Inventarisasi Vegetasi Pakan Gajah dan Kelimpahannya Berdasarkan Pengetahuan Lokal Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Di Resort Sei Lepan)

INVENTARISASI
VEGETASI
PAKAN
GAJAH
DAN
KELIMPAHANNYA BERDASARKAN PENGETAHUAN
LOKAL DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER
(Studi Kasus di Resort Sei Lepan)

SKRIPSI

Oleh:
WILLIAM SITORUS
071201025/ MANAJEMEN HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011

Universitas Sumatera Utara


INVENTARISASI
VEGETASI
PAKAN
GAJAH
DAN
KELIMPAHANNYA BERDASARKAN PENGETAHUAN
LOKAL DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER
(Studi Kasus di Resort Sei Lepan)

SKRIPSI

Oleh:
WILLIAM SITORUS
071201025/ MANAJEMEN HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara


PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011

Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi

: Inventarisasi Vegetasi Pakan Gajah dan Kelimpahannya
Berdasarkan Pengetahuan Lokal Di Taman Nasional
Gunung Leuser (Studi Kasus Di Resort Sei Lepan)

Nama

: William Sitorus

NIM

: 071201025


Departemen

: Kehutanan

Program Studi

: Manajemen Hutan

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Pindi Patana, S.Hut., M.Sc.

Ir. Ma’rifatin Zahra., M.Si.

Ketua

Anggota


Mengetahui,

(Siti Latifah, S.Hut, MSi, Ph.D)
Ketua Program Studi Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

WILLIAM SITORUS: Inventarisasi Vegetasi Pakan Gajah Dan Kelimpahannya
Berdasarkan Pengetahuan Lokal Di Taman Nasional Gunung Leuser
(Studi Kasus Di Resort Sei Lepan). Dibimbing oleh PINDI PATANA dan
MA’RIFATIN ZAHRA.
Meningkatnya kebutuhan lahan untuk dijadikan pemukiman, lahan
pertanian, perkebunan atau perambahan dapat mengakibatkan perubahan kondisi
lahan menjadi terbuka. Penyusutan lahan hutan atau hilangnya habitat satwa liar
khususnya Gajah sumatera memaksa mereka masuk kedalam areal pemukiman
masyarakat, sehingga memicu konflik manusia dengan gajah. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mendapatkan data mengenai jenis pakan Gajah sumatera
berdasarkan pengetahuan masyarakat lokal serta menganalisa kelimpahannya.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di Resort Sei Lepan, Taman
Nasional Gunung Leuser yang menggunakan analisis vegetasi dengan penentuan
jalur atas dasar titik keluar-masuknya gajah dengan arah memotong kontur.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 17 jenis vegetasi pakan Gajah
sumatera di Resort Sei Lepan. Di areal budidaya masyarakat lokal juga didapati 6
jenis vegetasi pakan gajah. Rambutan hutan (Nephelium mutabile) merupakan
vegetasi pakan gajah yang paling banyak dijumpai di lokasi penelitian dan
Cekapung (Oroxylum indicum) merupakan vegetasi pakan yang paling disukai
Gajah sumatera.
Kata kunci: Gajah sumatera, Vegetasi Pakan, Rambutan hutan

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

WILLIAM SITORUS: Inventory of vegetation and abundance of Sumatran
elephants feed based on local knowledge in the Gunung Leuser National Park
(A case study in Resort Sei Lepan). Guided by PINDI PATANA and
MA'RIFAATIN ZAHRA.
Increasing need for land to be used as residential, agricultural land,

plantation or encroachment can lead to changes in the condition of land into the
opened area. Shrinkage or disappearance of forest land of wildlife habitat of
Sumatran elephants in particular force them into residential areas of society, and
trigger the human elephant conflict. Purpose of this study was to obtain data on
the type of feed Sumatran elephants based on their knowledge of local
communities as well as analyze abundance. Study was conducted in April 2011 in
the Resort Sei Lepan, Gunung Leuser National Park using vegetation analysis by
determining the path on the basis of entry points to the direction of cutting
elephant contours.
The results showed there are 17 types of vegetation of Sumatran elephants
feed, at Resort Sei Lepan. In the cultivation area of local communities were also
found 6 types of elephants vegetation feeds. Rambutan hutan
(Nephelium mutabile) is the vegetation that elephants feed most often found
location of research and Cekapung (Oroxylum indicum) was the most preferred
vegetation feed of Sumatran elephants.
keywords: Sumatran elephants, Vegetation feed, Rambutan hutan

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 24 Juni 1989 dari Ayah Alfred L
Sitorus dan Ibu RH Idawaty Silalahi. Penulis merupakan anak ke tiga dari tiga
bersaudara.
Penulis memulai pendidikan di SD Nasrani I Medan dan lulus tahun 2001.
Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Katolik Tri Sakti I Medan dan lulus
tahun 2004. Pada tahun 2007 penulis lulus dari SMA Cahaya Medan dan pada
tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui
jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program
Studi Manajemen Hutan, Depertemen Kehutanan.
Selain mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU. Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten
Praktik Pengenalana Ekosistem Hutan (PEH) tahun 2010 dan asisten praktikum
Silvikultur tahun 2010.
Penulis melaksanakan Praktik pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di
hutan mangrove Pulau Sembilan, Pangkalan Susu dan hutan dataran rendah Aras
Napal, Kabupaten Langkat Sumatera Utara pada tanggal 8 sampai 19 Juni 2009.
Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Perum PERHUTANI
Unit II (KPH Madiun) Jawa Timur, pada tanggal 8 Januari sampai 8 Februari
2011. Penulis melaksanakan penelitian mulai bulan April 2011di Taman Nasional

Gunung Leuser, studi kasus di Resort Sei Lepan.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang
berjudul ”Inventarisasi Vegetasi Pakan Gajah dan Kelimpahannya Berdasarkan
Pengetahuan

Lokal

Di

Taman

Nasional

Gunung


Leuser

(Studi Kasus Di Resort Sei Lepan)” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Program Studi Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua penulis
A. Sitorus dan RH. Idawati Silalahi yang sampai sekarang terus memberi
dukungan moral dan terus bekerja keras untuk kelanjutan studi penulis saat ini,
dan kepada Darwin Silalahi (Tulang Tania) yang memberi dukungan materil
sampai sekarang. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing skripsi Pindi Patana, S.Hut., M.Sc dan Ir. Ma’rifatin Zahra., M.Si
yang telah mengarahkan penulisan hasil penelitian ini hingga dapat diselesaikan.
Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kehutanan.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI


Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v
PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................................. 1
Tujuan .......................................................................................................... 2
Manfaat ....................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Kondisi Lokasi Penelitian..............................................................
Gajah Sumatera
Taksonomi ...............................................................................................
Morfologi dan Anatomi ............................................................................
Habitat .....................................................................................................
Pakan ......................................................................................................
Daya Dukung Habitat ...................................................................................

6

6
7
8
10

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat ........................................................................................
Bahan dan Alat .............................................................................................
Pengumpulan data .........................................................................................
Metode Penelitian .........................................................................................
Analisis data .................................................................................................

11
11
12
12
14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Jenis Vegetasi Pakan Gajah .........................................................
Keanekaragaman JenisVegetasi Pakan Gajah ................................................
Kelimpahan Jenis Vegetasi Pakan Gajah .......................................................
Faktor Pemicu Konflik Gajah........................................................................

17
24
26
28

3

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan................................................................................................... 29
Saran ............................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No
Halaman
1. Titik keluar masuknya gajah di Resort Sei Lepan .................................. 13
2.

Ukuran sub-petak permudaan ................................................................ 14

3.

Jenis vegetasi pakan gajah berdasarkan pengetahuan masyarakat lokal
dan data sekunder .................................................................................. 17

4.

Jenis pakan gajah di areal pertanian masyarakat .................................... 20

5.

Nilai keanekaragaman Shannon-wiener vegetasi hutan .......................... 25

6.

Indeks kekayaan jenis Menhinick .......................................................... 26

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No
Halaman
1. Peta perubahan penutupan hutan TNGL ................................................. 4
2.

Peta SPTN VI besitang ........................................................................... 11

3.

Metode kombinasi jalur dan garis berpetak............................................. 13

4.

Kurva luas petak contoh ......................................................................... 16

5.

Histogram persentase komposisi jenis vegetasi pakan gajah dengan
vegetasi non-pakan gajah lokasi penelitian ............................................ 21

6.

Histogram keanekaragaman jenis setiap vegetasi tiap tingkatan .............. 25

7.

Kotoran gajah (Elephant dung)............................................................... 27

8.

Gesekan badan gajah .............................................................................. 27

9.

Bekas kubangan gajah ............................................................................ 27

10. Jejak kaki gajah ..................................................................................... 27
11. Titik keluar masuknya gajah................................................................... 28

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No
Halaman
1. Index Shannon-Weiner dan index kekayaan jenis Menhinick tingkat
tumbuhan bawah .................................................................................... 32
2.

Index Shannon-Weiner dan index kekayaan jenis Menhinick tingkat
semai...................................................................................................... 34

3.

Index Shannon-Weiner dan Index kekayaan jenis Menhinick tingkat
pancang .................................................................................................. 36

4.

Index Shannon-Weiner dan index kekayaan jenis Menhinick tingkat
tiang ....................................................................................................... 38

5.

Index Shannon-Weiner dan index kekayaan jenis Menhinick tingkat
Pohon..................................................................................................... 40

6.

Foto tumbuhan bawah ............................................................................ 43

7.

Foto tumbuhan berkayu .......................................................................... 45

8.

Daftar nama tumbuhan di lokasi penelitian ............................................. 50

9.

Peta komposisi jenis vegetasi pakan gajah sumatera di Resort
Sei Lepan ............................................................................................... 51

10. Peta komposisi vegetasi non pakan gajah sumatera di Resort
Sei Lepan ............................................................................................... 52
11. Deskripsi masyarakat lokal pendamping penelitian................................. 53

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

WILLIAM SITORUS: Inventarisasi Vegetasi Pakan Gajah Dan Kelimpahannya
Berdasarkan Pengetahuan Lokal Di Taman Nasional Gunung Leuser
(Studi Kasus Di Resort Sei Lepan). Dibimbing oleh PINDI PATANA dan
MA’RIFATIN ZAHRA.
Meningkatnya kebutuhan lahan untuk dijadikan pemukiman, lahan
pertanian, perkebunan atau perambahan dapat mengakibatkan perubahan kondisi
lahan menjadi terbuka. Penyusutan lahan hutan atau hilangnya habitat satwa liar
khususnya Gajah sumatera memaksa mereka masuk kedalam areal pemukiman
masyarakat, sehingga memicu konflik manusia dengan gajah. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mendapatkan data mengenai jenis pakan Gajah sumatera
berdasarkan pengetahuan masyarakat lokal serta menganalisa kelimpahannya.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di Resort Sei Lepan, Taman
Nasional Gunung Leuser yang menggunakan analisis vegetasi dengan penentuan
jalur atas dasar titik keluar-masuknya gajah dengan arah memotong kontur.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 17 jenis vegetasi pakan Gajah
sumatera di Resort Sei Lepan. Di areal budidaya masyarakat lokal juga didapati 6
jenis vegetasi pakan gajah. Rambutan hutan (Nephelium mutabile) merupakan
vegetasi pakan gajah yang paling banyak dijumpai di lokasi penelitian dan
Cekapung (Oroxylum indicum) merupakan vegetasi pakan yang paling disukai
Gajah sumatera.
Kata kunci: Gajah sumatera, Vegetasi Pakan, Rambutan hutan

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

WILLIAM SITORUS: Inventory of vegetation and abundance of Sumatran
elephants feed based on local knowledge in the Gunung Leuser National Park
(A case study in Resort Sei Lepan). Guided by PINDI PATANA and
MA'RIFAATIN ZAHRA.
Increasing need for land to be used as residential, agricultural land,
plantation or encroachment can lead to changes in the condition of land into the
opened area. Shrinkage or disappearance of forest land of wildlife habitat of
Sumatran elephants in particular force them into residential areas of society, and
trigger the human elephant conflict. Purpose of this study was to obtain data on
the type of feed Sumatran elephants based on their knowledge of local
communities as well as analyze abundance. Study was conducted in April 2011 in
the Resort Sei Lepan, Gunung Leuser National Park using vegetation analysis by
determining the path on the basis of entry points to the direction of cutting
elephant contours.
The results showed there are 17 types of vegetation of Sumatran elephants
feed, at Resort Sei Lepan. In the cultivation area of local communities were also
found 6 types of elephants vegetation feeds. Rambutan hutan
(Nephelium mutabile) is the vegetation that elephants feed most often found
location of research and Cekapung (Oroxylum indicum) was the most preferred
vegetation feed of Sumatran elephants.
keywords: Sumatran elephants, Vegetation feed, Rambutan hutan

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin meningkat, maka
kebutuhan lahan untuk dijadikan pemukiman, lahan pertanian serta perkebunan
dirasakan semakin meningkat pula. Hal tersebut menyebabkan konversi-konversi
lahan, baik dari lahan pertanian menjadi daerah pemukiman maupun dari lahan
hutan menjadi areal perkebunan dan pertanian. Berbagai kegiatan yang ada di
sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) telah mengubah kondisi
penggunaan lahan. Kondisi open acces telah terjadi beberapa tahun yang lalu
sehingga pendudukan, perambahan, dan spekulasi lahan menjadi suatu
keniscayaan (Rahmi, 2009).
Penyusutan atau hilangnya habitat satwa besar ini telah memaksa mereka
masuk ke dalam kawasan berpenduduk sehingga memicu konflik manusia dengan
gajah, yang sering berakhir dengan kematian gajah atau manusia, kerusakan
kebun dan lahan pertanian, serta harta benda. Pembangunan industri pulp dan
kertas serta industri kelapa sawit adalah salah satu pemicu hilangnya habitat gajah
di Sumatera. Pembangunan perkebunan kelapa sawit memicu terjadinya konflik
manusia-satwa yang setiap hari semakin memuncak. Pohon-pohon sawit muda
adalah makanan kesukaan gajah dan kerusakan yang ditimbulkan gajah ini dapat
menyebabkan

terjadinya

pembunuhan

dan

penangkapan

(World Wild Life-Indonesia, 2010).
Kelompok gajah bergerak dari satu wilayah ke wilayah yang lain, dan
memiliki daerah jelajah (home range) yang terdeterminasi mengikuti ketersediaan
pakan, tempat berlindung dan berkembang biak. Kehilangan habitat, fragmentasi

Universitas Sumatera Utara

habitat serta menurunnya kualitas habitat gajah karena konversi hutan atau
pemanfaatan sumberdaya hutan untuk keperluan pembangunan non kehutanan
maupun industri kehutanan merupakan ancaman serius terhadap kehidupan gajah
dan ekosistemnya. Ancaman lain yang tidak kalah serius adalah perburuan ilegal
gading gajah (Sukumar, 2003 dalam Sinaga, 2004).
Karena kondisi hutan yang sudah terfragmentasi dan koridor yang
menghubungkan hutan yang satu dengan hutan lainnya tidak berfungsi, sehingga
untuk mempertahankan populasi gajah perlu dilakukan pengayaan dan perbaikan
habitat. Oleh karena itu penelitian ini penting dilakukan guna untuk mengetahui
keanekaragaman dan kelimpahan jenis pakan alami gajah di kawasan Taman
Nasional Gunung Leuser (Resort Sei Lepan).

Tujuan
1. Mendapatkan data mengenai jenis pakan yang disukai gajah di dalam
habitatnya (kawasan konservasi) berdasarkan pengetahuan masyarakat lokal.
2. Menganalisa kelimpahan pakan yang disukai gajah di Resort Sei Lepan.

Manfaat
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan referensi mengenai jenis
vegetasi pakan gajah di TNGL yang dapat digunakan sebagai data pemilihan
tumbuhan untuk

ditanam sebagai upaya pengayaan pakan gajah dan

penanggulangan konflik gajah-manusia.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Kondisi Lokasi Penelitian
Kawasan konservasi merupakan kawasan hutan dengan ciri khas tertentu,
yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya. Penetapan kawasan konservasi merupakan implementasi
strategi konservasi ekosistem dan strategi konservasi in-situ yang diarahkan
sebagai fungsi pokok perlindungan/suaka dan pelestarian alam. Taman Nasional
(TN) merupakan kawasan pelestarian alam, yang mempunyai ekosistem asli,
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.
Adapun Kawasan Pelestarian Alam didefinisikan sebagai kawasan dengan ciri
khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi
perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keanekaragaman jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar (Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser, 2011).
Taman Nasional Gunung Leuser biasa disingkat TNGL adalah salah satu
Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia seluas 1.094.692 Hektar yang secara
administrasi pemerintahan terletak di dua Provinsi Aceh dan Sumatera Utara.
Provinsi Aceh yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Aceh Barat
Daya,Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tamiang,
sedangkan Provinsi Sumatera Utara yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten
Dairi, Karo dan Langkat. Taman nasional ini mengambil nama dari Gunung
Leuser yang menjulang tinggi dengan ketinggian 3404 meter di atas permukaan
laut di Aceh. Taman nasional ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai
pegunungan tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis, dikelola

Universitas Sumatera Utara

dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi
(Joewono, 2011).

Gambar 1. Peta perubahan penutupan hutan TNGL
Taman Nasional Gunung Leuser memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu :
a. perlindungan sistem penyangga kehidupan; b. pengawetan keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; c. pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya (BBTNGL, 2011).
Alih fungsi hutan dan aksi illegal logging di kawasan hutan Taman
Nasional Gunung Leuser (TNGL) Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN)
Wilayah VI Besitang merupakan masalah ekologis yang belum dapat teratasi
secara komprehensif. Dampak kerugian dari aktivitas ilegal ini kerab menjadi

Universitas Sumatera Utara

pembahasan seiring berlalunya peristiwa bencana. Hampir di sepanjang pinggiran
sungai kondisi tanah longsor (Hakim, 2010).
Kasus alih fungsi hutan tidak hanya terjadi di lokasi pengungsian di
kawasan Resort Sei Lepan dan Resort Sekoci. Di kawasan ini, ada sekira 400 ha
kawasan hutan ditanami kelapa sawit oleh dua perusahaan perkebunan. Tidak
hanya kedua perusahaan swasta, tapi kasus alih fungsi hutan yang melibat tiga
usaha perkebunan juga sudah lama berlangsung di kawasan Resort Sekoci dan Sei
Lepan. Ratusan hektar kawasan di zona inti TNGL kini telah beralih fungsi
menjadi areal perkebunan (Hakim, 2010).
Sekitar 19.000 hektar areal Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang
ada di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, mengalami rusak parah, terutama
yang berada di Besitang dan Sei Lepan. Sekitar 19.000 hektar areal hutan di
Taman Nasional Gunung Leuser benar-benar telah rusak, untuk itulah akan
dilakukan restorasi, dengan menghijaukan kembali dengan tanaman hutan.
Kerusakan hutan tersebut terjadi karena maraknya aksi perambahan oleh
masyarakat sekitar hutan sehingga saat ini pihaknya melakukan pendataan
terhadap masyarakat yang masuk ke daerah TNGL, yang berada di Sei Siminyak,
Barak Induk dan Damar Hitam. Ditemukan ada 480 KK yang bermukim di
kawasan TNGL. Eks pengungsi yang masuk ke Taman Nasional Gunung Leuser
(TNGL) selama ini hanya dijadikan "tameng" oleh para perambah yang ada. Dari
kerusakan hutan yang mencapai 19.000 hektar tersebut, eks pengungsi hanya
menguasai lahan sekitar 10 persen saja, selebihnya dirambah oleh penggarap liar
(Joewono, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Gajah Sumatera
A. Taksonomi
Gajah yang ada di dunia ini terdiri dari 2 jenis, yaitu gajah afrika
(Loxodanta africana)

dan gajah asia (Elephas maximus). Sementara gajah

sumatera dengan nama ilmiah Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847
adalah adalah sub species dari gajah asia dengan klasifikasi gajah sumatera
adalah :
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata

Sub Phylum

: Vertebrata

Class

: Mamalia

Ordo

: Proboscidae

Family

: Elephantidae

Genus

: Elephas

Spesies

: Elephas maximus sumatranus

B. Morfologi dan Anatomi
Gajah sumatera memiliki tubuh yang gemuk dan besar tetapi ukuran tubuh
lebih kecil bila dibandingkan dengan gajah afrika. Berat gajah asia dapat
mencapai 5.000 kg, sementara menurut Arief et al. (2003) bobot gajah betina
rata-rata 2.720 Kg dan gajah jantan dewasa dapat mencapai 5.400 Kg.
Gajah memiliki belalai yang berfungsi sebagai tangan, alat penciuman,
bernafas dan sangat elastis. Telinga berfungsi sebagai alat komunikasi dan
pengatur suhu tubuh. Gajah memiliki kulit berwarna coklat gelap sampai abu-abu

Universitas Sumatera Utara

hitam dan sangat sensitif dengan tebal 2 – 4 cm. Gajah tidak memiliki kelenjar
keringat dan hanya memiliki kelenjar susu dan dua buah kelenjar temporal pada
setiap bagian samping kepala (Arief et al., 2003).

C. Habitat
Gajah Sumatera dapat ditemukan di berbagai tipe ekosistem mulai dari
pantai sampai ketinggian diatas 1.750 meter. Satwa gajah menyukai daerah
ekoton, yaitu daerah peralihan antara bukit dan hutan dataran rendah, juga antara
hutan sekunder dengan daerah terbuka. Konversi hutan untuk keperluan
perkebunan, pemukiman, pertanian dan pertambangan menyebabkan hutan
terfragmentasi sehingga gajah tidak dapat bergerak dari satu wilayah hutan ke
wilayah hutan lainnya. Hal ini menyebabkan fragmentasi habitat gajah, dari
populasi yang besar menjadi kelompok-kelompok kecil (Haryanto, 1984).
Terjadinya gangguan satwa liar dengan manusia dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut:
1. Manusia merusak dan mengganggu habitat-habitat alam satwa liar.
2. Perburuan satwa secara liar.
3. Terpecahnya wilayah jelajah atau teritori satwa liar akibat gangguan ekosistem
hutan.
4. Pengembangan wilayah budidaya yang letaknya berdekatan dengan habitat
satwa liar.
5. Keterbatasan kawasan menyediakan kebutuhan yang sukup bagi satwa liar
yang berhabitat didalam kawasan.
(Alikodra, 2010).

Universitas Sumatera Utara

D. Pakan
Gajah di alam mengkonsumsi makanan sebanyak 250 Kg per hari untuk
gajah dewasa dengan berat 3.000 – 4.000 Kg. Sementara seekor gajah dewasa
menghabiskan makanan sebanyak 4 % dari berat tubuhnya, sementara gajah
betina yang sedang menyusui menghabiskan pakan sebanyak 6 % dari berat
tubuhnya. Jenis yang paling sering dimakan adalah dari ordo Malvales (Suku
Malvaceae, Strerculiaceae, dan Tilliaceae), kemudian dari suku Leguminoceae,
Palmae, Cyperaceae dan Graminae (Sukumar, 2003 dalam Sinaga, 2004).
Gajah memilih rumput berhubungan dengan kesukaannya pada tahap
tertentu pertumbuhan rumput tersebut. Gajah sangat menyukai rumput-rumput
pada awal musim hujan dimana bermunculan rumput baru karena mengandung
karbohidrat yang mudah dipecahkan dan mengandung serat dan silikanya rendah.
Sedangkan kandungan nutrisi pada rumput tua berlaku sebaliknya. Gajah
mempunyai strategi memilih dalam menentukan konsumsi antara rumput dan
daun-daunan yang sangat terkait dengan kandungan protein tumbuhan. Selama
musim kering tingkat protein rumput turun dibawah 2,5%. Sebaliknya pada daundaunan mempunyai kandungan protein yang tinggi pada musim kering, sehingga
pada

musim

kering

gajah

lebih

menyukai

daun-daunan

(Sukumar, 1985 dalam Zahra, 2002).
Pada tipe vegetasi semak belukar yang cenderung didominasi oleh jenis
rumput-rumput, semak dan herba, berdasakan laporan dari penduduk dan pawang
gajah biasanya aktifitas makan lebih intensif dilakukakn pada awal musim hujan
dimakan lebih banyak tersedia rumput-rumput segar. Sedangkan pada tipe

Universitas Sumatera Utara

vegetasi hutan lainnya yang banyak menyediakan daun-daun dan jenis-jenis rotan
akan lebih intensif digunakan pada musim kemarau (Zahra, 2002).
Sumber pakan merupakan kebutuhan pokok atau komponen utama dalam
suatu habitat untuk memenuhi kebutuhan hidup satwa. Ketersediaan pakan
dipengaruhi oleh faktor fisik lingkungan, seperti iklim dan tanah sebagai media
pertumbuhan. Untuk mengetahui pakan gajah dapat dilihat dari patahan batang,
patahan

cabang,

kupasan

kulit,

dorongan

dan

tusukan

gading

(Sukumar, 2003 dalam Sinaga, 2004).
Tumbuhan pakan merupakan salah satu komponen biotik dari habitat gajah
sumatera yang sangat penting bagi penunjang hidup dan kehidupan sebagaimana
herbivora lainya. Hal ini disebabkan karena tumbuhan pakan merupakan faktor
pembatas bagi pertumbuhan populasi satwa liar termasuk gajah sumatera
(Supartono, 2007).
Diduga gajah sumatera menyukai jenis tumbuhan dari suku poaceae
karena selain memiliki tekstur morfologi yang lunak, perawakannya berupa semak
atau perdu sehingga lebih mudah untuk menjangkaunya dari pada daun-daunan
pada pohon-pohon tinggi yang sulit dijangkau didalam hutan. Untuk mendapatkan
daun-daun muda pada pepohonan, gajah sering merobohkan pohon-pohon dengan
cara menabraknya dengan menggunakan dahi dibantu oleh songketan gadingnya
untuk mengambil buah dan beberapa daun muda dari pohon pakan gajah.
Terkadang gajah sumatera juga harus menubrukkan batang pohon yang besar
untuk mendapatkan buahnya sebagai upaya dalam memenuhi nutrisi yang
dibutuhkannya (Yansyah, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Daya Dukung Habitat
Estimasi daya dukung pakan pada di hutan sekunder lebih tinggi
dibandingkan dengan tipe hutan lain. Gajah lebih banyak melakukan aktivitasnya
di hutan primer yaitu untuk beristirahat, interaksi sosial atau reproduksi,
menggosokan badan dan makan, sisa waktu hariannya dihabiskan di hutan
sekunder untuk makan dan berjalan sedangkan padang rumput lebih banyak
digunakan untuk berjalan (Abdullah, 2008).
Hutan sekunder adalah fase pertumbuhan hutan dari keadaan tapak gundul,
karena alam, sampai menjadi klimaks kembali. Sifat-sifat hutan sekunder pada
umumnya memiliki tegakan muda berkomposisi dan memiliki struktur lebih
seragam dibandingkan hutan alam aslinya dan biasanya akan didominasitingkatan
vegetasi pancang dan tiang serta tumbuhan perdu lainnya (Deni, 2011).
Nilai keanekaragaman jenis flora yang tinggi dari berbagi tingkatan
vegetasi diduga berbanding lurus dengan keanekaragaman fungsinya sebagai
habitat

gajah

di

dalam

ekosistem

hutan.

Lokasi-lokasi

yang

tinggi

keanekaragaman jenis tumbuhan pada tingkatan tumbuhan bawah, semai dan
pancang memiliki fungsi utama sebagai tempat mencari makan. Gajah lebih
banyak mengkonsumsi tumbuhan pakan pada tingkatan tersebut sedangkan yang
keanekaragaman jenisnya tinggi pada tingkatan tiang dan tingkatan pohon
berfungsi sebagai pelindung antara lain sebagai tempat berlindung, beristirahat
menjalani

hubungan

sosial

dan

berkembang

biak

(Eltringham, 1982 dalam Zahra, 2002).

Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 dan bertempat di Taman
Nasional Gunung Leuser, Resort Sei Lepan.

Gambar 2. Peta SPTN VI Besitang

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Peta dan data topografi Sei Lepan.
2. Peta penggunaan lahan dan data kondisi umum Sei Lepan.
3. Data sekunder mengenai jenis vegetasi pakan gajah sumatera.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompas, meteran,
phiband, kamera digital, tally sheet, alat tulis, kalkulator, parang, tali rafiah, dan
GPS.

Universitas Sumatera Utara

Pengumpulan data
Data-data yang akan dikumpulkan dalam kegitan penelitian ini diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Data jenis vegetasi diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung
bersama masyarakat lokal sebagai sumber utama informasi mengenai pakan
gajah melalui identifikasi vegetasi pada garis transek yang dibuat.
2. Data Sekunder
Data ini diperoleh dari studi pustaka dan dari berbagai informasi yang
diperoleh dari lembaga sosial dan masyarakat sekitar hutan.

Metode
Analisis vegetasi terhadap tumbuhan yang diduga sebagai pakan gajah
dilakukan dengan menggunakan metode garis berpetak (Kusmana, 1997) yaitu
dengan membuat garis transek yang memotong kontur untuk mendapatkan data
jenis vegetasi pakan gajah pada berbagai ketinggian tempat.
Penentuan titik-titik jalur transek menggunakan teknik ”Elephant Entry
Point”. Teknik ini digunakan untuk menentukan titik-titik transek berdasarkan
titik-titik keluar masuknya gajah ke dalam dan ke luar habitatnya. Sementara
untuk menentukan panjang jalur yang digunakan, didasarkan pada pertambahan
vegetasi antar plot.
Penentuan jenis atau identifikasi jenis vegetasi pakan gajah didasarkan atas
pengetahuan lokal, melalui tanya jawab langsung kepada masyarakat lokal
berdasarkan pengalaman yang dimiliki.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Titik keluar masuknya gajah di Resort Sei Lepan
No

Lokasi

1

Lubuk
Simpur

Koordinat

Ketinggian

50’ 06.1’’
07’

104 mdpl

50’ 18.7’’
07’

37 mdpl

55.7’’

2

Tualang
Jerigen

3

Lubuk
bulat

4

Aras
Jahanam

E
53.2’’

N
49’ 42.2’’
E
07’
33.2’’
49’ 52.9’’
07’

Keterangan
Merupakan suatu titik akses masuk utama
gajah dari arah Taman Nasional kearah
perkebunan masyrakat yang hanya dibatasi
oleh sungai. Lokasi ini cocok dijadikan
lokasi monitoring.
Titik ini merupakan akses alternative gajah
keluar
masuk
dalam
perkebunan
masyarakat yang dibatasi oleh penghalang
alami berupa sungai. Memiliki 3 koridor
berdekatan satu sama lain dengan jarak 3050 m.

37 mdpl

Titik ini memiliki kondisi yang sama pada
point ke-2 yakni sebagai akses alternatif.

36 mdpl

Titik ini memiliki kondisi yang sama pada
point ke-1 dan ke-4 yakni sebagai akses
utama yang sering dimonitoring.

54.1’’
Sumber: Modifikasi data CRU, 2009

Ukuran permudaan yang digunakan dalam kegiatan dalam analisis
vegetasi pakan gajah adalah sebagai berikut:
1. Semai

: Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan setinggi≤ 1, 5 m.

2. Pancang

: Permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai anakan berdiameter
kurang dari 10 cm.

3. Tiang

: Pohon berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.

4. Pohon

: Pohon memiliki diameter ≥ 20 cm.

Arah Jalur
d
c
a

b

Gambar 3. Metode kombinasi jalur dan garis berpetak (Kusmana, 1997)

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya ukuran-ukuran sub-petak untuk setiap permudaan adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. Ukuran sub-petak permudaan
No
A
B
C
D

Ukuran Permudaan
Semai dan tumbuhan bawah
Pancang
Tiang
Pohon

Ukuran Sub-Petak
(2 x 2) m
(5 x 5) m
(10 x 10) m
(20 x 20) m

Analisis Data
Seluruh data-data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis
dengan analisis data sebagai berikut:
1. Data analisis jenis vegetasi sebagai pakan gajah pada masing-masing tingkat
pertumbuhan adalah:


Frekuensi kehadiran suatu jenis organisme di suatu habitat menunjukkan
kesering-hadiran jenis tersebut di habitat itu. Berdasarkan frekuensi
kehadiran itu dapat tergambar penyebaran jenis tersebut di habitat itu.
Frekuensi kehadiran dihitung dengan rumus seperti di bawah ini :
Frekuensi (F) = ∑ Sub petak ditemukan suatus spesies
∑ Seluruh sub petak contoh
x 100%
F Relatif (FR) = F Suatu Jenis
F Total seluruh jenis



Dominansi adalah merupakan suatu proporsi tanah yang ditutupi oleh
suatu jenis di dalam plot.
Dominansi (D) = Luas bidang dasar suatu spesies
Luas petak contoh
x 100%
D Relatif (DR) = D Suatu jenis
D Total seluruh jenis

Universitas Sumatera Utara



Kerapatan atau jumlah individu pada satu unit area, kerapatan relatif atau
proporsi kerapatan jenis i dari kerapatan seluruh jenis. :
Kerapatan (K) = ∑ Individu
Luas petak contoh
x 100%
K Relatif (KR) = K Suatu Jenis
K Total seluruh jenis



Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu
jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting
menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas.
(Latifah, 2005).

2. Menentukan luas minimum petak contoh:
Data jumlah jenis vegetasi yang didapatkan pada masing-masing tipe vegetasi,
akhirnya dapat dibuat prakiraan luas petak minimum berdasarkan:




Membuat kurva lengkung spesies area berdasarkan data yang diperoleh.
Menentukan angka 10% dari jumlah jenis yang tercatat dan 10 % dari
ukuran petak terluas.



Membuat garis yang melalui titik pusat dan titik dengan koordinat (10%
jumlah jenis, 10% luas petak).



Membuat garis lai yang sejajar dengan garis P dan menyinggung garis
lengkung kurva.



Titik singgung antara garis Q dengan kurva diproyeksikan ke sumbu X dan
titik proyeksinya L. Sehingga titik L akan menunjukkan ukuran luas petak
minimum dalam kurva spesies area.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4. Kurva luas petak contoh
3. Menghitung keanekaragaman jenis pakan yang di inventarisasi dengan
menggunakan index Shannon-wiener, yaitu:
H’ = - Σpi ln pi

pi= ni/n

dimana H’ adalah index Shannon-wiener, ni merupakan jumlah vegetasi suatu
jenis dalam petak ukur, n adalah jumlah seluruh jenis vegetasi dalam petak
ukur. Keanekaragaman jenis memaparkan gambaran berbagai ragam spesies
dalam hutan. Parameter index Shannon-wiener :






H’ < 1, keanekaragaman rendah
1-3 keanekaragaman tergolong sedang
3 >, keanekaragaman tergolong tinggi.

4. Untuk mengetahui nilai kekayaan digunakan indeks kekayaan jenis Menhinick
(Menhinick’s index). Indeks kekayaan digunakan untuk menduga jenis atau
topologi hutan. Menurut Ludwig dan Reynold (1988) hal ini disebabkan
karena hubungan antara S dan jumlah total individu yang diobservasi , n, yang
meningkat dengan meningkatnya ukuran sampel. Berikut rumusannya:
R=S/√ n
dimana R adalah indeks kekayaan Menhinick, S adalah jumlah jenis dalam
seluruh petak ukur, dan n adalah total individu seluruh jenis.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi Jenis Vegetasi Pakan Gajah
Berdasarkan observasi di lokasi penelitian (Resort Sei Lepan), diperoleh
59 jenis vegetasi. Adapun jenis vegetasi pakan gajah yang ditemukan di lokasi
transek penelitian berdasarkan pengetahuan lokal masyarakat yang didasarkan
pada pengalamannya, diperoleh 12 jenis vegetasi pakan gajah. Di lokasi transek
penelitian juga ditemukan 5 jenis vegetasi pakan gajah yang belum diketahui
masyarakat lokal namun telah diketahui berdasarkan berbagai data penelitian
mengenai pakan gajah di TNGL (data sekunder). Jenis vegetasi pakan gajah
tersebut dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Jenis vegetasi pakan gajah berdasarkan pengetahuan masyarakat lokal dan
data sekunder
No

Nama local

Nama ilmiah

Famili

1*
2*
3*

Bamban batu
Tepos
Liana (Urot
Kembung)
Kania
Rambe hutan
Rambutan hutan
Cekapung
Glagah
Tampoi
Langsat hutan
Cempedak air
Trap/bendo

Donax cannaeformis
Elasteriospermum tapos
Merremia peltata

Marantaceae
Zingiberaceae
Convolvulaceae

Bagian yang
dimakan
Daun
Daun
Batang

Mikania micrantha
Baccaurea brevipes
Nephelium mutabile
Oroxylum indicum
Saccharum spontaneum
Baccaurea macrocarpa
Aglaia tomentosa
Artocarpus rigidus
Artocharpus elasticus

Asteraceae
Phyllanthaceae
Sapindaceae
Bignoniaceae
Poaceae
Phyllanthaceae
Meliaceae
Moraceae
Moraceae

Daun
Buah
Buah
Daun
Daun
Kulit batang
Buah
Buah
Daun

Euphorbiaceae
Lauraceae
Poaceae
Lauraceae
Pandanaceae

Kulit batang
Daun
Daun
Seluruhnya
Daun

4*
5*
6*
7*
8*
9*
10*
11*
12*

13***
Tampu tapak gajah
Macaranga gigantae
14**
Medang kuli
Dehaasia spp
15**
Jarum-jaruman
Sporobulus diander
16***
Tiga urat
Cinnamomum Merr
17**
Pandan hutan
Pandanus sp
Keterangan:
* Jenis vegetasi berdasarkan pengetahuan lokal.
** Jenis vegetasi berdasarkan data sekunder (Zahra, 2002).
*** Jenis vegetasi berdasarkan data sekunder (Yansyah, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Jenis vegetasi yang menjadi pakan gajah sumatera di lokasi penelitian ini
didominasi oleh tumbuhan berkayu (pohon). Hal ini berarti bahwa di musim
kemarau gajah sumatera lebih menyukai daun-daun muda pada pepohonan atau
buahnya. Karena pada musim kemarau jenis rerumputan hanya sedikit terdapat
pada areal tapak hutan. Dimusim kemarau pohon dalam hutan akan semakin
banyak memproduksi daun-daun baru dan buah sebagai respon dari fotosintesis.
Daun-daun muda ini masih bersifat lunak dan mengandung protein yang tinggi.
Menurut Sukumar (1985) dalam Zahra (2002)

gajah memilih rumput

berhubungan dengan kesukaannya pada tahap tertentu pertumbuhan rumput
tersebut. Gajah sangat menyukai rumput-rumput pada awal musim hujan dimana
bermunculan rumput baru karena mengandung karbohidrat yang mudah
dipecahkan dan mengandung serat dan silikanya rendah, sedangkan kandungan
nutrisi pada rumput tua berlaku sebaliknya. Gajah mempunyai strategi memilih
dalam menentukan konsumsi antara rumput dan daun-daunan yang sangat terkait
dengan kandungan protein tumbuhan. Selama musim kering tingkat protein
rumput turun dibawah 2,5%, sebaliknya pada daun-daunan mempunyai
kandungan protein yang tinggi pada musim kering.
Upaya masyarakat sekitar Sei Lepan dalam menanggapi isu perambahan
yang gencar dilaksanakan di areal hutan yang berbatasan langsung dengan lahan
masyarakat serta isu perambah yang berasal dari Sei Lepan adalah membangun
suatu lembaga yang LPRD Damar hitam guna mengatasi berbagai isu tersebut.
LPRD ini beranggotakan masyarakat lokal yang bertugas langsung dalam
pengawasan hutan TNGL dan sebagian pernah bekerja sama dengan CRU dan
FFI. LPRD Damar hitam juga bertugas dalam pencegahan konflik gajah karena

Universitas Sumatera Utara

Sei Lepan merupakan wilayah jelajah dari gajah sumatera. Pengetahuan akan
konservasi gajah juga telah dimiliki oleh anggota LPRD yang bertugas dalam
pengawasan hutan karena telah dibekali pengalaman serta berbagai penyuluhuan
oleh pemerintah setempat mengenai gajah sumatera. Pengetahuan masyarakat
inilah yang ingin digali mengenai kemampuan masyarakat dalam pengenalan jenis
pakan gajah.
Penelitian ini menggunakan pengetahuan lokal masyarakat Damar hitam
untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan vegetasi pakan gajah, karena masyarakat
sekitar hutan mampu mengidentifikasi vegetasi berdasarkan berbagai pengalaman
yang dimilikinya. Identifikasi juga didukung oleh berbagai literatur mengenai
jenis vegetasi pakan gajah sehingga dapat menguatkan kemampuan identifikasi
masyarakat lokal. Namun, kemapuan masyarakat lokal masih terbatas sehingga,
terbukti bahwa ada jenis vegetasi yang ditemukan di lokasi penelitian yang bukan
pakan gajah menurut pengetahuan lokal, namun merupakan pakan gajah
berdasarkan berbagai penelitian.
Dilokasi penelitian juga dijumpai adanya rotan (Callamus sp), bambu
(Bambusa sp), dan pisang hutan (Musa sp) sebagai pakan gajah, namun karena
titik dijumpainya tumbuhan itu diluar dari petak analisis vegetasi yang diteliti
sehingga tumbuhan ini tidak dianalisis kelimpahannya. Semakin terbatasnya jenis
vegetasi pakan gajah yang tersedia di dalam hutan mengakibatkan gajah masuk ke
lahan pertanian masyarakat yang lokasinya berbatasan langsung dengan ekosistem
hutan. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat setempat (Damar hitam),
tanaman pertanian yang sering di gunakan gajah sebagai pakan adalah:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Jenis pakan gajah di areal pertanian masyarakat
No

Nama lokal

Nama ilmiah

Famili

1
2
3
4
5
6

Anggrong
Rambung
Sawit
Pisang
Kelapa
Durian

Trema orientalis
Ficus sp
Elaeis guineensis
Musa paradisiacal
Coco nucifera
Durio sp

Cannabaceae
Moraceae
Arecaceae
Musaceae
Arecaceae
Bombacaceae

Bagian yang
dimakan
Daun
Daun
Daun
Buah/daun
Daun
Buah

Jenis-jenis tanaman budidaya yang menjadi jenis vegetasi pakan gajah
diatas juga dibuktikan oleh Sukumar (2003) dalam Sinaga (2004) bahwa jenis
pakan yang sering dimakan gajah sumatera adalah jenis rerumputan, daun-daunan,
ranting dan kulit batang, batang pisang serta tanaman budidaya. Jenis yang paling
sering dimakan adalah dari ordo Malvales (Suku Malvaceae, Strerculiaceae, dan
Tiliaceae), kemudian dari suku Leguminoceae, Palmae, Cyperaceae dan
Graminae, sedangkan gajah kalimantan, lebih menyukai tumbuhan sebagai pakan
dari suku Lauraceae, Moraceae dan Musaceae.
Penelitian yang dilakukan di Resort Sei Lepan memperoleh 8 jenis
tumbuhan bawah sebagai vegetasi pakan gajah dari 21 jenis total keseluruhan
tumbuhan bawah di lokasi penelitian, sementara untuk tanaman berkayu diperoleh
9 jenis tumbuhan berkayu sebagai vegetasi pakan gajah dari 38 jenis total
tumbuhan berkayu di lokasi penelitian. Berdasarkan fakta tersebut bahwa
ketersediaan jenis pakan gajah di lokasi penelitian masih tergolong rendah. Hal ini
menyebabkan gajah mencari pakan keluar hutan dan masuk ke areal pertanian
masyarakat yang dapat mengakibatkan konflik gajah dengan masusia. Berikut
dipaparkan persentase jenis pakan di masing-masing lokasi dengan total non
pakan.

Universitas Sumatera Utara

Gajah sumatera akan keluar dari ekosistem hutan menuju lahan pertanian
masyarakat yang termasuk didalam wilayah jelajahnya, untuk mendapatkan
makan guna memenuhi kebutuhan nutrisinya. Menurut WWF (2010) Sebelum ada
gangguan terhadap habitat gajah sumatera, gajah memiliki ekosistem yang luas.
Tetapi saat ini habitat gajah telah terfragmentasi menjadi habitat-habitat kecil dan
sempit, antara satu habitat dengan yang lainnya tidak berhubungan, menyebabkan
daerah home range semakin sempit. Hal ini membuat kecenderungan gajah akan

Persentase (%)

keluar dari habitat alaminya untuk mencari pakan.

0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

Lubuk simpur
Tualang jeregen
Lubuk bulat
Aras jahanam
Non pakan

Tumbuhan bawah

Tumbuhan berkayu

Gambar 5 . Histogram persentase komposisi jenis vegetasi pakan gajah dengan vegetasi
non-pakan gajah lokasi penelitian

Jumlah tumbuhan bawah sebagai pakan gajah di Lubuk simpur dan Aras
Jahanam disebabkan lokasi penelitian yang lebih terbuka, karena dekat dengan
aliran sungai. Sehingga jenis tumbuhan bawah lebih mendominasi di ke-2 lokasi
penelitian tersebut. Perbedaan jumlah jenis vegetasi pakan dimasing-masing
lokasi juga disebabkan oleh luasan lokasi yang berbeda dan letak titik yang
berbeda, hal ini didasarkan pada penggunaan metode kurva luas minimum.

Universitas Sumatera Utara

Penelitian mengenai jenis pakan gajah yang sudah dilakukan di Taman
Nasional Gunung Leuser pada lokasi yang berbeda, ditemukan 55 jenis di Aras
napal dan Sei Badak (Zahra, 2002); 49 jenis di areal hutan Sikundur
(Yansyah, 2005); dan peneliti menemukan 17 jenis di Sei Lepan. Ketiga hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti tudak dapat dibandingkan, karena luasan
dan tempat dari masing-masing penelitian berbeda satu sama lain. Setelah
dianalisis dari ke 17 jenis vegetasi pakan gajah yang didapatkan, sebagian data ini
juga diperoleh pada penemuan jenis vegetasi pakan gajah di areal Aras napal, Sei
Badak dan Sikundur.
Hal ini menjelaskan bahwa sebagian besar dari jenis vegetasi pakan gajah
di Taman Nasional Gunung Leuser tersebar hampir merata. Asumsinya bahwa
jumlah jenis pakan gajah pada TNGL bukan semakin berkurang hanya saja
kuantitas dari masing-masing jenis yang semakin berkurang. Hal ini menjadi salah
satu faktor yang mendorong gajah dan manusia mengalami konflik karena
keterbatasan jumlah pakan gajah akibat dibukanya areal hutan yang mungkin
merupakan habitat gajah sumatera sehingga ruang gerak dan habitatnya
terganggu. Sesuai dengan pernyataan Alikodra (2010) bahwa kasus gangguan
gajah di Pulau Sumatera terutama disebabkan karena dibukanya hutan-hutan alam
yang secara kebetulan habitat gajah, sehingga ruang gerak mereka semakin sempit
dan terganggunya habitat gajah karena adanya pengusahaan hutan. Dalam
keadaan seperti ini gajah seringkali menimbulkan gangguan.
Penelitian ini seharusnya dilakukan di 5 titik keluar masuknya gajah
(elephant entry point), namun karena kondisi pada 2 titik elephant entry point
yang telah dikonversi menjadi kebun karet, maka peneliti menggunakan 3 titik

Universitas Sumatera Utara

elephant entry point mula-mula ditambah 1 titik lagi dari rujukan pembimbing
lapangan. Panjang masing masing jalur yaitu; Lubuk Simpur 60 m, Tualang
Jeregen 60 m, Lubuk Bulat 80 m, dan Aras Jahanam 60 m. Panjang masingmasing jalur penelitian berbeda-beda satu sama lain karena metode penentuan
panjang jalur yang digunkan didasarkan oleh pertambahan jumlah jenis tumbuhan
sebanyak 10% dari petak sebelumnya. Hal yang sama juga dilakukan dalam
penelitian Zahra (2002) yang menentukan panjang dari garis transek berdasarkan
pertambahan 10% dari jumlah jenis vegetasi tiap plot contoh.
Perubahan titik penelitian ini membuktikan bahwa titik-titik habitat gajah
sudah mulai dirambah untuk penggunaan lahan lain selain hutan. Hal ini membuat
habitat yang satu dengan yang lain terpecah, kelompok gajah semakin terpisah,
dan gajah masuk dalam lahan pertanian masyarakat yang memungkinkan
timbulnya konflik gajah-manusia. Menurut Joewono (2011) bahwa Sekitar 19.000
hektar areal TNGL yang ada di Kabupaten Langkat, mengalami rusak parah,
terutama yang berada di Besitang dan Sei Lepan. Kerusakan hutan tersebut terjadi
karena maraknya aksi perambahan oleh masyarakat sekitar hutan sehingga saat ini
pihaknya melakukan pendataan terhadap masyarakat yang masuk ke daerah
TNGL, yang berada di Sei Siminyak, Barak Induk dan Damar Hitam.
Hasil analisis vegetasi di Taman Nasional Gunung Leuser didapat data
jenis pakan gajah (Lampiran 1, 2, 3, 4, 5) dimana kerapatan yang paling tinggi di
lokasi penelitian, pada tingkat tumbuhan bawah adalah Sporobulus diander
(30.000 ind/ha) pada tingkat semai adalah Baccaurea brevipes (24.166,67ind/ha),
pada tingkat pancang adalah Baccaurea brevipes (933,33 ind/ha), pada tingkat

Universitas Sumatera Utara

tiang adalah Nephelium mutabile (66,67 ind/ha) dan

pada pohon adalah

Nephelium mutabile dan Macaranga gigantae (16,67 ind/ha).
Nilai frekuensi vegetasi pakan gajah tertinggi di lokasi penelitian
(Lampiran 1, 2, 3, 4, 5) pada tingkat tumbuhan bawah adalah Sporobulus diander,
pada tingkat semai adalah Baccaurea brevipes, pada tingkat pancang adalah
Baccaurea brevipes, pada tingkat tiang adalah Nephelium mutabile, pada tingkat
pohon adalah Macaranga gigantae, Artocharpus elasticus dan Artocarpus rigidus
sebesar 0,67.
Dominansi tumbuhan pakan gajah yang paling tinggi di lokasi penelitian
(Lampiran 4, 5) pada tingkat tiang adalah Nephelium mutabile (0,00018) dan pada
tingkat pohon adalah Nephelium mutabile (0,0028). Berdasarkan data tersebut INP
vegetasi pada masing-masing tingkatan lebih tinggi dari vegetasi lain. Hal ini
membuktikan bahwa Nephelium mutabile merupakan vegetasi yang mendominasi
suatu jenis terhadap jenis lainnya. Hal ini membuktikan bahwa ketersediaan pakan
gajah yang paling banyak dijumpai yang berada di Resort Sei Lepan adalah
Nephelium mutabile.

Keanekaragaman Jenis Vegetasi Habitat Gajah
Data inventarisasi yang diperoleh dari seluruh vegetasi di Taman Nasional
Gunung Leuser, didapatkan nilai keanekaragaman jenis (H’) flora pada tingkatan
sedang

yaitu

berkisar

1-3.

Berikut

dipaparkan

data

mengenai

nilai

keanekar

Dokumen yang terkait

Pemetaan Daerah Rawan Konflik Gajah Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus di Resort Tangkahan, Resort Cinta Raja dan Resort Sei Lepan)

6 64 83

Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL)

4 65 77

Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Sumatera Utara

1 35 133

ANALISIS PAKAN ORANGUTAN (PONGO ABELII) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER RESORT SEI BETUNG BESITANG SUMATERA UTARA.

0 84 21

ANALISIS PAKAN ORANGUTAN (Pongo abelii) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER RESORT SEI BETUNG BESITANG SUMATERA UTARA.

3 48 21

Analisis Tutupan Vegetasi dan Hubungannya dengan Jumlah Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Areal Restorasi Resort Sei Betung Taman Nasional Gunung Leuser

0 0 13

Analisis Tutupan Vegetasi dan Hubungannya dengan Jumlah Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Areal Restorasi Resort Sei Betung Taman Nasional Gunung Leuser

0 1 4

Analisis Tutupan Vegetasi dan Hubungannya dengan Jumlah Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Areal Restorasi Resort Sei Betung Taman Nasional Gunung Leuser

0 1 10

Analisis Tutupan Vegetasi dan Hubungannya dengan Jumlah Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Areal Restorasi Resort Sei Betung Taman Nasional Gunung Leuser

0 0 3

Analisis Tutupan Vegetasi dan Hubungannya dengan Jumlah Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Areal Restorasi Resort Sei Betung Taman Nasional Gunung Leuser

0 0 2