BAB II ISI
2.1 Lembaga Sosial
Lembaga Sosial atau Lembaga kemasyarakatan merupakan terjemahan langsung dari istilah asing Social-Institution . Akan tetapi, hingga kini belum ada
kata sepakat mengenai istilah Indonesia yang dengan tepat dapat menggambarkan isi Social-Institution tersebut. Ada yang mempergunakan istilah pranata social,
tetapi social-institution menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku warga masyarakat. Misalnya Koentjaraningrat mengatakan pranata social
adalah suatu system tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas- aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam
kehidupan masyarakat. Definisi tersebut menekan pada system tata kelakuan atau norma-norma untuk memenuhi kebutuhan.
Istilah lain yang di usulkan adalah bangunan social yang mungkin merupakan terjemahan dari istilah soziale-Gebilde Bahasa Jerman , yang lebih
jelas menggambarkan bentuk dan susunan social Institution tersebut. Tepat atau tidaknya istilah-istilah tersebut di atas tidak akan di persoalkan di sini akan
digunakan istilah lembaga kemasyarakatan karena pengertian lembaga lebih menujuk pada sesuatu bentuk,sekaligus juga mengandung pengertian yang lebih
abstrak perihal adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri lembaga tersebut. Namun, di samping itu, kadang kadang juga di
pakai istilah lembaga social. Didalam uraian-urain yang lalu,pernah pernah disinggung perihal norma-
norma maryarakat yang mengatur peergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai suatu tata tertib. Norma-Norma Tersebut,apabila di wujudkan dalam
hubungan antarmanusia, dinamakan Social-organization organisasi Sosial. Di dalam Perkembangan Selanjutnya, norma-norma tersebut berkelompok-kelompok
pada berbagai keperluan pokok kehidupan Manusia.
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 4
Lembaga masyarakat terdapat di dalam setiap masyarakat tanpa memperdulikan apakah masyarkat tersebut mempunyai taraf kebudayaan
bersahaja atau modern karena setiap masyarakat tentu mempunyai kebutuhan kebutuhan pokok yang apabila yang di kelompok-kelompokan, terhimpun
menjadi lembaga kemasyarakatan. Untuk memberikan suatu batasan,dapatlah dikatakan bahwa lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma
segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Wujud konkret lembaga kemasyarakatan tersebut adalah asosiasi
association. Sebagai
contoh, universitas
merupakan lembaga-
kemasyarakatan,nsedangkan Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, Universitas Gunadarma , dan lain-lain merupakan contoh-contoh asosiasi.
Beberapa sosiolog memberikan definisi lain. Seperti Robert Maclver dan Charles H.page mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai tatacara atau prosedur yang
telah di ciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok kemasyarakatan yang di namakannya asosiasi. Leopold von Wiese dan Howard
Becker Melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut fungsinya. Lembaga kemasyarakatan diartikannya sebagai suatu jaringan proses-proses hubungan antar
manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-
kepentingan manusia dan kelompoknya, Seorang sosiolog lain , yaitu Sumner yang Melihatnya dari sudut
kebudayaan, mengartikan lembaga kemasyarakatn sebagai perbuatan, cita- cita,sikap dan perlengkapan kebudayaan,bersifat kekal serta bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Lembaga kemasyarakatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada dasarnya
mempunyai beberapa fungsi, yaitu 1
: Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-
masalah dalam masyarakat,terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 5
2 : menjaga keutuhan masyarakat
3 : memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan
system pengadilan socialsocial control. Artinya,system pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku angota-
anggotannya. Fungsi-fungsinya di atas menyatakan bahwa apabila seseorang
hendak mempelajari kebudayaan dan masyarakat tertentu, maka harus pula di perhatikan secara teliti lembaga-lembaga
kemasyarakatan di masyarakat yang bersangkutan. 2.1.1 Ciri-Ciri Umum Lembaga Sosial
Gilin dan Gilin didalam karyanya yang berjudul General features of social institution. Telah menguraikan beberapa ciri
umum lembaga kemasyarakatan yaitu sebagai berikut : 1. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah organisasi pola-pola
pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-
hasilnya.lembaga kemasyarakatan terdiri dari adat istiadatnya, tata kelakuan, kebiasaan , serta unsur-unsur
kebudayaan lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung tergabung dalam satu unit yang fungsional.
2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semua lembaga kemasyarakatan. System-sytem kepercayaan dan
aneka tindakan baru akan menjadi bagian lembaga kemasyarakatan setelah melewati waktu yang relatif lama.
Misalkan,suatu sistem pendidikan tertentu baru akan di terapkan seluruhnya setelah mengalami suatu masa
percobaan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan biasanya juga berumur lama karena pada umumnya orang
menganggapnya sebagai himpunan norma-norma yang pada kebutuhan pokok masyarakat yang sudah sewajarnya
harus di pelihara.
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 6
3. Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu. Mungkin tujuan-tujuan tersebut tidak sesuai
atau sejalan dangan fungsi lembaga yang bersangkutan apabila dipandang dari sudut kebudayaan secara
keseluruhan. Pembedaan antara tujuan dengan fungsi sangat penting karena tujuan suatu lembaga merupakan
tujuan pula bagi golongan masyarakat tertentu dan golongan masyarakat bersangkutan pasti akan berpegang
teguh padanya. Sebaliknya funsi social lembaga tersebut,yaitu peranan lembaga tadi dalam sistem social
dan kebudayaan masyarakat mungkin tak di ketahui atau didasari golongan masyarakat tersebut. Mungkin fungsi
tersebut baru di sadari setelah di wujudkan, yang kemudian berbeda dengan tujuannya. Umpamanya lembaga
perbudakan, yang bertujuan mendapatkan tenaga buruh yang semurah-murahnya, tetapi di dalam pelaksanaan
ternyata sangat mahal. 4. Lembaga masyrakat mempunyai alat-alat perlengkapan
yang di pergunakan untuk mencapai tujuan lembaga bersangkutan, seperti bangunan, peralatan, mesin, dan lain
sebagainya. Bentuk serta pengguna alat tersebut biasanya berlainan antara satu masyarakat lain.
5. Lambing-lambang biasanya juga merupakan ciri khas lembaga kemasyarakatan. Lambang-lambang tersebut
secara simbolis menggambarkan tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan. Sebagai contoh, masing-masing
kesatuan-kesatuan angkatan bersenjata, mempunyai panji- panji; perguruan-perguruan tinggi seperti unversitas
,institut, dan lain-lainnya mempunyai lambing-lambangnya dan lain-lain lagi.
6. Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai tradisi tertulis maupun yang tertulis, yang merumuskan tujuannya, tata
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 7
tertib yang berlaku,dan lain-lain. Tradisi tersebut merupakan dasar bagi lembaga itu di dalam pekerjaannya
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat, dimana lembaga kemasyarakatan tersebut menjadi
bagiannya. Secara menyeluruh ciri-ciri tersebut dapat diterapkan pada lembaga-
lembaga kemasyarakatan tertentu, seperti perkawinan. Sebagai suatu lembaga kemasyarakatan, perkawinan mungkin mempunyai fungsi-fungsi di antaranya.
1. Sebagai pengatur perilaku seksual manusia dalam pergaulan hidupnya
2. Sebagai pengatur pemberian hak dan kewajiban bagi suami,istri dan juga anak-anaknya
3. Untuk memenuhi kebutuhan manusia akan kawan hidup karena secara naruriah manusia senantiasa berhasrat untuk hidup
berkawan 4. Untuk memenuhi kebutuhan manusia akan benda materiil
5. Untuk memenuhi kebutuhan manusia akan prestise 6. Di dalam hal-hal tertentu, untuk memelihara interaksi antar
kelompok social
2.1.2 Cara-cara mempelajari Lembaga Kemasyarakatan
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 8
Betapa pentingnya penelitian terhadap lembaga kemasyarakatan dapat Disimpulkan dari uraian-uraian di atas . telah lama para ahli berusaha untuk
meneliti dengan acara atau metode-metode yang menurut anggapannya paling efesien . Apabila cara cara atau metode-metode tersebutu di himpun , maka akan
dapat di jumpai tiga golongan pendekatan aprroarch terhadap masalah tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Analisis secara historis Analisis secara historis bertujuan menelitih sejarah timbul dan
perkembangan suatu lembaga kemasyarakatan tertentu. Misalnya diselidiki asal mula serta perkembangan lembaga demokrasi, perkawinan yang
monogamy , keluarga batih , dan lain sebagainya . 2. Analisis koperatif
Analisis koperatif bertujuan menelah suatu lembaga kemasyarakatan tertentu dalam pelbagai masyarakat berlainan ataupun pelbagai lapisan
sosisal masyarakat tersebut. Bentuk-bentuk milik, phraktik-praktik pendidikan kanak –kanak dan lain-lainnya , banyak ditelah secara
komperatif. Cara analisi ini banyak sekali digunakan oleh para ahli antropologi seperti ruth benedict, Margaret mead, dan lain-lain .
3. Analisis fungsional Lembaga –lembaga kemasyarakatan dapat pula diselidiki dengan jalan
menganalisis hubungan atara lembaga-lembaga tersebut di dalam suatu masyakarat tertentu. Pendekatan ini ,yang lebih menekankan hubungan
fungsionalnya, sering kali mempergunakan analisis-analisis historis dan komporatif . sesungguhnya suatu lembaga kemasyarakatan tidak mungkin
terlepas dari lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Misalnya penelitian tentang lembaga perkawinan mau tak mau akan menyangkut
pula penelitian terhadap lembaga pergaulan muda-mudi , lembaga keluarga , lembaga harta perkawinan , lembaga kewarisan dan lembaga
lain sebagainya . Dari uraian di atas , dapat disimpulkan bahwa ketiga pendekatan tersebut bersifat
saling melengkapi . Artinya, di dalam meneliti lembaga-lembaga kemasyarakatan , salah satu pendekatan akan dipakai sebagai alat pokok,
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 9
sedangkan yang lain bersifat sebagai tambahan umtuk melengkapi kesempurnaan cara-bcara penelitian
2.1.3 Tipe-tipe Lembaga Kemasyarakatan Tipe-tipe lembaga kemasyarakatan dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut
Menurut gillin dan gillin lembaga-lembaga kemasyarakatan tadi dapat di definisikan sebagai berikut:
1. Crescive institutions dan enacted institution merupakan klasifikasi dari sudut perkembangannya . Crescive institutions yang juga di sebut
lembaga-lembaga paling primer merupakan lembaga-lembaga yang secara takdisengaja tumbuh dari adat istiadatb masyarakat . contohnya adalah hak
milik, perkawina agama dan sterusnya. Enacted institution dengan sengaja di bentuk untuk memenuhi tujuan
tertentu , misalnya lembaga utang-piutang, lembaga perdagangan , dan lembaga-lembaga pendidikan , yang semuanya berakar pada kebiasaan-
kebiasaan dalam masyarakat. .pengalaman melaksanakan kebiasaan- kebiasaan tersebut kemudian disistermatisasi dan di atur untuk kemudian
dituangkan kedalam lembaga-lembaga yang disahkan oleh Negara. 2. Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat, timbul klasifikasi
atas basic instititution dan subsidiary institution. Basic institutions dianggap sebagai lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk
memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. dalam masarakat indonesIndonesialkan keluarga , sekolah-sekolah , nega, dan
lain sebagainya di anggap sebagai basic institutions yang pokok. Sebaliknya adalah subsidiary institution yang dianggap kurang penting
seperti misalnya, kegiatan-kegiatan untuk reaksi. Ukuran yang dipakai untuk menentukan suatu lemabaga kemasyarakatn di anggap sebagai basic
atau subsidiary berbeda di masing-masing masyarakat . ukuran-ukuran tersebut juga tergantung dari masa hidup masyarakat tadi berlangsung.
Misalnya sirkus pada zaman romai dan yunani kuno di anggap sebagai
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 10
basic instutions pada dewa ini kiranya akan di jumpai suatu masyarakat yang masih mempunyai keyakinan demikian.
3. Dari sudut penerimaan masyarakat dapat dibedakan approved atau social sanctioned institutions dengan unsanctioned institutions.approved atau
social sanctioned merupakan lembaga-lembaga yang diterima masyarakat seperti misalnya sekolah ,perusahaan dagang, dan lain-lain . sebaliknya
adalah unsanctioned institutions yang di tolak oleh masyarakat, walaupun masyarakat kadang-kadang tidak berhasil memberantasnya. Misalnya
kelompok penjahat, pemeras , pencoleng. Dan sebagainya. 4. Perbedaan antara general institution dengan restricted institutions timbul
apabila klasifikasi tersebut didasarkan pada factor penyebarannya. Misalnya agama merupakan suatu general instutions , karena dikenal oleh
hamper semua masyarakat dunia. Semntara itu agama islma, protestan , katolik , Buddha dan lain-lain merupakan restricted institutions karena
dianut oleh masyarakat-masyarakat tertentu di dunia ini . 5. Berdasarkan fungsinya , terdapat pembedaan antara operative institutions
dan regulative institutions . operative institutions berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola-pola atau tata cara yang diperlukan untuk
mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan , seperti misalnya lembaga industrilisasi. regulative institutions , bertujuan untuk adat istiadat atau tata
kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak lembaga itu sendiri. Suatu contoh adalah lembaga-lembaga hokum seperti kejaksaan , pengadilan
dan sebagainya . Klasifikasi tipe-tipe lembaga kemasyrakatan tersebut menunjukan bahwa
di dalam setiap masyarakat akan di jumpai bermacam-macam lembaga kemasyrakatan . setiap masyarakat mempunyai sstem nilai yang
menentukan lembaga kemasyarakatan yang dianggap sebagai pusat dan yang kemudian dianggap berada di atas lembaga-lembaga, lainnya. Pada
masyrakat totaliter , umpamanya , Negara dianggap sebagai lembaga kemasyrakatan pokok yang membawahi lembaga-lembaga lainnya seperti
keluarga, hak milik , hak perusahaan , sekolah dan lain sebagainya. Akan tetapi , dalam setiap msyarakat paling tidak akan dapat di jumpai pola-pola
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 11
yang mengatur hubungan antara lembaga-lembaga tersebut . sistem pola hubungan-hubungan tersebut lazimnya disebut institutional –
configuration . sistem tadi ,dalam masyarakat yang masi homogeny dan tradisional , mempunyai kencendrugan bersifat statis dan tepat. Lain
halnya dengan masyarakat yang sudah komplek atau terbuka bagi terjadinya perubahan-perubahan sosisal kebudayaan, sistem tersebut
seringkali mengalami kegoncangan-kegoncangan . karena dengan masuknya hal-hal yang baru, masyarakat juga biasanya mempunyai
anggapan-anggapan baru tentang norma-norma yangb berkisar pada kebutuhan pokoknya.
2.1.4 Jenis-Jenis Lembaga Sosial
1. Lembaga keluarga
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Keluarga memiliki fungsi majemuk bagi terciptanya
kehidupan sosial dalam masyarakat.Dalam keluarga diatur hubungan antara anggota-anggotanyasehingga setiap anggota
keluarga mempunyai peran dan fungsinya yang jelas.
Dalam kehidupan di masyarakat kita kenal tiga macam bentuk keluarga, yaitu : 1.
Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum menikah
2. Keluarga besar extended family merupakan ikatan keluarga dalam satu
keturunan yang terdiri atas kakek, nenek, ipar, paman, anak, cucu, dan sebagainya 3.
Keluarga poligamous terdiri dari beberapa keluarga inti yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga.
Fungsi keluarga 1.
Fungsi reproduksi. Dalam keluarga, anak-anak merupakan wujud dari cinta kasih dan tanggung jawab suami istri meneruskan keturunannya.
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 12
2. Fungsi sosialisasi. Keluarga berperan dalam membentuk kepribadian anak
agar sesuai dengan harapan orang tua dan masyarakatnya. Keluarga sebagai wahana sosialisasi primer harus mampu menerapkan nilai-nilai atau norma-norma
masyarkat melalui keteladanan orang tua. 3.
Fungsi afeksi. Dalam keluarga, diperlukan kehangatan, rasa kasih sayang, dan perhatian antara anggota keluarga yang merupakan salah satu kebutuhan
manusia sebagai makhluk berpikir dan bermoral kebutuhan itegratif. Apabila anak tidak atau kurang mendapatkannya, memungkinkan ia menjadi sulit
dikendalikan, nakal, bahkan terjerumus pada kejahatan. 4.
Fungsi ekonomi. Keluarga, terutama orang tua, mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan ekonomi anak-anaknya. Pada masyarakat tradisional,
kewajiban ini dipikul oleh suami. Namun, pada masyarakat modern yang menganggap peran laki-laki dengan wanita kian sejajar, suami dan istri memikul
tanggung jawab ekonomi yang sama terhadap anak-anak mereka. 5.
Fungsi pengawasan sosial. Setiap anggota keluarga, pada dasarnya, saling melakukan kontrol atau pengawasan karena mereka memiliki rasa tanggung jawab
dalam menjaga nama baik keluarga. Namun, peran ini biasanya lebih dominan dilakukan oleh anggota keluarga yang lebih tua.
6. Fungsi proteksi perlindungan. Fungsi perlindungan sangat dibutuhkan
anggota keluarga, terutama anak, sehingga anak akan merasa aman hidup di tengah-tengah keluarganya. Ia akan merasa terlindungi dari berbagai ancaman
fisik maupun mental yang datang dari keluarga maupun dari luarnya. 7.
Fungsi pemberian status. Melalui perkawinan, seorang akan mendapatkan status atau kedudukan yang baru di masyarakat, yaitu sebagai suami atau istri.
Secara otomatis, ia akan diperlakukan sebagai orang yang telah dewasa dan mampu bertanggung jawab kepada diri, keluarga, anak-anak, dan masyarakatnya.
2. Lembaga pendidikan
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 13
Kebutuhan akan intensitas kedalaman pengetahuan atau pendidikan pada tiap masyarakat tentu berbeda. Pada masyarakat sederhana, segala pengetahuan
dan keterampilan seseorang cukup didapat atau diperoleh dari keluarga atau kerabatnya.
Umumnya, pengetahuan yang mereka peroleh adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara mereka memenuhi kebutuhannya, seperti cara berburu
dan mengolah binatang hasil buruan, serta cara mengolah lading. Namun, sejalan dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia berambah pula. Dikenalnya
pembagian kerja yang menuntut keahlian tertentu dalam bergaia proses produksi mendorong masyarakat untuk meperdalam pengetahuannya. Kemudian,
dibentuklah lembaga pendidikan formal sebagai pelengkap lembaga pendidikan informal keluarga.
Pendidikan formal, seperti sekolah, menawarkan pendidikan yang berjenjang dari tingkat dasar sampai jenjang pendidikan tinggi, baik yang bersifat umum maupun
khusus, seperti sekolah agama dan sekolah luar biasa.Di samping adanya pendidikan formal, masyarakat juga mengenal dan membentuk pendidikan non-
formal, seperti kursus-kursus, keterampilanm, kursus bahasa, dan kursus komputer.
1. Fungsi lembaga pendidikan 1.
membantu orang untuk mencari nafkah 2.
menolong mengembangkan potensinya demi pemenuhan kebutuhan hidupnya.
3. Melestarikan kebudayaan dengan caramengajarkannya dari generasi
kegenerasi berikutnya. 4.
Merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran ketrampilan berbicara dan mengembangkan cara berpikir rasional
5. Memperkaya kehidupan dengan cara menciptakan kemungkainan untuk
berkembangnya cakrawala intelektual dan cinta rasa keindahan. 6.
Meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri melalui bimbingan pribadi dan berbagai kursus
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 14
7. Meningkatkan taraf kesehatan para pemuda bangsa melalui latihan dan
olahraga. 8.
Menciptakan warga Negara yang patreotik melalui pelajaran yang menggambarkan kejayaan bangsa.
9. Membentuk kepribadian yaitu susunan unsur dan jiwa yang menentukan
perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu.
2. Fungsi laten lembaga pendidikan. Fungsi ini berkaitan dengan fungsi lembaga pendidikan secara
tersembunyi yaitu menciptakan atau melahirkan kedewasaan peserta didik. Singkat kata bahwa fungsi pendidikan yang berkaitan dengan fungsi yang
nyata manifest adalah : 1. mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah
2. mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentaingan masyarakat.
3. melestarikan kebudayaan 4. menanamkan ketrampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Sedangkan fungsi laten lembaga pendidikan adalah : 1. mengurangi pengendalian orang tua melalui pendidikan sekolah orang
tua melimoahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah
2. menyediakan saranan untuk pembangkangan , Sekolah mempunyai potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini
tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap
terbuka. 3. mempertahankan system kelas social . Pendidikan sekolah diharapkan
dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise , privilese, dan status yang ada dalam masyarakat.
4. memperpanjang masa remaja . Pendidikan sekolah dapat pula
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 15
memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
3. Lembaga politik Dalam setiap masyarakat, baik itu masyarakat kecil seperti keluarga, suku,
hingga ke sebuah Negara, membutuhkan orang-orang yang bertugas mengatur hubungan antarwarga agar selaras. Seperti ayah dalam keluarga,
kepala adat atau kakak tertua dalam sebuah suku, atau presiden dalam sebuah Negara.Kepada mereka diberikan kekuasaan atau kewenangan
untuk mengatur sekaligus member sanksi terhadap tindakan anggotanya yang menyimpang.
Selain memiliki hak, mereka pun diberi kewajiban untuk mensejahterakan anggotanya.Pemerintah, misalnya, mempunyai kewajiban untuk
mendistribusikan kekayaan Negara kepada setiap Negara secara adil sehingga tercapai kemakmuran yang merata.Hal itu dapat dilakukan
dengan menyediakan lapangan pekerjaan atau menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif aman dan nyaman bagi tumbuhnya perekonomian
Negara. Fungsi lembaga politik
1. Memelihara ketertiban di dalam internal order. Artinya, lembaga politik
memelihara ketertiban di dalam masyarakat dengan wewenang yang dimilikinya, baik menggunakan cara persuasif maupun paksaan fisik. Lembaga politik
bertindak sebagai pemaksa hukum, menyelesaikan konflik yang terjadi di antara anggota masyarakat secara adil sehingga anggota masyarakat dapat hidup dengan
tentram. 2.
Menjaga keamanan di luarexternal security. Artinya, lembaga politik dengan menggunakan alat-alat yang dimilikinya berusaha mempertahankan
Negara dari ancaman atau serangan yang datang dari Negara lain baik melalui jalan diplomasi ataupun dengan perang.
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 16
3. Mengusahakan kesejahteraan umum general welfare. Artinya, lembaga
politik merencanakan dan melaksanakan pelayanan-pelayanan sosial serat mengusahakan kebutuhan pokok masyarakat. Di ataranya adalah pangan, sandang,
papan, pendidikan, kesehatan, energy, dan komunikasi, termasuk distribusinya.
4. Lembaga ekonomi Manusia memerlukan lembaga yang berfungsi mengatur pembagian kerja
dalam kehidupannya, yaitu lembaga ekonomi. Menurut Kornblum 1988, penelitian terhadap institusi ekkonomi difokuskan pada pokok bahasan
pasar dan pembagian kerja, interaksi antara pemerintah, institusi ekonomi dan perubahan pada pekerjaan.
Perdagangan mulai lahir ketika orang mulai menginginkan hasil produksi orang lain. Lambat laun proses pertukaran memilih standar tertentu, diatur,
dan diperkirakan sehingga akhirnya dianggap perlu dilembagakan.
Fungsi Lembaga Ekonomi : 1. Memberi pedoman untuk mendapatkan bahan pangan
2. Memberi pedoman untuk melakukan pertukaran barangbarter 3.Memberi pedoman tentang harga jual beli barang
4.Memberi pedoman untuk menggunakn tenaga kerja 5. Memberi pedoman tentang cara pengupahan
6. Memberi pedoman tantang cara pemutusan hubungan kerja 7. Memberi identitas diri bagi masyarakat
5.Lembaga agama Agama merupakan suatu lembaga institusi penting yang mengatur
kehidupan manusia.Dalam hal ini, agama diartikan dengan istilah religion. Menurut Durkheim 1966, agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri
atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal suci. Kepercayaan dan praktik tersebut memprsatukan semua orang yang
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 17
beriman ke dalam suatu komunitas moral yang dinamakan umat. Durkheim menjelaskan bahwa semua kepercayaan agama membagi semua
benda yang ada di bumi ini, baik yang berwujud nyata maupun yang berwujud ideal, ke dalam dua kelompok yang saling bertentangan, yaitu
hal yang bersifat profan dan hal yang bersifat suci scared , atau duniawi dan illahi.
Agama merupakan sarana bagi manusia untuk berhubungan dengan Sang Pencipta sehingga manusia senantiasa mendekatkan diri agar mendapat
petunjuk serta selamat dunia dan akhirat.
Fungsi Lembaga Agama : 1.
Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok 2.
Mengatur tata cara hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan.
3. Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah untuk menghindari
perilaku menyimpang, seperti membunuh, memperkosa, berzina, dan berjudi. 4.
Pedoman untuk mengungkapkan rasa kebersamaan yang mewajibkan untuk selalu berbuat baik dengan sesamanya dan lingkungan hidupnya.
5. Pedoman perasaan keyakinan confidence. Siapa pun yang berbuat baik
maka akan mendapat pahala dari Tuhan. 6.
Pedoman keberadaan existence. Keberadaan alam semesta dengan segala isinya termasuk didalamnya manusia harus disikapi rasa syuku ikhlas.
7. Pengungkapan keindahan estetika. Manusia yang suka akan keindahan
dapat mengekspresikan rasa estetikanya dengan membangun rumah ibadah dan hal-hal lain berkaitan dengan kepercayaannya.
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 18
8. Pedoman rekreasi dan hiburan. Untuk mencari ketenangan dan kesegaran
jiwa, manusia dapat menjalankan ritual agama seperti sholat, yoga, dan meditasi. 9.
Memberikan identitas kepada manusia sebagai bagian dari suatu agama, missal sebagai umat Islam, Kristen, Hindu, Buddha dan Khong Hu Chu
2.1.5. Pranata sosial Manusia pada dasarnya selalu hidup di dalam suatu lingkungan yang
serba-berpranata. Artinya, segala tindak tanduk atau perilaku manusia senantiasa akan diatur menurut cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama Apabila
seseorang masuk di dalam lingkungan rumah tangga, maka ia akan dilayani sekaligus terikat oleh seperangkat aturan rumah tangga-disebut pranata keluarga-
sesuai dengan kedudukan atau perannya di dalam rumah tangga tersebut. Seorang suami, misalnya, ia tidak bisa berbuat seenaknya sendiri, seperti pulang larut
malam setiap hari tanpa meminta ijin kepada istrinya atau tidak menafkahi istri dan anaknya sesuai statusnya sebagai kepala keluarga-sebab bukan saja si suami
itu akan dipergunjingkan tetangga dan keluarganya, tetapi ia juga bisa dituntut oleh istrinya sendiri karena tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan
norma sosial yang berlaku Di dalam kehidupan masyarakat jumlah pranata sosial yang ada relatif beragam dan jumlahnya terus berkembang
sesuai dengan dinamika perkembangan masyarakat itu sendiri Selain pranata keluarga seperti disebut di atas, masih banyak pranata sosial lain yang memiliki
fungsi yang sa mengatur cara-cara warga masyarakat dalam memenuhi berbagai kebutuhan yang
penting, seperti pranata ekonomi, pranata pendidikan, pranata politik, dan pranata agama Menurut pakar Antropologi-seperti S.F Nadel 1953 dan Koentjaraningrat
1979--di luar empat pranata utama itu sesungguhnya masih ada beberapa pranata sosial lain,seperti seperti pranata ilmiah, atau pranata keindahan dan rekreasi.
Pengertian pranata sosial secara prinsipil tidak jauh berbeda dengan apa yang sering dikenal dengan lembaga sosial, organisasi sosial maupun lembaga
kemasyarakatan, karena di dalam masing-masing istilah tersebut tersirat adanya
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 19
unsur-unsur yang mengatur setiap perilaku warga masyarakat. Menurut Horton dan Hunt 1987, yang dimaksud dengan pranata sosial atau dalam istilah mereka
lembaga sosial adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting. Dengan kata lain, pranata
sosial adalah sistem hubungan sosial yang terorganisir yang mengejawantahkan nilai-nilai serta prosedur umum yang mengatur dan memenuhi kegiatan pokok
warga masyarakat. Tiga kata kunci di dalam setiap pembahasan mengenai pranata sosial adalah:
1. Nilai dan norma 2. Pola perilaku yang dibakukan atau yang disebut prosedur umum; dan
3. Sistem hubungan, yakni jaringan peran serta status yang menjadi wahana untuk melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum yang berlaku
Menurut Koentjaraningrat 1979 yang dimaksud dengan pranata pranata sosial adalah sistem sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga
masyarakat itu untuk berinteraksi menurut pola pola resmi atau suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi
kompleks kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Pranata sosial pada hakikatnya bukan merupakan sesuatu yang bersifat
empirik, karena sesuatu yang empirik unsur-unsur yang terdapat di dalamnya selalu dapat dilihat dan diamat-amati. Sedangkan pada pranata sosial unsur-unsur
yang ada tidak semuanya mempunyai perwujudan fisik. Pranata sosial adalah sesuatu yang bersifat konsepsi melalui bahwa eksistensinya hanya dapat ditangkap
dipahami sebagai sarana pikir, dan hanya dapat dibayangkan dalam imajinasi suatu konsep atau konstruksi pikir.
Walaupun ada juga yang tetap berpendapat bahwa pranata sosial itu sesungguhnya merupakan sesuatu yang bersifat empiri Alasan yang dikemukakan
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 20
ialah, bahwa unsur-unsur pranata sosial, khususnya perilaku perilaku individu ketika melaksanakan hubungan dengan sesamanya selalu dapat dilihat atau
diamati. Benar tidaknya anggapan konseptual yang demikian ini terlebih dahulu harus diingat bahwa manusia-manusia di dalam kelompok atau pranata sosial itu
hanyalah sebagai pelaksana fungsi atau pelaksana kerja dari unsur saja. Sehingga dalam kenyataannya mereka itu bisa datang atau pergi dan diganti oleh orang lain
tanpa mengganggu eksistensi dan kelestarian dari pranata sosial. Oleh karena itu sesungguhnya di dalam pranata sosial yang menjadi unsur-unsurnya bukanlah
individu-individu manusianya itu, akan tetapi kedudukan-kedudukan yang ditempati oleh para individu itu beserta aturan tingkah lakunya. Dengan demikian
pranata sosial adalah merupakan bangunan atau konstruksi dari seperangkat peranan-peranan dan aturan-aturan tingkah laku yang terorganisir. Aturan tingkah
laku tersebut dalam kajian sosiologi sering disebut dengan istilah norma norma sosial
Tujuan dan fungsing pranata sosial diciptakan pranata sosial pada dasarnya mempunyai maksud serta tujuan yang secara prinsipil tidak berbeda dengan
norma norma sosial, karena pranata sosial sebenarnya memang produk dari norma sosial.
Secara umum, tujuan utama diciptakannya pranata sosial, selain untuk mengatur agar kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi secara memadai, juga
sekaligus untuk mengatur agar kehidupan sosial warga masyarakat bisa berjalan dengan tertib dan lancar sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Contoh:
pranata keluarga mengatur bagaimana keluarga harus memelihara anak. Sementara itu, pranata pendidikan mengatur bagaimana sekolah harus mendidik
anak-anak hingga menghasilkan lulusan yang andal. Tanpa adanya pranata sosial, kehidupan manusia nyaris bisa dipastikan bakal porak-poranda karena jumlah
prasarana dan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia relatif terbatas,
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 21
sementara jumlah warga masyarakat yang membutuhkan justru semakin lama semakin banyak.Untuk mewujudkan tujuannya, menurut Soerjono Soekanto
1970, pranata sosial di dalam masyarakat dengan demikian harus dilaksanakan fungsi fungsi berikut:
1. Memberi pedoman pada anggota masyarakat tentang bagaimana bertingkah laku atau bersikap di dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dengan demikian pranata sosial dengan berbagai aturan atau kaidah-kaidah sosial yang dapat harus dipergunakan oleh setiap anggota
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 2. Menjaga keutuhan masyarakat dari ancaman perpecahan atau
disintegrasi masyarakat. Hal ini mengingat bahwa sumber pemenuhan kebutuhan hidup yang dapat dikatakan tidak seimbang dengan jumlah
manusia yang semakin bertambah baik kuantitas maupun kualitasnya, sehingga dimungkinkan pertentangan yang bersumber pada perebutan
maupun ketidakadilan dalam usaha memenuhi kebutuhannya akan ancaman kesatuan dari warga masyarakat. Oleh karena itu, norma norma
sosial yang terdapat di dalam pranata sosial akan berfungsi untuk mengatur pemenuhan kebutuhan hidup dari setiap warganya secara adil
atau memadai, sehingga dapat terwujudnya kesatuan yang tertib 3. Berfungsi untuk memberikan pegangan dalam mengadakan sistem
pengendalian sosial social control. Sanksi-sanksi atas pelanggaran norma norma sosial merupakan sarana agar setiap warga masyarakat tetap
konform dengan norma-norma sosial itu, sehingga tertib sosial dapat terwujud. Dengan demikian sanksi yang melekat pada setia norma sosial
itu merupakan pegangan dari warga untuk meluruskan maupun memaksa warga masyarakat agar tidak menyimpang dari norma sosial, karena
pranata sosial akan tetap tegar di tengah kehidupan masyarakat
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 22
Karakteristik pranata sosial . Dalam kehidupan masyarakat banyak ditemui berbagai pranata sosial, sehingga sering tidak mudah untuk membedakan
antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, untuk pemahaman lebih lanjut perlu kiranya me-ngenali karakteristik umum dari pranata sosial yang dikemukakan
oleh Gillin and Gillin, sebagai berikut: Soemardjan dan Soemardi, 1964:67-70 1. Pranata sosial terdiri dari seperangkat organisasi daripada pemikiran-pemikiran
dan pola-pola perikelakuan yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan. Karateristik ini menegaskan kembali bahwa pranata sosial terdiri
dari sekumpulan norma-norma sosial dan peranan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Norma norma sosial ini merupakan unsur abstraknya dari pranata
sosial sedangkan sekumpulan dari peranan-peranan sosial seolah-olah merupakan perwujudan konkret dari pranata sosial, karena menampakkan diri sebagai bentuk
asosiasi atau lembaga. 2. Pranata sosial itu relatif mempunyai tingkat kekekalan tertentu Artinya, pranata
sosial itu pada umumnya mempunyai daya tahan tertentu yang tidak lekas lenyap dalam kehidupan bermasyarakat. Panjangnya umur pranata sosial itu pada
dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya karena pranata sosial itu terdiri dari norma norma sosial, di mana norma norma sosial ini terbentuk melalui
proses yang tidak mudah dan relatif lama. Sementara itu, norma norma sosial itu pada umumnya berorientasi pada kebutuhan pokok dari kehidupan masyarakat,
sehingga sewajarnyalah apabila pranata sosial kemudian dipelihara sebaik- baiknya oleh setiap warga masyarakat, karena pranata sosial itu mempunyai nilai-
nilai yang tinggi. Kekekalan pranata sosial juga dipengaruhi oleh usaha dari para warga masyarakat untuk semakin mengukuhkan atau melestarikan bahwa ada
kecenderungan manusia untuk meningkatkan peranannya melalui usaha-usaha untuk memperoleh serta meningkatkan kedudukan seseorang akan meningkat pula
peranan yang dimainkan dalam kehidupannya.
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 23
3. Pranata sosial itu mempunyai tujuan yang ingin dicapai atau diwujudkan Tujuan dasarnya adalah merupakan pedoman serta arah yang ingin dicapai. Oleh
karena itu, tujuan akan motivasi ataupun mendorong manusia untuk mengusahakan serta bertindak agar tujuan itu dapat terwujud. Dengan tujuan
inilah maka merangsang pranata sosial untuk dapat melakukan fungsinya, akan tetapi hal ini bukanlah dimaksudkan bahwa adanya tujuan akan menjamin
berfungsinya pranata sosial. Oleh karena itu apabila pranata sosial telah mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai, tetapi pranata itu sendiri tidak
dapat menjalankan fungsinya, maka tujuan tersebut akan mandul atau steril. Tidaklah mungkin dapat terjadi ada pranata sosial yang berfungsi, tetapi tidak
mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa tujuan pranata sosial itu dapat tercapai apabila fungsi-fungsinya dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Di dalam pranata sosial, yang dimaksud dengan tujuan adalah sesuatu yang harus dicapai oleh golongan masyarakat tertentu dan
golongan masyarakat yang bersangkutan pasti akan berpegang teguh padanya.Sebaliknya, yang dimaksud dengan fungsi pranata sosial pranata sistem
sosial dan kebudayaan masyarakat. Adakalanya fungsi pranata sosial itu tidak diketahui
ataupun tidak disadari oleh sekelompok masyarakat yang menjadi kali itu diwujudkan dan kemudian ternyata berbeda dengan tujuannya
4. sosial merupakan alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuannya. Alat alat perlengkapan dimaksudkan agar pranata yang bersangkutan
dapat melaksanakan fungsinya guna mencapai tujuan yang diinginkan. Peralatan yang diperlukan atau yang dimiliki oleh setiap pranata sosial tergantung pranata
yang bersangkutan, sehingga dimungkinkan antara pranata satu dengan yang lain akan berbeda. Peralatan pranata sosial dapat pula bersifat hardware maupun
software, seperti adanya sarana maupun prasarana yang harus tersedia untuk mewujudkan tujuan yang akan dicapai
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 24
5. Pranata sosial pada umumnya dilakukan dalam bentuk lambang lambang. Lambang di samping merupakan spesifikasi dari suatu pranata sosial, juga tidak
jarang dimaksudkan untuk pencerminan secara simbolis yang menggambarkan tujuan dan fungsi pranata yang bersangkutan Lambang dari suatu pranata dapat
berupa gambar slogan-slogan. Lambang pranata secara umum dapat dikategorikan ke dalam dua hal. Pertama, lambang atau simbol yang bersifat presentasional,
yaitu lambang yang dapat bersangkutan, misalnya burung garuda dan bendera merah putih akan menghadirkan negara Republik Indonesia. Lambang yang
bersifat presentasional ini biasanya mengandung nilai-nilai dari tujuannya juga bersifat sakral. Kedua, adalah lambang yang bersifat discursive lambang yang
tidak ada kaitan atau tidak ada sambungannya dengan tujuan, fungsi maupun nilai yang itu sosial yang bersangkutan, sehingga lambang yang dipergunakan biasanya
sekedar untuk menunjukkan spesifikasi dari pranata sosial yang bersangkutan
6. Pranata sosial itu mempunyai dokumen baik yang tertulis maupun tidak. Dokumen ini dimaksudkan menjadi suatu landasan atau pangkal tolak untuk
mencapai tujuan serta melaksanakan fungsinya. Oleh karena itu, dokumen yang tertulis dapat merupakan landasan pranata yang autentik di pergunakan sebagai
pedoman,dan dokumen ini sebenernya adalah merupakan konkretisasi dari karekteristik yang pertama.
Tipe-Tipe Pranata Sosial. Dalam kehidupan masyarakat terdapatberbagai macam pranata sosial, di mana satu dengan yang lain sering terjadi adanya
perbedaan-perbedaan maupun persamaan-persamaan tertentu. Persamaan dari berbagai pranata sosial itu di antaranya, di samping pada umumnya bertujuan
untuk mengatur pemenuhan kebutuhan warganya, juga karena pranata itu terdiri dari seperangkat kaidah dan peranan sosial. Sedangkan perbedaannya, seperti
dikemukakan oleh J.L. Gillin dan J.P Gillin1954, bahwa pranata sosial itu di antaranya dapat diklasifikasikan menurut ;
l. Tingkat kompleksitas penyebarannya
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 25
2. Orientasi nilainya.
Tingkat Kompleksitas Penyebarannya Besar kecilnya atau luas sempitnya penyebaran atau jangkauan pranata sosial
dalam kehidupan masyarakat sangat dipengaruhi oleh bermacam macam faktor. Faktor dari dalam pranata sosial terkandung nilai nilai tertentu, sehingga
kemampuan nilai-nilai untuk memenuhi kebutuhan manusia itulah yang turut menentukan luas penyebarannya. Di samping hal tersebut juga diwarnai oleh
peranan peranan yang dipentaskan oleh para individu yang terdapat di dalam sosial yang bersangkutan, sehingga semakin besar yang dapat dibawakan oleh
para individu itu semakin besar pula kemungkinan pranata sosial itu dapat menyebar dalam kehidupan masyarakat Faktor yang dari luar pranata sosial di
antaranya adalah bagaimana persepsi dan kepentingan masyarakat terhadap nilai serta peranan yang dimiliki oleh pranata sosial, sehingga adanya tanggapan yang
baik dan adanya kepentingan yang kuat akan memberi peluang yang lebar untuk dapat diterima serta menyebar luas di masyarak Dengan mendasarkan diri pada
tingkat kompleksitas penyebarannya itu, maka pranata sosial dapat dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu:
1.General social institutions. 2. Restricted socialinstitutions.
1. General Social Institutions Sesuai dengan namanya, maka pranata sosial ini dapat dikatakan hampir
terdapat di setiap bentuk masyarakat, sehingga bersifat universal. kenyataan yang demikian membuktikan bahwa pranata sosial mempunyai nilai yang tinggi dalam
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 26
kehidupan masyarakat terutama untuk kelangsungan hidupnya. Luasnya jangkauan dan pranata sosial yang demikian ini berarti dikenal
diakui diterimanya pranata sosial itu oleh sebagian besar atau bahkan oleh seluruh umat manusia sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Pranata sosial
jenis ini merupakan wahana atau tempat dari berbagai pranata sosial sejenis yang relatif lebih kecil, karenanya sifat dari pranata sosial yang demikian ini dapat
dikatakan netral,umum, atau tidak memihak terhadap komponen atau unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Seperti agama, adalah merupakan salah satu contoh
dari pranata sosial yang bersifat universal atau umum yang menghimpun dari berbagai macam agama tertentu, tanpa memihak terhadap salah satu agama
tertentu tersebut. Pranata sosial yang bersifat universal ini mempunyai tingkat kompleksitas yang relatif lebih luas dan banyak dibandingkan dengan pranata
yang bersifat khusus Restricted Social Institutions
Pranata sosial ini pada umumnya mempunyai corak yang khas atau khusus dalam kehidupan masyarakat. Kenyataan ini dipengaruhi oleh kaidah-kaidah serta
peranan peranan yang terdapat di dalam pranata itu mempunyai kekhususan. Karena sifat yang demikian maka pola penyebarannya relatif lebih terbatas
dibanding dengan pranata yang umum. Hal ini juga disebabkan oleh relatiflebih kecilnya kepentingan serta terbaginya minat warga ke dalam pranata lain yang
bercorak khusus. Oleh karena itu, pranata ini daya jangkaunya hanya terbatas pada kelompok, kelas, ataupun golongan tertentu saja, walaupun tidak menutup
kemungkinan bahwa seorang warga dapat melakukan perpindahan dari satu pranata sejenis yang khusus ini ke pranata yang lain. Seperti telah dikemukakan
terdahulu, bahwa pranata sosial yang bersifat umum misalnya adalah agama, sedang pranata sosial yang khusus adalah agama tertentu, yaitu Islam, Kristen
Katholik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan lain sebagainya Orientasi Nilainya
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 27
Seperangkat kaidah sosial yang terkandung di dalam setiap sosial mempunyai arti penting atau nilai di dalam kehidupan Namun, mengingat kaidah
sosial itu pada dasarnya dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tingkatan yang bersifat hierarkis, maka nilai-nilai dari kaidah tersebut juga dapat dikelompokkan
ke dalam kategori pokok dan kurang pokok. Berdasarkan klasifikasi nilai yang demikian ini maka dari segi orientasi nilainya, pranata sosial dapat digolongkan
sebagai berikut l. Basic social institutions
2. Subsidiary social instiuutions Basic Social Institutions
Pranata sosiai yang bersifat dasar atau utama ini harus ada dalam kehidupan masyarakat, karena terdiri dari kaidah sosial yang memiliki nilai sangat
pokok atau utama bagi kelangsungan kehidupan masyarakat. Seperti kaidah yang mengatur pemenuhan hajat hidup manusia, mempunyai nilai paling utama, oleh
karena itu pranata sosial yang mengaturnya pun bersifat primer. Primernya suatu pranata sosial sangat dipengaruhi oleh pentingnya kaidah
yang mempunyai nilai sangat tinggi untuk menjamin kelangsungan kehidupan masyarakat, sehingga apabila dalam kehidupan masyarakat tidak terdapat pranata
sosial yang bersifat primer ini maka kelangsungan hidup manusia akan terancam. Sebab apabila tidak ada pranata sosial yang primer berarti tidak ada kaidah sosial
yang mengatur pemenuhan kebutuhan pokok hidup manusia secara tertib dan teratur. Dengan demikian, ketidaktertiban pemenuhan hajat hidup itu disebabkan
oleh tidak adanya norma sosial yang sekaligus tidak adanya sanksi, sehingga sewajarnyalah apabila individu yang mempunyai kemampuan lebih dari yang lain
akan mendominasi pihak yang lemah. Namun, mengingat hajat hidup itu tidak dapat disubstitusi atau digantikan
dengan pemenuhan kebutuhan hidup yang lain, maka bagaimanapun pihak yang
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 28
lemah akan selalu berusaha untuk memperoleh bagian. Padahal seperti kita ketahui, sumber pemenuhan itu jumlahnya relatif tetap, atau bahkan semakin
berkuran sementara jumlah pihak yang mengharapkan terpenuhinya hajat. hidupnya semakin banyak, sehingga di dalam masyarakat tersebut pertentangan
sukar untuk dihindari. Dengan kenyataan yang demikian inilah, maka pranata sosial yang bersifat primer itu mutlak diperlukan bagi kelangsungan kehidupan
masyarakat. Bila mendasarkan diri bahwa kelangsungan kehidupan manusia sangat
dipengaruhi oleh pemenuhan tiga hajat hidup, maka pranata yang harus ada atau setidak-tidaknya juga terdiri dari tiga pranata sosial. Seperti hajat untuk makan,
harus ada pranata Hajat untuk berkembang biak ekonomi dalam arti yang luas hajat biologis, diperlukan kaidah yang terangkum di dalam pranata keluarga atau
perkawinan. Sedangkan hajat untuk mendapat per lindungan sangat diperlukan pranata sosial pemerintahan dalam arti yang luas
termasuk di sini pranata pendidikan dan pranata politik Berbagai masyarakat umumnya tidak mempunyai perbedaan pandangan
terhadap tiga jenis pranata sosial primer tersebut, karena kiranya tidak ada masyarakat yang menganggap bahwa antara tiga hajat hidup itu merupakan suatu
kebutuhan yang tidak pokok untuk kelangsungan hidupnya. Bahkan pada golongan masyarakat yang relatif lebih maju, pada umumnya mempunyai
kecenderungan untuk menambah hajat hidup lainnya. Seperti dalam kehidupan masyarakat yang telah maju masyarakat kota-maka kebutuhan pendidikan
dianggap sebagai kebutuhan utama untuk kelangsungan hidup, sehingga pranata pendidikan diangkat menjadi pranata primer. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yang di antaranya karena pendidikan akan memberikan kualifikasi terhadap seseorang yang memilikinya. Di samping itu karena struktur
masyarakat yang memang menghendaki kualifikasi seseorang atas dasar pendidikan formal untuk dapat ikut serta memanfaatkan sumber produksi,
misalnya, ijazah tertentu yang dimiliki seseorang akan ditempatkan pada posisi tertentu di dunia pekerjaan
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 29
Lain halnya di dalam kehidupan masyarakat yang belum maju pendidikan sering dianggap suatu kebutuhan tambahan atau sekun karena struktur masyarakat
yang belum menghendaki kualifikasi.Seseorang atas dasar pendidikan yang dapat dicapai seseorang, baik dalam kehidupan sosial maupun ekonomi. Kenyataan
yang demikian dapatlah digambarkan dalam struktur kehidupan masyarakat yang relatif masih terbelakang- di mana para warganya tidak memandang penting
terhadap pendidikan karena tanpa pendidikan mereka dapat memperoleh nutrisi. Di dalam kehidupan masyarakat desa ijazah itu tidak akan menuntut kualifikasi
formal-katakanlah untuk dapat bekerja di bidang pertanian. Pandangan terhadap tentunya pendidikan ataupun kebutuhan di luar tiga hajat hidup struktur bersifat
sekunder, namun suatu saat akan berubah apabila masyarakat desa itu telah mengalami perubahan. Seperti ketahui bahwa kehidupan masyarakat desa pada
umumnya bagi oleh kegiatan di sektor agraris yang tidak memberi tempat warganya yang mempunyai kualifikasi pendidikan formal pada posisi yang lebih
wajar. Apabila struktur masyarakat desa yang diwarnai oleh kegiatan di bidang
pertanian itu telah bergerak pada sektor industri dan jasa tentunya kebutuhan pendidikan dan kebutuhan selain tiga hajat secara bertahap akan merupakan
kebutuhan hidup utama untuk menunjang kelangsungan hidup. Subsidiary Social Institutions
Pranata sosial sekunder didukung oleh kaidah sosial yang nilai dianggap kurang penting untuk menunjang kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu,
jika di dalam kehidupan masyarakat menggunakan pranata sekunder tidaklah memengaruhi kelangsungan kehidupannya. Sehingga penggunaan pranata ini
hanya merupakan tambahan untuk memperoleh kenikmatan dalam hidup. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa ada masyarakat
tertentu di suatu saat dan tempat tertentu, mempunyai anggapan terhadap pranata sosial sekunder itu sebagai pranata primer di antaranya dipengaruhi oleh
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 30
perubahan struktur masyarakat kemampuan pranata sekunder untuk mengait terhadap pranata Misalnya dalam kehidupan masyarakat yang sudah maju,
beberapa kebutuhan sekunder yang kegiatannya dikaitkan kegiatan primer Seperti untuk dapat memperoleh kesehatan
2.2. Norma – norma Masyarakat Supaya hubungan antarmanusia didalam suatu masyarakat terlaksana
sebagaimana di harapkan , dirumuskan norma-norma masyarakat. Mula-mula norma tersebut terbentuk secara tidak sengaja tidak sengaja. Namun lama
kelamaan norma-norma tersebut dibuat secara sadar. Misalnya, dahulu didalam jual beli , seorang prantara tidak harus diberikan dalam keuntungan.akan tetapi
lama kelamaan kan terjadi kebiasaan bahwa perantara harus mendapat bagiannya, dimana sekaligus akan di tetapkan siapa yang enanggung itu, yaitu pembeli
ataukah penjual . contoh lain adalah perihal perjanjian tertulis yang menyangkut pinjam – meminjam uang yang dahulu tidak pernah di lakukan, norma-norma
yang ada dalam masyarakat , mempunyai kekuatan yang mengikat yang berbeda- beda . ada norma yang lemah , yang sedang sampai yang terkuat daya ikatnya .
pada yang trakhir , umumnya anggota-anggota pada tidak berani melanggarnya. Masing-masing pengertian di atas mempunyai dasar yang sama yaitu
masing-masing merupakan norma-norma kemasyarakatan yang memberikan petunjuk bagi perilaku seseorang yang hidup di dalam masyarakat. Setiap
pengertian di atas, mempunyai kekuatan yang berbeda karena setiap tingkatan menunjuk pada kekuatan memaksa yang lebih besar supaya mentaati norma.
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 31
Norma ini mempunyai kekuatan yang sangat lemah bila dibandingkan dengan kebiasaan folkways. Kebiasaan menunjuk pada perbuatan yang diulang-ulang
dalam bentuk yang sama. Cara usage lebih menonjol di dalm hubungan antarindividu dalam
masyarakat . suatu penyimpangan terhadapnya tak akan mengangkibatkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya sekedar celaan dari individu yang
dihubunginya. Misalnya, orang mempunyai cara masing-masing untuk minum pada waktu bertemu. Ada yang minum tanpa mengeluarkan bunyi sebagai
pertanda rasa kepuasannya menghilangkan kehausan. Dalam cara terakhir biasanya biasanya dianggap sebagai perbuatan yang tidak sopan. Apabila cara
tersebut diperlakukan juga, maka paling banyak orang yang di ajak minum bersama akan merasa tersinggung dan mencela cara minum yang demikian.
Kebiasaan folkways mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar daripada cara. Kebiasaan yang diartikan sebagai perbuatan yang diulang-ulang
dalam bentuk yang sama merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Sebagai contoh, kebiasaan memberi hormat kepada orang lain
yang lebih tua. Apabila perbutan tadi dilakukan, maka dianggap sebagai suatu penyimpangan terhadap umum dalam masyarakat. Kebiasaan menghormati
orang-orang yang lebih tua, merupakan suatu kebiasaan dalam masyarakat dan setiap orang akan menyalahkan penyimpangan terhadap kebiasaan umum tersebut.
Menurut maclver dan page , kebiasaan merupakan perilaku yang diakui dan diterima oleh masyarakat. Selanjutnya, dikatakan bahwa apabila kebiasaan
tersebut tidak semata-mata dianggap sebagai cara perilaku saja, akan tetapi, bahkan diterima sebagai norma-norma cara perilaku saja. Akan tetapi,bahkan di
terima sebagai norma-norma pengatur, maka kebiasaan tadi di sebutkan sebagai mores atau tata kelakuan tersebut, tata kelakuan sangat penting karena alesan-
alasan berikut : 1. Tata kelakuan memberikan batas-batas pada perilaku individu. Tata
kelakuan juga merupakan alat yang memerintahkan dan sekaligus melarang seorang anggota masyarakat melakukan suatu berbuatan dalam
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 32
hal ini,setiap masyarakat mempunyai tata kelakuan masing-masing yang sering kali berbeda satu dengan lainnya karena tata kelakuan timbul dari
pengalaman masyarakat yang berbeda-beda. 2. Tata kelakuan mengidentifikasi individu dengan kelompoknya, di satu
pihak tata kelakuan memaksa orang agar menyesuaikan tindakan- tindakannya dengan tata kelakuan kemasyarakatan yang berlaku. Di lain
pihak menyesuaikan diri. Suatu contoh adalah tindakan-tindakan yang menyimpang, misalnya melakukan kejahatan. Masyarakat akan
menghukum orang tersebut agar meraka menyesuaikan tindakan- tindakannya dengan tata kelakuan yang berlaku dalam masyarakat.
Sebaliknya akan dijumpai keadaan-keadaan dimana orang-orang yang memberi teladan pada suatu yang di berikan tanda terima kasih masyarakat
yang bersangkutan. 3. Tata kelakuan menjaga solidaritas antara anggota masyarakat. Seperti telah
di uraikan di atas setiap masyarakat mempunyai tata kelakuan, misalnya perihal hubungan antara pria dengan wanita,yang berlaku bagi semua
orang, dengan semua usia, untuk untuk segala golongan masyarakat,dan selanjutnya. Tata kelakuan menjaga keuntuhan dan kerja sama antara
anggota-anggotanya masyarakat itu. Tata kelakuan yang kekal serta kuat integritasnya dengan pola-pola
perilaku masyarakat dapat meningkat kekuatan mengikatnya menjadi custom atau adat istiadat . anggota masyarakat yang melanggar adat
istiadat, akan menderita sanksi yang keras yang kadang-kadang secara tidak langsung di perlakukan. Suatu contoh, hukum adat yang melarang
terjadinya perceraian antara suami dan istri, yang berlaku pada umumnya di daerah lampung. Suatu perkawinan dinilai sebagai kehidupan bersam
yang bersifat abadi yang hanya dapat terputus jika salah diantaranya meninggak dunia cerai mati. Apabila terjadi perceraian tidak hanya yang
bersangkutan yang tercemar namanya, bahkan seluruh keluarganya bahkan hingga sukunya. Untuk menghilangkan kecemaran tersebut, diperlukan
suatu upacara adat khusus yang membutuhkan biaya besar sekali.
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 33
Biasanya orang yang melakukan pelanggaran tersebut di kelurkan dari masyrakat. Juga keturunannya.sampai dia dapat mengembalikan
keadaan semula. Contoh-contoh lain banyak dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia, terutama yang masih memegang teguh adat
istiadat. Di kalangan orang-orang Indonesia pada umumnya terdapat suatu kepercayaan bahwa kehidpan terdiri dari beberapa tahap yang harus di
lalui dengan saksama. Apabila sesorang beberapa tahap yang harus dilalui dengan seksama. apabila seseorang menginjak tahap berikutnya, biasanya
di adakan upacara-upacara khusus. Suatu contoh adalah bila orang menginjak usia dewasa pada peristiwa seperti perkawinan dan lain sebagai
nya akan di adakan upacra-upacara khusus. Norma-norma di atas setelah mengalami suatu proses, padanakhirnya akan
menjadi bagian tertentu dari lembaga kemasyarakatan. Proses tersebut dinamakan proses pelembagaan institutionalization
2.2.1. Jenis-Jenis dan Macam Norma Namun masih ada segelintir orang yang masih melanggar norma-norma
dalam masyarakat, itu dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah faktor pendidikan, ekonomi dan lain-lain.
Norma terdiri dari beberapa macamjenis, antara lain yaitu : 1. Norma Agama
2. Norma Kesusilaan 3. Norma Kesopanan
4. Norma Kebiasaan Habit 5. Norma Hukum
Penjelasan dan Pengertian Masing-Masing JenisMacam Norma Yang Berlaku Dalam Masyarakat :
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 34
1. Norma Agama Adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran aqidah suatu agama. Norma ini
bersifat mutlak yang mengharuskan ketaatan para penganutnya.Apabila seseorang tidak memiliki iman dan keyakinan yang kuat, orang tersebut cenderung
melanggar norma-norma agama. Berzinah merupakan contoh dari norma agama. 2. Norma Kesusilaan
Norma ini didasarkan pada hati nurani atau ahlak manusia. Melakukan pelecehan seksual adalah salah satu dari pelanggaran dari norma kesusilan.
3. Norma Kesopanan Adalah norma yang berawal dari aturan tingkah laku yang berlaku di masyrakat.
Cara berpakaian dan bersikap adalah beberapa contoh dari norma kesopanan.
4. Norma Kebiasaan Habit Norma ini merupakan hasil dari perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang
dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Orang-orang yang tidak melakukan norma ini dianggap aneh oleh anggota masyarakat yang lain. Kegiatan
melakukan acara selamatan, kelahiran bayi dan mudik atau pulang kampung adalah contoh dari norma ini.
5. Norma Hukum Adalah perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat
negara. Sangsi norma hukum bersifat mengikat dan memaksa. Melanggar rambu-rambu lalulintas adalah salah satu contoh dari norma hukum.
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 35
Norma-norma tersebut diatas, setelah mengalami suatu proses, pada akhirnya akan menjadi bagian tertentu dari kelembagaan social. Proses tersebut
dinamakan proses pelembagaan institutionalization, yaitu suatu proses yang dilewatkan oleh suatu norma yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu
kelembagaan social. Suatu ciri yang khas didalm masyarakat manusia yang tidak dapat di
kembari oleh masyarakat-masyarakat makhluk lain adalah di kenal dan di gunakan sistem komunikasi simbolik antara para warga masyrakat. Dengan
adanya sistem seperti dapatlah suatu situasi di bayangkan di dalm mental, dan disampaikan kepada orang lain, walaupun situasi tersebut tidak ada atau tidak
pernah ada di dalam wujudnya yang konkret. Di dalam masyarakat manusia selalu ada,dan selalu di mungkinkan
adanya, apa yang di sebut double reality. Di satu pihak ada sistem fakta, yaitu sistem yang tersusun atas segala apa yang senyatanya di dalam kenyataan ada, dan
di lain pihak ada sistem normatif, yaitu sistem yang berada di dalam mental yang membayangkan segala apa yang seharusnya ada.
Sistem fakta dan sistem normatif teersebut di atas itu sesungguhnya bukan dua realitas yang identik. Namun, meskipun tidak identik, kedua realitas yang
identik. Namun, meskipun tidaak identik, kedua realitas itu pun sama sekali tidak saling berpisahan. Antara keduanya ada pertalian yang erat; secara timbal balik,
yang satu amat mempengaruhi yang lainnya.
2.2.2.
Sistem PengendalianPengawasan Sosial Control
Agar anggota masyarakat menaati norma yang berlaku, diciptakan sistem pengawasan sosial sosial control, yakni sistem yang dijalankan masyarakat agar
selalu disesuaikan dengan nilai- nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Pengendalian sosial dapat dilakukan oleh individu terhadap individu lainnya
misalnya, seorang ibu mendidik anak- anaknya untuk menyesuaikan diri pada kaidah- kaidah dan nilai- nilai yang berlaku atau mungkin dilakukan oleh
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 36
individu terhadap suatu kelompok sosial misalnya, seorang dosen memimpin beberapa orang mahasiswa di dalam kuliah- kuliah kerja.
Dengan demikian, pengendalian sosial terutama bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan- perubahan dalam masyarakat.
Atau, suatu sistem pengendalian sosial yang bertujuan untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan keadilankesebandingan.
Cara pengawasanpengendalian sosial, dilakukan dengan: 1.
Mempertebal keyakinan anggota masyarakat akan kebaikan nilai- nilai dan norma- norma yang berlaku;
2. Memberikan penghargaan kepada setiap anggota masyarakat yang taat kepada
norma- norma yang berlaku; 3.
Mengembangkan rasa malu dalam diri atau jiwa anggota masyarakat apabila menyimpang dari norma yang berlaku;
4. Menimbulkan rasa takut;
5. Menciptakan sistem hukum, yaitu tata tertib dengan sanksi pidana yang tegas
kepada para pelanggarnya. Klasifikasi Norma-Norma Sosial
Ada berbagai macam jenis norma norma sosial yang tak selamanya dapat mudah dibedakan satu sama lain. Oleh karena itulah usaha-usaha mengadakan
klasifikasi yang sistematis amatlah sukar. Satu di antara usaha-usaha ini mencoba membedakan norma-norma sosial disokong oleh
sanksi-sanksi yang tidak seberapa berat serta tak mengancamkan ancaman- ancaman fisik, sedangkan satu golongan lagi berlaku dengan sokongan-sokongan
sanksi-sanksi yang berat serta disertai dengan ancaman-ancaman fisik.
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 37
Ada satu pembedaan lagi yang mencoba membedakan norma-norma sosial itu atas dasar cara bagaimana masing-masing norma itu dilahirkan dan berlaku di
dalam masyarakat. Ditanyakan, apakah norma norma itu dilahirkan secara sengaja lewat perundang-undangan, ataukah lahir secara berangsur-angsur tanpa disadari
lewat kebiasan-kebiasaan dan praktik-praktik hidup kemasyarakatan.Namun, cara apa pun juga yang ditempuh untuk membedakan norma-norma itu satu sama lain,
satu hal sudahlah pasti, ialah bahwa batas pembedaan satu sama lain tidaklah selamanya jelas.
Menyadari hal ini para sosiolog umumnya lalu menggolongkan norma norma itu ke dalam sekian banyak jenis, dengan tetap mengakui bahwa
penggolongan yang dilakukan itu adalah penggolonggan atau klasifikasi yang kasar-kasaran saja, serta tidak memiliki batas-batas pembedaan yang tegas. Salah
satu cara klasifikasi kasar kasaran ini ialah klasifikasi yang membedakan norma norma sosial antara lain menjadi apa yang disebut folkways, mores, dan hukum.
Sementara itu hukum masih dibedakan lagi antara yang tertulis dan yang tak tertulis.
Folkways Diterjemahkan menurut arti kata-katanya, folkways itu berarti tatacara ways
yang lazim dikerjakan atau diikuti oleh rakyat kebanyakan olk. Di dalam literatur literatur sosiologi, folkways dimaksudkan untuk menyebutkan seluruh
norma norma sosial yang terlahir dari adanya pola pola perilaku yang selalu diikuti oleh orang-orang kebanyakan-di dalam hidup mereka sehari-harinya
dipandang sebagai suatu hal yang lazim. Demikianlah, maka walaupun folkways itu semula memang merupakan sesuatu kebiasaan dan kelaziman belaka yaitu
sesuatu yang terjadi secara berulang-ulang dan ajeg di alam realita, namun karena dikerjakan secara berulang-ulang,maka berangsur-angsur terasa kekuatannya
sebagai hal yang bersifat standar, yang karenanya secara normatif-wajib dijalani
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 38
Praktik-praktik penggunaan tata bahasa dan perbendaharaan bahasa, misalnya, adalah salah satu contoh sistem folkways. Begitu pula misalnya praktik-praktik
hidup kita sehari-hari yang berkaitan dengan hal-hal seperti: berapa kalikah kita harus makan setiap harinya; bagaimanakah santapan pagi, santapan siang, dan
santapan malam harus disiapkan; bagaimana pakaian ini harus kita kenakan bagaimanakah cara tubuh kita ini harus dirawat dan dibersihkan; dan sebagainya.
Semua itu jelas masuk ke dalam bilangan folkways.Dengan jalan mengikuti folkways demikian itulah maka banyak urusan hidup warga masyarakat sehari-
harinya akan dapat diperingan dan dapat diselesaikan dengan cepat. Orang tidak perlu lagi memikirkan cara apakah yang sebaiknya dipilih untuk dikerjakan,
karena folkways yang ada telah siap dengan petunjuk-petunjuk dan pedoman- pedoman normatif yang diperlukan.
Folkways yang diikuti dan dikerjakan berulang-ulang sering kali tidak hanya terbatas menjadi kebiasaan-kebiasaan di dalam hal perbuatan-perbuatan
lahir saja, tetapi bahkan sampai mendalam menjadi kebiasaan-kebiasaan berpikir. Kebiasaan-kebiasaan demikian apalagi kalau telah menguat memungkinkan para
warga masyarakat saling mengetahui apakah yang akan dilakukan masing masing di dalam situasi tertentu. Dengan demikian, para warga masyarakat masing-
masing akan mendapatkan perasaan kepastian dan perasaan aman bahwa setiap perilakunya-karena mengikuti folkways yang berlaku
akan dapat diterima dan dimengerti oleh warga warga masyarakat lainnya; dan demikian pula sebaliknya, dia akan dapat menerima dan mengerti apa yang
dikerjakan dan dilakukan oleh orang lain. Tentu saja, kemungkinan seorang warga masyarakat untuk menyimpangi
satu, dua, atau beberapa norma folkways tetap ada Misalnya: dia tidak makan tiga kali sehari, melainkan lima kali,atau, misalnya lagi, dia tidak mengenakan celana
panjang kalau pergi ke kantor, tetapi mengenakan sarung; atau dia tidak menggunakan tangan kanan kalau memegang sendok, melainkan tangan kirinya.
Akan tetapi, walaupun kemungkinan-kemungkinan penyimpangan demikian itu tetap ada, namun tidak bisa terjadi didalam segala hal. Apabila di dalam segala hal
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 39
orang mencoba menyimpangi norma norma folkways, pastilah dia akan tersisih dari kontak-kontak sosial dan dipandang sebagai orang yang aneh,eksentrik, dan
sulit dimengerti. Kalau sudah tersisih demikian, pasti dia akan menghadapi kehidupan sosial yang agak sulit, baik dalam kehidupan fisiknya maupun dalam
kehidupan mental dan rohaninya.
Sebagaimana halnya dengan norma norma sosial yang lain, didalam perannya sebagai sarana pengontrol dan penentu keadaan tertib sosial di alam
kenyataan ini folkways pun mengancamkan sanksi-sanksi kepada siapa saja yang tidak
menjalaninya. Sanksi sanksi folkways itu relatif tidak berat, dan sifatnya tidak formal terencana, dan teratur; melainkan bersifat informal-seperti misalnya berupa
sindiran, pergunjingan, atau olok-olok. Bersesuaian benar dengan sifat-sifat folkways, demikian pula sanksi-sanksi folkwaysselalu dijatuhkan berdasarkan
kelaziman pula. Setiap pelanggaran normanya selalu dihadapi oleh suatu standar prosedur informal tertentu--yang telah lazim diikuti
untuk menghukum pelanggaran tersebut. Walaupun lunak dan informal sifatnya, sanksi-sanksi terhadap pelanggaran folkways itu bisa bersifat kumulatif. Jika
suatu norma folkways tertentu terus-menerus dilanggar oleh seseorang tertentu, maka sanksi yang dikenakan akan bertambah berat.
Begitupula halnya apabila satu orang tertentu sampai berani melanggar berbagai macam norma folkways secara terus-menerus. Seperti telah dikatakan di
atas, orang pasti akan tersisih dari kontak-kontak sosial apabila dia di dalam segala hal menyimpang dan melanggar ketentuan-ketentuhan norma folkways
Folkways kebanyakan dianut orang di dalam batas-batas kelompok tertentu. Ancaman-ancaman sanksi terhadap pelanggaran-pelanggaran folkways pun hanya
akan datang dari kelompok-kelompok tertentu itu saja. Oleh karena itu, maka
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 40
sanksi-sanksi informal yang mempertahankan folkways sering kali terbukti tidak efektif kalau ditunjukkan kepada orang-orang yang tidak menjadi warga penuh
dari kelompok pendukung folkways itu. Seorang anak kota, misalnya,yang berdandan secara gila-gilaan di tengah-tengah desa, walaupun akan
dipergunjingkan dengan hebatnya oleh orang-orang sedesa, pasti tidak akan banyak merasakan sakitnya ejekan-ejekan dan pergunjingan-pergunjingan itu.
Mengapa? tidak lain karena si anak kota walaupun secara fisik memang betul berada di tengah desa,tetapi secara mental dan sosial dia masih tetap berada di
kota, dan hidup di tengah-tengah kelompok orang-orang kota Mores Dibandingkan dengan norma-norma folkways yang biasanya dipandang
relatif kurang begitu penting-dan oleh karenanya dipertahankan oleh ancaman- ancaman sanksi yang tidak seberapa keras maka apa yang disebut mores itu
dipandang lebih esensial bagi terjaminnya kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu selalu dipertahankan oleh ancaman-ancaman sanksi yang jauh lebih keras.
Pelanggaran terhadap mores selalu disesali dengan sangat dan orang selalu berusaha dengan amat kerasnya agar mores tidak dilanggar.
Kesamaan mores dan folkways terletak pada kenyataan bahwa kedua- duanya tidak jelas asal-usulnya, terjadi tidak terencana. Dasar eksistensinya pun
tidak pernah dibantah, dan kelangsungannya-karena didukung tradisirelatif amatlah besar. Kesamaan lain ialah bahwa kedua-duanya dipertahankan oleh
sanksi-sanksi yang bersifat informal dan komunal, berupa sanksi spontan dari kelompok-kelompok sosial di mana kaidah-kaidah tersebut hidup. Walaupun ada
kesamaan kesamaan antara folkways dan mores, namun mores selalu lebih dipandang sebagai bagian dari hakikat kebenaran. Mores adalah segala norma
yang secara moral dipandang benar. Pelanggaran terhadap mores selalu dikutuk sebagai sesuatu hal yang secara moral tidak dapat dibenarkan. Mores tidak
memerlukan dasar pembenaran karena mores itu sendiri adalah sesuatu yang sungguh-sungguh telah bernilai benar. Mores tidak bisa diganggu gugat untuk
diteliti benar-tidaknya; sedangkan folkways-di lain pihak benar setidaknya masih
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 41
agak leluasa untuk diperbantahkan.
Mores sering dirumuskan di dalam bentuk negatif, berupa sebuah larangan keras. Mores yang dirumuskan di dalam bentuk larangan ini disebut tabu. Sebagai
contoh tabu ini, misalnya adalah larangan incest, yaitu larangan perkawinan antara orang-orang yang dipandang masih berdarah dekat. Tabu incest ini adalah mores
yang dirumuskan secara negatif yang melarang atau tidak membolehkan perkawinan antara seseorang dengan seseorang tertentu lainnya. Larangan keras
terhadap seorang istri yang berm ksud mengadakan hubungan seksual dengan laki-laki yang bukan suaminya larangan berzina adalah contoh lain dari tabu ini.
Di beberapa tempat pernah terjadi seorang istri atau suami yang melakukan hubungan seksual bukan dengan pasangannya yang sah, tidak hanya dijadikan
bahan pergunjingan atau sanksi moral, tetapi bahkan dipermalukan dengan cara diarak bugil serta masih ditambah lagi dengan hukuman denda barang material
untuk pembangunan daerah itu. Sebagian mores mengkaidahi perhubungan khusus antara dua orang
tertentu, pada suatu situasi tertentu pula. Misalnya, hubungan antara seorang suami dengan istrinya, atau antara seorang dokter dengan pasiennya, atau antara
seorang guru dengan muridnya.Sementara itu, sebagian mores lagi mengkaidahi secara umum sejumlah hubungan-hubungan sosial di dalam situasi situasi umum,
misalnya: keharusan berlaku jujur, keharusan bersikap ksatria, keharusan bekerja rajin, dan sebagainya. Jadi, kita tidak hanya dapat menemui mores yang sifatnya
spesifik yaitu mores yang mengatur keharusan perilaku-perilaku tertentu, akan tetapi juga mores yang sifatnya umum, yang mengharuskan adanya penataan
secara mutlak terhadap norma mores tertentu, oleh siapa pun, dan pada situasi bagaimanapun juga.
Hukum
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 42
Apakah folk dan mores saja telah cukup memadai sebagai kekuatan-kekuatan yang dapat mengatur serta menjamin keadaan tertib masyarakat? Dengan kata
lain, apakah masih diperlukan norma-norma jenis lain tegasnya: hukum untuk pula mengatur tertibnya masyarakat?
Pertanyaan tersebut di atas dapatlah dijawab bahwa memang betul masih beberapa masyarakat seperti masyarakat masyarakat agraris yang primitif, kecil,
dan terisolasi-yang keadaan tertibnya cukup dijamin oleh adanya folkways dan mores saja Masyarakat masyarakat demikian ini lazimnya kecil-kecil saja, terdiri
atas beberapa puluh jiwa, di mana para warga masyarakatnya dengan mudah dapat saling mengenali dan saling berkenalan dengan eratnya. Di dalam keadaan
demikian itu maka apa yang dilakukan oleh salah seorang warga masyarakat dengan segera akan dapat pula diketahui oleh seorang warga yang lain, dan karena
itu lalu mendapatkan sorotan perhatian. Masyarakat masyarakat kecil itu berada di dalam keadaan terpencil, dan jauh dari kemungkinan-kemungkinan berkontak
dengan orang-orang dari kultur yang bernorma lain. Keadaan demikian mendatangkan akibat bahwa warga masyarakat yang berjumlah hanya beberapa
puluh itu lalu akan sama-sama tumbuh di dalam asuhan dan bimbingan tradisi yang sama, dan karena itu lalu mewarisi sikap, pandangan, dan penilaian yang
serupa terhadap kebanyakan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Karena adanya persamaan sedemikian besar antara para warga masyarakat
dalam hal sikap dan pandangan, maka setiap warga masyarakat akan selalu merasa bahwa di belakang setiap penilaian yang dia berikan terhadap sesuatu
peristiwa selalu terdapat kekuatan masyarakat yang menyokongnya, yang sama- sama didukung oleh warga masyarakat lainnya. Demikian pula halnya apabila dia
bertindak dan berbuat sesuatu, selalu dirasakan pula olehnya bahwa kekuatan masyarakat selalu memberikan sokongan di belakangnya. Di lain pihak, apabila
pada suatu ketika dia berani berbuat atau melakukan sesuatu perbuatan yang menyimpang atau melanggar norma-norma folkways ataupun mores, maka
segera terasa sendiri olehnya bahwa dia telah menempatkan dirinya di luar masyarakatnya, dan oleh karena itu kekuatan masyarakat tidak lagi berada di
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 43
belakangnya melainkan berada di hadapannya dan menentangnya. Sikap pandangan, dan penilaian orang lain kemudian terasa mengkonfrontasi dan
menentangnya dengan spontan Karena di dalam masyarakat kecil yang demikian itu setiap warga masyarakat tidak mungkin menemukan ajang hidupnya di tempat
lain selain di dalam masyarakat kecilnya itu sendiri, maka secara emosional terasalah beratnya kalau warga masyarakat yang lain sampai mengkonfrontasi dia.
Menghadapi risiko penderitaan emosional dan psikologik sedemikian itu bahkan sering pula menjurus ke arah penderitaan ekonomis dan fisik, tidak seorang pun
di antara warga masyarakat di dalam masyarakat yang kecil dan terisolasi itu akan berani menyimpangi dan melanggar norma-norma kelaziman folkways atau
norma norma penilaian mores. Demikianlah ringkasnya folkways dan mores cukup memadai untuk mencegah terjadinya renyimpangan-penyimpangan dan
pelanggaran-pelanggaran; dan dengan demikian telah cukup kuat pula menjamin kelangsungan tertib masyarakat yang ada. Adalah suatu kenyataan bahwa tidak
semua masyarakat dapat menegakkan ketertiban secara apa yang dilakukan di dalam masyarakat masyarakat kecil dan terisolasi seperti itu.
Pada kebanyakan masyarakat, di samping adanya folkways dan mores, diperlukan pula
adanya segugus kaidah yang lain, yang lazim disebut hukum, untuk menegakkan keadaan tertib sosial. Berbeda halnya dengan folkways dan mores, pada hukum
didapati adanya organisasi politik khususnya yang secara formal dan berprosedur bertugas memaksakan ditaatinya. kaidah kaidah sosial yang berlaku. Inilah
organisasi yang lazim dikenal dengan nama badan peradilan. Apabila suatu mores memerlukan kekuatan organisasi peradilan semacam itu agar penataannya bisa
dijamin, maka sesegera itu pula mores itu telah bisa dipandang sebagai Di sisi lain, karena mores itu tak lain adalah kaidah-kaidah yang tak tertulis, maka hukum
yang dijadikan dari mores-dengan ditunjang oleh lalu wibawa suatu struktur kekuasaan politik-ini pun
merupakan hukum yang tak tertulis atau lazim dinamakanhukum adat, customary law Pada perkembangan kemudian, apabila masyarakat telah kiankompleks dan
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 44
bertambah besar, maka organisasi politik yang hanya mengerjakan fungsi peradilan menegakkan berlakunya kaidah- kaidah sosial yang tertulis mulailah
dipandang kurang memadai Pertama-tama dirasakan perlunya dilaksanakan pula fungsi kepolisian.
Karena bertambahnya jumlah warga masyarakat, pelanggaran kaidah kaidah sosial yang ada menjadi semakin sulit diketahui, sehingga oleh karenanya
sebuah organisasi politik yang khusus -yaitu yang bertugas melaksanakan fungsi kepolisian dirasakan perlu untuk
diadakan sasi Sementara itu, dirasakan pula perlunya mengadakan satu organi pembuatan lagi yang bertugas khusus melaksanakan tugas-tugas kaidah kaidah
baru. Kondisi yang berubah dengan amat cepatnya menyebabkan yang telah ada dirasakan masih kurang memadai. Demikia pula kaidah-kaidah sosial yang lain
pun dirasakan kurang bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang serba perlunya Sehubungan dengan kenyataan inilah segera dirasakan membentuk sebuah
organisasi politik dengan tugas legislatif untuk menutup kekurangan-kekurangan kaidah yang dirasakan. Hal ini tidak berarti bahwa segala mores dan folkways
yang telah ada lalu ditinggalkan sama sekali. Mores dan folkways yang sama mungkin saja masih tetap efektifi entah tetap berlaku sebagai mores biasa entah
telah terangkat sebagai hukum tak tertulis, atau mungkin pula telah terangkat sebagai hukum tertulis produk badan legislatif mengingat kenyataan bahwa
hukum hukum yang tertulis itu sering mengandung di dalamnya semangat dan jiwa mores lama yang ada Dapatlah dikatakan bahwa dibandingkan dengan
folkways dan mores, hukum tertulis itu adalah jauh lebih terpikir dan lebih terlafalkan secara tegas. Hukum tertulis betul-betul merupakan hasil suatu
perencanaan dan pikiran-pikiran yang sadar. Walaupun mungkin pula bertumpu pada jiwa dan semangat mores lama yang telah ada sehingga karenanya
memperoleh pula pentaatan yang spontan dari warga masyarakat-hukum tertulis melaksanakan fungsinya secara lebih lanjut. Yaitu, dalam bentuk memberikan
pelafalan-pelafalan yang lebih tepat dan tegas kepada sementara mores yang ada,
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 45
serta demi pelaksanaannya memberikan kekuatan-kekuatan formal kepadanya.
Nilai menurut Horton dan Hunt 1987, nilai adalah gagasan mengenai apakah
suatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti. Nilai pada hakikatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang, tetapi ia tidak menghakimi
apakah sebuah perilaku tertentu itu salah atau benar. Nilai adalah suatu bagian penting dari kebudayaan. Suatu tindakan
dianggap sah-artinya secara moral dapat diterima-kalau harmonis dengan nilai- nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat di mana tindakan itu
dilakukan. Ketika nilai yang berlaku menyatakan bahwa kesalehan beribadah adalah sesuatu yang harus dijunjung tinggi, maka bila ada orang yang malas
beribadah tentu akan menjadi bahan pergunjingan. Sebaliknya, bila ada orang yang dengan ikhlas rela menyumbangkan sebagian hartanya untuk kepentingan
ibadah atau rajin amal dan semacamnya, maka ia akan dinilai sebagai orang yang pantas dihormati dan diteladani.
Di dalam masyarakat yang terus berkembang, nilai senantiasa akan ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal juga akan memengaruhi perubahan
MAKALAH PEMBANDING ‘LEMBAGA SOSIAL DAN NORMA’ 46
folkways dan mores. Di wilayah pedesaan, sejak berbagai siaran dan tayangan televisi swasta mulai dikenal, dengan perlahan-lahan terlihat bahwa di dalam
masyarakat itu mulai terjadi pergeseran nilai, misalnya nilai tentang kesopanan. Tayangan tayangan acara yang didominasi sinetron-sinetron mutakhir-yang acap
memperlihatkan artis-artis berpakaian relatif terbuka alias minim-sedikit banyak menyebabkan batas-batas toleransi masyarakat terpengaruh menjadi ikut longgar.
Kaum remaja yang dulu terbiasaberpakaian normal, kini ikut latah berpakaian mini dan terkesan
makin berani. Model rambut panjang kehitaman yang dulunya menjadi kebanggaan gadis-gadis desa, mungkin kini justru dianggap sebagai
ketertinggalan, dan sebagai gantinya potongan rambut yang dianggap trendy adalah model rambut dengan warna pirang, kecoklat coklatan seperti milik artis
dan Pendek kata kebiasaan dan tata kelakuan masyarakat berubah seiring dengan berubahnya nilai-nilai yang diyakini masyarakat itu.
2.3 Hubungan antara norma dan lembaga sosial