Persepsi advokat dan hakim terhadap kewenangan absolut peradilan agama di bidang ekonomi syariah

PERSEPSI ADVOKAT DAN HAKllM TERHADAP KEWENANGAN
ABSOLUT PERADILAN AGAMA DI BIDANG
EKONOMI SYARIAH

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I)

Oleh:

BUDISUSILO
103044228105

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERUATAAN ISLAM
PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARI' AH DAN IIUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H/2007 M


PERSEPSI ADVOKAT DAN HAKIM TERHADAP KEWENANGAN
ABSOLUT PERADILAN AGAMA DI BIDANG
EKONOMl SYARIAH

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I)

Oleh:
BUD! SlJSILO
103044228105

Pembimbing I,

Mn iammacl Ta fiki, M. Ag.
NIP. 150 290 159

KONSENTRASI ADMINISTRASJ KEPERDATAAN ISLAM
PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SY AKHSIYY AH

FAKUL TAS SYARI' AH DAN HUKUM
TJNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 HJ2007 M

ABSTRAKSI

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif.
Wawancara menjadi metode perolehan data, seperti dengan advokat Muhammad
Muslih, S.Ag. MH dan advokat Renti Maharaini Kerti, SH. MH serta juga
melibatkan para hakim. Diantaranya hakim Pengadilan Agama Jakatta Selatan,
Drs. H. Muhamad Abduh Sulaiman SH. MH, kemudian hakim Pengadilan Agama
Jakarta Timur Drs. H. Muhamad Noer dan Drs. Hj. Saniyah. Sebagai pelengkap
penulis juga melakukan penelitian dari beberapa literatur yang ada. Tujuan
penelitian untuk mengetahui sebagian kecil para advokat dan para Hakim dalam
menyikapi, mengenal, memaknakan sesuatu fenom1ma penyelesaian perkara
ekonomi syariah di lingkungan Peradilan Agama.
Hasil penelitian ini menunjukkan : Pertama, Kedudukan Peradilan Agama
kini mandiri di bawah Mahkamah Agung, dan kewenangannya meluas seperti

perkara ekonomi syariah, zakat, infaq, penetapan hak adopsi anak, dan tak hanya
perkara perdata saja tapi wilayah pidana pun juga me1tjadi wewenang Peradilan
Agama. Kedua, Advokat dan hakim menyambut positif atas proses amandemen
Undang-undang Peradilan Agama No. 7 tahun 1989 menjadi Undang-undang No.
3 tahun 2006. Dengan alasan kebutuhan masyarakat akan hukum yang semakin
kompleks telah terakomodir dengan baik. Ketiga, Peradilan Agama menangani
perkara ekonomi syariah oleh advokat dan hakim ditanggapi positif dengan alasan
Peradilan Agama adalah satu-satunya peradilan Indonesia yang pantas berwenang
perkara-perkara syariah dan memiliki tradisi keislaman yang mengental. Keempat,
Keterkaitannya dengan perkara ekonomi syariah di Peradilan Agama, advokat dan
hakim menyatakan merasa siap menghadapi permasalahan hukum yang mengenai
perkara kegiatan dan pembiayaan ekonomi syariah.
Hasil penelitian diharapkan menjadi penambah kekayaan literatur bagi
semua pihak dalam rangka peningkatan pemahaman mengenai perkara ekonomi
syariah di Peradilan Agama. Di samping itu diharapkan menjadi bahan renungan
bagi para mahasiswa yang ingin berprofesi sebagai advokat dan hakim bahwa
perlu adanya peningkatan wawasan ekonomi syariah yang semakin pesat
perkembangannya.

KATA PENGANTAR

セjGケMᄋL@

セQ@

._,j..."tl .Ji! セ@ •

Segala Puji bagi Allah seru sekalian alam, yang tclah memberikan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis clapat menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW, pembawa syari'ah-Nya yang universal bagi semua manusia
dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman.
Dalam penulisan skripsi ini, tidak sOOikit kesulitan dm hambatan yang penulis
jumpai, namun syukur Alhamdulillah berk:at rahmat clan inayah-Nya, kesungguhan,
kerja keras dan kerja cerdas disertai dukungan clan bantl:tan dari berbagai pihak, baik
langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan akhirnya dapat diatasi dengan
sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi
ini penulis secara khusus mempersembahkan ungkapan u:rirna kasih kepada :

I. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M., Dekan Fakultas

Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., M.A., dan Bapak Kamarusdiana, S.Ag.,
M.H., Ketua Program Studi dan Sekretaris Progrrun Studi AI-Ahwal AlSyakhsiyyah Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Muhammad Taufiki, M. Ag. dan Euis Amalia, M. Ag., dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran selama membimbing penulis.

BAB IV

PERSEPSI ADVOKAT DAN l!!AKIM ATAS PERKARA EKONOMI SYARIAH DI PERADILAN AGAMA

A. Kedudukan dan Kewenangan Peradilan Agama Pasca Amandemen
Undang-undang No.3 Tahw1 2006...................................................... 80
B. Persepsi Advokat dan Hakim Terhadap Peradilan Agama Atas
Wewenang Perkara Ekonomi Syariah.................................................92
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................... 111

B. Saran.................................................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 114
LAMPIRAN ............................................................................................................. 120

BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Semenjak tumbangnya rezim Orde Baru pada 1:ahun 1998, perubahanperubahan mengalami kemajuan yang berarti, utamanya sangat terasa di
bidang politik. Perubahan politik telah membawa Indonesia kepada negara
yang lebih demokratis yang ditandai kebebasan menyatakan pendapat, pers
yang

tak

dikekang

dan

desakralisasi


kepemimpinan.

Namun,

yang

memprihatinkan dalam bidang ekonomi masih mengalami stagnan, meskipun
harus d iakui tel ah ada perbaikan-perbaikan, kondisi krisis be Ium pulih benar
sebagaimana harapan nurani rakyat. Terlebih dengan adanya berbagai bencana
yang terus menerpa bangsa dan negara Indonesia. Hal tersebut tidak terlepas
dari pengaruh kondisi hukum yang ada pada saat sekarang ini. 1
Akan tetapi, di tengah kemelut persoalan bangsa yang tidak kunjung
berkesudahan, terdapat asa dan upaya untuk bangkit dari kubangan krisis. lni
terlihat dari semaraknya nuansa gerakan pemulihan ekcmomi nasional dengan
kekuatan ekonomi berbasis syariah di seantero tanah air. Tidak hanya itu,
upaya memformalkan perangkat hukum syariah yang terkait dengan ekonomi
dan keuangan ke dalam aturan legislasi negara terus dilakukan. Ini terlihat dari
pemerintah yang mengupayakan pembenahan legislasi Undang-undang No. 10
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992

tentang Perbankan. Aturan ini mengukuhkan Iandasan hukum bagi eksistensi

1

Abdul Gani Abdullah, "Politik Hukum di Bidang Ekonomi Syariah dan Agenda

Legislasi," Departemen I-Iukum dan HAM RI Badan Pembinaan Hukum Nasional, ed., Seminar
Nasional Reformulasi Sis/em Ekonomi Syariah dan Legislasi Nasional 6-8 Juni 2006 (Jakarta:

Departemen Hukum dan HAM RI, 2006), h. 144.

2

perbankan syariah menjadi kokoh dari segi kelembagaan maupun landasan
operasionalnya di dunia belantika perbankan nasional.
Demikian pula dilakukan legislasi Undang-undang No. 3 Tahun 2006
tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama pada 20 Maret 2006. Undang-undang tersebut menjadi perangkat
hukum (legal Substance) yang salah satunya mengakomodir tentang ihwal
penyelesaian perkara ekonomi syariah pada tataran lembaga pengadilan yang

bemuansa syariah. Selama ini lembaga penyelesaian sengketa alternatif di luar
yuridiksi pengadilan, atau yang sering di istilahkan dengan sebutan arbritase
menjadi salah satu Jembaga yang dipercaya menangani masalah bisnis syariah.
Contohnya dalam hat ini adalah Badan Arbritase Syariah Nasional, merupakan
satu-satunya dari sekian banyak contoh lembaga arbritl1Se yang menyelesaikan
sengketa-sengketa yang terkait dengan perekonomian yang berakad syariah.
Penanganan sengketa ekonomi syariah dalam Undang-undang No. 3
tahun 2006 bisa dilihat dalam pasal 49 poin (1), yang menyebutkan dengan
jelas, bahwa Pengadilan Agama berwenang menyelesailkan sengketa di bidang
ekonomi syariah. Sengketa-sengketa yang dimaksud, s:eperti sengketa antara
lembaga keuangan dan pembiayaan syariah dengan nasabahnya. Kemudian
sengketa antar sesama lembaga keuangan dan pembiayimn syariah, Jalu juga
menangani sengketa antara orang-orang yang beragarna Islam yang dalam
akad perjanjiannya disebutkan dengan tegas, bahwa pe'rbuatan atau kegiatan
usaha yang dilakukan adaiah berdasarkan prinsip-prinsip syariah.2

2

Abdul Manan, "Beberapa Masalah Hukum dalam Praktek Ekonomi Syariah," dalam
Rlfayal Ka'bah, ed., Rapa/ Kelja Nasional Mahkamah Agung RI de,,gan Jajaran Pengadilan

Empat Linglamgan Peradilan Se/uruh Indonesia Tahun 2006, Batam 10-14 September 2006
(Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2006) h. 6.

3

Refonnasi hukum tersebut membawa atmosfir baru dalam sejarah
hukum ekonomi di Indonesia. Selama ini dalam prakteknya, sebelum
amandemen Undang-undang No. 7 Tahun 1989, penegakan hukum kontrak
bisnis di lembaga-lembaga keuangan syariah tersebut mengacu pada ketentuan
KUH Perdata yang merupakan terjemahan dari Burgerlijk Wetboek (BW),
kitab

Undang-undang

hukum

sipil

Belanda


yang

dikonkordansi

keberlakuannya di tanah jajahan Hindia Belanda sejak tahun 1854 ini,
sehingga konsep perikatan dalam Hukum Islam tidak lagi berfungsi dalam
praktek fonnalitas hukum di masyarakat, tetapi yang berlaku adalah BW. 3
Dengan kejadian demikian, imbasnya konsep perikatan dalam hukum Islam
yang telah bercokol di adat istiadat dan telah mengurat nadi dalam kehidupan
masyarakat Indonesia tidak berfungsi dalam praklek fonnalitas hukum.
Ibaratnya hukum Islam seperti macan ompong yang ticlak berwibawa. Padahal
kalau mau dikata, menurut Abdul Manan, hukum Isi'an1 mempunyai tujuan

(Maqasid al-Syariah) yang memiliki aspek mewujudkan kemaslahatan
manusia di dunia dan akhirat. Serta membawa manusia ke bawah naungan
hukum agar nantinya manusia terbebas dari kukungan hawa nafsu.4
Belakangan ini, nilai-nilai religiusitas keisla.man mulai terkonsep
dalam seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu contohnya
menggeliatnya kegiatan ekonomi syariah yang menjadi detenninan dan cara
mengga11tika11 bobroknya sistem sosialisme clan kapitalisme yang berkonsep

3

Agustianto, "Urgensi Kodifikasi Hukum Ekonomi Islam/'

artikel diakses 31 Agustus 2007 dari http://www.resantrenvirtual.com/index.php
4

Abdul Manan, Reformasi H11!