Analisis pengaruh sektor pariwisata terhadap perekonomian kota Bogor

(1)

OLEH: FITRI RAHAYU H14102072

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

FITRI RAHAYU. Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kota Bogor (dibimbing oleh BUNASOR SANIM).

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian nasional maupun daerah. Pemerintah melakukan berbagai upaya dalam mengembangkan sektor pariwisata, karena sektor pariwisata memiliki kontribusi dalam penerimaan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.

Sejalan dengan usaha meningkatkan perekonomian daerah, pemerintah Kota Bogor harus mampu mengembangkan potensi ekonomi wilayahnya secara efektif dan efisien. Salah satu potensi yang dimiliki Kota Bogor adalah sektor pariwisata. Sangat diharapkan pemerintah Kota Bogor mampu mengembangkan potensi di sektor pariwisata ini, karena keberadaan sektor pariwisata tersebut mampu mengembangkan perekonomian Kota Bogor.

Jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Bogor cukup tinggi. Tahun 1996 jumlah wisatawan yang memakai obyek wisata dan akomodasi yaitu sebesar 2.014.998 yaitu 1.841.624 untuk obyek wisata dan 173.374 akomodasi. Namun saat krisis ekonomi jumlah wisatawan menurun. Penurunan tersebut berlangsung sampai tahun 1999. Tahun 2000 jumlah kunjungan wisata ke Kota Bogor kembali meningkat, sampai tahun 2002 dimana pada tahun 2002 wisatawan yang datang mencapai jumlah kunjungan tertinggi yaitu sebanyak 1.912.522. Tahun 2003 dan 2004 kunjungan wisata ini kembali menurun. Melihat penurunan tersebut, maka pemerintah Kota Bogor harus mampu mengelola pariwisata agar lebih diminati oleh para wisatawan.

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk: (1) Menganalisis peran sektor pariwisata dalam pembentukan output, nilai tambah bruto, permintaan antara dan permintaan akhir Kota Bogor. (2) Menganalisis keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya di Kota Bogor, baik keterkaitan dari sisi input maupun sisi output. (3) Menganalisis dampak penyebaran sektor pariwisata di Kota Bogor dan bagaimana pengaruhnya terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya. (4) Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor pariwisata dalam pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dilihat berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja.

Analisis yang dilakukan menggunakan tabel I-O dengan menggunakan bantuan GRIMP dan Microsoft Excel. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002 klasifikasi 22 sektor. Dalam penelitian ini Tabel I-Ot Kota Bogor Tahun 2002 diagregasi 13 sektor.

Hasil penelitian memperlihatkan sektor pariwisata memiliki peran cukup penting terhadap pembentukan struktur permintaan antara dan permintaan akhir. Tingginya permintaan akhir dibanding dengan permintaan antara menunjukkan bahwa output sektor pariwisata sebagian besar digunakan untuk dikonsumsi langsung dibandingkan sebagai input langsung oleh sektor perekonomian lain.


(3)

Dilihat dari hasil analisis keterkaitan sub sektor pariwisata maka dapat dilihat bahwa keterkaitan output langsung ke depan yang memiliki nilai terbesar adalah sektor restoran. Untuk nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan terbesar diduduki oleh sektor restoran. Untuk keterkaitan ke belakang, baik keterkaitan langsung maupun langsung dan tidak langsung ke belakang sektor pariwisata yang memiliki nilai terbesar adalah sektor jasa angkutan.

Berdasarkan hasil analisis dampak penyebaran, dapat disimpulkan bahwa secara umum sektor pariwisata memiliki nilai koefisien penyebaran yang relatif lebih besar dibanding dengan nilai kepekaan penyebarannya. Hal itu menunjukkan bahwa keberadaan sektor pariwisata mempunyai kemampuan menarik yang lebih besar terhadap pertumbuhan sektor hulunya dibandingkan dengan kemampuan mendorong pertumbuhan sektor hilirnya.

Berdasarkan hasil analisis multiplier output, sub sektor pariwisata yang memiliki nilai terbesar dalam perolehan nilai pengganda tipe I dan tipe II adalah sektor jasa angkutan. Berdasarkan hasil analisis multiplier pendapatan sektor jasa angkutan memiliki nilai pengganda tipe I dan tipe II terbesar. Berdasarkan hasil analisis multiplier tenaga kerja sektor jasa angkutan memiliki nilai pengganda untuk tipe I dan tipe II terbesar. Berdasarkan hasil analisis Multiplier standar yang tergolong dalam sektor kunci sektor pariwisata adalah sektor jasa angkutan, sektor hotel dan sektor restoran.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka pemerintah Kota Bogor diharapkan: (1) meningkatkan usaha pengembangan sektor pariwisata yang lebih terarah dan tepat dalam rangka meningkatkan kedatangan wisatawan. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kegiatan pemasaran, promosi-promosi serta perbaikan-perbaikan di berbagai fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, (2) Untuk analisis yang lebih akurat, diperlukan penyusunan tabel I-O dengan jumlah sektor yang lebih banyak dan akurasi datanya ditingkatkan sehingga analisisnya lebih bisa dijadikan sebagai dasar penarikan kebijakan perekonomian, (3) Hasil analisis pengganda atau multiplier pendapatan dapat dijadikan sebagai landasan bagi Pemerintah Kota Bogor dalam mengambil kebijakan. Apabila kebijakan Pemerintah Kota Bogor adalah meningkatkan pendapatan wilayah, maka sektor-sektor yang harus dikembangkan oleh pemerintah adalah sektor-sektor yang mempunyai nilai multiplier pendapatan paling tinggi, (4) Sektor pariwisata yang dijadikan prioritas atau unggulan perlu dikembangkan lebih lanjut. Perkembangan sektor prioritas tersebut akan mampu mendorong sektor perekonomian lainnya, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian Kota Bogor secara keseluruhan.


(4)

ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA

TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR

Oleh

FITRI RAHAYU H14102072

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Fitri Rahayu

Nomor Registrasi Pokok : H14102072 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kota Bogor.

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc. NIP. 130 345 012

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2006

Fitri Rahayu H14102072


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Fitri Rahayu lahir pada tanggal 16 Juli 1983 di Ciamis, sebuah kota kecil yang berada di Provinsi jawa Barat. Penulis anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Wawan Sirod dan Teti Kusmiati. Penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN 1 Tanjungmulya, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Panumbangan dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 1 Cihaurbeuti dan lulus pada tahun 2002.

Pada tahun 2002 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) maka penulis menjadi mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kota Bogor”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M. Sc. yang telah memberikan perhatian, bimbingan, arahan, telaah dan koreksi yang sangat berguna bagi penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis juga sangat terbantu oleh kritik dan saran dari para peserta pada seminar hasil penelitian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih kepada mereka. Penulis juga berterima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, saudara-saudara penulis (Teh Neya, Teh Srie dan De Hanni), keempat keponakan penulis (Raihana, Haekal, Nadhif dan Nizma) serta Nuzul Chaerul Hanapi, S. Kom. Kesabaran dan dorongan mereka sangat besar artinya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2006

Fitri Rahayu H14102072


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang... 1

1.2.Perumusan masalah ... 3

1.3.Tujuan penelitian ... 5

1.4.Manfaat penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 7

2.1.Tinjauan Teori-Teori ... 7

2.1.1. Kegiatan pariwisata ... 7

2.1.2. Peran Sektor Pariwisata... 8

2.1.3. Pertumbuhan Ekonomi ... 11

2.2.Penelitian Terdahulu ... 12

2.3.Kerangka pemikiran... 16

2.3.1. Kerangka Teoritis : Model Input-Output... 16

2.3.2. Struktur Tabel Input-Output ... 18

2.3.3. Asumsi-Asumsi dan Keterbatasan dalam Model Input-Output ... 22

2.3.4. Analisis Keterkaitan ... 23

2.3.5. Dampak Penyebaran ... 24

2.3.6. Analisis Multiplier ... 24

2.4. Kerangka Pemikiran ... 27

III. METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.2. Jenis dan Sumber Data... 29

3.3. Metode Analisis ... 30


(10)

3.3.2. Dampak Penyebaran ... 32

3.3.3. Analisis Multiplier... 33

3.4. Konsep dan Definisi ... 35

IV. GAMBARAN UMUM SEKTOR PARIWISATA KOTA BOGOR.... 40

4.1.Sektor Pariwisata di Kota Bogor ... 41

4.2.Objek Wisata di Kota Bogor... 42

4.3.Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor ... 47

4.4.Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Tenaga Kerja dan Pendapatan ... 47

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

5.1. Struktur Perekonomian Kota Bogor Tahun 2002 ... 49

5.1.1. Rasio Permintaan Antara, Permintaan Akhir dan Total Permintaan ... 49

5.1.2. Impor ... 50

5.1.3. Nilai Tambah Bruto ... 52

5.1.4. Penyerapan Tenaga Kerja... 54

5.2. Analisis Keterkaitan... 55

5.2.1. Keterkaitan ke Depan ... 55

5.2.2. Keterkaitan ke Belakang... 56

5.3. Analisis Penyebaran... 58

5.3.1. Koefisien Penyebaran ... 58

5.3.2. Kepekaan Penyebaran ... 59

5.4. Analisis Multiplier... 61

5.4.1. Multiplier Output... 61

5.4.2. Multiplier Pendapatan ... 62

5.4.3. Multiplier Tenaga Kerja ... 64

5.5. Analisis Penetapan Prioritas Sektor... 64

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

6.1.Kesimpulan ... 66

6.2.Saran ... 68


(11)

OLEH: FITRI RAHAYU H14102072

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

RINGKASAN

FITRI RAHAYU. Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kota Bogor (dibimbing oleh BUNASOR SANIM).

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian nasional maupun daerah. Pemerintah melakukan berbagai upaya dalam mengembangkan sektor pariwisata, karena sektor pariwisata memiliki kontribusi dalam penerimaan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.

Sejalan dengan usaha meningkatkan perekonomian daerah, pemerintah Kota Bogor harus mampu mengembangkan potensi ekonomi wilayahnya secara efektif dan efisien. Salah satu potensi yang dimiliki Kota Bogor adalah sektor pariwisata. Sangat diharapkan pemerintah Kota Bogor mampu mengembangkan potensi di sektor pariwisata ini, karena keberadaan sektor pariwisata tersebut mampu mengembangkan perekonomian Kota Bogor.

Jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Bogor cukup tinggi. Tahun 1996 jumlah wisatawan yang memakai obyek wisata dan akomodasi yaitu sebesar 2.014.998 yaitu 1.841.624 untuk obyek wisata dan 173.374 akomodasi. Namun saat krisis ekonomi jumlah wisatawan menurun. Penurunan tersebut berlangsung sampai tahun 1999. Tahun 2000 jumlah kunjungan wisata ke Kota Bogor kembali meningkat, sampai tahun 2002 dimana pada tahun 2002 wisatawan yang datang mencapai jumlah kunjungan tertinggi yaitu sebanyak 1.912.522. Tahun 2003 dan 2004 kunjungan wisata ini kembali menurun. Melihat penurunan tersebut, maka pemerintah Kota Bogor harus mampu mengelola pariwisata agar lebih diminati oleh para wisatawan.

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk: (1) Menganalisis peran sektor pariwisata dalam pembentukan output, nilai tambah bruto, permintaan antara dan permintaan akhir Kota Bogor. (2) Menganalisis keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya di Kota Bogor, baik keterkaitan dari sisi input maupun sisi output. (3) Menganalisis dampak penyebaran sektor pariwisata di Kota Bogor dan bagaimana pengaruhnya terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya. (4) Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor pariwisata dalam pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dilihat berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja.

Analisis yang dilakukan menggunakan tabel I-O dengan menggunakan bantuan GRIMP dan Microsoft Excel. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002 klasifikasi 22 sektor. Dalam penelitian ini Tabel I-Ot Kota Bogor Tahun 2002 diagregasi 13 sektor.

Hasil penelitian memperlihatkan sektor pariwisata memiliki peran cukup penting terhadap pembentukan struktur permintaan antara dan permintaan akhir. Tingginya permintaan akhir dibanding dengan permintaan antara menunjukkan bahwa output sektor pariwisata sebagian besar digunakan untuk dikonsumsi langsung dibandingkan sebagai input langsung oleh sektor perekonomian lain.


(13)

Dilihat dari hasil analisis keterkaitan sub sektor pariwisata maka dapat dilihat bahwa keterkaitan output langsung ke depan yang memiliki nilai terbesar adalah sektor restoran. Untuk nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan terbesar diduduki oleh sektor restoran. Untuk keterkaitan ke belakang, baik keterkaitan langsung maupun langsung dan tidak langsung ke belakang sektor pariwisata yang memiliki nilai terbesar adalah sektor jasa angkutan.

Berdasarkan hasil analisis dampak penyebaran, dapat disimpulkan bahwa secara umum sektor pariwisata memiliki nilai koefisien penyebaran yang relatif lebih besar dibanding dengan nilai kepekaan penyebarannya. Hal itu menunjukkan bahwa keberadaan sektor pariwisata mempunyai kemampuan menarik yang lebih besar terhadap pertumbuhan sektor hulunya dibandingkan dengan kemampuan mendorong pertumbuhan sektor hilirnya.

Berdasarkan hasil analisis multiplier output, sub sektor pariwisata yang memiliki nilai terbesar dalam perolehan nilai pengganda tipe I dan tipe II adalah sektor jasa angkutan. Berdasarkan hasil analisis multiplier pendapatan sektor jasa angkutan memiliki nilai pengganda tipe I dan tipe II terbesar. Berdasarkan hasil analisis multiplier tenaga kerja sektor jasa angkutan memiliki nilai pengganda untuk tipe I dan tipe II terbesar. Berdasarkan hasil analisis Multiplier standar yang tergolong dalam sektor kunci sektor pariwisata adalah sektor jasa angkutan, sektor hotel dan sektor restoran.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka pemerintah Kota Bogor diharapkan: (1) meningkatkan usaha pengembangan sektor pariwisata yang lebih terarah dan tepat dalam rangka meningkatkan kedatangan wisatawan. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kegiatan pemasaran, promosi-promosi serta perbaikan-perbaikan di berbagai fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, (2) Untuk analisis yang lebih akurat, diperlukan penyusunan tabel I-O dengan jumlah sektor yang lebih banyak dan akurasi datanya ditingkatkan sehingga analisisnya lebih bisa dijadikan sebagai dasar penarikan kebijakan perekonomian, (3) Hasil analisis pengganda atau multiplier pendapatan dapat dijadikan sebagai landasan bagi Pemerintah Kota Bogor dalam mengambil kebijakan. Apabila kebijakan Pemerintah Kota Bogor adalah meningkatkan pendapatan wilayah, maka sektor-sektor yang harus dikembangkan oleh pemerintah adalah sektor-sektor yang mempunyai nilai multiplier pendapatan paling tinggi, (4) Sektor pariwisata yang dijadikan prioritas atau unggulan perlu dikembangkan lebih lanjut. Perkembangan sektor prioritas tersebut akan mampu mendorong sektor perekonomian lainnya, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian Kota Bogor secara keseluruhan.


(14)

ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA

TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR

Oleh

FITRI RAHAYU H14102072

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Fitri Rahayu

Nomor Registrasi Pokok : H14102072 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kota Bogor.

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc. NIP. 130 345 012

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2006

Fitri Rahayu H14102072


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Fitri Rahayu lahir pada tanggal 16 Juli 1983 di Ciamis, sebuah kota kecil yang berada di Provinsi jawa Barat. Penulis anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Wawan Sirod dan Teti Kusmiati. Penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN 1 Tanjungmulya, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Panumbangan dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 1 Cihaurbeuti dan lulus pada tahun 2002.

Pada tahun 2002 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) maka penulis menjadi mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kota Bogor”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M. Sc. yang telah memberikan perhatian, bimbingan, arahan, telaah dan koreksi yang sangat berguna bagi penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis juga sangat terbantu oleh kritik dan saran dari para peserta pada seminar hasil penelitian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih kepada mereka. Penulis juga berterima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, saudara-saudara penulis (Teh Neya, Teh Srie dan De Hanni), keempat keponakan penulis (Raihana, Haekal, Nadhif dan Nizma) serta Nuzul Chaerul Hanapi, S. Kom. Kesabaran dan dorongan mereka sangat besar artinya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2006

Fitri Rahayu H14102072


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang... 1

1.2.Perumusan masalah ... 3

1.3.Tujuan penelitian ... 5

1.4.Manfaat penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 7

2.1.Tinjauan Teori-Teori ... 7

2.1.1. Kegiatan pariwisata ... 7

2.1.2. Peran Sektor Pariwisata... 8

2.1.3. Pertumbuhan Ekonomi ... 11

2.2.Penelitian Terdahulu ... 12

2.3.Kerangka pemikiran... 16

2.3.1. Kerangka Teoritis : Model Input-Output... 16

2.3.2. Struktur Tabel Input-Output ... 18

2.3.3. Asumsi-Asumsi dan Keterbatasan dalam Model Input-Output ... 22

2.3.4. Analisis Keterkaitan ... 23

2.3.5. Dampak Penyebaran ... 24

2.3.6. Analisis Multiplier ... 24

2.4. Kerangka Pemikiran ... 27

III. METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.2. Jenis dan Sumber Data... 29

3.3. Metode Analisis ... 30


(20)

3.3.2. Dampak Penyebaran ... 32

3.3.3. Analisis Multiplier... 33

3.4. Konsep dan Definisi ... 35

IV. GAMBARAN UMUM SEKTOR PARIWISATA KOTA BOGOR.... 40

4.1.Sektor Pariwisata di Kota Bogor ... 41

4.2.Objek Wisata di Kota Bogor... 42

4.3.Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor ... 47

4.4.Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Tenaga Kerja dan Pendapatan ... 47

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

5.1. Struktur Perekonomian Kota Bogor Tahun 2002 ... 49

5.1.1. Rasio Permintaan Antara, Permintaan Akhir dan Total Permintaan ... 49

5.1.2. Impor ... 50

5.1.3. Nilai Tambah Bruto ... 52

5.1.4. Penyerapan Tenaga Kerja... 54

5.2. Analisis Keterkaitan... 55

5.2.1. Keterkaitan ke Depan ... 55

5.2.2. Keterkaitan ke Belakang... 56

5.3. Analisis Penyebaran... 58

5.3.1. Koefisien Penyebaran ... 58

5.3.2. Kepekaan Penyebaran ... 59

5.4. Analisis Multiplier... 61

5.4.1. Multiplier Output... 61

5.4.2. Multiplier Pendapatan ... 62

5.4.3. Multiplier Tenaga Kerja ... 64

5.5. Analisis Penetapan Prioritas Sektor... 64

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

6.1.Kesimpulan ... 66

6.2.Saran ... 68


(21)

(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Sektor Pariwisata tentang Nilai

Tambah Bruto dan Multiplier... 15 2.2. Ilustrasi Tabel Input-Output... 18 3.1. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja ... 34 4.1. PDRB Sektor pariwisata Kota Bogor Atas Dasar harga

Konstan 1993 (Juta Rupiah)... 42 4.2. Jumlah Wisatawan untuk Masing-Masing Objek Wisata

di Kota Bogor Tahun 2004... 46 4.3. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor ... 47 5.1. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor Perekonomian

Kota Bogor Tahun 2002 Klasifikasi 13 Sektor (Juta Rupiah) ... 51 5.2. Impor di Kota Bogor Tahun 2002 Klasifikasi 13 Sektor

(Juta Rupiah) ... 51 5.3. Kontribusi Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian

di Kota Bogor Tahun 2002 (Juta Rupiah) ... 53 5.4. Jumlah Tenaga Kerja pada Sektor-Sektor Perekonomian

di Kota Bogor Tahun 2002 (Orang) ... 54 5.5. Keterkaitan Output ke Depan Sektor Pariwisata di Kota Bogor

Tahun 2002 ... 55 5.6. Keterkaitan ke Belakang Sektor Pariwisata di Kota Bogor

Tahun 2002 ... 57 5.7. Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Sektor

Pariwisata di Kota Bogor Tahun 2002 ... 59 5.8. Total Multiplier Output Sektor Pariwisata di Kota Bogor

Tahun 2002 ... 62 5.9. Total Multiplier Pendapatan Sektor Pariwisata di Kota Bogor


(23)

5.10. Total Multiplier Tenaga Kerja Sektor Pariwisata di Kota Bogor

Tahun 2002 ... 64 5.11. Indeks Multiplier Aktual Sub Sektor Pariwisata di Kota Bogor

Tahun 2002 ... 65


(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 2.1. Kerangka Pemikiran Konseptual... 27


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Sektor Tabel I-O Kota Bogor 22 Sektor Tahun 2002... 72 2. Sektor Tabel I-O Kota Bogor 13 Sektor Tahun 2002... 73 3. Tabel I-O Kota Bogor 2002 Klasifikasi 13 Sektor ... 74 4. Matrik Koefisien Teknis ... 75 5. Matrik Kebalikan Leontif Terbuka ... 76 6. Multiplier Output ... 77 7. Multiplier Pendapatan... 78 8. Multiplier Tenaga Kerja ... 79


(26)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia. Sektor dengan pertumbuhan cepat ini telah menjadi bagian dari perkembangan ekonomi global.

Tingginya tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran merupakan dua permasalahan besar di Indonesia. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi dalam penerimaan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut terjadi karena adanya permintaan dari para wisatawan yang datang. Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat untuk menjadi pengusaha hotel, restoran, jasa penunjang angkutan dalam pengelolaan obyek dan daya tarik wisata sehingga peluang tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja sehingga masyarakat akan memperoleh pendapatan dari pekerjaan tersebut.

Otonomi Daerah yang sudah berlangsung sejak 1 Januari 2001 telah membuat pemerintah daerah sibuk mengatur daerahnya masing-masing agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Penyelenggaraan otonomi daerah yang luas harus dilaksanakan atas dasar prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi-potensi yang dimiliki oleh daerah. Oleh karena itu, pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah harus dapat menentukan prioritas pembangunannya sesuai dengan


(27)

potensi yang dimiliki oleh daerahnya masing-masing yang salah satunya adalah potensi dalam sektor pariwisata.

Secara historis, tujuan pemerintah serta asosiasi industri dalam hal upayanya mengembangkan potensi dalam sektor pariwisata adalah untuk menjadikan sektor pariwisata tersebut sebagai sumber penghasil devisa dan penerimaan negara, serta mampu menciptakan lapangan kerja. Akhir-akhir ini pemerintah menyadari bahwa potensi pada sektor pariwisata adalah sebagai alat untuk membangun perekonomian suatu daerah dimana sektor pariwisata berada. Kota Bogor yang memiliki potensi pariwisata, tentu saja harus memanfaatkan keadaan ini untuk membangun perekonomian daerahnya.

Letak geografis Kota Bogor yang cukup strategis menjadikannya sangat menguntungkan, karena kota ini merupakan salah satu Kotamadya di Provinsi Jawa Barat yang memiliki fungsi sebagai penyangga Ibukota Jakarta. Fungsi tersebut telah mampu menumbuhkembangkan berbagai kawasan permukiman serta penduduk yang komuter (Bogor – Jakarta). Keadaan tersebut telah menyebabkan pertumbuhan fisik dan pertumbuhan penduduk Kota Bogor berkembang pesat.

Sejalan dengan usaha untuk meningkatkan perekonomian daerah, maka pemerintah daerah Kota Bogor diharuskan memiliki kemampuan untuk dapat mengembangkan potensi-potensi ekonomi yang dimiliki wilayahnya secara lebih efektif dan efisien. Salah satu potensi ekonomi yang dimiliki Kota Bogor adalah dalam sektor pariwisata. Sangat diharapkan pemerintah daerah Kota Bogor mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi di sektor pariwisata ini,


(28)

karena keberadaan sektor pariwisata tersebut akan mampu mengembangkan perekonomian Kota Bogor. Oleh karena itu, perlu adanya suatu studi atau kajian tentang Pengaruh Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian Kota Bogor.

1.2. Perumusan Masalah

Otonomi daerah yang dimulai pada tanggal 1 januari 2001, menyebabkan peranan pemerintah daerah sangat penting dalam menggali potensi-potensi lokal yang dimilikinya sebagai sumber keuangan dalam membantu pembiayaan pemerintah daerah secara mandiri. Kondisi tersebut telah menuntut pemerintah daerah Kota Bogor untuk benar-benar memanfaatkan potensi yang dimilikinya.

Dalam hal ini pengembangan kepariwisataan di Kota Bogor sangat penting dalam rangka memperluas lapangan kerja serta pemerataan pendapatan. Perkembangan kepariwisataan ini perlu diimbangi dengan penyediaan kamar hotel maupun akomodasi lainnya sehingga tidak menimbulkan kesenjangan antara permintaan dan penawaran untuk akomodasi tersebut. Sektor pariwisata mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 6210 dari 273.020 orang yang bekerja. Sedangkan kontribusinya terhadap pendapatan adalah sebesar Rp 9.362.408.443 pada tahun 2003 dan meningkat menjadi Rp 10.209.935.285 pada tahun 2004 (Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2004).

Pada dasarnya kunjungan wisatawan ke Kota Bogor cukup tinggi, pada tahun 1996 jumlah wisatawan yang memakai obyek wisata dan akomodasi yaitu sebesar 2.014.998 masing-masing 1.841.624 untuk obyek wisata dan 173.374 untuk akomodasi. Namun pada saat krisis jumlah tersebut mengalami penurunan


(29)

menjadi sebesar 1.753.818 masing-masing 1.506.878 untuk obyek wisata dan sebesar 246.940 untuk akomodasi. Penurunan jumlah kunjungan wisatawan tersebut terus berlangsung sampai tahun 1999. Tahun 2000 jumlah kunjungan wisata kembali meningkat, sampai tahun 2002 dimana mencapai jumlah kunjungan tertinggi yaitu sebesar 2.141.676 masing-masing untuk obyek wisata adalah 1.912.522 dan untuk akomodasi 229.154. Untuk tahun 2003 dan 2004 kunjungan wisata ini kembali menurun yaitu tahun 2003 sebesar 1.571.465 dan 2004 sebesar 1.728.611 (Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2004). Melihat penurunan jumlah kunjungan wisata tersebut, maka pemerintah Kota Bogor harus mampu mengelola pariwisata tersebut agar lebih diminati oleh para wisatawan.

Pembangunan yang dilakukan di sektor pariwisata ditujukan untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian daerah. Namun dengan adanya krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, tingkat pengangguran dan jumlah masyarakat yang miskin semakin meningkat. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan kebijakan-kebijakan yang tepat bagaimana mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang salah satunya adalah sektor pariwisata agar mampu mengurangi tingkat pengangguran dan jumlah penduduk miskin tersebut. Beberapa data mengenai pertumbuhan dan keterkaitan berbagai sektor merupakan informasi penting yang dapat memberikan gambaran hasil-hasil pembangunan dan permasalahannya.

Dari uraian tersebut maka terdapat beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini yaitu:


(30)

1. Seberapa besar peran sektor pariwisata dalam pembentukan output, nilai tambah bruto, permintaan antara dan permintaan akhir Kota Bogor?

2. Berapa besar keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya di Kota Bogor, baik keterkaitan dari sisi input maupun sisi output?

3. Seberapa besar dampak penyebaran sektor pariwisata di Kota Bogor dan bagaimana pengaruhnya terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya?

4. Seberapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor pariwisata dalam pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dilihat berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari uraian diatas penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk:

1. Menganalisis peran sektor pariwisata dalam pembentukan output, nilai tambah bruto, permintaan antara dan permintaan akhir Kota Bogor.

2. Menganalisis keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya di Kota Bogor, baik keterkaitan dari sisi input maupun sisi output. 3. Menganalisis dampak penyebaran sektor pariwisata di Kota Bogor dan

bagaimana pengaruhnya terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya.

4. Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor pariwisata dalam pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dilihat berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja.


(31)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi para pengambil kebijakan di tingkat daerah Kota Bogor dalam merencanakan dan mengembangkan perekonomian Kota Bogor.

2. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi yang memerlukan serta sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.


(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Teori-teori

2.1.1. Kegiatan Pariwisata

Pengertian pariwisata nenurut Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Menurut Cooper dalam Heriawan (2004), pariwisata adalah serangkaian kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh perorangan atau keluarga atau kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk bekerja atau mencari penghasilan di tempat tujuan. Kunjungan yang dimaksud bersifat sementara dan pada waktunya akan kembali ke tempat tinggal semula. Hal tersebut memiliki dua elemen yang penting, yaitu: perjalanan itu sendiri dan tinggal sementara di tempat tujuan dengan berbagai aktivitas wisatanya.

Heriawan (2004) mengomentari uraian tersebut memiliki pengertian bahwa tidak semua orang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat (tempat asal) ke tempat lain termasuk kegiatan wisata. Perjalanan rutin seseorang ke tempat bekerja walaupun mungkin cukup jauh dari segi jarak tentu bukan termasuk kategori wisatawan. Dengan kata lain, kegiatan pariwisata adalah kegiatan bersenang-senang (leisure) yang mengeluarkan uang atau melakukan tindakan konsumtif.


(33)

2.1.2. Peran Sektor Pariwisata

Pariwisata merupakan suatu gejala sosial yang sangat kompleks, yang menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki berbagai macam aspek yang penting, aspek tersebut diantaranya yaitu aspek sosiologis, aspek psikologis, aspek ekonomis, aspek ekologis dan aspek-aspek yang lainnya. Diantara sekian banyak aspek tersebut, aspek yang mendapat perhatian yang paling besar dan hampir merupakan satu-satunya aspek yang dianggap sangat penting adalah aspek ekonomisnya.

Pengembangan di dalam sektor pariwisata akan berhasil dengan baik, apabila masyarakat luas dapat lebih berperan atau ikut serta secara aktif. Agar masyarakat luas dapat lebih dapat berperan serta dalam pembangunan kepariwisataan, maka masyarakat perlu diberi pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan pariwisata serta manfaat dan keuntungan-keuntungan apa yang akan diperoleh. Disamping itu, masyarakat juga harus mengetahui hal-hal yang dapat merugikan yang diakibatkan oleh adanya pariwisata tersebut.

Pembangunan di sektor kepariwisataan perlu ditingkatkan dengan cara mengembangkan dan mendayagunakan sumber-sumber serta potensi kepariwisataan nasional maupun daerah agar dapat menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan dalam rangka memperbesar penerimaan devisa atau pendapatan asli daerah, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja terutama bagi masyarakat setempat.

Menurut Hutabarat (1992), peranan pariwisata saat ini antara lain adalah: pertama, peranan ekonomi yaitu, sebagai sumber devisa negara; kedua, peranan


(34)

sosial yaitu, sebagai penciptaan lapangan pekerjaan; dan yang terakhir adalah peranan kebudayaan yaitu, memperkenalkan kebudayaan dan kesenian.

Ketiga point diatas dapat dijelaskan, yaitu sebagai berikut : a. Peran Ekonomi

- Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah.

Peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah berasal dari pembelanjaan dan biaya yang dikeluarkan wisatawan selama perjalanan dan persinggahannya seperti untuk hotel, makan dan minum, cenderamata, angkutan dan sebagainya. Selain itu juga, mendorong peningkatan dan pertumbuhan di bidang pembangunan sektor lain. Salah satu ciri khas pariwisata, adalah sifatnya yang tergantung dan terkait dengan bidang pembangunan sektor lainnya. Dengan demikian, berkembangnya kepariwisataan akan mendorong peningkatan dan pertumbuhan bidang pembangunan lain.

- Pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan peluang usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan. Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma, homestay, restoran, warung, angkutan dan lain-lain. Peluang usaha tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja dan sekaligus dapat menambah pendapatan untuk dapat menunjang kehidupan rumah tangganya.


(35)

b. Peran Sosial

- Semakin luasnya lapangan kerja.

Sarana dan prasarana seperti hotel, restoran dan perusahaan perjalanan adalah usaha-usaha yang ”padat karya”. Untuk menjalankan jenis usaha yang tumbuh dibutuhkan tenaga kerja dan makin banyak wisatawan yang berkunjung, makin banyak pula lapangan kerja yang tercipta. Di Indonesia penyerapan tenaga kerja yang bersifat langsung dan menonjol adalah bidang perhotelan, biro perjalanan, pemandu wisata, instansi pariwisata pemerintah yang memerlukan tenaga terampil. Pariwisata juga menciptakan tenaga di bidang yang tidak langsung berhubungan, seperti bidang konstruksi dan jalan.

c. Peran Kebudayaan

- Mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah.

Indonesia memiliki beraneka ragam adat istiadat, kesenian, peninggalan sejarah yang selain menjadi daya tarik wisata juga menjadi modal utama untuk mengembangkan pariwisata. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata akan mengupayakan agar modal utama tersebut tetap terpelihara, dilestarikan dan dikembangkan.

- Mendorong terpeliharanya lingkungan hidup.

Kekayaan dan keindahan alam seperti flora dan fauna, taman laut, lembah hijau pantai dan sebagainya, merupakan daya tarik wisata. Daya tarik ini harus terus dipelihara dan dilestarikan karena hal ini merupakan modal bangsa untuk mengembangkan pariwisata.


(36)

- Wisatawan selalu menikmati segala sesuatu yang khas dan asli. Hal ini merangsang masyarakat untuk memelihara apa yang khas dan asli untuk diperlihatkan kepada wisatawan.

Ciri-ciri pariwisata diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Seseorang yang melakukan perjalanan dan keluar meninggalkan tempat tinggalnya.

2. Perjalanan itu dilakukan keluar jauh dari lingkungan tempat tinggalnya yang semula.

3. Perjalanan itu dilakukan sendirian atau bersama-sama dengan orang lain (rombongan atau group).

4. Perjalanan itu dilakukan hanya untuk sementara waktu dan bisa melebihi waktu 24 jam atau sehari-semalam penuh.

5. Perjalanan itu terkait dengan kegiatan atau rekreasi, atau usaha menyenangkan dirinya.

6. Orang-orang yang melakukan perjalanan tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi.

7. Selama dalam perjalanan tinggal di suatu tempat/akomodasi.

8. Dalam melakukan perjalanan, melalui alat transportasi laut, darat atau udara.

2.1.3. Pertumbuhan Ekonomi

Dalam berbagai tulisan, pertumbuhan ekonomi sering diartikan sebagai perkembangan ekonomi. Adanya berbagai istilah ini menimbulkan berbagai pendapat diantara para ahli. Menurut Schumpeter dalam Marina 1996,


(37)

perkembangan ekonomi adalah suatu perubahan spontan dan terputus-putus sementara pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan jumlah penduduk. Sementara menurut Hicks dalam Marina 1996, perkembangan berkaitan dengan potensi dari negara terbelakang yang akan digunakan dalam proses produksi sebab belum semua potensi di negara berkembang dapat ditemukan dengan pasti, sementara pertumbuhan lebih mencerminkan proses produksi di negara maju mengingat hampir semua potensi sumber daya telah diketahui.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat analisis Input-Output telah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah dilakukan selama ini terbagi menjadi : 1) Penelitian terhadap seluruh sektor-sektor perekonomian, 2) Penelitian terhadap salah satu sektor perekonomian, 3) Penelitian terhadap sektor agroindustri dan non agroindustri, 4) Penelitian terhadap sektor pertanian dan industri pengolahan.

Heriawan (2004) dalam disertasinya menganalisis tentang peran sektor pariwisata terhadap perekonomian di Indonesia. Metode yang digunakannya adalah Input-Output Indonesia dan SAM. Dalam penelitiannya, dia mendefinisikan pariwisata adalah sebagai sektor hotel, restoran, angkutan dan jasa serta sektor industri kerajinan.


(38)

Hasil penelitiannya yaitu: mengenai peranan pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sektoral pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp 106.9 triliun dari total PDB nasional sebesar RP. 1.366,5 triliun atau sebesar 7,83 persen. Untuk tahun 2003 Produk Domestik Bruto (PDB) sektoral yaitu sebesar Rp. 103,6 triliun dari total PDB nasional sebesar RP. 1.921,5 triliun atau sebesar 5,39 persen.

Kemudian untuk nilai total output sektor pariwisata pada tahun 2000 adalah sebesar Rp 226,9 triliun atau sebesar 8,40 persen dari total output nasional yang mencapai sebesar Rp 2.701,1 triliun. Kemudian untuk tahun 2003, nilai total output sektor pariwisata yaitu sebesar Rp 220,5 triliun atau sebesar 5,81 persen dari total output nasional.

Adapun pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja pada tahun 2000 yaitu sebanyak 7,45 juta orang dari total 89,82 juta orang atau sebesar 8,29 persen , kemudian pada tahun 2003 pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 7,21 juta orang dari total 90,8 juta orang atau sebesar 7,94 persen.

Oktavianti (2005) dalam skripsinya menganalisis bagaimana peran sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia baik itu sebelum maupun sesudah krisis ekonomi. Alat analisis yang digunakan adalah Input-Output. Dari hasil analisisnya terhadap Tabel Input-Output Indonesia tahun 1995 sebelum krisis dan tahun 2000 setelah krisis dengan diklasifikasikan menjadi 25 sektor, terlihat bahwa peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia cukup berperan penting. Sektor pariwisata memiliki peranan terhadap pembentukan


(39)

struktur permintaan output pada masa sebelum krisis ekonomi tahun 1999 yaitu sebesar Rp. 4.267 milyar, yang mana Rp. 636 milyar untuk permintaan antara dan Rp. 3.631 milyar untuk permintaan akhir. Sedangkan pada tahun 2000 setelah krisis pariwisata memiliki peranan terhadap pembentukan struktur permintaan output yaitu sebesar Rp. 10.135 milyar, dimana Rp. 626 milyar permintaan antara dan Rp. 9.509 milyar untuk permintaan akhir.

Kontribusi sektor pariwisata terhadap nilai tambah bruto (NTB), sebelum krisis tahun 1995 yaitu sebesar Rp. 2.204 milyar dan pada tahun 2000 setelah krisis yaitu menjadi sebesar Rp.4.514 milyar, yang berarti meningkat sebesar 104,81 persen. Berdasarkan analisis dampak penyebaran, secara umum nilai koefisien penyebaran sektor pariwisata relatif lebih besar daripada nilai kepekaan penyebarannya.

Efek pengganda yang ditimbulkan sektor pariwisata menunjukkan bahwa jika permintaan akhir di sektor pariwisata meningkat satu satuan, maka output diseluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar 1,668 satuan pada masa sebelum krisis dan 1,682 pada masa setelah krisis. Jika konsumsi rumah tangga meningkat akibat peningkatan permintaan akhir, menyebabkan output seluruh sektor meningkat sebesar 2,271 sebelum krisis dan 2,179 setelah krisis, serta akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 1,209 sebelum krisis dan 1,135 setelah krisis. Selain itu akan meningkatkan pendapatan di sektor lainnya sebesar 2,087 sebelum krisis dan 2,004 setelah krisis.


(40)

Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Sektor Pariwisata tentang Multiplier. Nama Kajian Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Rusman Heriawan

(2004)

2. Dona Oktavianti (2005)

Pariwisata

Pariwisata

I-O dan SAM

I-O

a. Tahun 2000 (%) -Multiplier output:8.40 -Multiplier tenaga kerja: 8.29

-Multiplier pendapatan: 7.83

b. Tahun 2003 (%) -Multiplier output:5.81 -Multiplier tenaga kerja: 7.94

-Multiplier pendapatan: 5.39

a. Tahun 1995

-Multiplier output:2,271 -Multiplier tenaga kerja: 1,209

-Multiplier pendapatan : 2,087

a. Tahun 2000

-Multiplier output:2,179 -Multiplier tenaga kerja: 1,135

-Multiplier pendapatan : 2,004

Keterangan:

1. Rusman Heriawan 2004, 2. Dona Oktavianti 2005.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah di dalam penelitian ini meneliti wilayah yang cakupannya lebih sempit yaitu hanya meneliti peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Kota Bogor saja. Dimana Tabel Input-Output yang digunakan adalah Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2002 klasifikasi 22 sektor yang diagregasi menjadi 13 sektor.


(41)

2.3. Kerangka Pemikiran

2.3.1. Kerangka Teoritis : Model Input-Output

Semenjak diliris oleh W. leontif pada tahun 1930-an, tabel Input-Output telah berkembang menjadi salah satu metode yang paling luas diterima. Tabel Input-Output ini, tidak hanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu industri dalam suatu perekonomian tetapi juga mencakup bagaimana cara untuk memprediksikan perubahan-perubahan struktur tersebut (Glasson, 1977). Model Input-Output Leontif ini didasarkan atas model keseimbangan umum (General Equilibrium).

Tabel Input-Output adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matrik. Isian sepanjang baris tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral. Sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer.

Tabel Input-Output memberikan gambaran yang menyeluruh dalam analisis ekonomi. Sebagai model kuantitatif tabel Input-Output ini memberikan gambaran menyeluruh tentang beberapa hal berikut ini:

1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor.


(42)

2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor produksi.

3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor yang berasal dari luar wilayah tersebut.

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik itu berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor.

Model I-O telah dikembangkan untuk keperluan yang lebih luas dalam analisis ekonomi. Beberapa kegunaan dari analisis I-O antara lain adalah:

1. Memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi,

2. Melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya, 3. Analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan

tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output,

4. Mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian,

5. Menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktur suatu perekonomian wilayah.


(43)

2.3.2. Struktur Tabel Input-Output

Format dari tabel I-O terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu (Glasson, 1977).

Tabel 2.2. Ilustrasi Tabel Input-Output Alokasi Output

Susunan Input

Permintaan Antara Sektor Produksi

1 2 … n

Permintaan Akhir Total Output Input Antara Sektor produksi 1 2 . . n

X11 X12 … X1n X21 X22 … X2n . . . . . . . . Xn1 Xn2 … Xnn

F1 F2 . . Fn X1 X2 . . Xn Jumlah Input Primer V1 V2 ... Vn

Total Input X1 X2 ... Xn

Sumber : Bapeda Kota Bogor, 2004.

Tabel 2.2 di atas isian angka sepanjang baris (horisontal) memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi permintaan antara sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir. Isian angka menurut kolom (vertikal) menunjukkan pemakaian input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor lain untuk kegiatan produksi suatu sektor.

Apabila Tabel 2.2 dilihat secara baris (bagian horisontal) maka alokasi output secara keseluruhan dapat ditulis dalam bentuk persamaan aljabar berikut:

x11 + x12 + ... + x1n + F1 = X1 x21 + x22 + ... + x2n + F2 = X2 . . . . . . . . . . . . . . .


(44)

dan secara umum persamaan diatas dapat dirumuskan kembali menjadi:

= i

i j

xij + Fi = Xi ; untuk i = 1, 2, 3 dst (2.2)

dimana xij adalah banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input oleh sektor j dan Fi adalah permintaan akhir terhadap sektor i serta Xi adalah jumlah output sektor i.

Sebaliknya jika Tabel 2.2 tersebut dibaca secara kolom (vertikal), terutama di sektor produksi, angka-angka itu menunjukkan susunan input suatu sektor. Dengan mengikuti cara-cara membaca seperti secara baris di atas, maka persamaan secara aljabar menurut kolom dapat dituliskan menjadi:

x11 + x21 + ... + xn1 + V1 = X1 x12 + x22 + ... + xn2 + V2 = X2 . . . . . . . . . . . . . . .

x1n + x2n + ... + xnn + Vn = Xn (2.3) dan secara ringkas dapat ditulis menjadi:

=

i

i i

xij + Vj = Xj ; untuk j = 1, 2, 3 dst (2.4)

dimana Vj adalah input primer (nilai tambah bruto) dari sektor j.

Berdasarkan persamaan 1 di atas, jika diketahui matrik koefisien teknologi, aij sebagai berikut, (Nazara, 1997):

αij = Χ ij

χ

(2.5)

dan jika persamaan (3) disubstitusikan ke persamaan (1) maka didapat persamaan (4) sebagai berikut:


(45)

a11X1 + a12X2 + ... + a1nXn + F1 = X1 a21X1 + a22X2 + …+ a2nXn + F2 = X2 . . . . . . . . . . . . . . .

an1X1 + an2X2 + ...+ annXn + Fn = Xn (2.6) Jika ditulis dalam bentuk persamaan matrik, persamaan (4) akan menjadi persamaan berikut: ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ nn n n n n a a a a a a a a a ... ... ... 2 1 2 22 21 1 12 11 + = ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ Χ Χ Χ n 2 1 ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ n F F F 2 1 ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ Υ Υ Υ n 2 1

A X + F = X

AX + F = X atau (I – A) X = F atau X = (I – A)-1 F (2.7) Dimana:

I = matrik identitas yang elemennya memuat angka satu pada diagonalnya dan nol pada selainnya

F = permintaan akhir X = jumlah output (I – A) = matrik Leontief

(I – A)-1 = matrik kebalikan Leontief

Dari persamaan (5) di atas terlihat bahwa output setiap sektor memiliki hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I – A) -1 sebagai koefisien antaranya. Matrik kebalikan ini mempunyai peranan penting sebagai alat analisis ekonomi karena menunjukkan adanya saling keterkaitan antara tingkat permintaan akhir terhadap tingkat produksi.

Secara umum, matrik dalam tabel input-output dapat dibagi menjadi 4 kuadran yaitu:


(46)

1. Kuadran I (Intermediate Quadran)

Setiap sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian.

2. Kuadran II (Final Demand Quadran)

Setiap sel pada kuadran II ini menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukkan modal tetap, perubahan stok dan ekspor.

3. Kuadran III (Primary Input Quadran)

Menunjukkan pembelian input yang dihasilkan diluar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah/gaji), pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.

4. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadran)

Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara.


(47)

2.3.3. Asumsi-Asumsi dan Keterbatasan dalam Model Input-Output

Menurut Jensen dan West dalam Sahara (1998), asumsi-asumsi dalam menunjang transaksi yang ada dalam Tabel I-O, sangat penting untuk menyusun Tabel I-O. Asumsi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kesebandingan (Propotionality)

Propotionality artinya, prinsip atau asumsi dimana hubungan antar input dan output pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier dan dalam keadaan constan return to scale.

2. Keseragaman (Homogeneity)

Homogenety artinya, masing-masing sektor memproduksi suatu output melalui satu cara dengan struktur input tertentu serta tidak ada substitusi diantara masing-masing input dan output.

3. Additivity

Additivity artinya, dampak total dari pelaksanaan produksi berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah.

Masih banyak permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan Tabel I-O. Tabel I-O sebagai model kuantitatif memiliki keterbatasan-keterbatasan:

1. Koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap konstan selama periode analisis atau proyeksi. Teknologi dalam proses yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan karena koefisien teknis dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas harga output.


(48)

2. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam penyusunan Tabel Input-Output dengan menggunakan metode survey.

3. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak tertangkap dalam analisisnya.

2.3.4. Analisis Keterkaitan

Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri/sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri/sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya.

Berdasarkan konsep keterkaitan ini dapat diketahui besarnya pertumbuhan suatu sektor lain. Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara ditunjukkan oleh koefisien langsung, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsungnya ditunjukkan dari matrik kebalikan Leontief.


(49)

2.3.5. Dampak Penyebaran

Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang yang telah diuraikan di atas belum memadai dipakai sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan setiap sektor tidak sama. Membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor adalah cara untuk menormalkan kedua indeks tersebut. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.

2.3.6. Analisis Multiplier

a. Multiplier Output

Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal (initial effect), yaitu kenaikan/penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matrik kebalikan Leontif (inverse matrix) menunjukkan total pembelian input baik langsung atau tidak langsung dari suatu sektor sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Jadi matrik kebalikan Leontief mengandung informasi struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian wilayah/negara.

b. Multiplier Pendapatan

Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian. Dalam Tabel I-O, yang dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga.


(50)

c. Multiplier Tenaga Kerja

Multiplier tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen-elemen dalam Tabel I-O, karena Tabel I-O tidak mengandung elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Multiplier tenaga kerja diperoleh dengan menambahkan baris yang menunjukkan jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja. Cara memperoleh koefisien tenaga kerja adalah dengan membagi setiap jumlah tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian suatu wilayah atau negara dengan jumlah total output dari masing-masing sektor tersebut.

d. Multiplier Tipe I dan II

Multiplier Tipe I dan Multiplier Tipe II digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan maupun tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja yang ada di suatu negara atau wilayah. Respon atau efek multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

i) Dampak awal (Initial Impact)

Dampak awal merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter. Dari sisi output, dampak awal ini diasumsikan sebagai peningkatan dari penjualan ke permintaan akhir sebesar satu satuan unit moneter. Peningkatan output itu


(51)

memberi efek pada peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga. Efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja. ii) Efek Putaran Pertama ( First Round Effect )

Efek putaran pertama menunjukkan efek langsung dari pembelian masing-masing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Dari sisi output, efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung. Sedangkan efek putaran pertama dari sisi pendapatan menunjukkan adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output.

iii) Efek Dukungan Industri ( Industrial Support Effect )

Efek dukungan industri (Industrial Support Effect) dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri menunjukkan ada efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output.

iv) Efek Induksi Konsumsi ( Consumption Induced Effect )

Efek induksi konsumsi dari sisi output menunjukkan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah tangga meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja.


(52)

v) Efek Lanjutan (Flow-on-Effect)

Efek lanjutan merupakan efek total (dari output, pendapatan dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu wilayah atau negara akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.

2.4. Kerangka Pemikiran

Pentahapan penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Perekonomian

Kota Bogor

Sektor Pariwisata

Metode Input-Output

Analisis Input-Output

Analisis Dampak Penyebaran

Analisis Multiplier Analisis Keterkaitan

Sektor Prioritas


(53)

Perekonomian suatu daerah dapat diketahui dengan melihat seberapa besar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) itu sendiri merupakan suatu data statistik yang didalamnya merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Berhasil tidaknya pembangunan ekonomi di suatu wilayah dapat dilihat dari seberapa besar PDRB yang diperoleh oleh wilayah tersebut. Oleh karena itu, Kota Bogor sebagai suatu wilayah harus memiliki strategi untuk meningkatkan PDRB, caranya yaitu dengan memanfaatkan sektor-sektor perekonomian yang ada di Kota Bogor. Salah satu sektor perekonomian tersebut adalah sektor pariwisata. Dimana, sektor pariwisata ini mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan serta dalam hal penyerapan tenaga kerja. Perlunya mengetahui keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor lain, sehingga metode Input-Output dipergunakan dalam penelitian ini. Dengan menggunakan I-O akan diperoleh berapa besar keterkaitan antar sektor, dampak penyebaran dan multiplier antar sektor. Hasil analisis tersebut digunakan dalam menentukan prioritas sektor ekonomi.


(54)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kotamadya Bogor, Provinsi Jawa Barat, yang dipilih berdasarkan beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan. Pertimbangan tersebut yaitu (1) Tersedianya Tabel Input-Output Kota Bogor. (2) bahwa Kota Bogor merupakan kawasan atau lokasi yang memiliki fungsi sebagai penyangga Ibukota Jakarta dimana fungsinya tersebut telah menyebabkan timbulnya kawasan serta penduduk yang bersifat komuter (Bogor-Jakarta) sehingga menjadikan Kota Bogor memiliki posisi yang strategis. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu lima bulan yaitu dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2006.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bogor tahun 2002 klasifikasi 22 sektor yang kemudian diagregasikan menjadi 13 sektor. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah GRIMP dan Microsoft Excel. Selain Tabel Input-Output digunakan juga data pendukung lainnya yang juga merupakan data sekunder. Data tersebut diperoleh dari instansi-instansi terkait yaitu: Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kota Bogor, Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor dan dinas terkait lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.


(55)

3.3. Metode Analisis

3.3.1. Analisis Keterkaitan

Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor. Keterkaitan ini terdiri dari, keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang.

3.3.1.1. Keterkaitan Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.

Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:

F (d) i =

= n

j a 1

ij (3.1)

F (d) i = keterkaitan langsung ke depan sektor i

a ij = unsur matrik koefisien teknis

3.3.1.2. Keterkaitan Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

B (d)j =

= n

j a 1

ij (3.2)


(56)

a ij = unsur matrik koefisien teknis.

3.3.1.3. Ke terkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.

Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:

F (d+i) i =

= n

j 1

α

ij (3.3)

F (d+i)i = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i,

α

ij = unsur matrik kebalikan Leontief model terbuka.

3.3.1.4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.

Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:

B (d+i) j =

= n

j 1

α

ij (3.4)

B (d+i)j = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i,


(57)

3.3.2. Dampak Penyebaran

Indeks keterkaitan langsung serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun keterkaitan langsung serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang telah diuraikan di atas belum memadai apabila dipakai sebagai landasan untuk pemilihan sektor-sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan setiap sektor tidak sama. Membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor adalah cara untuk menormalkan kedua indeks tersebut. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.

3.3.2.1. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan)

Konsep kepekaan penyebaran (daya penyebaran ke depan) bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sdi lebih besar dari satu. Sebaliknya sektor i

dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang rendah jika nilai Sdi lebih kecil

dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah:


(58)

Sdi = ∑ ∑ ∑ = = = n i n j ij n j ij n 1 1 1 α α (3.5)

Sdi = kepekaan penyebaran sektor i,

α

ij = unsur matrik kebalikan Leontief.

3.3.2.2. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang)

Konsep koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang) memiliki fungsi untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai keterkaitan ke belakang yang tinggi apabila nilai Pdj lebih besar dari satu,

sebaliknya jika nilai Pdj lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk

mencari nilai koefisien penyebaran adalah sebagai berikut:

Pdj =

∑ ∑ ∑ = = = n i n j ij n j ij n 1 1 1 α α (3.6)

Pdj = kepekaan penyebaran sektor j,

α

ij = unsur matrik kebalikan Leontief.

3.3.3. Analisis Multiplier

Berdasarkan matrik kebalikan Leontief, baik untuk model terbuka (

α

ij )


(59)

output, pendapatan dan tenaga kerja berdasarkan rumus yang tercantum dalam tabel 3. Hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan II sebagai berikut:

Tabel 3.1. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Multiplier

Nilai

Output Pendapatan Tenaga Kerja

Efek awal

Efek putaran pertama Efek dukungan industri Efek induksi konsumsi Efek total

Efek lanjutan

1

∑iaij

∑iαij-1-∑iaij

∑iα*ij -∑iαij

∑ iα*ij

∑ iα*ij - 1

hi

∑ iaij hi

∑ iαijhi-hi-∑iaij hi

∑ iα*ij hi -∑iαij hi

∑ iα*ij hi

∑ iα*ij hi - hi

ei

∑ iaij ei

∑iαij ei - ei-∑iaij ei

∑ iα*ij ei-∑iαij ei

∑ iα*ij ei

∑ iα*ij ei - ei

Sumber: Daryanto, A. dalam Bapeda (2004). Keterangan:

aij = Koefisien Output

hi = Koefisien Pendapatan Rumah Tangga

ei = Koefisien Tenaga Kerja

αij = Matrik Kebalikan Leontief Model Terbuka

α*ij= Matrik Kebalikan Leontief Model Tertutup

Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, dapat dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan multiplier tipe II berikut:

Tipe I = Efek awal+Efek Putaran Pertama+ Efek Dukungan Industri Efek Awal

Tipe II = Efek awal + Efek Putaran Pertama

+ Efek Dukungan Industri + Efek Induksi Konsumsi Efek Awal


(60)

3.4. Konsep dan Definisi

Konsep dan definisi ini menjelaskan konsep serta definisi dari pariwisata, output, transaksi antara, permintaan akhir (pengeluaran rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor) dan input primer (upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto) yang sesuai dengan Tabel Input-Output.

a. Pariwisata

Pariwisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, yang diantaranya termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Dalam hal ini, perdagangan, hotel, restoran, dan jasa angkutan.

b. Output

Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di wilayah dalam negeri (domestik) tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Pelaku dapat berupa perusahaan atau perorangan dari dalam negeri atau perusahaan dan perorangan asing. Unit usaha yang produksinya berupa barang outputnya merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Unit usaha yang bergerak di bidang jasa, outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain.

c. Transaksi Antara

Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antara sektor yang berperan sebagai konsumen dan produsen. Sektor yang berperan sebagai produsen


(61)

merupakan sektor pada masing-masing baris. Sektor sebagai konsumen ditunjukkan pada sektor masing-masing kolom. Transaksi yang dicakup dalam transaksi antara hanya transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam hubungannya dengan proses produksi. Isian sepanjang baris pada transaksi antara memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor-sektor lain untuk keperluan produksi dan disebut sebagai input antara. Isian sepanjang kolomnya menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor dan disebut sebagai input antara.

d. Permintaan Akhir dan Impor

Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa untuk keperluan konsumsi, bukan untuk proses produksi.

- Pengeluaran Rumah Tangga

Pengeluaran ini merupakan pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang bekas. Barang dan jasa ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama, kecuali pembelian rumah tempat tinggal. Pengeluaran ini juga mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. Konsumsi penduduk di suatu negara yang dilakukan di luar negeri diperlakukan sebagai impor untuk menjaga konsistensi data. Konsumsi oleh penduduk asing di wilayah negara tersebut diperlakukan sebagai ekspor.


(62)

- Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Pengeluaran ini mencakup semua pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi pemerintah dan pertahanan, baik yang dilakukan pemerintah pusat maupun daerah.

- Pembentukan Modal Tetap

Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam maupun impor, termasuk barang bekas dari luar daerah.

- Perubahan Stok

Perubahan stok merupakan selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang awal tahun. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi : (i) perubahan stok barang jadi dan setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (ii) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (iii) perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual.

- Ekspor dan Impor

Ekspor dan impor barang dan jasa meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu negara atau daerah dengan penduduk negara atau daerah lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor untuk barang dagangan, jasa angkutan, komunikasi, asuransi dan jasa lainnya. Transasksi ekspor barang ke luar negeri dinyatakan dengan nilai free on


(63)

board (f.o.b). Free on board yaitu suatu nilai yang mencakup semua biaya angkutan di negara pengekspor, bea ekspor dan biaya pemuatan barang sampai ke kapal yang mengangkutnya. Transasksi impor barang dari luar negeri dinyatakan atas dasar biaya pendaratan (landed cost). Biaya pendaratan terdiri dari cost, insurance and freight (c.i.f) ditambah dengan bea masuk dan penjualan impor.

e. Input Primer

Input primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara nilai output dengan nilai antara.

- Upah dan Gaji

Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar.

- Surplus Usaha

Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto.


(64)

- Penyusutan

Penyusutan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi.

- Pajak Tak Langsung Netto

Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi disebut juga sebagai pajak tak lanngsung negara.


(65)

IV. GAMBARAN UMUM SEKTOR PARIWISATA KOTA BOGOR

Secara geografis Kota Bogor terletak antara 106 430 400 sampai 106 500 300 BT dan 6300 150 sampai 600 400 LS dengan jarak ± 56 km dari Ibukota Jakarta. Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118.50 km2 dan mengalir beberapa sungai, yaitu Sungai Ciliwung, Cisadane, Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi dan Cibalok. Kondisi ini merupakan faktor pendukung sehingga Kota Bogor relatif aman dari bahaya banjir. Kota Bogor berada pada ketinggian 200-350 di atas permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah Kota Bogor itu sendiri adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor.

2. Sebelah Utara: Berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor.

3. Sebelah Timur: Berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor.

4. Sebelah Barat: Berbatasan dengan Kecamatan Kemang dan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

Kota Bogor terdiri dari enam Kecamatan yaitu Kecamatan Bogor Tengah, Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Timur dan Kecamatan Tanah Sareal. Kecamatan Bogor Tengah terdiri dari 11 kelurahan, Kecamatan Bogor Utara terdiri dari 8 kelurahan, Kecamatan Bogor Selatan terdiri dari 16 kelurahan, Kecamatan Bogor Barat


(1)

Lampiran 3. Tabel I-O Kota Bogor 2002 Klasifikasi 13 Sektor

Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 180 309 310 1 1023 0 0 3537 64 0 141 1577 2 0 0 0 19 6362 143930 150293 2 3790 664 97 31041 470 583 461 349 213 24 1129 1429 863 41112 140379 181492 3 554 97 14 4541 69 85 67 51 32 4 165 209 126 6013 20564 26577 4 12775 5973 874 88298 24050 874 406 4544 6153 704 1952 2981 5451 155033 1265852 1420885 5 13063 8120 1188 11457 4726 1753 305 3410 5204 596 35418 23977 2178 111395 277995 389390 6 30264 18328 2681 196065 53162 1111 602 6733 13240 1517 6237 4005 6067 340011 575568 915579 7 218 99 14 909 136 939 7 82 507 58 195 808 49 4022 22869 26890 8 2442 1103 161 10154 1519 10498 82 913 5672 646 2180 9039 548 44958 253320 298278 9 37317 11327 1657 86914 14676 16336 2724 30455 19167 2195 15923 12457 6335 257490 98154 355644 10 4276 1298 190 9958 1682 1872 149 3489 2195 252 1824 1427 726 29338 8212 37550 11 4532 962 141 17323 2081 5790 387 4330 5521 633 97855 14863 867 155285 149879 305164 12 24195 44696 6537 76752 15308 66663 2767 30935 22354 2561 56879 58333 25639 433621 93579 527199 13 3019 2559 374 6630 596 4235 68 760 37544 4302 2987 4091 1544 68707 231916 300623 190 137468 95227 13928 543581 118538 110737 8167 87628 117806 13492 222743 133620 50412 1653347 3282218 4935565 201 2190 7840 1150 203470 105244 161889 4610 51865 65940 5017 20177 73974 199711 903077

200 1082 11790 1729 206549 74333 19861 4434 49880 1487 6077 6297 40573 3394 427484 202 9141 59248 8688 367815 63763 547876 6095 68570 111767 8503 31702 239794 40628 1563591 203 236 7281 1068 64198 16056 33249 2281 25658 53737 4088 23096 25313 6261 262521 204 175 105 16 35273 11456 41966 1305 14677 4907 373 1148 13925 217 125544

205 0 105 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

210 150293 181492 26577 1420885 389390 915579 26890 298278 355644 37550 305164 527199 300623 4935565 Employ 11857 2663 389 71826 19594 74052 2004 22404 11734 1345 4745 6789 88456 317858


(2)

Lampiran 4. Matrik Koefisien Teknis

Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Total 1 0.0068 0.0000 0.0000 0.0025 0.0002 0.0000 0.0052 0.0053 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0201 2 0.0252 0.0037 0.0036 0.0218 0.0012 0.0006 0.0171 0.0012 0.0006 0.0006 0.0037 0.0027 0.0029 0.0850 3 0.0037 0.0005 0.0005 0.0032 0.0002 0.0001 0.0025 0.0002 0.0001 0.0001 0.0005 0.0004 0.0004 0.0124 4 0.0850 0.0329 0.0329 0.0621 0.0618 0.0010 0.0151 0.0152 0.0173 0.0187 0.0064 0.0057 0.0181 0.3722 5 0.0869 0.0447 0.0447 0.0081 0.0121 0.0019 0.0113 0.0114 0.0146 0.0159 0.1161 0.0455 0.0072 0.4205 6 0.2014 0.1010 0.1009 0.1380 0.1365 0.0012 0.0224 0.0226 0.0372 0.0404 0.0204 0.0076 0.0202 0.8498 7 0.0015 0.0005 0.0005 0.0006 0.0003 0.0010 0.0003 0.0003 0.0014 0.0015 0.0006 0.0015 0.0002 0.0104 8 0.0162 0.0061 0.0061 0.0071 0.0039 0.0115 0.0030 0.0031 0.0159 0.0172 0.0071 0.0171 0.0018 0.1163 9 0.2483 0.0624 0.0623 0.0612 0.0377 0.0178 0.1013 0.1021 0.0539 0.0585 0.0522 0.0236 0.0211 0.9024 10 0.0285 0.0072 0.0071 0.0070 0.0043 0.0020 0.0055 0.0117 0.0062 0.0067 0.0060 0.0027 0.0024 0.0973 11 0.0302 0.0053 0.0053 0.0122 0.0053 0.0063 0.0144 0.0145 0.0155 0.0169 0.3207 0.0282 0.0029 0.4777 12 0.1610 0.2463 0.2460 0.0540 0.0393 0.0728 0.1029 0.1037 0.0629 0.0682 0.1864 0.1106 0.0853 1.5394 13 0.0201 0.0141 0.0141 0.0047 0.0015 0.0046 0.0025 0.0025 0.1056 0.1146 0.0098 0.0078 0.0051 0.3070 Total 0.9147 0.5247 0.5241 0.3826 0.3044 0.1209 0.3037 0.2938 0.3312 0.3593 0.7299 0.2535 0.1677 5.2104


(3)

Lampiran 5. Matrik Kebalikan Leontif Terbuka

Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Total 1 1.0073 0.0002 0.0002 0.0028 0.0004 0.0001 0.0054 0.0054 0.0002 0.0002 0.0002 0.0002 0.0002 1.0228 2 0.0297 1.0059 0.0059 0.0242 0.0032 0.0011 0.0186 0.0025 0.0021 0.0022 0.0076 0.0038 0.0038 1.1108 3 0.0043 0.0009 1.0009 0.0035 0.0005 0.0002 0.0027 0.0004 0.0003 0.0003 0.0011 0.0006 0.0006 1.0162 4 0.1107 0.0445 0.0444 1.0721 0.0694 0.0032 0.0231 0.0226 0.0252 0.0273 0.0286 0.0129 0.0221 1.5061 5 0.1183 0.0655 0.0654 0.0203 1.0195 0.0085 0.0259 0.0250 0.0260 0.0282 0.1943 0.0602 0.0146 1.6715 6 0.2562 0.1244 0.1243 0.1597 0.1529 1.0055 0.0395 0.0379 0.0518 0.0562 0.0702 0.0227 0.0283 2.1296 7 0.0028 0.0014 0.0014 0.0012 0.0008 0.0012 1.0008 0.0008 0.0018 0.0020 0.0018 0.0019 0.0004 1.0183 8 0.0316 0.0153 0.0153 0.0133 0.0086 0.0138 0.0089 1.0088 0.0204 0.0220 0.0204 0.0215 0.0049 1.2046 9 0.3012 0.0866 0.0865 0.0823 0.0526 0.0247 0.1205 0.1203 1.0706 0.0766 0.1063 0.0386 0.0294 2.1962 10 0.0345 0.0099 0.0099 0.0094 0.0060 0.0028 0.0077 0.0138 0.0081 1.0088 0.0122 0.0044 0.0034 1.1309 11 0.0704 0.0260 0.0260 0.0280 0.0153 0.0143 0.0319 0.0319 0.0311 0.0338 1.4925 0.0502 0.0104 1.8617 12 0.2733 0.3116 0.3112 0.1030 0.0723 0.0908 0.1470 0.1432 0.1041 0.1130 0.3453 1.1486 0.1075 3.2710 13 0.0616 0.0282 0.0282 0.0172 0.0097 0.0085 0.0184 0.0188 0.1161 0.1260 0.0310 0.0144 1.0099 1.4882 Total 2.3018 1.7202 1.7194 1.5371 1.4112 1.1746 1.4505 1.4315 1.4579 1.4967 2.3116 1.3798 1.2355 20.6279


(4)

Lampiran 6. Multiplier Output

SEKTOR INITIAL FIRST INDUST CONS'M TOTAL ELAST TYPE I TYPE II

Pertanian 1.0000 0.9147 0.3871 0.5385 2.8403 0 2.3018 2.8403 Listrik & gas 1.0000 0.5244 0.1954 0.3607 2.0806 0 1.7198 2.0806 Air&tambang 1.0000 0.5240 0.1953 0.3607 2.0801 0 1.7193 2.0801 ind.pengolahan 1.0000 0.3826 0.1545 0.4880 2.0251 0 1.5371 2.0251 Bangunan 1.0000 0.3044 0.1068 0.7104 2.1216 0 1.4112 2.1216 Perdagangan 1.0000 0.1209 0.0537 0.4305 1.6051 0 1.1746 1.6051 Hotel 1.0000 0.3037 0.1468 0.5181 1.9686 0 1.4504 1.9686 Restoran 1.0000 0.2938 0.1377 0.5214 1.9529 0 1.4315 1.9529 Angkutan 1.0000 0.3312 0.1267 0.6580 2.1159 0 1.4579 2.1159 Jasa angkutan 1.0000 0.3593 0.1374 0.5737 2.0704 0 1.4967 2.0704 Komunikasi 1.0000 0.7299 0.5817 0.5442 2.8558 0 2.3116 2.8558 Keuangan 1.0000 0.2535 0.1264 0.4319 1.8117 0 1.3798 1.8117 Jasa-jasa 1.0000 0.1676 0.0677 1.4643 2.6996 0 1.2353 2.6996


(5)

Lampiran 7. Multiplier Pendapatan

SEKTOR INITIAL FIRST INDUST CONS'M TOTAL ELAST TYPE I TYPE II

Pertanian 0.0146 0.1635 0.0816 0.0985 0.3581 0 17.8145 24.5765 Listrik & gas 0.0432 0.0927 0.0380 0.0660 0.2399 0 4.0279 5.5568 Air&tambang 0.0433 0.0927 0.0380 0.0660 0.2399 0 4.0192 5.5447 ind.pengolahan 0.1432 0.0617 0.0303 0.0893 0.3245 0 1.6428 2.2664 Bangunan 0.2703 0.0515 0.0207 0.1300 0.4725 0 1.2671 1.7480 Perdagangan 0.1768 0.0204 0.0103 0.0788 0.2863 0 1.1736 1.6191 Hotel 0.1714 0.0473 0.0311 0.0948 0.3446 0 1.4569 2.0099 Restoran 0.1739 0.0477 0.0298 0.0954 0.3467 0 1.4454 1.9940 Angkutan 0.1854 0.1069 0.0249 0.1204 0.4376 0 1.7107 2.3600 Jasa angkutan 0.1336 0.1159 0.0270 0.1050 0.3815 0 2.0700 2.8557 Komunikasi 0.0661 0.1018 0.0945 0.0996 0.3619 0 3.9678 5.4738 Keuangan 0.1403 0.0451 0.0228 0.0790 0.2872 0 1.4837 2.0468 Jasa-jasa 0.6644 0.0284 0.0131 0.2679 0.9738 0 1.0625 1.4657


(6)

Lampiran 8. Multiplier Tenaga Kerja

SEKTOR INITIAL FIRST INDUST CONS'M TOTAL ELAST TYPE I TYPE II

Pertanian 0.0789 0.0449 0.0249 0.0347 0.1834 0 1.8851 2.3247 Listrik & gas 0.0147 0.0223 0.0105 0.0232 0.0708 0 3.2422 4.8265 Air&tambang 0.0146 0.0223 0.0105 0.0232 0.0707 0 3.2449 4.8324 ind.pengolahan 0.0506 0.0204 0.0088 0.0314 0.1111 0 1.5770 2.1988 Bangunan 0.0503 0.0176 0.0060 0.0458 0.1197 0 1.4692 2.3785 Perdagangan 0.0809 0.0043 0.0028 0.0277 0.1156 0 1.0866 1.4294 Hotel 0.0745 0.0099 0.0093 0.0334 0.1271 0 1.2576 1.7054 Restoran 0.0751 0.0100 0.0091 0.0336 0.1277 0 1.2531 1.7001 Angkutan 0.0330 0.0401 0.0071 0.0424 0.1225 0 2.4279 3.7123 Jasa angkutan 0.0358 0.0435 0.0077 0.0369 0.1239 0 2.4270 3.4586 Komunikasi 0.0155 0.0207 0.0232 0.0350 0.0945 0 3.8226 6.0767 Keuangan 0.0129 0.0097 0.0061 0.0278 0.0564 0 2.2204 4.3802 Jasa-jasa 0.2943 0.0065 0.0036 0.0943 0.3987 0 1.0346 1.3550