Pemetaan Status Hara C-Organik Tanah Sawah Di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1993. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta.
Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman,
Air dan Pupuk. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian, Bogor.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat. 2010. Pesisir
Selatan Berpeluang Kembangkan Semangka Setelah Padi Sawah. Balai
pengkajian Teknologi Pertanian. Sumatera Barat, Indonesia.
BPS. 2012. Kecamatan Sei Bamban Dalam Angka. Badan Pusat Statistika
Kabupaten Serdang Bedagai.
Brady, N.C. (1990) The Nature and Properties of Soil. Mac Millan Publishing Co.,
New York
Damanik M.M., B. E Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin dan H. Hanum, 2010.
Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara Press.
Medan
Departemen Pertanian, 2008. Pedoman Teknik Reklamasi Lahan Sawah Berbahan
Organik Rendah Tahun 2008. Direktorat Pengolahan Lahan. Direktorat
Pengelolaan Lahan dan Air. Jakarta.
Hakim, N., M. Y., Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Diha, G. B. Hong,
H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Ultisol. Universitas
Lampung, Lampung.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo, Jakarta. 286 p.
Hardjowigeno. S dan L. Rayes. 2005. Tanah Sawah. Bayumedia. Malang.
Muhklis. 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU Press. Medan.
Raden, I., Thamrin, Syarif, S.F., Fadli dan Darmi. 2010. Evaluasi Kesesuaian
Lahan Untuk Tanaman Padi dan Padi Ladang Di Desa Bila Talang
Kecamatan Tabang Kabupaten Kutai Kartanegara. Pertanian UNIKARTA,
Kartanegara..
Rayes, M.L, 2007, Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Sitanggang, M. 1996. Sifat Kimia Tanah Sawah Selama Masa Tanam Sebagai
Akibat Pemberian Kompos dan NPK. Kultura (Sains dan Teknologi).

Stevenson, F. J. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reactions. 2th
ed. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Sutanto, R.2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan Kenyataan. Kanisius.
Yogyakarta.
Suwarno, Unang G. Kartasasmita, dan Djuber Pasaribu. 2009. Pengayaan
Kandungan Bahan Organik Tanah Mendukung Keberlanjutan Sistem
Produksi Padi Sawah.


BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban
Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas 1862 ha dan ketinggian tempat ± 14 m
dari permukaan laut. Disamping itu penelitian juga dilakukan di Laboratorium
Sistem Informasi Geografis, dan Laboratorium Sentral, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
Februari 2015 sampai selesai.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian
skala 1 : 50000, sampel tanah yang diambil dari daerah penelitian, serta bahan –
bahan kimia untuk analisis tanah.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Position System
(GPS) untuk mengetahui titik koordinat dan ketinggian tempat, bor tanah untuk
mengambil sampel tanah, meteran untuk mengukur kedalaman tanah, pisau untuk
mengambil tanah dari bor tanah, kamera untuk mendokumentasikan kegiatan di
lapangan, kantong plastik sebagai tempat sampel tanah, karet gelang untuk
mengikat sampel tanah dalam kantong plastik, label untuk menandai sampel
tanah, dan alat tulis serta peralatan analisis tanah di laboratorium.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survey Grid
Bebas tingkat survei semi detail (kerapatan pengamatan 1 sampel tiap 25 Ha)
dan analisis data C-Organik tanah metode Walkley and Black % ,yang terdiri dari
tiga tahapan, yaitu sebagai berikut:

Tahap Persiapan
Sebelum kegiatan penelitian dilakukan maka terlebih dahulu diadakan
rencana penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka,
penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta-peta yang dibutuhkan, dan
persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Pengumpulan data iklim untuk Desa Sei Bamban selama 10 tahun

(2002-

2012) diperoleh dari Stasiun Klimatologi meliputi data: temperatur dan
kelembaban udara.
Tahap Kegiatan di Lapangan
Pekerjaan dimulai dengan survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan
orientasi lapangan penelitian seperti pengambilan titik koordinat. Setelah survei

pendahuluan, dilanjutkan dengan pelaksanaan survei utama dengan tujuan
utamanya adalah pengambilan contoh tanah komposit.
Pelaksanaan pengambilan contoh tanah dengan menggunakan metode acak
tersebar pada jarak tertentu sesuai dengan luasan yang telah ditentukan dengan
berpedoman pada peta dasar. Kemudian dilakukan pengambilan sampel tanah
menggunakan bor tanah pada kedalaman 0 - 20 cm. Dari tiap pengambilan contoh
tanah tersebut, maka dicatat hasil pembacaan koordinat pada GPS.
Setelah diperoleh sampel tanah dari pengeboran, maka diambil ± 2 Kg
untuk setiap contoh tanah dan dianalisis C-Organik.
Analisis Laboratorium
Sampel tanah yang diambil dari daerah penelitian dianalisis di
laboratorium untuk mengetahui keadaan C-Organik dalam tanah. Sebagai dasar
untuk mengetahui tingkat penyebaran C-Organik dalam tanah pada areal tersebut,

dilakukan analisis laboratorium C-Organik dengan metode Walkley and Black, %
C-Organik x 1.724
Pengolahan Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis spasial
menggunakan GIS (Geografic Information System). Out put analisis spasial adalah
C-Organik dalam tanah. Data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan kriteria

penilaian sifat – sifat tanah yang dibuat oleh Staf Pusat Penelitian Tanah (1983)
dan BPP Medan (1982).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban
Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas 1862 ha dan ketinggian tempat ± 14 m
dari permukaan laut sehingga di peroleh 86 titik pengambilan sampel .Sampel
yang diperoleh di analisis dengan metode Walkley and Black % sehingga di dapat
data kandungan C-organik tanah pada Tabel berikut :
Tabel 1. Hasil Analisis C-organik

No Lapangan

Titik koordinat

Parameter (C-

BPPM (1982)


organik %)

Bujur

Lintang

Timur

Utara

1

517939

387198

0,30

Sangat rendah


2

518173

387178

0,54

Sangat rendah

3

517816

386769

0,82

Sangat rendah


4

518271

386749

0,15

Sangat rendah

5

518661

386613

0,57

Sangat rendah


6

517549

386340

0,63

Sangat rendah

7

517790

386334

1,09

Rendah


8

518284

386373

0,88

Sangat rendah

9

518817

386405

0,39

Sangat rendah


10

517783

385898

0,42

Sangat rendah

11

518160

385989

0,51

Sangat rendah

12

518791

385833

0,86

Sangat rendah

13

519135

385645

2,33

Sedang

14

518004

385417

2,54

Sedang

15

518388

385365

2,85

Sedang

16

518791

385326

3,08

Tinggi

17

519181

385274

2,62

Sedang

18

518524

385034

2,51

Sedang

19

518843

384930

2,85

Sedang

20

519365

384897

1,50

Rendah

21

519642

384729

2,51

Sedang

22

519492

384378

2,81

Sedang

23

519778

384313

2,51

Sedang

24

519505

384014

2,93

Sedang

25

519778

383903

2,63

Sedang

26

520201

383754

1,35

Rendah

27

519427

383351

0,08

Sangat rendah

28

519804

383377

0,56

Sangat rendah

29

520240

383331

0,08

Sangat rendah

30

518999

382831

0,19

Sangat rendah

31

519330

382870

0,30

Sangat rendah

32

519824

382922

0,81

Sangat rendah

33

520266

382876

0,67

Sangat rendah

34

520688

382812

0,91

Sangat rendah

35

519362

382474

0,74

Sangat rendah

36

519772

382415

0,91

Sangat rendah

37

520311

382389

0,21

Sangat rendah

38

520792

382396

0,67

Sangat rendah

39

521177

382241

0,25

Sangat rendah

40

519507

382057

0,42

Sangat rendah

41

519852

381973

0,77

Sangat rendah

42

520345

381930

0,63

Sangat rendah

43

520818

381902

1,16

Rendah

44

521920

381874

0,14

Sangat rendah

45

520395

381444

0,60

Sangat rendah

46

520825

381416

0,49

Sangat rendah

47

521360

381423

1,12

Rendah

48

521826

381402

2,00

Rendah

49

522080

381289

0,46

Sangat rendah

50

520888

381000

0,39

Sangat rendah

51

521516

381099

0,28

Sangat rendah

52

521882

380979

1,07

Rendah

53

522277

380810

1,07

Rendah

54

521431

380302

0,70

Sangat rendah

55

521833

380471

0,60

Sangat rendah

56

522270

380570

1,25

Rendah

57

521487

380091

0,37

Sangat rendah

58

521685

380154

0,92

Sangat rendah

59

516581

382707

0,40

Sangat rendah

60

516385

382768

0,37

Sangat rendah

61

516612

382524

0,07

Sangat rendah

62

516275

382389

0,22

Sangat rendah

63

515969

382340

0,59

Sangat rendah

64

516110

381900

0,55

Sangat rendah

65

515914

381820

1,04

Rendah

66

516110

381312

0,97

Sangat rendah

67

515829

381386

0,81

Sangat rendah

68

516740

380884

0,89

Sangat rendah

69

516410

381018

0,77

Sangat rendah

70

515657

381049

0,66

Sangat rendah

71

515223

380927

1,81

Rendah

72

515180

381324

1,12

Rendah

73

515357

381857

1,58

Rendah

74

514911

381043

0,62

Sangat rendah

75

514666

381465

1,58

Rendah

76

514684

381863

1,04

Rendah

77

514397

381771

0,27

Sangat rendah

78

514641

382352

0,50

Sangat rendah

79

514617

382793

1,35

Rendah

80

513564

383735

0,62

Sangat rendah

81

513344

383460

0,62

Sangat rendah

82

513320

382921

0,27

Sangat rendah

83

513338

382316

0,66

Sangat rendah

84

513338

381893

0,66

Sangat rendah

85

513405

381545

0,89

Sangat rendah

86

513589

381844

0,66

Sangat rendah

Berdasarkan hasil analisis contoh tanah yang dapat di lihat pada Tabel 1
maka kandungan C- organik yang tertinggi dengan nilai 3,08 % pada sampel 16
dan terendah sebesar 0, 07 % pada sampel 61.

Menurut kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan
(1982), maka hasil analisis data tanah pada daerah penelitian dapat digolongkan
menjadi 4 golongan status hara yaitu sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi.
Data luas wilayah untuk status hara disajikan pada Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Sebaran Luas Wilayah Status Hara C-organik
Status hara

Luas (Ha)

Luas (%)

0.74

0.06

Sedang

140.10

11.31

Rendah

196.34

15.85

Sangat Rendah

901.66

72.78

Tinggi

1238.84

Total

100.00

Dari Tabel 2 di atas dapat kita lihat bahwa kriteria status hara sangat
rendah memiliki luas yang sangat besar dibandingkan kriteria status hara rendah,
sedang dan tinggi. Wilayah dengan status hara sangat rendah sebesar 901,664 Ha
atau 72,78% dari luas penelitian, status hara rendah sebesar 196,342 Ha atau
15,85% dari luas penelitian, status hara sedang sebesar 140,099 Ha atau 11,31%
dari luas penelitian dan status hara tinggi sebesar 0,739 Ha atau 0,06% dari luas
penelitian.

Gambar 1. Peta Penyebaran C-organik
Pembahasan
Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan metode survey grid bebas
dengan luas 25 ha tiap grid. Dari luas maka di peroleh sampel tanah sebanyak 86
sampel. Sampel yang diperoleh di analisis dengan metode Walkley and Black %
sehingga di peroleh data hasil dan di lakukan pengolahan data spasial dari hasil
pengukuran C-organik (%). Tanah dipetakan dengan menggunakan bantuan
Sistem Informasi Geografis dengan mengunakan metode interpolasi.
Berdasarkan peta penyebaran status hara C-organik, status hara sangat
rendah lebih dominan atau memiliki luasan yang sangat besar berarti tanah pada
lokasi penelitian tergolong memiliki kandungan ketersediaan C-organik yang
rendah bagi tanaman hal ini mungkin disebabkan kebiasaan petani yang
membersihkan lahannya setelah masa panen selesai. Sisa sisa panen yang berupa

jerami padi merupakan sumber bahan organik bagi tanah, namun jerami padi yang
dihasilkan langsung dibakar oleh petani. Hal ini yang menyebabkan bahan organik
pada tanah berkurang. Hal ini sesuai dengan literatur Suwarno dkk, 2009 yang
menyatakan Jerami padi yang sebenarnya dapat dipergunakan untuk menambah
kandungan bahan organik tanah, yang oleh petani lebih sering dibakar setelah
panen karena singkatnya turn around time (waktu antara panen sampai tanam padi
musim berikutnya). Hal tersebut berakibat pada penurunan kandungan bahan
organik tanah sawah.
Berdasarkan peta penyebaran status hara C-organik, status hara sedang dan
status hara tinggi memiliki luasan yang lebih sempit daripada status hara sangat
rendah, ini dikarenakan pada sebagian wilayah penelitian para petani melakukan
rotasi tanaman padi dengan tanaman semusim lainnya yang dapat membantu
memperbaiki tanah dan menambah kandungan bahan organik tanah. Rotasi
tanaman tersebutlah yang menyebabkan kandungan status hara pada lokasi
penelitian berbeda. Hal ini sesuai dengan literatur BPTP Sumatera Barat (2010)
yang menyatakan bahwa rotasi tanaman padi dengan tanaman semusim lainnya
pada tanah sawah dapat membantu memperbaiki tanah dan menambah kandungan
bahan organik tanah.
Berdasarkan sebaran C-organik pada wilayah penelitian banyak sekali
kandungan C-organik < 2%. Kategorisasi tingkat kandungan bahan organik tanah
menurut Balai Besar Penelitian Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) adalah
rendah apabila kurang dari 2%, sedang apabila kandungan bahan organik tanah 23%, dan tinggi apabila lebih dari 3%. Keadaan lahan yang seperti itu perlu
ditingkatkan kandungan C-organik nya, karena penambahan bahan organik ke

dalam tanah mengandung karbon, pengaturan jumlah karbon dalam tanah dapat
meningkatkan produktivitas tanaman dan keberlanjutan umur tanaman karena
dapat meningkatkan kesuburan tanah dan penggunaan hara secara efisien. Hal ini
sesuai dengan literatur Departemen Pertanian (2008) yang menyatakan pengaturan
jumlah karbon di dalam tanah meningkatkan produktivitas tanaman dan
keberlanjutan umur tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah dan
penggunaan hara secara efisien. Untuk meningkatkan kandungan C-organik perlu
ditambahkan penambahan bahan organik dengan beberapa cara misalnya:
pengembalian sisa sisa panen, pemberian pupuk kandang dan pemberian pupuk
hijau. Hal ini sesuai dengan literatur Brady (1990) yang menyatakan bahwa
beberapa cara untuk mendapatkan bahan organik: dengan melakukan
pengembalian sisa sisa panen, pemberian pupuk kandang dan pemberian pupuk
hijau.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Sebaran luas wilayah status hara C-organik dengan luas wilayah 1238.844
Ha dengan penyebaran sangat rendah 901,664 Ha (72,78%), rendah
196,342 Ha (15,85%), sedang 140,099 Ha (11,31%) dan tinggi 0,739 Ha
(0,06%).
2. Kandungan C- organik yang tertinggi dengan nilai 3,08 % pada sampel 16
dan terendah sebesar 0, 07 % pada sampel 61.
Saran
Pada lokasi penelitian perlu dilakukan penambahan bahan organik ataupun
pupuk organik untuk menambah kandungan bahan organik dalam tanah.

TINJAUAN PUSTAKA

Survei dan Pemetaan
Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling
melengkapi dan saling memberi manfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan
survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta-peta. Laporan survei
berisikan uraian secara terperinci tentang

tujuan survei, keadaan fisik dan

lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan
lahan serta saran/rekomendasi (Sutanto, 2005).
Tujuan utama dari survei tanah adalah :
1. membuat semua informasi spesifik yang penting tentang tiap-tiap macam
tanah terhadap penggunaannya dan sifat-sifat lainnya sehingga ditentukan
pengelolaannya
2. menyajikan uraian satuan peta sedemikian rupa sehingga dapat
diinterpretasikan oleh orang-orang yang memerlukan fakta-fakta mendasar
tentang tanah
(Rayes, 2007).
Kegiatan evaluasi lahan dan survei tanah, sangat dianjurkan dalam rangka
untuk merencanakan dan mengkoordinir upaya perbaikan dan pengelolaan lahan
pada masing masing tipe penggunaan atau usahatani. Kegiatan evaluasi lahan ini
mensuplai petani dengan informasi secara tepat dan akurat tentang apa yang
seyogyanya dikerjakan, dan perbaikan apa saja yang diperlukan untuk pengelolaan
lahannya. Termasuk ke dalam evaluasi tersebut adalah penelitian dan penilaian
tentang tekstur tanah lapisan atas, tekstur tanah lapisan bawah, kedalaman solum
dan subsoil, warna tanah lapisan atas, struktur tanah, keadaan batubatuan,

mudahnya diolah, permeabilitas subsoil, drainase permukaan, drainase internal
profil tanah, kemiringan, derajat erosi, dan bahaya erosi bila tanah diolah.
Disamping itu, semua tanah-tanah pertanian perlu diuji kesuburan, reaksi tanah,
dan kondisi alkalinitas/ salinitasnya sehingga dapat diprediksi kesesuaian lahan
bagi komoditas pertanian dengan kriteria kelas kesesuaian lahan dari yang paling
sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) sampai yang tidak sesuai (N)
(Raden dkk, 2010).
Menurut Rayes (2007) dalam survei tanah dikenal 3 macam metode survei,
yaitu metode grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik), metode fisiografi
dengan bantuan interpretasi foto udara (menggunakan prinsip amalitik), dan
metode grid bebas yang merupakan penerapan gabungan dari kedua metode
survey. Biasanya dalam metode grid bebas, pemeta ‘bebas’ memilih lokasi titik
pengamatan dalam mengkonfirmasi secara sistematis menarik batas dan
menentukan komposisi satuan peta.
Interpretasi terhadap hasil survei tanah bagi pengembang sampai saat ini
meliputi :
1. Pendugaan potensi produksi jenis-jenis tanaman utama pada setiap tipe
tanah di bawah tingkat pengelolaan tertentu.
2. Kebutuhan masukan (input) bagi setiap jenis tanaman, yakni sebesar input
yang perlu bagi setiap level produksi yang diinginkan atau setiap tipe
tanah tertentu.
3. Kemungkinan perubahan perilaku setiap tipe tanah akibat irigasi.
4. Kemungkinan pembuatan drainase buatan.

5. Pendugaan respon terhadap penggunaan pupuk dan kapur yang banyak
dikonsumsi oleh sifat-sifat tanah yang permanen berdasarkan tingkat
kesuburan yang ditunjukkan oleh uji tanah
(Hakim dkk, 1986).
Dengan teknologi ini, umumnya tutupan tanah (maupun sumber daya
lahan lainnya) dipersepsikan sebagai bidang spasial (yaitu dengan menentukan
nilai pada masing – masing titik sehingga secara kontiniu terjadi keragaman dalam
ruang) yang berbeda dengan satuan peta yang digunakan dalam survei tradisional.
(Rayes, 2007).
Tanah Sawah
Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah,
baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija.
Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah
umum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian dan
sebagainya. Segala macam jenis tanah dapat disawahkan asalkan air cukup
tersedia. Kecuali itu padi sawah juga ditemukan pada berbagai macam iklim yang
jauh lebih beragam dibandingkan dengan jenis tanaman lain. Karena itu tidak
mengherankan bila sifat tanah sawah sangat beragam sesuai dengan sifat tanah
asalnya (Hardjowigeno, 2003).
Penggenangan dapat mengendalikan nilai pH tanah sawah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian kompos tidak berpengaruh nyata terhadap pH
tanah. Air irigasi pada pertanaman padi sawah berfungsi menghilangkan zat
beracun seperti H2S dan asam-asam organik yang dilepaskan selama dekomposisi

bahan organik. Tanah-tanah yang ber pH awal rendah akan ditingkatkan setelah
penggenangan dan tanah ber pH tinggi akan diturunkan nilai akhir pH menuju
netral. Pemberian pupuk kompos ternyata memperlihatkan sangat nyata terhadap
kandungan (%) K2O pada pengamatan I (tanpa pupuk) dan II (100 kg Urea/Ha+50
kg TSP/Ha+25 kg KCl/Ha) sedang pada pengamatan III (200 kg Urea/Ha+100 kg
TSP/Ha+50

kg

KCl/Ha)

hanya

memperlihatkan

perbedaan

nyata

bila

dibandingkan dengan tanpa pupuk kompos. Bahan organik dapat memperkaya N,
P, dan K. Penurunan K2O dapat diperkirakan antara lain disebabkan oleh
pencucian air, diserap tanaman terangkut panen dan teradsorbsi terfiksasi liat
(Sitanggang, 1996).
Faktor penting dalam proses pembentukan profil tanah sawah adalah
genangan air di permukaan, dan penggenangan serta pengeringan yang bergantian.
Proses pembentukan profil tanah sawah meliputi berbagai proses, yaitu:
1. proses utama berupa pengaruh kondisi reduksi-oksidasi (redoks) yang
bergantian
2. penambahan dan pemindahan bahan kimia atau partikel tanah
3. perubahan sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi tanah, akibat penggenangan
pada tanah kering yang disawahkan, atau perbaikan drainase pada tanah
rawa yang disawahkan.
(Hardjowigeno, 2003).
Pada tanah sawah bertekstur lempung berpasir, lapisan tapak bajak mulai
terbentuk setelah tiga tahun penyawahan pada pengolahan tanah secara mekanis.
Sedangkan pada tanah sawah bertekstur liat halus, lapisan tapak bajak terbentuk

setelah 10–12 tahun penyawahan. Setelah 50 tahun terlihat jelas, dan setelah 200
tahun, lapisan tapak bajak sudah berkembang dengan baik (Hardjowigeno, 2003).
Penggenangan pada sistem usaha tani tanah sawah secara nyata akan
mempengaruhi perilaku unsur hara esensial dan pertumbuhan serta hasil padi.
Perubahan kimia yang disebabkan oleh penggenangan tersebut sangat
mempengaruhi dinamika dan ketersediaan hara padi. Transformasi kimia yang
terjadi berkaitan erat dengan kegiatan mikroba tanah yang menggunakan oksigen
sebagai sumber energinya dalam proses respirasi (Hardjowigeno, 2003).
Tanah sawah mempunyai persentase pasir dalam jumlah besar kurang baik
untuk tanaman padi. Pada tanah sawah

dituntut adanya lumpur, yang

mengandung butir-butir tanah halus yang seluruhnya diselubungi air. Padi dapat
tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atas antara 18-22 cm
terutama tanah muda dengan pH antara 4-7 sedangkan lapisan olah tanah sawah
dengan kedalaman 18 cm (AAK, 1993).
Pemberian bahan organik dalam jumlah besar pada tanah tergenang dapat
menyebabkan keracunan tanaman oleh asam-asam organik yang terbentuk.
Panambahan ammonium sulfat dapat mengurangi efek keracunan tersebut. Hal itu
disebabkan oleh pembentukan asam organik dihambat oleh kegiatan bakteri
produksi sulfat yang meningkat jumlahnya akibat penambahan ammonium sulfat.
Ammonium fosfat dan glukosa akan merangsang perubahan asam organik
menjadi gas metana bila ditambahkan ke tanah. Kondisi seperti ini menunjukkan
banyaknya bakteri metana dalam tanah tergenang (Damanik dkk, 2010).

C-organik
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang
terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah adalah
semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah,
fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di
dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus (Stevenson, 1994).
Hasil proses fotosintesis merupakan sumber utama bahan organik tanah,
yaitu bagian atas tanaman seperti daun, duri, serta sisa tanaman termasuk
rerumputan, gulma dan limbah pasca panen ( Sutanto, 2005).
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak
besar hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar
sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga
terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
- Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah
- Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro lainnya
- Manambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas
tukar kation menjadi tinggi)
- Sumber energi bagi mikroorganisme
- Menambah kemampuan tanah
(Hardjowigeno, 2003).
Karbon merupakan komponen utama dari bahan organik. Pengukuran
C-Organik secara tidak langsung dapat menentukan bahan organik melalui

penggunaan faktor koreksi tertentu. Faktor yang selama beberapa tahun ini
digunakan adalah faktor Van bemmelen yaitu 1.724 dan didasarkan pada asumsi
bahwa bahan organik mengandung 58 % karbon (Mukhlis, 2007).

Perhitungan kadar C organik adalah
C-organik (%)= ppm kurva x ml ekstrak 1.000 ml-1 x 100 mg contoh-1 x

fk

= ppm kurva x 100 1.000-1 x 100 500-1 x fk
= ppm kurva x 10 500-1 x fk
Keterangan dari perhitungan kadar C organik ialah:
ppm kurva adalah kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar
deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.
100 adalah konversi ke %
fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 – % kadar air)
(Balit Tanah, 2005).
Pada tanah sawah umumnya tanaman yang dibudidayakan adalah padi
meskipun kadang diganti dengan tanaman lain seperti palawija, hortikultura dan
tanaman semusim lainnya. Pada lahan dengan pola tanam padi-padi terjadi
penurunan kesuburan tanah yang disebabkan pengangkutan bahan organik tanpa
pengembalian lagi kedalam tanah. Rotasi tanaman padi dengan tanaman semusim
lainnya pada tanah sawah dapat membantu memperbaiki tanah dan menambah
bahan organik tanah. Relatif singkatnya umur tanaman semangka (60-75 hari),
mudah dijadikan sebagai tanaman penyelang di tanah sawah pada musim
kemarau, sebagai bera pasca panen padi menunggu musim tanam berikutnya.
Pada saat penanaman semangka petani bisa mengembalikan jerami padi kedalam

tanah yang digunakan sebagai mulsa untuk tanaman semangka

dan menjadi

sumber bahan organik (BPTP Sumatera Barat, 2010).
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah mengandung karbon
yang tinggi. Pengaturan jumlah karbon di dalam tanah meningkatkan
produktivitas

tanaman

dan

keberlanjutan

umur

tanaman

karena

dapat

meningkatkan kesuburan tanah dan penggunaan hara secara efisien. Selain itu
juga perlu diperhatikan bahwa ketersediaan hara bagi tanaman tergantung pada
tipe bahan yang termineralisasi dan hubungan antara karbon dan nutrisi lain
(misalnya rasio antara C/N, C/P, dan C/S) (Departemen Pertanian, 2008).
Kandungan bahan organik lahan pertanian di Indonesia secara umum
termasuk rendah, disebabkan oleh masih rendahnya kesadaran petani untuk
mengembalikan limbah panen ke dalam tanah. Katagorisasi tingkat kandungan
bahan organik tanah menurut Balai Besar Penelitian Sumber Daya Lahan
Pertanian (BBSDLP) adalah rendah apabila kurang dari 2%, sedang apabila
kandungan bahan organik tanah 2-3%, dan tinggi apabila lebih dari 3%. Laporan
Las dan Tim (2008) menyebutkan bahwa 73% lahan pertanian Indonesia memiliki
kandungan bahan organik yang rendah, 23% sedang, dan hanya 4% yang berstatus
tinggi (Suwarno dkk, 2009).
Hairah et al. (2000) mengemukakan beberapa cara untuk mendapatkan
bahan organik:
1. Pengembalian sisa panen. Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang
dapat dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2 – 5 ton per ha, sehingga
tidak dapat memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik minimum. Oleh
karena itu, masukan bahan organik dari sumber lain tetap diperlukan.

2. Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran
hewan peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga
dari hewan liar seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk
menambah kandungan bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan
kotoran hewan seringkali sulit dilakukan karena memerlukan biaya
transportasi yang besar.
3. Pemberian pupuk hijau. Pupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari
pangkasan tanaman penutup yang ditanam selama masa bera atau
pepohonan dalam larikan sebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk
tanaman penutup tanah dari famili leguminosae dapat memberikan
masukan bahan organik sebanyak 1.8 – 2.9 ton per ha (umur 3 bulan) dan
2.7 – 5.9 ton per ha untuk yang berumur 6 bulan.

Kondisi Umum Wilayah Penelitian
Wilayah Kecamatan Sei Bamban luasnya 72,26 km2 atau 7.226 Ha.
Kecamatan Sei Bamban terdiri dari 10 desa dan 82 dusun. Kecamatan Sei Bamban
beriklim tropis dengan suhu maximum 35 oC. Curah hujan yang paling menonjol
pada Bulan September dan Desember. Sedangkan musimkemarau terjadi pada
Bulan Januari s/d Agustus. Kecamatan Sei Bamban memiliki lahan sawah irigasi
½ teknis sebesar 5.461 ha dan lahan sawah irigasi sederhana sebesar 1.342 ha
(BPS, 2012).

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Survei tanah adalah mendeskripsikan karakteristik tanah-tanah di suatu
daerah, mengklasifikasikannya menurut sistem klasifikasi baku, memplot jenis
dan ketersediaan hara tanah pada peta dan membuat prediksi tentang sifat tanah.
Perbedaan

penggunaan

mempengaruhi

tanah

tanah
itulah

dan
yang

bagaimana
terutama

tanggapan

perlu

pengelolaan

diperhatikan

(dalam

merencanakan dan melakukan survei tanah). Informasi yang dikumpulkan dalam
survei tanah membantu pengembangan rencana penggunaan lahan dan sekaligus
mengevaluasi dan memprediksi pengaruh penggunaan lahan terhadap lingkungan.
(Rayes, 2007).
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan semua jenis
senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan
organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air,
dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan organik memiliki peran penting
dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika
kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung
produktivitas tanaman juga menurun.
Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah,
baik terus menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija.
Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah
umum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian dan
sebagainya. Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian
disawahkan, atau dari tanah rawa-rawa yang dikeringkan dengan membuat

saluran-saluran drainase. Sawah yang airnya berasal dari irigasi disebut sawah
irigasi, sedang yang menerima langsung dari air hujan disebut sawah tadah hujan.
Di daerah pasang surut ditemukan sawah surut, sedangkan yang dikembangkan
daerah rawa-rawa lebak disebut sawah lebak (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).
Wilayah Kecamatan Sei Bamban luasnya 72,26 km2 atau 7.226 Ha.
Kecamatan Sei Bamban terdiri dari 10 desa dan 82 dusun. Luas lahan sawah yang
diusahakan untuk pertanian di Kecamatan Sei Bambantahun 2011 sebanyak 6.803
Ha, terdiri dari sawah irigasi 1/2 teknis seluas 5.461 Ha, danirigasi sederhana (PU)
seluas 1.342 Ha. Kecamatan Sei Bamban beriklim tropis dengan suhu maximum
350C. Curah hujan yang paling menonjol pada Bulan September dan Desember.
Sedangkan musim kemarau terjadi pada Bulan Januari s/d Agustus (BPS, 2012).
Luas lahan sawah yang diusahakan untuk pertanian di Kecamatan Sei
Bamban tahun 2011 sebanyak 6.803 Ha, terdiri dari sawah irigasi 1/2 teknis seluas
5.461 Ha, dan irigasi sederhana (PU) seluas 1.342 Ha. Lahan sawah dengan irigasi
1/2 teknis terluas terdapat di Desa Sei Bamban yaitu seluas 1.750 Ha (32,04
persen), diikuti oleh Desa SeiBelutu seluas 1.197 Ha (21,92 persen). Selebihnya
seluas 2.514 Ha (46,04 persen) tersebar pada desa-desa lainnya di Kecamatan Sei
Bamban kecuali Desa Sei Bamban Estate dan Desa Sei Rampah Estate tidak
memiliki lahan sawah dengan irigasi 1/2 teknis karena merupakan perkebunan
(BPS, 2012).
Produktivitas tanaman padi di Desa Sei Bamban mengalami penurunan
setiap tahunnya. Penurunan produksi disebabkan oleh kemampuan tanah menurun
yang berkaitan dengan kadar bahan organik menurun sehingga kemampuan tanah
dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Produksi yang tidak

optimum pada daerah itu disebabkan juga karena pemupukan yang kurang efektif,
karena para petani tidak mengetahui status hara pada lahan sawah di Desa Sei
Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk mengetahui penyebaran c-organik tanah di Desa
Sei Bamban pada Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai.
Kegunaan Penelitian
-

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

-

Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

ABSTRACT
This research was held to know sprending of C-organic on paddy soil land at
Village of Sei Bamban Subdistric of Sei Bamban Distric of Serdang Bedagai. This
research was executed in Village of Sei Bamban Subdistric of Sei Bamban Distric
of Serdang Bedagai on May until August 2015. Samples were taked with method
Survey Free Grid of storey level semi detail survey. Parameter which was
measured is C organic and analysed with Walkley and Black methods.
The results of from this research obtain four status criteria of hara C-organic
that is very low, low, medium and high. At very low criteria have wide equal to
901,66 Ha. At low criteria have wide equal to 196,34 Ha. At medium have wide
equal to 140,10 Ha. At high criteria have wide equal to 0,74 Ha.
Keywords: Mapping, C organic, Paddy Soil, Village of Sei Bamban.

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran C-organik tanah pada
lahan sawah di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang
Bedagai. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban
Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Mei hingga Agustus 2015. . Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode survey grid bebas dengan tingkat survey semi
detail. Parameter yang diukur adalah C-organik dan dianalisis dengan metode
Walkley and Black.
Hasil dari penelitian ini diperoleh empat kriteria status hara C-organik yaitu
sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Pada kriteria sangat rendah memiliki
luas sebesar 901,66 Ha. Pada kriteria rendah memiliki luas sebesar 196,34 Ha.
Pada kriteria sedang memiliki luas sebesar 140,10 Ha. Pada kriteria tinggi
memiliki luas sebesar 0,74 Ha.
Kata kunci : Pemetaan, C-organik, Tanah Sawah, Desa Sei Bamban

PEMETAAN STATUS HARA C-ORGANIK TANAH SAWAH DI DESA
SEI BAMBAN, KECAMATAN SEI BAMBAN
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

OLEH :

GUNTUR P. OMPUSUNGGU
090301234
ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

PEMETAAN STATUS HARA C-ORGANIK TANAH SAWAH DI DESA
SEI BAMBAN, KECAMATAN SEI BAMBAN
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

OLEH :

GUNTUR P. OMPUSUNGGU
090301234
ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Judul Penelitian

: Pemetaan Status Hara C-Organik Tanah Sawah
Di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban
Kabupaten Serdang Bedagai
: Guntur Parlindungan Ompusunggu
: 090301234
: Agroekoteknologi
: Ilmu Tanah

Nama
NIM
Program Studi
Minat Studi

Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota

(Ir. Hardy Guchi, MP)
NIP. 19560812 198603 1 001

(Ir. Razali, MP)
NIP. 19680707 200501 1 001

Mengetahui :
Ketua Program Studi Agroekoteknologi

(Prof. Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc., Ph.D.)
NIP. 196406201998032001

ABSTRACT
This research was held to know sprending of C-organic on paddy soil land at
Village of Sei Bamban Subdistric of Sei Bamban Distric of Serdang Bedagai. This
research was executed in Village of Sei Bamban Subdistric of Sei Bamban Distric
of Serdang Bedagai on May until August 2015. Samples were taked with method
Survey Free Grid of storey level semi detail survey. Parameter which was
measured is C organic and analysed with Walkley and Black methods.
The results of from this research obtain four status criteria of hara C-organic
that is very low, low, medium and high. At very low criteria have wide equal to
901,66 Ha. At low criteria have wide equal to 196,34 Ha. At medium have wide
equal to 140,10 Ha. At high criteria have wide equal to 0,74 Ha.
Keywords: Mapping, C organic, Paddy Soil, Village of Sei Bamban.

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran C-organik tanah pada
lahan sawah di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang
Bedagai. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban
Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Mei hingga Agustus 2015. . Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode survey grid bebas dengan tingkat survey semi
detail. Parameter yang diukur adalah C-organik dan dianalisis dengan metode
Walkley and Black.
Hasil dari penelitian ini diperoleh empat kriteria status hara C-organik yaitu
sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Pada kriteria sangat rendah memiliki
luas sebesar 901,66 Ha. Pada kriteria rendah memiliki luas sebesar 196,34 Ha.
Pada kriteria sedang memiliki luas sebesar 140,10 Ha. Pada kriteria tinggi
memiliki luas sebesar 0,74 Ha.
Kata kunci : Pemetaan, C-organik, Tanah Sawah, Desa Sei Bamban

RIWAYAT HIDUP
Penulis Bernama Guntur Parlindungan Ompusunggu, lahir di Medan
pada tanggal 28 Februari 1991. Merupakan anak keempat dari enam bersaudara
dari ayah Parlaungan Ompusunggu dan ibu Joida Rajagukguk.
Adapun pendidikan yang pernah dijalani penulis yaitu SD Free Methodist
II Medan lulus tahun 2002, SMP Free Methodist II Medan lulus tahun 2005.
SMAN 12 Medan lulus tahun 2008. Terdaftar sebagai mahasiswa program studi
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara pada tanggal
10 Agustus 2009. Selama mengikuti perkuliahan penulis mengikuti organisasi
Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi dan Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPP Lonsum
tbk kebun Bagerpang Estate, Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara pada bulan Juli hingga Agustus 2012.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat pada waktunya. Adapun judul skripsi ini adalah “Pemetaan
Status Hara C-organik Tanah Sawah di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei
Bamban Kabupaten Serdang Bedagai”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu yang
selalu mendukung dan mendoakan serta kepada Bapak Ir. Hardy Guchi, M.P.
selaku ketua dan Bapak Ir.Razali, M.P. selaku anggota komisi pembimbing yang
telah banyak memberi ilmu, bimbingan dan saran sehingga skripsi ini dapat
selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga penelitian ini bermanfaat.

Medan, September 2015

Penulis

DAFTAR ISI
ABSTRACT ...................................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................... 1
Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
Kegunaan Penulisan ............................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Survey dan Pemetaan .............................................................................
Tanah Sawah ..........................................................................................
C Organik ...............................................................................................
Kondisi Umum Wilayah Penelitian ........................................................

4
6
8
12

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu .................................................................................
Bahan dan Alat .......................................................................................
Metode Penelitian ...................................................................................
Tahap Persiapan .....................................................................................
Tahap Kegiatan di Lapangan ..................................................................
Analisis Laboratorium ............................................................................
Pengolahan Data .....................................................................................

13
13
13
14
14
14
15

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil........................................................................................................ 16
Pembahasan ............................................................................................ 20
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
No.

Hal.

1.

Tabel Hasil Analisis C-organik ................................................................ 16

2.

Sebaran Luas Wilayah Status Hara C-organik ......................................... 19

DAFTAR GAMBAR
No.

Hal.

1.

Peta Lokasi Desa Sei Bamban.................................................................. 26

2.

Peta Jenis Tanah Desa Sei Bamban.......................................................... 27

3.

Peta Penggunaan Lahan Desa Sei Bamban .............................................. 28

4.

Peta Titik Pengambilan Sampel ............................................................... 29

5.

Peta Penyebaran C-organik Desa Sei Bamban ......................................... 30