Upaya Penanggulangan Oleh Sat Reskrim Polres Lampung Timur Terhadap Kejahatan Pemerasan Yang Dilakukan Kelompok Preman Di Jalan Lintas Timur (Studi Kasus Wilayah Hukum Polres Lampung Timur)

(1)

ABSTRAK

Upaya Penanggulangan Oleh Sat Reskrim Polres Lampung Timur Terhadap Kejahatan Pemerasan Yang Dilakukan Kelompok Preman Di Jalan Lintas

Timur

(Study Kasus Wilayah Hukum Polres Lampung Timur) Oleh

ERICK BETRA SEPTIADI

Perkembangan zaman sekarang ini tidak hanya membawa pengaruh besar pada Negara Republik Indonesia melainkan juga berdampak pada perkembangan masyarakat, baik dari segi perilaku, moral, maupun pergeseran budaya yang ada dalam masyarakat. Terlebih lagi setelah masa reformasi kondisi ekonomi bangsa ini yang semakin terpuruk. Tidak hanya mengalami krisis ekonomi saja namun juga berdampak pada krisis moral. Terjadinya peningkatan jumlah pengangguran yang semakin lama semakin bertambah. Masalah ini menyebabkan semakin tingginya angka kriminalitas khususnya di wilayah Polres, Lampung Timur. Masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimanakah upaya penanggulangan kejahatan pemerasan di jalan Lintas Timur oleh Sat Reskrim Subdit Jatanras Polres Lampung Timur? (2) Apakah yang menjadi faktor penghambat Kepolisian Resor Lampung Timur dalam menanggulangi kejahatan pemerasan oleh kelompok preman di jalan Lintas Timur? Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka dan studi lapangan. Narasumber penelitian terdiri dari Kasat Reskrim pada Polres Lampung Timur dan admin Satuan Reskrim Polres Lampung Timur. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan: (1) Penegakan hukum terhadap tindak pidana pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman di jalan lintas timur: a) Upaya Pre-emtif, Rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk menangkal atau menghilangkan faktor-faktor kriminogen pada tahap sedini mungkin. Termasuk upaya untuk mengeliminir faktor-faktor kriminogen yang ada dalam masyarakat yang bentuk kegiatannya bervariasi mulai dari analisis terhadap kondisi wilayah berikut potensi kerawanan yang terkandung di dalamnya sampai dengan upaya kordinasi dengan setiap pihak dalam rangka mengantisipasi kemungkinan timbulnya kejahatan. Sedangkan operasi khusus akan diterapkan bila gelagat perkembangan situasi menunjukan kecendrungan peningkatan sampai melewati batas toleransi kerawanan. Operasi khusus ini juga diterapkan pada saat menghadapi masa rawan yang


(2)

berdasarkan pengalaman, dan pencatatan data tahun-tahun yang silam telah dapat diprediksi dan dijadwalkan dalam kalender kerawanan kamtibmas.

Upaya Pre-emtif biasanya diberlakukan pada saat masa-masa dimana menurut kalender kamtibmas merupakan rawan akan kejahatan pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman, biasanya massa tersebut adalah pada saat menjelang hari Raya Idul Fitri ataupun momen besar lainnya yang menurut kalender kamtibmas adalah masa rawan. (b) Upaya Preventif, Rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mencagah secara langsung terjadinya kasus kejahatan. Kegiatan ini meliputi pengaturan penjagaan, patroli dan pengawalan di lokasi yang diperkirakan mengandung Polize hazard, termasuk juga kegiatan pembinaan masyarakat yang ditujukan untuk memotivasi segenap lapisan masyarakat agar dapat berpartisipasi aktif dalam upaya pencegahan, penangkalan dan memerangi kejahatan.

Upaya Preventif diberlakukan dengan cara patroli rutin disetiap wilayah yang rawan akan kejahatan dan juga pendekatan secara langsung terhadap masyarakat melalui sosialisasi keamanan lingkungan sekitar dan ikut berpartisipasi dalam upaya pencegahan kejahatan yang ada di lingkungannya. (c) Upaya Represif, Rangkaian kegiatan penindakan yang ditujukan ke arah pengungkapan kasus kejahatan yang telah terjadi. Bentuk kegiatannya, antara lain : penyelidikan, penyidikan, serta upaya paksa lainnya sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku. Upaya Represif diberlakukan apabila pihak kepolisian menerima laporan yang masuk mengenai kejahatan yang terjadi di lapangan dan segera ditindak lanjuti oleh aparat penegak hukum yaitu pihak kepolisian dalam hal ini akan melakukan penyelidikan, penyidikan dan penangkapan para pelaku kejahatan tersebut.

Saran dalam penelitian ini adalah: (1) Polres lampung timur terutama satuan reskrim lebih dapat melakukan tindakan yang cepat dan juga tanggap untuk menaggulangi aksi pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman ini, lebih meningkatkan patroli rutin di setiap wilayah yang terbilang rawan akan akasi pemerasan oleh kelompok preman penambahan personil maupun pos pemantauan di daerah-daerah yang terbilang rawan akan aksi pemerasan, kordinasi pihak kepolisian antar wilayah karena aksi pemerasan ini bukan hanya ada di satu titik saja tetapi banyak titik. (2) Meningkatkan kordinasi anatar pihak-pihak terkait dengan Polres Lampung Timur dan masyarakat dalam hal ini membantu pihak kepolisian dalam proses upaya penanggulangan kejahatan pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman, kesadaran dan kerjasama yang baik antara masyarakat dan pihak kepolisian pada waktu terjadi tindak pidana pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman agar segera melaporkannya kepada pihak kepolisian, dan pihak kepolisian pun harus segera melakukan tindakan yang sebagaimana harusnya dilakukan oleh pihak kepolisian yaitu menegakan keadilan dan ketentraman bagi masyarakat.


(3)

UPAYA PENANGGULANGAN OLEH SAT RESKRIM POLRES LAMPUNG TIMUR TERHADAP KEJAHATAN PEMERASAN YANG

DILAKUKAN KELOMPOK PREMAN DI JALAN LINTAS TIMUR (Studi Kasus Pada Wilayah Hukum Polres Lampung Timur)

(Skripsi)

Oleh

ERICK BETRA SEPTIADI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Hukum

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMUNG 2015


(4)

UPAYA PENANGGULANGAN OLEH SAT RESKRIM POLRES LAMPUNG TIMUR TERHADAP KEJAHATAN PEMERASAN YANG

DILAKUKAN KELOMPOK PREMAN DI JALAN LINTAS TIMUR (Studi Kasus Pada Wilayah Hukum Polres Lampung Timur)

(Skripsi)

Oleh

ERICK BETRA SEPTIADI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMUNG 2015


(5)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... 12

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 13

D.Sistematika Penulisan ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Dampak Kejahatan ... 15

B. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana ... 15

C. Pengertian Kejahatan ... 19

D.Tinjauan Umum tentang Preman ... 20

E. Teori-Teori Penyebab Terjadinya Kejahatan ... 22

III. METODE PENELITIAN A.Pendekatan Masalah ... 27

B. Sumber Dan Jenis Data ... . 28

C. Penentuan Narasumber... 29

D.Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 29


(6)

IV. HASIL PENELITIAN

A. Upaya Penanggulangan oleh Sat Reskrim Polres Lampung Timur Terhadap Kejahatan Pemerasan yang Dilakukan Kelompok Preman Di Jalan Lintas Timur ... 32 B. Faktor-Faktor Pengambat Pihak Kepolisian Dala Menanggulangi

Tindak Pidana Premanisme di Sepanjang Jalan Lintas Timur ... 38

V. PENUTUP

A. Kesimpulan... ... 43

B. Saran... ... 45

Karakteristik Responden... ...


(7)

(8)

(9)

MOTO

Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri

(QS AL-Anakbut[29]:6))

Jangan mencoba untuk menjadi sama, tetapi jadilah lebih baik

(Aristoteles)

Belajarlah menjadi koma bukan belajar untuk menjadi titik (Erick Betra Septiadi)


(10)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ilmiah ini kepada:

Kedua Orang Tuaku, Ayah Sujuno Anwar dan Ibu Nilawati Sebagai kedua orang tua tercinta yang telah mendidik, membesarkan, dan

membimbingku dalam menjalani kerasnya kehidupan

Tidak Ada Kata Yang Dapat Aku Ucapkan Untuk Menggantikan Semua Kasih Sayang Dan Pengorbananmu Sehingga Aku Bisa

Menjadi Orang Yang Berhasil

Bibiku, Dra. Halimah Ar, M.pd.

Yang selalu Memotivasi, Memberi Saran, Kritik, Doa untuk selalu berfikir maju dan jauh lebih baik lagi

Almamater Universitas Lampung

Tempat Aku Menimba Ilmu, Disinilah Aku Mendapatkan Ilmu Dan Pengetahuan Yang Menjadi Bagian Jejak Langkahku Meraih Kesuksesan


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Betung Sumatera Selatan, pada tanggal 24 September 1991, merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara pasangan Ayahanda Sujona Anwar dan Ibunda Nilawati.

Jenjang pendidikan penulis dimulai pada Taman Kanak-Kanak (TK) Kemala Bhayangkari selesai tahun 1997, Sekolah Dasar Negeri 7 Metro selesai pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Metro selesai pada tahun 2007,Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Metro diselesaikan pada tahun 2010.

Pada Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur Seleksi PKAB Masuk Perguruan Tinggi Negeri program pendidikan Strata 1 (S1) dan mengambil bagian Hukum Pidana.


(12)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil ’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Upaya Penggulangan Oleh Sat Reskrim Polres Lampung Timur Terhadap Kejahatan Pemerasan Yang Dilakuan Kelompok Preman di Jalan Lintas Timur”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari ini bukanlah hasil jerih payah sendiri akan tetapi berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, di dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Firganefi, S.H., M.H. selaku Sekretaris Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(13)

4. Ibu Dr.Erna Dewi, S.H., M.H. selaku Pembimbing I (satu) yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk memberikan koreksi yang sangat membantu dalam perbaikan skripsi penulis.

5. Bapak Rinaldy Amrullah, S.H., M.H. selaku Pembimbing II (dua) atas

kesediaannya dan kesabarannya untuk membantu, mengarahkan, dan memberi masukan agar terselesaikannya skripsi ini.

6. Ibu Firganefi, S.H., M.H. selaku Pembahas I (satu) yang telah memberikan masukan dan kritik dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Budi Rizki Husin, S.H., M.H. selaku pembahas II (dua) yang telah memberikan masukan dan kritik dalam penulisan skripsi ini.

8. Ibu Melly Aida, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik, terimakasih atas masukan dan arahanya selama penulis menjalani kuliah.

9. Seluruh Dosen Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis, serta kepada seluruh staf administrasi Fakultas Hukum Universitas Lampung;

10. Keluarga Besar Bagian Hukum Pidana dan Keluarga Besar Fakultas Hukum 2010 terimakasih telah menjadi bagian perjalanan hidupku, besar harapan silaturahmi tak berujung.

11. Bapak AKP. Leksan Arianto, S.IK. selaku Kasat Reskrim Polres Lampung Timur yang telah bersedia memberikan bantuan, pendapat dan meluangkan waktu.

12. Bapak Brikpol Deni Wanindri selaku Admin Reskrim Polres Lampung Timur yang telah bersedia memberikan bantuan, pendapat dan meluangkan waktu.


(14)

13. Kedua orang tuaku dan bibiku yang telah menjadi inspirasi terbesar penulis,

Ayahanda Sujono Anwar (alm),Ibunda Nilawati (alm) dan Bibiku

Dra.Halimah Ar, M.pd. Terimakasih telah menjadi orang tua terhebat, kalian lah inspirasiku, pengorbanan dan kasih sayang kalian tidak akan aku sia-siakan. Maaf atas kesalahan yang telah aku perbuat tapi percayalah selalu ada bagian diri ini yang tidak pernah berhenti berjuang untuk membahagiakan kalian. Gelar ini ku persembahkan untuk kalian.

14. Kaka-kakaku, Retna Yulianti dan Jefri Andrian terimakasih telah

memotivasiku dan memberikan canda tawa, kalian adalah kaka-kaka terhebat yang aku punya.

15. Ockta Prasiesta, S.P. terimakasih untuk segalanya dan telah setia

menemaniku, membantuku baik suka maupun duka, kau adalah wanita terhebat yang pernah aku temui, darimu aku banyak belajar tentang arti kerja keras dan pantang menyerah.

16. Sahabat-sahabatku Rakhmad Setiawan, S.H. Erdit Trijaya, Sandi Azis, S.E. Johan Azis, S.H. Lukman hakim, Dico Primantara Marga, S.H. Lek Ardi, S.H. yang telah memberikan motivasi dan kenangan indah selama menjalani lika-liku kehidupan kampus.

17. Serta semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan.


(15)

Akhir kata, sangat penulis sadari bahwa berakhirnya masa studi ini adalah awal dari perjuangan panjang untuk menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Sedikit harapan semoga karya ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Bandar Lampung, Penulis,


(16)

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wilayah Kabupaten Lampung Timur yang sekarang ini, pada zaman pemerintahan Belanda merupakan Onder Afdeling Sukadana yang dikepalai oleh seorang Controleur berkebangsaan Belanda dan dalam pelaksanaannya dibantu oleh seorang Demang Bangsa Pribumi/Indonesia. Onder Afdeling Sukadana terbagi atas 3 distrik, yaitu: Onder DistrikSukadana, Onder Distrik Labuhan Maringgai, Onder Distrik Gunung Sugih, masing-masing Onder Distrik dikepalai oleh seorang Asisten Demang yang berkedudukan sebagai pembantu Demang untuk mengkordinir Pesirah. Secara umum Masyarakat adat Lampung Timur adalah masyarakat adat pepadun, yang terkenal dengan istilah Abang Siwo Mego dan Pubian Telu Suku, kalaupun ada masyarakat adat Peminggir hanya beberapa desa/kampung saja. Masyarakat Lampung Timur memiliki prinsip-prinsip dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukan suatu corak keaslian yang khas dalam hubungan sosial antar masyarakat. Kelima prinsip tersebut yaitu:Piil Pasenggirir,Sakai Sembayan, Nemui Nyima,Nengah NyappurdanBejuluk Beadek.

Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan UU No. 12 Tahun 1999, dengan pusat pemerintahan di Kecamatan Sukadana.


(18)

2

Pada awalpembentukannya Pemda Kabupaten Lampung Timur terdiri atas 10 kecamatan definitif, 13 kecamatan pembantu dan 232 desa. Di tahun 1999 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 1999, 2 kecamatan pembantu, Kecamatan Marga Tiga dan Sekampung Udik, statusnya ditingkatkan menjadi kecamatan definitif.

Sejak berdiri hingga sekarang wilayah administrasi di Kabupaten Lampung Timur terus mengalami pemekaran. Hingga tahun 2014 kabupaten ini terdiri atas 24 kecamatan definitif dan 264 desa dengan tujuh desa pemekaran baru. Ketujuh desa baru tersebut, yang berdasarkan Surat Keputusan pembentukan desa Peraturan-Peraturan Daerah Lampung Timur No.4 Tahun 2011, adalah Desa Sukadan Selatan, Desa Sukadana Jaya, Desa Sukadana Tengah merupakan pemekaran dari Desa Sukadana Kecamatan Sukadana; Desa Ganti Mulyo merupakan pemekaran Desa Ganti Warno Kecamatan Pekalongan; Desa Adi Jaya yang merupakan Pemekaran Desa Adirejo Kecamatan Pekalongan; Desa Mulyo Asri yang Merupakan Pemekaran Desa Donomulyo Kecamatan Bumi Agung; dan Desa Labuhan Ratu Baru yang merupakan Pemekaran Desa Labuhan Ratu I Kecamatan Way Jepara.

Penduduk Kabupaten Lampung Timur di tahun 2014 berdasarkan hasil proyeksi penduduk ada sebanyak 961,971 jiwa, dengan sex ratio sebesar 105,55. Kepadatan penduduk ditahun 2015 diperkirakan sebesar 181 jiwa/km2, dengan ketimpang yang cukup tinggi antar kecamatannya. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Pekalongan sebesar 456 jiwa/km2, dan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Way


(19)

3

Bungur sebesar 59 jiwa/km2. Hal ini menunjukan masih tidak meratanya persebaran penduduk di kabupaten ini. Sebagian besar penduduk Kabupaten Lampung Timur yang terdaftar sedang mencari pekerjaan memiliki ijazah SLTA atau sederajat. Sebesar 59,99 persen (1.210 jiwa) pencari kerja di Lampung Timur hanya lulusan SLTA. Di wilayah Lampung Timur itu sendiri terdapat jalan raya lintas Sumatera yaitu sebuah jalan raya yang membentang dari utara sampai selatan Pulau sumatera. Berawal dari Banda Aceh, sampai ke Pelabuhan Bakauheni, Provinsi Lampung dengan total panjang jalan 2.508,5 km. Jalan Raya Lintas Sumatera merupakan bagian keseluruhan Jaringan Jalan Asia Rute AH 25. Jalan Raya Lintas Sumatera ini sering disebut sebagai Jalan Lintas Sumatera. Dahulu Jalan Raya Lintas Sumatera sebenarnya hanya menunjuk kepada jalan raya yang berbeda di Pesisir Timur Pulau Sumatera yang berarti minus bagian jalan raya di Pesisir Barat yang melintasi Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Bengkulu. Saat ini terdapat 4 jalan utama di Pulau Sumatera, yaitu Jalan Raya Lintas Barat (Jalinbar), Jalan Raya Lintas Tengah (Jalinteng), Jalan Raya Lintas Timur (Jalintim), dan Jalan Raya Lintas Pantai Timur. Adapun desa-desa yang di lintasi Jalan Raya Lintas Pantai Timur Sumatera adalah: Seputih Banyak, Way Bungur, Sukadana, Way Kambas, Way Jepara, Labuhan Maringgai, Pasir Sakti, Sragi, Ketapang, Pelabuhan Bakauheni.1

Pengguna kendaraan yang melintasi jalan tersebut menjadi salah satu faktor penyebab gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).

1


(20)

4

Berdasarkan data Kepolisian Resor Lampung Timur tercatat sebanyak 492 kasus ditahun 2014 termasuk di nataranya kasus tindak pidana pemerasan yang di lakukan oleh kelompok preman . Angka ini lebih tinggi dari tahun 2013 yang hanya terdapat 396 kasus kamtibmas. Kurangnya lapangan pekerjaan dan rendahnya pendidikan di wilayah Kabupaten Lampung Timur ini menyebabkan banyak masyarakat yang memilih jalan singkat untuk mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara melakukan tindakan yang melanggar hukum, contohnya seperti melakukan pemalakan dan juga pemerasan disertai dengan pengancaman terhadap para sopir kendaraan roda empat yang melintas di sepanjang jalan lintas timur. Hal ini biasa disebut dengan tindakan premanisme.2

Pengertian dari premanisme berasal dari kata bahasa Belanda (vrijman)yaitu, orang bebas, merdeka danisme atau aliran. Adalah sebutan perjoratif yang sering digunakan untuk menunjuk kepada kegiatan sekelompok orang yang mendapatkan penghasilannya terutama dari pemerasan kelompok masyarakat

lain. Atau dalam bahasa inggris “(freeman)” yang artinya manusia bebas.

Fenomena preman di Indonesia mulai berkembang hingga sekarang pada saat ekonomi semakin sulit dan angka pengangguran semakin tinggi. Akibatnya kelompok masyarakat usia kerja mulai mencari cara untuk mendapatkan pengasilan, biasanya melalui pemerasan dalam bentuk penyediaan jasa yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Premanisme sudah marak sejak zaman jawa kuno dalam pertemuan ilmiah Arkelogi IV di cipanas tahun 1986. Fenomena

2


(21)

5

kekerasan dalam masyarakat jawa kuno dapat diketahui melalui kajian erkologi dari sumber-sumber tertulis berupa prasasti, lontar, dan naskah-naskah. Kelompok preman terbagi dalam beberapa bentuk. Pertama, preman yang terkait oleh rasa persaudaraan, kesukaan atau kedaerahan, kelompok preman ini terbentuk berawal dari rasa solidaritas kelompok yang tinggi, tak heran ada preman Batak, Betawi, Madura, Ambon dan juga Timor-Timor. Kedua, preman yang terkait oleh organisasi kepemudaan yang kebanyakan merupakan perpanjangan sayap partai politik maupun organisasi masa, bahkan tidak jarang terkait dengan agama tertentu, yang kemudian muncul istilah preman berjubah. Ketiga, preman yang dipekerjakan biasanya tergabung dan bekerja sebagai tukang tagih hutang atau biasa disebut dengan sebutan debt collector, body guard, dan preman yang terahir adalah kelompok elit yang masuk kedalam sistem dan menjadi mafia penghubung para koruptor melalui bisnis percaloan meliputi percaloan dari kelas yang paling kecil.

Hal tersebut dikarenakan banyak terjadinya peningkatan jumlah

pengangguran yang semakin tahun semakin bertambah, didukung dengan angka kemiskinan yang tinggi dan juga disebabkan minimnya sebuah pendidikan dan kurangnya penanaman moral yang baik bagi masyarakat khususnya dan umumnya bagi seluruh rakyat indonesia. Faktor-faktor inilah yang menjadi kunci dari munculnya tindakan premanisme. Tidak jarang pula aksi premanisme justru berujung pada kematian yang cukup mengerikan. Fakta ini tentu menjadi ancaman serius bagi ketentraman masyarakat di tanah air. Kehadiran para preman jelas mengganggu ketentraman dan ketertiban


(22)

6

masyarakat. Dari beberapa faktor dapat disimpulkan bahwa seseorang tega untuk berbuat jahat yang disebabkan oleh desakan ekonomi dan juga minimnya pendidikan moral seseorang tersebut. Oleh karena itu banyak orang yang mengambil jalan pintas dengan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Perkembangan zaman sekarang ini tidak hanya membawa pengaruh besar pada Negara Republik Indonesia melainkan juga berdampak pada perkembangan masyarakat, baik dari segi perilaku, moral, maupun pergeseran budaya yang ada dalam masyarakat. Terlebih lagi setelah masa reformasi kondisi ekonomi bangsa ini yang semakin terpuruk. Tidak hanya mengalami krisis ekonomi saja namun juga berdampak pada krisis moral. Terjadinya peningkatan jumlah pengangguran yang semakin lama semakin bertambah. Masalah ini menyebabkan semakin tingginya angka kriminalitas khususnya di wilayah Polres, Lampung Timur. Adapun tugas dan wewenang Kepolisian Resor Polres Lampung Timur khususnya sat reskrim yang telah di bentuk dalam dua subdit umum dan khusus yakni sebagai berikut :

a. Direktorat Reserse Kriminal Subdit Kriminal Umum

1. Subdit Kejahatan dengan Kekerasan (Jatanras)

2. Subdit Remaja Anak dan Wanita

3. Unit Inafis,Indonesia Automatic Finger Print Identification System /Identifikasi TKP (Tempat Kejadian Perkara)

b. Direktorat Reserse Kriminal Khusus

1. Subdit Tindak Pidana Korupsi

2. Subdit Harta Benda Bangunan Tanah (Hardabangtah) Subdit


(23)

7

Dalam permasalahan ini Kepolisian Resor Lampung Timur terutama bagian Sat Reskrim kriminal umum subdit Jatanras akan berkerja membina fungsi dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dalam rangka penegakan hukum, koordinasi dan pengawasan operasional dan administrasi penyidikan PPNS sesuai ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku. Dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya Kasat Reskrim dibantu oleh Kanit Jatanras. Kasat Reskrim Polres bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Waka Polres.

Adapun tugas Sat Reskrim kriminal umum terutama subdit Jatanras

Merupakan sebuah unit kerja dibawah fungsi Sat Reskrim kriminal umum yang bertugas untuk menangani laporan kejadian tindak pidana dari masyarakat. Selain penanganan terhadap laporan tindak pidana umum, Unit Jatanras mengkhususkan diri dalam penanganan tindak pidana khusus yang

berhubungan denganPencurian, Pencurian dengan Kekerasan, Penadahan,

Pemerasan, dan Perjudian. Unit jatanras mempunyai dasar hukum yang tetap dalam setiap pelaksanaan tugasnya yaitu berdasar pada kitab undang-undang hukum pidana dan juga kitab undang-undang-undang-undang hukum acara pidana adapun peraturan yang di buat oleh kapolri yang terkait dengan tugas unit jatanras itu sendiri , adalah Perkap No.14 tahun 2012 tentang manejemen penyidikan.3

3

Divis hukum, Sat Reskrim Subdit Jatanras Polda Lampung, pada tanggal 15 januari 2015, pkl 13.00 wib


(24)

8

Salah satu fenomena kejahatan yang terjadi di sepanjang jalan lintas timur ini yaitu begitu maraknya praktik atau aksi premanisme dikalangan penguna jalan yang melintas di jalan tersebut. Praktik preman di sepanjang jalan lintas timur ini sudah sangat meresahkan pengguna jalan yang melintas. Praktik preman yang biasanya dilakukan mereka adalah pemerasan disertai pengancaman serta modus yang dijalankannya pun berbeda-beda, yaitu dengan cara menjual air mineral botol berukuran 500ml kepada pengguna jalan yang melintas, akan tetapi harga yang ditawarkannya tidak sesuai dengan harga yang sudah ditentukan pabrik air mineral tersebut, yaitu dengan harga berkisar Rp40.000 (empat puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp70.000 (tujuh puluh ribu rupiah), bukan hanya sampai disitu saja kelompok preman ini pun melakukan pengancaman dengan cara tidak memperbolehkan kendaraan tersebut melanjutkan perjalanan bahkan ada yang sampai melakukan tindak pidana kekerasan yang juga disertai pengancaman terhadap supir yang tidak membeli atau tidak mau membayar uang pembelian air mineral tersebut dengan harga yang sudah ditetapkan oleh kelompok preman ini.

Modus yang kedua adalah kelompok preman ini memaksa para sopir kendaraan roda empat untuk mampir ke rumah makan yang sudah ditunjuk oleh mereka, setelah para sopir tersebut masuk ke dalam rumah makan, para preman ini pun meminta bayaran kepada para sopir dengan alasan uang keamanan. Apabila para sopir ini tidak memberi uang keamanan yang diminta oleh para kelompok


(25)

9

preman ini, maka kelompok preman tersebut tidak segan untuk melakukan tindak pidana kekerasan yang disertai dengan pengancaman kepada para sopir pengendara roda empat tersebut. Pemerasan dan pengancaman yang dilakukan oleh kelompok pereman ini sudah benar-benar melanggar hukum karena dalam Pasal 368 dan 369 sudah jelas mengenai pemerasan dan pengancaman. Adapun definisi dari pasal 368 dan 369 tersebut adalah tindak pidana pemerasan sebagaimana diatur dalam Bab XXIII KUHP sebenarnya terdiri dari dua macam tindak pidana, yaitu tindak pidana pemerasan (afpersing) dan tindak pidana pengancaman(afdreiging). Kedua macam tindak pidana tersebut mempunyai sifat yang sama, yaitu suatu perbuatan yang bertujuan memeras orang lain. Justru karena sifatnya yang sama itulah kedua tindak pidana ini biasanya disebut dengan nama yang sama, yaitu "pemerasan" serta diatur dalam bab yang sama.

Contohnya berita yang dihimpum dalam surat kabar harian masyarakat lampung, menerangkan bahwa pungli dan preman masih sering melakukan aksinya, setidaknya ada lima titik atau lokasi, aksi pungli dan juga aksi preman, yaitu, Desa Tulungpasik, Desa Rajabasah Baru, Desa Teluk Dalem, Kecamatan Matarambaru, dan Desa Jepara, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur. Para preman dan para pelaku pungli ini berdalih menjual air mineral kemasan, dan juga mereka melakukan pungli terhadap para pengendara yang melintas, sasaran utama mereka adalah, pengemudi truck dan kendaraan travel antar Lintas Sumatera-Jawa. Sedangkan untuk mobil pribadi, mereka berpura-pura menawarkan air mineral kemasan, tetapi dengan harga yang sangat tinggi dan tidak sesuai dengan harga yang sudah di tetapkan oleh pabrikan air mineral


(26)

10

tersebut. Seorang sopir travel antar lintas Sumatera-Jawa menturkan, dirinya merasa tidak nyaman saat melintasi sepanjang jalur Lintas Timur terutama memasuki wilayah matarambaru sampai dengan way jepara, karena di desa itu lah titk-titk rawannya pungutan liar dan juga aksi pemalakan yang dilakukan oleh kelompok preman. Hal serupa pun dirasakan oleh Efendi sopir truckasal Riau tujuan Jakarta. Saat ini sepanjang jalan Lintas Timur kembali terdapat banyak pungli dan juga aksi premanisme, padahal di sepanjang jalur tersebut terdapat pos kepolisian tetapi kenapa masih ada saja pungli dan juga aksi pemalakan di sepanjang jalur tersebut. Dirinya pun berharap kepada pihak kepolisian agar tegas menindak para pelaku pungutan liar dan juga pemalakan yang dilakukan oleh kelompok preman tersebut, sebeb jika para preman tersebut meminta sejumlah uang kepada para sopir yang melintas dan tidak diberikan maka mereka memaksa para sopir dengan cara kekerasan, apalagi jika melintas dimalam hari, sopir pasti jadi sasaran mereka bahkan tak jarang seluruh barang bawaan di rebut paksa. Untuk itu pada malam hari sopir memilih beristirahat ditempat yang aman, kalaupun berani melintas, sebelum pukul 22.00 WIB, itu pun konvoi dengan kendaraan lain.4

Adapun tindak pidana pemerasan yang disertai pengancaman yang diatur di dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), adalah sebagai berikut: Tindak Pidana Pemerasan; Dalam ketentuan Pasal 368 KUHP tindak pidana pemerasan dirumuskan sebagai berikut :

4


(27)

11

1. Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa orang lain dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk memberikan sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian adalah milik orang lain atau supaya memberikan hutang maupun menghapus piutang, diancam, karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun

2. Ketentuan Pasal 365 Ayat (2), Ayat (3) dan Ayat (4) berlaku dalam tindak pidana ini.

Pasal di atas sudah menerangkan bahwa barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa orang lain dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk memberikan sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian adalah milik orang lain, atau supaya memberikan hutang maupun menghapus piutang, diancam, karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. Bilamana masih saja ada tindak pidana pemungutan liar (pungli) dan juga premanisme di sepanjang Jalan Lintas Timur, itu sudah benar-benar melanggar hukum pidana yang berlaku di Negara Republik Indonesia, dan para penegak hukum harus tegas dalam menindak para pelaku pemalakan yang disertai kekerasan tersebut. Karena perbuatan mereka sudah benar-benar menggangu kenyamanan dan juga keresahan bagi pengguna jalan, terutama yang melintasi Jalan Lintas Timur.

Pihak kepolisian dan aparatur terkait mempunyai peranan penting dalam penyelesaian kasus ini, karena memang tugas dari para penegak hukum adalah mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan


(28)

12

dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis akan melaksanakan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul : Upaya Penanggulangan Oleh Sat Reskrim Polres Lampung Timur Terhadap Kejahatan Pemerasan Yang Dilakukan Kelompok Preman di Jalan Lintas Timur.

B. Permasalahan

1. Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah upaya penanggulangan kejahatan pemerasan di jalan Lintas Timur oleh Kepolisian Resor Lampung Timur terutama Sat Reskrim (Reserse Kriminal) Subdit Jatanras (Sub Direktorat Kejahatan dan Kekerasan) Polres Lampung Timur?

b. Apakah yang menjadi faktor penghambat Kepolisian Resor Lampung Timur dalam menanggulangi kejahatan pemerasan oleh kelompok preman di jalan Lintas Timur?


(29)

13

2. Ruang Lingkup :

Subtansi yang terkait dengan permasalahan ini adalah kepolisian resor Lampung Timur terutama Sat Reskrim Subdit Jatanras. Obyek yang di teliti adalah tindak pidana pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman di sepanjang jalan lintas timur.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan kasus di atas, tujuan dan kegunaan yang ingin dicapai dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Penelitian

a. Mengatahui upaya penanggulangan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum Kepolisian Resort Lampung Timur terhadap tindak pidana pemerasan di sepanjang Jalan Lintas Timur.

b. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat Kepolisian

Resor Lampung Timur dalam menanggulangi kejahatan pemerasan oleh kelompok preman di jalan Lintas Timur.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Secara Teoritis

Kegunaan penulisan skripsi ini adalah untuk pengembangan kemampuan daya nalar dan daya pikir yang sesuai dengan disiplin ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk dapat mengungkapkan secara obyektif melalui metode ilmiah dalam memecahkan setiap permasalahan yang ada, khususnya masalah yang berkaitan dengan aspek hukum pidana tentang pemerasan.


(30)

14

b. Kegunaan Secara Praktis

Sebagai sarana bagi penulis memperdalam ilmu hukum pidana dan memberikan kontribusi atau masukan sebagai bahan pemikiran bagi pihak-pihak yang memerlukan, khususnya yang berkaitan dengan penerapan saksi pidana terhadap pelaku pemerasan

D. Sistematika Penulisan

I. Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konseptual, sistematika penulisan dan metode penelitian.

II. Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi dampak kejahatan, upaya penanggulangan tindak pidana, pengertian kejahatan, tinjauan umum tentang preman, teori-teori penyebab terjadinya kejahatan

III. Metode penelitian

Bab ini berisi pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan narasumber, prosedur pengumpulan dan pengolahan data, analisis data.

IV. Hasil peneleltian dan pembahasan

Bab ini berisi jawaban upaya seperti apa yang sudah di laksanakan oleh pihak terkait mengenai permasalahan ini.

V. Penutup


(31)

15

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Dampak Negatif Kejahatan

Kejahatan baik dalam arti sebagai tindak pidana (konsep yuridis) maupun dalam arti sebagai perilaku yang menyimpang (konsepsi sosiologis), eksistensinya diakui dan diterima sebagai suatu fakta, baik oleh masyarakat yang paling sederhana maupun oleh masyarakat yang paling modern. Salah satu alasan pengakuan terhadap eksistensi kejahatan tersebut, karena kejahatan itu merupakan salah satu bentuk tingkah laku manusia yang sangat merugikan masyarakat, seperti pemerkosaan, pembunuhan, penganiayaan, dan perampokan, serta pemerasan yang disertai pengancaman.

B. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana

Upaya penanggulangan tindak pidana disebut juga dengan kebijakan kriminal atau dalam istilah asing disebut dengan penal policy atau criminal policy, adalah suatu usaha untuk menggulangi kejahatan melalui penegakan hukum pidana, yang rasional yaitu memenuhi rasa keadilan dan gaya guna. Dalam rangka menanggulangi kejahatan terhadap berbagai sarana sebagai reaksi


(32)

16

yang dapat diberikan kepada pelaku kejahatan, berupa sarana pidana maupun non hukum pidana, yang dapat diintegrasikan satu dengan yang lainnya.1

Adapun penanggulan tindak pidana pidana harus melalui beberapa tahap kebijakan yaitu:

a. Tahap Formulasi

Tahap formulasi merupakan tahap penegakan hukum pidana in abstraco oleh badan pembuat undang. Dalam tahap ini pembuat undang-undang melakukan kegiatan memilih nilai-nilai yang sesuai dengan keadaan dan situasi masa kini dan yang akan datang, kemudian merumuskannya dalam bentuk peraturan perundang-undangan pidana untuk mencapai hasil perundang-undangan yang paling baik dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Tahap ini disebut Tahap Kebijakan Legislatif.

b. Tahap Aplikasi

Tahap aplikasi merupakan tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan hukum pidana) oleh aparat penegak hukum mulai dari Kepolisian sampai pengadilan. Dalam tahap ini aparat penegak hukum bertugas menegakan serta menerapkan peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh pembuat undang-undang. Dalam melaksanakan tugas ini, aparat penegak hukum harus berperang teguh pada nilai-nilai keadilan dan daya guna tahap ini dapat disebut Tahap Yudikatif.

1


(33)

17

c. Tahap Ekskusi

Tahap Ekskusi merupakan tahap penegakan (pelaksanaan) Hukum secara konkret oleh aparat pelaksana pidana. Dalam tahap ini aparat-aparat pelaksana pidana bertugas menegakan peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh pembuat undang-undang melalui Penerapan Pidana yang telah ditetapkan dalam putusan pengadilan. Dalam melaksanakan pemidanaan yang telah di tetapkan dalam Putusan Pengadilan, aparat-aparat pelaksana pidana itu dalam melaksanakan tugasnya harus berpedoman kepada Peraturan Perundang-undangan Pidana yang telah dibuat oleh pembuat undang-undang dan nilai-nilai keadilan suatu daya guna.

Ketiga tahap Penegakan Hukum Pidana tersebut, dilihat sebagai usaha atau proses rasional yang sengaja direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu, jelas harus merupakan suatu jalinan mata rantai aktivitas yang tidak termasuk yang bersumber dari nilai-nilai dan bermuara pada pidana dan pemidanaan.2

Upaya menanggulangi kejahatan merupakan suatu reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku kejahatan, berupa sarana pidana (penal) maupun non penal hukum pidana (non penal), yang dapat diintergrasikan satu dengan yang lainnya. Apabila sarana pidana dipanggil untuk menanggulangi kejahatan, berarti akan dilaksanakan politik hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang sesuai dengan

2


(34)

18

keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang.3

Selain itu kebijakan kriminal juga merupakan bagian integral dari kebijakan sosial (social policy). Kebijakan sosial dapat diartikan sebagai usaha yang rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat (social welfare policy) dan sekaligus mencakup perlindungan masyarakat (social defance policy). Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan akhir tujuan utama dari kebijakan kriminal ialah perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan. Upaya menggulangi kejahatan dapat menggunakan dua sarana:

a. Kebijakan Pidana dengan Sarana Penal.

Sarana penal adalah penanggulangan kejahatan dengan menggunakan hukum pidana yang didalamnya terdapat dua masalah sentral, yaitu:

a. Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana.

b. Sanksi apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan kepada pelanggar.

b. Kebijakan Pidana dengan Saran Non Penal

Kebijakan penanggulangan kejahatan dengan sarana non penal hanya meliputi penggunaan sarana sosial untuk memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu, namun secara tidak langsung mempengaruhi upaya pencegahan terjadinya kejahatan.4

3

Sudarto, 1983, hlm 109. 4


(35)

19

C. Pengertian Kejahatan

Kejahatan menurut kamus bahasa Indonesia yaitu perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku yang telah disahkan oleh hukum tertulis (hukum pidana). Kitab undang-undang hukum pidana, tidak ada satu definisi pun tentang kejahatan. Dalam buku II kitab undang-undang hukum pidana hanya memberikan perumusan perbuatan manakah yang dianggap suatu kejahatan. Misalnya pasal 338 KUHP: Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Membedakan pengertian kejahatan secara yuridis dan pengertian secara sosiologis. Ditinjau dari segi yuridis pengertian kejahatan adalah suatu perbuatan/tingah laku yang bertentangan dengan undang-undang. Sedangkan ditinjau dari segi sosiologis, maka yang dimaksudkan dengan kejahatan artinya perbuatan atau tingkah-laku yang selain merugikan si penderita, juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan ketentraman dan ketertiban.5

Kejahatan bukanlah fenomena alamiah, melainkan fenomena sosial dan historis, sebab tindakan menjadi kejahatan haruslah dikenal, diberi cap dan ditanggapi sebagai kejahatan. Dimana harus ada masyarakat yang normanya, aturannya dan hukumnya dilanggar, disamping adanya lembaga yang tugasnya menegakan norma-norma dan menghukum pelanggarnya. Gejala

5


(36)

20

yang dirasakan kejahatan pada dasarnya terjadi dalam proses dimana ada interaksi sosial antara bagian dalam masyarakat yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perumusan tentang kejahatan dengan pihak-pihak mana yang melakukan kejahatan.

D. Tinjaun Umum Tentang Preman a. Pengertian Preman

Fenomena premanisme di indonesia mulai berkembang hingga sekarang pada saat ekonomi semakin sulit dan angka pengangguran semakin tinggi. Akhirnya kelompok masyarakat usia kerja mulai mencari cara untuk mendapatkan penghasilan, biasanya melalui pemerasan dalam bentuk penyedian barang dan jasa yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Jika dilihat secara historis, premanisme sudah marak sejak zaman jawa kuno. Dalam pertemuan ilmiah Arkelogi IV di Cipanas, 1986. Fenomena kekerasan dalam masyarakat jawa kuno dapat diketahui melalui kajian arkelogi dan sunber-sunber tertulis berupa prasasti, lontar, serta naskah-naskah. Adapun penggambaran dalam beberapa panil relife candi terdapat di candi Mendut di Jawa Tengah serta Candi Surawana dan Rimbi di Jawa Timur.

Pemerintah kini sedang disibukan oleh ulah para preman yang sering mengganggu ketentraman dan segala bentuk ketidaknyamanan bagi masyarakat. Polisi sebagai pengayom masyarakat harus bekerja keras dan menumpas habis segala bentuk kejahatan. Namun usaha itu sia-sia jika tidak didukung sepenuhnya oleh masyarakat.


(37)

21

Pengertian premanisme itu sendiri adalah berasal dari kata Belanda yaitu vrijiman yang berarti orang bebas. Sedangkan imbuhan isme berarti aliran, dalam hal ini premanisme adalah sebutan perjoatif yang sering digunakan untuk menunjuk kepada kegiatan sekelompok orang yang mendapatkan penghasilannya terutama dari pemerasan kelompok masyarakat lain.6

Adapun yang mengartikan premanisme sebagai aksi yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap individu atau kelompok masyarakat lain dengan menggunakan cara-cara kekerasan, intimidasi dan cenderung melanggar nilai, norma dan melanggar hukum yang berlaku di tengah masyarakat. Aksi premanisme identik dengan kegiatan yang membahayakan orang lain dan juga membahayakan pelaku premanisme itu sendiri.7

Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia, preman memiliki dua arti yaitu:

a. Orang pinggiran atau masyarakat sipil

6

( http://id.wikipedia.org/wiki/Premanisme) diunduh pada tanggal 17 Desember 2014 jam 08.37

7

http//www.merakyat.com/sosial/humanisme/1838-solusi Mengurangi Premanisme dengan Pemberdayaan Sosial Ekonomi,diunduh pada tanggal 17 Desember 2014 jam 11.20


(38)

22

b. Preman berarti sebutan kepada orang jahat, baik itu penodong, perampok, pemeras, dan sebagainya.8

E. Teori-teori Penyebab Terjadinya Kejahatan

Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan yaitu:

a. Faktor personal, termasuk didalamnya faktor biologis (umur, jenis kelamin, keadaan mental).

b. Faktor situasional, seperti situasi konflik, faktor tempat dan waktu.

Setiap manusia berhak memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Perbuatan berdasarkan pertimbangan untuk memilih kesenangan atau sebaliknya yaitu penderitaan. Dengan demikian, setiap perbuatan yang dilakukan sudah tentu lebih banyak mendatangkan kesenangan dengan konskuensi yang telah dipertimbangkan, walaupun dengan pertimbangan perbuatan tersebut lebih banyak mendatangkan kesenangan.9

Teori Lambroso tentang born criminal (penjahat yang dilahirkan) menyatakan bahwa “para penjahat adalah suatu bentuk yang lebih rendah dalam kehidupan, lebih mendekati nenek moyang mereka yang mirip kera dalam hal sifat bawaan dan watak dibanding mereka yang bukan penjahat. Mereka dapat dibedakan dari non-kriminal melalui beberapa atavistic stigmata– ciri-ciri fisik dari makhluk pada tahap awal perkembangan, sebelum mereka benar-benar menjadi manusia. beralasan bahwa seringkali

8

Kamus Besar Bahasa Indonesia, di jakarta, PT. Aksara, pada tahun 1987, hlm 476 9


(39)

23

para penjahat memiliki rahang yang besar dan gigi taring yang kuat. Suatu sifat yang pada umumnya dimiliki makhluk karnivora yang merobek dan melahap daging mentah. Jangkauan/rentang lengan bawah dari para penjahat sering lebih besar dibanding tinggi mereka, sebagaimana dimiliki kera yang menggunakan tangan mereka untuk menggerakkan tubuh mereka di atas tanah.10

Suatu masyarakat yang berorientasi kelas, kesempatan untuk menjadi yang teratas tidaklah dibagikan secara merata. Sangat sedikit anggota kelas bawah mencapainya. Struktur sosial merupakan akar dari masalah kejahatan. Kejahatan dapat timbul karena adanya dua macam faktor yaitu :

a. Faktor pembawaan

Yaitu bahwa seorang menjadi penjahat karena pembawaan atau bakat alamiah, maupun karena kegemaran atau hobby. Kejahatan karena pembawaan itu timbul sejak anak itu dilahirkan ke dunia seperti : keturunan/anak-anak yang berasal dari keturunan/orang tuanya adalah penjahat minimal akan diwariskan oleh perbuatan orang tuanya, sebab buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.11

Pertumbuhan fisik dan meningkatnya usia ikut pula menentukan tingkat kejahatan.

10

Lambroso, Kriminologi, 2001, hlm 37 11


(40)

24

Dalam teori ilmu pendidikan dikatakan bahwa ketika seorang anak masih kanak-kanak, maka pada umumnya mereka suka melakukan kejahatan perkelahian atau permusuhan kecil-kecilan akibat perbuatan permainan seperti kelereng/nekeran. Ketika anak menjadi akil balik (kurang lebih umur 17 sampai 21 tahun), maka kejahatan yang dilakukannya adalah perbuatan seks seperti perzinahan, dan pemerkosaan. Antara umur 21 sampai dengan 30 tahun, biasanya mereka melakukan kejahatan dibidang ekonomi. Sedangkan antara umur 30 sampai 50 di mana manusia telah memegang posisi kehidupan yang mantap, maka mereka sering melakukan kejahatan penggelapan, penyalahgunaan kekuasaan, dan seterusnya.

b. Faktor lingkungan

Manusia masih melakukan kejahatan karena pengetahuan tentang kebajikan tidak nyata baginya. Socrates menunjukkan bahwa pendidikan yang dilaksanakan di rumah maupun di sekolah memegang peranan yang sangat penting untuk menentukan kepribadian seseorang. Sebab ada pepatah mengatakan apabila guru kencing berdiri, maka murid pun akan kencing berlari oleh karena itu menciptakan lingkungan yang harmonis adalah merupakan kewajiban bagi setiap orang, masyarakat maupun negara.12

12


(41)

25

Teori Kejahatan dari Perspektif Sosiologis

Secara sosiologis kejahatan merupakan suatu perilaku manusia yang diciptakan oleh masyarakat. Ada hubungan timbal-balik antara faktor-faktor umum sosial politik-ekonomi dan bangunan kebudayaan dengan jumlah kejahatan dalam lingkungan itu baik dalam lingkungan kecil maupun besar. Teori-teori sosiologis mencari alasan-alasan perbedaan dalam hal angka kejahatan di dalam lingkungan sosial. Teori-teori ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori umum yaitu: strain, cultural deviance (penyimpangan budaya), social kontrol (kontrol sosial).13

Teori strain dan penyimpangan budaya memusatkan perhatian pada kekuatan-kekuatan sosial (social forces) yang menyebabkan orang melakukan aktivitas kriminal. Sebaliknya, teori kontrol sosial mempunyai pendekatan berbeda, teori ini berdasarkan satu asumsi bahwa motivasi melakukan kejahatan merupakan bagian dari umat manusia. Teori kontrol sosial mengkaji kemampuan kelompok-kelompok dan lembaga-lembaga sosial membuat aturan-aturannya efektif.

Upaya Penanggulangan Kejahatan

Penanggulangan kejahatan secara hukum dimaksudkan penyelenggaraan penegakan hukum pidana. Penegakan hukum pidana dapat diartikan sangat luas sekali, bukan saja tindakan yang represif sesudah terjadi kejahatan dan

13


(42)

26

ketika ada prasangka sedang terjadi kejahatan, akan tetapi meliputi tindakan preventif sebagai usaha menjaga kemungkinan akan terjadinya kejahatan dan menangkal kejahatan tetap pada garis batas yang terendah. Penegakan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan penanggulangan kejahatan (politik kriminal), dengan tujuan akhir adalah perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan. Dengan demikian penegakan hukum pidana yang merupakan bagian hukum pidana perlu ditanggulangi dengan penegakan hukum pidana berupa penyempurnaan peraturan perundang-undangan dengan penerapan dan pelaksanaan hukum pidana dan meningkatkan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam menanggulangi tindak pidana. Penanggulangan ditetapkan dengan cara :

1. Penerapan hukum pidana 2. Pencegahan tanpa pidana


(43)

2

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan melalui penelaahan terhadap teori-teori, konsep-konsep, dokumen-dokumen hukum berupa

undang-undang, undang-undang, makalah-makalah, serta

perumusan-perumusan yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dan diteliti.

Selain itu penulis juga menggunakan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan mengadakan penelitian di lapangan, untuk meliahat realitas bagaimana penerapan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana premanisme. Tujuannya adalah untuk memproleh data murni tentang masalah yang dibahas dalam skripsi ini. Pendekatan yuridis normatif dan empiris maksudnya untuk memproleh gambaran yang jelas, cermat dan mendalam mengenai gejala dan obyek yang di teliti dalam skripsi ini.


(44)

28

B. Sumber dan Jenis Data 1. Sumber Data

Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder.

a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari anggota Kepolisian Daerah Lampung Timur dan Kepolisian Daerah Lampung (Polda Lampung) mengenai tugas dan wewenang aparat penegak hukum sebagai penyelenggara peradilan di masyarakat dalam penerapan sanksi pidana bagi para pelaku pemerasan

b. Data skunder adalah data-data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait berupa data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.1

2. Jenis Data

Sumber data yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah bersumber pada:

a. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa informasi kinerja Kepolisian terutama Sat Reskrim Kriminal Umum Subdit Jatanras Polres Lampug Timur dalam penanggulangan kasus Premanisme.

b. Data skunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa sejarah singkat mengenai daerah Lampung Timur yang diperoleh dari

1


(45)

29

kantor BPS Provinsi Lampung, KUHP (kitab undang-undang hukum pidana), dan buku-buku.

C. Penentuan Narasumber a. Narasumber

Narasumber adalah seseorang yang memberikan informasi yang

diinginkan dan dapat memberikan tanggapan mengenai informasi yang di berikan. Narasumber dalam penelitian ini berjumlah 4 orang.

Narasumber dalam penelitian ini berjumlah 4 orang yang terdiri dari:

1. Kasat Subdit Jatanras Polres Lampung Timur 1 orang

2. Admin Subdit Jatanras Polres Lampung Timur 1 orang

3. Kasat Sabhara Polres Lampung Timur 1 orang

Jumlah 3 orang

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

a. Studi dokumentasi dan studi pustaka, studi dokumentasi dan studi pustaka ini dilakukan dengan jalan membaca teori-teori dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (bahan hukum primer, skunder dan bahan buku tersier). Kemudian menginventarisir dan kemudian mensistematisirnya.

b. Wawancara, wawancara ini dipergunakan untuk mengempulkan data primer yaitu dengan cara wawancara terarah atau directive interview. Dalam pelaksanaan wawancara terlebih dahulu melaksanakan


(46)

30

pertanyaan yang akan di tanyakan kepada pihak kepolisian, tokoh adat, masyarakat, dan akedimisi.

c. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data yang telah di peroleh maka penulis melakukn kegiatan-kegiatan antara lain:

1. Editing yaitu memeriksa kembali mengenai kelengkapan, kejelasan dan kebenaran data yang telah diterima serta relevansinya dalam penelitian.

2. Klasifikasi data adalah suatu kumpulan data yang diperoleh perlu disusun dalam bentuk logis dan ringkas, kemudian disempurnakan lagi menurut ciri-ciri data dan kebutuhan penelitian yang diklasifikasikan sesuai jenisnya.

3. Sistematis data yaitu melakukan penyusunan data secara sistematis sesuai dengan jenis dan pokok bahasan dengan maksut memudahkan dalam menganalisis data tersebut.

E. Analisis Data

Analisa data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian diinterprestasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Analisa data yang dapat dipergunakan dalam penelitian ini adalah menyederhanakan data kedalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterprestasikan.2 Pada penganalisaan data, dipergunakan analisis kualitatif dengan cara mendeskripsikan data mengenai

langkah-2


(47)

31

langkah kebijakan yang dilakukan pihak Kepolisian Resor Lampung Timur dalam penerapan Sanksi Pidana pada pelaku pemerasan yang ada di Sepanjang Jalan Lintas Timur.


(48)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uarain di atas dan hasil pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Upaya penanggulangan kejahatan pemerasan di jalan lintas timur oleh Kepolisian Resor Lampung Timur terutama Sat Reskrim Subdit Jatanras Polres Lampung Timur adalah menekankan pada keamanan ditingkat desa, libatkan penduduk secara aktif, melakukan kegiatan patroli rutin yang di dampingi oleh kepolisian daerah setempat, razia rutin gabungan, kegiatan kringresere, metode dan peralatan lengkap, mudahkan komunikasi dengan polisi dan tentukan tindakan yang tepat. Dalam penanggulangan aksi pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman di sepanjang jalan lintas timur, upaya yang dilakukan oleh Sat Reskrim Subdit Jatanras Polres Lampung Timur adalah melakukan tindakan represif yaitu tindakan penangkapan yang memang sebelumnya pihak kepolisian sudah menerima laporan dari masyarakat mengenai permasalahan atau pun kasus premanisme ini, setelah itu satuan reskrim juga dalam setiap melakukan kegiatan ataupun represif selalu meggunakan dasar hukum yang sudah ada di KUHAP dan juga Sat Reskrim Subdit Jatanras mempunyai dasar peraturan yang ada Perkap yang sudah di atur oleh pimpinan Polri.


(49)

44

2. Faktor penghambat Kepolisian Resor Lampung Timur dalam

menanggulangi kejahatan pemerasan oleh kelompok preman di jalan lintas timur adalah kurangnya kontak masyarakat dengan pihak kepolisian karena jarak antara pos polisi dengan tempat kejadian pemerasan yang cukup jauh serta Serta masih banyak korban pemerasan yang di lakukan oleh kelompok preman ini tidak mau melaporkan kejadian tersebut dengan pihak kepolisian, Sehingga preanan satuan reskrim polres lampung timur dalam hal ini adalah upaya preemtif dan upaya represif

Adapun faktor-faktor penghambat lainya adalah sebagai berikut :

Faktor-faktor penghambat peran satuan reskrim polres lampung timur dalam upaya menanggulangi tindak pidana pemerasan yang di lakukan oleh kelompok preman:

a. Faktor Sumber Daya Aparat Penegak Hukum

b. Faktor Sarana dan Prasarana Yang Menunjang Proses Penegakan Hukum

c. Faktor Masyarakat

d. Faktor Kebudayaan


(50)

45

B. Saran

Berdasarkan uraian diatas dan hasil pembahasan maka dapat di ambil saran sebagai berikut :

a. Polres lampung timur terutama satuan reskrim lebih dapat melakukan tindakan yang cepat dan juga tanggap untuk menaggulangi aksi pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman ini, lebih meningkatkan patroli rutin di setiap wilayah yang terbilang rawan akan akasi pemerasan oleh kelompok preman penambahan personil maupun pos pemantauan di daerah-daerah yang terbilang rawan akan aksi pemerasan, kordinasi pihak kepolisian antar wilayah karena aksi pemerasan ini bukan hanya ada di satu titik saja tetapi banyak titik, dan diperlukan pembangunan pendidikan bagi anggota polri demi meningkatkan sumberdaya polri agar lebih profesional dalam setiap menjalankan tugas yang di berikan, contohnya dalam upaya penanggulangan akasi pemerasan yang di lakukan oleh kelompok preman ini.

b. Meningkatkan kordinasi anatar pihak-pihak terkait dengan Polres Lampung Timur dan masyarakat dalam hal ini membantu pihak kepolisian dalam proses upaya penanggulangan kejahatan pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman, kesadaran dan kerjasama yang baik antara masyarakat dan pihak kepolisian pada waktu terjadi tindak pidana pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman agar segera melaporkannya kepada pihak kepolisian, dan pihak kepolisian pun harus segera melakukan tindakan yang sebagaimana harusnya dilakukan oleh pihak kepolisian yaitu menegakan keadilan dan ketentraman bagi masyarakat.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. Lampung Timur Dalam Angka. 2012. Divisi Hukum Sat Reskrim Subdit Jatanras Polda Lampung. 2015.

E. Utrech, Saleh Djinjang, Moh. 1983. Pengantar Dalam Hukum Indonesia. PT. Ichtiar Baru. Jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1987. PT. Aksara. Jakarta.

Lambroso. 2001. Kriminalogi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Muhamad, A. 2004. Hukum Dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti.

Bandung.

Nawawi, Brada. 2003. Kebijakan Hukum Pidana. PT. Kencana. Jakarta. Wawancara Dengan Kasat Reskrim Polres Lampung Timur, Polres Lampung

Timur. 03 Maret 2015

Separovic. 1996. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kejahatan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soesilo, R., B. Bosu. 1991. Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum Dan

Delik-Delik Khusus. Politela. Bogor

Soerjono, Soekamto. 1975. Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka

Pembangunan Indonesia. Yayasan Penerbit UI. Jakarta.

1983.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan

Hukum.Raja Grafindo Persada. Jakarta.

1986.Metode Penelitian Sosial. Bina Rupa Aksara. Jakarta.

Sudarto. 1983. Hukum Dan Hukum Pidana. Badan Penyedia Bahan Kuliah Fakultas Hukum. UNDIP. Semarang.

http://LampungToday.com

http;//merakyat.com/sosial/humanisme http://Wikipedia.org/jalanrayalintastimur http://Wikipedia.org/wiki/premanisme


(1)

pertanyaan yang akan di tanyakan kepada pihak kepolisian, tokoh adat, masyarakat, dan akedimisi.

c. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data yang telah di peroleh maka penulis melakukn kegiatan-kegiatan antara lain:

1. Editing yaitu memeriksa kembali mengenai kelengkapan, kejelasan dan kebenaran data yang telah diterima serta relevansinya dalam penelitian.

2. Klasifikasi data adalah suatu kumpulan data yang diperoleh perlu disusun dalam bentuk logis dan ringkas, kemudian disempurnakan lagi menurut ciri-ciri data dan kebutuhan penelitian yang diklasifikasikan sesuai jenisnya.

3. Sistematis data yaitu melakukan penyusunan data secara sistematis sesuai dengan jenis dan pokok bahasan dengan maksut memudahkan dalam menganalisis data tersebut.

E. Analisis Data

Analisa data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian diinterprestasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Analisa data yang dapat dipergunakan dalam penelitian ini adalah menyederhanakan data kedalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterprestasikan.2 Pada penganalisaan data, dipergunakan analisis kualitatif dengan cara mendeskripsikan data mengenai

langkah-2


(2)

31

langkah kebijakan yang dilakukan pihak Kepolisian Resor Lampung Timur dalam penerapan Sanksi Pidana pada pelaku pemerasan yang ada di Sepanjang Jalan Lintas Timur.


(3)

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uarain di atas dan hasil pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Upaya penanggulangan kejahatan pemerasan di jalan lintas timur oleh Kepolisian Resor Lampung Timur terutama Sat Reskrim Subdit Jatanras Polres Lampung Timur adalah menekankan pada keamanan ditingkat desa, libatkan penduduk secara aktif, melakukan kegiatan patroli rutin yang di dampingi oleh kepolisian daerah setempat, razia rutin gabungan, kegiatan kringresere, metode dan peralatan lengkap, mudahkan komunikasi dengan polisi dan tentukan tindakan yang tepat. Dalam penanggulangan aksi pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman di sepanjang jalan lintas timur, upaya yang dilakukan oleh Sat Reskrim Subdit Jatanras Polres Lampung Timur adalah melakukan tindakan represif yaitu tindakan penangkapan yang memang sebelumnya pihak kepolisian sudah menerima laporan dari masyarakat mengenai permasalahan atau pun kasus premanisme ini, setelah itu satuan reskrim juga dalam setiap melakukan kegiatan ataupun represif selalu meggunakan dasar hukum yang sudah ada di KUHAP dan juga Sat Reskrim Subdit Jatanras mempunyai dasar peraturan yang ada Perkap yang sudah di atur oleh pimpinan Polri.


(4)

44

2. Faktor penghambat Kepolisian Resor Lampung Timur dalam menanggulangi kejahatan pemerasan oleh kelompok preman di jalan lintas timur adalah kurangnya kontak masyarakat dengan pihak kepolisian karena jarak antara pos polisi dengan tempat kejadian pemerasan yang cukup jauh serta Serta masih banyak korban pemerasan yang di lakukan oleh kelompok preman ini tidak mau melaporkan kejadian tersebut dengan pihak kepolisian, Sehingga preanan satuan reskrim polres lampung timur dalam hal ini adalah upaya preemtif dan upaya represif

Adapun faktor-faktor penghambat lainya adalah sebagai berikut :

Faktor-faktor penghambat peran satuan reskrim polres lampung timur dalam upaya menanggulangi tindak pidana pemerasan yang di lakukan oleh kelompok preman:

a. Faktor Sumber Daya Aparat Penegak Hukum

b. Faktor Sarana dan Prasarana Yang Menunjang Proses Penegakan Hukum c. Faktor Masyarakat

d. Faktor Kebudayaan e. Faktor Geografis


(5)

B. Saran

Berdasarkan uraian diatas dan hasil pembahasan maka dapat di ambil saran sebagai berikut :

a. Polres lampung timur terutama satuan reskrim lebih dapat melakukan tindakan yang cepat dan juga tanggap untuk menaggulangi aksi pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman ini, lebih meningkatkan patroli rutin di setiap wilayah yang terbilang rawan akan akasi pemerasan oleh kelompok preman penambahan personil maupun pos pemantauan di daerah-daerah yang terbilang rawan akan aksi pemerasan, kordinasi pihak kepolisian antar wilayah karena aksi pemerasan ini bukan hanya ada di satu titik saja tetapi banyak titik, dan diperlukan pembangunan pendidikan bagi anggota polri demi meningkatkan sumberdaya polri agar lebih profesional dalam setiap menjalankan tugas yang di berikan, contohnya dalam upaya penanggulangan akasi pemerasan yang di lakukan oleh kelompok preman ini.

b. Meningkatkan kordinasi anatar pihak-pihak terkait dengan Polres Lampung Timur dan masyarakat dalam hal ini membantu pihak kepolisian dalam proses upaya penanggulangan kejahatan pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman, kesadaran dan kerjasama yang baik antara masyarakat dan pihak kepolisian pada waktu terjadi tindak pidana pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman agar segera melaporkannya kepada pihak kepolisian, dan pihak kepolisian pun harus segera melakukan tindakan yang sebagaimana harusnya dilakukan oleh pihak kepolisian yaitu menegakan keadilan dan ketentraman bagi masyarakat.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. Lampung Timur Dalam Angka. 2012. Divisi Hukum Sat Reskrim Subdit Jatanras Polda Lampung. 2015.

E. Utrech, Saleh Djinjang, Moh. 1983. Pengantar Dalam Hukum Indonesia. PT. Ichtiar Baru. Jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1987. PT. Aksara. Jakarta.

Lambroso. 2001. Kriminalogi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Muhamad, A. 2004. Hukum Dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti.

Bandung.

Nawawi, Brada. 2003. Kebijakan Hukum Pidana. PT. Kencana. Jakarta. Wawancara Dengan Kasat Reskrim Polres Lampung Timur, Polres Lampung

Timur. 03 Maret 2015

Separovic. 1996. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kejahatan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soesilo, R., B. Bosu. 1991. Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum Dan Delik-Delik Khusus. Politela. Bogor

Soerjono, Soekamto. 1975. Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka Pembangunan Indonesia. Yayasan Penerbit UI. Jakarta.

1983.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Raja Grafindo Persada. Jakarta.

1986.Metode Penelitian Sosial. Bina Rupa Aksara. Jakarta.

Sudarto. 1983. Hukum Dan Hukum Pidana. Badan Penyedia Bahan Kuliah Fakultas Hukum. UNDIP. Semarang.

http://LampungToday.com

http;//merakyat.com/sosial/humanisme http://Wikipedia.org/jalanrayalintastimur http://Wikipedia.org/wiki/premanisme