan teknologi modern. Melalui tulisan-tulisan tersebut terlihat
perkembangan pemikirannya. Perkembangan pemikirannya dapat terlihat
jelas, terutama setelah adanya kontak dengan pemikiran barat. J.M.S.
Baljon sebagaimana dikutip Taufiq Adnan Amal, melihat perkembangan
pemikiran Sayyid Ahmad Khan melalui tiga tahapan sebagai berikut:
Pertama; stase pertama (1842-1857), masa ini disebut juga sebagai masa
kecemasan, ia merasa cemas dengan berbagai pemikiran yang muncul,
terutama adanya pertentangan pemikiran dari kaum tradisional yang
berlebih-lebihan dalam sikap dan pandangan mereka di satu pihak serta
pemikiran pemurnian kaum wahabi yang berpikiran radikal di pihak lain.
18 Harun Nasution, PembaharZlan dalam [slam, Sejal'ah Pemikiran dan gel'akan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2003. Cet XIV) h. 168
19
139
John L.Esposito, Islam the Straight Path, (New York: Oxford University Press, 1988) h.
25
Dalam kecemasan yang ada itulah ia berusaha menjembatani mereka
dengan mengambil jalan tengah. Untuk itu, ia mengungkapkan ide-idenya
dengan menanggapi berbagai masalah yang muncul ketika itu yang
menurutnya perlu dikomentari. Masalah-masalah tersebut antara lain;
masalah riwayat hidup Nabi atau istilah yang sering digunakan Maulud
Nabi. Riwayat hidup Nabi Muhamad ditulis dalam bentuk syair-syair
ratapan yang sering digunakan orang Islam dalam merayakan 10 muharam.
Tulisan tersebut tidak banyak menyinggung biografi kehidupan Nabi. Oleh
karena itu, ia menulis dalam sebuah karya tulisnya yang berjudul Jila al-
Qulub bi Dzikr al-Afal1bub (1842). Dalam tulisan ini, ia menampakkan
gagasan pembaruannya di bidang agama Islam, yaitu uraian tentang
kehidupan Nabi secara singkat dengan menghilangkan kisah-kisah tahayul
dan kepercayaan-kepercayaan umum yang rusak dan tidak benar dari segi
sejarah.
Karya
Khan yang kedua, Tulfa Hasan (1844) merupakan
terjemahan bab 10 dan 12 buku Tub/a Itsna Asy 'ariyah, yang disusun Syah
'Abd al-Azls. Penetjemahan buku ini dilakukannya atas dorongan Maulana
Nur aI-Hasan. Bab 10 karya tersebut berisi celaan-celaan orang syiah
terhadap para sahabat Nabi dan Aisyah, disertai jawaban atas cercaancercaan tersebut. Sedangkan bab 12 berisi istilah-istilah keagamaan syi'ah,
seperti tawala dan tabara-berarti cinta dan membenci tetangga karena
26
agama. Ia beranggapan bahwa mencela para sahabat Nabi merupakan hal
yang nom'en, tolol dan imajiner. Tetapi ia juga mengemukakan bahwa para
sahabat bukaniah orang-orang yang rna 'sum. Dengan demikian, jika ada
cerita-cerita mengenai mereka yang dapat dikritik, baik Ali ataupllil tiga
khalifah lainnya boleh dikritik.
Karya lain yang juga menampakan pemikiran pembaruannya, adalah
risalah kalimat al-Haq. Dalam tulisan ini ia berusaha meluruskan
penyimpangan-penyimpangan dalam tasawuf . Masalah pi,. (bimbingan)
spiritual dari seorang guru tarekat merupakan di antara masalah yang
dikomentarinya. Secara umum dalam pandangannya, pengabdian seorang
murid terhadap gurunya diperbolehkarl, asal tidak berlebih-Iebihan atau
pengkultusan. Aninya Khan tidak bermaksud menentang kedudukan
pembimbing dalam tasawuf, sebaliknya ia berusaha menempatkannya
dalam perspektif keagamaan yang lebih dapat dibenarkan. Sikap semacam
ini tampaknya jarang dimiliki para modemis muslim yang pada umumnya
menganggap sufisme sebagai anak haram agama Islam.
Beberapa karya pada periode ini, karya terakhimya adalah sebuah
terjemahan Urdu dari karya Imam al-Ghazali, Kimiya al-Sa'ddah. Karya
dari bahasa Persia ini dirampungkan Khan pada 1853 atas pemintaan
seorang sufi yang alim, Haji Imdadullah dari Tsana Bharan. Sebagaimana
karya-karya sebelumnya, nafas sufisme dalam karya Khan ini sangat
27
kenta1. 20 Dengan demikian dapat disimpulkan pada masa pertama ini tidak
mengherankan jika perkembangan pemikiran Khan memihak sepenuhnya
kepada gerakan pemurnian ortodoks yang ada ketika itu. lni terlihat dalam
semboyan yang selalu didengungkan bahwa batu uji terhadap inovasiinovasi keagamaan adalah al-Qur'an dan Sunnah Nabi serta para
sahabatnya.
Kedua, Masa Transisi (1857-1869), misi Sayyid Ahmad Khan untuk
menyelamatkan masyarakat dan mengangkat mereka pada taraf kehidupan
yang lebih baik
muncul pasca meletusnya pemberontakan 1857. Maka
pada masa transisi iui Khan sadar bahwa demi keberhasilan misinya, ia
harus menggalang hubungan baik Muslim-Inggris. Dalam konteks inilah ia
menyusun Tabyfn al-KaIam Fi Talsfr al-Tawrat wa al-Injfl 'ala Milat al-
Islam. Komentar Bibel semacam ini memang belum pemah disusun
cendekiawan Muslim manapun. 21 Adapun prinsip dasar yang digunakannya
dalam
menyusun
karyanya tersebut
adalah
COlformity to
Nature
(Keselarasaaan dengan Alam), yakni antara ciptaan Tuhan (alam) dan
firman
Tuhan
(wahyu)
tidak
keselarasan. 22
20
21
22
Taufik Adnan Amal. op.cif.. , h.48-56
Ibid. h.57
Ibid.., h. 62
mungkin
terjadi
kontradiksi,
tetapi
28
Karya keagamaan lainnya yang ditulis Khan dalam periode transisi
Inl
adalah
AhMm-i-Tha'tim-I-Ahl
Sebagaimana
al-Kit6b.
karangan
sebelumnya (Tabyfn al-Kaltim), karya ini juga disusun dalam rangka
menggalang hubungan baik Muslim-Inggris. Secara ulIlum isi dari karyanya
adalah berusaha memberikan justifikasi atas kebolehan makan bersama ahli
kitab, atau tegasnya orang-orang Inggris.
Melalui fatwa-fatwa -- dalam buku-buku karangannya-- pada masa
transisi ini, Khan berhasil meniupkan angin perubahan. Hal ini terlihat'
beberapa waktu kemudian telah terjadi rekonsiliasi antara Muslim-Inggris,
minimal indikatomya makan bersama Muslim-Inggris telah menjadi hal
yang lazim.
Ketiga, Periode Pemikiran Mandiri (1870-1898), sejak 1870, Khan
tidak lagi segan-segan berbeda pandangan dengan warisan-warisan
pemikiran keagamaan lama yang ditinggalkan nenek moyangnya. Dengan
mengadakan kajian serta penelitian serius di British Musium serta di
perpustakaan
India
Office,
ia
mampu
mengembangkan
pemikiran
keagamaanya. Dalam periode ini, Khan telah mampu mendefinisikan
bagaimana Islam seharusnya dipahami para intelektual Muslim modem.
Perubahan radikal dalam pemikiran keagamaan
yang
independen
apologetiknya, Life
dan
Hセャ
liberal
ditandai
Muhammed and sオセェ・」ヲウ
kLセ。ョ
dengan
ke arah pemikiran
penerbitan
karya
Subsidiwy Thereto (1870).
29
Buku ini pada dasamya untuk membantai karya polemik Sir William Muir,
Life ofMuhammad (1858).23
Perkembangan pemikiran keagamaan Khfm pada periode ketiga ini
amat berbeda serta lebih mandiri daripada dua periode sebelumnya. Kalau
dalam dua periode pertama Khan masih cendrung membahas hal-hal yang
bersifat supranatural, maka kini ia menegaskan posisinya yang berbeda dari
umat Islam lazimnya dengan mengajukan tesis bahwa "Islam adalah alam
dan alam adalah Islam".
Karena pandangan-pandangan Khan tersebut, maka tak heran kalau
pada akhimya ia tampak seperti seorang naturalis yang ber-Tuhan
(Naturalist Deist). Bagi mereka yang belum atau tidak menerima
pandangan-pandangannya itu, ia dianggap kafir. Bagi mereka, percaya
kepada hukum a1am mesti membawa kepada paham naturalisme dan
materialisme, yang akhimya membawa pula kepada keyakinan tidak
adanya Tuhan. 24
Se1ain melalui karya-karya tulisnya sebagai upaya meningkatkan
mutu masyarakat muslim India, ia sadar akan perlunya pembaruan da1am
bentuk praktis, inilah yang ia sebut sebagai pembaruan da1am bidang
pendidikan.
2> Ibid.. , h.69,
24
Harun Nasution. op.cit.. , h.168
30
B. Latar Belakang Eksternal
Kemunculan suatu ide atau gerakan biasanya selalu di latar belakangi oleh
keadaan sosial, budaya, politik dan paradigma yang berkembang di suatu masa
atau tempat. Dengan pendapat seperti ini pula ide dan respon sir Sayyid Ahmad
Khan dilatar belakangi oleh faktor-faktor luar berupa kondisi politik, sosial dan
kondisi pendidikan Islam di India.
1. Kondisi Politik
Kemunduran dan kehancuran kerajaan Mughal terutama setelah
pemerintahan Aurang Zeb menjadikan situasi dan kondisi politik yang tidak
menentu bahkan memprihatinkan. Puncaknya adalah penguasa pasca
Aurang Zeb yai:U Sultan Bahadur Syah (1837-1858) diusir dari istana,
setelah perlawanannya dapat dipatahkan oleh Inggris.
25
Selain kelemahan faktor kepemimpinan, kemunduran Mughal di
akibatkan oleh masuknya intervensi Inggris sejak mendapat izin dari Syah
Alam
tahun 1761 melalui Serikat Dagang India Timur (East India
Company) dengan tujuan menguasai sumber-sumber komoditas India. Dan
ini merupakan langkah awal imperialisme Inggris di India.
25 Adapun di antara penguasa-penguasa setelah Aurang Zeb antara lain; Bahadur Syah I
(1710-1712), Jahandar Syah (1712-1713), Farukhsiyar (1713-1719), Muhammad Syah ( 17191748), Ahmad Syah ( 1748-1754), Alamghir II (1754-1759), Syah Alam (1759-1808), Akbar II
(1808-1837) dan terakhir Bahadur Syah (1837-1858) Lihat dalam Dodwel H.H, The Decline of The
Mug/wI Empire, dalam M. Th. Houtama, dkk (ed), First Encyclopedia of Islam (Leiden: EJ. Brill
1987) h. 633-635.
31
Imperialisme Inggris di India secara umum di bagi menjadi dua fase.
Fase pertama, imperiaHsme Inggris di India ditandai dengan kekacauan
politik yang diakibatkan oleh ketimpangan ekonomi, dimana Inggris
menguras
kekayaan
sumber
daya
alam
India
dengan
tidak
mempertimbangkan hak-hak rakyat terutama masyarakat muslim. Pada saat
yang sarna pengangguran mulai muncul karena banyak tenaga manusia
yang diganti oleh mesin-mesin. Kualitas semacam ini menimbulkan protes
keras terutama kalangan muslim yang sering disebut dengan golongan
"wahabi" India. Pada awalnya hanya seputar masalah keagamaan, akan
tetapi mulai berkembang menjadi protes-prates politik dan sosia1. 26
Adalah Sayyid Ahmad Syahid pemimpin utama
India
yang
membentuk
gerakan
mujahiddin
ァッャ ョセ。
Wahabi
untuk merealisasikan
perjuangannya. Kemudian berlanjut dengan peperangan melawan dua
musuh sekaligus (Inggris- Hindu). Perang ini sesungguhnya merupakan
konsekuensi logis dari ide-ide politik Sayyid Ahmad Syahid tentang Dar
aI-Islam dan Dar