Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

commit to user 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tempat Kerja a. Definisi Tempat Kerja Tempat kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenga kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan sesuatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. b. Ruang Lingkup Tempat Kerja Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau berhubungan dengan tempat kerja 2. Keselamatan Kerja a. Pengertian Umum Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan p ekerjaannya Suma’mur, 1996. commit to user 6 Sasaran keselamatan kerja adalah segala tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air maupun di udara Suma’mur, 1996. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa Suma’mur, 1996. Keselamatan kerja adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan ini, bahaya yang dapat timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental dari pekerjaannya, harus sejauh mungkin diberantas dan atau dikendalikan Suma’mur, 1996. Keselamatan kerja juga dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja, yang menyangkut aspek keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja, perlakuan sesuai martabat manusia dan moral agama. Hal tersebut dimaksudkan agar para tenga kerja secara aman dapat melakukan pekerjaannya guna meningkatkan hasil kerja dan produktivitas kerja. Dengan demikian, para tenaga kerja harus memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan kesehatannya di salam setiap pelaksanaan pekerjaannya sehari-hari Tarwaka, 2008. b. Tujuan Keselamatan Kerja 1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas nasional. 2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. commit to user 7 3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien Suma’mur, 1996. c. Syarat-syarat keselamatan kerja dimaksudkan untuk: 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan. 2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. 3. Memberi kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang membahayakan. 4. Memberi pertolongan pada kecelakaan. 5. Memberi alat pelindung diri pada para pekerja. 6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, aliran udara, cuaca, sinar radiasi, kebisingan, dan getaran. 7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan. 8. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. 9. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik. 10. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. 11. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban. 12. Menerapkan ergonomi di tempat kerja. 13. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang dan barang. 14. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang. 15. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya. commit to user 8 16. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi Tarwaka, 2008. 3. Kecelakaan Kerja a. Definisi Kecelakaan menurut Suma’mur 1996 adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Kecelakaan kerja menurut Tarwaka 2008 adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. Dengan demikian kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut : 1 Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan. 2 Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental. 3 Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja. commit to user 9 Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Secara umum menurut Tarwaka 2008. Penyebab kecelakaan kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1 Sebab Dasar atau Asal Mula. Sebab dasar merupakan sebab atau faktor yang mendasari secara umum terhadap kejadian atau peristiwa kecelakaan. Sebab dasar kecelakaan kerja di industri antara lain meliputi faktor: a Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pimpinan perusahaan dalam upaya penerapan K3 di perusahaannya. b Manusia atau para pekerjanya sendiri. c Kondisi tempat kerja, sarana kerja dan lingkungan kerja. 2 Sebab Utama. Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya faktor dan persyaratan K3 yang belum dilaksanakan secara benar. Sebab utama kecelakaan kerja meliputi faktor: a Faktor manusia tindakan tidak aman atau unsafe action Tindakan berbahaya dari para tenaga kerja yang mungkin dilatar belakangi oleh berbagai sebab antara lain: 1 Kekurangan pengetahuan dan ketrampilan 2 Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal commit to user 10 3 Ketidak fungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak 4 Kelelahan dan kejenuhan 5 Sikap dan tingkah laku yang tidak aman 6 Kebingungan dan stress akibat prosedur kerja yang baru belum dipahami 7 Belum menguasai atau belum terampil dengan peralatan atau mesin-mesin baru 8 Penurunan konsentrasi dari tenaga kerja saat melakukan pekerjaan 9 Sikap masa bodoh dari tenaga kerja 10 Kurang adanya motivasi kerja dari tenaga kerja 11 Kurang adanya kepuasan kerja 12 Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri b Faktor lingkungan kondisi tidak aman atau unsafe condition Yaitu kondisi tidak aman dari mesin, peralatan, pesawat, bahan, lingkungan atau tempat kerja, proses kerja, sifat pekerjaan dan sistem kerja. Lingkungan dalam artian luas dapat diartikan tidak saja lingkungan fisik, tetapi juga faktor-faktor yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang lalu maupun sesaat sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja, hubungan sesama pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu konsentrasi. commit to user 11 c Interaksi manusia dan sarana pendukung Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja merupakan penyebab kecelakaan. Apabila interaksi antara keduanya tidak sesuai maka akan menyebabkan terjadinya suatu kesalahan yang mengarah kepada terjadinya kecelakaan kerja. Dengan demikian penyediaan sarana kerja yang sesuai kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia, harus sudah dilaksanakan sejak desain sistem kerja. Satu pendekatan yang Holistic, Sistemic dan Interdisiplinary harus diterapkan untuk mencapai hasil yang optimal, sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah sedini mungkin. Kecelakaan kerja akan terjadi apabila terdapat kesenjangan atau ketidakharmonisan interaksi antara manusia dengan tugas dengan peralatan kerja dengan lingkungan kerja dalam suatu organisasi kerja. b. Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja Setiap kecelakaan adalah malapetaka, kerugian dan kerusakan kepada manusia, harta benda atau properti dan proses produksi. Implikasi yang berhubungan dengan kecelakaan sekurang-kurangnya berupa gangguan kinerja perusahaan dan penurunan keuntungan perusahaan. Pada dasarnya, akibat dari peristiwa kecelakaan dapat dilihat dari besar kecilnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya suatu peristiwa kecelakaan. Pada umumnya kerugian akibat kecelakaan kerja cukup besar dan dapat mempengaruhi upaya peningkatan produktivitas perusahaan. Menurut Tarwaka 2008, secara garis besar kerugian akibat kecelakaan kerja dapat dikelompokkan menjadi: commit to user 12 1 Kerugian atau biaya langsung direct costs Menurut Tarwaka 2008, kerugian atau biaya langsung direct costs yaitu suatu kerugian yang dapat dihitung secara langsung dari mulai terjadi peristiwa sampai dengan tahap rehabilitasi. Seperti: a Penderitaan tenaga kerja yang mendapat kecelakaan dan keluarganya b Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan c Biaya pengobatan dan perawatan d Biaya rumah sakit e Biaya kompensasi pembayaran asuransi kecelakaan f Upah selama tidak mampu bekerja g Biaya perbaikan peralatan yang rusak 2 Kerugian atau biaya tidak langsung indirect costs Menurut Tarwaka 2008, kerugian atau biaya tidak langsung indirect costs yaitu suatu kerugian berupa biaya yang dikeluarkan meliputi suatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya kecelakaan, biaya tidak langsung ini mencakup: a Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mendapat kecelakaan b Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain c Terhentinya proses produksi sementara, kegagalan pencapaian target, kehilangan bonus d Kerugian akibat kerusakan mesin e Biaya penyidikan dan sosial lainnya, seperti: menyelidiki sebab terjadinya kecelakaan, menunjuk tenaga kerja lain untuk meneruskan commit to user 13 pekerjaan tenaga kerja yang menderita kecelakaan, merekrut dan melatih tenaga kerja baru, timbulnya ketegangan dan stress serta menurunnya moral tenaga kerja. Pada umumnya kita hanya terfokus pada kerugian atau biaya langsung, padahal kerugian atau biaya tidak langsung lebih besar dan mempunyai dampak yang lebih luas. Hal ini dapat dilihat dari ”Fenomena Gunung Es” dimana puncak gungung es yang terpendam didalamnya dan belum kelihatan pada saat kejadian. Dengan demikian jelas bahwa di samping kerugian langsung akibat kejadian kecelakaan, kerugian yang tidak langsung harus mendapatkan perhatian yang serius karena sangat mempengaruhi kelangsungan proses produksi perusahaan secara keseluruhan Tarwaka, 2008. Keterangan: A : Biaya Langsung B : Biaya Tidak Langsung G Gambar 1. Teori Fenomena Gunung Es Sumber : Tarwaka, 2008 c. Pencegahan Kecelakaan Kerja Menurut Silalahi 1995, bahwa teknik pencegahan kecelakaan harus didekati dengan dua aspek, yakni commit to user 14 1 Aspek perangkat keras peralatan, perlengkapan, mesin dan letak 2 Aspek perangkat lunak manusia dan segala unsur yang berkaitan Menurut Suma’mur 1996, kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan 12 hal berikut: 1 Peraturan Perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya. Perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PAK dan pemeriksaan kesehatan. 2 Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi mengenai masalah syarat-syarat keselamatan sesuai intruksi peralatan industri dan alat pelindung diri APD. 3 Pengawasan, agar ketentuan UU wajib dipatuhi 4 Penelitian bersifat tekhnik, misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan dan peralatan lainnya. 5 Riset medis, terutama meliputi tentang pola-pola kewajiban yang mengakibatkan kecelakaan. 6 Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola-pola kewajiban yang mengakibatkan kecelakaan. 7 Penelitian secara statistic, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi 8 Pendidikan commit to user 15 9 Latihan-latihan 10 Penggairahan, pendekatan lain agar bersikap yang selamat 11 Asuransi, yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan. 12 Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan 4. Bahaya a. Definisi bahaya Bahaya atau Hazard adalah semua sumber atau situasi yang berpotensi mengakibatkan cidera atau sakit pada manusia, kerusakan properti, kerusakan terhadap lingkungan maupun gangguan proses atau kombinasi diantara hal- hal tersebut Team HIRA KOFI, 2007. Bahaya adalah sesuatu atau sumber yang berpotensi menimbulkan cedera atau kerugian baik itu pada manusia, proses, properti maupun lingkungan Kountur, 2008. Bahaya di lingkungan kerja adalah segala kondisi yang dapat memberi pengaruh yang merugikan terhadap kesehatan atau kesejahteraan orang yang terpajan di lingkungan kerja. Faktor bahaya di lingkungan kerja meliputi faktor Kimia, Biologi, Fisika, Fisiologi dan Psikologi Suma’mur, 2009. Ancaman bahaya lainnya adalah hal-hal berbahaya lainnya yang dapat melukai atau mengakibatkan sakit. Bahaya ini terkadang tidak tampak jelas karena tidak mengakibatkan masalah kesehatan dalam jangka waktu yang relatif pendek. Contoh: kebisingan, penyakit menular atau gerakan yang commit to user 16 berulang-ulang. Pekerja tidak dapat dilindungi apabila bahaya yang ada belum diidentifikasi dan dievaluasi Suma’mur, 2009. b. Potensi Bahaya Potensi bahaya hazard ialah suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi dapat menimbulkan cedera, penyakit, kerusakan asset perusahaan dan pencemaran lingkungan kerja Team HIRA KOFI, 2007. Menurut Tarwaka 2008, bahwa potensi bahaya hazard adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan system kerja. Hazard mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada: 1 Manusia baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan 2 Property termasuk peralatan kerja dan mesin-mesin 3 Lingkungan, baik di dalam maupun di luar perusahaan 4 Kualitas produk barang dan jasa 5 Nama baik perusahaan 5. Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja. Suatu bahaya di tempat kerja mungkin nampak jelas dan kelihatan, seperti: commit to user 17 sebuah tangki berisi bahan kimia, atau mungkin juga tidak nampak dengan jelas atau tidak kelihatan, seperti: radiasi, gas pencemar di udara Tarwaka, 2008. Menurut Tarwaka 2008, bahwa proses identifikasi bahaya dapat dilakukan dengan urutan: a. Membuat daftar semua objek meliputi mesin, peralatan kerja, bahan, proses kerja, system kerja dan kondisi kerja yang ada di tempat kerja. b. Memeriksa semua objek yang ada ditempat kerja c. Melakukan wawancara dengan tenaga kerja yang bekerja di tempat kerja yang berhubungan dengan objek-objek tersebut. d. Mereview kecelakaan, catatan P3K dan informasi lainnya. e. Mencatat seluruh bahaya yang telah teridentifikasi. Kesuksesan ini dapat dilihat bila seluruh risiko di tempat kerja dapat teridentifikasi dangan sempurna. Tujuan dilakukan identifikasi bahaya adalah untuk mengenali seluruh macam bahaya yang ada di tempat kerja, sehingga dapat dilakukan pengendalian terhadap bahaya tersebut Ramli, 2010. Hal yang dilihat dalam mengidentitikasi bahaya adalah : 1 Apa yang terjadi Dalam melakukan identifikasi bahaya perlu diungkap dengan detail tentang apa yang dapat terjadi dan dampak apa yang timbul dari kejadian tersebut. 2 Bagaimana dan mengapa hal itu dapat terjadi Dalam kegiatan identifikasi perlu juga dilihat bagaimana kejadian itu dapat terjadi dengan membuat skenario kejadian dan juga perlu dilihat commit to user 18 penyebab dari kejadian tersebut. Dalam mengidentifikasi bahaya dapat dilakukan dengan beberapa alat atau instrument yang berguna untuk memudahkan mengenali komponen di atas. 6. Penilaian Risiko Risiko adalah manifestasi atau perwujudan potensi bahaya yang mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar. Tergantung dari cara pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari tingkat yang ringan sampai yang berat. Dampak kerugian finansial akibat peristiwa kecelakaan kerja, gangguan kesehatan atau sakit akibat kerja, kerusakan atau kerugian aset produksi, biaya premi asuransi, moral kerja dan sebagainya sangat mempengaruhi produktivitas dan keuntungan perusahaan. Melalui analisis dan penilaian potensi bahaya dan tingkat risiko, diupayakan tindakan mengeliminasi atau pengendalian agar tidak menjadi bencana atau kerugian. Tingkat risiko merupakan kombinasi dari empat hal, yaitu konsekuensi yang dapat terjadi pada suatu aktifitas atau tingkat keparahan yang dapat ditimbulkan, dan kemungkinan konsekuensi tersebut terjadi pada saat melakukan aktivitas yang dimaksud, dan frekuensi pelaksanakan aktivitas yang dimaksud serta jumlah orang yang terkena dampak. Setelah diketahui berbagai potensi bahaya yang ada di lingkungan pekerjaan selanjutnya perlu diadakan penilaian risiko tersebut untuk menentukan tindakan pengendalian sesuai prioritas apakah risiko tersebut cukup besar dan memerlukan pengendalian langsung atau dapat ditunda. commit to user 19 Penilaian risiko pada hakikatnya merupakan proses untuk menentukan pengaruh atau akibat pemaparan potensi bahaya yang dilaksanakan melalui tahap atau langkah yang berkesinambungan. Oleh karenanya dalam melakukan penilaian risiko ada dua komponen yang utama yaitu: a. Analisis Risiko. Dalam kegiatan ini, semua jenis bahaya, risiko yang bisa terjadi, kontrol atau proteksi yang sudah ada, peluang terjadinya risiko, akibat yang mungkin timbul serta jumlah orang yang terpapar, dibahas secara rinci dan dicatat selengkap mungkin. Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja Depnaker RI, 2002. Analisa risiko adalah suatu kegiatan sistematik dengan menggunakan informasi yang ada untuk mendeterminasi seberapa tingkat keparahan dan tingkat keseringan suatu kejadian yang muncul Ramli, 2010 Tujuan dilakukannya analisis risiko adalah untuk memisahkan antara risiko kecil dengan risiko besar yang kemudian dapat digunakan sebagai evaluasi dan pertimbangan perlakuan pengendalian Ramli, 2010 Dengan kegiatan ini bahaya dapat diketahui lebih detail dan juga lebih spesifik. Dasar dari analisa risiko ini adalah melakukan estimasi kombinasi dari tingkat keparahan dan tingkat keseringan dari bahaya yang timbul Silalahi, 1995. Hal yang harus diperhatikan dalam menganalisa risiko adalah: commit to user 20 1 Menentukan pengendalian yang ada Dalam melakukan estimasi ini harus mempertimbangkan pengendalian yang telah dilakukan. Pada pengendalian ditentukan bagaimana bentuk pengendalian bahaya dan upaya minimalisasi dampak yang telah dilakukan. Pengendalian ini kemudian dibandingkan dengan standar keselamatan yang ada. Dari perbandingan yang telah dilakukan tersebut akhirnya dapat dilihat seberapa efektif bahaya dapat dikendalikan dan kemungkinan bahaya tersebut muncul. 2 Probability keseringan dan Severity kaparahan Probability adalah hasil dari suatu yang diekspresikan dalam bentuk kualitatif atau kuantitatif, umumnya berupa kehilangan, cidera, atau kerugian material. Probability dibedakan menurut risiko yang dinilai. Contoh indikator untuk ukuran konsekuensi antara lain : a Risiko keselamatan seperti kematian, cidera, hilangnya waktu kerja, kerusakan harta benda, kerugian produktifitas dan penjualan. b Risiko kesehatan seperti kasus kanker kasus bahaya non kanker, misalnya gangguan pernapasan, sistem syaraf, dan reproduksi. c Risiko lingkungan seperti kepunahan spesies dan keanekaragaman, perubahan habitat dan ekosistem, kerusakan sumber daya alam. d Risiko kesejahteraan masyarakat seperti keterbatasan pemakaian sumber daya, bau tidak sedap, penurunan pandangan estetika, nilai property. e Risiko finansial seperti asuransi, liabilitas. commit to user 21 Severity adalah tingkat kaparahan terjadinya loss, injury, timbulnya dampak kesehatan atau ke:ugian material. Severity merupakan diskripsi kualitatif dari tingkat kemungkinan atau frekuensi. Untuk menghindari bias dalam menentukan severity, sumber informasi terbaik yang dapat digunakan berupa : a Catatan masa lalu b Pengalaman serupa c Literatur yang berhubungan dengan kegiatan penelitian d Tes pemasaran dan penelitian pasar e Experimen dan prototype f Model ekonomi, model teknik atau model lain g Pemikiran ahli dan pakar Dalam menentukan probability, exposure dan severity dapat dilakukan dengan berbagai estimasi. Menurut Ramli 2010, hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan estimasi meliputi : a Estimasi probability keseringan 1 Probabilitas dengan skala kemunculan singkat accident Pada pelaksanaannya probabilitas dengan skala kemunculan singkat hanya dapat diestimasi berdasarkan pengalaman personal, intuisi dan pengalaman dari kejadian yang tidak dilaporkan. Sumber informasi tentu saja dari orang yang pernah mengalami kejadian. Jika suatu kejadian belum pernah dilakukan commit to user 22 sebelumnya, informasi dapat diperoleh dari pengalaman dengan jenis pekerjaan yang sama berdasarkan data luar. 2 Probabilitas dengan skala kemunculan panjang Untuk mengestimasi probabilitas dengan skala kemunculan yang panjang seperti penyakit kronik perlu dilakukan survey proporsi dari group yang terpajan, intensitas dan durasi dan faktor-faktor lain yang terlibat dalam pajanan. b Estimasi Exposure 1 Exposure dengan skala kemunculan singkat accident Lain halnya dengan probabilitas, exposure dengan skala kemunculan singkat accident lebih mudah diestimasi atau diukur. Estimasi exposure ini merupakan kalkulasi dari beberapa pekerjaan yang dilakukan dalam suatu waktu. 2 Exposure dengan skala kemunculan panjang Faktor yang perlu diperhatikan dalam mengestimasi exposure dengan skala pcngukuran panjang adalah mekanisme kemunculan dari kontaminan dan intensitas, durasi dari pajanan. c Severity Keparahan Bentuk severity yang diakibatkan dapat berupa Injurycidera efek kesehatan, sakit kesakitan, trauma dan psycological upset, kehilangan kesenangan hidup masa depan, kehilangan kapasitas dan potensial masa depan, kehilangan kapasitas dan kehilangan masa depan, kerugian finansial yang nyata. commit to user 23 b. Evaluasi Tingkat Risiko. Dalam kegiatan ini dilakukan prediksi tingkat risiko melalui evaluasi yang akurat dan merupakan langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian tingkat risiko. Kualifikasi dan kuantifikasi risiko dikembangkan dalam proses tersebut Ramli, 2010. Tabel.1 Tabel Faktor Risiko Sumber : PT. Komatsu Indonesia pada tanggal 15 Maret 2011 commit to user 24 Gambar 2. Matrixs Faktor Kemungkinan dan Angka Kerugian Faktor Kemungkinan AK A B C D IV 2 3 4 5 III 1 2 3 4 II 1 1 2 3 I 1 1 2 Sumber : PT. Komatsu Indonesia pada tanggal 15 Maret 2011 7. Pengendalian Risiko Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan melalui berbagai metode, yang meliputi : a. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, substitusi, isolasi, ventilasi, higiene dan sanitasi. b. Pendidikan dan pelatihan c. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif dan motivasi diri. d. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi e. Penegakan hukum Pengendalian risiko meliputi identifikasi alternatif-alternatif pengendalian risiko, analisis-analisis pilihan yang ada, rencana pengendalian dan pelaksanaan pengendalian Kountour, 2008. Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan: commit to user 25 a. Penghindaran risiko Beberapa pertimbangan penghindaran risiko antara lain: 1 Keputusan untuk menghindari atau menolak risiko sebaiknya memperhatikan informasi yang tersedia dan biaya pengendalian risiko. 2 Kemungkinan kegagalan pengendalian risiko. 3 Kemampuan sumber daya yang ada tidak memadai untuk pengendalian. 4 Penghindaran risiko lebih menguntungkan dibandingkan dengan pengendalian risiko yang dilakukan sendiri. 5 Alokasi sumber daya tidak terganggu. b. Mengurangi probabilitas Tindakan untuk mengurangi probabilitas antara lain : 1 Audit dan pemenuhan program 2 Kondisi perjanjian 3 Tinjauan secara formal pada keperluan, spesifikasi, desain engineering dan operasi 4 Inspeksi dan pengendalian proses 5 Investasi dan manajemen dokumen 6 Manajemen proyek 7 Upaya pencegahan 8 Jaminan kualitas manajemen dan standart 9 Penelitian, pengembangan dan pengendalian teknologi 10 Struktur pelatihan dan program lain 11 Pengawasan commit to user 26 12 Percobaan 13 Penataan organisasi 14 Pengendalian teknis c. Mengurangi severity Tindakan-tindakan untuk mengurangi severity antara lain : 1 Perencanaan kemungkinan 2 Pengaturan sesuai kontrak 3 Kondisi kontrak 4 Corak desain 5 Rencana memperbaiki kerusakan 6 Struktural dan rancang bangun 7 Pengurangan bahaya dari sumber risiko 8 Hubungan publik Apabila suatu risiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah diidentifikasi dan dinilai, maka pengendalian risiko harus diimplementasikan untuk mengurangi risiko sampai batas-batas yang dapat diterima berdasarkan ketentuan peraturan dan standar yang berlaku. Pengendalian risiko dapat mengikuti pendekatan hirarki pengendalian Hirarchy of Control. Hirarki pengendalian risiko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan. Hirarki pengendalian risiko menurut Tarwaka 2008, antara lain : commit to user 27 a. Eliminasi Elimination Eliminasi adalah menghilangkan atau meniadakan suatu bahan atau tahapan proses yang berbahaya. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan objek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan atau standar baku K3 atau kadarnya melampaui Nilai Ambang Batas NAB diperkenankan. Eliminasi adalah cara pengendalian risiko yang paling baik, karena risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja ditiadakan. b. Substitusi Substitution Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan dan perlatan yang lebih berbahaya dengan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih diterima. Misalnya: 1 Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta. 2 Proses menyapu diganti dengan proses vakum. 3 Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen. 4 Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan c. Rekayasa teknik Engineering Control Pengendalian atau rekayasa teknik termasuk merubah struktur objek kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan, pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor beton, pemberian alat bantu mekanik, pemberian commit to user 28 absorben suara pada dinding ruang mesin yang menghasilkan kebisingan tinggi. d. Isolasi Isolation Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan seseorang dari objek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat tertutup control room. e. Pengendalian Administrasi Administration Control Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Metode pengendalian ini sangat tergantung dari perilaku pekerjanya dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian administrasi ini. Metode ini meliputi rekruitmen tenaga kerja baru sesuai jenis pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan, penerapan prosedur kerja, pengaturan kembali jadwal kerja, training keahlian dan training K3. f. Alat Pelindung Diri Personal Protective Equipment Alat pelindung diri APD merupakan sarana pengendalian yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara jika sistem pengendalian yang lebih permanen belum dapat diimplementasikan. APD merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem pengendalian risiko di tempat kerja. Selain itu APD juga mempunyai beberapa kelemahan antara lain: 1 APD tidak menghilangkan risiko bahaya yang ada, tetapi hanya membatasi antara terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang commit to user 29 diterima. Bila penggunaan APD gagal, maka secara otomatis bahaya yang ada akan mengenai tubuh pekerja. 2 Penggunaan APD dirasakan tidak nyaman, karena kekurangleluasaan gerak pada waktu kerja dan dirasakan adanya beban tambahan karena harus dipakai selama bekerja.

B. Kerangka Pemikiran