Pemetaan Status Hara C-Organik Tanah Sawah Di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

PEMETAAN STATUS HARA C-ORGANIK TANAH SAWAH DI DESA SEI BAMBAN, KECAMATAN SEI BAMBAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI OLEH : GUNTUR P. OMPUSUNGGU 090301234 ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

PEMETAAN STATUS HARA C-ORGANIK TANAH SAWAH DI DESA SEI BAMBAN, KECAMATAN SEI BAMBAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
OLEH : GUNTUR P. OMPUSUNGGU
090301234 ILMU TANAH Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

Judul Penelitian
Nama NIM Program Studi Minat Studi

: Pemetaan Status Hara C-Organik Tanah Sawah Di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai
: Guntur Parlindungan Ompusunggu : 090301234 : Agroekoteknologi : Ilmu Tanah

Ketua

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Anggota

(Ir. Hardy Guchi, MP) NIP. 19560812 198603 1 001

(Ir. Razali, MP) NIP. 19680707 200501 1 001

Mengetahui : Ketua Program Studi Agroekoteknologi
(Prof. Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc., Ph.D.) NIP. 196406201998032001

ABSTRACT
This research was held to know sprending of C-organic on paddy soil land at Village of Sei Bamban Subdistric of Sei Bamban Distric of Serdang Bedagai. This research was executed in Village of Sei Bamban Subdistric of Sei Bamban Distric of Serdang Bedagai on May until August 2015. Samples were taked with method Survey Free Grid of storey level semi detail survey. Parameter which was measured is C organic and analysed with Walkley and Black methods.
The results of from this research obtain four status criteria of hara C-organic that is very low, low, medium and high. At very low criteria have wide equal to 901,66 Ha. At low criteria have wide equal to 196,34 Ha. At medium have wide equal to 140,10 Ha. At high criteria have wide equal to 0,74 Ha.
Keywords: Mapping, C organic, Paddy Soil, Village of Sei Bamban.

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran C-organik tanah pada lahan sawah di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Mei hingga Agustus 2015. . Pengambilan sampel dilakukan dengan metode survey grid bebas dengan tingkat survey semi detail. Parameter yang diukur adalah C-organik dan dianalisis dengan metode Walkley and Black.
Hasil dari penelitian ini diperoleh empat kriteria status hara C-organik yaitu sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Pada kriteria sangat rendah memiliki luas sebesar 901,66 Ha. Pada kriteria rendah memiliki luas sebesar 196,34 Ha. Pada kriteria sedang memiliki luas sebesar 140,10 Ha. Pada kriteria tinggi memiliki luas sebesar 0,74 Ha.
Kata kunci : Pemetaan, C-organik, Tanah Sawah, Desa Sei Bamban

RIWAYAT HIDUP

Penulis Bernama Guntur Parlindungan Ompusunggu, lahir di Medan pada tanggal 28 Februari 1991. Merupakan anak keempat dari enam bersaudara dari ayah Parlaungan Ompusunggu dan ibu Joida Rajagukguk.
Adapun pendidikan yang pernah dijalani penulis yaitu SD Free Methodist II Medan lulus tahun 2002, SMP Free Methodist II Medan lulus tahun 2005. SMAN 12 Medan lulus tahun 2008. Terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara pada tanggal 10 Agustus 2009. Selama mengikuti perkuliahan penulis mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi dan Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPP Lonsum tbk kebun Bagerpang Estate, Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara pada bulan Juli hingga Agustus 2012.

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Adapun judul skripsi ini adalah “Pemetaan Status Hara C-organik Tanah Sawah di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu yang selalu mendukung dan mendoakan serta kepada Bapak Ir. Hardy Guchi, M.P. selaku ketua dan Bapak Ir.Razali, M.P. selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberi ilmu, bimbingan dan saran sehingga skripsi ini dapat selesai. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga penelitian ini bermanfaat.
Medan, September 2015
Penulis

DAFTAR ISI
ABSTRACT ...................................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii
PENDAHULUAN Latar Belakang ....................................................................................... 1 Tujuan Penelitian.................................................................................... 3 Kegunaan Penulisan ............................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA Survey dan Pemetaan ............................................................................. 4 Tanah Sawah .......................................................................................... 6 C Organik ............................................................................................... 8 Kondisi Umum Wilayah Penelitian........................................................ 12
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ................................................................................. 13 Bahan dan Alat ....................................................................................... 13 Metode Penelitian................................................................................... 13 Tahap Persiapan ..................................................................................... 14 Tahap Kegiatan di Lapangan.................................................................. 14 Analisis Laboratorium............................................................................ 14 Pengolahan Data..................................................................................... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil........................................................................................................ 16 Pembahasan ............................................................................................ 20

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL No. Hal. 1. Tabel Hasil Analisis C-organik ................................................................ 16 2. Sebaran Luas Wilayah Status Hara C-organik......................................... 19

DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Peta Lokasi Desa Sei Bamban.................................................................. 26 2. Peta Jenis Tanah Desa Sei Bamban.......................................................... 27 3. Peta Penggunaan Lahan Desa Sei Bamban .............................................. 28 4. Peta Titik Pengambilan Sampel ............................................................... 29 5. Peta Penyebaran C-organik Desa Sei Bamban......................................... 30

ABSTRACT
This research was held to know sprending of C-organic on paddy soil land at Village of Sei Bamban Subdistric of Sei Bamban Distric of Serdang Bedagai. This research was executed in Village of Sei Bamban Subdistric of Sei Bamban Distric of Serdang Bedagai on May until August 2015. Samples were taked with method Survey Free Grid of storey level semi detail survey. Parameter which was measured is C organic and analysed with Walkley and Black methods.
The results of from this research obtain four status criteria of hara C-organic that is very low, low, medium and high. At very low criteria have wide equal to 901,66 Ha. At low criteria have wide equal to 196,34 Ha. At medium have wide equal to 140,10 Ha. At high criteria have wide equal to 0,74 Ha.
Keywords: Mapping, C organic, Paddy Soil, Village of Sei Bamban.

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran C-organik tanah pada lahan sawah di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Mei hingga Agustus 2015. . Pengambilan sampel dilakukan dengan metode survey grid bebas dengan tingkat survey semi detail. Parameter yang diukur adalah C-organik dan dianalisis dengan metode Walkley and Black.
Hasil dari penelitian ini diperoleh empat kriteria status hara C-organik yaitu sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Pada kriteria sangat rendah memiliki luas sebesar 901,66 Ha. Pada kriteria rendah memiliki luas sebesar 196,34 Ha. Pada kriteria sedang memiliki luas sebesar 140,10 Ha. Pada kriteria tinggi memiliki luas sebesar 0,74 Ha.
Kata kunci : Pemetaan, C-organik, Tanah Sawah, Desa Sei Bamban


PENDAHULUAN
Latar Belakang Survei tanah adalah mendeskripsikan karakteristik tanah-tanah di suatu
daerah, mengklasifikasikannya menurut sistem klasifikasi baku, memplot jenis dan ketersediaan hara tanah pada peta dan membuat prediksi tentang sifat tanah. Perbedaan penggunaan tanah dan bagaimana tanggapan pengelolaan mempengaruhi tanah itulah yang terutama perlu diperhatikan (dalam merencanakan dan melakukan survei tanah). Informasi yang dikumpulkan dalam survei tanah membantu pengembangan rencana penggunaan lahan dan sekaligus mengevaluasi dan memprediksi pengaruh penggunaan lahan terhadap lingkungan. (Rayes, 2007).
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun.
Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian dan sebagainya. Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian disawahkan, atau dari tanah rawa-rawa yang dikeringkan dengan membuat

saluran-saluran drainase. Sawah yang airnya berasal dari irigasi disebut sawah irigasi, sedang yang menerima langsung dari air hujan disebut sawah tadah hujan. Di daerah pasang surut ditemukan sawah surut, sedangkan yang dikembangkan daerah rawa-rawa lebak disebut sawah lebak (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).
Wilayah Kecamatan Sei Bamban luasnya 72,26 km2 atau 7.226 Ha. Kecamatan Sei Bamban terdiri dari 10 desa dan 82 dusun. Luas lahan sawah yang diusahakan untuk pertanian di Kecamatan Sei Bambantahun 2011 sebanyak 6.803 Ha, terdiri dari sawah irigasi 1/2 teknis seluas 5.461 Ha, danirigasi sederhana (PU) seluas 1.342 Ha. Kecamatan Sei Bamban beriklim tropis dengan suhu maximum 350C. Curah hujan yang paling menonjol pada Bulan September dan Desember. Sedangkan musim kemarau terjadi pada Bulan Januari s/d Agustus (BPS, 2012).
Luas lahan sawah yang diusahakan untuk pertanian di Kecamatan Sei Bamban tahun 2011 sebanyak 6.803 Ha, terdiri dari sawah irigasi 1/2 teknis seluas 5.461 Ha, dan irigasi sederhana (PU) seluas 1.342 Ha. Lahan sawah dengan irigasi 1/2 teknis terluas terdapat di Desa Sei Bamban yaitu seluas 1.750 Ha (32,04 persen), diikuti oleh Desa SeiBelutu seluas 1.197 Ha (21,92 persen). Selebihnya seluas 2.514 Ha (46,04 persen) tersebar pada desa-desa lainnya di Kecamatan Sei Bamban kecuali Desa Sei Bamban Estate dan Desa Sei Rampah Estate tidak memiliki lahan sawah dengan irigasi 1/2 teknis karena merupakan perkebunan (BPS, 2012).
Produktivitas tanaman padi di Desa Sei Bamban mengalami penurunan setiap tahunnya. Penurunan produksi disebabkan oleh kemampuan tanah menurun yang berkaitan dengan kadar bahan organik menurun sehingga kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Produksi yang tidak

optimum pada daerah itu disebabkan juga karena pemupukan yang kurang efektif, karena para petani tidak mengetahui status hara pada lahan sawah di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk mengetahui penyebaran c-organik tanah di Desa Sei Bamban pada Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA
Survei dan Pemetaan Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling
melengkapi dan saling memberi manfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta-peta. Laporan survei berisikan uraian secara terperinci tentang tujuan survei, keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/rekomendasi (Sutanto, 2005).
Tujuan utama dari survei tanah adalah : 1. membuat semua informasi spesifik yang penting tentang tiap-tiap macam

tanah terhadap penggunaannya dan sifat-sifat lainnya sehingga ditentukan pengelolaannya 2. menyajikan uraian satuan peta sedemikian rupa sehingga dapat diinterpretasikan oleh orang-orang yang memerlukan fakta-fakta mendasar tentang tanah (Rayes, 2007). Kegiatan evaluasi lahan dan survei tanah, sangat dianjurkan dalam rangka untuk merencanakan dan mengkoordinir upaya perbaikan dan pengelolaan lahan pada masing masing tipe penggunaan atau usahatani. Kegiatan evaluasi lahan ini mensuplai petani dengan informasi secara tepat dan akurat tentang apa yang seyogyanya dikerjakan, dan perbaikan apa saja yang diperlukan untuk pengelolaan lahannya. Termasuk ke dalam evaluasi tersebut adalah penelitian dan penilaian tentang tekstur tanah lapisan atas, tekstur tanah lapisan bawah, kedalaman solum dan subsoil, warna tanah lapisan atas, struktur tanah, keadaan batubatuan,

mudahnya diolah, permeabilitas subsoil, drainase permukaan, drainase internal profil tanah, kemiringan, derajat erosi, dan bahaya erosi bila tanah diolah. Disamping itu, semua tanah-tanah pertanian perlu diuji kesuburan, reaksi tanah, dan kondisi alkalinitas/ salinitasnya sehingga dapat diprediksi kesesuaian lahan bagi komoditas pertanian dengan kriteria kelas kesesuaian lahan dari yang paling sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) sampai yang tidak sesuai (N) (Raden dkk, 2010).
Menurut Rayes (2007) dalam survei tanah dikenal 3 macam metode survei, yaitu metode grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik), metode fisiografi dengan bantuan interpretasi foto udara (menggunakan prinsip amalitik), dan metode grid bebas yang merupakan penerapan gabungan dari kedua metode survey. Biasanya dalam metode grid bebas, pemeta ‘bebas’ memilih lokasi titik pengamatan dalam mengkonfirmasi secara sistematis menarik batas dan menentukan komposisi satuan peta.
Interpretasi terhadap hasil survei tanah bagi pengembang sampai saat ini
meliputi :
1. Pendugaan potensi produksi jenis-jenis tanaman utama pada setiap tipe tanah di bawah tingkat pengelolaan tertentu.
2. Kebutuhan masukan (input) bagi setiap jenis tanaman, yakni sebesar input yang perlu bagi setiap level produksi yang diinginkan atau setiap tipe tanah tertentu.
3. Kemungkinan perubahan perilaku setiap tipe tanah akibat irigasi.
4. Kemungkinan pembuatan drainase buatan.

5. Pendugaan respon terhadap penggunaan pupuk dan kapur yang banyak dikonsumsi oleh sifat-sifat tanah yang permanen berdasarkan tingkat
kesuburan yang ditunjukkan oleh uji tanah
(Hakim dkk, 1986).
Dengan teknologi ini, umumnya tutupan tanah (maupun sumber daya lahan lainnya) dipersepsikan sebagai bidang spasial (yaitu dengan menentukan nilai pada masing – masing titik sehingga secara kontiniu terjadi keragaman dalam ruang) yang berbeda dengan satuan peta yang digunakan dalam survei tradisional. (Rayes, 2007).
Tanah Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah,
baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian dan sebagainya. Segala macam jenis tanah dapat disawahkan asalkan air cukup tersedia. Kecuali itu padi sawah juga ditemukan pada berbagai macam iklim yang jauh lebih beragam dibandingkan dengan jenis tanaman lain. Karena itu tidak mengherankan bila sifat tanah sawah sangat beragam sesuai dengan sifat tanah asalnya (Hardjowigeno, 2003).
Penggenangan dapat mengendalikan nilai pH tanah sawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah. Air irigasi pada pertanaman padi sawah berfungsi menghilangkan zat beracun seperti H2S dan asam-asam organik yang dilepaskan selama dekomposisi

bahan organik. Tanah-tanah yang ber pH awal rendah akan ditingkatkan setelah penggenangan dan tanah ber pH tinggi akan diturunkan nilai akhir pH menuju netral. Pemberian pupuk kompos ternyata memperlihatkan sangat nyata terhadap kandungan (%) K2O pada pengamatan I (tanpa pupuk) dan II (100 kg Urea/Ha+50 kg TSP/Ha+25 kg KCl/Ha) sedang pada pengamatan III (200 kg Urea/Ha+100 kg TSP/Ha+50 kg KCl/Ha) hanya memperlihatkan perbedaan nyata bila dibandingkan dengan tanpa pupuk kompos. Bahan organik dapat memperkaya N, P, dan K. Penurunan K2O dapat diperkirakan antara lain disebabkan oleh pencucian air, diserap tanaman terangkut panen dan teradsorbsi terfiksasi liat (Sitanggang, 1996).

Faktor penting dalam proses pembentukan profil tanah sawah adalah genangan air di permukaan, dan penggenangan serta pengeringan yang bergantian. Proses pembentukan profil tanah sawah meliputi berbagai proses, yaitu:
1. proses utama berupa pengaruh kondisi reduksi-oksidasi (redoks) yang bergantian
2. penambahan dan pemindahan bahan kimia atau partikel tanah 3. perubahan sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi tanah, akibat penggenangan
pada tanah kering yang disawahkan, atau perbaikan drainase pada tanah rawa yang disawahkan. (Hardjowigeno, 2003). Pada tanah sawah bertekstur lempung berpasir, lapisan tapak bajak mulai terbentuk setelah tiga tahun penyawahan pada pengolahan tanah secara mekanis. Sedangkan pada tanah sawah bertekstur liat halus, lapisan tapak bajak terbentuk

setelah 10–12 tahun penyawahan. Setelah 50 tahun terlihat jelas, dan setelah 200 tahun, lapisan tapak bajak sudah berkembang dengan baik (Hardjowigeno, 2003).
Penggenangan pada sistem usaha tani tanah sawah secara nyata akan mempengaruhi perilaku unsur hara esensial dan pertumbuhan serta hasil padi. Perubahan kimia yang disebabkan oleh penggenangan tersebut sangat mempengaruhi dinamika dan ketersediaan hara padi. Transformasi kimia yang terjadi berkaitan erat dengan kegiatan mikroba tanah yang menggunakan oksigen sebagai sumber energinya dalam proses respirasi (Hardjowigeno, 2003).
Tanah sawah mempunyai persentase pasir dalam jumlah besar kurang baik untuk tanaman padi. Pada tanah sawah dituntut adanya lumpur, yang mengandung butir-butir tanah halus yang seluruhnya diselubungi air. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atas antara 18-22 cm terutama tanah muda dengan pH antara 4-7 sedangkan lapisan olah tanah sawah dengan kedalaman 18 cm (AAK, 1993).
Pemberian bahan organik dalam jumlah besar pada tanah tergenang dapat menyebabkan keracunan tanaman oleh asam-asam organik yang terbentuk. Panambahan ammonium sulfat dapat mengurangi efek keracunan tersebut. Hal itu disebabkan oleh pembentukan asam organik dihambat oleh kegiatan bakteri produksi sulfat yang meningkat jumlahnya akibat penambahan ammonium sulfat. Ammonium fosfat dan glukosa akan merangsang perubahan asam organik menjadi gas metana bila ditambahkan ke tanah. Kondisi seperti ini menunjukkan banyaknya bakteri metana dalam tanah tergenang (Damanik dkk, 2010).

C-organik Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus (Stevenson, 1994).
Hasil proses fotosintesis merupakan sumber utama bahan organik tanah, yaitu bagian atas tanaman seperti daun, duri, serta sisa tanaman termasuk rerumputan, gulma dan limbah pasca panen ( Sutanto, 2005).
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah : - Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah - Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro lainnya - Manambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas
tukar kation menjadi tinggi) - Sumber energi bagi mikroorganisme - Menambah kemampuan tanah (Hardjowigeno, 2003).
Karbon merupakan komponen utama dari bahan organik. Pengukuran C-Organik secara tidak langsung dapat menentukan bahan organik melalui

penggunaan faktor koreksi tertentu. Faktor yang selama beberapa tahun ini digunakan adalah faktor Van bemmelen yaitu 1.724 dan didasarkan pada asumsi bahwa bahan organik mengandung 58 % karbon (Mukhlis, 2007).
Perhitungan kadar C organik adalah C-organik (%)= ppm kurva x ml ekstrak 1.000 ml-1 x 100 mg contoh-1 x fk
= ppm kurva x 100 1.000-1 x 100 500-1 x fk = ppm kurva x 10 500-1 x fk Keterangan dari perhitungan kadar C organik ialah: ppm kurva adalah kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko. 100 adalah konversi ke % fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 – % kadar air) (Balit Tanah, 2005). Pada tanah sawah umumnya tanaman yang dibudidayakan adalah padi meskipun kadang diganti dengan tanaman lain seperti palawija, hortikultura dan tanaman semusim lainnya. Pada lahan dengan pola tanam padi-padi terjadi penurunan kesuburan tanah yang disebabkan pengangkutan bahan organik tanpa pengembalian lagi kedalam tanah. Rotasi tanaman padi dengan tanaman semusim lainnya pada tanah sawah dapat membantu memperbaiki tanah dan menambah bahan organik tanah. Relatif singkatnya umur tanaman semangka (60-75 hari), mudah dijadikan sebagai tanaman penyelang di tanah sawah pada musim kemarau, sebagai bera pasca panen padi menunggu musim tanam berikutnya. Pada saat penanaman semangka petani bisa mengembalikan jerami padi kedalam


tanah yang digunakan sebagai mulsa untuk tanaman semangka dan menjadi sumber bahan organik (BPTP Sumatera Barat, 2010).
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah mengandung karbon yang tinggi. Pengaturan jumlah karbon di dalam tanah meningkatkan produktivitas tanaman dan keberlanjutan umur tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah dan penggunaan hara secara efisien. Selain itu juga perlu diperhatikan bahwa ketersediaan hara bagi tanaman tergantung pada tipe bahan yang termineralisasi dan hubungan antara karbon dan nutrisi lain (misalnya rasio antara C/N, C/P, dan C/S) (Departemen Pertanian, 2008).
Kandungan bahan organik lahan pertanian di Indonesia secara umum termasuk rendah, disebabkan oleh masih rendahnya kesadaran petani untuk mengembalikan limbah panen ke dalam tanah. Katagorisasi tingkat kandungan bahan organik tanah menurut Balai Besar Penelitian Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) adalah rendah apabila kurang dari 2%, sedang apabila kandungan bahan organik tanah 2-3%, dan tinggi apabila lebih dari 3%. Laporan Las dan Tim (2008) menyebutkan bahwa 73% lahan pertanian Indonesia memiliki kandungan bahan organik yang rendah, 23% sedang, dan hanya 4% yang berstatus tinggi (Suwarno dkk, 2009).
Hairah et al. (2000) mengemukakan beberapa cara untuk mendapatkan bahan organik:
1. Pengembalian sisa panen. Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang dapat dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2 – 5 ton per ha, sehingga tidak dapat memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik minimum. Oleh karena itu, masukan bahan organik dari sumber lain tetap diperlukan.

2. Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari hewan liar seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk menambah kandungan bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan seringkali sulit dilakukan karena memerlukan biaya transportasi yang besar.
3. Pemberian pupuk hijau. Pupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari pangkasan tanaman penutup yang ditanam selama masa bera atau pepohonan dalam larikan sebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk tanaman penutup tanah dari famili leguminosae dapat memberikan masukan bahan organik sebanyak 1.8 – 2.9 ton per ha (umur 3 bulan) dan 2.7 – 5.9 ton per ha untuk yang berumur 6 bulan.

Kondisi Umum Wilayah Penelitian Wilayah Kecamatan Sei Bamban luasnya 72,26 km2 atau 7.226 Ha.
Kecamatan Sei Bamban terdiri dari 10 desa dan 82 dusun. Kecamatan Sei Bamban beriklim tropis dengan suhu maximum 35 oC. Curah hujan yang paling menonjol pada Bulan September dan Desember. Sedangkan musimkemarau terjadi pada Bulan Januari s/d Agustus. Kecamatan Sei Bamban memiliki lahan sawah irigasi ½ teknis sebesar 5.461 ha dan lahan sawah irigasi sederhana sebesar 1.342 ha (BPS, 2012).

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban
Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas 1862 ha dan ketinggian tempat ± 14 m dari permukaan laut. Disamping itu penelitian juga dilakukan di Laboratorium Sistem Informasi Geografis, dan Laboratorium Sentral, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2015 sampai selesai. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian skala 1 : 50000, sampel tanah yang diambil dari daerah penelitian, serta bahan – bahan kimia untuk analisis tanah.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Position System (GPS) untuk mengetahui titik koordinat dan ketinggian tempat, bor tanah untuk mengambil sampel tanah, meteran untuk mengukur kedalaman tanah, pisau untuk mengambil tanah dari bor tanah, kamera untuk mendokumentasikan kegiatan di lapangan, kantong plastik sebagai tempat sampel tanah, karet gelang untuk mengikat sampel tanah dalam kantong plastik, label untuk menandai sampel tanah, dan alat tulis serta peralatan analisis tanah di laboratorium. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survey Grid Bebas tingkat survei semi detail (kerapatan pengamatan 1 sampel tiap 25 Ha) dan analisis data C-Organik tanah metode Walkley and Black % ,yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu sebagai berikut:


Tahap Persiapan Sebelum kegiatan penelitian dilakukan maka terlebih dahulu diadakan
rencana penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta-peta yang dibutuhkan, dan persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Pengumpulan data iklim untuk Desa Sei Bamban selama 10 tahun (20022012) diperoleh dari Stasiun Klimatologi meliputi data: temperatur dan kelembaban udara. Tahap Kegiatan di Lapangan
Pekerjaan dimulai dengan survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan orientasi lapangan penelitian seperti pengambilan titik koordinat. Setelah survei pendahuluan, dilanjutkan dengan pelaksanaan survei utama dengan tujuan utamanya adalah pengambilan contoh tanah komposit.
Pelaksanaan pengambilan contoh tanah dengan menggunakan metode acak tersebar pada jarak tertentu sesuai dengan luasan yang telah ditentukan dengan berpedoman pada peta dasar. Kemudian dilakukan pengambilan sampel tanah menggunakan bor tanah pada kedalaman 0 - 20 cm. Dari tiap pengambilan contoh tanah tersebut, maka dicatat hasil pembacaan koordinat pada GPS.
Setelah diperoleh sampel tanah dari pengeboran, maka diambil ± 2 Kg untuk setiap contoh tanah dan dianalisis C-Organik. Analisis Laboratorium
Sampel tanah yang diambil dari daerah penelitian dianalisis di laboratorium untuk mengetahui keadaan C-Organik dalam tanah. Sebagai dasar untuk mengetahui tingkat penyebaran C-Organik dalam tanah pada areal tersebut,

dilakukan analisis laboratorium C-Organik dengan metode Walkley and Black, % C-Organik x 1.724 Pengolahan Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis spasial menggunakan GIS (Geografic Information System). Out put analisis spasial adalah C-Organik dalam tanah. Data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan kriteria penilaian sifat – sifat tanah yang dibuat oleh Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas 1862 ha dan ketinggian tempat ± 14 m dari permukaan laut sehingga di peroleh 86 titik pengambilan sampel .Sampel yang diperoleh di analisis dengan metode Walkley and Black % sehingga di dapat data kandungan C-organik tanah pada Tabel berikut :
Tabel 1. Hasil Analisis C-organik

No Lapangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9


Titik koordinat

Bujur Timur

Lintang Utara

517939

387198

518173

387178

517816

386769

518271


386749

518661

386613

517549

386340

517790

386334

518284

386373

518817


386405

Parameter (Corganik %)

BPPM (1982)

0,30 Sangat rendah 0,54 Sangat rendah 0,82 Sangat rendah 0,15 Sangat rendah 0,57 Sangat rendah 0,63 Sangat rendah 1,09 Rendah 0,88 Sangat rendah 0,39 Sangat rendah

10

517783

385898

11

518160

385989

12

518791

385833

13

519135

385645

14

518004

385417

15

518388

385365

16

518791

385326

0,42 Sangat rendah 0,51 Sangat rendah 0,86 Sangat rendah 2,33 Sedang 2,54 Sedang 2,85 Sedang 3,08 Tinggi

17

519181

385274

18

518524

385034

19

518843

384930

20

519365

384897

21

519642

384729

22

519492

384378

23

519778

384313

24

519505

384014

25

519778

383903

26

520201

383754

27

519427

383351

28

519804

383377

2,62 Sedang 2,51 Sedang 2,85 Sedang 1,50 Rendah 2,51 Sedang 2,81 Sedang 2,51 Sedang 2,93 Sedang 2,63 Sedang 1,35 Rendah 0,08 Sangat rendah 0,56 Sangat rendah

29

520240

383331

30

518999

382831

31

519330

382870

32

519824

382922

33

520266

382876

34

520688

382812

35

519362

382474

36

519772

382415

37

520311

382389

38

520792

382396

39

521177

382241

40

519507

382057

41

519852

381973

42

520345

381930

43

520818

381902

44

521920

381874

45

520395

381444

46

520825

381416

47

521360

381423

48

521826

381402

0,08 Sangat rendah 0,19 Sangat rendah 0,30 Sangat rendah 0,81 Sangat rendah 0,67 Sangat rendah 0,91 Sangat rendah 0,74 Sangat rendah 0,91 Sangat rendah 0,21 Sangat rendah 0,67 Sangat rendah 0,25 Sangat rendah 0,42 Sangat rendah 0,77 Sangat rendah 0,63 Sangat rendah 1,16 Rendah 0,14 Sangat rendah 0,60 Sangat rendah 0,49 Sangat rendah 1,12 Rendah
2,00 Rendah

49

522080

381289

50

520888

381000

51

521516

381099

52

521882

380979

53

522277

380810

54

521431

380302

55

521833

380471

56

522270

380570

57

521487

380091

58

521685

380154

59

516581

382707

60

516385

382768

61

516612

382524

62

516275

382389

63

515969

382340

64

516110

381900

65

515914

381820

66

516110

381312

67

515829

381386

68

516740

380884

69

516410

381018

0,46 Sangat rendah 0,39 Sangat rendah 0,28 Sangat rendah 1,07 Rendah 1,07 Rendah 0,70 Sangat rendah 0,60 Sangat rendah 1,25 Rendah 0,37 Sangat rendah 0,92 Sangat rendah 0,40 Sangat rendah 0,37 Sangat rendah 0,07 Sangat rendah 0,22 Sangat rendah 0,59 Sangat rendah 0,55 Sangat rendah 1,04 Rendah 0,97 Sangat rendah 0,81 Sangat rendah 0,89 Sangat rendah 0,77 Sangat rendah

70

515657

381049

71

515223

380927

72

515180

381324

73

515357

381857

74

514911

381043

75

514666

381465

76

514684

381863

77

514397

381771

78

514641

382352

0,66 Sangat rendah 1,81 Rendah 1,12 Rendah 1,58 Rendah 0,62 Sangat rendah 1,58 Rendah 1,04 Rendah 0,27 Sangat rendah 0,50 Sangat rendah

79

514617

382793

80

513564

383735

81

513344

383460

82

513320

382921

83

513338

382316

84

513338

381893

85

513405

381545

86

513589

381844

1,35 Rendah 0,62 Sangat rendah 0,62 Sangat rendah 0,27 Sangat rendah 0,66 Sangat rendah 0,66 Sangat rendah 0,89 Sangat rendah 0,66 Sangat rendah

Berdasarkan hasil analisis contoh tanah yang dapat di lihat pada Tabel 1 maka kandungan C- organik yang tertinggi dengan nilai 3,08 % pada sampel 16 dan terendah sebesar 0, 07 % pada sampel 61.

Menurut kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982), maka hasil analisis data tanah pada daerah penelitian dapat digolongkan menjadi 4 golongan status hara yaitu sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi.

Data luas wilayah untuk status hara disajikan pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Sebaran Luas Wilayah Status Hara C-organik

Status hara

Luas (Ha)

Luas (%)

Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Total

0.74 140.10 196.34 901.66 1238.84

0.06 11.31 15.85 72.78 100.00

Dari Tabel 2 di atas dapat kita lihat bahwa kriteria status hara sangat rendah memiliki luas yang sangat besar dibandingkan kriteria status hara rendah, sedang dan tinggi. Wilayah dengan status hara sangat rendah sebesar 901,664 Ha atau 72,78% dari luas penelitian, status hara rendah sebesar 196,342 Ha atau 15,85% dari luas penelitian, status hara sedang sebesar 140,099 Ha atau 11,31% dari luas penelitian dan status hara tinggi sebesar 0,739 Ha atau 0,06% dari luas penelitian.

Gambar 1. Peta Penyebaran C-organik
Pembahasan
Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan metode survey grid bebas dengan luas 25 ha tiap grid. Dari luas maka di peroleh sampel tanah sebanyak 86 sampel. Sampel yang diperoleh di analisis dengan metode Walkley and Black % sehingga di peroleh data hasil dan di lakukan pengolahan data spasial dari hasil pengukuran C-organik (%). Tanah dipetakan dengan menggunakan bantuan Sistem Informasi Geografis dengan mengunakan metode interpolasi.
Berdasarkan peta penyebaran status hara C-organik, status hara sangat rendah lebih dominan atau memiliki luasan yang sangat besar berarti tanah pada lokasi penelitian tergolong memiliki kandungan ketersediaan C-organik yang rendah bagi tanaman hal ini mungkin disebabkan kebiasaan petani yang membersihkan lahannya setelah masa panen selesai. Sisa sisa panen yang berupa

jerami padi merupakan sumber bahan organik bagi tanah, namun jerami padi yang dihasilkan langsung dibakar oleh petani. Hal ini yang menyebabkan bahan organik pada tanah berkurang. Hal ini sesuai dengan literatur Suwarno dkk, 2009 yang menyatakan Jerami padi yang sebenarnya dapat dipergunakan untuk menambah kandungan bahan organik tanah, yang oleh petani lebih sering dibakar setelah panen karena singkatnya turn around time (waktu antara panen sampai tanam padi musim berikutnya). Hal tersebut berakibat pada penurunan kandungan bahan organik tanah sawah.
Berdasarkan peta penyebaran status hara C-organik, status hara sedang dan status hara tinggi memiliki luasan yang lebih sempit daripada status hara sangat rendah, ini dikarenakan pada sebagian wilayah penelitian para petani melakukan rotasi tanaman padi dengan tanaman semusim lainnya yang dapat membantu memperbaiki tanah dan menambah kandungan bahan organik tanah. Rotasi tanaman tersebutlah yang menyebabkan kandungan status hara pada lokasi penelitian berbeda. Hal ini sesuai dengan literatur BPTP Sumatera Barat (2010) yang menyatakan bahwa rotasi tanaman padi dengan tanaman semusim lainnya pada tanah sawah dapat membantu memperbaiki tanah dan menambah kandungan bahan organik tanah.
Berdasarkan sebaran C-organik pada wilayah penelitian banyak sekali kandungan C-organik < 2%. Kategorisasi tingkat kandungan bahan organik tanah menurut Balai Besar Penelitian Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) adalah rendah apabila kurang dari 2%, sedang apabila kandungan bahan organik tanah 23%, dan tinggi apabila lebih dari 3%. Keadaan lahan yang seperti itu perlu ditingkatkan kandungan C-organik nya, karena penambahan bahan organik ke

dalam tanah mengandung karbon, pengaturan jumlah karbon dalam tanah dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan keberlanjutan umur tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah dan penggunaan hara secara efisien. Hal ini sesuai dengan literatur Departemen Pertanian (2008) yang menyatakan pengaturan jumlah karbon di dalam tanah meningkatkan produktivitas tanaman dan keberlanjutan umur tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah dan penggunaan hara secara efisien. Untuk meningkatkan kandungan C-organik perlu ditambahkan penambahan bahan organik dengan beberapa cara misalnya: pengembalian sisa sisa panen, pemberian pupuk kandang dan pemberian pupuk hijau. Hal ini sesuai dengan literatur Brady (1990) yang menyatakan bahwa beberapa cara untuk mendapatkan bahan organik: dengan melakukan pengembalian sisa sisa panen, pemberian pupuk kandang dan pemberian pupuk hijau.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Sebaran luas wilayah status hara C-organik dengan luas wilayah 1238.844 Ha dengan penyebaran sangat rendah 901,664 Ha (72,78%), rendah 196,342 Ha (15,85%), sedang 140,099 Ha (11,31%) dan tinggi 0,739 Ha (0,06%).
2. Kandungan C- organik yang tertinggi dengan nilai 3,08 % pada sampel 16 dan terendah sebesar 0, 07 % pada sampel 61.
Saran
Pada lokasi penelitian perlu dilakukan penambahan bahan organik ataupun pupuk organik untuk menambah kandungan bahan organik dalam tanah.

DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1993. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta.
Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat. 2010. Pesisir Selatan Berpeluang Kembangkan Semangka Setelah Padi Sawah. Balai pengkajian Teknologi Pertanian. Sumatera Barat, Indonesia.
BPS. 2012. Kecamatan Sei Bamban Dalam Angka. Badan Pusat Statistika Kabupaten Serdang Bedagai.
Brady, N.C. (1990) The Nature and Properties of Soil. Mac Millan Publishing Co., New York
Damanik M.M., B. E Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin dan H. Hanum, 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara Press. Medan
Departemen Pertanian, 2008. Pedoman Teknik Reklamasi Lahan Sawah Berbahan Organik Rendah Tahun 2008. Direktorat Pengolahan Lahan. Direktorat Pengelolaan Lahan dan Air. Jakarta.
Hakim, N., M. Y., Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Diha, G. B. Hong, H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Ultisol. Universitas Lampung, Lampung.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo, Jakarta. 286 p.
Hardjowigeno. S dan L. Rayes. 2005. Tanah Sawah. Bayumedia. Malang.
Muhklis. 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU Press. Medan.
Raden, I., Thamrin, Syarif, S.F., Fadli dan Darmi. 2010. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi dan Padi Ladang Di Desa Bila Talang Kecamatan Tabang Kabupaten Kutai Kartanegara. Pertanian UNIKARTA, Kartanegara..
Rayes, M.L, 2007, Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Sitanggang, M. 1996. Sifat Kimia Tanah Sawah Selama Masa Tanam Sebagai Akibat Pemberian Kompos dan NPK. Kultura (Sains dan Teknologi).

Stevenson, F. J. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reactions. 2th ed. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Sutanto, R.2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta.
Suwarno, Unang G. Kartasasmita, dan Djuber Pasaribu. 2009. Pengayaan Kandungan Bahan Organik Tanah Mendukung Keberlanjutan Sistem Produksi Padi Sawah.