Adaptasi dan Perangkat NDC

23 sampah, pipa penampung leachate, metode konvensional, metode aop, teknologi reduksi sampah dan WTE, produksi komposgranule, plastic recycling, waste to energy, gas well drilling, gas collection, penutupan landfill dengan geomembrane, pemipaan dari landfill ke powerhouse, penyediaan blower dan chiller, penyediaan knock out pot – to reduce water content, pembakaran di gas engine, dan produksi listrik di TPST. • Pengembangan sistem Sewerage catatan: tidak dapat berjalan seperti yang direncanakan dan cakupannya hanya tetap kurang dari 2. Beberapa butir penting yang diangkat oleh Pembahas antara lain adalah: • Upaya penurunan emisi dari sektor limbah akan dapat dicapai, mengingat bahwa kegiatan tersebut telah dilakukan sebelum tahun 2010 yang di-set sebagai baseline. • Aksi mitigasi melalui pengelolaan sampah seperti LFG recovery memerlukan investasi teknologi yang berbiaya tinggi, akan tetapi hal ini sangat diperlukan untuk mempersiapkan kuantifikasi perhitungan yang menunjukkan besar capaian aksi mitigasi sehingga dapat diukur pada saat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan. • Perlu ditetapkan kelembagaan yang mengatur penghitungan emisi dan penyediaan data. • Regulasi untuk pengelolaan sampah hingga pelaksanaan mitigasi perubahan iklim dari sektor ini sudah tersedia, tetapi penyediaan penganggaran dan peningkatan kapasitas untuk pelaksanaannya tidak ada.

4.5. Adaptasi dan Perangkat NDC

BNPB menyampaikan tentang skema konvergensi API-PRB dimana ada perbedaan yang sangat kecil antara API dan PRB. Terkait dengan pengurangan risiko bencana, BNPB sudah melakukan kajian risiko bencana di daerah yang dianggap berpotensi terjadi bencana. Untuk perangkat pendukung, BNPB sudah memiliki INARisk yang berbasis GIS Server yang user friendly, diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam penyusunan perencanaan kebijakan terkait bencana. Risiko bencana yang dianggap paling dominan terjadi di Indonesia adalah banjir. Terkait dengan sistem peringatan dini, BNPB juga sudah mengembangkan sistem peringatan dini terpusat masyarakat: dengan prinsip dasar diterima, dipahami, dll yang diberi nama Sistem Peringatan Dini Multibahaya MHEWS. Selain itu juga, BNPB sudah mengembangkan program mitigasi bencana berbasis masyarakat dan melakukan percontohan pemasangan alat pemanen hujan; pembuatan tanggul penggal sungai bengawan solo; pembangunan lumbung padi; Penahan longsor menggunakan webbing jute dan rumput vetiver; pembuatan sumur resapan. BNPB juga sudah meluncurkan Gerakan Nasional PRB, yang kegiatannya mencakup: a. Pembentukan fasilitator sebagai jejaring atau komunitas pinggiran sungai b. Sosialisasi pengelolaan DAS c. Diseminasi informasi d. Edukasi PRB e. Apel relawan f. Aksi komunitas BMKG merupakan institusi yang mempunyai tugas pokok melakukan observasi, pengumpulan data, pengolahan data sampai menjadi data dan informasi iklim yang siap didiseminasikan kepada publik. Fungsi BMKG terkait dengan NDC adalah dalam hal penyediaan data dan 24 informasi iklim, yang akan dapat dimanfaatkan tidak hanya sebagai data monitoring tetapi juga sebagai pertimbangan dalam penyusunan kebijakan, program atau rencana kegiatan. Salah satu kegiatan yang dilakukan terkait mitigasi perubahan iklim adalah melakukan monitoring GRK yang ada di atmosfer sebagai hasil emisi dari permukaan bumi. BMKG juga sudah mengembangan Climate Change Information System yang akan diupayakan terintegrasi dengan SIDIK Sistem Informasi Data Indeks Kerentanan perubahan iklim. Untuk monitoring data sudah ada kerjasama informasi iklim di tingkat regional melalui CORDEX initiative. Di tingkat nasional, BMKG dengan didukung oleh KLHK melalui project TNC sudah melakukan rekonstruksi data curah hujan yang dapat dimanfaatkan untuk proses kajian kerentanan danatau risiko perubahan iklim. BIG merupakan institusi pemerintah yang menyediakan data dasar geospasial dan juga berperan dalam perencanaan yang terkait dengan geospasial. Saat ini data geospasial yang dihasilkan oleh BIG dapat dimanfaatkan dan diakses publik untuk digunakan dalam proses kajian atau penyusunan kebijakan dan rencana program. Negara menghitung keuntungan dari penggunaan data dan keberhasilan pelaksanaan pembangunan berdasarkan data tersebut. Peran BIG dalam adaptasi dan mitigasi PI baik secara langsung maupun tidak langsung adalah penyediaan sistem referensi tunggal horizontal dan vertical yang memudahkan integrasi One Map, juga penyediaan data dasar IG TopografiDEM dan DSM, utilitas, tutupan lahan, jaringan sungai, garis pantai, batas yang dapat menjadi data dasar untuk model banjir dan kebencanaan yang dipengaruhi oleh PI lainnya. Selain itu juga melalui Geoportal Data Sharing Ina-SDI, dimana KLHK merupakan salah satu institusi yang berfungsi sebagai sharing knowledge. Aksi adaptasi dan mitigasi PI yang telah dilakukan oleh BIG yaitu: • Penyusunan NSPK dan Pemetaan Biomassa Skala 1:250,000, dengan maksud acuan bagi pihak kementerianlembaga pemerintah, perguruan tinggi, swasta dan lembaga swadaya masyarakat dalam pembuatan Peta Biomassa Permukaan Skala 1:250.000. Hal itu dimaksudkan supaya ada keseragaman dalam norma, standar, prosedur dan kriteria dalam penyusunan Peta Biomassa Permukaan Skala 1:250.000 dalam rangka implementasi kebijakan satu peta • Penyusunan NSPK dan Pemetaan Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan Skala 1:250,000 melalui penyusunan pedoman pemetaan yang digunakan dalam kebijakan pencegahan KARHUTLA melalui Kebijakan Satu Peta untuk mendukung pencegahan pada wilayah berpotensi terjadinya pembakaran baik di kawasan hutan maupun diluar kawasan hutan APL. • Pemetaan Rawan Banjir. Pemetaan dilakukan melalui kerjasama antara BIG, BMKG dan Kementerian PU-PR. Lokasi daerah rawan banjir yang dipetakan berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia tahun 2013 dari BNPB dan juga sesuai dari kesepakatan dari Tim Pokja BIG, BMKG dan Kementerian PU-PR. Jumlah Kabupaten Kota dengan tingkat bencana banjir tinggi sebanyak 317 Kabupaten Kota IRBI BNPB 2013. Pemetaan telah dilaksanakan sejak tahun 2006 dengan cakupan wilayah Sebanyak 191 KabupatenKota. • Pemetaan Multirawan Bencana. Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung penyediaan data dan informasi geospasial tematik kebencanaan yang terstandarisasi untuk mendukung kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana dan acuan dalam perencanaan tata ruang berbasis kebencanaan. 25 • Pemetaan Tematik Recommended Development Area, dengan tujuan menyediakan informasi geospasial tentang lokasi lahan yang potensial untuk pengembangan lahan pertanian pangan. Pemetaan berbasis kesesuaian lahan, dan lokasi rekomendasi berada pada lokasi tersedia Clean and Clear, penutup lahan bersifat masih terbuka untuk budidaya, di luar kawasan hutan lindung konservasi, di luar lokasi yang telah memiliki perijinan pemanfaatan lahan Ketiga institusi merupakan institusi penyedia data bukan pelaksana aksi adaptasi, namun mempunyai peran penting karena data dan informasi yang dihasilkan merupakan salah satu pertimbangan dalam penyusunan kebijakan dan program. Terkait dengan NDC, yang dibahas adalah target, sehingga untuk adaptasi perlu dibahas lagi secara lebih detil tentang target NDC, dan perlu ada kesepakatan nasional terkait dengan akselerasi target adaptasi dan perlu ada baseline untuk melakukan adaptasi. Perubahan iklim tidak selalu bicara tentang disaster, dan tidak ada istilah natural disaster yang ada adalah natural hazard yang berpotensi menjadi disaster. Perlu ada kerjasama antara BIG, BMKG dan KLHK, dimana data yang dihasilkan oleh BIG dan BMKG diinterpretasi oleh KLHK sebagai sharing knowledge menjadi program kegiatan pembangunan. Terkait koneksi sistem informasi harus dikembangkan, dan BIG merupakan salah satu instansi penentu, termasuk pengelolaannya. Yang perlu diperhatikan juga tentang pemanfaatan sistem misal: early warning system bagaimana cara mengukur efektifitasnya. Selain itu juga perlu ada