EPISTEMOLOGI ILMU PENDIDIKAN BAHASA pdf

EPISTEMOLOGI ILMU PENDIDIKAN BAHASA
Oleh :
ROBINSON, S.Pd.
MAHASISWA
PRODI LINGUISTIK TERAPAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
PETA KAJIAN
A. Pendahuluan
B. Pembahasan
1.

Epistemologi

2.

Ilmu

3.


Ilmu Linguistik Terapan

4.

Ilmu Pendidikan Bahasa

5.

Epistemologi Ilmu Pendidikan Bahasa

6.

Metode Penelitian Pendidikan Bahasa
a)

Metode Penelitian

b) Tujuan Penelitian Pendidikan Bahasa
c)


Posisi Penelitian Linguistik Terapan Dalam Pendidikan Bahasa

d) Macam-macam Metode Penelitian Ilmu Pendidikan Bahasa
C. Kesimpulan
Daftar Pustaka

A. PENDAHULUAN
Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tak
langsung turut memperkaya kehidupan kita. Pengetahuan juga dapat dikatakan sebagai
jawaban dari berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Pada hakekatnya kita
mengharapkan jawaban tentang pengetahuan yang benar, bukannya sekadar jawaban
yang bersifat sembarang saja. Oleh karena itu, bagaimana kita menyusun pengetahuan
yang benar? Masalah inilah yang dalam kajian filsafati disebut epistemologi, yaitu
bagiamana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjawab permasalahan
mengenai dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat untuk meramalkan dan
mengontrol gejala alam (Suriasumantri, 2009: 105).

Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang berupa pengetahuan sistematis
yang dihasilkan dari kegiatan kritis yang tertuju pada penemuan. Ilmu sendiri
mempunyai banyak macam diantaranya adalah ilmu linguistik terapan. Ilmu linguistik

terapan merupakan salah satu cabang dari ilmu linguistik yang secara khusus
mengidentifikasi, menginvestigasi, dan menawarkan solusi bagi masalah dunia nyata
yang terkait dengan bahasa. Linguistik terapan juga mempunyai beberapa cabang lagi
yang salah satu diantaranya adalah pendidikan bahasa.
Mudyahardjo (2012, 5) membagi filsafat pendidikan menjadi dua yaitu filsafat
praktek pendidikan dan filsafat ilmu pendidikan. Oleh karena itu pendidikan bahasa,
yang merupakan salah satu bidang dari linguistik terapan, juga terbagi dua yaitu praktek
pendidikan bahasa dan ilmu pendidikan bahasa. Karena ilmu pendidikan bahasa juga
merupakan sebuah ilmu, maka dalam memperolehnya tentu dengan menggunakan
metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan
yang disebut ilmu, maka dalam mendapatkan ilmu pendidikan bahasa tentu dengan
melalui metodologi ilmiah/penelitian pendidikan bahasa.
Berdasarkan penjelasan di atas, makalah ini dibatasi kajiannya yaitu bagaimana
menyusun sebuah pengetahuan berupa ilmu pendidikan bahasa sehingga diperoleh
penemuan teori pendidikan bahasa. Oleh karena itu judul makalah ini adalah
Epistemologi Ilmu Pendidikan Bahasa.

B. PEMBAHASAN
1. Epistemologi
Menurut Muhadjir (2011: 62), epistemologi merupakan salah satu bagian dari

filsafat ilmu yang berupaya mencari kebenaran (truth) berdasarkan fakta. Kebenaran
dibangun dengan logika dan didahului oleh uji konfirmasi tentang data yang dihimpun.
Lebih lanjut Muhadjir mengungkapkan bahwa epistemologi berupaya menghimpun
empiri yang relevan untuk dibangun secara rasional menjadi kebenaran ilmu. Muhadjir
juga membedakan epistemologi dengan fakta yaitu epistemologi mempertanyakan
bagaimana konsep ilmu mengenai fakta.
Epistemologi menurut Suriasumantri (2009: 33), merupakan salah satu dari tiga
landasan (ontologis, epistemologis, dan aksiologis) yang menjawab pertanyaan
mengenai hakikat ilmu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah bagaimana proses yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar?

Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan berupa
ilmu? Epistemologi keilmuan mempunyai tugas yaitu bagaimana menyusun
pengetahuan yang benar untuk menjawab permasalahan mengenai dunia empiris yang
akan digunakan sebagai alat meramalkan dan mengontrol gejala alam.
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa epistemologi dalam filsafat
ilmu adalah cara atau proses yang dilalui dalam membuktikan konsep atau pengetahuan
berupa ilmu. Dalam proses pembuktian tersebut meliputi prosedur, hal-hal yang harus
diperhatikan, dan cara/teknik/sarana yang membantunya.

2. Ilmu
Lenzen (via Mudyahardjo, 2010: 9), meninjau ilmu dari segi morfologis atau
bentuk substansinya, sebagai pengetahuan sistematis yang dihasilkan dari kegiatan
kritis yang tertuju pada penemuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak
bangkus sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi (Suriasumantri,
2009: 19). Ilmu merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan
common sense, suatu pengetahuan sehari-hari yang dilanjutkan dengan suatu pemikiran

cermat dan seksama dengan menggunakan berbagai metode. Ilmu merupakan suatu
metode berfikir secara objektif yang bertujuan untuk menggambarkan dan memberi
makna terhadap gejala dan fakta melalui observasi, eksperimen dan klasifikasi. Ilmu
harus bersifat objektif, karena dimulai dari fakta, menyampingkan sifat kedirian,
mengutamakan pemikiran logik dan netral.
3. Ilmu Linguistik Terapan
Menurut Chaer (2014: 17), berdasarkan tujuannya, apakah penyelidikan linguistik
semata-mata untuk merumuskan teori ataukah untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, hal ini bisa dibedakan dengan adanya linguistik teoritis dan linguistik
terapan. Linguistik teoritis berusaha mengadakan penyelidikan terhadap bahasa atau
bahasa-bahasa atau juga terhadap hubungan bahasa dengan faktor-faktor yang berada
diluar bahasa hanya untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek

kajiannya itu. Jadi, kegiatannya hanya untuk kepentingan teori belaka.
Berbeda dengan linguistik teoritis, linguistik terapan berusaha mengadakan
penyelidikan terhadap bahasa atau hubungan bahasa dengan faktor-faktor di luar bahasa
dengan kepentingan memecahkan masalah-masalah praktis yang terdapat di dalam
masyarakat. Misalnya, penyelidikan linguistik untuk kepentingan pengajaran bahasa,
penyusunan buku ajar, penerjemahan buku, penyusunan kamus, pembinaan bahasa

nasional, penelitian sejarah, pemahaman terhadap karya sastra, dan juga penyelesaian
masalah politik (Chaer, 2014: 17).
Meski bidang linguistik terapan dimulai dari Eropa dan Amerika Serikat, bidang
ini cepat berkembang dalam konteks internasional. Linguistik terapan awalnya
memperhatikan prinsip-prinsip dan praktek terhadap dasar-dasar linguistik. Pada
mulanya, linguistik terapan dianggap sebagai "linguistik yang diterapkan" setidaknya
dari luar bidangnya. Namun pada tahun 1960 linguistik terapan diperluas untuk
mencakup penilaian bahasa, kebijakan bahasa, dan penguasaan bahasa kedua. Pada
awal tahun 1970-an, linguistik terapan menjadi bidang masalah yang diarahkan
daripada sekadar linguistik teoritis. Linguistik terapan juga meliputi solusi dari masalah
yang berhubungan dengan bahasa di dunia nyata. Pada 1990-an, linguistik terapan telah
meluas, meliputi studi kritis dan multilingualisme. Penelitian linguistik terapan
dialihkan ke "penyelidikan teoritis dan empiris dari masalah dunia nyata di mana

bahasa merupakan isu sentral” (https://id.wikipedia.org/wiki/Linguistik_terapan).
4. Ilmu Pendidikan Bahasa
Mudyahardjo (2012, 5) membedakan filsafat pendidikan menjadi dua yaitu
filsafat praktek pendidikan dan filsafat ilmu pendidikan. Lebih lanjut Mudyahardjo
menjelaskan bahwa ditinjau dari substansi atau isinya, Ilmu Pendidikan merupakan
sebuah sistem pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh melalui riset. Oleh
karena pengetahuan yang dihasilkan riset tersebut disajikan dalam bentuk konsepkonsep pendidikan, maka Ilmu Pendidikan dapat pula dibatasi sebagai sebuah konsep
pendidikan yang dihasilkan melalui riset.
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbriter yang digunakan oleh para
anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan
diri (Chaer, 2014: 32). Bahasa juga didefinisikan sebagai pernyataan yang menunjukkan
ciri-ciri kunci sebuah konsep (Brown, 2008: 5). Kita menggunakan bahasa setiap hari
sebagai sarana komunikasi dan bahasa tertulis memungkinkan kita untuk mampu
merekam sejarah dari generasi ke generasi.
Pendidikan bahasa teridiri dari dua kata yaitu pendidikan (pengajaran dan
oembelajaran) dan bahasa. Pembelajaran adalah penguasaan atau pemerolehan
pengetahuan tentang suatu subjek atau sebuah keterampilan dengan belajar,
pengalaman, atau instruksi dan pengajaran adalah menunjukkan atau membantu
seseorang mempelajari cara melakukan sesuatu, memberi instruksi, memandu dalam
pengkajian sesuatu, menyiapkan pengetahuan, menjadikan tahu atau paham (Brown,


2008: 8). Jadi pendidikan bahasa adalah proses pembelajaran bahasa yaitu penguasaan
bahasa dengan belajar dan pengajaran bahasa yaitu membantu seseorang mempelajari
bahasa, memberi instruksi, memandu dalam mengkaji bahasa, menyiapkan pelajaran
bahasa, menjadi tahu atau paham.
Berdasarakan beberapa beberapa teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
ilmu pendidikan bahasa adalah sebuah konsep atau sistem pengetahuan tentang
pendidikan kebahasaaan yang dihasilkan dari kegiatan kritis atau diperoleh melalui
penelitian/riset.
5. Epistemologi Ilmu Pendidikan Bahasa
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa epistemologi ilmu adalah proses
yang dilalui untuk membuktikan pengetahuan ilmiah, maka epistemologi pendidikan
bahasa merupakan proses, hal-hal yang perlu diperhatikan, dan cara untuk mendapatkan
ilmu pendidikan bahasa. Suriasumantri (2009: 105) mengatakan bahwa cara kita
menyusun pengetahuan yang benar dalam filsafati disebut epistemologi dan landasan
epistemologi ilmu disebut metode ilmiah. Oleh karena itu, epistemologi pendidikan
bahasa dapat pula diartikan sebagai metode ilmiah dalam ilmu pendidikan bahasa.
Berbicara tentang metode ilmiah tentu tidak terlepas dengan penelitian atau riset,
karena melalui penelitian kita akan menemukan sebuah konsep atau pengetahuan yang
berupa ilmu. Jadi epistemologi ilmu pendidikan bahasa juga merupakan proses

penelitian pendidikan bahasa, karena melalui penelitian pendidikan bahasa kita akan
menemukan sebuah konsep atau teori tentang pendidikan bahasa.
6. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa
Secara umum tujuan penelitian adalah menjelaskan dunia di sekitar kita melalui
upaya yang sistematis (Kamil via Syamsuddin dan Damaianti, 2006: 3). Lebih lanjut
Syamsuddin dan Damaianti mengungkapkan bahwa berdasarkan pada rumusan tersebut
maka tujuan penelitian pendidikan bahasa adalah upaya yang sistematis untuk
menjelaskan,

memahami,

memecahkan,

dan

mengantisipasi

masalah-masalah

pendidikan bahasa. Penelitian merupakan proses yang terstruktur sehingga, sehigga

diperlukan langkah-langkah yang tepat untuk melaksanakannya. Langkah-langkah
dalam proses penelitian akan bergantung pada pendekatan/metode yang digunakan
sebuah penelitian.
a. Metode Penelitian
Menurut Syamsuddin dan Damaianti (2006: 14), metode penelitian adalan cara
pemecahan masalah yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud

mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan
mengendalaikan keadaan. Metode juga merupakan cara kerja untuk memahami dan
mendalami objek yang menjad sasaran. metode penelitian juga dikendalikan oleh garisgaris pemikiran yang konseptual dan prosedural.
b. Tujuan Penelitian Pendidikan Bahasa
Secara rinci tujuan penelitian pendidikan bahasa dipaparkan oleh Syamsuddin dan
Damaianti (2006: 3) diantaranya; (1) menemukan dan mengembangkan teori, model,
atau strategi baru dalam pendidikan bahasa, (2) menerapkan, menguji dan mengevaluasi
kemampuan teori, model, strategi pendidikan bahasa dalam memecahkan masalah
pendidikan bahasa, (3) mendeskripsikan dan menjelaskan keadaan atau hubungan
berbagai isu atau pikiran yang terkait dengan masalah bahasa, (4) memecahkan masalah
pendidikan bahasa, (5) menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
pendidikan bahasa, dan (6) membuat keputusan atau kebijakan.
Masalah pendidikan


bahasa mencakup masalah-masalah linguistik

atau

kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Adapun masalah keterampilan yang menjadi
fokus penelitian bahasa mencakup keterampilan membaca, menulis, mewicara, dan
mendengarkan Syamsuddin dan Damaianti (2006: 4). Tujuan penelitian pendidikan
membaca dan menulis adalah untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan membaca
dan menulis, baik di kelas maupun pada setting lainnya, sedangkan penelitian
pendidikan mewicara dan mendengarkan bertujuan untuk bertujuan untuk mengatasi
masalah-masalah peningkatan kemampuan mewicara dan mendengarkan serta
mengatasi masalah kesulitan mewicara dan mendegarkan. Sebagai contoh penelitian
eksperimen, kesulitan mewicara dan mendengarkan dapat dilakukan dengan menelaah
faktor-faktor sebab akibat kesulitan mewicara dan mendegarkan.
c. Posisi Penelitian Linguitik Terapan Dalam Pendidikan Bahasa
Seperti yang yang telah dikemukakan oleh Muhdyahardjo (2012, 5), bahwa
filsafat pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu filsafat praktek pendidikan dan filsafat
ilmu pendidikan. Selanjutnya Krashen memaparkan posisi yang ideal dari penelitian
linguistik terapan yang dalam hal ini hubungan antara teori pemerolehan bahasa,
penelitian linguistik terapan, ide dan intuisi, dan praktek pengajaran bahasa. Berikut
adalah dua figur yang menggambarkan penelitian linguistik terapan yang ideal dan
kenyataan yang ada (Krashen, 2009: 6):

Gambar 1. Hubungan yang ideal antara teori, penelitian linguistik terapan, ide dan intuisi, dan
praktek pengajaran bahasa

Gambar 2. Kenyataan yang terjadi dalam hubungan antara teori, penelitian linguistik terapa n, ide
dan intuisi, dan praktek pengajaran bahasa

Hal yang ideal apabila ada hubungan yang antara teori, penelitian linguistik
terapan, ide dan intuisi, dan praktek pengajaran bahasa. Peneliti linguistik terapan
seharusnya fokus pada teori penelitian yang mendalam, karena dengan teori yang baik
akan memberikan wawasan yang mendalam bagi para praktisi dalam mengajarkan
bahasa yang akan berdampak pada terjadinya pemerolehan. Namun faktanya bahwa,
banyak peneliti yang tidak lagi terlibat dalam pendidikan dan pebelajaran bahasa, dan
tidak berinteraksi dengan guru. Juga terdapat jarak yang jauh antara penelitian teori dan
terapan; kebanyakan yang meneliti untuk metode yang baik kurang konsern dengan
teori yang mendasar. Kenyataan yang lain adalah guru dan pengembang materi kurang
memperhatikan penelitian dan teori-teori.
d. Macam-macam metode penelitian pendidikan bahasa
1) Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan Bahasa
Penelitian kualitatif disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti
mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi langsung
dengan orang-orang di tempat penelitian (Syamsuddin dan Damaianti, 2006: 144).
Dengan penelitian kualititatif, peneliti lebih mempersiapkan instrumen “orang” dari
pada instrumen lain. Di lapaangan peneliti berupaya menginterpretasikan fakta yang
relevan secara menyeluruh (holistik). Meskipun peneliti harus mengikuti metodologi

tertentu, tetapi pokok-pkok pendekatan tetap dapat berubah pada waktu penelitian
sedang berlangsung. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, serta
teknik dan model analisis data. Data yang sedang dan telah dikumpulkan harus dilacak,
diorganisasi, dipilah, disintesis, dicari polanya, diiterpretasi, dan disajikan agar peneliti
dapat menangkap makna fenomena serta serta dapat mengkomunikasikan kepada orang
lain.
Seorang guru bahasa yang ingin bertindak sebagai peneliti kualitatif, maka
langkah-langkah yang harus dilaksanakan adalah; (1) mengambil satu masalah sebagai
fokus

penelitian,

(2)

membuat

catatan

rinci,

rekam

hasil

observasi,

dan

wawancara/dialog, (3) memeriksa data-data untuk melihat adanya perubahan, (4)
membuat pertanyaan tentang permasalahan yang mencuat untuk diadakan perbaikan,
(5) mempergunakan data untuk membuat putusan, proses penelitian itu berdampak pada
perbaikan keadaan.
Metode-metode penelitian kualitatif yang digunakan dalam menyusun Ilmu
Pendidikan Bahasa (Syamsuddin dan Damaianti, 2006: 26-30), antara lain:
a) Metode Ethnografik
Fokus penelitian ethnografik adalah pola-pola tindakan bahasa, ritual, dan polapola hidup yang dipelajari. Sebagai sebuah proses, penelitian ini melibatkan kerja
lapangan yang membutuhkan banyak waktu, melakukan pengamatan secara khusus dan
wawancara sederhana dengan para peserta, dan mengumpulkan berbagai artefak. Sudut
pandang informan dapat dicatat secara seksama dan dibuat melalui kutipan-kutipan
yang diedit secara teliti. Produk akhir berupa uraian komprehensif, yaitu uraian
berbentuk deskripsi naratif yang bersifat holistik dan interpretatif melalui penyatupaduan semua aspek kehidupan informan serta pengilustrasian kompleksitasnya.
b) Metode Fenomenologi
Penelitian fenomenologi menjelaskan makna/pengertian tentang pengalaman
hidup. Teknik yang digunakan adalah wawancara yang bertujuan memahami perspektif
para informan atas fenomena kehidupan sehari-harinya. Penelitian ini memungkinkan
pembaca merasa bahwa mereka paham secara utuh tentang konsep yang berkaitan
dengan pengalaman khusus seseorang atau sekelompok orang, misalnya kemampuan
berbahasa para penderita disleksia dan authisme, kemampuan membaca penyandang
tunagrahita, tunawicara, dan tunarungu.
c) Metode Studi Kasus

Fokus penelitian studi kasus dalam pendidikan bahasa dapat berupa suatu entitas
(suatu tempat) atau beberapa entitas (studi multi tempat), seorang individu, sekelompok
individu, lingkungan hidup manusia, serta lembaga sosial yang terkait dengan
pendidikan bahasa. Penelitian ini mendeskripsikan kasus, analisis tema atau isu, dan
interpretasi atau pembuktian penelitian terhadap kasus. Misalnya pengaruh didirikannya
pondok baca di daerah pedesaan; studi logitudinal tentang kemampuan linguistik anak.
d) Metode Grouded Theory
Istilah grouded theory sering digunakan untuk merujuk pada pendekatan yang
membentuk gagasan teoritis yang dimulai dengan data. Oleh karena itu, teori
ditemukan, disusun, dan dibuktikan melalui pengumpulan data yang sistematis serta
analisis data yang berkenaan dengan fenomena itu. Peneliti tidak memulai
penyelidikannya dari suatu teori tertentu lalu membuktikan, tetapi dari suatu kajian dan
hal-hal yang terkait dengan bidang tersebut (Strauss & Corbin via Syamsuddin dan
Damaianti, 2006: 22-26). Grounded theory yang bisa diakui tersusun secara baik ialah
yang bisa diterapkan terhadap suatu fenomena dengan memenuhi empat kriteria, yaitu
kesesuaian, pemahaman, generalitas, dan kontrol.
e) Metode Noninteraktif
Metode penelitian noninteraktif, yang disebut penelitian analitis, menyelidiki
konsep dan peristiwa historis melalui analisis dokumen. Dokumen ilmiah adalah
sumber utama. Peneliti bisa menafsirkan fakta-fakta dari dokumen untuk memberikan
penjelasan tentang masa lampau dan mengklarifikasi makna/pengertian masalah
pendidikan bahasa yang mendasari isu-isu masa kini. Penelitian ini meliputi analisis
konsep dan analisis historis.
2) Metode Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan Bahasa
Penelitian kuantitatif dengan paradigma positivisme, memandang kehidupan
sosial mempergunakan asumsi-asumsi mekanistik dan statistik dari ilmu kealaman.
Penelitian ini mempelajari permukaan masalah atau bagian luarnya, bersifat
memecahkan kenyataan dalam bagian-bagian, mencari hubungan antar variabel yang
terbatas, dengan tujuan mencapai generalisasi guna meramalkan atau memprediksi, dan
bersifat deterministik tertuju kepada kepastian dengan menguji hipotesis. Datanya
berupa data kuantitatif, koding yang dapat dikuantifikasi, atau statistik bilangan.
Metode-metode penelitian kuantitatif yang digunakan dalam menyusun Ilmu
Pendidikan Bahasa (Syamsuddin dan Damaianti, 2006: 22-26), antara lain:
a) Metode Eksperimen

Penelitian eksperimen dalam pendidikan bahasa bertujuan melihat pengaruh
variabel tertentu terhadap variabel yang lain. Dalam penelitian ini terdapat kelompok
yang disebut eksperimen dan kontrol. Misalnya, pengaruh model pembelajaran
interaktif dalam membaca terhadap kemampuan membaca siswa dalam kondisi
dikontrol secara ketat. Kelompok yang dipengaruhi adalah kelompok yang diberi
pembelajaran membaca melalui moodel interaktif sedangkan kelompok kontrol adalah
siswa yang tidak dipengaruhi oleh model interaktif.
b) Metode Subjek Tunggal
Metode penelitian subjek tunggal memberikan alternatif dengan menspesifikasi
metode yang bisa digunakan dengan hanya seorang atau hanya sebagian kecil subjek
yang memungkinkan dilakukannya simpulan. Dalam penelitian ini terdapat manipulasi
langsung tetapi tidak dilakukan penarikan sampel rambang. Misalnya penelitian
mengenai efektifitas suatu program bagi siswa SD yang tidak mau membaca. Ada
sebagian kecil siswa yang tidak mau membaca di kelompoknya. Jadi, desain penelitian
kelompok tidak tepat. Jika peneliti melihat suatu perubahan bertepatan dengan
penerapan program tersebut maka peneliti dapat membuat simpulan bahwa program
baru tersebut dapat menyebabkan perubahan perilaku membaca.
c) Metode Deskriptif
Penelitian deskriptif bertujuan menjelaskan fenomena yang ada dengan
menggunakan angka-angka untuk mencandrakan karakteristik individu atau kelompok.
Penelitian ini menggambarkan karakteristik sesuatu sebagaimana adanya. Contoh
penelitian ini adalah berapa besar nilai rata-rata kemampuan efektif membaca siswa SD
dan berada pada tingkat berapa kemampuan membaca siswa.
d) Metode Komparatif
Penelitian komparatif melakukan penyelidikan adanya perbedaaan antara dua atau
lebih kelompok terhadap fenomena yang sedang dipelajari. Seperti dalam penelitian
deskriptif, penelitian komparatif tidak ada manipulasi atau kontrol langsung terhadap
hal yang diteliti. Misalnya, perbedaan jenis karangan antara siswa laki-laki dan
perempuan; perbandingan tingkat pemahaman wacana antara anak yang membaca
menggunakan musik dan tanpa mendengarkan musik.
e) Metode Korelasional
Penelitian korelasional berhubungan dengan penilaian hubungan antara dua atau
lebih fenomena. Hubungan yang diukur merupakan pernyataan tentang tingkat
hubungan antar variabel. Terdapat dua jenis korelasi, yaitu korelasi positif dan korelasi

negatif. Contohnya, penelitian tentang hubungan tingkat keterbatasan wacana dengan
pemahaman wacana dan hubungan tingkat keterbatasan wacana dengan pemahaman
wacana.
f) Metode Survei
Penelitian survei dalam pendidikan bahasa adalah upaya mengamati fenomena
bahasa dengan melibatkan populasi yang besar maupun yanng kecil. Dalam penelitian
ini, peneliti menentukan sumber data sesuai dengan tujuan penelitian, membuat
kuesioner, atau melakukan wawancara untuk mengumpulkan data. Contohnya,
bagaimana gambaran sikap dan motif siswa terhadap pembelajaran bahasa kedua dan
bagaimana pengaruh usia siswa terhadap kemampuan berbicara.
g) Metode Ex Post Facto
Penelitian ex post facto menyelidiki hubungan sebab akibat yang mungkin antar
variabel yang tidak bisa dimanipulasi oleh peneliti. Peneliti fokus pada apa yang telah
terjadi secara berbeda kepada kelompok subjek. Contohnya, pengaruh kebiasaan
membaca orang tua terhadap minat membaca siswa. Kebiasaan membaca orang tua
tidak bisa dimanipulasi, sehingga peneliti melihat pengaruhnya setelah kondisi tersebut
terjadi.

C. KESIMPULAN
Epistemologi ilmu merupakan cara bagaimana menyusun pengetahuan yang benar
untuk menghasilkan temuan berupa ilmu. Ilmu yang merupakan pengetahuan sistematis
yang dihasilkan dari kegiatan kritis yang tertuju pada penemuan, mempunyai banyak
cabang lagi. Salah satu cabang ilmu adalah linguistik terapan, yaitu salah satu ilmu
bahasa yang kepentingan memecahkan masalah-masalah praktis yang terdapat di dalam
masyarakat. Ilmu linguistik terapan sendiri mempunyai beberapa bagian yang salah satu
diantaranya adalah ilmu pendidikan bahasa, yaitu sebuah sistem pengetahuan tentang
pendidikan bahasa yang diperoleh melalui riset. Dengan demikian epistemologi ilmu
khususnya ilmu pendidikan bahasa adalah bagaimana cara menyusun pengetahuan yang
benar sehingga menghasilkan temuan berupa pendidikan bahasa.
Ketika membahas tentang cara menyusun pengetahuan berupa ilmu, maka tentu
kita berhadapan metode ilmiah, yaitu landasan dari epistemologi itu sendiri. Metode
ilmiah tidak terlepas dari penelitian. Dengan penelitian kita akan memperoleh konsep
untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan. Dengan penelitian pendidikan bahasa
kita akan menemukan dan mengembangkan teori, model, atau strategi baru dalam

pendidikan bahasa sampai kepada menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah pendidikan bahasa, dan membuat keputusan atau kebijakan. Terdapat banyak
macam metode yang digunakan dalam penelitian pendidikan bahasa.

Daftar Pustaka
Brown, Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa . Jakarta.
Kedutaan Besar Besar Amerika Serikat.
Chaer, Abdul. 2014. Linguistik Umum. Jakarta. PT Asdi Mahasatya.
https://id.wikipedia.org/wiki/Linguistik_terapan
Krashen, Stephen D. 2009. Principles and Practice in Second Language Acquisition.
Oxford. Pergamon Press Inc.
Mudyahardjo, Redja. 2012. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Suriasumantri, Jujun S. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.
Syamsuddin, A.R. & Damaianti, Vismaia S. 2006. Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa . Bandung. PT Remaja Rosdakarya.