Tinjaun Umum Tentang Preman

para penjahat memiliki rahang yang besar dan gigi taring yang kuat. Suatu sifat yang pada umumnya dimiliki makhluk karnivora yang merobek dan melahap daging mentah. Jangkauanrentang lengan bawah dari para penjahat sering lebih besar dibanding tinggi mereka, sebagaimana dimiliki kera yang menggunakan tangan mereka untuk menggerakkan tubuh mereka di atas tanah. 10 Suatu masyarakat yang berorientasi kelas, kesempatan untuk menjadi yang teratas tidaklah dibagikan secara merata. Sangat sedikit anggota kelas bawah mencapainya. Struktur sosial merupakan akar dari masalah kejahatan. Kejahatan dapat timbul karena adanya dua macam faktor yaitu : a. Faktor pembawaan Yaitu bahwa seorang menjadi penjahat karena pembawaan atau bakat alamiah, maupun karena kegemaran atau hobby. Kejahatan karena pembawaan itu timbul sejak anak itu dilahirkan ke dunia seperti : keturunananak-anak yang berasal dari keturunanorang tuanya adalah penjahat minimal akan diwariskan oleh perbuatan orang tuanya, sebab buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. 11 Pertumbuhan fisik dan meningkatnya usia ikut pula menentukan tingkat kejahatan. 10 Lambroso, Kriminologi, 2001, hlm 37 11 http:id.wikipedia,orgwikiteori_struktural_Fungsional Robet K. Merton 1960 Dalam teori ilmu pendidikan dikatakan bahwa ketika seorang anak masih kanak-kanak, maka pada umumnya mereka suka melakukan kejahatan perkelahian atau permusuhan kecil-kecilan akibat perbuatan permainan seperti kelerengnekeran. Ketika anak menjadi akil balik kurang lebih umur 17 sampai 21 tahun, maka kejahatan yang dilakukannya adalah perbuatan seks seperti perzinahan, dan pemerkosaan. Antara umur 21 sampai dengan 30 tahun, biasanya mereka melakukan kejahatan dibidang ekonomi. Sedangkan antara umur 30 sampai 50 di mana manusia telah memegang posisi kehidupan yang mantap, maka mereka sering melakukan kejahatan penggelapan, penyalahgunaan kekuasaan, dan seterusnya. b. Faktor lingkungan Manusia masih melakukan kejahatan karena pengetahuan tentang kebajikan tidak nyata baginya. Socrates menunjukkan bahwa pendidikan yang dilaksanakan di rumah maupun di sekolah memegang peranan yang sangat penting untuk menentukan kepribadian seseorang. Sebab ada pepatah mengatakan apabila guru kencing berdiri, maka murid pun akan kencing berlari oleh karena itu menciptakan lingkungan yang harmonis adalah merupakan kewajiban bagi setiap orang, masyarakat maupun negara. 12 12 Socrates B. Bosu, pada tahun 1982, hlm 24. Teori Kejahatan dari Perspektif Sosiologis Secara sosiologis kejahatan merupakan suatu perilaku manusia yang diciptakan oleh masyarakat. Ada hubungan timbal-balik antara faktor-faktor umum sosial politik-ekonomi dan bangunan kebudayaan dengan jumlah kejahatan dalam lingkungan itu baik dalam lingkungan kecil maupun besar. Teori-teori sosiologis mencari alasan-alasan perbedaan dalam hal angka kejahatan di dalam lingkungan sosial. Teori-teori ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori umum yaitu: strain, cultural deviance penyimpangan budaya, social kontrol kontrol sosial. 13 Teori strain dan penyimpangan budaya memusatkan perhatian pada kekuatan- kekuatan sosial social forces yang menyebabkan orang melakukan aktivitas kriminal. Sebaliknya, teori kontrol sosial mempunyai pendekatan berbeda, teori ini berdasarkan satu asumsi bahwa motivasi melakukan kejahatan merupakan bagian dari umat manusia. Teori kontrol sosial mengkaji kemampuan kelompok-kelompok dan lembaga-lembaga sosial membuat aturan-aturannya efektif . Upaya Penanggulangan Kejahatan Penanggulangan kejahatan secara hukum dimaksudkan penyelenggaraan penegakan hukum pidana. Penegakan hukum pidana dapat diartikan sangat luas sekali, bukan saja tindakan yang represif sesudah terjadi kejahatan dan 13 Ibid, hal 10. ketika ada prasangka sedang terjadi kejahatan, akan tetapi meliputi tindakan preventif sebagai usaha menjaga kemungkinan akan terjadinya kejahatan dan menangkal kejahatan tetap pada garis batas yang terendah. Penegakan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan penanggulangan kejahatan politik kriminal, dengan tujuan akhir adalah perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan. Dengan demikian penegakan hukum pidana yang merupakan bagian hukum pidana perlu ditanggulangi dengan penegakan hukum pidana berupa penyempurnaan peraturan perundang-undangan dengan penerapan dan pelaksanaan hukum pidana dan meningkatkan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam menanggulangi tindak pidana. Penanggulangan ditetapkan dengan cara : 1. Penerapan hukum pidana 2. Pencegahan tanpa pidana

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan melalui penelaahan terhadap teori-teori, konsep-konsep, dokumen-dokumen hukum berupa undang-undang, undang-undang, makalah-makalah, serta perumusan- perumusan yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dan diteliti. Selain itu penulis juga menggunakan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan mengadakan penelitian di lapangan, untuk meliahat realitas bagaimana penerapan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana premanisme. Tujuannya adalah untuk memproleh data murni tentang masalah yang dibahas dalam skripsi ini. Pendekatan yuridis normatif dan empiris maksudnya untuk memproleh gambaran yang jelas, cermat dan mendalam mengenai gejala dan obyek yang di teliti dalam skripsi ini.

B. Sumber dan Jenis Data

1. Sumber Data Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari anggota Kepolisian Daerah Lampung Timur dan Kepolisian Daerah Lampung Polda Lampung mengenai tugas dan wewenang aparat penegak hukum sebagai penyelenggara peradilan di masyarakat dalam penerapan sanksi pidana bagi para pelaku pemerasan b. Data skunder adalah data-data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait berupa data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. 1 2. Jenis Data Sumber data yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah bersumber pada: a. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa informasi kinerja Kepolisian terutama Sat Reskrim Kriminal Umum Subdit Jatanras Polres Lampug Timur dalam penanggulangan kasus Premanisme. b. Data skunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa sejarah singkat mengenai daerah Lampung Timur yang diperoleh dari 1 Soerjono, Soekanto. Metode penelitian sosial Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1986, hlm. 49-50. kantor BPS Provinsi Lampung, KUHP kitab undang-undang hukum pidana, dan buku-buku.

C. Penentuan Narasumber

a. Narasumber Narasumber adalah seseorang yang memberikan informasi yang diinginkan dan dapat memberikan tanggapan mengenai informasi yang di berikan. Narasumber dalam penelitian ini berjumlah 4 orang. Narasumber dalam penelitian ini berjumlah 4 orang yang terdiri dari: 1. Kasat Subdit Jatanras Polres Lampung Timur 1 orang 2. Admin Subdit Jatanras Polres Lampung Timur 1 orang 3. Kasat Sabhara Polres Lampung Timur 1 orang Jumlah 3 orang

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: a. Studi dokumentasi dan studi pustaka, studi dokumentasi dan studi pustaka ini dilakukan dengan jalan membaca teori-teori dan peraturan perundang- undangan yang berlaku bahan hukum primer, skunder dan bahan buku tersier. Kemudian menginventarisir dan kemudian mensistematisirnya. b. Wawancara, wawancara ini dipergunakan untuk mengempulkan data primer yaitu dengan cara wawancara terarah atau directive interview. Dalam pelaksanaan wawancara terlebih dahulu melaksanakan pertanyaan- + pertanyaan yang akan di tanyakan kepada pihak kepolisian, tokoh adat, masyarakat, dan akedimisi. c. Prosedur Pengolahan Data Pengolahan data yang telah di peroleh maka penulis melakukn kegiatan- kegiatan antara lain: 1. Editing yaitu memeriksa kembali mengenai kelengkapan, kejelasan dan kebenaran data yang telah diterima serta relevansinya dalam penelitian. 2. Klasifikasi data adalah suatu kumpulan data yang diperoleh perlu disusun dalam bentuk logis dan ringkas, kemudian disempurnakan lagi menurut ciri-ciri data dan kebutuhan penelitian yang diklasifikasikan sesuai jenisnya. 3. Sistematis data yaitu melakukan penyusunan data secara sistematis sesuai dengan jenis dan pokok bahasan dengan maksut memudahkan dalam menganalisis data tersebut.

E. Analisis Data

Analisa data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian diinterprestasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Analisa data yang dapat dipergunakan dalam penelitian ini adalah menyederhanakan data kedalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterprestasikan. 2 Pada penganalisaan data, dipergunakan analisis kualitatif dengan cara mendeskripsikan data mengenai langkah- 2 Soerjono Soekanto, Pada Tahun 1983, hlm 121.