IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RISIKO DI LINE FORGING PT KOMATSU FORGING INDONESIA CIKARANG

(1)

commit to user LAPORAN KHUSUS

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN

RISIKO DI LINE FORGING PT KOMATSU

FORGING INDONESIA

CIKARANG

Pinutri Rukmini Dewi

R.0008061

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta 2011


(2)

commit to user

ii

PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan judul Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko di Line

Forging PT. Komatsu Forging Indonesia Cikarang

Pinutri Rukmini Dewi, NIM R.0008061, Tahun : 2011

Telah diuji dan disahkan di hadapan

Penguji Tugas Akhir

Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakuiltas Kedokteran UNS Surakarta

Pada Hari Senin Tanggal 20 Juni 2011

Ketua Program

D.III Hiperkes Dan Keselamatan Kerja FK UNS

Sumardiyono, SKM., M.Kes NIP. 19650706 198803 1 002

Pembimbing II

Live Setyaningsih, SKM NIP. 19850811 201101 2 020 Pembimbing I

Sumardiyono, SKM., M.Kes NIP. 19650706 198803 1 002


(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN PERUSAHAAN

Tugas Akhir dengan judul Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko di

Forging Line PT. Komatsu Forging Indonesia Cikarang

Pinutri Rukmini Dewi, NIM R.0008061, Tahun : 2011

Telah disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing Perusahaan

Pada Hari Senin Tanggal 4 Juli 2011

Pembimbing Lapangan

Hariyono

EHS Staff

Pembimbing Utama

Asep Kamaludin

EHS Manager

Mengetahui,

Personal and General Affair

Yuwono Hadi Prasetya


(4)

commit to user

iv

ABSTRAK

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RISIKO DI LINE FORGING PT KOMATSU FORGING INDONESIA

CIKARANG

Pinutri Rukmini Dewi1, Sumardiyono2, Live Setyaningsih3

Tujuan: Setiap aktivitas yang melibatkan faktor manusia, mesin dan bahan serta

melalui tahap-tahap proses memiliki risiko bahaya memungkinkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut disebabkan karena adanya sumber-sumber bahaya akibat dari aktivitas kerja di tempat kerja. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tentang Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko di Line Forging di PT. Komatsu Forging Indonesia sebagai upaya pengendalian kecelakaan kerja.

Metode: Kerangka pemikiran penelitian ini adalah tempat kerja dimana didalamnya

terdapat tenaga kerja, peralatan dan lingkungan kerja yang memiliki potensi dan faktor bahaya. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan tersebut diperlukan identifikasi bahaya, penilaian risiko serta menentukan langkah pengendaliannya sehingga tempat kerja dapat menjadi aman.

Hasil: Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu

dengan menggambarkan proses produksi di line forging PT. Komatsu Forging Indonesia dengan memperhatikan segala aktifitas kerja di line forging sehingga dapat dianalisa potensi-potensi bahaya yang ada. Pengambilan data tentang identifikasi bahaya dan penilaian risiko dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan, kuisioner dan wawancara kepada karyawan serta studi kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian dibahas dengan menyesuaikan Permenaker No. PER-05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Simpulan: Perusahaan telah melaksanakan identifikasi bahaya dan penilaian risiko

serta menentukan langkah pengendaliannya sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan di line forging sesuai dengan Permenaker No. PER-05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Saran yang diberikan adalah melaksanakan. Review Hazard Identification Risk Asessment Risk Control untuk kegiatan pada produk baru.

Kata kunci: Identifikasi Bahaya, Pengendalian Risiko

1. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

2. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 3. Fakultas Kedokteran, UniversitasSebelas Maret, Surakarta.


(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya serta kemudahan dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Magang serta dapat menyelesaikan laporan magang dengan judul “Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko di Line Forging PT.

Komatsu Forging Indonesia Cikarang”.

Penulisan laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan kelulusan studi di Program D.III Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di samping itu kegiatan Magang ini dilaksanakan untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme serta problematika yang ada mengenai penerapan keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup di perusahaan.

Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam memberikan bimbingan dan dukungan, baik secara material maupun spiritual kepada penulis. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp. PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes, selaku Ketua Program D.III Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dan selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini.

3. Ibu Live Setyaningsih, SKM selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam pembuatan laporan ini.

4. Seluruh Dosen Pengajar dan Asisten atas segala ilmu dan motivasinya kepada penulis selama menempuh perkuliahan.

5. Bapak Yuwono Hadi Prasetya selaku Manager Personel & General Affair PT Komatsu Forging Indonesia yang telah memberikan penulis kemudahan untuk perijinan tempat magang.

6. Bapak Asep Kamaludin selaku Manager Environment Health and Safety yang telah memfasilitasi penulis untuk kepentingan magang

7. Bapak Priyo Harsanto selaku Manager Forging yang telah memfasilitasi penulis untuk melakukan penelitian di Forging Line.

8. Bapak Hariyono selaku Staff Environment Health and Safety atas segala ilmu dan bimbingannya di lapangan.

9. Semua Karyawan PT Komatsu Forging Indonesia yang telah memberikan

bantuan, informasi, motivasi dan pertemanan kepada penulis. Terutama Bapak-bapakku di Lantai 3 (Bapak Rozali, Bapak Agus Tri, Bapak Waliyadi, Bapak Sutarko, Bapak Andri, Bapak Edik, Bapak Dadang, Bapak Mardanus, dan yang lainnya) yang sudah memberikan kasih sayang kepada penulis.


(6)

commit to user

vi

10.Papa Denantyo Suryoatmodjo, Mama Isnaeni, Adikki Pinastiti Denantyo yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan moril dan materiil .

11.Bunda Endang Widiyastuti, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan motivasi untuk

selalu tidak pernah berhenti belajar dan nasihatnya untuk menjadi wanita yang kuat serta berprinsip.

12.Om Aris Tarsetyo Adi, Mama Anis, Mas Dito, Mas Dio dan Dedek Anisa yang

telah memberikan fasilitas, motivasi, kehangatan keluarga dan dukungan kepada penulis selama berada di Bekasi.

13.Abang yang selama ini memberiku motivasi, perhatian dan pengertian. Terima Kasih Bang.

14.Teman–teman angkatan 2008 Program D.III Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tetap Joss Kawan-kawanku.

15.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan penelitian

ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih sangat jauh dari

sempurna karena “ tak ada gading yang tak retak”. Penulis mengharapkan saran dan

kritik dari pembaca sehingga dapat dijadikan masukan di waktu mendatang.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya mahasiswa Program D.III Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Kesehatan Kerja untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup di perusahaan.

Wassalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Surakarta, 20 Juni 2011 Penulis,


(7)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Kerangka Pemikiran ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 30


(8)

commit to user

viii

B. Lokasi Penelitian ... 30

C. Obyek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 30

D. Sumber Data ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Pelaksanaan ... 33

G. Analisa Data ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan ... 119

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 129

A. Simpulan ... 129

B. Saran ... 130

DAFTAR PUSTAKA ... 132 LAMPIRAN


(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Fenomena Gunung Es ... 13

Gambar 2. Matrixs Faktor Kemungkinan dan Angka Kerugian ... 24

Gambar 3. Kerangka Pemikiran ... 29

Gambar 4. Hasil Potongan dengan Mesin Bandsaw dan Sharing ... 36

Gambar 5. Mesin Billet Heater dan Batch Furnace ... 37

Gambar 6. Mesin Hammer, Material Heating dan Produk Setelah Forging ... 38

Gambar 7. Mesin Trimming, Produk Sebelum dan Setelah Trimming ... 38

Gambar 8. Input produk forging menuju DQT ... 39

Gambar 9. Input produk forging menuju RQT ... 40

Gambar 10. Lay Out Forging 3 TON NITTAN ... 40

Gambar 11. Lay Out Forging 3 TON LASCO ... 42

Gambar 12. Lay Out Forging 1,3 TON MAX 55E ... 43

Gambar 13. Lay Out Forging 6 TON CECO ... 45

Gambar 14. Lay Out Forging 2,5 TON MAX 110-S1 ... 47

Gambar 15. Lay Out Forging 2,5 TON MAX 110 S-2 ... 49

Gambar 16. Lay Out Forging 3 TON NEWTON 13000E ... 51

Gambar 17. Grafik HIRARC Memasang Sling pada Material ... 75

Gambar 18. Grafik HIRARC Transportasi dengan Crane ... 76

Gambar 19. Grafik HIRARC Membuka Kawat Pengikat Material ... 77


(10)

commit to user

x

Gambar 21. Grafik HIRARC Memindahkan Pallet Material Cutting ... 79 Gambar 22. Grafik HIRARC Memindahkan Pallet Material Cutting di

depan Elevator ... 80

Gambar 23. Grafik HIRARC Mengangkat Material Cutting dengan Hashi

menuju Elevator ... 81 Gambar 24. Grafik HIRARC Pemeriksaan Mesin Billet Heater ... 82

Gambar 25. Grafik HIRARC Material Cutting Panas yang NG Meluncur

dengan Shooter ... 84 Gambar 26. Grafik HIRARC Meletakkan Pallet Material Cutting di

Depan Rappid Feeder Menggunakan Forklift ... 85

Gambar 27. Grafik HIRARC Operator Menaiki Tangga Mesin Billet Heater 86

Gambar 28. Grafik HIRARC Proses Memindahkan Material Cutting dari

Pallet ke Bak Penampung ... 87 Gambar 29. Grafik HIRARC Proses Operator Menuruni Tangga

Mesin Billet Heater ... 88 Gambar 30. Grafik HIRARC Memindahkan Material Cutting dari Pallet

menuju Meja... 90

Gambar 31. Grafik HIRARC Proses Memindahkan Material Cutting dari

Meja menuju ke dalam Batch Furnace atau Bachiro... 91 Gambar 32. Grafik HIRARC proses mengeluarkan material cutting yang

panas menuju conveyor transfer forging... 92 Gambar 33. Grafik HIRARC Proses Material Cutting Panas Keluar dari


(11)

commit to user

xi

Gambar 34. Grafik HIRARC Proses Menempa di Countour Siaghe dan

Arauchi untuk Produk Link ... 96

Gambar 35. Grafik HIRARC Proses Menempa di luar Countour untuk Produk

Roller (untuk Mesin 6 TON CECO) ... 97

Gambar 36. Grafik HIRARC Proses Menempa di dalam Countour untuk

Produk Roller (untuk mesin 6 TON CECO) ... 99 Gambar 37. Grafik HIRARC Proses Menyemprotkan Cairan Anti Lengket

dan Angin untuk Produk Roller (untuk Mesin Forging 6 TON

CECO) ... 100

Gambar 38. Grafik HIRARC Product Forging Blank di Buang ke Depan

Mesin Hammer ... 101 Gambar 39. Grafik HIRARC Proses Product Forging Blank di Buang ke

Samping di Luar Mesin Hammer ... 103

Gambar 40. Grafik HIRARC Proses Mengambil Product Forging Blank

dari Luar Mesin ... 104

Gambar 41. Grafik HIRARC Proses Mengambil Product Forging Blank

dari dalam Mesin ... 105 Gambar 42. Grafik HIRARC Proses Trimming ... 106 Gambar 43. Grafik HIRARC Proses Produk di Buang ke Samping di dalam

Mesin Trimming ... 107 Gambar 44. Grafik HIRARC Proses Produk di Buang ke Samping di Luar

Mesin Trimming ... 108 Gambar 45. Grafik HIRARC Proses Membuang Bari... 109


(12)

commit to user

xii

Gambar 46. Grafik HIRARC Proses Produk Masuk ke Dalam Quenching

Oil ... 110

Gambar 47. Grafik HIRARC Proses Produk Menuju ke Pallet Penampungan

di Luar Gedung ... 111 Gambar 48. Grafik HIRARC Proses Palu Gantung ... 112 Gambar 49. Grafik Kuisioner Sadar Bahaya... 113


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Faktor Risiko ... 23 Tabel 2. Identifikasi Bahaya Memasang Sling pada Material di Factory 4 ... 53 Tabel 3. Identifikasi Bahaya Transportasi Material dengan Crane

di Factory 4 ... 53 Tabel 4. Identifikasi Bahaya Proses Membuka Kawat Pengikat Material di

Factory 4 ... 54 Tabel 5. Identifikasi Bahaya Proses Membuka Gulungan Blade di Factory 4 55 Tabel 6. Identifikasi Bahaya Proses Memindahkan Pallet Material Cutting

di Factory 4 ... 55 Tabel 7. Identifikasi Bahaya Proses Meletakkan Pallet Material Cutting

di Depan Elevator ... 56 Tabel 8. Identifikasi Bahaya Proses Mengangkat Material Cutting dengan

Hashi Menuju Elevator ... 56

Tabel 9. Identifikasi Bahaya Proses Pemeriksaan Mesin Billet Heater ... 57 Tabel 10. Identifikasi Bahaya Proses Material Cutting Panas yang NG

Meluncur dengan Shooter ... 57 Tabel 11. Identifikasi Bahaya Proses Meletakkan Pallet Material Cutting di

Depan Rappid Feeder Menggunakan Forklift ... 58 Tabel 12. Identifikasi Bahaya Operator Menaiki Tangga Mesin Billet Heater 58 Tabel 13. Identifikasi Bahaya Proses Memindahkan Material Cutting dari


(14)

commit to user

xiv

Pallet ke Bak Penampung ... 59 Tabel 14. Identifikasi Bahaya Operator Menuruni Tangga Mesin Billet Heater 59

Tabel 15. Identifikasi Bahaya Proses Memindahkan Material Cutting dari

Pallet Menuju Meja... 60 Tabel 16. Identifikasi Bahaya Proses Memindahkan Material Cutting dari

Meja Menuju ke Dalam Bachiro ... 61 Tabel 17. Identifikasi Bahaya Proses Mengeluarkan Material Cutting yang

Panas Menuju Conveyor Transfer Forging... 61 Tabel 18. Identifikasi Bahaya Proses Material Cutting Panas Keluar dari

Shooter Menuju Kedepan Mesin Hammer ... 62 Tabel 19. Identifikasi Bahaya Proses Menempa di Countour Siaghe

dan Arauchi ... 63 Tabel 20. Identifikasi Bahaya Proses Menempa di Luar Countour ... 65 Tabel 21. Identifikasi Bahaya Proses Menempa di Dalam Countour ... 65 Tabel 22. Identifikasi Bahaya Proses Menyemprotkan Cairan Anti Lengket

dan Angin ... 67 Tabel 23. Identifikasi Bahaya Proses Product Forging Blank yang di Buang

ke Depan Mesin Hammer... 68 Tabel 24. Identifikasi Bahaya Proses Product Forging Blank di Buang ke

Samping di Luar Mesin Hammer ... 68 Tabel 25. Identifikasi Bahaya Proses Mengambil Product Forging Blank

dari Luar Mesin ... 69 Tabel 26. Identifikasi Bahaya Proses Mengambil Product Dalam Mesin ... 69


(15)

commit to user

xv

Tabel 27. Identifikasi Bahaya Proses Trimming ... 70

Tabel 28. Identifikasi Bahaya Proses di Buang ke Samping di Dalam Mesin

Trimming ... 71 Tabel 29. Identifikasi Bahaya Proses Produk di Buang ke Samping di Luar

Mesin Trimming ... 71 Tabel 30. Identifikasi Bahaya Proses Membuang Bari ... 71 Tabel 31. Identifikasi Bahaya Proses Produk Masuk ke Dalam

Quenching Oil ... 72 Tabel 32. Identifikasi Bahaya Proses Produk Menuju ke Pallet Penampungan

di Luar Gedung ... 72 Tabel 33. Identifikasi Bahaya Proses Mengencangkan Pasak dengan

Palu Gantung ... 73 Tabel 34. Penilaian Risiko Proses Pemasangan Sling pada Material ... 74 Tabel 35. Penilaian Risiko Proses Pemasangan Sling pada Material dengan

Pengendalian yang Ada ... 74 Tabel 36. Penilaian Risiko Proses Pemasangan Sling pada Material dengan

Pengendalian Tingkat Lanjut ... 74 Tabel 37. Penilaian Risiko Proses Transportasi Material dengan Crane ... 75 Tabel 38. Penilaian Risiko Proses Transportasi Material dengan Crane dengan

Pengendalian yang Ada ... 75 Tabel 39. Penilaian Risiko Proses Transportasi Material dengan Crane dengan

Pengendalian Tingkat Lanjut ... 75 Tabel 40. Penilaian Risiko Proses Membuka Kawat Pengikat Material ... 76


(16)

commit to user

xvi

Tabel 41. Penilaian Risiko Proses Membuka Kawat Pengikat Material dengan

Pengendalian yang Ada ... 76 Tabel 42. Penilaian Risiko Proses Membuka Kawat Pengikat Material dengan

Pengendalian Tingkat Lanjut ... 76 Tabel 43. Penilaian Risiko Proses Membuka Gulungan Blade

(Proses pada Mesin Band Saw) ... 77 Tabel 44. Penilaian Risiko Proses Membuka Gulungan Blade

(Proses pada Mesin Band Saw) dengan Pengendalian yang Ada ... 77 Tabel 45. Penilaian Risiko Proses Membuka Gulungan Blade (Proses pada

Mesin Band Saw) dengan Pengendalian Tingkat Lanjut ... 77 Tabel 46. Penilaian Risiko Proses Memindahkan Pallet Material Cutting ... 78 Tabel 47. Penilaian Risiko Proses Memindahkan Pallet Material Cutting

dengan Pengendalian yang Ada ... 78 Tabel 48. Penilaian Risiko Proses Memindahkan Pallet Material Cutting

dengan Pengendalian Tingkat Lanjut ... 78 Tabel 49. Penilaian Risiko Proses Memindahkan Pallet Material Cutting

di Depan Elevator ... 79 Tabel 50. Penilaian Risiko Proses Memindahkan Pallet Material Cutting

di Depan Elevator dengan pengendalian yang ada ... 79 Tabel 51. Penilaian Risiko Proses Memindahkan Pallet Material Cutting

di Depan Elevator dengan Pengendalian Tingkat Lanjut ... 80 Tabel 52. Penilaian Risiko Proses Mengangkat Material Cutting dengan


(17)

commit to user

xvii

Tabel 53. Penilaian Risiko Proses Mengangkat Material Cutting dengan Hashi

Menuju Elevator dengan Pengendalian yang Ada ... 81 Tabel 54. Penilaian Risiko Proses Mengangkat Material Cutting dengan Hashi

Menuju Elevator dengan Pengendalian Tingkat Lanjut... 81 Tabel 55. Penilaian Risiko Proses Pemeriksaan Mesin Billet Heater ... 82 Tabel 56. Penilaian Risiko Proses Pemeriksaan Mesin Billet Heater dengan

Pengendalian yang Ada ... 82 Tabel 57. Penilaian Risiko Proses Pemeriksaan Mesin Billet Heater dengan

Pengendalian Tingkat Lanjut ... 82 Tabel 58. Penilaian Risiko Proses Material Cutting Panas yang NG Meluncur

dengan Shooter Menuju ke Pallet ... 83 Tabel 59. Penilaian Risiko Proses Material Cutting Panas yang NG Meluncur

dengan Shooter Menuju ke Pallet dengan Pengendalian yang Ada . 83 Tabel 60. Penilaian Risiko Proses Material Cutting Panas yang NG Meluncur

dengan Shooter Menuju ke Pallet dengan Pengendalian Tingkat

Lanjut ... 83 Tabel 61. Penilaian Risiko Proses Meletakkan Pallet Material Cutting di

Depan Rappid Feeder Menggunakan Forklift ... 84 Tabel 62. Penilaian Risiko Proses Meletakkan Pallet Material Cutting di

Depan Rappid Feeder Menggunakan Forklift dengan Pengendalian


(18)

commit to user

xviii

Tabel 63. Penilaian Risiko Proses Meletakkan Pallet Material Cutting di Depan Rappid Feeder Menggunakan Forklift dengan Pengendalian

Tingkat Lanjut ... 85 Tabel 64. Penilaian Risiko Proses Operator Menaiki Tangga Mesin

Billet Heater ... 85 Tabel 65. Penilaian Risiko Proses Operator Menaiki Tangga Mesin

Billet Heater dengan Pengendalian yang Ada ... 86 Tabel 66. Penilaian Risiko Proses Operator Menaiki Tangga Mesin

Billet Heater dengan Pengendalian Tingkat Lanjut ... 86 Tabel 67. Penilaian Risiko Proses Memindahkan Material Cutting dari

Pallet ke Bak Penampung ... 86 Tabel 68. Penilaian Risiko Proses Memindahkan Material Cutting dari Pallet

ke Bak Penampung dengan Pengendalian yang Ada ... 87 Tabel 69. Penilaian Risiko Proses Memindahkan Material Cutting dari Pallet

ke Bak Penampung dengan Pengendalian Tingkat Lanjut ... 87 Tabel 70. Penilaian Risiko Proses Operator Menuruni Tangga Mesin Billet

Heater ... 88 Tabel 71. Penilaian Risiko Proses Operator Menuruni Tangga Mesin Billet

Heater dengan Pengendalian yang Ada ... 88 Tabel 72. Penilaian Risiko Proses Operator Menuruni Tangga Mesin Billet

Heater dengan Pengendalian Tingkat Lanjut ... 88 Tabel 73. Penilaian Risiko Memindahkan Material Cutting dari Pallet


(19)

commit to user

xix

Tabel 74. Penilaian Risiko Memindahkan Material Cutting dari Pallet Menuju Meja dengan Pengendalian yang Ada ... 89 Tabel 75. Penilaian Risiko Memindahkan Material Cutting dari Pallet Menuju

Meja dengan Pengendalian Tingkat Lanjut ... 89 Tabel 76. Penilaian Risiko Proses Memindahkan Material Cutting dari Meja

Menuju ke Dalam Batch Furnace atau Bachiro ... 90 Tabel 77. Penilaian Risiko Proses Memindahkan Material Cutting dari Meja

Menuju ke Dalam Batch Furnace atau Bachiro dengan Pengendalian yang Ada ... 90 Tabel 78. Penilaian Risiko Proses Memindahkan Material Cutting dari Meja

Menuju ke Dalam Batch Furnace atau Bachiro dengan Pengendalian Tingkat Lanjut ... 91 Tabel 79. Penilaian Risiko Proses Mengeluarkan Material Cutting yang Panas

Menuju Conveyor Transfer Forging ... 92 Tabel 80. Penilaian Risiko Proses Mengeluarkan Material Cutting yang Panas

Menuju Conveyor Transfer Forging dengan Pengendalian yang Ada 92 Tabel 81. Penilaian Risiko Proses Mengeluarkan Material Cutting yang Panas

Menuju Conveyor Transfer Forging dengan Pengendalian Tingkat

Lanjut ... 92 Tabel 82. Penilaian Risiko Proses Material Cutting Panas Keluar dari Shooter

Menuju Kedepan Mesin Hammer ... 93 Tabel 83. Penilaian Risiko Proses Material Cutting Panas Keluar dari Shooter


(20)

commit to user

xx

Tabel 84. Penilaian Risiko Proses Material Cutting Panas Keluar dari Shooter

Menuju Kedepan Mesin Hammer dengan Pengendalian

Tingkat Lanjut ... 93 Tabel 85. Penilaian Risiko Proses Menempa di Countour Siaghe danArauchi

untuk Produk Link ... 94 Tabel 86. Penilaian Risiko Proses Menempa di Countour Siaghe danArauchi

untuk Produk Link dengan Pengendalian yang Ada ... 95 Tabel 87. Penilaian Risiko Proses Menempa di Countour Siaghe danArauchi

untuk Produk Link dengan Pengendalian Tingkat Lanjut ... 95 Tabel 88. Penilaian Risiko Proses Menempa di Luar Countour untuk Produk

Roller (untuk Mesin Forging 6 TON CECO) ... 96 Tabel 89. Penilaian Risiko Proses Menempa di Luar Countour untuk Produk

Roller (untuk Mesin Forging 6 TON CECO) dengan

Pengendalian yang Ada ... 96 Tabel 90. Penilaian Risiko Proses Menempa di Luar Countour untuk Produk

Roller (untuk Mesin Forging 6 TON CECO) dengan Pengendalian

Tingkat Lanjut ... 97 Tabel 91. Penilaian Risiko Proses Menempa di Dalam Countour untuk Produk

Roller (untuk Mesin Forging 6 TON CECO) ... 97 Tabel 92. Penilaian Risiko Proses Menempa di Dalam Countour untuk Produk

Roller (untuk Mesin Forging 6 TON CECO) dengan Pengendalian

yang Ada ... 98 Tabel 93. Penilaian Risiko Proses Menempa di Dalam Countour untuk Produk


(21)

commit to user

xxi

Roller (untuk Mesin Forging 6 TON CECO) dengan Pengendalian

Tingkat Lanjut ... 98 Tabel 94. Penilaian Risiko Menyemprotkan Cairan Anti Lengket dan

Angin untuk Produk Roller (untuk Mesin Forging 6 TON CECO) . 99 Tabel 95. Penilaian Risiko Menyemprotkan Cairan Anti Lengket dan

Angin untuk Produk Roller (untuk Mesin Forging 6 TON CECO)

dengan Pengendalian yang Ada ... 99 Tabel 96. Penilaian Risiko Menyemprotkan Cairan Anti Lengket dan

Angin untuk Produk Roller (untuk Mesin Forging 6 TON CECO)

dengan Pengendalian Tingkat Lanjut ... 100 Tabel 97. Penilaian Risiko Product Forging Blank di Buang ke Depan Mesin

Hammer ... 100 Tabel 98. Penilaian Risiko Product Forging Blank di Buang ke Depan Mesin

Hammer dengan Pengendalian yang Ada ... 101 Tabel 99. Penilaian Risiko Product Forging Blank di Buang ke Depan Mesin

Hammer dengan Pengendalian Tingkat Lanjut ... 101 Tabel 100. Penilaian Risiko Proses Product Forging Blank di Buang ke

Samping di Luar Mesin Hammer ... 102 Tabel 101. Penilaian Risiko Proses Product Forging Blank di Buang ke

Samping di Luar Mesin Hammer dengan Pengendalian yang Ada 102 Tabel 102. Penilaian Risiko Proses Product Forging Blank di Buang

ke Samping di Luar Mesin Hammer dengan Pengendalian Tingkat


(22)

commit to user

xxii

Tabel 103. Penilaian Risiko Proses Mengambil Product Forging Blank dari

Luar Mesin ... 103 Tabel 104. Penilaian Risiko Proses Mengambil Product Forging Blank

dari Luar Mesin dengan Pengendalian yang Ada ... 103 Tabel 105. Penilaian Risiko Proses Mengambil Product Forging Blank

dari Luar Mesin dengan Pengendalian Tingkat Lanjut ... 104 Tabel 106. Penilaian Risiko Proses Mengambil Product Forging Blank dari

Dalam Mesin ... 104 Tabel 107. Penilaian Risiko Proses Mengambil Product Forging Blank dari

Dalam Mesin dengan Pengendalian yang Ada... 104 Tabel 108. Penilaian Risiko Proses Mengambil Product Forging Blank dari

Dalam Mesin dengan Pengendalian Tingkat Lanjut ... 105 Tabel 109. Penilaian Risiko Proses Trimming ... 105 Tabel 110. Penilaian Risiko Proses Trimming dengan Pengendalian yang Ada 105 Tabel 111. Penilaian Risiko Proses Trimming dengan Pengendalian Tingkat

Lanjut ... 106 Tabel 112. Penilaian Risiko Proses Produk di Buang ke Samping di

Dalam Mesin Trimming ... 106 Tabel 113. Penilaian Risiko Proses Produk di Buang ke Samping di Dalam

Mesin Trimming dengan Pengendalian yang Ada ... 106 Tabel 114. Penilaian Risiko Proses Produk di Buang ke Samping di Dalam

Mesin Trimming dengan Pengendalian Tingkat Lanjut ... 107 Tabel 115. Penilaian Risiko Proses Produk di Buang ke Samping di Luar


(23)

commit to user

xxiii

Mesin Trimming ... 107 Tabel 116. Penilaian Risiko Proses Produk di Buang ke Samping di Luar

Mesin Trimming dengan Pengendalian yang Ada ... 107 Tabel 117. Penilaian Risiko Proses Produk di Buang ke Samping di Luar

Mesin Trimming dengan Pengendalian Tingkat Lanjut ... 108 Tabel 118. Penilaian Risiko Proses Membuang Bari ... 108 Tabel 119. Penilaian Risiko Proses Membuang Bari dengan Pengendalian

yang Ada ... 108 Tabel 120. Penilaian Risiko Proses Membuang Bari dengan Pengendalian

Tingkat Lanjut ... 109 Tabel 121. Penilaian Risiko Proses Produk Masuk ke Dalam Quenching Oil 109 Tabel 122. Penilaian Risiko Proses Produk Masuk ke Dalam Quenching Oil

dengan Pengendalian yang Ada ... 109 Tabel 123. Penilaian Risiko Proses Produk Masuk ke Dalam Quenching Oil

dengan Pengendalian Tingkat Lanjut ... 110 Tabel 124. Penilaian Risiko Proses Produk Menuju ke Pallet Penampungan

di Luar Gedung ... 110 Tabel 125. Penilaian Risiko Proses Produk Menuju ke Pallet Penampungan

di Luar Gedung dengan Pengendalian yang Ada ... 111 Tabel 126. Penilaian Risiko Proses Produk Menuju ke Pallet Penampungan

di Luar Gedung dengan Pengendalian Tingkat Lanjut ... 111 Tabel 127. Penilaian Risiko Proses Palu Gantung ... 111 Tabel 128. Penilaian Risiko Proses Palu Gantung dengan Pengendalian


(24)

commit to user

xxiv

yang Ada ... 112 Tabel 129. Penilaian Risiko Proses Palu Gantung dengan Pengendalian


(25)

commit to user

xxv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Sadar Bahaya Lampiran 2. Verbatim

Lampiran 3. Surat Panggilan Praktek Kerja Lapangan

Lampiran 4. Jadwal Praktek Kerja Lapangan untuk Laporan Khusus Lampiran 5. Presensi Praktek Kerja Lapangan


(26)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pembangunan dewasa ini, telah mendorong kita untuk berusaha memajukan industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan Era Industrialisasi. Manusia terus berinovasi dan berkreasi untuk mengembangkan teknologi yang lebih canggih dan lebih memudahkan kerja manusia.

Perkembangan tersebut tak lain untuk lebih mengefektifkan dan

mengefisiensikan tenaga manusia. Salah satu perkembangan teknologi yang berperan besar dalam menggeser peradaban manusia menuju zaman modern sekarang ini adalah teknologi alat berat. Teknologi alat berat berperan dalam banyak bidang kehidupan. Setiap aktifitas yang melibatkan faktor manusia, mesin dan bahan serta melalui tahap-tahap proses memiliki resiko bahaya dengan tingkat resiko yang berbeda-beda yang memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja. Resiko kecelakaan kerja tersebut disebabkan karena adanya sumber-sumber bahaya akibat dari aktifitas kerja di tempat kerja. Pekerja merupakan aset perusahaan yang sangat penting dalam proses produksi, sehingga perlu diupayakan agar tingkat kesehatan tenaga kerja selalu dalam keadaan optimal.

Semua tempat kerja pasti terdapat sumber-sumber bahaya. Sumber bahaya perlu dikendalikan untuk mengurangi kecelakaan kerja. Untuk mengendalikan sumber bahaya tersebut, sumber bahaya harus ditemukan seperti


(27)

commit to user

2

menemukan bahaya di tempat kerja (genba) harus mengetahui situasi sebenarnya

(genjitsu) secara utuh yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, selanjutnya mengidentifikasi sumber bahaya potensial yang ada di tempat kerja (genba).

Seperti yang tercantum dalam Komatsu Way proses identifikasi bahaya dapat dipecahkan sampai ke akar permasalahan dengan cara mengulangi pertanyaan

”Kenapa?” hingga lima kali. Dari kegiatan identifikasi bahaya maka akan dilakukan evaluasi resiko. Menurut Ramli (2010), Risiko yang telah diketahui besar dan potensi akibatnya harus dikelola dengan tepat, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan kondisi perusahaan. Pengendalian resiko dapat dilakukan dengan berbagai pilihan.

PT. Komatsu Forging Indonesia terdiri dari beberapa Line Production, salah satunya adalah Forging Line. Di Forging Line terdapat aktivitas-aktivitas yang mengandung hal-hal yang berpotensi menimbulkan bahaya dan kecelakaan pada tenaga kerja yang bekerja di Line tersebut. Maka identifikasi bahaya dan penilaian risiko merupakan program yang wajib untuk dilaksanakan guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan menjaga citra perusahaan. Melihat

pentingnya pengendalian kecelakaan kerja maka penulis mencoba

mengidentifikasi sumber-sumber bahaya dan usaha pengendaliannya pada

Forging Line, melalui laporan dengan judul ”Identifikasi Bahaya dan

Pengendalian Resiko di Forging Line PT. Komatsu Forging Indonesia


(28)

commit to user

3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa saja sumber bahaya yang terdapat di Forging Line PT. Komatsu Forging Indonesia?

2. Bagaimana langkah identifikasi bahaya di Forging Line PT. Komatsu Forging Indonesia?

3. Bagaimana usaha pengendalian terhadap bahaya yang ada bahaya di Forging

Line PT. Komatsu Forging Indonesia?

C. Tujuan

Tujuan pelaksanaan magang yang dilakukan penulis di PT. Komatsu Forging Indonesia adalah :

1. Mengidentifikasi sumber bahaya yang terdapat di Forging Line. 2. Mendeskripsikan langkah identifikasi bahaya di Forging Line.

3. Menilai risiko dari sumber bahaya yang timbul dari segala aktivitas di

Forging Line.

4. Mendeskripsikan dan merencanakan langkah pengendalian terhadap sumber bahaya yang terdapat di Forging Line.


(29)

commit to user

4

D. Manfaat

1. Bagi Perusahaan

Memberikan gambaran tentang potensi bahaya yang ada di forging line

secara lebih jelas dan mengusahakan upaya pengendalian potensi bahaya untuk menurunkan tingkat resiko terhadap aspek keselamatan kerja di line

tersebut.

2. Bagi Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas pembekalan pengetahuan di bangku perkuliahan tentang Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko.

3. Bagi Penulis

Meningkatkan wawasan dalam mengidentifikasi potensi dan faktor-faktor bahaya yang ada di tempat kerja yang diobservasi secara langsung, sehingga dapat merencanakan tindakan pengendalian agar kecelakaan tidak terjadi.


(30)

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tempat Kerja

a. Definisi Tempat Kerja

Tempat kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenga kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan sesuatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya (menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja).

b. Ruang Lingkup Tempat Kerja

Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau berhubungan dengan tempat kerja

2. Keselamatan Kerja

a. Pengertian Umum Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaannya (Suma’mur, 1996).


(31)

commit to user

6

Sasaran keselamatan kerja adalah segala tempat kerja baik di darat, di

dalam tanah, di permukaan air maupun di udara (Suma’mur, 1996).

Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa (Suma’mur, 1996).

Keselamatan kerja adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan ini, bahaya yang dapat timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental dari pekerjaannya, harus sejauh mungkin diberantas dan atau dikendalikan

(Suma’mur, 1996).

Keselamatan kerja juga dimaksudkan untuk memberikan

perlindungan kepada tenaga kerja, yang menyangkut aspek keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja, perlakuan sesuai martabat manusia dan moral agama. Hal tersebut dimaksudkan agar para tenga kerja secara aman dapat melakukan pekerjaannya guna meningkatkan hasil kerja dan produktivitas kerja. Dengan demikian, para tenaga kerja harus memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan kesehatannya di salam setiap pelaksanaan pekerjaannya sehari-hari (Tarwaka, 2008).

b. Tujuan Keselamatan Kerja

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas nasional.


(32)

commit to user

7

3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien

(Suma’mur, 1996).

c. Syarat-syarat keselamatan kerja dimaksudkan untuk:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

3. Memberi kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang membahayakan.

4. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

5. Memberi alat pelindung diri pada para pekerja.

6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, aliran udara, cuaca, sinar radiasi, kebisingan, dan getaran.

7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.

8. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

9. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik.

10.Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

11.Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban. 12.Menerapkan ergonomi di tempat kerja.

13.Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang dan barang.

14.Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.


(33)

commit to user

8

16.Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang

bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi (Tarwaka, 2008).

3. Kecelakaan Kerja

a. Definisi

Kecelakaan menurut Suma’mur (1996) adalah kejadian yang tidak

terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat.

Kecelakaan kerja menurut Tarwaka (2008) adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. Dengan demikian kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

1) Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan.

2) Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental.

3) Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja.


(34)

commit to user

9

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.

Secara umum menurut Tarwaka (2008). Penyebab kecelakaan kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Sebab Dasar atau Asal Mula.

Sebab dasar merupakan sebab atau faktor yang mendasari secara umum terhadap kejadian atau peristiwa kecelakaan. Sebab dasar kecelakaan kerja di industri antara lain meliputi faktor:

(a)Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pimpinan perusahaan dalam upaya penerapan K3 di perusahaannya.

(b)Manusia atau para pekerjanya sendiri.

(c)Kondisi tempat kerja, sarana kerja dan lingkungan kerja.

2) Sebab Utama.

Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya faktor dan persyaratan K3 yang belum dilaksanakan secara benar. Sebab utama kecelakaan kerja meliputi faktor:

(a) Faktor manusia (tindakan tidak aman atau unsafe action)

Tindakan berbahaya dari para tenaga kerja yang mungkin dilatar belakangi oleh berbagai sebab antara lain:

(1) Kekurangan pengetahuan dan ketrampilan


(35)

commit to user

10

(3) Ketidak fungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak (4) Kelelahan dan kejenuhan

(5) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman

(6) Kebingungan dan stress akibat prosedur kerja yang baru belum dipahami

(7) Belum menguasai atau belum terampil dengan peralatan atau mesin-mesin baru

(8) Penurunan konsentrasi dari tenaga kerja saat melakukan pekerjaan

(9) Sikap masa bodoh dari tenaga kerja

(10)Kurang adanya motivasi kerja dari tenaga kerja (11)Kurang adanya kepuasan kerja

(12)Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri

(b) Faktor lingkungan (kondisi tidak aman atau unsafe condition)

Yaitu kondisi tidak aman dari mesin, peralatan, pesawat, bahan, lingkungan atau tempat kerja, proses kerja, sifat pekerjaan dan sistem kerja. Lingkungan dalam artian luas dapat diartikan tidak saja lingkungan fisik, tetapi juga faktor-faktor yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang lalu maupun sesaat sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja, hubungan sesama pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu konsentrasi.


(36)

commit to user

11

(c) Interaksi manusia dan sarana pendukung

Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja merupakan penyebab kecelakaan. Apabila interaksi antara keduanya tidak sesuai maka akan menyebabkan terjadinya suatu kesalahan yang mengarah kepada terjadinya kecelakaan kerja. Dengan demikian penyediaan sarana kerja yang sesuai kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia, harus sudah dilaksanakan sejak desain sistem kerja. Satu pendekatan yang Holistic, Sistemic dan Interdisiplinary harus diterapkan untuk mencapai hasil yang optimal, sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah sedini mungkin. Kecelakaan kerja akan terjadi apabila terdapat kesenjangan atau ketidakharmonisan interaksi antara manusia dengan tugas dengan peralatan kerja dengan lingkungan kerja dalam suatu organisasi kerja.

b. Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja

Setiap kecelakaan adalah malapetaka, kerugian dan kerusakan kepada manusia, harta benda atau properti dan proses produksi. Implikasi yang berhubungan dengan kecelakaan sekurang-kurangnya berupa gangguan kinerja perusahaan dan penurunan keuntungan perusahaan. Pada dasarnya, akibat dari peristiwa kecelakaan dapat dilihat dari besar kecilnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya suatu peristiwa kecelakaan. Pada umumnya kerugian akibat kecelakaan kerja cukup besar dan dapat mempengaruhi upaya peningkatan produktivitas perusahaan. Menurut Tarwaka (2008), secara garis besar kerugian akibat kecelakaan kerja dapat dikelompokkan menjadi:


(37)

commit to user

12

1) Kerugian atau biaya langsung (direct costs)

Menurut Tarwaka (2008), kerugian atau biaya langsung (direct costs) yaitu suatu kerugian yang dapat dihitung secara langsung dari mulai terjadi peristiwa sampai dengan tahap rehabilitasi. Seperti:

a) Penderitaan tenaga kerja yang mendapat kecelakaan dan keluarganya b) Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan

c) Biaya pengobatan dan perawatan

d) Biaya rumah sakit

e) Biaya kompensasi pembayaran asuransi kecelakaan

f) Upah selama tidak mampu bekerja

g) Biaya perbaikan peralatan yang rusak

2) Kerugian atau biaya tidak langsung (indirect costs)

Menurut Tarwaka (2008), kerugian atau biaya tidak langsung (indirect costs) yaitu suatu kerugian berupa biaya yang dikeluarkan meliputi suatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya kecelakaan, biaya tidak langsung ini mencakup:

a) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mendapat kecelakaan b) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain

c) Terhentinya proses produksi sementara, kegagalan pencapaian target, kehilangan bonus

d) Kerugian akibat kerusakan mesin

e) Biaya penyidikan dan sosial lainnya, seperti: menyelidiki sebab terjadinya kecelakaan, menunjuk tenaga kerja lain untuk meneruskan


(38)

commit to user

13

pekerjaan tenaga kerja yang menderita kecelakaan, merekrut dan melatih tenaga kerja baru, timbulnya ketegangan dan stress serta menurunnya moral tenaga kerja.

Pada umumnya kita hanya terfokus pada kerugian atau biaya langsung, padahal kerugian atau biaya tidak langsung lebih besar dan mempunyai dampak yang lebih luas. Hal ini dapat dilihat dari ”Fenomena Gunung Es” dimana puncak gungung es yang terpendam didalamnya dan belum kelihatan pada saat kejadian. Dengan demikian jelas bahwa di samping kerugian langsung akibat kejadian kecelakaan, kerugian yang tidak langsung harus mendapatkan perhatian yang serius karena sangat mempengaruhi kelangsungan proses produksi perusahaan secara keseluruhan (Tarwaka, 2008).

Keterangan:

A : Biaya Langsung B : Biaya Tidak Langsung

G

Gambar 1. Teori Fenomena Gunung Es Sumber : Tarwaka, 2008

c. Pencegahan Kecelakaan Kerja

Menurut Silalahi (1995), bahwa teknik pencegahan kecelakaan harus didekati dengan dua aspek, yakni


(39)

commit to user

14

1) Aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin dan letak) 2) Aspek perangkat lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan)

Menurut Suma’mur (1996), kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan 12 hal berikut:

1) Peraturan Perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya. Perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PAK dan pemeriksaan kesehatan.

2) Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi mengenai masalah syarat-syarat keselamatan sesuai intruksi peralatan industri dan alat pelindung diri (APD).

3) Pengawasan, agar ketentuan UU wajib dipatuhi

4) Penelitian bersifat tekhnik, misalnya tentang bahan-bahan yang

berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan dan peralatan lainnya.

5) Riset medis, terutama meliputi tentang pola-pola kewajiban yang mengakibatkan kecelakaan.

6) Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola-pola kewajiban yang mengakibatkan kecelakaan.

7) Penelitian secara statistic, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi


(40)

commit to user

15

9) Latihan-latihan

10)Penggairahan, pendekatan lain agar bersikap yang selamat

11)Asuransi, yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan.

12)Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan

4. Bahaya

a. Definisi bahaya

Bahaya atau Hazard adalah semua sumber atau situasi yang berpotensi mengakibatkancidera atau sakit pada manusia, kerusakan properti, kerusakan terhadap lingkungan maupun gangguan proses atau kombinasi diantara hal-hal tersebut (Team HIRA KOFI, 2007).

Bahaya adalah sesuatu atau sumber yang berpotensi menimbulkan cedera atau kerugian baik itu pada manusia, proses, properti maupun lingkungan (Kountur, 2008).

Bahaya di lingkungan kerja adalah segala kondisi yang dapat memberi pengaruh yang merugikan terhadap kesehatan atau kesejahteraan orang yang terpajan di lingkungan kerja. Faktor bahaya di lingkungan kerja meliputi faktor Kimia, Biologi, Fisika, Fisiologi dan Psikologi (Suma’mur, 2009).

Ancaman bahaya lainnya adalah hal-hal berbahaya lainnya yang dapat melukai atau mengakibatkan sakit. Bahaya ini terkadang tidak tampak jelas karena tidak mengakibatkan masalah kesehatan dalam jangka waktu yang relatif pendek. Contoh: kebisingan, penyakit menular atau gerakan yang


(41)

commit to user

16

berulang-ulang. Pekerja tidak dapat dilindungi apabila bahaya yang ada belum diidentifikasi dan dievaluasi (Suma’mur, 2009).

b. Potensi Bahaya

Potensi bahaya (hazard) ialah suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi dapat menimbulkan cedera, penyakit, kerusakan asset perusahaan dan pencemaran lingkungan kerja (Team HIRA KOFI, 2007).

Menurut Tarwaka (2008), bahwa potensi bahaya (hazard) adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan

dengan proses dan system kerja. Hazard mempunyai potensi untuk

mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada:

1) Manusia baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan

2) Property termasuk peralatan kerja dan mesin-mesin

3) Lingkungan, baik di dalam maupun di luar perusahaan

4) Kualitas produk barang dan jasa

5) Nama baik perusahaan

5. Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja. Suatu bahaya di tempat kerja mungkin nampak jelas dan kelihatan, seperti:


(42)

commit to user

17

sebuah tangki berisi bahan kimia, atau mungkin juga tidak nampak dengan jelas atau tidak kelihatan, seperti: radiasi, gas pencemar di udara (Tarwaka, 2008).

Menurut Tarwaka (2008), bahwa proses identifikasi bahaya dapat dilakukan dengan urutan:

a. Membuat daftar semua objek meliputi mesin, peralatan kerja, bahan, proses kerja, system kerja dan kondisi kerja yang ada di tempat kerja.

b. Memeriksa semua objek yang ada ditempat kerja

c. Melakukan wawancara dengan tenaga kerja yang bekerja di tempat kerja yang berhubungan dengan objek-objek tersebut.

d. Mereview kecelakaan, catatan P3K dan informasi lainnya. e. Mencatat seluruh bahaya yang telah teridentifikasi.

Kesuksesan ini dapat dilihat bila seluruh risiko di tempat kerja dapat teridentifikasi dangan sempurna. Tujuan dilakukan identifikasi bahaya adalah untuk mengenali seluruh macam bahaya yang ada di tempat kerja, sehingga dapat dilakukan pengendalian terhadap bahaya tersebut (Ramli, 2010).

Hal yang dilihat dalam mengidentitikasi bahaya adalah : 1) Apa yang terjadi

Dalam melakukan identifikasi bahaya perlu diungkap dengan detail tentang apa yang dapat terjadi dan dampak apa yang timbul dari kejadian tersebut.

2) Bagaimana dan mengapa hal itu dapat terjadi

Dalam kegiatan identifikasi perlu juga dilihat bagaimana kejadian itu dapat terjadi dengan membuat skenario kejadian dan juga perlu dilihat


(43)

commit to user

18

penyebab dari kejadian tersebut. Dalam mengidentifikasi bahaya dapat dilakukan dengan beberapa alat atau instrument yang berguna untuk memudahkan mengenali komponen di atas.

6. Penilaian Risiko

Risiko adalah manifestasi atau perwujudan potensi bahaya yang mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar. Tergantung dari cara pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari tingkat yang ringan sampai yang berat. Dampak kerugian finansial akibat peristiwa kecelakaan kerja, gangguan kesehatan atau sakit akibat kerja, kerusakan atau kerugian aset produksi, biaya premi asuransi, moral kerja dan sebagainya sangat mempengaruhi produktivitas dan keuntungan perusahaan. Melalui analisis dan penilaian potensi bahaya dan tingkat risiko, diupayakan tindakan mengeliminasi atau pengendalian agar tidak menjadi bencana atau kerugian.

Tingkat risiko merupakan kombinasi dari empat hal, yaitu konsekuensi yang dapat terjadi pada suatu aktifitas atau tingkat keparahan yang dapat ditimbulkan, dan kemungkinan konsekuensi tersebut terjadi pada saat melakukan aktivitas yang dimaksud, dan frekuensi pelaksanakan aktivitas yang dimaksud serta jumlah orang yang terkena dampak.

Setelah diketahui berbagai potensi bahaya yang ada di lingkungan pekerjaan selanjutnya perlu diadakan penilaian risiko tersebut untuk menentukan tindakan pengendalian sesuai prioritas apakah risiko tersebut cukup besar dan memerlukan pengendalian langsung atau dapat ditunda.


(44)

commit to user

19

Penilaian risiko pada hakikatnya merupakan proses untuk menentukan pengaruh atau akibat pemaparan potensi bahaya yang dilaksanakan melalui tahap atau langkah yang berkesinambungan. Oleh karenanya dalam melakukan penilaian risiko ada dua komponen yang utama yaitu:

a. Analisis Risiko.

Dalam kegiatan ini, semua jenis bahaya, risiko yang bisa terjadi, kontrol atau proteksi yang sudah ada, peluang terjadinya risiko, akibat yang mungkin timbul serta jumlah orang yang terpapar, dibahas secara rinci dan dicatat selengkap mungkin.

Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Depnaker RI, 2002).

Analisa risiko adalah suatu kegiatan sistematik dengan menggunakan informasi yang ada untuk mendeterminasi seberapa tingkat keparahan dan tingkat keseringan suatu kejadian yang muncul (Ramli, 2010)

Tujuan dilakukannya analisis risiko adalah untuk memisahkan antara risiko kecil dengan risiko besar yang kemudian dapat digunakan sebagai evaluasi dan pertimbangan perlakuan pengendalian (Ramli, 2010)

Dengan kegiatan ini bahaya dapat diketahui lebih detail dan juga lebih spesifik. Dasar dari analisa risiko ini adalah melakukan estimasi kombinasi dari tingkat keparahan dan tingkat keseringan dari bahaya yang timbul (Silalahi, 1995). Hal yang harus diperhatikan dalam menganalisa risiko adalah:


(45)

commit to user

20

1) Menentukan pengendalian yang ada

Dalam melakukan estimasi ini harus mempertimbangkan pengendalian yang telah dilakukan. Pada pengendalian ditentukan bagaimana bentuk pengendalian bahaya dan upaya minimalisasi dampak yang telah dilakukan. Pengendalian ini kemudian dibandingkan dengan standar keselamatan yang ada. Dari perbandingan yang telah dilakukan tersebut akhirnya dapat dilihat seberapa efektif bahaya dapat dikendalikan dan kemungkinan bahaya tersebut muncul.

2) Probability (keseringan) dan Severity (kaparahan)

Probability adalah hasil dari suatu yang diekspresikan dalam bentuk kualitatif atau kuantitatif, umumnya berupa kehilangan, cidera, atau kerugian material. Probability dibedakan menurut risiko yang dinilai. Contoh indikator untuk ukuran konsekuensi antara lain :

a) Risiko keselamatan seperti kematian, cidera, hilangnya waktu kerja, kerusakan harta benda, kerugian produktifitas dan penjualan.

b)Risiko kesehatan seperti kasus kanker kasus bahaya non kanker, misalnya gangguan pernapasan, sistem syaraf, dan reproduksi.

c) Risiko lingkungan seperti kepunahan spesies dan keanekaragaman, perubahan habitat dan ekosistem, kerusakan sumber daya alam. d)Risiko kesejahteraan masyarakat seperti keterbatasan pemakaian

sumber daya, bau tidak sedap, penurunan pandangan estetika, nilai

property.


(46)

commit to user

21

Severity adalah tingkat kaparahan terjadinya loss, injury,

timbulnya dampak kesehatan atau ke:ugian material. Severity merupakan diskripsi kualitatif dari tingkat kemungkinan atau frekuensi. Untuk menghindari bias dalam menentukan severity, sumber informasi terbaik yang dapat digunakan berupa :

a) Catatan masa lalu b)Pengalaman serupa

c) Literatur yang berhubungan dengan kegiatan penelitian d)Tes pemasaran dan penelitian pasar

e) Experimen dan prototype

f) Model ekonomi, model teknik atau model lain g)Pemikiran ahli dan pakar

Dalam menentukan probability, exposure dan severity dapat dilakukan dengan berbagai estimasi. Menurut Ramli (2010), hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan estimasi meliputi :

a) Estimasi probability (keseringan)

(1) Probabilitas dengan skala kemunculan singkat (accident)

Pada pelaksanaannya probabilitas dengan skala kemunculan singkat hanya dapat diestimasi berdasarkan pengalaman personal, intuisi dan pengalaman dari kejadian yang tidak dilaporkan. Sumber informasi tentu saja dari orang yang pernah mengalami kejadian. Jika suatu kejadian belum pernah dilakukan


(47)

commit to user

22

sebelumnya, informasi dapat diperoleh dari pengalaman dengan jenis pekerjaan yang sama berdasarkan data luar.

(2) Probabilitas dengan skala kemunculan panjang

Untuk mengestimasi probabilitas dengan skala kemunculan yang panjang seperti penyakit kronik perlu dilakukan survey proporsi dari group yang terpajan, intensitas dan durasi dan faktor-faktor lain yang terlibat dalam pajanan.

b) EstimasiExposure

(1) Exposure dengan skala kemunculan singkat (accident)

Lain halnya dengan probabilitas, exposure dengan skala kemunculan singkat (accident) lebih mudah diestimasi atau diukur. Estimasi exposure ini merupakan kalkulasi dari beberapa pekerjaan yang dilakukan dalam suatu waktu.

(2) Exposure dengan skala kemunculan panjang

Faktor yang perlu diperhatikan dalam mengestimasi

exposure dengan skala pcngukuran panjang adalah mekanisme kemunculan dari kontaminan dan intensitas, durasi dari pajanan. c) Severity (Keparahan)

Bentuk severity yang diakibatkan dapat berupa Injury/cidera efek kesehatan, sakit kesakitan, trauma dan psycological upset,

kehilangan kesenangan hidup masa depan, kehilangan kapasitas dan potensial masa depan, kehilangan kapasitas dan kehilangan masa depan, kerugian finansial yang nyata.


(48)

commit to user

23

b. Evaluasi Tingkat Risiko.

Dalam kegiatan ini dilakukan prediksi tingkat risiko melalui evaluasi yang akurat dan merupakan langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian tingkat risiko. Kualifikasi dan kuantifikasi risiko dikembangkan dalam proses tersebut (Ramli, 2010).

Tabel.1 Tabel Faktor Risiko


(49)

commit to user

24

Gambar 2. Matrixs Faktor Kemungkinan dan Angka Kerugian

Faktor Kemungkinan

AK A B C D

IV 2 3 4 5

III 1 2 3 4

II 1 1 2 3

I 0 1 1 2

Sumber : PT. Komatsu Indonesia pada tanggal 15 Maret 2011

7. Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan melalui berbagai metode, yang meliputi :

a. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, substitusi, isolasi, ventilasi, higiene dan sanitasi.

b. Pendidikan dan pelatihan

c. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif dan motivasi diri.

d. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi

e. Penegakan hukum

Pengendalian risiko meliputi identifikasi alternatif-alternatif pengendalian risiko, analisis-analisis pilihan yang ada, rencana pengendalian dan pelaksanaan pengendalian (Kountour, 2008). Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan:


(50)

commit to user

25

a. Penghindaran risiko

Beberapa pertimbangan penghindaran risiko antara lain:

1) Keputusan untuk menghindari atau menolak risiko sebaiknya

memperhatikan informasi yang tersedia dan biaya pengendalian risiko. 2) Kemungkinan kegagalan pengendalian risiko.

3) Kemampuan sumber daya yang ada tidak memadai untuk pengendalian.

4) Penghindaran risiko lebih menguntungkan dibandingkan dengan

pengendalian risiko yang dilakukan sendiri. 5) Alokasi sumber daya tidak terganggu. b. Mengurangi probabilitas

Tindakan untuk mengurangi probabilitas antara lain :

1) Audit dan pemenuhan program

2) Kondisi perjanjian

3) Tinjauan secara formal pada keperluan, spesifikasi, desain engineering dan operasi

4) Inspeksi dan pengendalian proses

5) Investasi dan manajemen dokumen

6) Manajemen proyek

7) Upaya pencegahan

8) Jaminan kualitas manajemen dan standart

9) Penelitian, pengembangan dan pengendalian teknologi 10)Struktur pelatihan dan program lain


(51)

commit to user

26

12)Percobaan

13)Penataan organisasi 14)Pengendalian teknis c. Mengurangi severity

Tindakan-tindakan untuk mengurangi severity antara lain :

1) Perencanaan kemungkinan

2) Pengaturan sesuai kontrak 3) Kondisi kontrak

4) Corak desain

5) Rencana memperbaiki kerusakan

6) Struktural dan rancang bangun

7) Pengurangan bahaya dari sumber risiko

8) Hubungan publik

Apabila suatu risiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah diidentifikasi dan dinilai, maka pengendalian risiko harus diimplementasikan untuk mengurangi risiko sampai batas-batas yang dapat diterima berdasarkan ketentuan peraturan dan standar yang berlaku. Pengendalian risiko dapat mengikuti pendekatan hirarki pengendalian (Hirarchy of Control). Hirarki pengendalian risiko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan. Hirarki pengendalian risiko menurut Tarwaka (2008), antara lain :


(52)

commit to user

27

a. Eliminasi (Elimination)

Eliminasi adalah menghilangkan atau meniadakan suatu bahan atau tahapan proses yang berbahaya. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan objek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan atau standar baku K3 atau kadarnya melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) diperkenankan. Eliminasi adalah cara pengendalian risiko yang paling baik, karena risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja ditiadakan.

b. Substitusi (Substitution)

Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan dan perlatan yang lebih berbahaya dengan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih diterima. Misalnya:

1) Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta. 2) Proses menyapu diganti dengan proses vakum.

3) Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen. 4) Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan c. Rekayasa teknik (Engineering Control)

Pengendalian atau rekayasa teknik termasuk merubah struktur objek kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan, pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor beton, pemberian alat bantu mekanik, pemberian


(53)

commit to user

28

absorben suara pada dinding ruang mesin yang menghasilkan kebisingan tinggi.

d. Isolasi (Isolation)

Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan seseorang dari objek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat tertutup (control room).

e. Pengendalian Administrasi (Administration Control)

Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Metode pengendalian ini sangat tergantung dari perilaku pekerjanya dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian administrasi ini. Metode ini meliputi rekruitmen tenaga kerja baru sesuai jenis pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan, penerapan prosedur kerja, pengaturan kembali jadwal kerja, training keahlian dan training K3.

f. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)

Alat pelindung diri (APD) merupakan sarana pengendalian yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara jika sistem pengendalian yang lebih permanen belum dapat diimplementasikan. APD merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem pengendalian risiko di tempat kerja. Selain itu APD juga mempunyai beberapa kelemahan antara lain:

1) APD tidak menghilangkan risiko bahaya yang ada, tetapi hanya


(54)

commit to user

29

diterima. Bila penggunaan APD gagal, maka secara otomatis bahaya yang ada akan mengenai tubuh pekerja.

2) Penggunaan APD dirasakan tidak nyaman, karena kekurangleluasaan

gerak pada waktu kerja dan dirasakan adanya beban tambahan karena harus dipakai selama bekerja.

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 3. Kerangka Pemikiran AMAN

Pengendalian Risiko Penilaian Risiko

Potensi Bahaya Faktor Bahaya

Tempat Kerja


(55)

commit to user

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu memberikan gambaran secara jelas suatu masalah dan keadaan berdasarkan data-data yang sebenarnya. Sehingga hanya merupakan penyingkapan suatu fakta dan data yang diperoleh digunakan sebagai bahan penulisan laporan (Narbuko,2005). Dan dilaporan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang identifikasi bahaya dan pengendalian risiko di forging line sebagai salah satu langkah awal untuk mencegah timbulnya risiko berdasarkan hasil evaluasi yang diperoleh.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di salah proses kerja yaitu forging line PT. Komatsu Forging Indonesia di Jalan Jababeka XI Blok H-15, Kawasan Industri Jababeka, Cikarang Utara, Bekasi, Jawa Barat.

C. Objek Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian

Sebagai obyek penelitian adalah proses produksi forging di PT. Komatsu Forging Indonesia yang meliputi proses Cutting, Material Heating, Forging dan


(56)

commit to user

31

Trimming yang selanjutnya dilakukan identifikasi bahaya dan pengendalian risiko.

D. Sumber Data

Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan data-data sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Untuk memperoleh data ini menggunakan 3 cara:

a. Wawancara

Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara lisan, dalam pelaksanaan penelitian dengan mengadakan tanya jawab dengan pembimbing, staff perusahaan maupun tenaga kerja di lapangan.

b. Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data dengan mengamati segala sesuatu yang ada. Dalam pelaksanaan penelitian dengan mengadakan pengamatan langsung di tempat kerja (genba) yang dilakukan selama magang. Dengan alat observasi Anecdotal Record yaitu dengan mencatat mengenai kejadian dan kegiatan yang dianggap peneliti penting (Narbuko,2005).


(57)

commit to user

32

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencatat data-data penemuan hasil identifikasi bahaya di tempat kerja dan data riwayat kecelakaan pekerja forging section.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang sedang diteliti dan diperoleh dari arsip-arsip perusahaan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini penulis dapatkan melalui : 1. Observasi dan Penilaian

Menganalisis obyek penelitian maka penulis mengadakan observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke semua Forging Line di PT. Komatsu Forging Indonesia.

2. Wawancara

Melakukan wawancara dan diskusi dengan pihak-pihak yang terkait dan berwenang dalam proses identifikasi bahaya dan pengendalian risiko di PT. Komatsu Forging Indonesia.

3. Kuesioner

Membuat serangkaian pertanyaan mengenai masalah bahaya yang ada di tempat kerja yang disebarkan kepada member forging section. Tujuan dilakukannya pemberian kuesioner kepada pekerja adalah untuk


(58)

commit to user

33

memperoleh informasi yang relevan serta memperoleh informasi mengenai masalah kesadaran bahaya pekerja secara serentak

D.Pelaksanaan

Kegiatan Magang dilaksanakan dari hari pertama hari Rabu tanggal 16 Februari sampai tanggal 1 April 2011. Pada tahap pelaksanaan meliputi :

1. Penjelasan dan orientasi latar belakang dan keadaan yang sebenarnya tentang perusahaan tempat diadakannya Magang.

2. Observasi secara umum mengenai kondisi perusahaan. Meliputi proses

produksi, mesin, alat bantu, bahan utama dan hasil samping yang dilaksanakan pada tanggal 16-18 Februari 2011.

3. Observasi secara spesifik yaitu mengidentifikasi bahaya dan penilaian resiko di forging line yang dilaksanakan pada tanggal 21 Februari - 11 Maret 2011.

4. Penyebaran kuesioner Sadar Bahaya yang dilaksanakan pada tanggal 9 Maret

2011.

5. Wawancara dengan member section forging yang dilaksanakan pada tanggal

9 - 14 Maret 2011.

6. Diskusi dengan pembimbing dan manager forging mengenai pengendalian risiko yang dapat diterapkan oleh PT. Komatsu Forging Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 14 - 18 Maret 2011.

7. Pencarian data pelengkap melalui arsip-arsip atau dokumen perusahaan dan buku-buku referensi yang ada di EHS Section.


(59)

commit to user

34

E.Analisis Data

Data yang diperoleh penulis kemudian dianalisa dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER.05/MEN/1996 untuk mengetahui dan menentukan potensi bahaya atau penyebab kecelakaan beserta sumbernya dengan menggunakan tabel matrik, kemudian ditinjau upaya pengendalian terhadap potensi bahaya yang telah teridentifikasi disesuaikan dengan hirarki pengendalian.


(60)

commit to user

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian dan observasi di lapangan mengenai Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko di Forging Line PT. Komatsu Forging Indonesia, diperoleh hasil sebagai berikut.

1. Proses Produksi

Forging adalah proses utama PT. Komatsu Forging Indonesia, dimana material dirubah menjadi produk setengah jadi. Didalam proses forging tersebut banyak mengandung faktor dan potensi bahaya ataupun keadaan nearmiss yang kadang kurang disadari oleh para tenaga kerja. Adapun proses di forging line antara lain adalah sebagai berikut:

a. Forging

1) Cutting

Cutting adalah proses memotong raw material atau round bar menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai dengan dimensi yang diperlukan, proses pemotongan ini menggunakan mesin Sharing

(Manyo) yang terdapat di factory I sebanyak 2 mesin, factory II sebanyak 2 mesin dan di factory V sebanyak 1 mesin sedangkan mesin Band Saw (Mega H-460 A) berjumlah 4 mesin yang terdapat di factory IV. Hasil potongan raw material atau round bar dengan


(61)

commit to user

36

kedua mesin ini berbeda. Hasil potongan raw material atau round bar dengan mesin Band Saw (Mega H-460 A) tepinya lebih rata dan halus dibandingkan dengan hasil pemotongan dengan mesin

Sharing (Manyo).

Dengan Bandsaw Dengan Sharing

Gambar 4. Hasil Potongan dengan Mesin Bandsaw dan Sharing Sumber : Forging Section, 2011

2) Material heating

Setelah raw material atau round bar dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai dengan dimensi yang diperlukan, cut pieces

sebutan untuk material yang telah dipotong akan dipanaskan dengan mesin Billet Heater yang suhunya 11500C-12500C, untuk raw material yang ukuran diameternya terlalu besar proses Heating ini dilakukan dengan mesin Batch Furnace atau Bachiro (dapur pemanas dengan suhu 13500C). Hal ini dikarenakan ukuran cut pieces tidak cukup untuk masuk ke dalam mesin Billet Heater. Mesin Forging yang biasanya menggunakan Batch Furnace atau Bachiro untuk proses Heating adalah Mesin 6 TON CECO di factory 4.


(62)

commit to user

37

Mesin Billet Heater Batch Furnace

Gambar 5. Mesin Billet Heater dan Batch Furnace

Sumber : Forging Section, 2011 3) Hammering

Material yang sudah dipanaskan tersebut selanjutnya akan dicetak menjadi produk forging blank dengan menggunakan Dies

atau cetakan yang telah diinstal pada mesin Hammer sesuai dengan dimensinya. Alat bantu yang digunakan dalam penempaan adalah

hashi atau tang penjepit. Mesin Hammer di PT. Komatsu Forging Indonesia mempunyai kapasitas tempa yang berbeda-beda tiap mesinnya. Di PT. Komatsu Forging Indonesia memiliki 8 mesin hammer, antara lain:

a) Factory I : 2,5 TON CECO dan 3 TON NITTAN. b) Factory II : 3 TON LASCO dan 1,3 TON MAX 55E. c) Factory IV : 6 TON CECO.

d) Factory V : 2,5 TON MAX 110-S1, 2,5 TON MAX 110-S2 dan 3 TON NEWTON 13000E.


(63)

commit to user

38

Mesin Hammer Material heating

Product after forging

Gambar 6. Mesin Hammer, Material Heating dan Produk Setelah Forging

Sumber : Forging Section,2011 4) Trimming

Proses setelah penempaan adalah proses Trimming. Material yang telah ditempa menghasilkan sisa atau lelehan ditepinya, sisa tersebut akan dipotong dengan mesin Trimming. Proses Trimming ini akan menghasilkan limbah yang disebut limbah bari.

Mesin Trimming Before Trimming

After trimming

Gambar 7. Mesin Trimming, Produk Sebelum dan Setelah Trimming Sumber : Forging Section, 2010


(1)

commit to user

126

Dari pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh penulis, para member selalu memakai Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap setiap bekerja serta merawatnya dengan baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa member telah memenuhi kewajibannya seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Bab VIII Mengenai Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja Pasal 12 huruf b yaitu kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

Dari pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh penulis, para member mengetahui bahaya disekitar pekerjaannya, sadar bila melakukan tindakan tidak aman dan sadar bila disekitarnya ada kondisi tidak aman. Kesadaran tersebut tidak lepas dari peranan atasan atau pengurus. Atasan atau pengurus selalu memberikan pembinaan kepada membernya, pembinaan dilakukan untuk member baru dan member lama. Pembinaan yang dilakukan pihak perusahaan diharapkan agar member mampu bekerja secara aman dan kecelakaan kerja dapat diminimalisir. Hal tersebut telah memenuhi Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Bab V Mengenai Pembinaan Pasal 9 yaitu pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :

a. Kondisi dan bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya. b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam

tempat kerjanya.


(2)

commit to user

127

d. Cara-cara dan sikap kerja yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya. Dari pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh penulis, para member selalu melapor kepada atasan bila ada masalah produksi dan sebaliknya atasan juga selalu meminta masukkan atau saran dari member.

Menurut Suma’mur 1993 hal ini merupakan hubungan mengenai komunikasi

dan keselamatan. Dalam industri, bentuk komunikasi di dalam suatu sistem biasanya dirumuskan dengan ketentuan-ketentuan resmi. Bentuk komunikasi seperti ini yang biasanya menghambat kelancaran komunikasi atas laporan masalah yang ada. Untuk itu member dan atasannya terkadang mengunakan komunikasi tidak resmi, karena komunikasi yang tidak resmi ini lebih efektif. Bila terjadi masalah dalam produksi member yang melaporkan ke atasan, selanjutnya atasan akan meninjau masalah tersebut agar dapat dianalisa apakah masalah tersebut dapat segera ditangani atau tidak. Pelaporan tersebut akan meminimalisir bahaya yang ada ditempat kerja, sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah.

Dari pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh penulis, para member tidak mempunyai masalah dengan teman sekerja dan dengan atasan.

Menurut Suma’mur (1996), dalam kecelakaan faktor manusia merupakan

konsepsi klasik. Dalam usaha keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan kerja faktor rasa atau emosi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Faktor-faktor seperti tekanan emosi dan konflik berpengaruh negatif terhadap keselamatan. Faktor ini yang berperan dalam


(3)

commit to user

128

timbulnya kecelakaan pada tenaga kerja yang sebenarnya tidak melakukan tindakan atau pekerjaan berbahaya.

Dari pengamatan yang ada dapat dilihat bahwa memberlah yang memiliki peranan penting dalam terselenggaranya program keselamatan kerja di PT. Komatsu Forging Indonesia. Untuk itu pembinaan yang dilakukan harus selalu dilakukan secara berkala, agar member selalu mengingatnya. Apabila member telah menanamkan point-point keselamatan kerja dalam dirinya maka kecelakaan kerja dapat dicegah.

Dari hasil penyebaran kuesioner, didapatkan 31,5% member sadar akan bahaya hal ini dibuktikan dari member yang mengetahui bahaya disekitar pekerjaannya, sadar bila melakukan tindakan tidak aman dan sadar bila disekitarnya ada kondisi tidak aman. 50% member cukup sadar akan bahaya hal ini dibuktikan dari member yang mengetahui bahaya disekitar pekerjaannya, tidak sadar bila melakukan tindakan tidak aman dan sadar bila disekitarnya ada kondisi tidak aman. 18,5% member kurang sadar akan bahaya hal ini dibuktikan dari member yang mengetahui bahaya disekitar pekerjaannya, tidak sadar bila melakukan tindakan tidak aman dan tidak sadar bila disekitarnya ada kondisi tidak aman.


(4)

commit to user

129

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di forging line PT. Komatsu Forging Indonesia mengenai Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. PT. Komatsu Forging Indonesia menyadari pentingnya menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan sehat bagi tenaga kerja dengan melaksanakan program K3LH (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup), salah satunya adalah penerapan Risk Assesment, dengan melaksanakan Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC). Yang dalam pelaksanaannya terdapat dalam program Safety Circle Control ( SCC)

2. Proses identifikasi bahaya di PT. Komatsu Forging Indonesia dilakukan dengan cara memecahkan sampai ke akar permasalahan dengan cara

mengulangi pertanyaan ”kenapa?” hingga lima kali pada setiap prosesnya.

3. Potensi dan faktor bahaya terbesar terdapat di proses transportasi material dengan crane, transportasi pallet dengan forklift dan proses menempa dengan tingkat bahaya yang dapat berakibat pada aspek kesehatan, keselamatan, kerusakan properti, produksi dan lingkungan.


(5)

commit to user

130

4. Dari hasil penilaian yang dilakukan masih ada potensi bahaya yang tinggi (high) seperti pekerjaan di proses transportasi material dengan crane, transportasi pallet dengan forklift dan proses menempa, untuk nilai bahaya sedang (medium) banyak proses cutting dan proses input material, sedangkan untuk bahaya ringan (low) banyak ditemukan dalam proses material heating dengan Mesin Billet Heater.

5. Langkah pengendalian yang telah dilakukan oleh PT. Komatsu Forging Indonesia di Line Forging antara lain substitusi, rekayasa teknik, administrasi dan alat pelindung diri.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Sebaiknya diperlukan peningkatan penerapan dan review Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) dikarenakan banyak kegiatan proses kerja dengan produk baru di PT. Komatsu Forging Indonesia.

2. Sebaiknya training Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) dan Kiken Yochi Training (KYT) dilakukan 3 bulan sekali dengan bahaya-bahaya yang berkembang setiap waktu, sebagai upaya mencegah dan mengendalikan kecelakaan kerja kepada seluruh tenaga kerja.

3. Sebaiknya diperlukan pemberian training kepada karyawan agar dalam transportasi material dengan beban berat yang bernilai risiko tinggi dapat


(6)

commit to user

131

dikendalikan dengan baik serta sesuai dengan prosedur perusahaan.

4. Sebaiknya diperlukan monitoring penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) atau Instruksi Kerja (IK) pada semua pekerjaan agar diketahui penerapannya oleh karyawan.

5. Sebaiknya perlu adanya langkah untuk menumbuhkan kesadaran dan motivasi karyawan dengan memberikan penghargaan berupa reward, terhadap karyawan yang melaksanakan program K3LH (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup) dengan baik. Dan sebaliknya bagi karyawan melanggar pelaksanakan program K3LH (Keselamatan Kesehatan

Kerja dan Lingkungan Hidup) diberikan sanksi berupa pemberian “pin

merah”, hal ini bertujuan untuk memberikan efek jera dan rasa malu kepada

karyawan. Untuk pelaksaannya karyawan diberi kartu “Safety Green Card” sebagai kartu kendali pelaksanaan program K3LH (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup).

6. Sebaiknya pelu dilakukan inspeksi mengenai penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) oleh safety coordinator sebagai langkah terakhir dalam hirarki of control. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) oleh karyawan memang telah dilaksanakan, Namun penggunaannya terkadang masih kurang tepat.