Kajian Kritis Terhadap Kemampuan Intrinsik Sektor Pariwisata Sabang

KAJIAN KRITIS TERHADAP KEMAMPUAN INTRINSIK SEKTOR PARIWISATA SABANG
HMMCJ WIRTJES IV (YANCE)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan Selama ini Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Sabang ( BPKS ) diketahui secara luas memiliki programprogram yang meliputi 4 ( empat ) sektor unggulan. Empat sektor unggulan itu adalah sektor perdagangan dan jasa, sektor perindustrian, sektor perikanan, dan sektor pariwisata.
Secara normatif, sebuah sektor pembangunan dinyatakan sebagai sektor unggulan di suatu wilayah, harus didukung atau berbasis pada kemampuan intrinsik wilayah, yang sesuai dengan sektor tersebut. Kemampuan intrinsik suatu wilayah dapat diukur pada 2 ( dua ) tingkatan ( level ) yaitu pada level potensi dan level aktual. Dengan mengukur kemampuan intristik suatu wilayah, dapat diketahui dan dikaji : 1. Kelebihan, keterbatasan dan kekurangan dari kemampuan intrinsik ; 2. Berbagai kemungkinan upaya mitigasi ( memperbesar keunggulan dan
memperkecil kelemahan ) kemampuan intrinsik. Berdasarkan analisis kemampuan intrinsik, dapat ditentukan sektor-sektor
pembangunan yang sesuai dan jika dinilai layak, dapat dijadikan sektor unggulan. Alur berpikir yang rasional dalam menentukan suatu sektor pembangunan sebagai sektor unggulan adalah seperti yang ditunjukkan pada bagan alir ( flow chart ) di bawah ini:

©2003 Digitized by USU digital library

1

Kemampuan intrinsik wilayah

Sektor-sektor pembangunan

Potensi

Aktual


Mitigasi

+
Kemampuan intrinsik wilayah

Penentuan sektor unggulan

Penyusunan rencana umum

Penyusunan rencana detail

Sampai saat ini belum dijumpai hasil studi / kajian kemampuan intrinsik Kawasan Sabang yang dijadikan dasar bagi penentuan sektor unggulan. Berdasarkan alasan di atas, tulisan ini disusun untuk menelaah kemampuan intrinsik sektor unggulan BPKS. Tulisan ini memfokuskan perhatian pada salah satu sektor unggulan yaitu sektor pariwisata. Walaupun demikian, bukan

©2003 Digitized by USU digital library

2

berarti sektor lain diabaikan. Sektor unggulan lainnya akan dikaji pada kesempatan berikutnya.
Sektor Pariwisata Sebagai Sektor Unggulan Hampir semua publikasi yang dikeluarkan BPKS menyebutkan bahwa
sektor pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan yang ditawarkan kepada investor untuk dikembangkan. Sudah terlalu sering dibicarakan bahwa potensi pariwisata Sabang sangat besar, sehingga pernyataan tersebut sudah seperti dogma yang diterima begitu saja sebagai kebenaran. Tidak pernah terlintas dalam pikiran untuk mengkritisi pernyataan tersebut. Kondisi demikian jelas tidak menguntungkan, karena akan membuat orang terlena dan tidak terangsang memikirkan gagasan-gagasan baru yang konstruktif. Tanpa gagasan segar, kajian rinci, detail, suatu program unggulan tidak akan terealisasi.

Prosedur Penilaian Pernyataan bahwa potensi pariwisata Sabang sangat besar, pada dasarnya
adalah suatu hasil penilaian. Selama ini tidak pernah dijelaskan bagaimana prosedur yang ditempuh dari tahap awal sampai perumusan hasil penilaian. Menurut kaidah ilmiah, sebelum melakukan penilaian terhadap sesuatu, beberapa persyaratan harus dipenuhi dan mengikuti suatu prosedur tertentu. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dan prosedur yang harus ditempuh adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan konsep yang akan dinilai. Dalam konteks tulisan ini, konsep
yang akan dinilai adalah potensi pariwisata Sabang. 2. Menjabarkan konsep ke dalam bentuk parameter-parameter yang dapat
diukur secara kuantitatif. Parameter inilah yang akan menjadi tolok ukur. Tolok ukur ini harus memiliki kriteria objektif. 3. Instrumen pengukuran yang digunakan harus memiliki nilai reliabilitas dan validitas. Nilai reliabilitas suatu instrumen menunjukkan kehandalan, keakuratan dan objektifitas. Nilai validitas menunjukkan ketepatan dan kesesuaian antara alat ukur dengan objek yang diukur. Alat ukur yang digunakan harus memiliki satuan ukuran dan menggunakan skala ukuran ratio atau minimal skala ukuran interval. 4. Memiliki data pembanding dalam kategori yang relatif setara.
Proses Penilaian Setelah persyaratan di atas dipenuhi, baru dapat dilakukan penilaian. Pada
level potensi, suatu wilayah dinilai mempunyai potensi pariwisata yang besar jika memiliki 8 ( delapan ) parameter yang dikenal sebagai 8 S yaitu: Sea, Sun, Sand, Souvenir, Situs, Show, Service, Security. Delapan parameter tersebut dapat diukur secara kuantitatif.
Suatu lokasi wisata yang baik harus memiliki unsur air, dapat berupa laut, danau / telaga, sungai dan jeram. Ekosistem Sabang adalah ekosistem perairan dengan indeks keanekaragaman (diversity index) yang tinggi, memiliki danau vulkanik dan jeram, sehingga layak diberi nilai +1.
Cahaya matahari juga merupakan faktor penting bagi suatu lokasi wisata. Parameter ini diukur dengan intensitas penyinaran dalam waktu setahun. Sabang terletak di khatulistiwa yang sudah tentu mendapat penyinaran matahari sepanjang tahun, sehingga dapat diberi nilai +1.
Pantai berpasir merupakan area bermain dan bersantai yang sangat disukai wisatawan. Suatu wilayah wisata pantai kurang berbobot jika tidak memiliki pantai berpasir yang memadai. Ditinjau dari segi geologi pulau Weh adalah sebuah pulau vulkanik. Indikasinya terlihat dari material batuannya, sebagian besar ( 70 % ) adalah batuan vulkanik. Pada umumnya sebuah pulau vulkanik memiliki pantai curam, dalam dan berbatu. Sebagian besar pantai di Sabang adalah pantai berbatu. Hanya ada beberapa pantai berpasir dalam skala ukuran kecil.

©2003 Digitized by USU digital library

3

Beberapa pantai yang dimaksud adalah pantai Sumur Tiga ( 500 m ), pantai Gapang ( 100 m ), pantai Kasih ( 100 m ), pantai Anoi Itam ( 300 m ). Lebar rata-rata pantai-pantai tersebut ± 20 m. Kuantitas pasir yang ada dipantai-pantai tersebut tidak konstan sepanjang tahun. Pada musim Angin Barat, pasir di pantai-pantai Barat Sabang jauh berkurang, begitu pula sebaliknya.
Luas pantai berpasir di Sabang kurang memadai untuk dijadikan area bersantai dan bermain. Sebagai perbandingan, pantai Copacobana dan pantai Ipanema dikota Rio De Janeiro, Brazil memiliki panjang masing-masing ± 4 km dan lebar lebih dari 100 m. Pantai di kota Jayapura memiliki panjang ± 3 km dan lebar berkisar 50 - 60 m. Pada parameter pantai berpasir, Sabang mendapat nilai -1.
Ketiga parameter di atas dapat dikategorikan sebagai panorama alam. Pada kategori ini, Sabang memperoleh nilai positif, sehingga dapat dikatakan unggul. Keunggulan ini menjadi lebih nyata karena Sabang memiliki taman laut dengan terumbu karang dan biota air. Terumbu karang dan biota air di taman laut perairan Sabang memiliki keanekaragaman yang tinggi dan beberapa jenis tergolong langka.
Panorama alam yang indah saja belum cukup untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Panorama alam harus dilengkapi dengan parameter kategori lain yaitu kuantitas dan kualitas budaya materi ( material culture ) dan budaya non materi ( non material culture ).
Cenderamata ( souvenir ) bukan sekedar aksesoris pelengkap bagi suatu daerah tujuan wisata. Disamping foto, film, CD, cenderamata adalah benda yang dapat diasosiasikan dengan suatu kenangan ( memori ) akan suatu ruang - waktu tertentu.Suatu daerah wisata yang berpotensi besar seharusnya mampu mengembangkan cenderamata dari berbagai macam bahan yaitu: 1. Bahan alami, terdiri dari bahan-bahan organik dan anorganik; 2. Bahan sintetik. Dari bahan-bahan tersebut melalui keterampilan khusus dan sentuhan seni, dapat dihasilkan cenderamata berkualitas tinggi.
Sampai saat ini Sabang memiliki cendera mata yang terbatas ditinjau dari segi bahan, dan variasi produk. Bahan yang digunakan hanya satu jenis ( batang pohon kelapa ) dan produknya berupa benda-benda peralatan rumah tangga (peralatan makan, dan hiasan rumah). Jika dibandingkan dengan Bali dan Yogyakarta, kuantitas dan kualitas cenderamata Sabang tidak memadai sehingga layak jika diberi nilai -1.

Situs arkeologi dan benda-benda bersejarah adalah warisan budaya (heritage) umat manusia dan memiliki daya tarik yang besar untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu daerah. Negara-negara Mesir, Israel, Cina, Spanyol dan negara-negara di Eropa berhasil menarik jumlah wisatawan yang besar dengan mengandalkan kekayaan situs arkeologi dan warisan budaya. Sabang sebenarnya mempunyai situs arkeologi yang cukup banyak dan bervariasi.
Tiga dasawarsa yang lalu Sabang mempunyai situs arkeologi relatif lengkap dan dalam kondisi baik berupa karantina haji permanen yang pertama di Indonesia. Situs tersebut berlokasi di Pulau Rubiah. Selain itu di Sabang terdapat bangunan-bangunan kantor, rumah tinggal berarsitektur Kolonial, dermaga pelabuhan lama berikut derek (crane) yang sangat langka, kompleks kuburan Belanda dan di sekeliling pesisir pantai Pulau Weh terdapat benteng-benteng pertahanan peninggalan dari zaman Perang Dunia II yang dibangun oleh Jepang. Sekarang, sebagian besar situs arkeologi dan benda warisan budaya di Sabang sudah hancur, rusak dan tidak terawat. Sebagian besar kehancuran disebabkan oleh perilaku vandalisme dari masyarakat Sabang sendiri. Hal ini sangat disesalkan karena hal itu berarti menghancurkan aset pariwisata Sabang.
Sementara itu daerah-daerah tujuan wisata lainnya berlomba-lomba memelihara situs arkeologi dan benda warisan budayanya. Ada hubungan yang

©2003 Digitized by USU digital library

4

sangat signifikan antara kekayaan situs dan warisan budaya suatu daerah dengan lama tinggal wisatawan di daerah tersebut dan hal itu jelas berpengaruh terhadap jumlah uang yang dibelanjakan wisatawan. Berdasarkan kondisi tersebut nilai parameter ini yang layak diberikan adalah -1.
Atraksi pertunjukan (show) merupak faktor penarik yang cukup besar dari suatu daerah wisata. Tanpa atraksi show, wisatawan akan melewati malam yang sepi dan membosankan. Sampai saat ini di Sabang tidak terdapat kelompok-kelompok yang aktif di bidang bisnis pertunjukan (showbiz). Belum ada perusahaan atau perorangan yang mengorganisir bisnis pertunjukan (event organizer). Disamping itu Sabang tidak memiliki sarana tempat penyelenggaraan pertunjukan yang dilengkapi dengan peralatan audiovisual berteknologi tinggi. Sabang juga sepi dari kegiatan pameran seni, pameran dagang, pertandingan perlombaan dalam bidang olah raga. Kondisi ini amat berbeda jika dibandingkan dengan daerah wisata di Bali, Jawa atau Langkawi, Penang (Malaysia) dan Phuket (Thailand). Dalam parameter ini Sabang mendapat nilai -1.
Pelayanan (service) adalah parameter yang terabaikan dalam manajemen pariwisata di Sabang. Pelayanan profesional di bidang pariwisata hanya dapat diberikan oleh tenaga-tenaga terdidik di bidangnya. Hampir seluruh orang yang bergerak pada bidang pariwisata di Sabang tidak berpendidikan di bidangnya. Oleh karena itu wajar saja jika Sabang mendapat nilai -1 dari parameter ini.
Tidak ada orang yang meragukan pernyataan bahwa keamanan merupakan faktor terpenting dalam upaya meningkatkan jumlah wisatawan. Wilayah yang tidak aman akan segera ditinggalkan. Hal ini sudah terbukti dengan kejadian ledakan bom di Bali beberapa bulan yang lalu.
Dalam lima tahun terakhir wilayah Aceh (daratan) dilanda konflik bersenjata, tetapi Sabang tetap aman. Walaupun secara fisik keamanan wisatawan terjamin, tetapi ketenangan dan keleluasaan menikmati privacy kurang terpenuhi. Di daerah lain seperti Bali dan Yogyakarta, privacy wisatawan sangat diperhatikan. Berdasarkan hal itu, pada parameter ini Sabang diberi nilai ½.
Pihak lain mungkin saja tidak setuju dengan pendapat yang telah dijelaskan di atas, tetapi harap diingat bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang wajar. Untuk menilai kehandalan suatu penjelasan, ada dua unsur yang harus dijadikan pedoman yaitu : 1. Penjelasan tersebut harus sistematis dan logis 2. Penjelasan tersebut mendapat dukungan dari fakta empirik.
Dalam konteks penjelasan di atas, terdapat kesesuaian antara penalaran dengan fakta empirik. Kemampuan intrinsik pada level aktual tidak lain adalah fakta empirik yang dimaksud. Kemampuan intrinsik sektor pariwisata Sabang pada level aktual dijabarkan dalam beberapa parameter yang terukur secara kuantitatif yaitu : 1. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Sabang selama setahun; 2. Jumlah Hotel dan Restauran yang representative; 3. Jumlah perusahaan penerbangan dan frekuensi penerbangan yang menuju
Sabang; 4. Jumlah Perusahaan Biro Jasa Perjalanan yang beroperasi di Sabang.
Empat parameter yang dijadikan tolok ukur dianggap sudah cukup untuk menilai kemampuan intrinsik sektor pariwisata pada level aktual. Jumlah wisatawan yang berkunjung adalah parameter yang paling objektif dan terpercaya. Sejak tahun 1990 hingga tahun 2002, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Sabang dalam setahun tidak pernah melampaui angka 100.000. Pada periode tahun 19972000, Phuket dan Langkawi mampu mencapai angka rata-rata setiap tahun 4.500.000 dan 2.500.000.

©2003 Digitized by USU digital library


5

Sabang tidak memiliki hotel kategori bintang. Hanya ada satu hotel yang dinilai terbaik dalam ukuran lokal dengan kapasitas kamar kurang dari 20 kamar. Demikian juga halnya dengan restoran, tidak ada yang dapat dianggap representative ditinjau dari kualitas properti dan pelayanan.
Sarana transportasi utama dari daratan Sumatera ke Sabang dan sebaliknya adalah feri penyeberangan dengan frekuensi pelayaran rata-rata dua kali sehari dan berkapasitas ± 300 orang. Hanya ada satu perusahaan penerbangan komersial yang melayani rute Banda Aceh – Sabang dengan frekuensi penerbangan dua kali setiap minggu. Pesawat terbang yang digunakan tergolong tipe kecil dengan kapasitas 19 orang. Kondisi ini jauh berbeda dengan daerah tujuan wisata lainnya. Bandar udara Langkawi berstatus Internasional dan tiap hari didarati pesawat penumpang berbadan lebar. Sampai saat ini di Sabang belum ada perusahaan yang menyelenggarakan jasa pelayanan perjalanan baik perusahaan lokal maupun agen perusahaan dari luar Sabang.
Setelah diketahui kondisi kemampuan intrinsik sektor pariwisata Sabang, seharusnya BPKS segera melakukan upaya perbaikan. Potensi pariwisata Sabang masih dapat ditingkatkan melalui upaya-upaya perbaikan pada parameter situs, souvenir, show, service, security. Jika diperhatikan dengan seksama, lima parameter di atas semuanya termasuk kategori budaya materi dan budaya non materi.
Prestasi yang dicapai lokasi-lokasi wisata dalam meningkatkan jumlah wisatawan, memberikan pelajaran berharga untuk Sabang. Langkawi memiliki kualitas parameter-parameter kategori panorama alam yang lebih rendah dari pada Sabang. Dengan keunggulan parameter-parameter kategori budaya materi dan budaya non materi, Langkawi mampu mencapai kemampuan aktual yang jauh lebih tinggi dari pada Sabang.
Kemampuan pada level potensi dan hanya bertumpu kategori parameter panorama alam terbukti tidak cukup handal untuk meningkatkan kemampuan pada level aktual ( jumlah wisatawan ). Justru parameter kategori budaya materi dan budaya non materi terbukti lebih efektif.
Untuk melakukan upaya meningkatkan jumlah wisatawan ke Sabang, ada sebuah konsep sentral dalam manajemen pariwisata yang perlu dijadikan landasan. Konsep tersebut dikenal dengan nama Cultural Resources Management. Untuk memperjelas uraian yang telah disampaikan di atas, di bawah ini disajikan diagram alir kerangka pemikiran yang digunakan.
Kesimpulan Kemampuan intrinsik sektor pariwisata Sabang tidak sebesar yang diduga
selama ini. Kemampuan intrinsik pada level potensi yang relatif baik terbatas pada parameter-parameter kategori panorama alam. Sementara itu kemampuan parameter-parameter kategori budaya materi dan budaya non materi sangat lemah.
Kelemahan pada parameter-parameter kategori budaya materi dan budaya non materi disebabkan karena rendahnya kemampuan dalam bidang Cultural Resources Management. Akibat kelemahan tersebut timbul kesenjangan kemampuan pada 2 ( dua ) kelompok kategori parameter tersebut. Akibat kesenjangan kemampuan tersebut adalah rendahnya kemampuan intrinsik sektor pariwisata Sabang pada level aktual.
Saran Tulisan ini tidak memberikan resep khusus tentang apa yang harus
dilakukan, tetapi hanya memetakan persoalan berdasarkan kerangka berfikir akademis dan memberikan arah yang harus ditempuh. Deputi II BPKS dan Kepala Bidang Pariwisata harus bekerja keras menyusun proposal-proposal rinci yang langsung menyentuh parameter-parameter kategori budaya materi dan budaya non materi pada level potensi. Proposal-proposal itu harus disertai penyusunan program kerja rinci yang dilengkapi alat evaluasi dan jadwal waktu pelaksanaan.

©2003 Digitized by USU digital library

6

Dalam melaksanakan pekerjaan itu BPKS harus didampingi oleh tenga ahli (expert) dan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kota Sabang serta melibatkan para stakeholder. Dengan upaya perbaikan pada level potensi diharapkan akan meningkatkan kemampuan pada level aktual.


©2003 Digitized by USU digital library

7