C. Tinjauan Mengenai Penataan Kota
1. Pengertian Tata Ruang Kota
Menurut Budi Raharjo 2007: 121: Tata ruang kota merupakan suatu usaha pemegang kebijakan untuk
menentukan visi ataupun arah dari kota yang menjadi tanggung jawab pemegang kekuasaan di wilayah tersebut, dalam upaya untuk mewujudkan
tata ruang yang dapat mewadahi kegiatan seluruh warga secara berkesinambungan. Rencana pembangunan kota merupakan tahap
perencanaan
yang memang
sangat berarti
bagi kelangsungan
perkembangan kota, dengan berbagai masalah-masalah yang timbul dari konteks ruang lingkup lingkungan perkotaan adalah tugas bagi pemerintah
kota untuk dapat menanggulangi hal-hal yang menyebabkan kerusakan lingkungan, tata ruang kota yang tidak tertib dan sebagainya.
Menurut Budi Raharjo 2007: 125: Perencanaan kota menempatkan prioritas utama pada berbagai masalah
lingkungan, mencakup, masalah penggunaan lahan, serta kebijakan, dan rancangan penggunannya. Istilah wawasan lingkungan terutama mengacu
pada segala sesuatu yang berhubungan dengan kualitas sumber daya alam karena kaitannya dengan kondisi manusia dan lingkungan buatan, sudut
pandang dalam perencanaan lingkungan yang modern biasanya sangat bervariasi misalnya bergerak dari perolehan sumber daya ke proteksi
lingkungan atau dari lingkungan sebagai suatu yang penuh resiko menjadi lingkungan sebagai suatu yang dapat menunjang kehidupan manusia.
Lebih lanjut, perencanaan lingkungan tidak memberikan prioritas pada lingkungan alami maupun lingkungan buatan.
Pembangunan di perkotaan yang dilaksanakan selama ini tampaknya ada konsep yang cenderung dilupakan, yakni mengenai bagaimana mengidentifikasi dan
mengkonseptualisasi cita-cita masyarakat berwawasan ekologi perkotaan yang di dalamnya mencakup dimensi-dimensi teknologis, politis, sosiologis, dan juga
dimensi kemanusiaan. Belajar dari beragam bencana yang berulang dari tahun ke tahun, seperti misalnya banjir, maka orientasi pembangunan kota sudah saatnya
ditekankan pada penciptaan kota yang manusiawi dan sebuah kota yang bersahabat dengan wawasan lingkungan. Paradigma ini tampak mendesak dan
menjadi sebuah keharusan karena kebanyakan kota-kota besar berkembang dengan mengabaikan kepentingan sosial-budaya masyarakat dan cenderung
merusak keseimbangan ekosistem. Indikasi paling kuat akan ketidakseimbangan tata ruang adalah semakin merebaknya komersialisasi ruang yang ditandai dengan
semakin membanjirnya bisnis propreti dan bisnis lokasi tanpa regulasi yang jelas. Berkecamuknya bisnis di sektor ini tanpa kawalan regulasi yang ketat telah
menyebabkan terjadinya penyebaran infrastruktur yang tidak seimbang.
Berangkat dari kekhawatiran tersebut, ada beberapa prinsip yang perlu dihayati serta dikembangkan untuk menciptakan sebuah penataan kota serta melaksanakan
pembangunan kota berkelanjutan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain, pertama, adalah yang berkaitan dengan employment atau economy, baik di sektor formal
maupun terutama sekali sektor informal. Selama ini, dalam pembangunan kota- kota terkesan kuat bahwa sektor formal lebih diperhatikan, diprioritaskan, dan
diutamakan ketimbang sektor informal. Jarang sekali perencanaan kota menetapkan sejak awal rencana lokasi-lokasi kegiatan sektor informal dalam
rencana kota yang dibuat. Akibatnya, para pedagang kaki lima, pedagang asongan, lesehan, dan lain-lain menempati ruang kota yang tersisa yang
menimbulkan rasa tidak aman dalam bekerja Kedua, dengan mengembangkan apa yang disebut dengan engagement atau
partisipasi, yaitu keterlibatan dari warga kota dan segenap stakeholders merupakan prasyarat dari pembangunan kota berkelanjutan. Melalui partisipasi
masyarakat dan dunia usaha, pemerintah kota juga akan lebih diringankan bebannya. Paradigma lama yang selama ini menempatkan pemerintah hanya
sebagai pemasok atau penyedia, dalam pembangunan kota perlu dikembangkan prinsip yang berkaitan dengan equity yang berarti persamaan hak, kesetaraan, atau
keadilan. Artinya bahwa seluruh sumber daya perkotaan mestinya dapat dijangkau oleh segenap lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Seluruh sumber daya
alam adalah milik publik yang tidak seyogianya dikuasai oleh segelintir orang seperti yang selama ini telah terjadi. alam upaya menciptakan kota yang
berwawasan lingkungan, satu hal yang tak boleh diabaikan dalah menyangkut energy conservation serta etika dalam membangun. Ini menjadi sebuah prinsip
yang penting karena seringkali pembangunan yang dilakukan banyak yang mengabaikan nilai-nilai moral serta lebih mewadahi kepentingan segelintir
orang saja mesti diubah dengan paradigma baru yang memposisikan pemerintah sebagai fasilitator atau pemberdaya dalam setiap derap pembangunan kota.
Kendala utama yang teramat sering timbul dalam penataan kota di Indonesia adalah terjadinya benturan antara kepentingan publik dan ekonomi. Tak sedikit
rencana tata ruang hijau sebuah kota kalah dengan kepentingan bisnis dan tak jarang pula atas nama peningkatan pendapatan asli daerah PAD, penataan
lingkungan pun sering diterabas demi bisnis. Sesungguhnya rangkaian bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini tampaknya cukup menunjukkan akan problem
tentang kesalahan manajemen penataan lingkungan di Indonesia. Kota-kota harus mulai mengambil prakarsa dan mengambil langkah-langkah
konkrit untuk memecahkan masalah-masalah lingkungan seperti penataan ruang, sampah, polusi udara, kualitas air, tanah, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.
Ketika isu-isu ini dikesampingkan, maka bencana yang selama ini menimpa
hanya akan berulang dan berulang terus. Ketidakseimbangan antara pertumbuhan kawasan bisnis yang menyita kawasan-kawasan publik dan fasilitas publik jelas
merupakan persoalan serius yang mendesak adanya regulasi yang mengaturnya. Ke depan, harus dicegah praktik-praktik komersialisasi ruang yang jelas-jalas
mengancam pada keseimbangan ekosistem dan kerusakan lingkungan.
2.
Klasifikasi Penataan Kota
Menurut Ruddy Williams 2001: 47: Perencanaan menghadapi sejumlah kemungkinan-kemungkinan yang
membingungkan dalam rangka menentukan macam-macam perencanaan apa saja yang harus dipersiapkan. Bentuk-bentuk rencana yang bisa
diambil untuk perencanaan kota banyak sekali macamnya sama seperti juga banyak tujuan perencanaan kota, dan tidak ada resep tunggal untuk
memenuhi rencana, tingkat keperincian atau batas waktu. Keputusan mengenai macam rencana yang dipersiapkan ialah pernyataan mengenai
aspek kota yang berpengaruh sekali, tentang betapa pengawasan yang dapat diadakan atas aspek-aspek ini, dan apa yang merupakan bentuk kota
yang baik.
Menurut Ruddy Williams 2001: 48-49, klasifikasi perencanaan pembangunan
kota adalah sebagai berikut: a.
Rencana Tapak Rencana Tapak merupakan rencana secara terperinci untuk merancang
bangunan dan pertamanan, tetapi yang lebih sering ialah gambar yang dimaksudkan sebagai contoh dari apa yang mungkin terjadi jika ada
kebijaksanaan umum lagi yang akan dipakai contoh ini di beri judul dengan rencana tapak ilustratif, tetapi yang mengagumkan dalam banyak
hal contoh gambar itu mempunyai pengaruh yang penting atas apa yang sebenarnya dibangun.ilustrasi tersebut membantu orang untuk melihat
kira-kira hasil keputusan-keputusan kebijaksanaan, jadi membantu proses untuk mencapai kesepakatan atas suatu rencana
b. Rencana Struktur
Rencana Struktur merupakan satu langkah menyajikan suatu yang direncanakan secara realistis, rencana struktur ini memusatkan
perhatiannya pada aspek-asek tertentu dari lingkungan: biasanya tata guna lahan, sistem pergerakan utama, dan besaran serta lokasi dari fasilitas-
fasilitas penting da bangunan-bangunan. Rencana ini dimaksudkan untuk mempengaruhi keputusan-keputusan lokasi tertentu yang menjadi kunci,
sambil mengenal adanya perbeaan antara daerah belakang dan daerah depan. Jika daerah harus dikembangkan dalam waktu yang lama, ada
kebijaksanaan untuk memberi kebebasan dan tetap berpegang teguh kepada beberapa aspek perencanaan yang penting.
c. Rencana Konsep
Rencana konsep merupakan peryataan rencana yang dimaksudkan lebih dari sekedar uraian untuk pelaksanaan kerja. Pada rencana konsep, jalur
hijau yang menghubungkan antara garis pantai kota dan daerah-daerah distrik pemukiman dapat diterangkan dalam bentuk diagram, tanpa
menyebutkan keputusan-keputusan tentang bentuk jalur taman atau sejumlah taman yang dihubungkan untuk dibicarakan dan diperdebatkan
nanti. Memang arti utama dari rencana konsep ini adalah agar memusatkan pembahasan pada seluruh hal yang penting, dari pada mengubah
pembahasan secara terperinci sebelum waktunya.rencana-rencana konsep itu akan menjadi paling efektif jika disertai dengan gambaran-gambaran
yang mungkin nanti dihasilkan.
Ketiga macam perencanaan merupakan komponen dari tahap pembangunan
penataan kota yang memang perlu adanya tahap atau proses pembangunan dari berbagai aspek yang menunjang bagi masyarakat kota agar kehidupannya menjadi
lebih baik.dan mampu mewujudkan kawasan penataan kota, ketiga konsep perencanaan tersebut sangat berperan penting dalam terwujudnya pembangunan
penataan kota, untuk itu dalam setiap program perencanaan tata ruang kota juga tidak luput dari ketiga konsep tersebut yang memang harus di laksanakan sesuai
konsep perencanaan.
D. Pedagang Kaki Lima PKL