Pengurangan Risiko Bencana dalam Pengelolaan Pariwisata di Kota Sabang Propinsi Aceh

  

Pengurangan Risiko Bencana

Pengurangan Risiko Bencana

dalam dalam Pengelolaan Pariw isata Pengelolaan Pariw isata

di Kota Sabang Propinsi Aceh

di Kota Sabang Propinsi Aceh

  Kerangka Dasar Mengarus-utamakan Pengurangan Risiko Bencana Sebagai Pemenuhan dan Kebutuhan

Hak Terlindungi dan Terselamatkan dari Acaman Bencana

Pengurangan Risiko Bencana dalam Pengelolaan Pariw isata di Kota Sabang Propinsi Aceh UCAPAN TERIMA KASIH : Konsep dasar ini disusun melalui proses partisipatif, melibatkan banyak pihak

  Bersama-sama mendorong pembangunan dan pengembangan pariwisata dengan

mengarus-utamakan pengurangan risiko bencana sebagai bagian pemenuhan hak atas

perlindungan dan keselamatan dari ancaman dan bencana. Ucapan terimakasih atas kontribusi dan dukungan berbagai pihak ; Pemerintah Kota Sabang Propinsi Aceh, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota

  

Sabang, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Sabang, KODIM, TNI AU,

Yayasan Peduli Sabang, Palang Merah Indonesia Kota Sabang, UNORC Project Sabang, WALHI Aceh, BASARDA Kota Sabang, Masyarakat pariwisata Iboih dan Gapang, Bingkai Indonesia - Yogyakarta, Titian Indonesia,

  

Juga pribadi-pribadi yang konsen dan peduli terhadap pengurangan risiko bencana dan

pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia;

Beni Usbianto (Circle Indonesia), Didit NS (Langkah Bocah), Faisal Djalal (MPBI), Eko

Teguh Paripurno (Dream UPN), Bambang Antariksa,

  Abdillah dan Ina Nisrina (WALHI Aceh)

PENGANTAR

  Hanya kepada Yang Maha Kuasa, kami panjatkan segala puji dan syukur atas segala karunia yang telah Dia berikan dalam menjalani kehidupan yang penuh nikmat ini. Segala sanjungan dan pujian terlimpah bagi Nabi terakhir zaman, Muhammad SAW. Penyusunan konsep dasar pengelolaan pariwisata dengan mengarusutamakan

  

pengurangan risiko bencana, hanyalah jalan atau media yang Allah SWT berikan melalui

  tim kecil dengan dukungan berbagai pihak yang peduli dan berkepentingan atas keselamatan dan perlindungan manusia dari berbagai ancaman yang ada di muka bumi. Manusia diberi anugerah berupa akal dan pikiran, agar mampu mensiasati berbagai halangan, masalah maupun kendala-kendala, termasuk ancaman dan bahaya yang berpotensi menjadi bencana. Upaya ini merupakan bentuk kewajiban manusia menjalankan amanat dari Allah SWT sebagai sebuah ikhtiar..

  Bencana, bukan semata-mata takdir. Apalagi dipahami secara sempit sebagai azab. Takdir dan kematian adalah rahasia Tuhan. Manusia hanya diberikan pengetahuan yang teramat sedikit tentang rahasia tersebut. Sebaliknya, Tuhan memberi kuasa atau kewajiban kepada manusia untuk berusaha agar selamat dan mendapatkan yang terbaik dalam kehidupannya. Kejadian dapat disebut bencana jika memenuhi tiga unsur: menyebabkan ketergangguan sistem sosial-budaya dan ekonomi, menyebabkan kerugian: korban jiwa dan/atau harta dan/atau lingkungan, serta penduduk terkena dampak tidak mempunyai kemampuan mengatasi masalahnya dengan sumberdaya yang mereka miliki. Bencana terjadi lebih disebabkan karena kapasitas masyarakat lebih rendah (rentan) dari bahaya/ancaman yang ada. Kondisi ini menggambarkan, manusia memiliki kesempatan mengurangi risiko bencana. Bahkan, dapat menghindar atau menghilangkan sebuah kejadian menjadi bencana. Dengan menghilangkan atau mengurangi kerentanan, meningkatkan kemampuan serta meredam risiko ancaman bencana. Masyarakat Aceh, sebelum kejadian bencana 26 Desember 2004 tidak cukup tahu dan paham wilayahnya berpotensi tsunami. Sejarah kejadian tsunami dilupakan, tergerus zaman. Upaya memahami ancaman, risiko dan dampak, mengurangi kerentanan sekaligus meningkatkan kemampuan minim dilakukan. Tata ruang sebagai acuan dasar pemanfaatan ruang, tidak menyebutkan sepanjang pesisir dari Aceh berpotensi terhadap fenomena alam yang sangat merusak dan mematikan; Tsunami. Demikian juga kebijakan-kebijakan yang menyangkut keselamatan warga dan fasilitas publik. Dampaknya, ketika gempa dan tsunami terjadi pada Minggu pagi, menimbukan korban dan kerusakan yang luar biasa.

  Menempatkan bencana sebagai takdir dengan makna sempit dapat menghilangkan kewajiban manusia pada proporsinya sebagai khalifah di bumi. Sebagai mahluk yang diberi akal dan pikiran untuk berikhtiar dan melakukan refleksi dan terus berbuat yang terbaik. Mempelajari dari kejadian bencana; dimana letak kesalahan sehingga kejadian alam menjadi bencana dan menyebakan banyak korban jiwa? Apakah manusia telah melakukan upaya maksimal untuk mencegahnya? Melalui sistem peringatan dini yang baik, menyediakan jalan untuk evakuasi, memberi tanda-tanda yang jelas ke mana penduduk harus menyelamatkan diri, atau melakukan sosialiasi kepada penduduk, bagaimana cara menyelamatkan diri dan dimana daerah-daerah yang aman. Terlindungi dan terselamatkan dari ancaman bencana merupakan bagian dari hak asasi manusia. Hak tersebut diperkuat melalui bebagai kesepakatan internasional maupun kebijakan Negara. Deklarasi HAM menyebutnya dengan hidup bermartabat. Hidup bermartabatyang bermakna kehidupan yang bebas dari rasa takut, terlindungi dan terpenuhi kebutuhan dasarnya sesuai standar minimum. Konstitusi Negara Republik Indonesia secara tegas menjamin perlindungan dan keselamatan ini melalui pembukaan UUD 1945; melindungi segenap bangsa dan tumpah darah serta ikut serta menjaga ketertiban dunia..

  Trend pembangunan mengarus-utamakan pengurangan risiko bencana (PRB) semakin menguat awal tahun 2005. Ini tidak terlepas dari kejadian bencana gempa yang diikuti gelombang tsunami 26 Desember 2004 yang juga melanda beberapa Negara-negara lain. Sebelumnya, International Strategic of Disaster Reduction (ISDR), sebuah unit kerja PBB menyepakati pendekatan baru dalam penanggulangan bencana. Dari kerja-kerja kamanusiaan yang didominasi oleh respon dan bantuan darurat menjadi pengurangan risiko bencana. Trend ini disambut suka cita seiring mulai disadari tingginya tingkat kerentanan penduduk dunia dan ancaman bencana. Trend ini bergandeng lurus dengan ancaman global yang dirasakan bersama, menjadi ancaman bersama dan harus diatasi bersama-sama GLOBAL WARMING. Saat gempa dan tsunami terjadi, sebuah dokumentasi film memperlihatkan, bagaimana wisatawan panik ketika terjadi gelombang tsunami di Phuket Thailand. Tidak hanya panik, juga menjadi korban ganasnya gelombang tsunami yang dipicu gempa berkekuatan 8,9 skala richter.

  Dokumentasi yang disiarkan luas diseluruh dunia dapat menjadi pembelajaran kita bersama, bagaimana konsep pariwisata ke depan. Tidak cukup berbagai fasilitas penunjang seperti akomodasi, infrastruktur maupun sarana dan prasarana penunjang yang memudahkan serta memberi kenyamanan wisatawan, tapi ada kebutuhan lain yang juga penting. Bahkan teramat penting karena menyangkut keselamatan jiwa. (Tabel I) Selain daerah-daerah wisata di Thailand yang menjadi sorotan media massa internasional saat tsunami terjadi, di Indonesia sendiri (sekalipun belum ada data spesifik) cukup banyak wisatawan yang menjadi korban bencana. Saat tsunami terjadi, beberapa tempat wisata pantai di Aceh dipenuhi wisatawan lokal karena bertepatan hari libur. Bencana lain, seperti tsunami di Pangandaran, gempa di Jogjakarta maupun banjir bandang di Bahorok Langkat, Sumatra Utara pun demikian. Mereka menjadi korban akibat tidak ada informasi, tidak disiapkannya upaya dan berbagai sarana dan prasarana melindungi dan menyelamatkan diri dari ancaman bencana. Sebagai perbandingkan, wisata minat khusus seperti paralayang, offroad, arung jeram, mendaki gunung, pajat tebing atau penelusuran goa dll. menyadari potensi risiko dari aktifitas atau atraksi yang ditawarkan. Kasadaran atas risiko diminimalisasi dengen berbagai pengetahuan, prosedur dan perlengkapan perlindungan dan keselamatan. Juga

  iv rencana kontinjensi jika terjadi kondisi darurat. Sekalipun masih terjadi insiden, namun relatif kecil yang terjadi lebih dikarenakan faktor manusia, karena kelalayan, mengabaikan berbagai peraturan atau standar-standar keselamatan. Prinsip-prinsip tindakan preventif (pencegahan) sangat mungkin dikembangkan dalam pengembangan pariwisata secara umum. Safety first adalah istilah yang sangat popular untuk menjaga keselamatan. Informasi potensi ancaman bencana tidak akan mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung. Bahkan sebaliknya, wisatawan akan tertarik datang, jika ada kejelasan atau jaminan perlindungan dan keselamatannya. Samdhana Institute merupakan lembaga non pemerintah yang mendorong adanya keselarasan alam - lingkungan dengan budaya dan spiritual. Mendorong arus utama pengurangan risiko bencana dalam pengembangan pariwisata adalah salah satu terjemahan pencapaian visi kelembagaan Samdhana Institute: keselarasan antara pemanfaatan dan kelestarian lingkungan dengan hak terlindungi dan teselamatkannya manusia dari ancaman bencana.

  Penyusunan konsep dasar mengarus-utamakan pengurangan risiko bencana dalam pengembangan pariwisata di Kota Sabang, merupakan bahan dasar (landasan) dan prinsip, bagaimana PRB diterapkan. Sebagai bahan dasar, konsep dasar ini bersifat dinamis. Dapat terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan tanpa meninggalkan prinsip- prinsip yang ada. Konsep ini juga dapat dikembangkan untuk wilayah lain dengan menyesuaikan kondisi setempat, khususnya social, budaya masyarakatnya.

  Sebuah harapan besar, konsep ini dapat bermanfaat sebagai upaya bersama memenuhi hak hidup bermartabat, hak mendapatkan perlindungan dan keselamatan dari berbagai ancaman bencana, baik yang dipicu olah alam, intervensi manusia, maupun penggabungan keduanya.

  Banda Aceh, November 2009

  DAFTAR ISI

  Kata pengantar ................................................................................. iii Daftar Isi ................................................................................. vi Daftar istilah ................................................................................. vii

  BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang .................................................................... 1

  2. Landasan hukum .................................................................... 4

  3. Tujuan, sasaran dan pendekatan .......................................... 5

  BAB II GAMBARAN UMUM

  1. Kondisi Obyektif .................................................................... 9

  2. Profil wisata Pulau Weh ....................................................... 11

  3. Obyek wisata Andalan Pulau Weh .......................................... 16

  BAB III PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA SABANG

  1. PRB dan Kecenderungan di tingkat Internasional ................ 25

  2. Perlindungan Aset Penghidupan .......................................... 32

  3. PRB dan perlindungan lima asset kehidupan ............................. 37

  BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MENGARUS-UTAMAKAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

  1. Menyiapkan Kerangka Strategis .......................................... 43

  2. Memenuhi dan Melengkapi Kebutuhan PRB ............................. 47

  3. Kesiapsiagaan Menghadapi Ancaman Bencana ............................. 51

  4. Promosi dan peningkatan jumlah wisatawan ............................. 57

  BAB V PENUTUP Penutup ................................................................................. 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN Daftar Tabel Keterangan Foto Contoh peta bahaya dan jalur evakuasi Contoh dokumen kontijensi planning

DAFTAR ISTILAH Ancaman :

  

Kejadian-kejadian, gejala atau kegiatan manusia yang berpotensi menimbulkan kematian, luka-luka,

kerusakan harta benda, gangguan sosial ekonomi atau kerusakan lingkungan.

  BASARNAS/BASARDA Badan Search and Rescue (SAR) Nasional/Daerah. BNPB / BPBD:

Badan Nasional Penanggulangan Bencana Lembaga negera dalam penanggulangan bencana

menggantikan Badan Koordinasi Nasional penanggulangan Bencana dan pengungsi (BAKORNAS

BP) di level nasional/ Badan Penanggulangan Bencana Daerah.ditingkat Propinsi/Kabupaten/Kota

dalam penanggulangan bencana menggantikan SATKORLAK PB SATLAK PB Bahaya (hazard) :

adalah suatu kejadian atau peristiwa yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kerusakan,

kehilangan jiwa manusia, atau kedurskan lingkungan.

  Bencana (disaster):

Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta

benda, dan dampak psikologis. (UU 24/2007)

Bencana : suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan

kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang

melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan

sumberdaya mereka sendiri (ISDR, 2004) Bantuan darurat (relief)

Upaya memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat, baik

berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara, perlindungan, kesehatan, sanitasi dan air bersih

Daerah Rawan Bencana :

Daerah yang memiliki risiko tinggi terhadap ancaman terjadinya bencana baik akibat kondisi geografis,

geologis, demografis, dan sosial karena ulah manusia Kemampuan (capacity) :

adalah penguasaan sumberdaya, cara, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat, yang memungkinkan

mereka untuk mempertahankan dan mempersiapkan diri, mencegah, menanggulangi, meredam,

serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana Kerentanan (vulnerability) :

adalah kondisi, atau karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi

suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu yang mengurangi kemampuan masyarakat

tersebut mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya tertentu.

  Kesiapsiagaan (preparedness) :

adalah upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian langkah-

langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

  

Mitigasi (mitigation) : adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana, baik secara

fisik struktural melalui pembuatan bangunan-bangunan fisik, maupun non fisik-struktural melalui

perundang-undangan dan pelatihan.

  MMI = Modified Mercally Intensity

Satuan ukuran kekuatan gempa, dimana besarnya efek yang dirasakan oleh pengamat dimana dia

berada tanpa memperhatikan sumbernya.

  Pemulihan (recovery)

adalah proses pemulihan kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali

sarana dan prasarana pada keadaan semula dengan melakukan upaya memperbaiki prasarana dan

pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dll) Penanggulangan Bencana (Disaster Manangement)

Suatu proses yang dinamis, terpadu dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah

yang berhubungan dengan penanganan, merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi pencegahan,

mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan pembangunan kembali Pencegahan (Prevention)

serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik

melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.

  Pengungsi

orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka

waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana.

  

Pengungsi ; Setiap orang yang berada diluar negara tempatnya berasal dan yang diluar kemauannya

atau tidak mungkin kembali ke negaranya atau menggunakan perlindungan bagi dirinya sendiri

karena: a. ketakutan mendasar bahwa dia akan dituntut karena alasan ras, agama, kebangsaan,

keanggotaan pada kelompok social tertentu atau pendapat politik; atau b. ancaman terhadap nyawa

atau keamanannya sebagai akibat pertikaian bersenjata dan bentuk-bentuk lain dari kekerasan yang

meluas dan sangat mengganggu keamanan masyarakat umum. (sumber: UNHCR) Peringatan Dini (early warning) :

adalah upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi,

yang menjangkau masyarakat (accesible), segera (immediate), tegas tidak membingungkan

(coherent), dan resmi (official) Rehabilitasi (rehabilitation) :

adalah upaya yang diambil setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki

rumah, fasilitas umum dan fasilitas sosial serta, dan menghidupkan kembali roda perekonomian.

  Rekonstruksi (reconstruction) :

adalah program jangka menengah dan yang jangka panjang meliputi perbaikan fisik, sosial dan

ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari

sebelumnya.

  Rencana Kontijensi (Contingency Planning) :

Suatu perencanaan kedepan pada keadaan yang tidak menentu dengan skenario dan tujuan yang

telah disepakati, teknik, manajemen dan pelaksanaan yang ditetapkan bersama serta sistem

penanggulangan yang telah ditentukan untuk mencegah dan meningkatkan cara penanggulangan

keadaan darurat (sumber: UNHCR)

  Risiko :

Suatu peluang dari timbulnya akibat buruk, atau kemungkinan kerugian dalam hal kematian, luka-luka,

kehilangan dan kerusakan harta benda, gangguan kegiatan mata pencaharian dan ekonomi atau

kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi antara ancaman bencana dan kerentanan

Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan

kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,

mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat Safe Community Kead aan sehat dan aman yang tercipta dari, oleh dan untuk masyarakat Sistem Peringatan Dini

  Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh . lembaga yang berwenang

  Skala Richter Satuan ukuran kekuatan gempa Tanggap Darurat (emergency response) :

adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang

ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.