KEWENANGAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERWAKILAN PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMERIKSAAN KEUANGAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

KEWENANGAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERWAKILAN PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMERIKSAAN KEUANGAN

DI KOTA BANDAR LAMPUNG Oleh

ANA ALSAN MUHAMMAD

Pengelolaan keuangan di Kota Bandar Lampung memiliki tujuan menjaga, menjamin eksistensi Kota Bandar Lampung, dan membiayai pengelolaan Kota Bandar Lampung, untuk mewujudkan kesejahteraan. Bandar Lampung 5 (lima) tahun memperoleh Opini WTP namun di Kota Bandar Lampung masih terdapat temuan salah satunya di Dinas Kelautan Dan perikanan (DKP) Bandarlampung. Beradsarkan UU No. 15/2006 tentang BPK, BPK Perwakilan Provinsi Lampung merupakan lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan di Kota Bandar Lampung sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Berdasarkan tugasnya tersebut BPK Perwakilan Provinsi Lampung memiliki wewenang dalam pemeriksaan keuangan.

Permasalahan yang diteliti adalah: a) Bagaimana kewenangan BPK Perwakilan Provinsi Lampung dalam pemeriksaan keuangan di Kota Bandar Lampung dan b) Apa saja faktor pendukung serta penghambat BPK Perwakilan Provinsi Lampung dalam memeriksa keuangan di Kota Bandar Lampung.

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Data sekunder berasal dari peraturan perundang-undangan dan literatur, sedangkan data primer diperoleh dari studi lapangan melalui wawancara. Data diolah dan dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian bahwa BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung diberikan wewenang untuk memeriksa keuangan di Kota Bandar Lampung berdasarkan peraturan perundang-undangan Pasal 9 UU No. 15 Th 2006 tentang BPK antara lain menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan, meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh pemerintah kota Bandar lampung. Faktor penghambat pemeriksaan BPK Perwakilan Provinsi Lampung yaitu kekurangan waktu, kekurang SDM anggota auditor, dan faktor keterbatasan data. BPK Perwakilan Provinsi Lampung dalam melaksanakan kewenangan pemeriksaan terdapat faktor yang mendukung antara lain BPK Perwakilan Provinsi Lampung dalam menjalankan tugas dan kewenangannya bersinergi dan terjalin nya komunikasi baik antar lembaga Negara dan objek pemeriksaan dengan memberikan data yang dibutuhkan oleh BPK Perwakilan Provinsi.

Kata Kunci : Kewenangan pemerintah, Pemeriksaan keuangan, Badan Pemeriksaan Keuangan.


(2)

AUDITHORITY OF THE PROVINCE OF LAMPUNG IN THE EXAMINATION OF FINANCIAL

BANDAR LAMPUNG CITY Oleh

ANA ALSAN MUHAMMAD

Financial management in the city of Bandar Lampung has the purpose of maintaining, guaranteeing the existence of the city of Bandar Lampung, and finance management of Bandar Lampung, to realize prosperity. Bandar Lampung 5 (five) years obtaining Unqualified Opinion but in Bandar Lampung there are finding one in the Department of Marine and Fisheries (DKP) Bandarlampung. Beradsarkan Law 15/2006 of the BPK, BPK Representative Lampung Province is a state agency whose task is to examine the management and financial responsibility in the city of Bandar Lampung as set forth in the Constitution of 1945. Based on these duties BPK Representative Lampung province has the authority to audit.

The problems studied were: a) How is the authority of the BPK Representative Lampung province in financial investigation in the city of Bandar Lampung and b) What are the factors supporting and inhibiting BPK representative in the finances of the province of Lampung in Bandar Lampung.

Approach to the problem which is used in this research is normative juridical approach and empirical jurisdiction. Secondary data derived from legislation and literature, while primary data obtained from field study through interviews. The data is processed and analyzed qualitatively.

The result of research that BPK RI Representative Lampung province is authorized to examine financial in Bandar Lampung by the legislation of Article 9 of Law No. 15 Th 2006 on the BPK, among others, determine the object of inspection, planning and carrying out the examination, determine the time and method of inspection as well as preparing and presenting inspection reports, request information and / or documents that must be provided by the city of Bandar Lampung. Inhibiting factors BPK Representative Lampung Province as lack of time, lack of human resources auditor members, and there was limited data. BPK representative Lampung Province in carrying out the examination authority are among other factors that support the BPK Representative Lampung Province in carrying out its duties and authorities of his entwined together and good communication between state institutions and the object of examination by providing the data required by the BPK Provincial Representative.


(3)

(4)

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 22 Agustus 1993, merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Putra dari Bapak Muhammad Mansyur dan Ibu Nuriyah Penulis memulai pendidikan pada tahun 1998 di Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Aisyah Kota Metro, kemudian Sekolah Dasar (SD) di SD Alquran Kota Metro lulus pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 3 Metro lulus pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 4 Metro lulus pada tahun 2011. Pada masa SMP penulis aktif berorganisasi di Olahraga Bulutangkis, dan masa SMA berorganisasi di Rohani Islam (ROHIS).Pada tahun 2011 Penulis melanjutkan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(6)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kupanjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang tiada henti-hentinya memberikan rahmat dan hidayah-Nya dalam setiap

hembusan nafas dan jejak langkah kita.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW sebagai suri tauladan di muka bumi ini yang safaatnya

selalu dinantikan di yaumil akhir kelak.

Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya sederhana ini sebagai wujud bakti dan tanggungjawabku kepada:

Kedua Orang Tuaku, Ayah Tersayang Muhammad Mansyur. dan Ibu Tersayang Nuriyah yang dengan ikhlas telah melahirkan, merawat, mendidik dan mendoakan

keberhasilanku yang tidak dapat kubalas dengan apapun yang ada didunia ini. Kakakku tersayangAtu Nastiti Mayarosa dan HoyasertaSes Nurul Maeda dan Kak

Erick yang selalu berdoa, memotivasi dan merindukan keberhasilanku.

Keluarga Besar yang selalu mendoakan untuk keberhasilan dan kesuksesanku

Serta


(7)

MOTO

“Tak ada yang menaktutkan dan menggetarkan hati orang baik yang melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan jujur.”


(8)

i

SANWACANA

Bismillahirrahmaannirahim,

Puji syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat iman, taqwa, dan ilmu, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Lampung dalam Pemeriksaan Keuangan di Kota Bandar Lampung.” Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Pembuatan skripsi ini merupakan buah dari proses panjang, yang mana dalam membuatnya selalu didukung dan dibimbing oleh berbagai pihak. Dengan kerendahan hati peneliti dalam kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung dan selaku Pembimbing Akademik;

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara yang telah memberikan ilmu bermanfaat selama proses perkuliahan; 3. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum

Administrasi Negara yang telah memberikan ilmu bermanfaat selama proses perkuliahan;


(9)

ii

4. Bapak Dr. Yuswanto, S.H., M.Hum.,selaku pembimbing utama atas kesediaanya dalam memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Ibu Marlia Eka Putri, S.H., M.H.,selaku pembimbing kedua atas kesediaannya dalam memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

6. Ibu Nurmayani, S.H., M.H.,selaku pembahas serta penguji utama atas kesediaannya dalam memberikan masukan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

7. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H., selaku pembahas kedua atas kesediaanya dalam memberikan masukan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

8. Bapak Ibu Dosen Fakultas Hukum, khususnya bagian Hukum Administrasi Negara, terima kasih atas ilmu yang bermanfaat serta motivasi dalam penyelesaian skripsi ini;

9. Bapak Ibu selaku Staf Administrasi Fakultas Hukum Unila dan Bapak Ibu Staff Administrasi Bagian Hukum Administrasi Negara, terima kasih atas bantuan dan arahan dalam pelaksanaan penyelesaian skripsi ini;

10. Papa Muhammad Mansyurdan MamaNuriyah, kedua orang tuaku tercinta dan terbaik sepanjang masa. Terima kasih atas semua doa-doa, kasih sayang, kepercayaan, nasehat serta motivasi yang tidak pernah ada habisnya dan selalu sabar menunggu kesuksesan anak tersayang kalian. Kedua saudara kandung tersayang Atu Nastiti Mayarosa dan Ses Nurul Maeda, sertaHoyadan


(10)

iii

11. Keluarga Besar Papa dan Mama yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala dukungan dan nasehat yang telah diberikan; 12. Teman seperjuangan (Kresna,Irvan, Bery M , Berry L, Hilman, Adnan, Sofi,

Agung ,Enaldo , Arsah , Andriawan , Aris , Tara , Adis, Mia , syendi ,Fitri , Cindy , Okem , Abi , Adi , Beni , Jandri , Andika , Yayang dll ) terimakasih atas semua bantuan, kerja sama dan semangat yang selalu menemani selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini akhirnya kita sah menjadi SH; 13. Teman-temanku(Bagus, Budi, Firman , ican , Aldo )yang selalu memberi

canda tawa dan dukungan serta semangat atas kebersamaan suka dukanya, kerjasama dan pengalaman berharga selama ini.

14. Teman-teman SMP dan SMA terima kasih untuk kebersamaan yang telah terjalin sampai sekarang;

15. Teman-teman angkatan 2011 serta kakak dan adik tingkat Fakultas Hukum Universitas Lampung, terima kasih untuk kebersamaannya selama ini;

16. Bapak Cosmas Andri F.K.A dan BapakMuhammad Nur Ramdhan, dalam pengawasan izin, terima kasih atas waktu dan kesediaannya telah membantu memberikan informasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini; 17. DedeArista,Terima kasih untuk selalu menemani, memberikan waktu luang,

semangat dan bantuan pada saat menyelesaikan skripsi ini;

18. Kepada semua pihak-pihak yang terlibat dan tidak dapat disebutkan satu persatu, peneliti mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas semua dukungan dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(11)

iv

Akhir kata peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Bandar Lampung, 24 Juni 2015 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ABSTRACK COVER DALAM

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

1.4. Tujuan dan Kegunaan ... 7

1.4.1. Tujuan Penelitian ... 7

1.4.2. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewenangan Pemerintahan ... 9

2.1.1. Pengertian Kewenangan ... 9

2.1.2. Sumber Kewenangan... 11

2.2.Badan Pemeriksa keuangan ... 13

2.2.1. Dasar Hukum Badan Pemeriksa Keuangan ... 13

2.2.2. Pengaturan BPK menurut Per-UU ... 15

2.2.3. Wewenang Badan Pemeriksa Keuangan ... 18

2.3.Pemeriksaan Keuangan Negara ... 19

2.3.1. Pengertian Pemeriksaan ... 19

2.3.2. Pemeriksaan dalam Kewenang Administrasi Negara ... 21

2.3.3. Pemeriksaan Keuangan Negara ... 24

2.3.3.1. Keuangan Negara ... 24

2.3.3.2. Pemeriksaan dalam Keuangan Negara ... 25

2.3.3.3. Pemeriksaan dalam Kewenangan Administrasi Negara ... 27


(13)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1.Pendekatan Masalah ... 31

3.2.Data Dan Sumber Data ... 31

3.2.1. Data ... 31

3.2.2. Sumber Data ... 32

3.3. Prosedur Penyusunan Data ... 33

3.3.1. Metode Pengumpulan Data ... 33

3.3.2. Metode Pengolahan Data ... 34

3.4.Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

4.1.1. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ... 36

4.1.2. Gambaran Umum BPK Perwakilan Provinsi Lampung ... 37

4.1.2.1. Dasar Hukum BPK RI ... 37

4.1.2.2. Sejarah Singkat BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung ... 38

4.1.2.3. Struktur Organisasi BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung ... 42

4.1.3. Gambaran Umum BPKAD ... 45

4.2. Kewenangan BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung dalam Pemeriksaan Keuangan di Kota Bandar Lampung ... 48

4.2.1. Kewenangan BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung dalam Melakukan Pemeriksaan Keuangan di Kota Bandar Lampung Berdasarkan Pasal 9 Undang-Undang No.15 Tahun 2006 Tentang BPK ... 51

4.2.2 Pelaksanaan kewenangan pemeriksaan BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung ... 58

4.3. Faktor pendukung dan penghambat Pemeriksaan BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung ... 68

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 70

5.2. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai sebuah negara hukum mempunyai fungsi untuk mencapai tujuan negara yang dicita-citakan. Fungsi tersebut termasuk dalam alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Fungsi utama negara tersebut yaitu :

1. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. memajukan kesejahteraan umum

3. mencerdaskan kehidupan bangsa 4. ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Berdasarkan fungsi di atas, administrasi harus berusaha melaksanakan berbagai aktivitas dalam rangka menjalankan fungsi tersebut. Negara mengatur sumber pembiayaan dengan tujuan agar segala aktivitas yang berkaitan dengan fungsi negara dapat berjalan secara maksimal. Oleh karena itu Indonesia menyusun seperangkat peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan keuangan negara yang kemudian dikenal dengan istilah hukum keuangan Negara. Hukum keuangan negara di Indonesia telah disusun secara jelas agar pelaksanaan keuangan negara dapat mencapai tujuan Negara, yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.


(15)

2

Keuangan negara memegang peranan penting dalam suatu negara, bahkan keuangan negara merupakan motor penggerak bagi negara dalam menjalankan roda pemerintahan. Kepandaian mengendalikan negara tidak akan efektif jika tidak di dukung oleh kemampuan mengelola administrasi keuangan Negara. Krisis yang banyak melanda beberapa negara baik negara maju maupun negara-negara yang sedang berkembang banyak disebabkan oleh kekacauan administrasi di bidang keuangan.1 Hal ini menyebabkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan seperti kebocoran, korupsi, dan penggunaan dana secara tidak efisien, oleh karena itu tuntutan reformasi menghendaki terwujudnya penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme menuju tata pemerintahan yang baik.

Pengelolaan keuangan negara merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan perekonomian suatu negara, karena berkaitan dengan mampu dan tidaknya Negara dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita Negara serta menciptakan kesejahteraan. Lemahnya sistem pengelolaan keuangan negara dan sistem hukum di negara kita adalah pemicu tindakan penyalahgunaan kekayaan dan keuangan negara serta maraknya tindakan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Pengalaman bangsa Indonesia telah menunjukan bahwa Indonesia masih banyak terjadi penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara yang memiliki kekuasan, hal ini menyebabkan Indonesia sulit untuk mewujudkan cita-cita bersama bangsa Indonesia. Pengelolaan keuangan negara memiliki tujuan menjaga dan menjamin eksistensi negara dan membiayai pengelolaan Negara untuk mewujudkan kesejahteraan. Keuangan negara dikelola

1


(16)

secara tertib, sesuai dan taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif , transparan, dan akuntabel. Agar segala kekurangan dalam laporan keuangan pemerintah daerah dapat di deteksi secara akurat sebagai bahan dalam pengambilan kebijakan secara tepat maka diperlukan suatu lembaga khusus yang independen, obyektif, dan tidak memihak dalam memeriksa laporan keuangan pemerintah, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Menurut Pasal 1 Ayat (1) UU No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam UUD1945.

BPK telah mendapat dukungan konstitusional dari Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) dalam sidang tahun 2002 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai lembaga pemeriksa eksternal di bidang keuangan negara yaitu dengan dikeluarkannya TAP MPR Nomor VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi Atas Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Oleh Presiden, DPA, DPR, BPK, MA pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2002, yang menegaskan kembali kedudukan BPK sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan perannya lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan professional.

Menurut Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, bahwa BPK merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. BPK berkedudukan di Ibukota negara, dan memiliki perwakilan


(17)

4

di setiap provinsi. Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) sampai dengan Pasal 6 ayat (6) UU No. 15/2006, BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Pemeriksaan BPK mencakup:

1) pemeriksaan keuangan, 2) Pemeriksaan kinerja, dan

3) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

Masyarakat maupun aparat pengawasan dan aparat pemerikasaan fungsional mengungkapakan berbagai informasi dan temuan yang berkaitan dengan ketidaktertiban, ketidaktaatan, tidak hemat dan tidak efisien, bahkan kasus-kasus yang menimbulkan pemborosan, kebocoran kerugian negara yang terjadi antara lain karena pengawasan melekat kurang berfungsi dan juga yang disebabkan oleh penyelewengan dan penyalahguaan wewenang.

Kondisi tanggung jawab keuangan yang demikian menunjukan bahwa pengelolaan tanggung jawab keuangan negara kurang menyadari dan kurang responsive untuk melaksanakan tugas pemerintah umum dan pembangunan secara benar, tepat efisien dan efektif.2 Sebagian besar masyarakat Indonesia secara simultan dan semakin gencar menuntut reformasi di segala bidang kehidupan termasuk reformasi terhadap pengelolaan keuangan negara, pengawasan dan pemeriksaan atas pengeloaan keuangan negara yang bebas dari KKN serta

2

Agung Suseno, 2010, http://journal.ui.ac.id, Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, tanggal 23 Februari 2015, Pukul 23.36


(18)

menuntut pemberantasan korupsi secara tuntas karena masyarakat menilai bahwa lembaga-lembaga Negara dan lembaga pemerintahan kurang mampu mengatasi dan mencegah praktek-praktek KKN.

Bandar Lampung merupakan kota yang mendapat predikat Opini Wajar Tanpa Pengecualian dari Badan Pemeriksa Keuangan dari tahun 2011-2015.3 Namun mengapa di Kota Bandar Lampung masih terjadi kasus korupsi salah satu contoh kasusnya adalah yang terjadi di Lampung khususnya di daerah Bandar Lampung yaitu kasus korupsi di Dinas Kelautan Dan perikanan (DKP) Bandarlampung. Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polresta Bandarlampung, akhirnya menetapkan seorang tersangka tersebut adalah seorang rekanan DKP berinisial SD dimana telah memenuhi unsur korupsi dari keterangan beberapa saksi dan alat bukti.4

Dugaan korupsi yang terjadi di Kabupaten Lampung Timur Bupati Lampung Timur Nonaktif, Drs H Satono SP yang dituntut Jaksa Penuntut Umum hukuman 12 tahun karena didakwa melakukan tindak pidana korupsi dana APBD sebesar Rp 119 M divonis bebas oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Kelas I A Tanjungkarang, Satono menjadi terdakwa dalam kasus dugaan korupsi dana APBD Lamtim senilai Rp 119 miliar tahun 2003-2008.5 Badan pemeriksa keuangan (BPK) RI Perwakilan Provinsi Lampung menyatakan berdasarkan hasil

3

Hendry Sihaloho, 2015, duajurai.com. tanggal 13 Mei 2015, Pukul 13;28

4

Zam,2014,Kasaus Korupsi Bandar Lampung,,http://contoh-irul.blogspot.com/2014/04/tersangka-kasus-korupsi-dkp-ditetapkan.html, tanggal 20 Maret 2015, Pukul 20:55.

5

NVS/L-9, 2011, Dituntut 12 Tahun Bupati Lampung Timur Malah Divonis Bebas,


(19)

6

pemeriksaan keuangan pada pemerintah provinsi/kabupaten/kota daerah itu per maret 2015 total kasus kerugian negara mencapai Rp 216,3 milyar.6

Berdasarkan tiga contoh kasus di atas BPK memiliki kewenangan dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. Masyarakat mayoritas kurang mengetahui kewenagan BPK pada keadaan senyatanya. Umumnya BPK merupakan lembaga negara tertua yang bertugas menanggulangi dan memberantas terjadinya tindak pidana korupsi. Rumusan tentang Badan Pemeriksa Keuangan ini telah sejak negara kesatuan Republik Indonesia berdiri dan dimuat dalam Undang-undang dasar 1945. BPK perwakilan Provinsi Lampung merupakan salah satu lembaga yang berwenang untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara di wilayah Provinsi Lampung. Masyarakat masih belum mengetahui kewenangan BPK dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, karena di Lampung khususnya Kota Banadar Lampung masih banyak terjadi tindakan penyalahgunaan kekayaan dan keuangan negara serta maraknya tindakan KKN. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas perlu dibahas tentang “Kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Lampung dalam Pemeriksa Keuangan di Kota Bandar Lampung”

6

Agus Wira Sukarta, 2015, AntaraNewsBandarLampung. AntaraNewsBandarLAmpung.com. Tanggal29April2015,Pukul 21.33


(20)

1.2. Rumusan Masalah Rumusan permasalahan yaitu :

1. Bagaimana Kewenangan BPK Perwakilan Provinsi Lampung dalam pemeriksaan keuangan di Kota Bandar Lampung?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat BPK Perwakilan Provinsi Lampung dalam pemeriksaan keuangan di Kota Bandar Lampung?

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah kajian bidang hukum administrasi negara pada umumnya dan hukum dan Keuangan negara pada khususnya mengenai Kewenanagan BPK perwakilan Provinsi Lampung dalam pemeriksaan keuangan di Kota Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan pada subtansi penelitian, focus

penelitian pada kinerja BPK Perwakilan Provinsi Lampung dalam kewenangannya memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara di Kota Bandar lampung. Locus penelitian ini berkedudukan di Jalan Pangeran Emir M. Noor, No. 11B Kelurahan Sumur Putri, Kecamatan Teluk Betung Utara.

Tempus penelitian ini dilakukan pada tahun 2015.

1.4. Tujuan dan Kegunaan 1.4.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui Kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan Provinsi Lampung dalam pemeriksaan keuangan di Kota Bandar Lampung.


(21)

8

2. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan Provinsi Lampung dalam memeriksa keuangan di Kota Bandar Lampung.

1.4.2. Kegunaan Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut: 1) Kegunaan teoritis

Menambah informasi, wawasan, dan pengetahuan pada umumnya mengenai Ilmu Hukum Administrasi Negara, khususnya kajian Bidang Hukum Administrasi Negara pada Hukum Keuangan Negara, mengenai prosedur keuangan Negara dalam kinerja BPK terhadap kewenangan melaksanakan tugasnya.

2) Kegunaan praktis

a. Peneliti, hasil penelitian ini digunakan sebagai alat penambah ilmu di bagian hukum keuangan Negara.

b. BPK/Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar kebijakan pemerintah di provinsi lain sebagai dasar kewenangan BPK untuk mecapai tata pemerintah yang baik. Dan Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pedoman bagi pemerintah daerah yang di wilayahnya agar dapat memperbaiki kebijakan pemerintah yang telah berjalan dalam melakukan kewenangan terhadap memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara .

c. Masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan agar menjadi sarana masyarakat untuk memberikan informasi mengenai kewenangan BPK Perwakilan Provinsi Lampung.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kewenangan Pemerintah

Berdasarkan asaz legalitas, yaitu sebagai salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan di setiap awalnya pada sistem pengenaan pajak. Hukum administrasi negara; dat het bestur aan de wet is onder worpen (bahwa pemerintahan tunduk pada undang-undang). Rousseau berpendapat bahwa undang-undang merupakan personifikasi dari akal sehat manusia, aspirasi masyarakat atau yang pada perwujudnya harus tampak dalam prosedur pembentukan undang-undang yang melibatkan persetujuan rakyat.

2.1.1 Pengertian Kewenangan

Azas legalitas menurut Indroharto akan menunjang berlakunya kepastian hukum dan persamaan perlakuan.kepastian akan lahir bila suatu peraturan dapat membuat semua tindakan yang akan dilakukan pemerintah dapat diramalkan atau diperkirakan lebih dahulu dengan melihat peraturan-peraturan yang berlaku. Profesor Bagir Manan menyatakan kekuasaan hanya memberikan hak untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan wewenang sekaligus hak dan kewajiban.1 Secara otonomi hak mengandung pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri,

1


(23)

10

mengelola sendiri. Sedangkan kewajiban secara horizontal berarti kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana mestinya. Dan secara vertikal berarti kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam satu tertib ikatan pemerintah secara keseluruhan.

Menurut Philipus M. Hadjon, “ wewenang (bevoegdheid) dideskripsikan sebagai kekuasaan hukum (rechtsmacht). Jadi dalam konsep hukum publik, wewenang berkaitan dengan kekuasaan.2

F.P.C.L. Tonner dalam Ridwan HR berpendapat “Overheidsbevoegdheid wordt in dit verband opgevad als het vermogen om positief recht vast te srellen en Aldus rechtsbetrekkingen tussen burgers onderling en tussen overhead en te scheppen

(kewenangan pemerintah dalam kaitan ini dianggap sebagai kemampuan untuk melaksanakan hukum positif, dan dengan begitu dapat diciptakan hubungan hukum antara pemerintahan dengan waga negara).3

Ferrazi endefinisikan kewenangan sebagai hak untuk menjalankan satu atau lebih fungsi manajemen, yang meliputi pengaturan (regulasi dan standarisasi), pengurusan (administrasi) dan pengawasan (supervisi) atau suatu urusan tertentu.4 Unsur Kewenangan antara lain :

1) Pengaruh ialah bahwa penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku subyek hukum.

2 Philipus M. Hadjon, “tentang Wewenang”, YURIDIKA, No.5&6 Tahun XII, September –

Desember , 1997 , hlm.1

3

Ridwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers : Jakarta, hlm. 100

4

Ganjong, 2007, Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum, Ghalia Indonesia : Bogor, hlm. 93


(24)

2) Dasar hukum, bahwa wewenang itu selalu harus dapat ditunjuk dasar hukumnya,

3) Konformitas hukum: mengandung makna adanya standard wewenang, yaitu standard umum (semua jenis wewenang) dan standard khusus (untuk jenis wewenang tertentu).

2.1.2 Sumber Kewenangan

Setiap tindakn pemerintahan dan/atau pejabat umum harus bertumpu pada kewenangan yang sah. Pengaturan mengenai keuangan negara pada umumnya menyangkut tiga aspek, yaitu aspek pengelolaan keuangan negara, aspek perbendaharaan negara dan pengawasan keuangan negara. Dalam HAN, dikenal konsep mengenai sumber-sumber kewenangan administrasi negara, Kewenangan itu diperoleh melalui 3 sumber :5

1) Atribusi: wewenang yang diberikan atau ditetapkan untuk jabatan tertentu. Dengan demikian wewenang atribusi merupakan wewenang yang melekat pada suatu jabatan.

2) Pelimpahan

a. Delegasi merupakan wewenang yang bersumber dari pelimpahan suatu organ pemerintahan kepada organ lain dengan dasar peraturan perundang-undangan.

b. Mandat merupakan wewenang yang bersumber dari proses atau prosedur pelimpahan dari pejabat atau badan yang lebih tinggi kepada pejabat yang lebih rendah (atasan bawahan).

5


(25)

12

Perbedaan delegasi dan mandat berdasarkan beberapa unsur : 1) Prosedur pelimpahan

Mandat Dalam hubungan rutin atasan bawahan: hal biasa kecuali dilarang tegas, sedangkan delegasi Dari suatu organ pemerintahan kepada organ lain: dengan peraturan perundang-undangan.

2) Tanggungjawab Jabatan dan Tanggung Gugat

Mandat merupakan tetapan pada pemberi mandate, sedangkan delegasi merupakan tanggungjawab jabatan dan tanggung gugat beralih kepada delegataris.

3) Tata Naskah Dinas

Mandat dapat di tuliskan atas nama (a.n.), untuk beliau (u.b.), a.p., sedangkan Tanpa atas nama (a.n.) atau langsung dituliskan secara terang pemegang tanggung jawab kewenangan.

Suatu perbuatan hukum yang cacat hukum jika perbuatan tersebut: dilakukan tanpa wewenang/alas hak yang jelas (cacat wewenang), dilakukan melalui prosedur yang tidak benar (cacat prosedur), dan substansi perbuatan itu sendiri (cacat substansi). Cacat wewenang mengakibatkan suatu perbuatan menjadi batal demi hukum (van rechtswege nietig). Cacat prosedur hanya tidak akan menyebabkan suatu perbuatan menjadi batal demi hukum, melainkan hanya dapat dimintakan pembatalan (vernietigbaar). Cacat substansi berakibat pada batalnya suatu perbuatan hukum (nietig).


(26)

2.2.Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

2.2.1. Dasar Hukum Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Badan Pemeriksa Keuangan Pasal 23E ayat (1), bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri, ayat (2), bahwa hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya, dan ayat (3), bahwa hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang. Pasal 23F ayat (1), bahwa anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden, ayat (2), bahwa pimpinan Badan Perneriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota. Pasal 23G ayat (1), bahwa Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.

Badan Pemeriksa Keuangan di bentuk berdasarkan materi yang termuat pada huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Sebagai Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, bahwa keuangan negara merupakan salah satu unsur pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan negara dan mempunyai manfaat yang sangat penting guna mewujudkan tujuan negara untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, untuk tercapainya tujuan negara


(27)

14

sebagaimana dimaksud pada huruf a, pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara memerlukan suatu lembaga pemeriksa yang bebas, mandiri, dan profesional untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Pengelolaan dan tanggung jawab BPK terhadap keuangan negara diatur berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Menueut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, bahwa pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggung jawaban. Dan menurut Pasal 1 ayat (7), bahwa Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah .untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, bahwa Badan Pemeriksa Keuangan yang selanjutnya disingkat BPK, adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. BPK merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa


(28)

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. BPK berkedudukan di Ibukota negara dan BPK memiliki perwakilan di setiap provinsi.

Badan Pemeriksa Keuangan mempunyai 9 (sembilan) orang anggota, yang keanggotaannya diresmikan dengan Keputusan Presiden. Susunan BPK terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota, seorang Wakil Ketua merangkap anggota, dan 7 (tujuh) orang anggota. Keputusan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak anggota BPK terpilih diajukan oleh DPR. Menurut Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, bahwa BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.

2.2.2.Pengaturan BPK menurut Perundangan-Undangan

Menurut pasal 23 E UUD 1945 bahwa; (1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. (2) Hasil pemeriksa keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya. (3)Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang. Selanjutnya, Pasal 23 F juga menyataan: (1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan


(29)

16

oleh Presiden. (2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota. Dengan adanya perubahan UUD 1945, ketentuan mengenai BPK mencakup 7 (tujuh) butir ketentuan yang cukup luas dan rinci pengaturannya, maka pengertian keuangan negara, pengertian pemeriksaan, dan juga mengenai kewenangan BPK mengalami perluasan yang substantif dan mendasar. Secara substanti, Bab VIII UUD 1945 yang mengatur hal keuangan, mengaitkan pengertian keuangan negara itu dengan empat hal, yaitu: (1) APBN, (2) Pajak dan pungutan lain, (3) Mata uang dan (4) Bank Sentral.

BPK berdasarkan pasal 6 ayat (1) sampai dengan (6) UU No. 15 Tahun 2006 Tentang BPK, bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Pemeriksaan BPK mencakup:

1. Pemeriksaan keuangan, 2. Pemeriksaan kinerja, dan

3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan undang-undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan. Dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, BPK melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara.


(30)

Pemeriksaan keuangan negara oleh BPK juga dikaitkan dengan objek pemeriksaan pertanggungjawaban hasil pemeriksaaan yang lebih luas dan melebar. BPK juga harus menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada DPR, DPD dan DPRD sesuai dengan kewenangan masing-masing. DPR, DPD, dan DPRD menindaklanjuti hasil pemeriksaan sesuai dengan Peraturan Tata Tertib masing-masing lembaga. Penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada DPRD dilakukan oleh Anggota BPK atau pejabat yang ditunjuk. Tata cara penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada DPR, DPD, dan DPRD diatur bersama oleh BPK dengan masing-masing lembaga perwakilan sesuai dengan kewenangannya. Hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang telah diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD dinyatakan terbuka untuk umum.

Untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan secara tertulis kepada presiden, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Tindak lanjut hasil pemeriksaan tersebut dibertahukan secara tertulis oleh presiden, gubernur, bupati/walikota kepada BPK. Apabila dalam pemeriksaan ditemuan unsur pidana, BPK melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan paling lama satu bulan sejak diketahui adanya unsur pidana tersebut. Laporan BPK tersebut dijadikan dasar penyidikan oleh pejabat penyidik yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pejabat sebagaimana dimaksud dan hasilnya diberitahukan secara tertulis kepada DPR, DPD, dan DPRD, serta Pemerintah.


(31)

18

2.2.3.Wewenang BPK

Tugas pokok BPK ialah memeriksa/meneliti tentang jalannya dan cara pengurusan dan penggunaan uang dan barang yang dikuasai oleh negara itu bermanfaat/produktif dan secara sah (Doelmatig dan Wetmatig).6 BPK menjalankan tugas ini dalam bentuk pemeriksaan pertanggungjawaban bendaharawan (baik bendaharawan uang maupun bendaharawan barang). Menurut Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, bahwa dalam melaksanakan tugasnya, BPK berwenang :

1) menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan;

2) meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara;

3) melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara;

6


(32)

4) menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK; 5) menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan

Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

6) menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

7) menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK;

8) membina jabatan fungsional Pemeriksa;

9) memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan; dan

10) memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah.

2.3.Pemeriksaan Keuangan Negara 2.3.1. Pengertian Pemeriksaan

Menurut Pasal 1ayat (9) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, bahwa pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut Pasal 1 ayat (8) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, bahwa


(33)

20

Standar pemeriksaan adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa. Auditing berfungsi untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas serta bermanfaat untuk mengetahui kondisi yang sesungguhnya dari suatu entitas sebagai dasar untuk melakukan antisipasi masa mendatang, sebagai dasar pengambilan keputusan serta mengurangi resiko kesalahan dalam pengambilan kebijakan. Pemeriksaan sangat penting adanya untuk mendeteksi kemungkinan penyimpangan dalam pengelolaan keuangan.

UU No. 15 Th 2004 di bentuk dengan tujuan untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan negara, keuangan negara wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Maka dari itu diperlukan suatu pengaturan yang berkaitan dengan pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Dalam Pasal 1 angka 1 pemeriksaan yang dimaksud diartikan sebagai proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Tidak lepas dari itu pula UU ini mengartikan Pengelolaan Keuangan Negara sebagai keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban. Angka 7 pun melengkapi dengan suatu pengertian tentang Tanggung Jawab Keuangan Negara


(34)

adalah kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Dua Undang-Undang sebelumnya, yaitu UU No. 15 Th 2004, Bab II Pasal 2 ayat (1) Bab ini memberikan batas-batas pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Untuk melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara tersebut Pasal 2 ayat 2 menghendaki peran dari BPK. Lebih tegasnya mengenai lingkup pemeriksaan ini adalah terkait dengan pengaturan dalam Pasal 3 yang mengatakan bahwa pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh BPK meliputi seluruh unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 UU No. 17 Th 2003 tentang Keuangan Negara.

2.3.2.Pemeriksaan dalam Kewenangan Admnistrasi Negara

Berkaitan dengan ruang lingkup pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara serta lembaga yang melaksanakannya, Penjelasan Umum Undang-Undang ini menambahkan suatu uraian tersendiri. Dikatakan bahwa sehubungan dengan itu, berdasarkan Pasal 4 UU No. 15/2004 kepada BPK diberi kewenangan untuk melakukan 3 (tiga) jenis pemeriksaan, yakni:

1. Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang


(35)

22

tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.

2. Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Pasal 23E UUD 1945 mengamanatkan BPK untuk melaksanakan pemeriksaan kinerja pengelolaan keuangan negara. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi perhatian lembaga perwakilan. Adapun untuk pemerintah, pemeriksaan kinerja dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis dan efisien, serta memenuhi sasarannya secara efektif.

3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif.

Fungsi pemeriksaan menurut Riawan Tjandra,7 menyatakan pula bahwa tugas BPK sekarang menjadi makin luas. Ada tiga perluasan yaitu :

1. Perluasan dan pemeriksaan atas pelaksanaan APBN menjadi pemeriksaan atas pelaksanaan APBN dan APBD serta pengelolaan keuangan dan kekayaan negara dalam arti luas.erluasan dalam arti hasil pemeriksaan yang dilakukan

7

Riawan Tjandra, 2008, Hukum Administrasi Negara, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, hlm. 176.


(36)

tidak saja dilaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di tingkat pusat tetapi juga kepada Dewan Perwakilan daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi serta DPRD kabupaten/kota sesuai dengan tingkat kewenangannya masing-masing.

2. Perluasan juga terjadi terhadap lembaga atau badan /badan hukum yang menjadi objek pemeriksaan oleh BPK, yaitu dan sebelumnya hanya terbatas pada lembaga negara dan/atau pemerintahan yang merupakan subjek hukum tata negara dan/atau subjek hukum administrasi negara, meluas mencakup pula organ- organ yang merupakan subjek hukum perdata seperti perusahaan daérah, BUMN, ataupun perusahaan swasta di mana di dalamnya terdapat kekayaan negara.

Dari segi objek pemeriksaannya, yaitu terhadap keuangan negara, berkaitan dengan pendefinisian secara luas pengertian keuangan negara yang mencakup 9 (sembilan) kelompok pengertian, maka pengertian kekayaan negara yang menjadi ruang lingkup wewenang pemeriksaan BPK juga mengalami perluasan mencakup kesembilan kelompok pengertian kekayaan negara tersebut. Dengan pengaturan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan yang diperoleh BPK dari Undang-Undang ini, maka BPK memperoleh wewenang atribusi dari UU No. 15 Th 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.


(37)

24

2.3.3.Pemeriksaan Keuangan Negara 2.3.3.1 Keuangan Negara

UU No. 17 Th 2003 merumuskan keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Keuangan Negara Keuanagan Negara dalam arti luas meliputi APBN, APBD, keuangan negara Perjan, Perum, PN-PN, dan sebagainya, sedangkan definisi keuangan negara dalam arti sempit, hanya meliputi setiap badan hukum yang berwenang mengelola dan mempertanggungjawabkannya. Dalam rangka mewujudkan good government dalam penyelenggaraan Negara, pengelolaan keuangan negara perlu di selenggarakan secara professional, terbuka, bertanggung jawab dan sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar.

Sesuai dengan amanat Pasal 23C UUD 1945, Undang-undang tentang keuangan negara perlu menjabarkan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang dasar sesuai asas-asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, dan asas spesialitas maupun asas-asas baru seperti pencerminan best practices (penerapan kaidah-kaidah baik) dalam pengelolaan keuangan negar, antara lain :

1) Akuntabilitas berorientasi pada hasil; 2) Profesionalitas;

3) Proposionalitas;

4) Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan Negara; dan


(38)

Asas-asas umum tersebut diperlukan guna menjamin terselenggaranya prinsip-prinsip pemerintahan daerah sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Bab VI UUD 1945. Guna memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bidang pengelolaan keuangan negara yang begitu luas dapat dikelompokkan dalam subbidang pengelolaan fiscal, subbidang pengelolaan moneter, dan subbidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. Subbidang pengelolaan fiscal meliputi enam fungsi :8

1) Fungsi pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiscal; 2) Fungsi penganggaran;

3) Fungsi administrasi perpajakan; 4) Fungsi administrasi kepabeanan; 5) Fungsi perbendaharaan; dan 6) Fungsi pengawasan keuangan.

2.3.3.2.Pemeriksaan dalam Keuangan Negara

Tujuan UU No. 15 Th 2004 ini adalah bahwa untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan negara, keuangan negara wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Maka dari itu diperlukan suatu pengaturan yang berkaitan dengan pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Dalam Pasal 1 angka 1 pemeriksaan yang dimaksud diartikan sebagai proses identifikasi

8


(39)

26

masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Tidak lepas dari itu pula UU ini mengartikan Pengelolaan Keuangan Negara sebagai keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban. Angka 7 pun melengkapi dengan suatu pengertian tentang Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Seperti yang diatur dalam dua Undang-Undang sebelumnya, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara mengatur ruang lingkup pemeriksaan pada Pasal 2 ayat (1) Bab ini memberikan batas-batas pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Untuk melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara tersebut Pasal 2 ayat (2) menghendaki peran dari BPK. Lebih tegasnya mengenai lingkup pemeriksaan ini adalah terkait dengan pengaturan dalam Pasal 3 yang mengatakan bahwa pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh BPK


(40)

meliputi seluruh unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 UU No. 17 Th. 2003 tentang Keuangan Negara.9

2.3.3.3.Pemeriksaan dalam Kewenangan Administrasi Negara

Berkaitan dengan kewenangan kelembagaan, Bab II mengatur tentang Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan Negara, khususnya dalam Pasal 6 UU No. 17 Th. 2003 tentang Keuangan Negara. Di antaranya dikatakan dalam ayat (1) bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan tersebut dikuasakan kepada :

a) Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;

b) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya; dan

c) diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Dari pemberian kewenangan oleh Undang-Undang ini kepada beberapa jabatan administrasi negara, dapat terlihat pula konsep sumber kewenangan atribusi kepada Presiden. Kewenangan dari Presiden kemudian didelegasikan dengan penamaan “dikuasakan” kepada Menteri Keuangan, Menteri/pimpinan lembaga, dan gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah.

9

Arifin P Soeria Atmadja, Ruang Lingkup Keuangan Negara Menurut Pasal 23 Undang-Undang


(41)

28

Kegiatan pemeriksaan dan pengawasan mempunyai kedudukan yang strategis dan menentukan terciptanya transparansi dan akuntabilitas di bidang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Sampai saat ini usaha perbaikan tentang hal tersebut masih terus berlanjut dan telah memberikan hasil yang cukup baik bila dibandingkan dengan kondisi sebelum reformasi. Upaya Badan Pengawas Keuangan bersama pemerintah dalam melaksanakan reformasi keuangan negara telah dilakukan secara serius dan telah berhasil melaksanakan perbaikan kebijakan dan kerangka hukum. Sistem pengawasan dan pemeriksaan merupakan bagian dari sistem pengelolaan keuangan Negara yang berperan untuk memastikan bahwa keuangan negara telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dengan mentaati peraturan perundangan yang berlaku,10 karena keuangan negara pada dasarnya bersumber dari rakyat misalnya:

a) Pajak dan retribusi dipungutdarirakyat, laba b) BUMN/D modalnya dari rakyat

c) Hutang akan menjadi beban rakyat d) Hibah karena ada kepentingan rakyat

e) dan eksploitasi sumber daya alam adalah milik rakyat.

Karena itulah sudah selayaknya keuangan negara yang diakumulasi dari rakyat tersebut harus dikelola dan didistribusikan kembali demi kesejahteraan rakyat. Sesuai dengan pasal 23 UUD 1945 perubahan ketiga yaitu : APBN sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan dengan undang-undang dan

10

Lembaga Administrasi Negara, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Jilid II/Edisi Ketiga, PT Toko Gunung Agung, Jakarta, 1997, hlm. 53


(42)

dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.11

Pemeriksaan yang dimaksud adalah pemeriksaan ekstern, yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh sebuah badan atau lembaga yang bebas dari pengaruh kekuasaan eksekutif (pemerintah). Pemeriksaan tersebut yang menurut ketentuan dalam

Indische Staatsregeling yang selanjutnya disingkat “IS” dan Indonesische Comtabeleteitswet “ICW”, ditugaskan kepada Al- Gemeene Rekenkamer menurut Undang-Undang Dasar kita ditugaskan kepada BPK.12 Sesuai dengan sifat pemisahan fungsi dan untuk menjamin syarat objektivitas, sifat pemeriksaan BPK adalah represif. Repressif dalam arti bahwa pengawasan atau pemeriksaan dilakukan setelah terjadi suatu perbuatan yang dilakukan oleh yang diawasi untuk memperbaiki/menindak kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi.

2.3.3.4. Lingkup Pemeriksaan oleh BPK

Keuangan Negara diatur dalam UU No. 17 Th. 2003 tentang Keuangan Negara. Pengertian Pemeriksaan Keuangan Negara Pemeriksaan keuangan negara adalah proses identifikasi masalah, analisa dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas dan keandalan informasi terhadap semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik

11

H.Bohari, Hukum Anggaran Negara (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1995), hal 21.

12

M. Subagio, 1988, HUkum Keuangan Negara Republik Indonesia, CV. Rajawali : Jakarta. hlm. 114


(43)

30

negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Tujuan Pemeriksaan Keuangan Negara Yaitu untuk menilai apakah pelaksanaan dari suatu kegiatan beserta pengelolaan keuangannya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta sesuai dengan target tujuan yang telah ditetapkan. Pemeriksaan keuangan Negara dapat dilakukan oleh aparat pengawas internal (APIP) maupun Badan Pengawas Keuangan (BPK).

Lingkup Pemeriksaan Keuangan Negara Pemeriksaan yang dilakukan mencakup seluruh keuangan negara sesuai dengan Pasal 2 UU No. 17 Th. 2003 serta meliputi pemeriksaan atas pelaksanaan APBN, APBD, pelaksanaan anggaran tahunan BUMN, BUMD, serta kegiatan yayasan yang didirikan pemerintah. Jenis-jenis Pemeriksaan Keuangan Negara berdasarkan Pasal 4 UU No. 15 Th. 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara jenis-jenis pemeriksaan keuangan negara antara lain :

1. Pemeriksaan Keuangan (Financial Audit)

Yaitu pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar.

2. Pemeriksaan Kinerja (Performance Audit)

Merupakan pemeriksaan secara obyektif dan sistemik terhadap berbagai macam bukti untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas/program kegiatan yang diperiksa.

3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu

Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses penyelesaian atau pemecahan masalah melalui tahapan-tahapan, yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian.1 Dalam penelitian ini dilakukan dengan penelitian hukum yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang objek kajiannya meliputi ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan serta penerapannya pada peristiwa hukum. Selain itu, dilakukan pula pendekatan yuridis empiris yaitu dengan cara studi lapangan untuk mengetahui kenyataan-kenyataan yang terjadi mengenai Kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan Provinsi Lampung dalam pemeriksaan keuangan di Kota Bandar Lampung.

3.2. Data Dan Sumber data 3.2.1. Data

Data yang diperlukan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian lapangan yang bersumber dari hasil wawancara dengan responden yang terlibat langsung atau berhungan dengan pembahasan dan penelitian ini. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer

1

Abdul Kadir Muhammad, 2004, Hukum Dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti


(45)

32

yang bersumber dari perundang-undangan dan dokumen hukum dan bahan hukum sekunder yang bersumber dari buku-buku ilmu hukum dan tulisan–tulisan hukum lainnya.

3.2.2. Sumber Data

Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder.

1) Data primer adalah data yang bersumber dari pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang menjadi objek penelitian, yaitu pihak-pihak yang berwenang yaitu satu orang Auditor Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan Provinsi Lampung dalam pemeriksaan keuangan di Kota Bandar Lampung.

2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka terhadap bahan hukum yang terdiri :

a. bahan hukum primer, yaitu meliputi :

1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang

Badan Pemeriksa Keuangan sebagai pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

4. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang


(46)

6. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 103 tentang Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Derah Kota Bandar Lampung.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang bersumber dari buku-buku hukum dan tulisan-tulisan hukum lainnya.

3.3. Prosedur Penyusunan Data 3.3.1. ProsedurPengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh prosedur sebagai berikut:2

1) Studi Lapangan (Field Reasearce)

Studi Lapangan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian yaitu dengan menggunakan teknik wawancara kepada informan, yaitu dengan menggunakan daftar pertannyaan yang diisi oleh anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan Provinsi Lampung dalam pemeriksaan keuangan di Kota Bandar Lampung.

2) Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dengan berbagai sumber.

2


(47)

34

3.3.2. Prosedur Pengolahan Data

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Identifikasi

Identifikasi data yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan dengan Kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan Provinsi Lampung dalam pemeriksaan keuangan di Kota Bandar Lampung.

2) Editing

Editing data yaitu meneliti kembali data yang diperoleh dari keterangan para responden maupun dari kepustakaan, hal ini perlu untuk mengetahui apakah data tersebut sudah cukup dan dapat dilakukan.

3) Klasifikasi Data

Klasifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk dianalisis. 4) Sistematisasi Data

Sistematisasi data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam datatersebut dapat dianalisis menurut susunan yang benar dan tepat.

5) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu langkah selanjutnya setelah data tersusun secara sistematis, kemudian dilanjutkan dengan penarikan suatu kesimpulan yang bersifat umum dan yang bersifat khusus.


(48)

3.4.Analisis Data

Data yang telah terkumpul dan tersusun secara sistematis kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menginterprestasikan data dan memapaparkan dalam bentuk kalimat untuk menjawab permasalahan pada bab-bab selanjutnya dan melalui pembahasan tersebut diharapkan permasalahan dapat terjawab sehingga memudahkan untuk ditarik kesimpulan dari permasalahan tersebut.


(49)

70

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan yang dioeroleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung diberikan wewenang untuk memeriksa keuangan di Kota Bandar Lampung yang dilaksanakan dengan sesuai dengan Pasal 9 ayat UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, dimana dalam melakukan tugasnya. BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung dalam melakukan pemeriksaan melalui prosedur yaitu perencanaan pemeriksaan di Kota Bandar Lampung, pelaksanaan pemeriksaan di kota Bandar lampung dan pelaporan keuangan Kota Bandar Lampung. Pemeriksaan BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung atas penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban keuangan di Kota Bandar Lampung yang diselenggarakan pemerintah terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan, dan yang disusun pertanggungjawabannya baik sebagian maupun seluruhnya (post audit), pelaksanaan dalam kewenangan pemeriksaan oleh BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung memiliki standar pemeriksaan wajar, yaitu pemeriksa mengacu pada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), yang ditetapkan dengan peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 tentang SPKN. Pemeriksaan keuangan


(50)

berpatokan dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara pada bagian pernyataan standar pemeriksaan 02 - Standar Pemeriksaan Keuangan.

2. Faktor penghambat kewenangan BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung dalam melakukan pemeriksaan keuangan di Kota Bandar Lampung yaitu Faktor Internal dan faktor eksternal, yaitu faktor internal (kurangnya waktu dan kurangnya SDM), dan Faktor Eksternal (keterbatasan data). BPK dalam melaksanakan kewenangan pemeriksaan keuangan memiliki faktor yang mendukung BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung antara lain, bersinergi dan terjalinnya komunikasi baik dengan objek pemeriksaan dengan memberikan data yang dibutuhkan oleh BPK Perwakilan Provinsi, serta adanya faktor yang mendukung kewenangan pemeriksaan BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung yaitu BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung berkoordinasi dengan BPKP Kota Bandar Lampung dan BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung kerja sama dengan DPR, DPD, dan penegak hukum lainnya.

5.2. Saran

Kewenagan BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung terhadap pemeriksaan keuangan lebih transparansi serta melaksanakan meningkatkan kualitas/mutu pemeriksaan di Kota Bandar Lampung sesuai dengaan peraturan perundang-undangan demi tercapai tujuan kesejahteraan bersama. BPK Perwakilan Provinsi Lampung sebaiknya dapat melaksanakan penyuluhan atau sosialisasi mengenai wewenangnya dalam pemeriksaan keuangan agar masyarakat secara umum dapat mengetahui kewenangan-kewenangan BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, Arifin P. Soeria. 1996. Kapita Selekta Keuangan Negara. Untar :Jakarta. Ganjong. 2007. Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum. Ghalia

Indonesia : Bogor.

H. Bohari. 1995. Hukum Anggaran Negara. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta. Hadjon, Philipus M. “tentang Wewenang”. YURIDIKA, No.5&6 Tahun XII,

September – Desember , 1997.

Lembaga Administrasi Negara. 1997. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Jilid II/Edisi Ketiga, PT Toko Gunung Agung : Jakarta. M. Makhfudz. 2013. Hukum Administrasi Negara. Graha Ilmu : Jakarta.

M. Subagio. 1988. Hukum Keuangan Negara Republik Indonesia. CV. Rajawali : Jakarta.

_________. 1991. Hukum Keuangan Negara. Rajawali : Jakarta.

Muhammad, Abdul Kadir, 2004, Hukum Dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti : Bandung.

HR, Ridwan. 2006 Hukum Administrasi Negara. Rajawali Pers : Jakarta. Sutedi, Adrian. 2010. Hukum Keuangan Negara. Sinar Grafika : Jakarta.

Tjandra, Riawan. 2008. Hukum Administrasi Negara. Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.

Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan sebagai pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.


(52)

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 103 tentang Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Derah Kota Bandar Lampung.

Agung Suseno, 2010, http://journal.ui.ac.id, Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, tanggal 23 Februari 2015, Pukul 23.36. NVS/L-9, 2011, Dituntut 12 Tahun Bupati Lampung Timur Malah Divonis Bebas,

http://sp.beritasatu.com, Tanggal 19 Maret 2015, Pukul 19:32.

Zam,http://contoh-irul.blogspot.com/2014/04/tersangka-kasus-korupsi-dkp-ditetapkan.html, tanggal 20 Maret 2015, Pukul 20:55. BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung

http//:www.badanpemeriksakeuangan.go.id-bandarlampung,tanggal 25 April 2015, Pukul 20:19.

Sejarah Singkat Bandar Lampung

http//:www.wikipedia.sejarahsingkatbandarlampung.com, tanggal 25 April 2015 pukul 14:23

Agus Wira Sukarta, 2015, AntaraNewsBandarLampung


(1)

3.3.2. Prosedur Pengolahan Data

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Identifikasi

Identifikasi data yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan dengan Kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan Provinsi Lampung dalam pemeriksaan keuangan di Kota Bandar Lampung.

2) Editing

Editing data yaitu meneliti kembali data yang diperoleh dari keterangan para responden maupun dari kepustakaan, hal ini perlu untuk mengetahui apakah data tersebut sudah cukup dan dapat dilakukan.

3) Klasifikasi Data

Klasifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk dianalisis. 4) Sistematisasi Data

Sistematisasi data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam datatersebut dapat dianalisis menurut susunan yang benar dan tepat.

5) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu langkah selanjutnya setelah data tersusun secara sistematis, kemudian dilanjutkan dengan penarikan suatu kesimpulan yang bersifat umum dan yang bersifat khusus.


(2)

35

3.4.Analisis Data

Data yang telah terkumpul dan tersusun secara sistematis kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menginterprestasikan data dan memapaparkan dalam bentuk kalimat untuk menjawab permasalahan pada bab-bab selanjutnya dan melalui pembahasan tersebut diharapkan permasalahan dapat terjawab sehingga memudahkan untuk ditarik kesimpulan dari permasalahan tersebut.


(3)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan yang dioeroleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung diberikan wewenang untuk memeriksa keuangan di Kota Bandar Lampung yang dilaksanakan dengan sesuai dengan Pasal 9 ayat UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, dimana dalam melakukan tugasnya. BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung dalam melakukan pemeriksaan melalui prosedur yaitu perencanaan pemeriksaan di Kota Bandar Lampung, pelaksanaan pemeriksaan di kota Bandar lampung dan pelaporan keuangan Kota Bandar Lampung. Pemeriksaan BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung atas penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban keuangan di Kota Bandar Lampung yang diselenggarakan pemerintah terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan, dan yang disusun pertanggungjawabannya baik sebagian maupun seluruhnya (post audit), pelaksanaan dalam kewenangan pemeriksaan oleh BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung memiliki standar pemeriksaan wajar, yaitu pemeriksa mengacu pada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), yang ditetapkan dengan peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 tentang SPKN. Pemeriksaan keuangan


(4)

71

berpatokan dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara pada bagian pernyataan standar pemeriksaan 02 - Standar Pemeriksaan Keuangan.

2. Faktor penghambat kewenangan BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung dalam melakukan pemeriksaan keuangan di Kota Bandar Lampung yaitu Faktor Internal dan faktor eksternal, yaitu faktor internal (kurangnya waktu dan kurangnya SDM), dan Faktor Eksternal (keterbatasan data). BPK dalam melaksanakan kewenangan pemeriksaan keuangan memiliki faktor yang mendukung BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung antara lain, bersinergi dan terjalinnya komunikasi baik dengan objek pemeriksaan dengan memberikan data yang dibutuhkan oleh BPK Perwakilan Provinsi, serta adanya faktor yang mendukung kewenangan pemeriksaan BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung yaitu BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung berkoordinasi dengan BPKP Kota Bandar Lampung dan BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung kerja sama dengan DPR, DPD, dan penegak hukum lainnya.

5.2. Saran

Kewenagan BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung terhadap pemeriksaan keuangan lebih transparansi serta melaksanakan meningkatkan kualitas/mutu pemeriksaan di Kota Bandar Lampung sesuai dengaan peraturan perundang-undangan demi tercapai tujuan kesejahteraan bersama. BPK Perwakilan Provinsi Lampung sebaiknya dapat melaksanakan penyuluhan atau sosialisasi mengenai wewenangnya dalam pemeriksaan keuangan agar masyarakat secara umum dapat mengetahui kewenangan-kewenangan BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, Arifin P. Soeria. 1996. Kapita Selekta Keuangan Negara. Untar :Jakarta. Ganjong. 2007. Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum. Ghalia

Indonesia : Bogor.

H. Bohari. 1995. Hukum Anggaran Negara. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta. Hadjon, Philipus M. “tentang Wewenang”. YURIDIKA, No.5&6 Tahun XII,

September – Desember , 1997.

Lembaga Administrasi Negara. 1997. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Jilid II/Edisi Ketiga, PT Toko Gunung Agung : Jakarta. M. Makhfudz. 2013. Hukum Administrasi Negara. Graha Ilmu : Jakarta.

M. Subagio. 1988. Hukum Keuangan Negara Republik Indonesia. CV. Rajawali : Jakarta.

_________. 1991. Hukum Keuangan Negara. Rajawali : Jakarta.

Muhammad, Abdul Kadir, 2004, Hukum Dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti : Bandung.

HR, Ridwan. 2006 Hukum Administrasi Negara. Rajawali Pers : Jakarta. Sutedi, Adrian. 2010. Hukum Keuangan Negara. Sinar Grafika : Jakarta.

Tjandra, Riawan. 2008. Hukum Administrasi Negara. Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.

Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan sebagai pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.


(6)

Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 103 tentang Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Derah Kota Bandar Lampung.

Agung Suseno, 2010, http://journal.ui.ac.id, Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, tanggal 23 Februari 2015, Pukul 23.36. NVS/L-9, 2011, Dituntut 12 Tahun Bupati Lampung Timur Malah Divonis Bebas,

http://sp.beritasatu.com, Tanggal 19 Maret 2015, Pukul 19:32.

Zam,http://contoh-irul.blogspot.com/2014/04/tersangka-kasus-korupsi-dkp-ditetapkan.html, tanggal 20 Maret 2015, Pukul 20:55. BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung

http//:www.badanpemeriksakeuangan.go.id-bandarlampung,tanggal 25 April 2015, Pukul 20:19.

Sejarah Singkat Bandar Lampung

http//:www.wikipedia.sejarahsingkatbandarlampung.com, tanggal 25 April 2015 pukul 14:23

Agus Wira Sukarta, 2015, AntaraNewsBandarLampung