Persepsi praktisi perbankan Syariah terhadap pilihan penyelesaian sengketa antara Basyarnas dan peradilan agama

(1)

PERSEPSI PRAKTISI PERBANKAN SYARIAH TERHADAP PILIHAN PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA BASYARNAS DAN PERADILAN

AGAMA Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) Oleh :

Muhamad Dani NIM : 103046128232

Di Bawah Bimbingan

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422

PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI ISLAM)

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A


(2)

PEN GESAH AN PAN I TI A UJI AN

Skripsi yang berj udul PERSEPSI PRAKTI SI PERBAN KAN SYARI AH TERH AD AP PI LI H AN PEN YELESAI AN SEN GKETA AN TARA BASYARN AS D AN PERAD I LAN AGAM A t elah diaj ukan dalam siding m unaqasah Fakult as Syariah dan Hukum Universit as I slam Negeri ( UI N) Syarif Hidayat ullah Jakart a pada t anggal 12 Juni 2008. Skripsi ini t elah dit erim a sebagai salah sat u syarat unt uk m em peroleh gelar Sarj ana Ekonom i I slam ( SEI ) pada Program St udi Muam alah Konsent rasi Perbankan Syariah.

Jakart a, 12 Juni 2008 Mengesahkan,

Dekan Fakult as Syariah dan Hukum

Pr of. D r . H . M u h a m m a d Am in Su m a , SH , M A, M M

N I P: 1 5 0 2 1 0 4 2 2 PAN I TI A UJI AN

Ke t u a : Eu is Am a lia , M .Ag

( ………...)

N I P: 1 5 0 2 8 9 2 8 4

Se k r e t a r is : Ah . Azh a r u ddin La t ie f, M .Ag ( ………...)

N I P: 1 5 0 3 1 8 3 0 8

Pe m bim bin g : Pr of. D r . H . M . Am in Su m a , SH , M A, M M ( ………...)


(3)

N I P: 1 5 0 2 1 0 4 2 2

Pe n gu j i I : Pr of. D r . H . Fa t h u r r a h m a n D j a m il, M A ( ………...)

N I P: 1 5 0 2 2 2 8 2 4

Pe n gu j i I I : Ja e n a l Ar ipin , M .Ag ( ………...)


(4)

ABSTRAK

Pengadilan sebagai the first and last resort dalam penyelesaian sengketa ternyata masih dipandang oleh sebagian kalangan hanya menghasilkan kesepakatan yang bersifat adversarial, belum mampu merangkul kepentingan bersama, cenderung menimbulkan masalah baru, lambat dalam penyelesaiannya, membutuhkan biaya yang mahal, tidak responsive, menimbulkan antagonisme di antara pihak yang bersengketa, serta banyak terjadi pelanggaran dalam pelaksanaannya. Hal ini dipandang kurang menguntungkan dalam duniai bisnis sehingga dibutuhkan institusi baru yang dipandang lebih efisien dan efektif.

Sebagai solusinya, kemudian berkembanglah model penyelesaian sengketa non litigasi, yang dianggap lebih bisa mengakomodir kelemahan-kelemahan model litigasi dan memberikan jalan keluar yang lebih baik. Proses diluar litigasi dipandang lebih menghasilkan kesepakatan yang win-win solution, menjamin kerahasiaan sengketa para pihak, menghindari keterlambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif, menyelesaikan masalah secara komprehensif dalam kebersamaan, dan tetap menjaga hubungan baik.

Tidak dipungkiri, selain alasan-alasan di atas, dasar pemikiran lahirnya model penyelesaian sengketa melalui jalur non litigasi seperti BAMUI yang pada akhirnya menjelma menjadi BASYARNAS, saat itu memang belum ada lembaga hukum yang


(5)

mempunyai kewenangan absolut karena Peradilan umum tidak menggunakan perdata Islam (fikih muamalah) dalam hukum formil maupun materiilnya, sedangkan Peradilan Agama saat itu sebagaimana Pasal 49 ayat (1) UU No. 7/1989, kewenangannya masih terbatas mengenai perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf dan shadaqah. Sehingga lahirnya model BASYARNAS saat itu seakan-akan sebagai payung hukum alternatif. Sedangkan saat ini kewenangan Peradilan Agama sudah diperluas melalui UU No. 3 Tahun 2006 diantaranya adalah kewenangan mutlak mengadili perkara-perkara ekonomi syariah included perbankan syariah, tentu saja hal ini memberikan pandangan dan sikap yang berbeda dalam penyelesaian sengketa perbankan syariah dibandingkan sebelum adanya undang-undang tersebut.


(6)

KATA PENGANTAR

ﻢﺴﺑ

ﷲا

ﻦﻤﺣّﺮﻟا

ﻢﻴﺣّﺮﻟا

Puj i syukur kepada Allah SWT, yang t elah m em berikan kenikm at an berupa I lm u kepada kit a sebagai ham ba- Nya, sehingga dengan ilm u it u kit a bisa m em bedakan kebaikan dan keburukan di at as bum i ini. Dan pat ut lah kalim at Alham dulillahi Rabbi Al- ‘Alam in yang pert am a kali t erucap oleh penulis karena penulis t elah dapat m enyelesaikan skripsi ini. Shalawat sert a Salam sem oga senant iasa dicurahkan kepada Rasulullah Muham m ad SAW, keluarganya, para sahabat nya sert a para pengikut nya dan m udah- m udahan kit a t erm asuk di dalam nya.

Dalam penulisan skripsi ini, t idak sedikit kesulit an dan ham bat an yang penulis j um pai, nam un syukur Alham dulillah berkat rahm at dan inayah- Nya, kesungguhan, kerj a keras dan kerj a cerdas disert ai dukungan dan bant uan dari berbagai pihak, baik langsung m aupun t idak langsung, segala kesulit an dapat diat asi dengan sebaik- baiknya sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.


(7)

Oleh sebab it u, sudah sepant asnya- lah pada kesem pat an kali ini penulis ingin m engucapkan t erim a kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, juga sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam meyelesaikan skripsi ini.

2. Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Euis Amalia, M.Ag.

3. Sekretaris Program Studi Muamalah (Ekonomi Islam), Ah. Azharuddin Latif, M.Ag.

4. Kepala unit perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk mengadakan studi kepustakaan sehingga selesainya skripsi ini.

5. Ayahanda H. Muhammad Tair dan Ibunda Hj. Isah Tair yang senantiasa memberikan motivasi, arahan, do’a dan kasih sayang yang tiada henti-hentinya, kakanda Sumiyati Saad, Suro Suryadi Tair, Suhandi Tair, Sinah Abdul Rasyid dan Nasih Ahmad Ramadhan yang selalu mensuport penulis dalam berbagai hal terutama bantuan moril maupun materiil.

6. Teman-teman diskusi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2003 terutama sahabat Farhan Mustafa, Rahmat Wiar Budi, Wahyudi Musa, Ifdhal Yuri Hendri, A. Rifa’i Fauzi,


(8)

Ahmad Zaki, Andri Herdiansyah, Saidih, Inayatulloh dan Ahmad Rifa’i. Mudah-mudahan jalinan persahabatan kita tak terhenti sampai di sini dan bisa terjalin sampai kapan pun dan di manapun kita berada.

7. Kakanda Muhammad Dana, SHI sebagai inspirator penulis dalam ber-organisasi, Khoerudin el-Ridho, SHI, Muhammad Yusuf Daulay, Andreansyah Syafi’i, Dede Yusifa, Muhammad Ridwan, Asep Saipul Bahri dan Taufik Akbar sebagai sahabat pertama yang membantu penulis dalam berbagai permasalahan terutama dalam berorganisasi, dan banyak lagi yang lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

8. Secara khusus, penulis hat urkan t erim a kasih sebesar-besarnya kepada keluarga besar Bapak Sukm adi, S.Ag t erut am a adinda Ria Syukriawat i, yang t elah m em berikan m ot ivasi kepada penulis dalam m enyelesaikan skripsi ini, t erim a kasih at as segala bant uanya, Sem oga Allah m em balas kebaikannya.

Sem oga am al baik sem ua dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Am in.

Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat m em berikan m anfaat , bagi penulis khususnya dan bagi pem baca pada um um nya. Oleh karena it u, krit ik dan saran yang m em bangun senant iasa penulis harapkan unt uk kesem purnaan skripsi ini.


(9)

Jakart a, 16 Mei 2008


(10)

D AFTAR I SI

KATA PEN GAN TAR ...

D AFTAR I SI

...

BAB I PEN D AH ULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... D. Kajian Pustaka……… E. Kerangka Konsep……….. F. Metode Penelitian……….. G. Sistematika Penulisan ...

BAB I I TI N JAUAN TEORETI S

A. Pengertian Persepsi... B. Pengertian Arbitrase Islam………...……. C. Pengertian Peradilan Agama……… ……….. D. Bank Syariah………...


(11)

AGAM A SEBAGAI LEM BAGA PEN YELESAI AN SEN GKETA M UAM ALAT

A. Badan Arbitrase Syariah Nasional…………... B. Dasar Hukum dan Wewenang Badan Arbitrase Syariah Nasional... C. Peradilan Agama……….. ... D. Dasar hukum dan Wewenang Peradilan Agama di Indonesia………… E. Analisa tentang Dasar Hukum BASYARNAS dan Peradilan Agama di Indonesia………...

BAB I V PI LI H AN PEN YELESAI AN SEN GKETA AN TARA

BASYARN AS D AN PERAD I LAN AGAM A PERSEPSI PRAKTI SI

PERBAN KAN SYARI AH

A. Sengketa Bank Syariah………. B. Persepsi Praktisi……….... C. Sikap Praktisi....……….

D. Pengaruh Persepsi Atas Sikap Praktisi Perbankan Syariah Terhadap Pilihan Penyelesaian Sengketa Muamalah………....

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……….. B. Saran-saran ……….. DAFTAR PUSTAKA ……….


(12)

(13)

BAB I PEN D AH ULUAN A. La t a r Be la k a n g M a sa la h

Manusia dalam kehidupannya senant iasa hidup bersam a dan saling berdam pingan ant ara sat u dengan yang lainnya, hubungan yang t erj adi at as sesam a m anusia t ersebut akan m encipt akan saling m em aham i ant ara m ereka, sehingga t erbent uk sebuah kehidupan yang dinam is. Manusia dalam m em enuhi kebut uhannya akan saling m em punyai ket ergant ungan sat u sam a lain, sehingga t ak ada seorang pun yang m am pu m encukupi kebut uhannya sendiri.

Ket ika sat u individu, kelom pok, at au kom unit as m anusia dalam m em enuhi kebut uhannya berupa sat u benda yang bersam aan dengan kebut uhan individu at au kelom pok m anusia lainnya, t ent unya akan m enim bulkan suat u pert ent angan at au bent rokan. Hal sem acam inilah yang m enj adi salah sat u penyebab dibut uhkannya sebuah at uran t ent ang hal- hal pola int eraksi sat u sam a lain. Sebuah kom unit as at au kelom pok sosial yang t idak m em punyai hukum yang j elas akan m enj adi m asyarakat yang t idak t erat ur dan cenderung berlakunya hukum rim ba yait u yang kuat


(14)

akan selalu m enang dan m enindas, dan yang lem ah akan kalah dan t erhina. Karena it u perlu adanya hukum unt uk m enegakan keadilan sesuai dengan at uran- at uran yang m ereka buat t ersebut berdasarkan st andar kem anusiaan.

Dari sat u sisi, hukum adalah ket ent uan- ket ent uan yang t im bul dari dan dalam pergaulan hidup m anusia, sert a t im bulnya berdasarkan rasa kesadaran m anusia it u sendiri, sebagai gej ala-gej ala sosial yang m erupakan hasil dari pengukuran baik t ent ang t ingkah laku m anusia di dalam pergaulan hidupnya1. Hukum sebagai norm a m em punyai ciri kekhususan, hendak m elindungi, m engat ur dan m em berikan keseim bangan dalam m enj aga kepent ingan um um .

Set iap m asyarakat m em iliki berbagai m acam cara unt uk m em peroleh kesepakat an dalam proses perkara at au unt uk m enyelesaikan sengket a dan konflik. Cara yang dipakai pada suat u sengket a t ert ent u j elas m em iliki konsekuensi, baik bagi para pihak yang bersengket a m aupun m asyarakat m elebihi penyelesaian sengket a t ersebut . Mengingat konsekuensi t ersebut , m aka sangat diperlukan unt uk m enyalurkan sengket a- sengket a t ert ent u kepada

1

Abdul Djamali, Pengantar Hukum Indonesia Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2001, Hal 21 Cet. Ke VII


(15)

suat u m ekanism e penyelesaian sengket a yang paling t epat bagi m ereka.2

Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) adalah cikal bakal Basyarnas. Lembaga ini didirikan berdasarkan SK No Kep-392/MUI/V/1992, bersamaan dengan pendirian Bank Muamalat Indonesia (BMI) tahun 1992. Tujuannya untuk menangani sengketa antara nasabah dan bank syariah pertama tersebut. Pada tahun 2003, beberapa bank atau Unit Usaha Syariah (UUS) lahir sehingga BAMUI dirubah menjadi Basyarnas. Perubahan tersebut berdasarkan SK MUI No Kep-09/MUI XII/2003 tertanggal 24 Desember 2003. “Basyarnas ini satu-satunya badan hukum yang otonom milik MUI,” tandas Ahmad Jauhari, sekretaris Basyarnas.3

Badan Arbit rase Syariah Nasional, sej ak awal berdirinya ( 2003) hingga sekarang, baru dua sengket a perbankan syariah yang berhasil dit unt askan Basyarnas. Tiga sengket a lainnya sem pat didaft arkan t et api akhirnya t idak diproses lant aran t idak m em enuhi persyarat an. BAMUI dari 1993 hingga 2003 m enyelesaikan 12 sengket a perbankan syariah. Dengan dem ikian, Basyarnas plus BAMUI baru m enyelesaikan 12 sengket a perbankan syariah

Pada bulan Maret t ahun 2006, t elah dit erbit kan Undang-undang yang m em berikan kew enangan bagi Peradilan Agam a ( PA)

2

Felix O, Soebagjo (ed), Arbitrase Di Indonesia, Jakarta: Pt. Ghalia Indonesia, 1995, Hal 18

3

www. Hukumonline, Mengurai Benang Kusut Badan Arbitrase Syariah Nasional, 3 januari 2007


(16)

unt uk m engurusi persoalan sengket a yang t erj adi pada lem baga keuangan syariah. Peradilan Agam a m em iliki w ew enang unt uk m em eriksa, m em ut us dan m enyelesaikan perkara di bidang ekonom i syariah. Kew enangan yang dim iliki pada seluruh lem baga keuangan syariah, yait u m eliput i perbankan syariah, lem baga keuangan m ikro syariah, asuransi syariah, reasuransi syariah, reksa dana syariah, obligasi syariah dan surat berharga berj angka m enengah syariah, sekurit as syariah, pem biayaan syariah, pegadaian syariah, dana pensiun lem baga keuangan syariah, dan bisnis syariah.

Sebelum kew enangan ini diberikan kepada Peradilan Agam a, selam a ini bila t erj adi sengket a syariah akan diput uskan m elalui BASYARNAS ( Badan Arbit rase Syariah Nasional) , yang m erupakan bent ukan dari Maj lis Ulam a I ndonesia ( MUI ) . Pem bent ukan Basyarnas sebelum nya bernam a BAMUI ( Badan Arbit rase Muam alat I ndonesia) , bersam aan dengan berdirinya Bank Muam alat I ndonesia ( BMI ) pada t ahun 1992. Seiring dengan berm unculannya bank syariah dan Unit Usaha Syariah ( UUS) , m aka BAMUI digant i nam a dengan BASYARNAS.


(17)

Pada aw alnya, pem bent ukan dari BAMUI hanya diperunt ukkan bagi bank syariah dan nasabahnya, bila t erj adi sengket a. Berkem bangnya lem baga keuangan dan bisnis syariah, m enj adikan Basyarnas m em iliki w ilayah kerj a yang lebih luas. Basyarnas t idak hanya m engurusi perm asalahan yang t erj adi di perbankan syariah saj a, t api j uga bisa m engurusi perm asalahan yang t erj adi pada lem baga keuangan dan bisnis syariah lainnya.

Yang m enj adi perm asalahan adalah, dengan dit erbit kannya Undang- undang No. 3 Tahun 2006 t ent ang perubahan at as Undang- Undang No. 7 Tahun 1989 Tent ang Peradilan Agam a. Di sini ant ara Peradilan Agam a dan Basyarnas m em iliki wilayah kerj a yang sam a dan m engurusi persoalan yang sam a, yait u m enyelesaikan sengket a yang t erj adi ant ara lem baga keuangan dan bisnis syariah dengan para nasabahnya.4

Perm asalahan yang m uncul, lem baga m ana yang lebih berw enang unt uk m enyelesaikan m asalah yang t erj adi. Mem ang lem baga Peradilan Agam a lebih m em punyai w ew enang unt uk m enyelesaikan bila t erj adinya sengket a. Karena lem baga Peradilan Agam a lebih m em punyai kekuat an hukum yang harus dipat uhi

4

www.Hukumonline.com, pkes, Basyarnas Tidak Terpengaruh UU No. 3/2006, 21 maret 2007


(18)

sebagai lem baga bent ukan dari pem erint ah, hal inipun secara j elas t elah disebut kan dalam Undang- undang No. 3 t ahun 2006. Nam un BASYARNAS lem baga hukum non- lit igasi hasil bent ukan dari MUI dengan t uj uan sebagai t em pat penyelesaian sengket a yang t erj adi dibidang m uam alat dengan didukung fat w a- fat w a MUI sebagai ruj ukan hukum nya.

Mungkin kendala yang t erj adi adalah t ingkat kepercayaan dari pihak yang akan m enyelesaikan sengket a. Wew enang badan arbit rase dan Peradilan Agam a unt uk m engurusi persoalan ekonom i syariah relat if m asih baru. Hal ini pun berkait an dengan kom pet ensi dari para hakim agam a yang belum m em aham i ekonom i syariah secara keseluruhan.

Berkenaan dengan lem baga keuangan dan bisnis syariah, para hakim t idak hanya dit unt ut unt uk t ahu dan paham t ent ang hukum - hukum syariahnya saj a. Akan t et api, harus pula m enget ahui sisi prakt ek dan sist em operasional dari set iap lem baga keuangan dan bisnis syariah, begit upun t ent ang penget ahuan dari prinsip-prinsip ekonom i syariah. Di sam ping it u pula, t idak bisa diabaikan fat w a- fat w a yang t elah dikeluarkan oleh DSN- MUI . Karena selam a


(19)

ini, prinsip operasional dari lem baga keuangan dan bisnis syariah m eruj uk dari fat w a- fat w a t ersebut .

Keberadaan Basyarnas dapat dij adikan sebagai m it ra dalam penyelesaian m asalah yang berkem bang. Dapat dij adikan pert im bangan, independensi dari Basyarnas m enj adi posit if, karena dapat m enj adi lem baga alt ernat if dalam penyelesaikan sengket a. Sangat dim ungkinkan, bahw a salah sat u diant ara pihak yang bersengket a t idak m enyepakat i proses penyelesaian sengket a dilakukan di Peradilan Agam a. Hingga proses penyelasaian sengket a disepakat i m alaui proses arbit rase.

Persepsi dalam art i sem pit berart i pandangan, pengam at an, dan t anggapan. Sedangkan prakt isi disini berart i pelaksana5. Sehingga persepsi prakt isi Perbankan Syariah adalah pandangan, pengam at an at au t anggapan prakt isi Perbankan Syariah m elalui panca inderanya.

Berangkat dari pandangan inilah kem udian penulis t ert arik unt uk m em bahas m asalah PERSEPSI PRAKTI SI PERBAN KAN SYARI AH TERH AD AP PI LI H AN PEN YELESAI AN SEN GKETA AN TARA BASYARN AS D AN PERAD I LAN AGAM A. Disam ping it u

5

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, Jakarta. 2005


(20)

penulis j uga t erm ot ivasi oleh beberapa fakt or, yait u sebagai berikut :

1. Hukum islam senant iasa dit unt ut unt uk dapat m em berikan respon t erhadap perm asalahan yang m uncul. Karenanya upaya pengkaj ian secara m endalam t erhadap sem angat syariat islam perlu t erus dikem bangkan dan sebagai basis kont ekt ualit asnya adalah t uj uan syariat it u sendiri yait u kem aslahat an um at dan agar hukum islam m enj adi kont ribusi bagi perkem bangan hukum nasional.

2. Perkem bangan ekonom i islam , perlu m endapat perhat ian dan dukungan dari berbagai pihak, dem ikian pula kelengkapan perangkat hukum bagi penyelesaian kasus- kasus perselisihan/ persengket aannya.

3. Langkanya penulisan m asalah pilihan penyelesaian sengket a dan kaj ian- kaj ian dalam m asalah ini harus dikem bangkan, karenanya penulisan ini kiranya dapat m enam bah khazanah keilm uan.


(21)

Pem bahasan pada penelit ian ini akan berkisar t erhadap fenom ena sengket a yang t erj adi di Perbankan Syariah, dan pilihan penyelesaian sengket a para prakt isi Perbankan Syariah.

Sesuai dengan pokok perm asalahan t ersebut , penulis m erum uskan m asalah sebagai berikut :

1. Bagaim ana persepsi prakt isi Perbankan Syariah t erhadap pilihan penyelesaian sengket a ant ara BASYARNAS dan Peradilan Agam a?

2. Bagaim ana sikap prakt isi Perbankan Syariah t erhadap adanya dua lem baga penyelesaian sengket a m uam alat ?

3. Bagaim ana pengaruh persepsi at as sikap prakt isi perbankan syariah t erhadap pilihan penyelesaian sengket a m uam alah?

C. Tu j u a n da n Ke gu n a a n Pe n e lit ia n 1. Tuj uan

a. Unt uk m enget ahui persepsi para prakt isi Perbankan Syariah t ent ang pilihan penyelesaian sengket a ant ara BASYARNAS dan Peradilan Agam a


(22)

b. Unt uk m enget ahui sikap para prakt isi Perbankan Syariah t erhadap adanya dua lem baga yang m em iliki w ew enang m enyelesaikan sengket a m uam alah

c. Unt uk m enget ahui pengaruh persepse at as sikap prakt isi perbankan syariah t erhadap pilihan penyelesaian sengket a m uam alah

2. Kegunaan

a. Kepent ingan t eorit is sebagai sum ber ilm u syariah um um nya, khususnya dibidang hukum sebagai sum ber hukum guna penyelesaian sengket a di bidang m uam alat

b. Kepent ingan prakt is, guna perkem bangan dan t erw uj udnya prakt ik ekonom i islam um um nya, khususnya kepada para pihak yang t erlibat dalam kegiat an ekonom i islam dapat m em anfaat kan lem baga Arbit rase I slam dan Peradilan Agam a sebagai lem baga penyelesaian sengket a

D . Ka j ia n Pu st a k a

Agar penulisan penelit ian ini lebih t erarah dan t idak m engulang penelit ian- penelit ian t erdahulu, penulis m engkaj i


(23)

penelit ian- penelit ian yang t elah ada yang berhubungan dengan penelit ian ini di ant aranya:

Skripsi Arbit rase dalam Hukum Posit if, Hukum Adat , dan Hukum I slam “ Sebuah Analisa Perbandingan” , yang disusun oleh Mukht ar Sedayu Siregar, 2006. Hanya m enj elaskan secara um um t ent ang Arbit rase dan m enganalisa sist em arbit arase dalam hukum posit if, hukum adat , dan hukum islam .

Begit upun dengan skripsi Eksist ensi Arbit rase I slam dalam Kancah Hukum Nasional, St udi Kom parat if t ent ang BAMUI dan BANI : Suat u Tinj auan Perbandingan Yuridis, Karakt erist ik, sert a Prosedur Beracara. Yang disusun oleh Um m a Barokah, 2003. Hanya m em aparkan t ent ang Arbit rase dari segi yuridis, karakt erist ik dan prosedur beracara ant ara BANI dengan BAMUI .

Sam a halnya dengan skripsi Peranan BASYARNAS Terhadap Penyelesaian Sengket a Bank Syariah, yang disusun oleh Ayat ulloh, 2005. Hanya m em aparkan t ent ang Arbit rase kususnya BASYARNAS sebagai lem baga penyelesaian sengket a, sengket a- sengket a yang t erj adi di Bank Syariah, dan prosedur penyelesaian sengket a Bank Syaiah di BASYARNAS.


(24)

Sedangkan dalam penulisan penelit ian ini akan dibahas m engenai dam pak yang t erj adi dari adanya dua lem baga yang m em iliki w ew enang m enyelesaikan persengket aan m uam alat t erhadap perbankan syariah, persepsi para prakt isi dan sikap para prakt isi t erhadap adanya pilihan penyelesaian sengket a m uam alat ant ara BASYARNAS dan Peradilan Agam a.

E. Ke r a n gk a Kon se p

Mencerm at i pasal 49 UU No. 3 t ahun 2006. Di sit u dipaparkan, Pengadilan Agam a bert ugas dan berw enang m em eriksa, m em ut us, dan m enyelesaikan perkara dit ingkat pert am a ant ara orang- orang yang beragam a I slam dibidang ekonom i I slam . Adapun yang dim aksud dengan ekonom i syariah adalah kegiat an usaha yang dilaksanakan m enurut prinsip syariah. Meliput i bank syariah, lem baga keuangan m ikro syariah, asuransi syariah, reasuransi syariah, reksa dana syariah, obligasi syariah dan surat berharga berj angka m enengah syariah, sekurit as syariah, pem biayaan syariah, pegadaian syariah, dana pensiun lem baga keuangan syariah, dan bisnis syariah.


(25)

UU No. 3 Tahun 2006 dit erbit kan pada 20 Maret lalu. Tiga hari kem udian, DSN- MUI m eluncurkan em pat fat w a. Keem pat nya adalah fat w a m engenai akad m udharabah m usyt arakah, m udharabah pada asuransi syariah, w akalah bil uj rah pada asuransi dan reasuransi syariah, sert a t abarru’ ( hibah) pada asuransi dan reasuransi syariah. Anehnya, DSN- MUI t et ap m enyat akan penyelesaian sengket a m engenai keem pat akad t adi dilakukan oleh Basyarnas m eski UU No. 3 Tahun 2006 nyat a- nyat a m enyebut kan hal ini m enj adi w ew enang pengadilan agam a. Menj adi pert anyaan: apakah DSN- MUI t ak m enget ahui adanya UU Peradilan Agam a yang baru it u? Secara logika, t idak m ungkin. Sat u hal yang j elas, seluruh fat w a DSN- MUI yang berj um lah 52 it u secara t elak bert ent angan dengan pasal 49 UU No. 3 t ahun 2006 dalam hal penyelesaian sengket a di bidang ekonom i syariah. “ Seluruh ket ent uan ( m engenai sengket a dalam ekenom i syariah) dalam fat w a DSN- MUI it u harus dirubah.” Dem ikian gugat an yang disam paikan Sekj en I kat an Ahli Ekonom i I slam ( I AEI ) Agust iono dalam sem inar ekonom i syariah yang diselenggarakan Mahkam ah Agung ( MA) , Senin ( 20/ 11) .6

6

www.hukumonline.com, Ada Apa dengan Badan Arbitrase Syariah Nasional, Senin, 21 November 2006


(26)

Namun, keberadaan Basyarnas tak bisa begitu saja difungsikan. Harus digarisbawahi, penyelesaian lewat Basyarnas bisa dilakukan apabila dalam akad dibuat klausula mengenai penyelesaian sengketa melalui Arbriter. Hal ini mengacu pada ketentuan UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Karena itu, DSN-MUI tidak cermat ketika menyatakan sengketa di bidang ekonomi syariah harus diselesaikan melalui Basyarnas. Sangat mungkin, di antara pihak-pihak yang meneken akad ada yang tidak sepakat menyelesaikan sengketa yang timbul melalui Basyarnas. Bisa jadi, karena mereka masih mempertanyakan kapabilitas Basyarnas atau karena pertimbangan lain.

F. M e t ode Pe n e lit ia n da n Te k n ik Pe n u lisa n

Pada um um nya salah sat u syarat yang haus dit em ui bagi suat u karya ilm iah adalah upaya sist em at is dan obj ekt if unt uk m em pelaj ari suat u m asalah dan m enem ukan prinsip- prinsip um um . Selain it u, penelit ian it u j uga berart i upaya m engum pulkan inform asi yang bert uj uan unt uk m enam bah penget ahuan. Manusia t um buh dan berkem bang berdasarkan kaj ian- kaj ian sehingga t erdapat penem uan- penem uan, sehingga ia siap m erevisi


(27)

penget ahuan- penget ahuan m asa lalu m elalui penem uan- penem uan baru.7

Met ode penelit ian dapat dikat akan sebagai suat u penyelidikan secara analisa dan sem purna. karena dengan adanya penelit ian, karya ilm iah dapat dibukt ikan bahwa dat a- dat a yang diperoleh adalah obj ekt if.

Krilik dan m iller m em berikan pengert ian kualit at if sebagai penelit ian t ergant ung pada pengam at an sesuai dengan kem am puannya yang berhubungan langsung dengan obj ek penelit ian dalam bahasa dan perist ilihan sendiri. Adapun sum ber ut am a penelit ian kualit at if adalah obj ek dilapangan, selain it u j uga dat a t am bahan berupa dokum en, file dan penelit ian kepust akaan lainnya.

a . Je n is Pe n e lit ia n

Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kepustakaan (library reseach).Penelitian kepustakaan yaitu mencari data-data yang diperoleh dari literatur-literatur dan referensi yang berhubugan dengan judul skripsi diatas. Referensi diambil dari al-Qur’an dan Hadist, juga kitab-kitab fiqih klasik dan

7

Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Jakarta, PT. Remaja Rusdakarya,1995. Hal 55


(28)

kontemporer yang berkaitan dengan materi penelitian, kemudian Buku-buku yang berkaitan dengan Arbitrase khususnya arbitrase islam (BASYARNAS), Peradilan Agama, Perbankan Syariah dan dari bahan-bahan lain seperti karya tulis skripsi, makalah, majalah, koran serta bahan-bahan lainnya yang dapat mendukung judul skripsi di atas.

b. Pe n de k a t a n Pe n e lit ia n

Dalam Penyusunan Penelit ian, penelit i m enggunakan pendekat an deskript if- kualit at if- norm at if yait u pem ecahan m asalah dengan cara m engum pulkan inform asi dan dat a sebanyak-banyaknya dengan j alan m engklasifikasikannya sert a m enganalisisnya.

c. Te k n ik Pe n gu m pu la n D a t a

Teknik pengum pulan dat a t erdiri dari dua sum ber yakni : 1. Sum ber Prim er, yait u berupa w aw ancara, dokum en- dokum en,

buku- buku yang m enyangkut dengan Arbit rase khususnya arbit rase islam , Peradilan Agam a, Perbankan Syariah.

2. Sum ber Sekunder, yakni m em berikan penj elasan dan m enguat kan dat a prim er yang m encakup Karya Tulis berupa,


(29)

m akalah, koran, m aj alah, dan lain- lain dengan m engam bil m at eri yang relevan dengan pem bahasan skripsi ini.

d. Te k n ik Pe n gola h a n D a t a

Dalam penelit ian yang m enggunakan m et ode library research ini, dalam pengolahaan dat a digunakan m et ode kualit at if, yakni dengan cara pengum pulan dat a sebanyak- banyaknya kem udian diolah m enj adi sat u- kesat uan dat a m endeskripsikan perm asalahan yang akan dibahas dengan m engam bil m at eri- m at eri yang relevan dengan perm asalahan lalu dikom parasikan.

e . Te k n ik An a lisis D a t a

Met ode analisis dat a dalam skripsi ini adalah kualit at if-norm at if yakni pengum pulan dat a dari berbagai dokum en- dokum en yang berkait an dengan Arbit rase, Peradilan Agam a dan Perbankan Syariah di I ndonesia.

Selain it u, dalam penulisan skripsi ini, penulis j uga m enggunakan m et ode analisis I ndukt if, yait u dengan cara m enganalisa dat a yang bert it ik t olak dari dat a yang bersifat khusus kem udian dit arik pada kesim pulan um um .


(30)

f. Te k n ik Pe n u lisa n La por a n

Adapun sifat dan bent uk laporan dalam skripsi ini adalah deskript if- analit is.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedom an pada Buku Pedom an Penulisan Skripsi Tahun 2007 yang dit erbit kan oleh Fakult as Syariah dan Hukum UI N Syarif Hidayat ullah Jakart a.

G. Sist e m a t ik a Pe n u lisa n

Penulisan skripsi ini disusun secara sist em at is m enj adi lim a bab. Tiap- t iap bab t erdiri dari sub- sub bab dengan rincian sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini dibahas lat ar belakang perm asalahan, pem bat asan dan perum usan m asalah, t uj uan dan kegunaan penelit ian, kaj ian pust aka, kerangka konsep, m et ode penelit ian dan t ekhnik penulisan sert a sist em at ika penulisan.

Bab I I Tinj auan Teoret is. Bab ini akan m enguraikan t ent ang pengert ian persepsi, pengert ian arbit rase, dan pengert ian Peradilan Agam a, dan bank syariah.


(31)

Bab I I I Badan Arbit rase Syariah Nasional dan Peradilan Agam a sebagai lem baga penyelesaian sengket a m uam alat . Bab ini m enj elaskan t ent ang Badan Arbit rase Syariah Nasional Dasar hukum dan w ew enang BASYARNAS, Peradilan Agam a, dasar hukum dan w ew enang sert a Analisa t ent ang dasar hukum BASYARNAS dan Peradilan Agam a di I ndonesia.

Bab I V Pilihan penyelesaian sengket a ant ara BASYARNAS dan Peradilan Agam a Persepsi Prakt isi Perbankan Syariah. Bab ini m enguraikan t ent ang Sengket a Bank Syariah, Persepsi Prakt isi, Sikap Prakt isi, dan Pengaruh Persepsi at as Sikap Prakt isi t erhadap pilihan penyelesaian sengket a m uam alah.


(32)

BAB I I

KAJI AN TEORETI S A. Pe n ge r t ia n Pe r se psi

Dalam kam us ilm iah populer, kat a persepsi m em punyai art i pengam at an, penyusunan dorongan dalam kesat uan- kesat uan; hal m enget ahui, m elalu indera, t anggapan ( indera) ; daya m em aham i.8 Sedangkan dalam Kam us Besar Bahasa I ndonesia persepsi diart ikan sebagai t anggapan ( penerim aan) langsung dari sesuat u, serapan, proses seseorang m enget ahui beberapa hal m elalui panca inderanya.9

Persepsi pada hakikat nya adalah proses kognit if yang dialam i set iap orang di dalam m em aham i inform asi t ent ang lingkunganya, baik lew at penglihat an, pendengaran, penghayat an, perasaan, dan pencium an. Kunci unt uk m em aham i persepsi adalah t erlet ak pada pengenalan bahwa persepsi it u suat u penafsiran yang unik t erhadap sit uasi, dan bukannya suat u pencat at an yang benar

8

Pius A. Partanto & M Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994. Hal 591

9

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005


(33)

t erhadap sit uasi, sepert i yang dikat akan oleh David Krech: “ Pet a kognit if individu it u bukanlah penyaj ian fot ografik dari suat u kenyat aan fisik, m elainkan agak bersifat konst uksi pribadi yang kurang sem purna m engenai obyek t ert ent u, diseleksi sesuai dengan kepent ingan ut am anya dan difaham i sesuai kebiasaannya. Set iap pem aham an adalah pada t ingkat t ert ent u bukanlah senim an yang represent at if, karena lukisan gam bar t ent ang kenyat aan it u hanya m enyat akan realit as individunya” .10

Pengert ian persepsi dikem ukakan oleh Rit a L. At kinson, sepert i dikut ip oleh Hayadin, berbunyi sebagai berikut : “ Proses dim ana kit a m engorganisasi dan m enafsirkan pola st im ulus yang biasanya ham pir t idak disadari bagian- bagian kecilnya, dan lingkungan” .11 Dengan kat a lain, persepsi m erupakan usaha m em aham i keadaan t ert ent u yang m enj adi kem ungkinan unt uk difaham i dan dit erim a.

Persepsi dikem ukakan oleh Desiderat o, sepert i dikut ip oleh Jalaludin Rahm at , berbunyi: “ persepsi adalah pengalam an t ent ang

10

Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001. Hal. 123

11

Hayadin, Hubungan Harapan Berkarir dan Persepsi terhadap Iklim Sekolah (School Climate) dengan Kinerja Kepala Sekolah, Jakarta: PPs-UNJ, 2000. Hal. 5


(34)

obyek, perist iw a at au hubungan- hubungan yang diperoleh dengan m enyim pulkan inform asi dan m enafsirkan pesan. Persepsi adalah m em berikan m akna pada st im uli inderawi ( sensory st im uli) .12

Dari beberapa pengert ian persepsi di at as, penulis m enyim pulkan bahw a persepsi adalah pengam at an seseorang t erhadap suat u obyek sehingga t erdapat m akna yang dim engert i yang akan m enj adikan suat u pandangan.

Fakt or- fakt or yang m enm pengaruhi pengem bangan persepsi seseorang, ant ara lain:

1. Psikologi

Persepsi seseorang m engenai segala sesuat u di alam dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi. Sebagai cont oh t erbenam nya m at ahari di wakt u senj a yang indah t em aram , akan dirasakan sebagai bayang- bayang yang kelabu bagi seseorang yang but a w arna at au suara m erdu Grace Sim on

12

Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Rosdakarya, 2004, Cet. Ke-21, Hal. 129


(35)

yang m enyanyikan lagu cint a, barangkali t idak m enarik dan berkesan bagi orang yang kurang m endengar at au t uli.

2. Fam ili

Pengaruh yang paling besar t erhadap anak- anak adalah fam ilinya. Orang t ua yang t elah m engem bangkan suat u cara yang khusus di dalam m em aham i dan m elihat kenyat aan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi- persepsi m ereka yang dit urunkan kepada anak- anaknya. Oleh sebab it u t idak ayal lagi kalau orang t uanya NU akan m em punyai anak- anaknya yang NU pula. Dem ikian pula seorang anak dalam kam panye pem ilu m endukung PKB, karena orang t uanya t okoh PKB t ersebut .

3. Kebudayaan

Kebudayaan dan lingkungan m asyarakat t ert ent u j uga m erupakan salah sat u fakt or yang kuat dalam m em pengaruhi sikap, nilai, dan cara seseorang m em andang dan m em aham i keadaan di dunia ini.13

B. Pe n ge r t ia n Ar bit r a se I sla m

13

Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 128


(36)

Pengert ian arbit rase secara um um di I ndonesia, m enurut para pakar hukum adalah sebagai berikut :

Sudargo Gaut am a,14 m enyat akan bahw a arbit rase adalah cara- cara penyelesaian hakim part ikiler yang t idak t erikat dengan berbagai form alit as, cepat dalam m em berikan keput usan, karena dalam inst ansi t erakir sert a m engikat , yang m udah unt uk dilaksanakan karena akan dit aat i para pihak.

Abdul Kadir Muham m ad,15 m enyat akan bahwa arbit rase adalah badan peradilan sw ast a di luar lingkungan peradilan um um , yang dikenal khusus dalam dunia perusahaan. Arbit rase adalah peradilan yang dipilih dan dit ent ukan sendiri secara sukarela oleh para pihak- pihak pengusaha yang bersengket a, penyelesaian sengket a di luar pengadilan negara m erupakan kehendak bebas para pihak, kehendak bebas ini dapat dit uangkan dalam perj anj ian t ert ulis yang m ereka buat sebelum dan sesudah t erj adi sengket a sesuai dengan asas kebebasan berkont rak dalam hukum perdat a.

14

Sudargo Gautama, Arbitrase Dagang Internasional, Bandung: Alumni, 1979. Hal. 5

15

Abdul kadir Muhammad, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1992. Hal. 276


(37)

R. Subekt i,16 m engat akan bahwa arbit rase adalah suat u penyelesaian at au pem ut usan sengket a oleh seorang w asit at au para w asit yang berdasarkan perset uj uan bahw a m ereka akan t unduk at au m ent aat i keput usan yang akan diberikan w asit at au para w asit yang m ereka pilih at au t unj uk t ersebut .

Menurut Undang- undang Nom or. 30 t ahun 1999 t ent ang Arbit rase dan Alt ernat if Penyelesaian sengket a pada pasal 1 ayat 1 disebut kan bahw a:

“ Arbit rase adalah cara penyelesaian suat u sengket a perdat a di luar pengadilan um um yang berdasarkan pada perj anj ian yang dibuat secara t ert ulis oleh para pihak yang bersengket a” .

Sedangkan arbit rase dalam perspekt if islam ( arbit rase syariah) dapat disepadankan dengan ist ilah t ahkim. Tahkim berasal dari kat a kerj a hakkam a.17 Secara et im ologis, kat a it u berart i m enj adikan seseorang m enj adi pencegah suat u sengket a. Secara t eknis t ahkim m em iliki pengert ian yang sam a dengan arbit rase yang dikenal dew asa ini, yait u: “ pengangkat an seorang at au lebih sebagai w asit oleh dua orang yang berselisih at au lebih, guna

16

R. Subekti, Arbitrase Perdagangan, Bandung: PT. Bina Cipta, 1979. Hal 1 17

Luis Ma’luf, Al Munjid Fi al-Lughah wa al-A’lam, Beirut: Dar al-Masyria, 1994. Hal 146


(38)

m enyelesaikan perselisihan m ereka secara dam ai” . Kat a sinonim yang digunakan adalah m uhakkam , sedang w asit at au arbit er digunakan ist ilah hakam , yait u: Who st t ies a disput e ( yang m enyelesaikan perselisihan) .18

Dalam ist ilah fiqih, pengert ian t ahkim sepert i yang didefinisikan oleh Abu al- Ainain Abdul Fat ah Muham m ad, t ahkim diart ikan sebagai bersandarnya dua orang yang bert ikai kepada seseorang yang m ereka ridhai keput usannya unt uk m enyelesaikan pert ikaian m ereka ( para pihak) .19

Dan m enurut para pakar hukum islam , t erut am a dari kalangan m azhab Hanafiyah dan Syafi’iyah m em berikan pengert ian sebagai berikut :

Menurut kelom pok Hanafiyah hakam adalah:20 “ Mem isahkan persengket aan dan m em ut uskan pert ikaian at au m enet apkan hukum ant ara m anusia dengan yang haq dan dengan apa yang dit ent ukan oleh Allah SWT” . Sedangkan m enurut kelom pok

18

Bernard Lewis, Encyclopedia of Islam, Leiden: E. J. Briil, 1987. Vol. VII, Hal 72

19

Abu al-Ainain Abdul Fatah Muhammad, Al-Qadha Wa al-Istbat Fi al-Fiqh al-Islami, Mesir: Dar al-Fikr, 1976. Hal 84

20

Said Agil Husain al-Munawar, Pelaksanaan Arbitrase Islam dalam


(39)

Syafi’iyah hakam adalah:21 “ Mem isahkan pert ikaian ant ara dua pihak yang bert ikai at au lebih dengan hukum Allah SWT” . At au “ Menyat akan hukum syara’ t erhadap suat u perist iwa bagi yang w aj ib m elaksanakannya” .

Dari pengert ian di at as, apabila diperhat ikan dalam set iap perselisihan at au sengket a di dalam m em buat perj anj ian ( aqad) t erdapat t iga kom ponen pent ing yang m enim bulkan persengket aan. Ket iga kom ponen yang m enj adi persengket aan dalam hal ini adalah: Pert am a, m ushalih yait u para pihak yang m engadakan perj anj ian at au aqad yang berkait an dengan klausula perj anj ian yang t elah dit et apkan sebelum at au sesudah t erj adinya sengket a. Kedua, m ushalih ‘anhu yait u persoalan para pihak yang dipersengket akan berkait an dengan isi at au m at eri perj aj ian yang m enj adi sum ber sengket a. Ket iga, m ushalihi ‘alaini at au badalush sulh yait u arbit or yang dit unj uk unt uk m enyelesaikan sengket a t erhadap seseorang yang m elakukan w anprest asi at au pelanggaran yang dilakukan pihak lain.

Pada hakikat nya arbit rase dalam perspekt if islam at au arbit rase syariah m em punyai pengert ian yang sam a dengan

21 Ibid


(40)

pengert ian arbit rase secara um um di I ndonesia. Dalam dunia hukum sekarang ini, kat a arbit rase berasal dari bahasa lat in, yait u arbit rat e yang berart i kekuasaan unt uk m enyelesaikan suat u perkara m enurut kebij aksanaan.22 Dalam ist ilah bahasa inggris arbit rase disebut arbit rat ion sehingga dari kedua ist ilah t ersebut dapat disim pulkan bahw a arbit rase m engandung pengert ian sebagai cara penyelesaian suat u persengket aan m elalui arbit er yang berusaha m enghilangkan sikap perm usuhan di ant ara dua pihak yang bersengket a. I nilah yang m erupakan salah sat u ciri khas dari sist em pengadilan arbit rase dibandingkan dengan sist em pengadilan yang lain.

Dari pengert ian- pengert ian di at as, dapat disim pulkan bahw a arbit rase syariah adalah suat u cara penyelesaian sengket a para pihak yang dilakukan oleh w asit ( hakam ) di luar lem baga peradilan berdasarkan kesepakat an baik sebelum at au sesudah t erj adinya sengket a secara syariah.

Pada um um nya sist em peradilan arbit rase m ensyarat kan para pihak unt uk bersepakat dalam m enyelesaikan persengket aan m eraka secara perdam aian, unt uk it ulah perlu dibuat suat u

22

M. Husyein Umar dan A. Supriyani Kardono, Hukum dan Lembaga Arbitrase di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 1995. Hal 2


(41)

klausula arbit rase yang t ercant um pada perj anj ian pokoknya, bahw a apabila t erj adi persengket aan yang t im bul kem udian hari, m ereka bersepakat unt uk dibaw a kelem baga yang ada.

C. Pe n ge r t ia n Pe r a dila n Aga m a di I n don e sia

Sebelum m em aparkan t ent ang pengert ian Peradilan Agam a t erlebih dahulu penulis ingin m enj elaskan t ent ang kedua kat a yang saling berhubungan yang kit a t em ui dalam ist ilah Lem baga Peradilan, kat a t ersebut adalah Peradilan/ Pengadilan dan Agam a.

Peradilan secara bahasa berasal dari kat a adil yang m endapat aw alan “ per” dan akhiran “ an” kat a adil m em punyai art i: 1) Tidak berat sebelah, t idak m em ihak, keput usan hakim it u. 2) Mem ihak kepada yang benar: berpegang kepada kebenaran. 3) Sepat ut nya, t idak sew enang- w enang m engem ukakan t unt ut annya. Jadi kat a peradilan m enurut kam us besar bahasa I ndonesia adalah segala sesuat u yang m engenai perkara pengadilan: Lem baga Hukum yang bert ugas m em perbaiki. Sedangkan kat a pengadilan m engandung art i : 1) Dew an at au Maj elis yang m engadili perkara; Mahkam ah. 2) Proses m engadili: keput usan hakim banyak yang t idak puas akan – hakim it u. 3) Sidang hakim ket ika m engadili perkara. 4) Rum ah


(42)

at au ( bangunan) t em pat m engadili perkara; rum ahnya dim uka kant or – Negeri. Sedangkan kat a agam a adalah Badan Peradilan khusus unt uk orang- orang yang beragam a islam yang m em eriksa dan m em ut uskan perkara t ent ang perceraian, t alak dan lain- lain sesuai dengan perat uran perundang- undangan yang berlaku.23

Undang- undang No. 3 Tahun 2006 t elah m engat ur definisi Peradilan Agam a sebagaim ana disebut kan dalam pasal 2, sebagai berikut : “ Peradilan Agam a adalah salah sat u pelaku kekuasaan kehakim an bagi rakyat pencari keadilan yang beragam a I slam m engenai perkara t ert ent u sebagaim ana dim aksud dalam Undang-Undang” . Dari definisi t ersebut t am pak j elas bahw a lem baga peradilan yang dim aksud, diperunt ukan bagi um at islam saj a. Hal ini m enunj ukan pula bagi um at islam yang berperkara dapat m enyelesaikannya m elalui peradilan yang hakim - hakim nya beragam a islam sert a diselesaikan m enurut aj aran islam .

Menurut M. Ali Assabuni dalam bukunya t afsir ahkam m enj elaskan bahw a agam a adalah suat u j alan, cara at au kepercayaan. Jadi, peradilan m enurut ist ilah adalah suat u t em pat

23

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2005. Hal 6-7


(43)

dim ana dilakukan peradilan yang m enyelesaikan perselisihan di ant ara dua orang dengan hukum agam a at au hukum syara’.

Menurut fiqih peradilan diart ikan dengan:24 “ kat a yang m enunj ukan banyak art i, art i yang paling populer adalah m enghukum i sesuat u dan m em ut uskannya” . Sedangkan peradilan m enurut ist ilah adalah: “ pem erint ahan islam yang m enunt ut m elakukan upaya m enyelesaikan perm usuhan di ant ara dua orang yang sengket a dengan hukum Allah SWT” .

Kesim pulannya, Peradilan Agam a adalah suat u lem baga yang m engadili, m em ut uskan perkara- perkara orang islam yang berkait an dengan m asalah perceraian, t alak, kew arisan, dan lain-lain sesuai dengan undang- undang yang berlaku.

D . Ba n k Sy a r ia h

1. Pengert ian Bank Syariah

Kat a bank berasal dari bahasa I t alia blanco yang berart i m ej a yang dipakai unt uk penit ipan dan penukaran uang di pasar.25 Pada zam an dahulu ham pir set iap daerah m em iliki m at a uang sendiri,

24

Abdul Fatah, Muhammad Abu al-Aini, Al-Qadha wa Isbath Fi al-Fiqih Islami ma’almuqoronah bi Qonuni al-Isbati al-Yumna, Mesir: Dar al Fikr, 1976. Hal 7

25

Muhammad Maslehuddin, Sistem Bank dalam Islam, Jakarta, Rineka Cipta, 1994, Cet. II Hal 1


(44)

sehingga set iap ingin m elakukan set iap t ransaksi lint as daerah harus m enukarkan uang at au em as dengan m at a uang daerah t ersebut . Badan yang m enyediakan j asa penukaran m at a uang inilah yang disebut bank. Kem udian pengert ian bank berkem bang m enj adi “ Sebuah lem baga keuangan yang usaha pokoknya m em berikan kredit dan j asa dalam lalu lint as pem bayaran dan peredaran uang” .

Malayu SP. Hasibuan m engem ukakan rum usan definisi bank sebagai berikut : “ Bank adalah lem baga keuangan, pencipt a uang, pengum pul dana dan pem beri kredit , m em perm udah pem bayaran dan penagihan st abilisat or, m onet er dan dinam isat or perekonom ian” .26 Sedangkan G.M Verry St uart m endefinisan bank dengan: “ Bank adalah suat u badan usaha yang wuj udnya m em uaskan keperluan orang lain akan kredit , baik uang yang dit erim anya, sebagai pet aruh orang lain m aupun dengan j alan m engeluarkan uang kert as at au uang logam .27

26

Malayu SP. Hasibuan, Teori dan Praktek Kegiatan Operasional Bank, Jakarta, CV. Masagung, 1996. Hal 3

27


(45)

Di I ndonesia pengert ian bank dipert egas dalam Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 pasal 1 ayat ( 2) yang berbunyi:

“ Bank adalah badan usaha yang m enghim pun dana dari m asyarakat dalam bent uk sim panan dan m enyalurkannya kepada m asyarakat dalam rangka m eningkat kan t araf hidup rakyat banyak”

Sem ent ara kat a syariah adalah sat u derivasi dari kat a Syara’a yang berart i al Bayan Wa al I dzhar ( Jelas) . Sedangkan Manna al Qat t han m engart ikan syariah dengan ungkapan “Jalan at au t em pat keluarnya air unt uk m inum ”. Kem udian bangsa Arab m enggunakan kat a ini unt uk konot asi j alan lurus dan padat saat dipakai dalam pem bahasan hukum m enj adi berm akna segala sesuat u yang disyari’at kan Allah sw t kepada ham banya sebagai j alan lurus unt uk m em peroleh kebahagiaan di dunia dan akhirat .

Dari pengert ian bank di at as, dapat lah dipaham i pengert ian bank syariah yang m erupakan sebuah w uj ud perbankan dengan sist em dan prakt ek operasional yang m engacu kepada ket ent uan-ket ent uan Al Qur’an dan Hadit s baik it u berupa larangan- larangan yang harus dij auhi m aupun perint ah yang harus dij alankan. Menurut Am in Azis bank syariah ( I slam ) m erupakan lem baga perbankan yang sist em operasinya berdasarkan syariat I slam . I ni


(46)

berart i operasi perbankan m engikut i t at a cara berusaha dan perj anj ian usaha berdasarkan al Qur’an dan sunnah Rasul. Hal ini dipert egas dengan Undang- Undang No. 10 Tahun 1998 Tent ang Perubahan Undang- Undang No. 7 Tahun 1992 Tent ang Perbankan Bab I Pasal 1 ayat ( 3) , bank syariah adalah “ bank um um yang m elaksanakan kegiat an usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiat annya m em berikan j asa dalam lalu lint as pem bayaran” .28

Kegiat an bank syariah pada dasarnya m erupakan perluasan j asa perbankan bagi m asyarakat yang m em but uhkan dan m enginginkan pem bayaran im balan yang t idak didasarkan pada sisit em bunga m elainkan at as dasar prinsip bagi hasil j ual beli sebagaim ana digariskan syariat I slam .

Dahlan Siam at , dalam bukunya Manaj em en Lem baga Keuangan m enerangkan prinsip bagi hasil dalam bank syariah sebagai berikut :

28

Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia, 1999 Edisi ke-2, Hal 458


(47)

Prinsip bagi hasil t ersebut adalah prinsip yang berdasarkan syariah yang digunakan oleh bank berdasarkan prinsip bagi hasil dalam :

a. Menet apkan im balan yang akan diberikan kepada m asyarakat sehubungan dengan penggunaan dana m asyarakat yang dipercayakan kepadanya

b. Menet apkan im balan yang akan dit erim a sehubungan dengan penyediaan dana kepada m asyarakat dalam bent uk pem biayaan baik unt uk keperluan invest asi m aupun m odal kerj a

c. Menet apkan im balan sehubungan dengan kegiat an usaha lainnya yang lazim dilakukan oleh bank dengan prinsip bagi hasil29

2. Prinsip Operasional Bank Syariah

Pada dasarnya akt ivit as keuangan dan perbankan dapat dipandang sebagai w ahana bagi m asyarakat m odern unt uk m em bawa m ereka kepada, paling t idak pelaksanaan dua aj aran al Quran yait u:

29


(48)

a. Prinsip at - Ta’aw un, yait u saling m em bant u dan bekerj a sam a di ant ara anggot a m asyarakat unt uk kebaikan

b. Prinsip m enghindari al- I kht inaz, yait u m enahan uang at au dana dan m em biarkannya m enganggur (idle) dan t idak bert ukar dalam t ransaksi yang berm anfaat bagi m asyarakat um um30

Dan ada em pat prinsip yang m endasari j aringan kerj a perbankan dengan sist em syariah, yait u:31

a. Perbankan Non Riba

Menurut para pakar perundangan riba adalah suat u kont rak at as hart a t ert ent u yang t idak diket ahui persam aan dan ukurannya ket ika akad dilaksanakan, at au m elam bat kan salah sat unya. Um at I slam dilarang m engam bil riba apapun j enisnya. Tidak ada t em pat bagi riba unt uk m asuk ke dalam sist em perdagangan I slam sebagaim ana dij elaskan dalam surat al- Baqarah ayat 278- 279. Dalam prinsip perbankan syariah m asalah riba adalah m usuh ut am anya, sebab salah

30

Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariahm, Jakarta, Alvabet, 2002, Cet, ke-1, Hal 11-12

31

Jafril Khalil, “Prinsip Syariah dalam Perbankan”, Jurnal Hukum Bisnis, Jakarta, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis 2002, Volume 20, Hal 47-49


(49)

sat u filosofi w uj ud bank syariah adalah unt uk m enghindarkan m uam alah riba sepert i yang dilaksanakan bank konvensional b. Perniagaan halal dan t idak haram

Prinsip kedua dalam berbisnis adalah m est i halal dan bukan berbisnis barang- barang yang diharam kan oleh I slam . I slam m em erint ahkan kepada pem eluknya unt uk m elaksanakan hal- hal yang baik dan m enghindarkan hal- hal yang dibenci Allah

c. Keridhoan pihak- pihak dalam berkont rak

Et ika berbisnis dalam I slam m enginginkan set iap yang berkont rak m endapat kan kepuasan dalam m engadakan t ransaksi, oleh sebab it u harus ada kerelaan bagi pihak- pihak yang berkont rak. Apabila ada pihak yang t idak puas dalam suat u kont rak m ereka boleh m enyat akan ket idak puasannya dan pihak yang lainnya harus m elayaninya dengan baik, sehingga kedua belah pihak m erasa puas t erhadap kont rak t ersebut

d. Pengurusan dana yang am anah, j uj ur dan bert anggung j aw ab Dalam berbisnis, nilai kej uj uran dan am anah dalam m engurus dana m erupakan sifat para Nabi dan Rasul dalam kehidupan


(50)

sehari- hari. Kej uj uran dan am anah m erupakan sifat yang ham pir bersam aan, ant ara sat u dengan yang lain saling m em perkuat . Sebagaim ana dij elaskan dalam surat al-Mu’m inun ayat 8.

Dalam operasionalnya, bank syariah secara um um dapat di kat agorikan kepada em pat bagian32:

a. Deposit o Nasabah

Dalam operasionalnya bank akan m enerim a deposit m elalui beberapa rekening, diant aranya rekening giro, rekening m udharabah, dan lain- lain. Rekening t ersebut biasanya dioperasikan dengan kont rak m udharabah dan w adi’ah. Kont rak m udharabah yait u kont rak at as sat u j enis perkongsian dengan m odal dari sat u pihak dan usaha dari pihak lain dan pem bagian keunt ungannya sesuai dengan kesepakat an ant ara pengusaha dengan pem odal, yang pent ing prosent asinya harus dit et apkan diawal. Dan kont rak w adi’ah yait u m ew akilkan kepada orang lain unt uk m em elihara hak m ilik. Yang dit it ipkan hanya barang- barang yang bernilai dan berm anfa’at dalam hal ini bank at as izin

32


(51)

pem iliknya dapat m enginvest asikan dan bank akan m em berikan bonus kepada pem iliknya sesuai dengan kem am puannya.

b. Pem biayaan

Bank syariah suat u lem baga keuangan akan t erlibat dengan berbagai kont rak perdagangan syariah, dan yang dapat dioperasikan pada bank syariah:

1. Al- Mudharabah, dari segi konsep dasar sam a dengan yang diat as, nam un yang m em bedakan adalah pada pelaksanaannya. Pada deposit nasabah, m erekalah yang bert indak sebagai shahibul m al dan bank bert indak sebagai m udharib, sedangkan dari pada skim pem biyaan bank sebagai shahibul m al dan nasabah sebagai m udharib. 2. Al- Musyarakah, yait u akad ant ara dua orang at au lebih

dengan m enyet orkan m odal dengan keunt ungan di bagi sesam a m ereka m enurut porsi yang disepakat i.

3. Al- Murabahah, yait u suat u skim bagi orang yang m em erlukan suat u pem biayaan unt uk keperluan produkt if at au pun konsum t if, kalau t idak m em iliki uang yang cukup boleh m enggunakan elem en ini unt uk berkont rak karena


(52)

nasabah diberikan ruang unt uk m em beli sesuat u dengan cara pem bayaran yang dit angguhkan at au dibayar secara berangsur.

4. Al- I j arah, yait u upah at au sew a dapat j uga di definisikan dengan m enj ual m anfaat , kegunaan dan j asa dengan bayaran yang dit et apkan sifat nya adalah pelayanan, m aka dari sini dapat dilahirkan berbagai produk, dan diperlukan kreat ivit as pegaw ai bank dalam m engem bangkan produk ini.

5. Al- Qardh al- Hasan, yait u akad yang m em indahkan hak m ilik pem beri ut ang kepada pihak yang berut ang berupa sej um lah uang at au barang yang m em punyai kesam aan dan ket ika sudah sam pai yang diperj anj ikan unt uk m em bayarnya t anpa adanya bunga. Dalam pelaksaannya, bank sebaiknya m enyisihkan sebagian dari dananya dan dapat digunakan unt uk pem biyaan ini, guna m em bant u m asyarakat yang sangat m em but uhkan dana unt uk keperluan t ert ent u dalam w akt u dekat , t api t idak dalam j um lah yang besar.


(53)

Diant ara pem biyaan perdagangan yang perlu dibuat kan produknya adalah pem biyaan sebagai berikut :

1. Surat kredit ( L/ C) , yait u apabila para pedagang ingin m elakukan t ransaksi ekspor at au im por agar t ransaksi m ereka berj alan lancar dapat dilakukan dengan t iga prinsip: a) Surat kredit dibaw ah prinsip al- w akalah, yait u

m enyerahkan w ew enang kepada seseorang unt uk m enj alankan suat u t ugas yang akan dilakukan oleh seseorang yang m em punyai w ew enang it u. Dalam prakt iknya, dapat dilakukan oleh nasabah dengan bank syariah sepert i nasabah m em ohon unt uk dibuat kan surat kredit , dan bank m em int a nasabah unt uk m enyediakan deposit m enurut harga barang yang akan diim por, dan bank hanya m engenakan kom isi kepada nasabah.

b) Surat kredit dibaw ah prinsip al- m usyarakah, caranya adalah dalam pem bayaran barang yang akan diberi oleh nasabah dengan berkongsi kepada bank. Unt uk m enj ualnya diserahkan kepada nasabah dan keunt ungan yang diperoleh dibagi ant ara pihak bank dan nasabah m enurut porsi yang disepakat i bersam a.


(54)

c) Surat kredit dibaw ah prinsip al- m urabahah, dalam prakt eknya bank syariah dapat m em belikan dan m engim por barang sebagaim ana yang dikehendaki oleh nasabah. Set elah barang it u dibeli oleh bank, nasabah m em belinya dengan kont rak al- m urabahah dan pem bayaran akan dilakukan oleh nasabah dikem udian hari.

2. Surat j am inan, yait u apabila seseorang m em erlukan oleh orang lain unt uk m enj am in dirinya agar dapat dipercayai dalam m em egang suat u am anah at au urusan, m aka ia m em erlukan j am inan yang biasanya disebut sebagai

al-kafalah dan al- dam anah. Dan keunt ungan bank

m enggunakan elem en ini, m endapat kan bayaran dari nasabah berupa fee at au upah.

3. Pem biyaan m odal kerj a dibawah kont rak al- m urabahah, biasanya m asyarakat kalau m au m em buka suat u usaha at au m em buka akt ivit as bisnis yang m em erlukan m odal, dan bank dapat m em biayai m odal kerj anya dengan m enggukan kont rak al- m urabahah.


(55)

d. Pelayanan lain

Pada prakt eknya bank syariah dapat m elayani berbagai keperluan yang di inginkan m asyarakat selagi ada unsur kom ersilnya dan t idak bert ent angan dengan ket ent uan syar’i. Um pam anya pelayanan pengirim an uang, pelayanan penukaran uang asing, pem bayaran t elepon, list rik, air, pelayanan gadai dan lain- lian.

Pelayanan diat as pada um um nya beroperasi dalam elem en kont rak al- ij arah, bank hanya m engenakan upah. Khusus penukaran uang selain beroperasi dalam bent uk al- ij arah, j uga ada perlakuan khusus yang nam a kont raknya al- sharf, yait u penukaran m at a uang yang sej enis at au berlainan j enis. Sepert i m enukarkan m at a uang em as dengan m at a uang em as, m at a uang em as dengan m at a uang perak at aupun m at a uang lain yang dipakai dipasar.


(56)

BAB I I I

BASYARN AS D AN PERAD I LAN AGAM A SEBAGAI LEM BAGA PEN YELESAI AN SEN GKETA M UAM ALAT A. Ba da n Ar bit r a se Sya r ia h N a sion a l

1 . Se j a r a h Be r dir in ya

Badan Arbit rase Syariah Nasional ( BASYARNAS) yang dahulu bernam a Badan Arbit rase Muam alat I ndonesia ( BAMUI ) , didirikan oleh Maj lis Ulam a I ndonesia t anggal 05 Jum adil Aw al 1414 H bert epat an dengan t anggal 21 Okt ober 1993 M. didirikan dalam bent uk badan hukum yayasan, sebagaim ana dikukuhkan dalam Akt e Not aris Yudo Paripurno, SH. Nom or 175 t anggal 21 Okt ober 1993 t ersebut .33

HS. Prodj okusum o34 Sekum MUI , m enyebut kan bahw a gagasan pem bent ukan badan ini “ t idak t erlepas dari kont eks perkem bangan kehidupan sosial ekonom i um at islam ” . Kont ekst ual ini j elas dihubungkan dengan berdirinya Bank Muam alat dan Bank

33

Abdul Rahman Saleh, Arbitrase Islam di Indonesia, Jakarta: BAMUI dan BMI, 1994. Hal 191

34 Ibid


(57)

Perkredit an Rakyat berdasarkan prisip syariat islam ( BPRS) yang lebih dulu lahir, bersesuaian dengan diberlakukannya perangkat hukum yang m endukung beroperasinya perbankan dengan sist em yang berprinsip islam yait u UU No. 7/ 1992 dan PP No. 71 dan 72 t ahun 1992. selain bank, t elah diket ahui pula adanya rencana pengoperasian asuransi berdasarkan prinsip islam . Perkem bangan baru Lem baga Keuangan I slam t ersebut m enj adi nyat a dengan diresm ikannya asuransi Takaful pada Agust us 1994.

Beberapa t ahun kem udian, at as keput usan MUI m elalui hasil Rapat Kerj a Nasional ( Rakernas) pada t anggal 23 Desem ber 2003 nam a Badan Arbit rase Muam alat I ndonesia ( BAMUI ) diubah m enj adi BASYARNAS ( Badan Arbit rase Syariah Nasional) dengan suat u alasan bahwa banyaknya sist em bank yang m enggunakan prinsip dan nam a syariah. Sehingga t im bul kesan di kalangan m asyarakat luas bahw a BAMUI adalah lem baga penyelesaian sengket a yang dikhususkan unt uk Bank Muam alat I ndonesia ( BMI ) saj a m engingat pada saat it u bank yang pert am a kali m em berlakukan prinsip syariah adalah Bank Muam alat I ndonesia ( BMI ) karena di lihat dari penggunaan kat a m uam alat nya. Dari banyaknya nam a syariah inilah akhirnya MUI m erubah BAMUI


(58)

m enj adi Badan Arbit rase Syariah Nasional ( BASYARNAS) . Di sam ping it u j uga karena banyaknya anggot a pem bina dan pengurus Badan Arbit rase Muam alat I ndonesia ( BAMUI ) yang m eninggal dunia. Juga ada yang beranggapan bahw a yang m endirikan Badan Arbit rase Muam alat I ndonesia ( BAMUI ) adalah Bank Muam alat it u sendiri, padahal kenyat aannya yang m eresm ikan BAMUI adalah MUI it u art inya Maj lis Ulam a I ndonesia yang m endirikan BAMUI dengan segala keput usan yang m enyangkut BAMUI diput uskan oleh Maj lis Ulam a I ndonesia ( MUI )35.

2 . Fu n gsi da n Tu j u a n Ba da n Ar bit r a se Sya r ia h N a sion a l Set iap lem baga at au badan past i m em iliki t uj uan yang hendak dicapai unt uk m endapat kan hasil yang opt im al. Dengan t uj uan t ersebut lem baga at au badan dapat m em perkirakan m ut u didirikannya badan at au lem baga t ersebut . Sepert i halnya Badan Arbit rase Syariah Nasional m em iliki fungsi dan t uj uan sebagai berikut :

Penyelesaian sengket a- sengket a keperdat aan ( khususnya) yang dit angani oleh Badan Arbit rase Syariah Nasional

30

Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS), Jakarta 25 Agustus 2004, Skripsi Peranan BASYARNAS Terhadap Penyelesaian Sengketa Bank Syariah, 2005


(59)

( BASYARNAS) diput uskan secara dam ai ( islah) . Menurut islam m endam aikan persengket aan it u m erupakan pekerj aan baik dan t erpuj i seagaim ana t erkandung dalam surah Annisa ayat 128. Dalam surat Al Huj urat ayat 9 j ust ru m endam aikan orang yang bersengket a it u m enj adi suat u perint ah sebagaim ana Allah SWT berfirm an yang art inya : “ Dan j ika ada dua golongan dari orang-orang m ukm in berperang ( bersengket a) m aka dam aikanlah keduanya secara adil” .

Dengan prinsip perdam aian, m enurut A. Wasil Auli t erdapat nilai- nilai posit if dan j uga konst ukt if yait u:

1. Kedua pihak m enayadari sepenuhnya perlunya penyelesaian sengket a yang t erhorm at dan bert anggung j aw ab

2. Secara sukarela m ereka m enyerahkan penyelesaian sengket a it u kepada orang at au lem baga yang diset uj ui dan dipercayai 3. Secara sukarela m ereka akan m elaksanakan put usan dari

arbit er sebagai konsekuensi at as kesepakat an m ereka m engangkat arbit er. Kesepakat an m engandung j anj i dan j anj i it u harus dit epat i

4. Mereka m enghargai hak orang lain sekalipun orang lain it u adalah law annya


(60)

5. Mereka t idak ingin m erasa benar sendiri dan m engabaikan kebenaran yang m ungkin ada pada orang lain

6. Mereka m em iliki kesadaran hukum dan sekaligus kesadaran bernegara at au berm asyarakat sehingga dapat dihindari t indakan m ain sendiri

7. Seseungguhnya pelaksanaan t ahkim at au arbit rase m engandung m akna m usyaw arah dan perdam aian

Di sam ping it u t uj uan ut am a pendirian Badan Arbit rase Syariah Nasional ( BASYARNAS) sebagai berikut :

1. Mem berikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengket a- sengket a perdat a/ m uam alah yang t im bul dalam bidang perdagangan, indust ri, keuangan, j asa dan lain- lain 2. Menerim a perm int aan yang diaj ukan oleh para pihak dalam

suat u perj anj ian, t anpa adanya suat u sengket a, unt uk m em berikan suat u pendapat yang m engikat m engenai suat u persoalan berkenaan dengan perj anj ian t ersebut

B. D a sa r H u k u m da n W e w e n a n g Ba da n Ar bit r a se Sya r ia h N a sion a l


(61)

Keberadaan Badan Arbit rase Syariah Nasional ( BASYARNAS) sebagai lem baga arbit rase islam t idak bisa dilepaskan dengan adanya bank syariah, t erut am a Bank Muam alat I ndonesia ( BMI ) yang pada saat it u sat u- sat unya bank yang m enggunakan prinsip syariah. Kem udian disam but dengan dioperasikannya Bank Perkredit an Rakyat Syariah ( BPRS) dan Asuransi Takaful sebagai lem baga keuangan yang j uga berdasarkan prinsip syariah.

Dengan adanya Lem baga Keuangan Syariah ( LKS) yang berdasarkan prinsip syariah perkem bangan m uam alah ( hukum perdat a islam ) t elah berkem bang m ulai dari m asalah hukum keluarga, sepert i perkaw inan, kew arisan, hibah, w asiat , dan perceraian dit am bah lagi dengan hukum bisnis, sepert i perekonom ian dan usaha lainnya. Apabila dikem udian hari t im bul sengket a dari para pihak, apabila sengket a it u t im bul dari m asalah bisnis syariah m aka penyelesaiannya diserahkan kepada Badan Arbit rase Syariah Nasional ( BASYARNAS) sesuai dengan klausula yang dibuat para pihak sebelum perj anj ian dilakukan.

Keberadaan Badan Arbit rase Syariah Nasional ( BASYARNAS) secara yuridis form al m em punyai legit im asi yang sangat kuat di negara I ndonesia. Terdapat dasar hukum negara sebagai hukum


(62)

posit if yang berlaku saat ini m em ungkinkan suat u lem baga di luar lem baga peradilan um um dapat m enj adi w asit / hakim dalam penyelesaian sengket a para pihak. Walaupun penyelenggaraan kekuasaan kehakim an pada dasarnya diserahkan kepada badan peradilan dengan berpedom an kepada Undang- undang Nom or 14 t ahun 1970 t ent ang Ket ent uan- ket ent uan Pokok Kehakim an. Hal t ersebut m erupakan induk dan kerangka um um yang m elet akan dasar dan asas peradilan sert a pedom an bagi lingkungan peradilan um um , peradilan m ilit er, dan peradilan t at a usaha negara yang m asing- m asing diat ur dalam undang- undang t ersendiri.

Badan Arbit rase Syariah Nasional ( BASYARNAS) m erupakan badan arbit rase islam ( hakam ) , m aka landasan hukum nya pun t idak lepas dari pedom an I slam yang bersum ber dari Al Quran dan Hadit s. Karena penyelesaian sengket a m elalui seorang j uru dam ai m erupakan kebiasaan dari m asyarakat sej ak m asa Arab pra I slam . Nabi Muham m ad SAW seringkali diangkat m enj adi j uru dam ai oleh m asyarakat arab pada saat it u, saat beliau belum m enj adi Rasul. Suat u cont oh, pada kasus siapa yang berhak m elet akan Haj ar Asw ad pada t em pat nya kem bali, m ereka m em percayai Nabi unt uk m enyelesaikannya sert a m erasa puas akan keput usan yang adil


(63)

dari Nabi Muham m ad SAW, sej ak it u akhirnya Nabi Muham m ad SAW diberi gelar Al Am in.

Adapun dasar hukum arbit rase syariah dapat dilihat dari ayat -ayat Al- Qur’an yang m enganj urkan t ent ang perlunya perdam aian, ant ara lain sebagai berikut :

Surat An- nisa ayat 35, yang art inya sebagai berikut : “ Dan j ika kam u khaw at irkan ada persengket aan ant ara keduanya m aka kirim ilah seorang hakam dari keluarga laki- laki dan seorang hakam dari keluarga perem puan. Jika kedua hakam it u berm aksud m engadakan perbaikan, niscaya Allah m em berikan t aufiq kepada suam i ist eri it u. Sesungguhnya Allah Maha Menget ahui lagi Maha Mengenal” . Jika dilihat secara t ekst ual ayat ini m engandung pengert ian hakam dalam m asalah keluarga, m enyelesaikan perselisihan ant ara suam i isrt ri. Nam un j ika dilihat dari sem angat yang t erkandung di dalam nya, m aka t erdapat hakam unt uk m enyelesaikan perkara secara ishlah, bukan t idak m ungkin unt uk dit erapkannya pada m asalah lain.

Dasar hukum arbit rase syariah selanj ut nya adalah hadit s yang diriw ayat kan oleh An- Nasa’i yang m encerit akan t ent ang dialog Nabi dengan Abu Syureikh, dikalangan rakyat j ika t erj adi


(64)

perselisihan dalam berbagai hal, Abu Syureikh seringkali diangkat sebagai w asit unt uk m enyelesaikan m asalah di ant ara m ereka: “ Qut aibah m encerit akan kepada kam i, dia berkat a: t elah m encerit akan kepada kam i Yazid, dia adalah put era Miqdam bin Syureikh dari Syreikh I bnu Hani, dari bapaknya yait u Hani, bahwa dia ( Hani) t at kala dat ang kepada Rasul m aka Rasul berkat a kepadanya: “ Sesungguhnya Allah it ulah Hakim dan kepadanyalah dikem balikan segala perm asalahan hukum nam un m engapa engkau digelari “ Abu Al Hakim ” ? m aka Hani berkat a: “ Sesungguhnya kaum ku m anakala t erj adi perselisihan di ant ara m ereka t ent ang sesuat u m aka m ereka m endat angiku dan aku m em berikan put usan hukum bagi m ereka dan m asing- m asing pihak yang berselisih it u m enerim a ( keput usan) dengan rela hat i” . Rasul berkat a: “ Alangkah baiknya hal dem ikian…” .

Selain Al Quran dan Hadit s yang m enj adi dasar hukum arbit rase syariah adalah ij m a ( kesepakat an) para ulam a dari kalangan sahabat Rasulullah at as keabsahan prakt ik t ahkim . Persengket aan pernah t erj adi yang diput uskan m elalui arbit rase di kalangan sahabat . I ni m enunj ukan bahw a arbit arse sesungguhnya sudah m enj adi keharusan bagi para pihak yang bersengket a unt uk


(65)

m engedepankan rasa perdam aian dan persaudaraan diant ara sesam a.

Sedangkan yuridiksi ( w ew enang) Badan Arbit rase Syariah Nasional ( BASYARNAS) m eliput i:36

a. Penyelesaian sengket a yang t im bul dalam hubungan perdagangan, indust ri, keuangan, j asa dan lain- lain dim ana para pihak sepakat secara t ert ulis unt uk m enyerahkan penyelesaiannya kepada BASYARNAS sesuai prosedur perat uran BASYARNAS.

b. Mem berikan suat u pendapat yang m engikat t anpa adanya suat u sengket a m engenai suat u persoalan berkenaan dengan perj anj ian perm int aan para pihak.

Apabila jalur arbitrase tidak dapat menyelesaian perselisihan, maka lembaga peradilan adalah jalan terakhir sebagai pemutus perkara tersebut. Hakim harus memperhatikan rujukan yang berasal dari arbiter yang sebelumnya telah menangani kasus tersebut sebagai bahan pertimbangan dan untuk menghindari lamanya proses penyelesaian.

C. Pe r a dila n Aga m a di I n don e sia

36

Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait, BAMUI, TAKAFUL dan Pasar Modal Syariah di Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Hal 168-169


(66)

Keraj aan I slam yang paling pent ing di pulau Jawa adalah Dem ak ( yang kem udian digant i dengan Mat aram ) Cirebon dan Bant en. Di I ndonesia Tim ur yang paling pent ing adalah Goa di Sulaw esi Selat an dan Ternat e yang pengaruhnya m eluas hingga kepulauan Filipina. Di Sum at era yang paling pent ing adalah Aceh yang w ilayahnya m eliput i w ilayah m elayu.

Unt uk perkem bangan Peradilan Agam a di m asa keraj aan Mat aram ( 1613- 1645) diperint ah oleh Sult an Agung pada saat it u sebelum pengaruh I slam m asuk ke sist em peradilan yang berkem bang sebelum nya adalah aj aran Hindu yang m em pengaruhi sist em peradilan, ket ika it u perkara dibagi m enj adi dua bagian: perkara yang m enj adi urusan raj a ( perkaranya disebut perdat a) dan perkara yang bukan urusan pengadilan raj a ( perkara disebut padu) . Bila diperhat ikan dari segi m at eri hukum nya dapat diduga bahw a hukum perdat a bersum ber dari aj aran Hindu, sem ent ara hukum padu bersum ber pada hukum adat .37

Ket ika I bnu Bat t ut ah singgah di Sam udera Pasai ( Aceh dekat Lhok Sum aw e sekarang) , pada t ahun 1345 M, ia m engagum i

37

Abdul Hakim, Peradilan Agama dalam Politik Hukum di Indonesia “Dari Otoriter Konsep Menuju Konfigurasi Demokrasi responsif”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Hal 38-39


(67)

perkem bangan I slam di negeri it u. I a m engagum i kem am puan Sult an al- Malik al- Zahir berdiskusi t ent ang berbagai m asalah I slam dan ilm u fiqih. Menurut pengem bara arab m uslim Maroko it u, selain sebagai seorang raj a, al- Malik al- Zahir yang m enj adi Sult an Pasai ket ika it u adalah j uga seorang fuqaha yang m ahir t ent ang hukum I slam , yang dianut di keraj aan Pasai pada w akt u it u adalah hukum m azhab Syafi’i ke keraj aan- keraj aan I slam lainnya di I ndonesia bahkan set elah keraj aan I slam Malaka berdiri ( 1400- 1500 M) para ahli hukum I slam Malaka dat ang ke Sam udera Pasai unt uk m em int a kat a put us berbagai m asalah hukum yang m ereka j um pai dalam m asyarakat .

Dalam proses I slam isasi ke kepulauan I ndonesia yang dilakukan para saudagar m elalui perdagangan dan perkaw inan, peranan hukum I slam adalah besar, ket ika saudagar m uslim hendak m enikah dengan seorang w anit a set em pat m isalnya w anit a it u diislam kan t erlebih dahulu dan pernikahannya kem udian dilangsungkan m enurut ket ent uan hukum I slam , keluarga yang t um buh dari perkaw inana ini m engat ur hubungan ant ar anggot


(68)

a-anggot anya dengan kaidah- kaidah hukum I slam at au kaidah- kaidah lam a yang disesuaikan dengan kaidah I slam .38

Dari beberapa cont oh dan uraian singkat t ersebut dapat lah dit arik sebuah kesim pulan bahwa sebelum Belanda m engalihkan kekuasaanya di I ndonesia, hukum I slam sebagai hukum yang berdiri sendiri t elah ada dalam m asyarakat . Tum buh dan berkem bang disam ping kebiasaan at au adat penduduk yang m endiam i kepulauan nusant ara ini. Menurut Soebardi ( 1978) t erdapat bukt i- bukt i yang m enunj ukan bahw a I slam berakar dalam kesadaran penduduk kepulauan nusant ara dan m em punyai pengaruh yang bersifat norm at if dalam kebudayaan I ndonesia. Pengaruh ini m enurut De Josselin De Joy ( dalam Kusum adi 1960) m erupakan penet rat ion pasifigne, t olerant e et const uct ive ( penet rasi secara dam ai, t oleran dan bersifat m em bangun) .39

Sikap polit ik pem erint ah Hindia Belanda t erhadap Peradilan Agam a yang sem ula t idak akan m elakukan gangguan sert a t et ap m em biarkan orang Jaw a m em ut uskan sepert i dalam inst ruksi bulan

38

Prof. H. Muhammad Daud Ali, SH, Hukum Islam dan Peradilan Agama (Kumpulan Tulisan), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Hal 190

39


(69)

Sept em ber 1808 M, t ernyat a lebih j auh m enj adi m engat ur dan m em perluas pengat uran t ersebut di pulau Jaw a. Hal ini dapat dilihat dengan keluarnya st aat sblad nom or 22 t ahun 1820. Dalam pasal 13 st aat blad ini disebut kan bahw a Bupat i w aj ib m em perhat ikan soal- soal agam a I slam dan unt uk m enj aga para pendet a dapat m enj alankan t ugas m ereka sesuai dengan adat kebiasaan orang Jaw a sepert i dalam perkaw inan, pem bagian pusaka dan sej enis it u.40

Tet api pada t ahun 1882 dikeluarkan penerapan raj a Belanda yang dim uat dalam st aat sblad 1882 nom or 152 yang m engat ur bahw a Peradilan Agam a di I ndonesia unt uk pulau Jaw a dan Madura dilaksanakan di Peradilan Agam a yang dinam akan priest errad at au Maj lis Pendet a. Menurut Not osusant o ( 1963: 6) penam aan t ersebut sebenarnya keliru, oleh karena dalam agam a I slam t idak dikenal pranat a kependet aan at au padri. Kekeliruan it u dikecam oleh Snouch Hurgronj ec ( 1973; 12) yang m enyat akan bahwa hal it u sebagai akibat kedangkalan penget ahuan pem erint ah.

40

Peradilan Agama di Indonesia, Sejarah Perkembangan Lembaga dan Proses Pembentukan Undang-undangnya, Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Badan Peradilan Agama Islam , Jakarta 2001, hal 8


(70)

Dengan adanya ket et apan t ersebut , t erdapat perubahan yang cukup pent ing yait u: 1) Reorganisasi ini sebenarnya m em bent uk Peradilan Agam a yang baru disam ping landraad dengan w ilayah hukum yang sam a, yait u rat a- rat a seluas w ilayah kabupat en. 2) Peradilan it u m enet apkan perkara- perkara yang dipandang m asuk dalam lingkungan kekuasaannya. Menurut Not o Susant o ( 1963: 7) perkara- perkara it u um um nya m eliput i perkaw inan, segala j enis perceraian, m ahar, nafkah, keabsahan anak, perw alian, kew arisan, hibah, w akaf, shadaqah, dan bait ul m aal, yang sem uanya erat dengan agam a I slam .

Pengadilan Agam a t idak m em iliki daya paksa. Oleh karena it u apabila salah sat u pihak yang berperkara t idak m au t unduk at as keput usan t ersebut , m aka keput usan it u baru dapat dij alankan dengan t erlebih dahulu diberi kekuat an oleh ket ua Landroad ( sekarang pengadilan negeri) . Seringkali ket ua Landroad t idak bersedia m em beri kekuat an at as keput usan Pengadilan Agam a at au m em buat t erj adinya pert ent angan it u adalah sum ber hukum yang digunakan oleh kedua pengadilan it u. Pengadilan Agam a


(71)

m endapat kan keput usannya kepada hukum I slam , sedangkan Landroad m endasarkan keput usannya kepada hukum adat .41

Polit ik hukum adat yang dasarnya revolusioner, benar- benar t elah m engacaukan perkem bangan perubahan- perubahan sosial dan polit ik. Apapun gagasan para perum usnya, nam un int i polit ik it u adalah unt uk m endesak I slam kem bali, m engham bat kem aj uannya dan secara rom ant is m em pert ahankan kem urnian m asyarakat adat yang j ust ru adat ist iadat it u hanya akan m engisolir m ereka sat u dengan yang lain. Banyak pem im pin-pem im pin I ndonesia yang berpendapat bahw a adat recht polit ick hanya m enyuburkan t akt ik devide- et im pera dari pem erint ahan kolonial, bagi kebanyakan rakyat pedesaan m aupun kot a, hal ini t idak banyak m em baw a perubahan. Rakyat m asih t erus m em int a bant uan kepada Pengadilan Agam a dalam perkara penyelesaian w arisan nenek m oyang, nam un secara polit is pihak I slam harus m enerim a kekalahan, yang sukar unt uk direbut kem bali di kem udian hari.42

41

Drs. Cik Hasan Basri. Ms, Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta: PT. Rajawali Press, 2003. Hal 110-111

42

Daniel S. Lev, Peradilan Agama Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Intermasa, 1987. Hal 46


(72)

Sebagian karena pert ent angan ideologi, para pem im pin I slam t idak dapat m em berikan j alan keluar yang lebih baik, m ereka yang sebenarnya ingin m elepaskan diri dari lingkungan adat . Maka gerakan unt uk kem bali kepada kem urnian Al- Quran dan Hadist dikalangan para reform is dipaksa berhent i t anpa dapat m engam bil langkah- langkah unt uk m encari nilai- nilai baru bagi agam a dalam dunia yang m odern ini. Tulisan- t ulisan para int elekt ual I slam pada t ahun 1930- an m enggam barkan problem at ika ini dan sej ak it u m ereka m enyadari akan pengaruh ket at alam pem ikiran t radisional dalam I slam .43

Sem ent ara it u lem baga- lem baga agam a ini, t elah m engalam i perubahan yang berart i, sebagian besar akibat polit ik kolonial at au kadang- kadang oleh pergerakan polit ik I slam baru sendiri, yang oleh para pem im pinnya t erut am a kalangan m odernisasi perkem bangan it u sering dianggap rem eh. Gerak kearah ekonom i Pengadilan Agam a ( w alaupun t erbat as) t elah disebut dim uka. Beberapa inovasi yang t erj adi di Jaw a nam pak diperluas kepulau-pulau lain. Pengadilan Kodi di Kalim ant an ( biasa di sebut Kerapat an Kodi) t elah diorganisir dan dibent uk pengadilan bandingannya.

43


(73)

Andaikat a ada w akt u yang cukup, perubahan- perubahan sem acam it u m ungkin sudah dilaksanakan di t em pat - t em pat lain di luar Jaw a. Di luar Jaw a sendiri para pej abat agam a m encurigai Mahkam ah I slam Tinggi yang baru it u karena dianggap sebagai im balan at as pencabut an w ew enang m ereka t erhadap waris. Oleh karena para hakim agam a pada dasarnya kurang percaya akan perubahan baru yang dilakukan oleh Gubernem en dan khaw at ir akan lebih banyak dilakukan pengaw asan m elalaui Mahkam ah I slam Tinggi, m aka m ereka pernah m em bent uk pengadilan bandingan sendiri nam un akhirnya kedudukan Mahkam ah I slam Tinggi dit erim a j uga.

Perubahan- perubahan di dalam Peradilan Agam a t ernyat a berj alan t erus set elah penj aj ahan di t ut up, sedang aliran yang m ereka w akili t erus berlangsung di baw ah t ekanan dan pem bat asan yang sam a. Nam un sit uasi polit iknya t elah berubah dengan akibat dan konsekuensi yang panj ang pula.44

Set elah I ndonesia m erdeka t anggal 17 Agust us 1945 at as usul Ment eri Agam a yang direst ui Ment eri Kehakim an, pem erint ah m enet apkan bahw a Pengadilan Agam a diserahkan dari kekuasaan

44


(74)

kem ent rian kehakim an kepada kem ent rian agam a dengan ket et apan pem erint ah nom or 5 t anggal 25 Maret 1946.

Sebelum m erdeka pegaw ai pengadilan Agam a m endapat gaj i pada m asa kolonial Belanda t et api ket ika it u gaj i t ersebut diberikan bukan at as nam a sebagai pengadilan Agam a t et api m enerim a gaj i sebagai I slam i Tiseh Adviseur pada Landraad. Dan pada akhirnya kew enangan m engangkat penghulu landraad, penghulu, anggot a raad agam a dan pej abat lain yang dahulu pada residen dan bupat i diserahkan pula kepada Ment eri Agam a dan m aklum at pem erint ah nom or 11 t anggal 23 April 1946. ini berart i kewenangan t auliyah pada hakim / qadhi dalam pelaksanaan syariat I slam yang dahulu dit angan penguasa kafir ( Belanda dan Jepang kini kem bali berada dit angan bangsa I ndonesia sendiri) .

Sej alan dengan pasal 2 at uran peralihan Undang- undang Dasar Negara RI 1945, dasar dan wewenang kekuasaan Peradilan Agam a m asih t et ap berlaku sebagaim ana sebelum proklam asi, baik di pulau Jaw a, Madura, Kalim ant an Selat an m aupun di daerah-daerah lain. Selam a revolusi fisik pada um um nya t idak ada perubahan t ent ang dasar perat uran Peradilan Agam a secara


(75)

prinsipal, selain usaha- usaha pelest arian Peradilan Agam a it u sendiri. Selam a revolusi fisik yang pat ut di cerm at i adalah:

Pert am a: Keluarnya UU No. 22 t ahun 1946 t ent ang pencat at an nikah, t alak, dan ruj uk, pada t anggal 22 Novem ber 1946 di Linggar Jat i ( Cirebon) oleh Presiden RI det et apkan UU No. 22 t ahun 1946 t ent ang penyat uan pencat at an nikah, t alak, dan ruj uk m enggant ikan ordinasi- ordinasi perkaw inan yang sebelum nya. I ni m erupakan Undang- undang pert am a dalam sej arah kem erdekaan yang j elas m enyangkut pelaksanaan syariat I slam , sekalipun belum m em asuki m at eri hukum perkaw inannya sendiri.

Kedua: Keluarnya UU No. 19 t ahun 1948 yang pernah dinyat akan berlaku isinya ant ara lain dihapusnya susunan Peradilan Agam a yang t elah ada selam a ini, t et api m at eri hukum yang m enj adi w ew enangnya dit am pung dan dim asukan di Pengadilan Negeri yang secara ist im ewa diput us oleh dua orang hakim ahli agam a disam ping hakim yang beragam a I slam sebagai ket ua. Kew eangan Pengadilan Agam a dim asukan dalam Pengadilan Um um secara ist im ew a yang diat ur dalam pasal 35 ayat ( 2) , Pasal 75 dan Pasal 33. Undang- undang ini m erupakan at uran yang pent ing


(1)

1. Perm asalahan apa yang sering berkem bang di inst it usi anda? Jaw ab : Alham dulillah sej auh ini m asalah sengket a belum m engem uka, m ungkin nant i seandainya ada sengket a sepert i pem biayaan yang t idak lancar at au pem biayaan yang m enuj u t idak lancar m asih bisa kit a t angani secara penyelesaian kedua belah pihak, secara m usyaw arah khususnya perm aslahan t idak lancar it u ada penagihan, alham dulillah sam pai saat ini belum sam pai t unt ut m enunt ut yang m em erlukan lem baga peradilan um um , Peradilan Agam a, at au bisanya kit a sem ua dalam klausul perj anj ian kalau t erj adi sesuat u penyelesaiannya dengan m usysaw arah at au nant i beracara di BASYARNAS.

2. Sebab- sebab apakah yang dapat m enim bulkan sengket a? Jaw ab : Biasanya ada dua hal pert am a karena sebab- sebab yang dit im bulkan oleh kredit ur at au pihak bank pada saat proses pem berian pem biayaan sepert i karena ada kesalahan dalam m enent ukan j um lah pem biayaan yang diberikan, Kesalahan dalam m enent ukan j angka wakt u pem biayaan , Kesalahan dalam


(2)

m enenukan j enis pem biayaan yang diberikan, Kesalahan karena kem udahan m em berikan pem biayaan, lalu sebab- sebab yang dit im bulkan oleh debit ur at au nasabah karena adanya kesalahan m anagem ent dari debit ur, karena adanya kesengaj aan dari debit ur unt uk m enipu kredit ur dengan nm em berikan ket erangan at au dat a- dat a palsu t idak adanya i’t ikad baik dari debit ur unt uk m engem balikan pem biayaan w alaupun debit ur t ert sebut m em iliki kem am puan unt uk m elakukan pem bayaran kem bali

3. Apa langkah aw al yang diam bil inst it usi anda dalam m enyelesaikan m asalah t ersebut ?

Jaw ab : Langkah aw al biasanya ada t ahapan- t ahapannya kalau sudah m ulai ada indikasi, di bank kan ada lim a kolekt ibilit y 1) . Lancar, 2) . Dalam perhat ian khusus, disit u sudah harus hat i-hat i int ens m enghubungi kenapa dia t idak m em bayar kew aj ibannya sam pai t ahap- t ahap berikut nya ada secara lisan, lalu surat peringat an 1, 2, 3 sam pai dia m em enuhi kew aj ibannya.


(3)

4. Seberapa besar peran BASYARNAS dalam m enyelesaikan m asalah sengket a?

Jaw ab : BASYARNAS, kalau sam pai saat ini...t ahukan kant ornya? Kit a t ahu it u lem baganya, ada DPS dan DSN, dalam sem uanya kit a LKS, lalu dalam m engem bangkan bisnis syariah, ekonom i syariah ada lem baganya j uga, kalau ada sengket a ada BASYARNAS, sebelum nya kan BANI karena kit a syariah lalu ada anj uran m em akai BASYARNAS anj uran it u dem i m engem bangkan. Perannya?...karena di DKI Syariah belum pernah t erj adi sengket a yang besar git u sehingga sam pai saat ini belum t erlihat , arbit ernya gim ana, m ekanism enya gim ana, m ungkin bank lain sudah pengalam an.

5. Apakah anda yakin BASYARNAS bisa m enyelesaikan perm asalahan di DKI Syariah?

Jaw ab : Harusnya yakin! Ee... t erus t erang kit a belum t ahu

siapa arbit ernya siapa? Set iap bulan kan pem biayaan it u set iap bank m em bayar iuran, apakah nant i di lihat dari sit u j uga penyelesaian sengket anya, lalu dilihat dari kom pet en at au t idak BASYARNAS m enyelesaikan m asalah sengket a.


(4)

6. Dalam m engam bil keput usan m engenai sengket a, adakah pengaruh pada inst it usi anda dengan lahirnya UU No. 3/ 2006 t ent ang Peradilan Agam a?

Jaw ab : Sikap kit a! Pradiga ya....? sekarang begini kalau kit a

ket em u dengan bank lain, kalau di fat w anya kan t erut am a penyelesaian sengket a Murabhahah harus ke BASYARNAS, ya... t idak dim ungkinkan ke peradilan um um , t api kit a lihat lah keput usannya di peradilan negeri, lalu t erbit lah peradilan agam a unt uk it u harusnya m ereka sudah siap, lem baganya sudah ada t api apa orang- orangnya/ hakim - hakim nya sudah siap unt uk m enyelesaikan sengket a syariah? I nikan lebih ke ekonom inya syariah, ist ilah- ist ilah dari bank, ist ilah- ist ilah pem biayaan, skim - skim yang ada, harusnya m ereka sudah disiapkan, diberikan t raining, pelat ihan, selain selam a ini m ereka hanya m enyelesaikan m asalah perkaw inan, perceraian, t api sekarang m ereka pun harus siap m enyelesaikan sengket a m uam alah dengan adanya Undang- undang yang m em berikan kekuasaan absolut peradilan agam a unt uk m enyelesaikan sengket a m uam alah. Kit a t ahu bahkan m ungkin sem ua bank pun


(5)

t ahu biasanya Peradilan Um um it u lem baga non arbit rase, lalu BASYARNAS it u klan lem baga non lit igasi dan Peradilan Agam a harusnya sam a dsn sej aj ar kedudukannya dengan peradilan Um um / Negeri, harusnya punya kom pet ensi khusus, punya kekuat an hukum penyelesaiannya sam a, eksekusinya j uga harusnya t idak perlu ke peradilan negeri harusnya m em ang dipersiapkan secara kom perhenshif, j angan sam pai put usannya kuat dan m engikat t api lem baga eksekusinya beda.

7. Menurut anda sudah siapkah hakim - hakim peradilan agam a m enyelesaikan sengket a yang t erj adi di Perbankan Syariah? Jawab : Harusnya sudah, kalau m ereka sudah diberikan pem bekalan, harusnya pem erint ah pro akt if dengan cara m engundang prakt isi ekonom i syariah, lem baga keuangan syariah, sharing, m em berikan penget ahuan dengan m engundang unt uk m engadakan pelat ihan yang diadakan unt uk hakim - hakim , selam a inikan KHES ( Kom pilasi hukum Ekonom i Syariah) m asih digodok di Mahkam ah Agung it ulah payung hukum yang lebih kuat t api belum diset uj ui, perat uran- perat uran yang lebih kuat pun akhirnya belum bisa, sehingga sam pai saat


(6)

ini bank syariah belum bisa sej aj ar dengan yang konvensionalnya.