Survei Dan Pemetaan Status Hara P-Tersedia, K-Tukar Dan C-Organik Tanah Sawah Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara

SURVEI DAN PEMETAAN STATUS HARA P-TERSEDIA, K-TUKAR DAN
C-ORGANIK TANAH SAWAH DESA AIR HITAM
KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATUBARA

SKRIPSI
OLEH
RUTH TRISNA M. MANGUNSONG
060303012 / TNH

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

SURVEI DAN PEMETAAN STATUS HARA P-TERSEDIA, K-TUKAR DAN
C-ORGANIK TANAH SAWAH DESA AIR HITAM
KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATUBARA


SKRIPSI
OLEH
RUTH TRISNA M. MANGUNSONG
060303012 / TNH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi

Nama

NIM
Departeman
Program Studi

: Survei dan Pemetaan Status Hara P-Tersedia, K-Tukar
dan C-Organik Tanah Sawah Desa Air Hitam Kecamatan
Lima Puluh Kabupaten Batubara.
: Ruth Trisna M. Mangunsong
: 060303012
: Ilmu Tanah
: Klasifikasi dan Evaluasi Lahan

Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing

Prof. Ir Zulkifli Nasution, MSc, PhD.
Ketua

Jamilah., SP. MP.
Anggota


Mengetahui

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP.
Ketua Departemen Ilmu Tanah

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan melakukan survei dan pemetaan status hara P-Tersedia,
K-Tukar, dan C-Organik tanah sawah di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh
Kabupaten Batubara. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Yang dimulai pada bulan

Juni hingga Desember 2010. Metode yang digunakan adalah Survei Grid Bebas tingkat
survei semi detail dan analisis data hara P – tersedia metode Bray II, K – Tukar metode
NH4OAc pH 7 dan C – Organik metode Walkley & Black serta menginterpretasikan
dalam peta status hara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa P-Tersedia digolongkan dalam 3 status
hara, yakni sangat rendah (978.960 Ha), rendah (251.714 Ha), Sedang (40.326 Ha). KTukar digolongkan dalam 2 status hara, yakni sedang (265.555 Ha), tinggi (1009.445
Ha). C-Organik digolongkan dalam 3 status hara, yakni sangat rendah (809.106 Ha),
rendah (347.181 Ha) dan sedang (118.931 Ha).
Kata kunci: Survei Tanah, Pemetaan Status Hara, Survei Grid Bebas, Tanah Sawah.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

The research is aims to survey and mapping of nutrient status available
phosphate, exchangeable potassium and organic carbon in Air Hitam Village
Lima Puluh District Batubara Regency. This research was conducted at the Laboratory
of Chemistry and Soil Fertility Faculty of Agriculture, University of North Sumatra,
Medan. Which began ini June to December 2010. The method used is
Grid Survey Free semi-detailed level survey, and analysis of nutrient data

phosphate available Bray II method, exchangeable potassium NH4OAc method, organic
carbon Walkley & Black method and then interpret to the map nutrient status.
The result of research showing that status available phosphate devided by 3
status such as, very low (978.960 ha), low (251.714 ha), medium
(40.326 Ha). Exchangeable potassium classified in 2 nutrient status such us medium
(265.555 Ha), high (1009.445 Ha). Organic carbon classified in 3 nutrient status such us
very low (809.106 ha), low (347.181 ha) and medium (118.931 ha).
Keywords: Soil Survey, Mapping Nutrient Status, Grid Survey Free semi
detailed level survey, Paddy Soil.

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 10 April 1988, merupakan putri ketiga
dari lima bersaudara, pasangan Ayahanda E. Simangunsong, SH dan Ibunda Dra. S.M
Sibuea.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah :
-


SD Swasta Santo Thomas 2 Medan lulus pada tahun 2000

-

SMP Negeri 19 Medan lulus pada tahun 2003

-

SMA Negeri 3 Medan lulus pada tahun 2006

-

Masuk USU pada tahun 2006 melalui jalur SPMB di Fakultas Pertanian,
Departemen Ilmu Tanah dengan minat studi Klasifikasi dan Evaluasi Lahan.
Adapun kegiatan yang pernah diikuti oleh penulis selama masa perkuliahan

adalah :
-

Anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

-

Asisten Genesis dan Morfologi Tanah pada tahun 2009.

-

Asisten Klasifikasi dan Taksonomi Tanah pada tahun 2010.

-

Asisten Pedologi Regional Tanah pada tahun 2010.

-

Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli 2009 di PTP.
Nusantara III (Persero) Kebun Sei Putih, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli
Serdang.


-

Penulis melakukan penelitian di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh
Kabupaten Batubara.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
Adapun judul dari skripsi ini adalah Survei dan Pemetaan Status Hara PTersedia, K-Tukar dan C-Organik Tanah Sawah Desa Air Hitam Kecamatan
LimaPuluh Kabupaten Batubara sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar
sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Prof. Ir Zulkifli Nasution, MSc, PhD. dan Jamilah., SP. MP., selaku ketua dan anggota
komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada
Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak.

Medan, Desember 2010
Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................. ........ i
ABSTRACT .................................................................................................. . ....... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... ....... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ........iv
DAFTAR ISI. ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL. ................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR. .......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN. ...................................................................................... viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan Penelitian....................................................................................... 3
Kegunaan Penelitian .................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Survei Tanah ............................................................................................. 4
Tanah Sawah ............................................................................................. 7
Unsur Hara Fosfat ..................................................................................... 9
Unsur Hara Kalium .................................................................................. 12
C-Organik ............................................................................................... 14
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu ................................................................................... 18
Bahan dan Alat ......................................................................................... 18
Metode Penelitian ..................................................................................... 18
Pelaksanaan Penelitian. ............................................................................ 19
Pembuatan Peta Digital. ........................................................................... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Wilayah. .......................................................................... 24

P-Tersedia. ............................................................................................... 25
K-Tukar.................................................................................................... 30
C-Organik ................................................................................................ 34
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .............................................................................................. 38
Saran ........................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul

Halaman

1. Macam-macam Peta Tanah berdasarkan Skala Peta ................................... 6
2. Data Curah Hujan Selama 5 Tahun ........................................................... 24
3. Hasil Analisis Data P – Tersedia (Bray II)..................................................26
4. Data Luas Wilayah Status Hara P – Tersedia ........................................... 28
5. Hasil Analisis Data K-Tukar (NH4OAc pH 7)…………………………....29
6. Data Luas Wilayah Status Hara K – Tukar ............................................... 30
7. Hasil Analisa Data C-Organik (Walkley and Black)..................................33
8. Data Luas Wilayah Status Hara C-Organik ............................................... 35

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul

Halaman

1. Peta Pengambilan Sampel Tanah .............................................................. 20
2. Peta Status Hara P-Tersedia ...................................................................... 27
3. Peta Status Hara K-Tukar ........................................................................ 32
4. Peta Status Hara C-Organik ..................................................................... 34

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Titik Koordinat Pengambilan Sampel Tanah.......................................40
Lampiran 2. Kriteria Penilaian Sifat – Sifat Tanah………………………...........41
Lampiran 3. Prosedur Analisis P-Tersedia Tanah Metode Bray II…………......42
Lampiran 4. Prosedur Analisis K-Tukar Tanah Metode NH4OAc pH …………42
Lampiran 5. Prosedur Analisis C-Organik Tanah
Metode Walkley & Black……………………………....................43
Lampiran 6. Lokasi Penelitian……………………………………………………44
Lampiran 7. Pengambilan Sampel Tanah………………………………………..45

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan melakukan survei dan pemetaan status hara P-Tersedia,
K-Tukar, dan C-Organik tanah sawah di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh
Kabupaten Batubara. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Yang dimulai pada bulan
Juni hingga Desember 2010. Metode yang digunakan adalah Survei Grid Bebas tingkat
survei semi detail dan analisis data hara P – tersedia metode Bray II, K – Tukar metode
NH4OAc pH 7 dan C – Organik metode Walkley & Black serta menginterpretasikan
dalam peta status hara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa P-Tersedia digolongkan dalam 3 status
hara, yakni sangat rendah (978.960 Ha), rendah (251.714 Ha), Sedang (40.326 Ha). KTukar digolongkan dalam 2 status hara, yakni sedang (265.555 Ha), tinggi (1009.445
Ha). C-Organik digolongkan dalam 3 status hara, yakni sangat rendah (809.106 Ha),
rendah (347.181 Ha) dan sedang (118.931 Ha).
Kata kunci: Survei Tanah, Pemetaan Status Hara, Survei Grid Bebas, Tanah Sawah.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

The research is aims to survey and mapping of nutrient status available
phosphate, exchangeable potassium and organic carbon in Air Hitam Village
Lima Puluh District Batubara Regency. This research was conducted at the Laboratory
of Chemistry and Soil Fertility Faculty of Agriculture, University of North Sumatra,
Medan. Which began ini June to December 2010. The method used is
Grid Survey Free semi-detailed level survey, and analysis of nutrient data
phosphate available Bray II method, exchangeable potassium NH4OAc method, organic
carbon Walkley & Black method and then interpret to the map nutrient status.
The result of research showing that status available phosphate devided by 3
status such as, very low (978.960 ha), low (251.714 ha), medium
(40.326 Ha). Exchangeable potassium classified in 2 nutrient status such us medium
(265.555 Ha), high (1009.445 Ha). Organic carbon classified in 3 nutrient status such us
very low (809.106 ha), low (347.181 ha) and medium (118.931 ha).
Keywords: Soil Survey, Mapping Nutrient Status, Grid Survey Free semi
detailed level survey, Paddy Soil.

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan
potensi sumber daya alam adalah dalam bentuk survei. Hasil dari kegiatan survei adalah
peta tanah, yang merupakan salah satu dokumen utama sebagai dasar dalam proyekproyek pengembangan wilayah. Makin banyak informasi yang diperoleh dari
pelaksanaan survei, maka akan memberi manfaat yang besar dan sesuai dengan tujuan
pelaksanaan survei yang dilakukan.
Penelitian tentang tanah sawah di Indonesia masih terbatas dengan informasi
yang bersifat sepotong - sepotong dan sebagian besar berkenaan dengan masalah
agronominya. Kajian pertama tentang morfologi tanah sawah di Indonesia dilakukan
oleh Koenigs (1950) pada Latosol di daerah Bogor. Pengetahuan tentang penyebaran
dan keragaman sifat tanah sawah diperoleh melalui survei tanah tinjau, semidetail, dan
detail yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Tanah sawah di Indonesia saat ini umumnya ditemukan pada tanah yang cukup
baik di daerah datar maupun perbukitan yang diteraskan. Menurut data yang
dikemukakan oleh Biro Pusat Statistika (BPS, 2008), luas lahan sawah di Indonesia
pada tahun 2008 adalah 5.600.000 ha, dan Sumatera Utara memiliki bagian luas lahan
sawah irigasi 498.467 ha.
Pupuk merupakan salah satu sarana yang sangat penting untuk meningkatkan
produksi pertanian. Rekomendasi pemupukan padi sawah yang berlaku sekarang
bersifat umum untuk semua wilayah Indonesia tanpa mempertimbangkan status hara

Universitas Sumatera Utara

tanah dan kemampuan tanaman menyerap hara. Sementara diketahui bahwa status hara
fosfat, kalium dan karbon lahan sawah sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi.
Desa Air Hitam terletak di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara yang
memiliki luas ± 2051 Ha, dan luas lahan sawah irigasinya 1275 Ha. Secara geografis
lokasi ini terletak pada 03.2250 – 03.2266 BT dan 99.4994 – 99.5024 LU. Umumnya
komoditi yang terdapat di desa Air Hitam ini adalah padi sawah, dan mempunyai ratarata produksi 200kg / rante.
Dari data produksi padi sawah di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh
Kabupaten Batubara, belum memberikan produksi yang optimum bagi masyarakat
petani. Ini disebabkan pemupukan yang dilakukan petani kurang efektif, karena para
petani tidak mengetahui status hara yang sebenarnya pada setiap lokasi di Desa Air
Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara. Untuk menerapkan manajemen
pemupukan yang baik diperlukan peta status hara untuk membantu dalam penentuan
kualitas tanah dan rekomendasi pemupukan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan survei dan pemetaan Ptersedia, K-tukar dan C-organik tanah di desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh
Kabupaten Batubara untuk penggunaan lebih lanjut bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan survei dan pemetaan status
hara P- Tersedia, K – Tukar, C - Organik tanah sawah di Desa Air Hitam Kecamatan
Lima Puluh Kabupaten Batubara.

Universitas Sumatera Utara

Kegunaan Penelitian
-

Peta status hara ini diharapkan berguna sebagai acuan dalam pengelolaan lahan
di Desa Air Hitam Kecamatan Limapuluh Kabupaten Batubara.

-

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.

-

Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Survei Tanah
Survei tanah adalah mendeskripsikan karakteristik tanah-tanah di suatu daerah,
mengklasifikasikannya menurut sistem klasifikasi baku, memplot batas tanah pada peta
dan membuat prediksi tentang sifat tanah. Perbedaan penggunaan tanah dan bagaimana
tanggapan pengelolaan mempengaruhi tanah itulah yang terutama perlu diperhatikan
(dalam merencanakan dan melakukan survei tanah). Informasi yang dikumpulkan dalam
survei tanah membantu pengembangan rencana penggunaan lahan dan sekaligus
mengevaluasi dan memprediksi pengaruh penggunaan lahan terhadap lingkungan
(Rayes, 2007).
Adapun tujuan dari survei tanah itu sendiri adalah untuk memberikan atau
menyediakan informasi kepada pemakai tentang tanah, bentuk wilayah dan keadaan lain
yang perlu diperhatikan, Untuk menyediakan informasi yang akan membantu
pengambilan keputusan tentang penggunaan lahan dan rencana pengembangan wilayah
yang disurvei (Hakim, dkk, 1986).
Menurut Rayes (2007) dalam survei tanah dikenal 3 macam metode survei, yaitu
metode grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik), metode fisiografi dengan
bantuan interpretasi foto udara (menggunakan prinsip amalitik), dan metode grid bebas
yang merupakan penerapan gabungan dari kedua metode survey. Biasanya dalam
metode grid bebas, pemeta ‘bebas’ memilih lokasi titik pengamatan dalam
mengkonfirmasi secara sistematis menarik batas dan menentukan komposisi satuan
peta.

Universitas Sumatera Utara

Rossiter (2000) mengemukakan bahwa disiplin survei sumber daya lahan kini
memasuki era baru karena munculnya teknologi dan metode baru sebagai berikut :
1.

Satelit penginderaan jauh (Yang dalam waktu dekat hampir sama detailnya

dengan foto udara) yang sangat bermanfaat untuk persiapan peta dasar dan klasifikasi
tutupan lahan.
2.

GPS (Global Positioning System) yang sangat bermanfaat untuk menentukan

lokasi secara akurat, mampu menemukan teknologi pemetaan bawah permukaan, seta
berkembangnya model elevasi digital (DEM) untuk memprediksi karakteristik medan.
3.

Geostatistik dan teknik interpolasi lainnya.

4.

Sistem infomasi geografis (SIG) untuk penyimpanan, transformasi, analisis dan

pencetakan peta.
Dengan teknologi ini, umumnya tutupan tanah (maupun sumber daya lahan lainnya)
dipersepsikan sebagai bidang spasial (yaitu dengan menentukan nilai pada masing –
masing titik sehingga secara kontiniu terjadi keragaman dalam ruang) yang berbeda
dengan satuan peta yang digunakan dalam survei tradisional. (Rayes, 2007).
Survei dan pemetaan tanah tidak hanya dapat memberikan gambaran tentang
macam tanah yang dijumpai, tetapi harus dapat menggambarkan secara tepat dimana
tanah tersebut dijumpai. Hal ini tidak berarti bahwa tanah yang dijumpai haruslah
homogen, melainkan harus dapat menggambarkan bahwa pada suatu polygon yang
dicantumkan dalam satuan peta tanah

dapat diketahui satuan tanah utama (yang

mendominasi) dan satuan peta tanah pendamping (Foth, 1994).

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan tujuannya (yang akan menentukan intensitas pengamatan), survei
tanah dibedakan atas 6 macam, yaitu peta tanah bagan, eksplorasi, tinjau, semi-detail,
detail dan sangat detail (tabel 1). Masing –masing peta tersebut memiliki skala peta
yang berbeda-beda (Hakim, dkk, 1986).
Tabel 1. Macam-macam Peta Tanah berdasarkan Skala Peta
Macam
Peta

Skala
Kisaran

Bagan

Eksplorasi

≤ 1:2.500.000

Luas tiap 1
cm2 pd peta
Umumnya
1:2.500.000

625 km2

100 km2
atau kurang

Kerapatan
pengamatan ratarata

Satuan peta dan
Satuan tanah

Dihimpun dari data
peta yang ada (studi
pustaka)

Assosiasi
beberapa
konsosiasi:
sub-ordo

Dihimpun dari data
peta yang ada (studi
pustaka)

Assosiasi
beberapa
konsosiasi:
dan sub-grup

dan
ordo,

1:1.000.000
s/d
1:500.000

1:1.000.000

dan

Tinjau

1:500.000
s/d
1:200.000

1:250.000
1:100.000

625 Ha
100 Ha

1 tiap 12,5km2
1 tiap 2km2

Assosiasi
dan
beberapa
konsosiasi:
subgrup dan family

Semi- detail

1:100.000
s/d
1:25.000

1:50.000

25 Ha

1 tiap 50 Ha

Konsosiasi
beberapa komplek
dan asosiasi,
family / seri.

Detail

1:25.000
s/d
1:10.000

1:25.000
1:20.000
1:10.000

6, 25 Ha
5 Ha
1 Ha

1 tiap 12,5 Ha
1 tiap 8 Ha
1 tiap 2 Ha

Konsosiasi
beberapa komplek:
Fase dari family
dan seri.

Sangat Detail


1:10.000

1:5.000

0,25 Ha

Konsosiasi,
dari seri

grup

fase

Contoh penggunaan

Gambaran umum tentang
sebaran tanah di tingkat
nasional;
materi
pendidikan.
Perencanaan
tingkat
nasional,
untuk
menentukan
penelitian
secara terarah, materi
pendidikan .
Perencanaan
pembangunan makro di
tkt regional dan provinsi;
Penyusunan tata ruang
wilayah provinsi,
Penyusunan penggunaan
lahan secara nasional;
Penentuan
lokasi
wilayaah prioritas utk
dikembangkan
Penyusunan peta tata
ruang wilayah kabupaten
/ kota;
Perencanaan mikro untuk
proyek-proyek pertanian,
perkebunan, transmigrasi,
perencanaan
dan
perluasan jaringan irigasi.
Perencanaan mikro dan
operasional
proyekproyek pengembangan tkt
kabupaten
atau
kecamatan, transmigrasi,
perencanaan
dan
perluasan jaringan irigasi
sekunder dan tertier.
Perencanaan
dan
pengolahan lahan di tkt
petani,
penyusunan
rancangan usaha tani
konservasi;
Intensifikasi penggunaan
lahan kebun.

Universitas Sumatera Utara

Tanah Sawah
Sawah merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan yang sangat strategis
karena lahan tersebut merupakan sumber daya utama untuk memproduksi padi/beras,
yang merupakan pangan pokok utama bagi Indonesia. Dengan demikian, sawah
merupakan sumber daya utama bagi pemantapan ketahanan pangan dan pertumbuhan
ekonomi nasional (Abdullah, 1996) .
Menurut Deptan (2008), padi sawah dibudidayakan pada kondisi tanah
tergenang. Penggenangan tanah akan mengakibatkan perubahan-perubahan sifat kimia
tanah yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi. Perubahan-perubahan sifat
kimia tanah sawah yang terjadi setelah penggenangan antara lain : penurunan kadar
oksigen dalam tanah, penurunan potensial redoks, perubahan pH tanah, reduksi besi dan
mangan, peningkatan suplai dan ketersedian nitrogen serta peningkatan ketersediaan
fosfor.
Adanya penggenangan yang menyebabkan suasana reduktif terus-menerus pada
lapisan bajak dan illuviasi oksidatif dari besi dan oksida-oksida mangan di subsoil,
maka berkembanglah suatu bentuk profil tanah. Secara morfologi mempunyai kriteria
kompak tipis, lapisan memedas di bawah lapisan bajak, dan horizon subsurface yang
bercak besi dan mangan (Hakim, dkk.1986).
Reduksi besi adalah reaksi yang paling penting di dalam tanah masam tergenang
karena dapat menaikan pH dan ketersediaan P serta manggantikan kation lain dari
tempat pertukaran seperti K+. Peningkatan Fe2+ pada tanah masam dapat menyebabkan
keracunan besi pada padi, apabila kadarnya dalam larutan sama dengan 350 ppm.
Konsentrasi besi dalam larutan tanah diatur oleh pH tanah, kandungan bahan organik,
kandungan besi itu sendiri dan lamanya penggenangan (Ponnamperuma, 1985).

Universitas Sumatera Utara

Pemberian pupuk yang relatif tinggi disertai dengan produksi yang tinggi pada
sawah irigasi dan sawah tadah hujan menyebabkan ketidakseimbangan hara sebagai
masalah yang serius. Kendala dalam ekosistem tegalan yakni tanah lebih melapuk dan
mudah tercuci, bereaksi masam, kadar Al tinggi, maka terjadi kekurangan P dan hara
lain sehingga dapat menyebabkan turunnya produksi (Hasibuan, 2009).
Jika tanah digenangi maka konsentrasi P-larut dalam air dan asam mula-mula
meningkat sampai mencapai puncak atau mendatar kemudian turun. Puncak P-larut
dalam air yang terendah terjadi pada tanh liat masam yang kaya Fe aktif dan puncak
tertinggi pada tanah pasir yang miskin Fe aktif (Hardjowigeno dan Rayes, 2005) .
Meningkatnya ketersediaan P pada awal penggenangan disebabkan oleh:
(a) reduksi FePO.2H2O

Fe(PO4)2.8H2O

(b) desorpsi akibat reduksi Fe3+

Fe2+

(c) hidrolisis FePO4 dan AlPO4 pada tanah masam
(d) pelepasan occluded P (P-tersemat)
(e) pertukaran ion.
(Agus,dkk, 2004).
Pemberian bahan organik dalam jumlah besar pada tanah tergenang dapat
menyebabkan keracunan tanaman oleh asam-asam organik yang terbentuk. Panambahan
ammonium sulfat dapat mengurangi efek keracunan tersebut. Hal itu disebabkan oleh
pembentukan asam organik dihambat oleh kegiatan bakteri produksi sulfat yang
meningkat jumlahnya akibat penambahan ammonium sulfat. Ammonium fosfat dan
glukosa akan merangsang perubahan asam organik menjadi gas metana bila
ditambahkan ke tanah. Kondisi seperti ini menunjukkan banyaknya bakteri metana
dalam tanah tergenang (Damanik, dkk, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Pembakaran jerami sebelum diberikan ke tanah sawah seperti yang biasa
dilakukan petani dinilai sangat merugikan karena banyak unsur hara yang hilang, salah
satunya unsur hara, antara lain C, N, P, K, S, Ca, Mg dan unsur-unsur mikro (Fe, Mn,
Zn, Cu). Pembakaran jerami akan mengakibatkan kehilangan hara C 94%, P 45%, K
75%, S 70%, Ca 30%, dan Mg 20% dari total kandungan hara dalam jerami
(Suriadikarta dan Adimihardja, 2001).
Pada tanah sawah dengan tingkat pengelolaan yang rendah, tingkat ketersediaan
K biasanya cukup. Sumber K untuk tanaman padi yakni K tukar dalam mineral-mineral
liat, terutama biotit, hidrus mika, dan illit. Kalium yang tersedia lebih lambat
dibebaskan selama pelapukan feldspar dan mika. Dalam tanah sawah yang tergenang air
dari sumber luar, beberapa K biasanya tersedia dari air banjir atau air irigasi
(Hardjowigeno dan Rayes, 2005) .

Unsur Hara Fosfat
Unsur hara fosfor adalah unsur hara makro, yang dibutuhkan oleh tanaman
dalam jumlah yang banyak dan essensial bagi pertumbuhan tanaman. Fosfor sering
disebut sebagai kunci kehidupan karena terlibat langsung hampir pada seluruh proses
kehidupan (Damanik, dkk, 2010).
Dalam hal ini ketersediaan fosfor di dalam tanah sangat tergantung kepada sifat
dan ciri tanah itu sendiri, serta bagaimana pengelolaan tanah itu oleh manusia.
Pertambahan fosfor ke dalam tanah hanya bersumber dari defosit atau pelapukan batuan
dan mineral yang mengandung fosfat. Oleh karena itu kandungan fosfor di dalam tanah
hanya bersumber dan ditentukan oleh banyak sedikitnya cadangan mineral fosfor dan
tingkat pelapukannya (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Umumnya, P sukar tercuci oleh air hujan ataupun air pengairan. Hal ini
disebabkan karena P bereaksi dengan ion lain dan membentuk senyawa yang tingkat
kelarutannya berkurang, sehingga mejadi senyawa yang tidak mudah tercuci. Bahkan
mungkin sebagian menjadi ion yang tidak tersedia untuk tanaman atau terfiksasi dengan
senyawa lain (Tan, 1995).
Unsur fosfor (P) diserap dalam bentuk H2PO4-, HPO42-, (PO43-) yang sumber
utamanya dari Ca-, Al-, Fe- fosfat dan kandungan di dalam tanah 0,01% - 0,1%
(Sutanto, 2005).
Ion fosfat yang diperuntukkan bagi tanaman tingkat tinggi sebagian besar
ditentukan oleh pH tanah. Jika pH tinggi, fosfor yang mudah larut ialah dalam bentuk
HPO42-. Kalau pH menurun menjadi sedikit sampai cukup asam, bentuk ion adalah
HPO42- dan H2PO4-. Sedangkan jika dalam keadaan sangat asam, sebagian besar fosfor
dalam bentuk H2PO4-. Dalam kedua bentuk ion itu, fosfat diabsorbsi (diserap) oleh
tanaman tingat tinggi. Perlu diterangkan bahwa bentuk P-organik yang larut tidak dapat
langsung digunakan sedikitpun oleh tanaman tingkat tinggi, tetapi harus mengalami
mineralisasi lebih dulu agar dapat digunakan (Buckman and Brady, 1982).
Adapun pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan hara fosfat di dalam
tanah melalui hasil pelapukannya yaitu asam-asam organik CO2. Asam-asam organik
seperti asam malonat, tartarat, humat, fulvik, akan menghasilkan anion organik. Anionanion organik ini dapat mengikat logam-logam seperti Al, Fe dan Ca ion-ion ini akan
bebas dari pengikatan logam tersebut sehingga tersedia di dalam larutan tanah. Proses
pengikatan logam seperti Al, Fe, Ca oleh senyawa asam-asam organic komplek disebut
dengan proses Khelasi dan senyawa kompleknya disebut Khelat (Hasibuan, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Di dalam tubuh tanaman fosfor memberikan peranan yang penting dalam hal
beberapa kegiatan yaitu, (1) pembelahan sel, pembentukan lemak dan albumin. (2)
pembentukan bunga, buah dan biji. (3) kematangan tanaman melawan efek nitrogen. (4)
merangsang

perkembangan akar. (5) meningkatkan kualitas hasil tanaman dan (6)

ketahanan terhadap hama dan penyakit (Damanik, dkk, 2010).
Di dalam metabolisme tanaman fosfor memegang peranan langsung sebagai
pembawa energi. Senyawa fosfor yang mempunyai energi tinggi dan mempunyai
potensi menyimpan dan melepaskan energi untuk proses meteabolisme di dalam
tanaman disebut Adenosin Tri Fosfat (ATP). Secara fisik ATP memegang peranan
dalam hal menghasilkan panas, cahaya dan gerak, secara kimia peranannya dapat dilihat
dalam proses fotosintesis dan respirasi (Tan, 1995).

Unsur Hara Kalium
Kadar kalium total di dalam tanah pada umumnya cukup tinggi, dan
diperkirakan mencapai 2.6% dari total berat tanah, tetapi kalium yang tersedia didalam
tanah cukup rendah. Pemupukan hara nitrogen dan fosfor dalam jumlah besar turut
besar turut memperbesar serapan kalium dari dalam tanah, ditambah lagi pencucian dan
erosi menyebabkan kehilangan kalium semakin besar (Musa, dkk, 2006).
Sumber kalium yang terdapat dalam tanah berasal dari pelapukan mineral yang
mengandung K. Mineral tersebut bila lapuk melepaskan K kelarutan tanah atau
terjerapan tanah dalam bentuk tertukar. Letak kalium dalam lempung umumnya dalam
permukaan dakhil (internal surface) yang sering diduduki oleh ion Mg2+, Fe3+, Al4+ dan
molekul H2O. Perubahan mineral karena pelepasan K dari mika menjadi montmorilonit
sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Mika

Hidratmik

Illit

Mineral Transisi

Vermikulit/Montmorilonit

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Tanaman menyerap ion K+ hasil pelapukan, pelepasan dari situs pertukaran
kation tanah dan dekomposisi bahan organik yang terlarut dalam larutan tanah. Kadar
K-tukar tanah biasanya sekitar 0,5 – 0,6% dari total K tanah. K-larutan tanah ditambah
K-tukar merupakan K yang tersedia dalam tanah. Ketersediaan K terkait dengan reaksi
tanah dan status kejenuhan basa (KB). Pada pH dan kejenuhan basa yang rendah berarti
ketersediaan K juga rendah. Nilai kritis K adalah 0,10 me/100 gr tanah (setara 3,9
mg/100 gr) atau sekitar 2-3% jumlah basa tertukar (Hanafiah, 2005).
Kalium dapat bertambah kedalam tanah melalui berbagai sumber sisa tanaman,
hewan, pupuk kandang dan pelapukan mineral kalium. Pertambahan kalium dari sisa
tanaman dan hewan merupakan sumber yang penting dalam menjaga keseimbangan
kadar kalium di dalam tanah. Pertambahan dari mineral yang mengandung kalium
tergantung kepada beberapa faktor seperti jumlah mineral dan tingkat pelapukan
mineral (Damanik, dkk, 2010).
Kadar kalium tanah jauh lebih banyak daripada fosfor. masalah yang dijumpai
pada kalium ini adalah penyediaannya. Sebagian besar dari kalium tanah adalah berada
dalam mineral. Bentuk tersebut kurang tahan terhadap pengaruh air, terutama air yang
mengandung CO2. Kalium dalam tanah yang berasal dari mineral dapat dibebaskan
oleh pengaruh asam karbonat. Kalium yang dibebaskan melalui reaksi tersebut
diabsorbsi tanaman, hilang bersama air drainase atau diabsorbsi oleh koloid liat
(Hakim,dkk, 1986).
Unsur hara kalium mempunyai fungsi penting dalam proses fisiologi tanaman,
walaupun fungsi dan mekanisme yang jelas belum diketahui, kalium berperan dalam

Universitas Sumatera Utara

proses metabolisme dan mempunyai pengaruh khusus dalam absorbsi hara, pengaturan
pernafasan, transpirasi, kerja enzim dan berfungsi sebagai translokasi karbohidrat.
(Hakim,dkk, 1986).
Beberapa peran kalium yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:
1. Translokasi (pemindahan) gula pada pembentukan pati dan protein.
2. Membantu poses membuka dan menutup stomata (mulut daun).
3. Efisiensi penggunaan air (ketahanan terhadap kekeringan).
4. Memperluas pertumbuhan akar.
5. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit
tanaman.
6. Memperkuat tubuh tanaman supaya daun, bunga, dan buah tidak mudah rontok.
7. Memperbaiki ukuran dan kualitas buah pada masa generatif.
(Novizan. 2002).
C-Organik
Karbon merupakan komponen utama dari bahan organik. Pengukuran
C-Organik secara tidak langsung dapat menentukan bahan organik melalui penggunaan
faktor koreksi tertentu. Faktor yang selama beberapa tahun ini digunakan adalah faktor
Van bemmelen yaitu 1.724 dan didasarkan pada asumsi bahwa bahan organik
mengandung 58 % karbon (Mukhlis, 2007).
Kandungan C-organik dalam tanah ditentukan dengan metode pembakaran
kering atau pembakaran basah. Pembakaran kering dilakukan dengan membakar contoh
tanah diatas furnance, kemudian mengukur CO2 yang dilepaskan. Hasilnya secara
kuantitatif lebih tepat daripada pembakaran basah. Pembakaran basah dilakukan dengan

Universitas Sumatera Utara

mengoksidasi dengan asam khromat dengan jumlah yang berlebihan, kemudian
dilakukan titrasi terhadap kelebihan oksidant tersebut (Hardjowigeno, 1993).
Tanaman mengambil unsur karbon berupa CO2 dari udara bebas (atmosfer).
Kegiatan ini dilakukan oleh organ tanaman yang memiliki klorofil, umumnya bagian
tanaman yang berwarna hijau dan terdapat diatas tanah. Klorofil mampu menyerap
energi cahaya (terutama sinar matahari) dan mengubahnya menjadi energi kimia
(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Pada saat pelapukan bahan organik menurun, persediaan karbon dalam tanah
menipis dan jumlah jasad renik juga berkurang. Sehingga dapat disimpulkan C-organik
pada tanah menjadi sangat rendah (Hasibuan, 2009).
C- organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk
mendukung tanaman, sehingga jika kadar karbon dalam bahan organik tanah menurun,
kemampuan

tanah dalam

mendukung

produktivitas

tanaman

juga

menurun.

Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang
umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara berkembang
karena intensitasnya yang cenderung meningkat sehingga tercipta tanah-tanah rusak
yang jumlah maupun intensitasnya meningkat (Hakim, dkk, 1986).
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah mengandung karbon yang
tinggi. Pengaturan jumlah karbon di dalam tanah meningkatkan produktivitas tanaman
dan keberlanjutan umur tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah dan
penggunaan hara secara efisien. Selain itu juga perlu diperhatikan bahwa ketersediaan
hara bagi tanaman tergantung pada tipe bahan yang termineralisasi dan hubungan antara
karbon

dan

nutrisi

lain

(misalnya

rasio

antara

C/N,

C/P,

dan

C/S)

(Delgado dan Follet, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Penambahan bahan organik secara kontinyu pada tanah merupakan cara
pengelolaan yang murah dan mudah. Namun demikian, walaupun pemberian bahan
organik pada lahan pertanian telah banyak dilakukan, umumnya produksi tanaman
masih kurang optimal, karena rendahnya unsur hara yang disediakan dalam waktu
pendek, serta rendahnya tingkat sinkronisasi antara waktu pelepasan unsur hara dari
bahan organik dengan kebutuhan tanaman akan unsur hara. Kualitas bahan
organik sangat menentukan kecepatan proses dekomposisi dan mineralisasi bahan
organik (Atmojo, 2003).
Bahan organik merupakan bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang
terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah adalah semua
jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan
organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan
bahan organik yang stabil atau humus (Stevenson, 1994).
Bahan organik secara umum dibedakan atas bahan organik yang relatif sukar
didekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau dirombak
menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk di dalamnya adalah bahan organik
yang mengandung senyawa lignin, minyak, lemak, dan resin yang umumnya ditemui
pada jaringan tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik yang mudah didekomposisikan
karena disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari C, O, dan H, termasuk di
dalamnya

adalah

senyawa

dari

selulosa,

pati,

gula

dan

senyawa

protein

(Hanafiah, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun
biologi tanah. Fungsi bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik
terhadap sifat fisik, kimia maupun biologi tanah, antara lain sebagai berikut
(Stevenson, 1994):
1.

Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara. Bahan
organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro maupun
unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organik membantu
menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N2 dengan cara menyediakan energi bagi
bakteri penambat N2, membebaskan fosfat yang difiksasi secara kimiawi maupun
biologi dan menyebabkan pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang
dari zona perakaran.

2.

Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah
terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik.
Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.

3. Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.
4. Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah.
5. Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk ke dalam
tanah
6. Meningkatkan kapasitas sangga tanah
7. Meningkatkan suhu tanah
8. Mensuplai energi bagi organisme tanah

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten
Batubara dengan letak geografis 03.2250 – 03.2266 BT dan 99.4994 – 99.5024 LU pada
ketinggian tempat 0 – 18 m dpl (di atas permukaan laut).
Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan dilaksanakan pada bulan Juni 2010 –
selesai.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian skala
1 : 50000, sampel tanah yang diambil dari daerah penelitian, serta bahan – bahan kimia
untuk analisis tanah.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Position System),
bor tanah , kantong plastik berkapasitas 2 kg, kertas label, alat tulis, karet gelang, serta
alat-alat laboratorium yang mendukung dalam penelitian ini.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survey Grid Bebas
tingkat survei semi detail (kerapatan pengamatan 1 sampel tiap 1000 meter)
dan analisis data keadaan hara P- tersedia metode Bray II, K – tukar metode
NH4OAc pH 7 dan C-Organik tanah metode Walkley and Black.

Universitas Sumatera Utara

Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan. Adapun tahapan
kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ;
1.

Persiapan.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, terlebih dahulu dilakukan

konsultasi dengan komisi pembimbing, penyusunan usulan penelitian, pengadaan
peralatan, pengadaan peta, studi literatur, dan penyusunan rencana kerja yang berguna
untuk mempermudah pekerjaan secara sistematis sehingga didapatkan hasil sesuai
dengan yang diharapkan.
2.

Pelaksanaan.
Pekerjaan dimulai dengan survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan

orientasi lapangan penelitian seperti pengambilan titik koordinat. Setelah survei
pendahuluan, dilanjutkan dengan pelaksanaan survei utama dengan tujuan utamanya
adalah pengambilan contoh tanah komposit.
Pelaksanaan pengambilan contoh tanah sebanyak 21 sampel dengan jarak 1000
meter dilapangan yang menggunakan metode acak tersebar pada jarak tertentu sesuai
dengan luasan yang telah ditentukan dengan berpedoman pada peta dasar. Kemudian
dilakukan pengambilan sampel tanah menggunakan bor tanah pada kedalaman 0 - 20
cm. Dari tiap pengambilan contoh tanah tersebut, maka dicatat

hasil pembacaan

koordinat pada GPS.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Peta Pengambilan Sampel Tanah

Universitas Sumatera Utara

Setelah diperoleh sampel tanah dari pengeboran, maka diambil +\- 2 Kg
untuk setiap contoh tanah dan dianalisis P- tersedia, dan K – tukar,
C- Organik.
Selama kegiatan pengambilan contoh tanah tersebut juga dilakukan
pengamatan dan pencatatan keadaan lingkungan areal penelitian seperti
penggunaan lahan.
3.

Analisis Laboratorium.
Sampel tanah yang diambil dari daerah penelitian dianalisis di

laboratorium untuk mengetahui keadaan P- tersedia, K – tukar dan C-Organik
dalam tanah. Sebagai dasar untuk mengetahui tingkat penyebaran P-tersedia,
K-tukar dan C-organik dalam tanah pada areal tersebut, dilakukan analisis
laboratorium meliputi :






4.

P- tersedia (ppm) dengan metoda Bray II.
K- tukar (me/100g) dengan metoda Ekstraksi 1 N NH4Oac pH 7.
C- Organik dengan metode Walkley and Black.
Pengolahan Data.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis spasial

menggunakan GIS (Geografic Information System). Out put analisis spasial
adalah cluster tingkat P- tersedia, K-Tukar dan C-Organik dalam tanah. Data yang
diperoleh dikelompokkan berdasarkan kriteria penilaian sifat – sifat tanah yang
dibuat oleh Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982).

Universitas Sumatera Utara

Pembuatan Peta Digital
Pembuatan peta digital diolah melalui program Map Info Profesional 7.8
dengan tahap sebagai berikut :


Dipilih lembar peta rupa bumi dengan daerah yang akan dibuat peta
digitalnya.



Lembar peta dalam bentuk hardcopy tersebut harus terlebih dahulu
di-scan sehingga menjadi citra raster (raster image) dan dibuka dengan
program Map Info Profesional 7.8.





Klik register untuk mengisi koordinat geografis pada peta tersebut.
Dibuat layer control untuk masing – masing atribut peta seperti titik
sampel, sungai, topografi, batas wilayah, dan jalan dari new table.



Untuk menggambar objek yang terdapat pada peta seperti jalan, batas
daerah studi, batas administrasi/wilayah dapat menggunakan digitasi garis,
polyline, dan polygon. Penggambaran objek sebaiknya dibuat pada
masing – masing layer dengan mengaktifkan masing – masing layer
dengan membuat status layer menjadi editable.



Pembuatan layout yang meliputi :
- Pembuatan legenda peta.
- Pengaturan kertas dan margin untuk pencetakkan peta.
- Pembuatan orientasi peta.
-

Mencetak layout peta ke printer.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kondisi Umum Wilayah
Menurut letak geografisnya, Desa Air Hitam terletak di Kecamatan Lima

Puluh Kabupaten Batubara yang berada pada posisi 03.2250 – 03.2266 BT dan
99.4994 – 99.5024 LU pada ketinggian tempat 0-18 meter dari permukaan laut.
Desa Air Hitam berbatasan dengan:
-

Batas sebelah utara

: Pematang Panjang

-

Batas sebelah selatan : Simpang Dolok

-

Batas Sebelah timur : Labuhan Ruku

-

Batas sebelah barat

: Pulo Sejuk

Berdasarkan data iklim selama 5 tahun (2005-2009) yang diterima dari
Badan Meteorologi dan Geofisika Sampali untuk Kecamatan Lima Puluh, maka
diperoleh data selama 5 tahun diperoleh dari hari hujan rata-rata sebesar 1828.8
mm/tahun, seperti yang terlihat pada Tabel 3:
Tabel 2. Data Curah Hujan Selama 5 Tahun

Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
Total

Curah Hujan
(mm)
1448
2013
1753
1978
1952
1828.9

Jumlah
Bulan Kering
5
1
2
0
2
2

Jumlah
Bulan Basah
6
9
10
9
10
8.8

Dari data diketahui bahwa tipe iklim penelitian menurut Shcmith and
Fergusson (1952), dalam (Guslim, 1997), diketahui bahwa adanya perbandingan

Universitas Sumatera Utara

bulan basah dan bulan kering sebagai harga Q. Bulan basah terjadi jika curah
hujan >100 mm dan bulan kering bila curah hujan