Hubungan Konsumsi Zat Besi Dan Status Gizi Dengan Produktivitas Kerja Wanita Pencetak Batu Bata Di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004

H
HA
ASSIILL PPEEN
NEELLIITTIIA
AN
N

HUBUNGAN KONSUMSI ZAT BESI DAN STATUS GIZI DENGAN
PRODUKTIVITAS KERJA WANITA PENCETAK BATU BATA
DI KECAMATAN PAGAR MERBAU
KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2004
Ernawati Nasution1 dan Halinda Sari Lubis2
1

2

Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU
Staf Pengajar Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM USU

ABSTRACT
Iron anemia is one of the main problems of nutrient in Indonesia that cause society

health problems such as the height of the mother and infant mortality, the low
academic achievement and the decline of the work productivity. Woman worker is
a group of people who is susceptible iron anemia. Good nutrient status with calorie
supply in the right amount and time, influence positively to the worker’s working
power. This research is meant to know the relationship between iron consumption
and nutrient status with the productivity of the women workers who make bricks in
Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang 2004. This research is
analytic descriptive with cross-sectional design which shows and analyzes the
relationship between iron consumption and nutrient status with the productivity of
the women worker. The population is all of the workers make the bricks 110
persons, and the sample is got by using the pattern of 51 people. The data of iron
consumption and vitamin C is taken by using Food Recall Questionnaire, nutrient
status is got from IMT by weighing the body weight, and the work productivity is
got by counting the number of the bricks produced in a week. The analysis done by
using correlation test with the trust degree of 95%. The result of the data process is
given in the form of frequency. The result of the research shows that the large part
of the respondents’ iron consumption is poor, the large part of the respondents’
vitamin C consumption is good, the large part of the respondents’ has a normal
nutrient status category, the large part of the respondents’ has good work
productivity. There isn’t relationship between nutrient status and the work

productivity. It is suggested that the workers should increase the iron and vitamin
C consumption and to consume the food energy source so that they can work more
productive.
Key words: Iron consumption, Vitamin C, Nutrient Status, Woman working
productivity
LATAR BELAKANG
Kurang zat besi (anemia) merupakan
salah satu masalah gizi utama di Indonesia
yang mempunyai dampak terhadap kesehatan
masyarakat antara lain pada tingginya angka
kematian ibu dan bayi, rendahnya prestasi
belajar pada anak sekolah serta menurunnya
produktivitas kerja.
Ledakan gizi buruk pada saat dilanda
krisis ekonomi mengisyaratkan lemahnya

ketahanan pangan di rumah tangga terutama
golongan miskin. Secara teoritis melemahnya
ketahanan pangan akan mengakibatkan
menurunnya konsumsi zat gizi baik makro dan

mikro untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Dampak krisis ekonomi memperburuk
ketahanan pangan tingkat rumah tangga dengan
berkurangnya konsumsi sumber pangan
nabati hewani dan juga buah-buahan. Dengan
tingkat ketahanan pangan pada tingkat rumah
tangga yang masih rendah ini, tidak heran

83
Universitas Sumatera Utara

kalau kurang energi dan protein, anemia gizi,
kurang vitamin A, gangguan akibat
kekurangan Iodium dan zat gizi mikro
lainnya yang masih menjadi fokus utama
dalam perbaikan gizi untuk masa mendatang.
Hubungan
antara
gizi
dan

produktivitas kerja telah lama diketahui.
Status gizi dan kesehatan tenaga kerja yang
buruk dapat menyebabkan tenaga kerja cepat
lelah ditandai dengan penurunan perhatian,
perlambatan dan hambatan persepsi, lambat
dan sukar berpikir, penurunan kemampuan
atau dorongan untuk bekerja dan kurang
efesiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental
sehingga dapat mengakibatkan kurangnya
kemampuan dan produktivitas kerja.
Status gizi yang baik dengan asupan
kalori dalam jumlah dan waktu yang tepat,
berpengaruh secara positif terhadap daya
kerja pekerja, Sebaliknya status gizi yang
kurang atau berlebihan dan asupan kalori
yang tidak sesuai dalam jumlah maupun
waktu yang tidak tepat menyebabkan
rendahnya
ketahanan
kerja

ataupun
perlambatan gerak sehingga menjadi
hambatan bagi tenaga kerja dalam
melaksanakan aktivitasnya.
Gizi kerja yang baik akan
meningkatkan derajat kesehatan sehingga
angka kesakitan yang disebabkan oleh
penyakit akibat kerja maupun penyakit
umumnya dapat ditekan, angka mangkir
kerja karena sakit akan turun dengan
sendirinya,
yang
apada
akhirnya
produktivitas akan meningkat.
Faktor
utama
yang
menjadi
penyebab terjadinya anemia gizi besi adalah

kurangnya konsumsi zat besi yang berasal
dari makanan, atau rendahnya absorpsi zat
besi yang ada dalam makanan. Ketersediaan
zat besi dari makanan yang tidak cukup
mengakibatkan tubuh mengalami anemia gizi
besi.
Di
negara-negara
sedang
berkembang dengan tingkat ekonomi yang
relatif rendah, umumnya zat besi yang
berasal dari sumber pangan nabati (non heme
iron) yang mempunyai nilai absorpsi yang
lebih rendah dibandingkan dengan absorpsi
zat besi yang berasal dari pangan hewani
(heme iron).
Penyerapan zat besi non heme sangat
dipengaruhi oleh faktor penghambat maupun
faktor pendukung, sedang besi heme tidak.
Asam askorbat (Vitamin C) adalah salah satu


84

faktor pendorong absorpsi zat besi di
samping itu keberadaan tanin dalam teh
dapat menghambat penyerapan zat besi.
Pekerja wanita merupakan kelompok
yang rentan terhadap anemia gizi, hal ini
disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam
makanan dan pekerjaan yang berat serta
secara alamiah wanita setiap bulan
mengalami haid. Hasil penelitian Husaini
menunjukkan bahwa produktivitas pekerja
wanita penderita anemia gizi menurun 10 –
20%. Oleh karena itu perlu diadakan upaya
penanggulangannya, agar kualitas sumber
daya manusia dapat dimanfaatkan secara
maksimal.
Menurut data statistik pekerja wanita
di Indonesia setiap tahun meningkat. Pada

tahun 1980 jumlahnya 16.934.590 orang
(32,65%), pada tahun 1987 meningkat
menjadi 25.788.997 orang (44,83%), dan
pada tahun 1995 telah mencapai 37.000.000
orang. Untuk itu, maka ada hal-hal yang
perlu diperhatikan seperti kondisi fisik
tenaga kerja wanita tersebut. Kondisi fisik
yang baik tidak saja bermanfaat bagi tenaga
kerja wanita dan keluarganya, tetapi juga
akan
berpengaruh
terhadap
kinerja
perusahaan, demikian juga sebaliknya karena
derajat kesehatan dan status gizi yang kurang
mengakibatkan berkurangnya kemampuan
dan produktivitas kerja.
Alat atau cara yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa adalah
Indeks Massa Tubuh (IMT), khususnya yang

berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan. Berat badan yang kurang dapat
meningkatkan risiko terhadap penyakit
infeksi, sedangkan berat badan lebih akan
dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit
degeneratif.
Oleh
karena
itu
mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai
usia harapan hidup yang lebih panjang.
Kabupaten Deli Serdang merupakan
salah satu daerah industri di Sumatera, baik
industri formal maupun informal (industri
rumah tangga). Salah satu industri rumah
tangga yang cukup besar berperan dalam
pembangunan baik di bidang sosial ekonomi
maupun pembangunan fisik di Kabupaten
Deli Serdang adalah indistri rumah tangga

batu-bata. Industri rumah tangga ini dapat
memproduksi batu-bata lebih kurang 32 juta
per bulan, bila dirupiahkan senilai Rp. 5,28

Hubungan Konsumsi Zat Besi dan Status Gizi (83–92)
Ernawati Nasution dan Halinda Sari Lubis
Universitas Sumatera Utara

milyar per bulan yang merupakan salah satu
sumber Pendapatan Daerah Deli Serdang.
Kecamatan Pagar Merbau adalah salah satu
daerah industri rumah tangga batu-bata yang
berada di Kabupaten Deli Serdang, di
samping itu juga paling banyak menyerap
tenaga kerja termasuk tenaga kerja wanita.
Dari uraian di atas peneliti tertarik
untuk meneliti hubungan konsumsi zat besi
dan status gizi dengan produktivitas tenaga
kerja wanita pencetak batu-bata di
Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli

Serdang.
TUJUAN PENELITIAN
Untuk
mengetahui
hubungan
konsumsi zat besi dan status gizi dengan
produktivitas tenaga kerja wanita pencetak
batu bata di Kecamatan Pagar Merbau
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui konsumsi zat besi dan
vitamin C tenaga kerja wanita pencetak
batu bata.
2. Untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh
(IMT) tenaga kerja wanita pencetak batubata.
3. Untuk mengetahui produktivitas tenaga
kerja wanita pencetak batu bata.
4. Untuk mengetahui hubungan konsumsi
zat besi dengan produktivitas kerja
wanita pencetak batu bata.
5. Untuk mengetahui hubungan IMT
dengan produktivitas tenaga kerja wanita
pencetak batu bata.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi bagi para tenaga kerja
wanita pencetak batu bata agar lebih
memperlihatkan tingkat konsumsi pangan
khususnya zat besi guna peningkatan
produktivitas kerja serta masukan bagi
pemilik industri batu bata terkait guna lebih
memperhatikan status gizi para pekerja.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di industri
rumah tangga batu-bata di Kecamatan Pagar
Merbau Kabupaten Deli Serdang bersifat

Deskriptif Analitik dengan rancangan cross
sectional
yang
menggambarkan
dan
menganalisa hubungan konsumsi zat besi dan
status gizi dengan produktivitas tenaga kerja
wanita pencetak batu-bata.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh tenaga kerja wanita pencetak batubata di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten
Deli Serdang yang berjumlah 110 orang,
dengan kriteria sebagai berikut:
- Umur ≥ 18 tahun.
- Berada dalam keadaan sehat.
- Tidak dalam keadaan fisiologis khusus
(hamil atau menyusui).
- Memiliki pengalaman dalam bekerja
minimal 3 bulan.
Sampel berjumlah 51 orang tenaga
kerja wanita pencetak batu-bata, yang
diambil secara acak.
Jenis Data
Data yang diambil dalam penelitian
ini meliputi data primer yang terdiri dari
karakteristik responden, konsumsi zat besi
dan vitamin C, status gizi responden (IMT)
dan produktivitas Kerja.
Tehnik Pengumpulan Data
Data
karakteristik
responden
diperoleh dari data hasil wawancara terhadap
responden dengan menggunakan alat bantu
kuesioner. Data konsumsi zat besi dan
vitamin C dari responden diperoleh dengan
wawancara yang menggunakan food recall
24 jam sehingga diketahui jumlah dan jenis
makanan sumber zat besi yang dikonsumsi.
Food Recall dilakukan selama 3 hari, dengan
kategori: ≥ 100 % = Baik; < 100 % =
Kurang. Data Status Gizi responden
diperoleh dengan menghitung IMT. Dengan
kriteria sebagai berikut: Kekurangan berat
badan tingkat berat: < 17,0; Kekurangan
berat badan tingkat ringan: 17,0–18,5;
Normal: 18,5–25,0; Kelebihan berat badan
tingkat ringan: > 25,0–27,0; Kelebihan berat
badan tingkat berat: > 27,0. Data
produktivitas kerja diperoleh dengan
observasi terhadap jumlah rata-rata batu bata
yang dihasilkan oleh pekerja dalam 3 hari,
yang dikategorikan menjadi: ≥ 750 buah/hari:
Di atas rata-rata; < 750 buah/hari: Di bawah
rata-rata

Hubungan Konsumsi Zat Besi dan Status Gizi (83–90)
Ernawati Nasution dan Halinda Sari Lubis

85
Universitas Sumatera Utara

Analisa Data
Data yang dikumpulkan diolah
dengan menggunakan komputer dan untuk
melihat hubungan antar variabel digunakan
uji korelasi dengan derajat kepercayaan 95
%, hasil pengolahan data disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Karakteristik Responden
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan diperoleh bahwa sebagian responden berumur ≤ 33 tahun, yaitu 31 orang
(60,8%). Lama kerja responden yang
dikelompokkan menurut rumus median yaitu
4 tahun. Sebagian besar responden berpendidikan SD, yaitu 26 orang (51,0%). Secara
jelas dapat dilihat pada Tabel 1, 2, dan 3.
Konsumsi Zat Besi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden mengkonsumsi zat

besi dalam kategori kurang (56,9%). Lebih
jelas dapat dilihat pada Tabel 4.
Konsumsi Vitamin C
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden mengkonsumsi
vitamin C ≥ 100 % (Baik), yaitu sebanyak 39
orang (76,5%). Secara jelas dapat dilihat
pada Tabel 5.
Status Gizi
Dari hasil pengukuran Indeks Massa
Tubuh (IMT) responden diperoleh bahwa
sebagian besar responden mempunyai status
gizi normal, yaitu 34 orang (66,7%). Lebih
jelas dapat dilihat pada Tabel 6.
Produktivitas Kerja
Dari data yang diperoleh, diketahui
responden mempunyai produktivitas kerja di
atas rata-rata, yaitu 26 orang (51 %). Seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Kecamatan Pagar Merbau
Kebupaten Deli Serdang tahun 2004
No.
1
2

Kelompok Umur (Tahun)
≤ 33
> 33
Jumlah

Jumlah
31
20
51

%
60,8
39,2
100

Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama kerja di Kecamatan Pagar Merbau
Kebupaten Deli Serdang tahun 2004
No.
1
2

Lama Kerja (Tahun)
≤4
>4
Jumlah

Jumlah
21
30
51

%
41,2
58,8
100

Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Pagar
Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004
No.
1
2
3

Tingkat Pendidikan
SD
SLTP
SLTA
Jumlah

Jumlah
26
18
7
51

%
51,0
35,3
13,7
100

Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan konsumsi zat besi di Kecamatan Pagar
Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004
No.
1
2

86

Konsumsi Zat Besi
Baik
Kurang
Jumlah

Jumlah
22
29
51

%
43,1
56,9
100

Hubungan Konsumsi Zat Besi dan Status Gizi (83–92)
Ernawati Nasution dan Halinda Sari Lubis
Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan konsumsi vitamin C di Kecamatan Pagar
Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004
No.
1
2

Konsumsi Vitamin C
Baik
Kurang
Jumlah

Jumlah
39
12
51

%
76,5
23,5
100

Tabel 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi di Kecamatan Pagar Merbau
Kebupaten Deli Serdang tahun 2004
No.
1
2
3
4
5

Tabel 7.

Status Gizi (IMT)
Kekurangan BB Tingkat Berat
Kekurangan BB Tingkat Ringan
Normal
Kelebihan BB Tingkat Ringan
Kelebihan BB Tingkat Berat
Jumlah

Jumlah
2
7
34
3
5
51

%
3,9
13,7
66,7
5,9
9,8
100

Distribusi frekuensi responden berdasarkan produktivitas kerja di Kecamatan Pagar
Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004
No.
1
2

Produktivitas Kerja
Di atas rata-rata
Di bawah rata-rata
Jumlah

Tabulasi Silang antara Umur dengan
Produktivitas Kerja
Hasil tabulasi silang yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa responden
yang memiliki produktivitas di atas rata-rata,
paling banyak berada pada kelompok umur ≤
33 tahun yaitu 16 orang (31,4%) dan di
bawah rata-rata ada 15 orang (29,4%).
Sedangkan responden yang berumur > 33
tahun, yang produktivitas kerjanya di atas
rata – rata ada 10 orang (19,6%) dan di
bawah rata-rata ada 10 orang (19,6%). Secara
jelas dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabulasi Silang antara Lama Kerja
dengan Produktivitas Kerja
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa
responden yang memiliki produktivitas kerja
di atas rata-rata, paling banyak telah bekerja
selama lebih dari 4 tahun yaitu 16 orang
(31,4%).
Tabulasi Silang antara Tingkat
Pendidikan dengan Produktivitas Kerja
Hasil tabulasi silang yang dilakukan
terhadap
tingkat
pendidikan
dengan
produktivitas menunjukkan bahwa responden
yang produktivitas kerjanya di atas rata-rata,
paling
banyak
mempunyai
tingkat
pendidikan SD yaitu sebanyak 17 orang
(33,3%). Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel
10.

Jumlah
26
25
51

%
51
49
100

Tabulasi Silang antara Konsumsi Zat Besi
dengan Status Gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden yang status gizinya normal
mengkonsumsi zat besi kategori kurang sebanyak
21 orang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara konsumsi zat besi
dengan status gizi berdasarkan IMT (p =
0,716). Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabulasi Silang antara Konsumsi Zat Besi
dengan Produktivitas Kerja
Hasil tabulasi silang yang dilakukan
menunjukkan bahwa responden yang
memiliki produktivitas di atas rata-rata,
paling banyak berada pada tingkat konsumsi
zat besi kategori kurang yaitu 19 orang
(37,3%). Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa ada hubungan antara konsumsi zat
besi dengan produktivitas kerja (p = 0,017).
Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabulasi Silang antara Status Gizi dengan
Produktivitas Kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden yang memiliki produktivitas di
atas rata-rata, paling banyak berada pada
status gizi berdasarkan IMT kategori normal
yaitu 19 orang (37,3%). Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan antara
status gizi berdasarkan IMT dengan
produktivitas kerja (p = 0,343). Lebih jelas
dapat dilihat pada Tabel 13.

Hubungan Konsumsi Zat Besi dan Status Gizi (83–90)
Ernawati Nasution dan Halinda Sari Lubis

87
Universitas Sumatera Utara

Tabel 8. Tabulasi silang antara umur dengan produktivitas kerja responden di Kecamatan Pagar
Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004
Kelompok
Umur (thn)

No

≤ 33
> 33
Jumlah

1
2

Produktivitas Kerja
Di bawah
Di atas Rata-rata
%
Rata-rata
16
31,4
15
10
19,6
10
26
51,0
25

%
29,4
19,6
49,0

Jlh

%

31
20
51

60,8
39,2
100

Tabel 9. Tabulasi silang antara lama kerja dengan produktivitas kerja responden di Kecamatan
Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang Tahun 2004
No

Lama Kerja
(thn)
≤4
>4
Jumlah

1
2

Tabel 10.
No
1
2
3

Produktivitas Kerja
Di bawah
Di atas Rata-rata
%
Rata-rata
10
19,6
11
16
31,4
14
26
51,0
25

%

Jlh

21,6
27,4
49,0

21
30
51

%
41,2
58,8
100

Tabulasi silang antara tingkat pendidikan dengan produktivitas kerja responden di
Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004
Tingkat
Pendidikan

SD
SLTP
SLTA
Jumlah

Produktivitas Kerja
Di bawah
Di atas Rata-rata
%
Rata-rata
17
33,3
9
5
9,8
13
4
7,8
3
26
50,9
25

%

Jlh

17,6
25,5
5,9
49,1

26
18
7
51

%
51,0
35,3
13,7
100

Tabel 11. Tabulasi silang antara konsumsi zat besi dengan status gizi responden di Kecamatan
Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004
No.

Konsumsi Zat
Besi

1
2

Baik
Kurang
Jumlah

Kurang
BB Berat
1
1
2

Status Gizi (IMT)
Kurang
Lebih
BB
Normal
BB
Kurang
Ringan
3
13
3
4
21
0
7
34
6

Lebih
BB
Berat
2
3
5

Jumlah

%

22
29
51

43,1
56,9
100

p = 0,716
Tabel 12. Tabulasi silang antara konsumsi zat besi dengan produktivitas kerja responden di
Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004
No
1
2

Konsumsi Zat
Besi
Baik
Kurang
Jumlah

Di atas Ratarata
7
19
26

Produktivitas Kerja
Di bawah
%
Rata-rata
13,7
15
37,3
10
51,0
25

%

Jlh

29,4
19,6
49,0

22
29
51

%
43,1
56,9
100

p = 0,017
Tabel 13. Tabulasi silang antara status gizi dengan produktivitas kerja responden di Kecamatan
Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004
No
1
2
3
4
5.

IMT
Kekurangan BB Tingkat Berat
Kekurangan BB Tingkat Ringan
Normal
Kelebihan BB Tingkat Ringan
Kelebihan BB Tingkat Berat
Jumlah

Di atas Rata-rata
0
3
19
1
3
26

Produktivitas Kerja
%
Di bawah Rata-rata
0
2
5,9
4
37,3
15
2,0
2
5,9
2
51,0
25

%
3,9
7,8
29,4
3,9
3,9
49

Jlh

%

2
7
34
3
5
51

3,9
13,7
66,7
5,9
9,8
100

p = 0,343

88

Hubungan Konsumsi Zat Besi dan Status Gizi (83–90)
Ernawati Nasution dan Halinda Sari Lubis
Universitas Sumatera Utara

Pembahasan
Konsumsi Zat Besi terhadap Produktivitas
Kerja
Dari Tabel 4. diketahui bahwa
konsumsi zat besi responden dalam kategori
baik sebesar 43,1% dan kategori kurang
sebesar 56,9%. Dan dari Tabel 7. diketahui
bahwa produktivitas kerja responden yang
berada di atas rata-rata sebesar 51% dan di
bawah rata-rata 49 %. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan antara
konsumsi zat besi dengan produktivitas kerja
(p = 0,017). Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan terhadap penyadap karet di
Sukabumi, pemetik teh di Jawa Barat dan
Srilangka serta buruh tubuh di Amerika Latin
(10).
Zat besi yang terdapat dalam semua sel
tubuh berperan penting dalam pembentukan
sel darah merah. Sel darah merah sangat
diperlukan untuk mengangkut oksigen ke
seluruh jaringan tubuh. Dan oksigen ini
sangat berperan dalam pembentukan energi
yang berguna di dalam meningkatkan
produktivitas kerja. Dari Tabel 5. diketahui
bahwa konsumsi vitamin C sebagian besar
responden dalam kategori baik sebesar
76,5%. Kita ketahui bahwa vitamin C
merupakan zat yang dapat membantu
penyerapan zat besi di dalam tubuh. Jadi
walaupun sebagian responden mempunyai
konsumsi zat besi yang kurang tetapi dengan
konsumsi vitamin C yang baik diperkirakan
semua zat besi yang dikonsumsi dapat
diabsorpsi dengan baik. Selain itu diketahui
vitamin
C
juga
berperan
dalam
meningkatkan daya tahan tubuh dan
mencegah penyakit infeksi. Dan hasil uji
statistik yang dilakukan juga menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara vitamin C
dengan produktivitas kerja. Hal ini terjadi
karena vitamin C tidak mempengaruhi
produktivitas secara langsung.
Status Gizi (IMT) Terhadap
Produktivitas Kerja
Dari Tabel 6. diketahui bahwa
sebagian besar responden mempunyai status
gizi (berdasarkan IMT) yang normal sebesar
66,7%. Seperti yang kita ketahui sumber
utama energi berasal dari zat gizi. Energi
yang diperlukan tubuh untuk mengerjakan
kerja luar merupakan tambahan terhadap
energi basal metabolisme. Bila tubuh
seseorang
kekurangan
energi
maka

kemampuan fisiknya untuk melakukan
aktivitas kerja akan berkurang sehingga
produktivitas kerja akan menurun. Hasil uji
statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara status Gizi (IMT)
dengan produktivitas kerja (p = 0,343). Hal
ini tidak sesuai dengan hasil penelitian
Suprapto, dkk. yang menyebutkan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara IMT
dengan produktivitas tenaga kerja wanita di
pabrik rokok Jawa Timur. Produktivitas kerja
seseorang bukan hanya dipengaruhi oleh
status gizinya. Ada bayak faktor lain yang
dapat mempengaruhi produktivitas kerja
seseorang, antara lain umur, jenis kelamin,
pengalaman kerja, pendidikan, keterampilan,
motivasi, dan sebagainya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh disimpulkan bahwa:
1. Sebagian besar konsumsi zat besi
responden dalam kategori kurang.
2. Sebagian besar konsumsi vitamin C
responden dalam kategori baik.
3. Sebagian besar responden mempunyai
status gizi (IMT) kategori normal.
4. Sebagian besar responden mempunyai
produktivitas kerja di atas rata-rata.
5. Ada hubungan antara konsumsi zat besi
dengan produktivitas kerja.
6. Tidak ada hubungan antara status gizi
(IMT) dengan produktivitas kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2000, “Rencana
Aksi Pangan dan Gizi 2001-2005”,
Jakarta.
Suma’mur, 1997, Dasar Hygiene dan
Kesehatan Kerja, Jakarta.
Cicih L.H.M., 1996, “Produktivitas dan
Kecukupan Gizi Pekerja”, Warta
Demografi, Th-26. No.5. Jakarta.
Joko, P., 1989, “Perbaikan Gizi Kerja dalam
Upaya Peningkatan Produktivitas
Perusahaan
Konveksi”.
Majalah
Hiperkes, Jakarta.
Wirakusumah, S, 1999, “Perencanaan Menu
Anemia Gizi Besi”. Trubus Agriwidya
Medika, Jakarta.
De Maeyer, 1995, “Pencegahan Dan
Pengawasan Anemia Defisiensi Besi”,
Widya Medika, Jakarta.

Hubungan Konsumsi Zat Besi dan Status Gizi (83–90)
Ernawati Nasution dan Halinda Sari Lubis

89
Universitas Sumatera Utara

Departemen Kesehatan RI, 1995, “13 Pesan
dasar Gizi Seimbang”, Bumi Aksara,
IPB-Bogor
Departemen Tenaga Kerja dan Departemen
Kesehatan, 1996, “Petunjuk Teknis
Operasional Program Penanggulangan
Anemia Gizi bagi Pekerja Wanita”,
Jakarta.

90

Departemen Kesehatan RI, 1998, “Laporan
Survei Pemantauan Indeks Massa
Tubuh di Kodya Binjai”.
Soekirman, 2002, “Ilmu Gizi dan
Aplikasinya untuk Keluarga dan
Masyarakat”.
Suprapto, A.S., dkk, 1989, Hubungan Status
Gizi Dengan Produktivitas Pekerja
Pada Tenaga Kerja Wanita di Pabrik
Rokok di Jawa Timur.

Hubungan Konsumsi Zat Besi dan Status Gizi (83–90)
Ernawati Nasution dan Halinda Sari Lubis
Universitas Sumatera Utara