Cerita Perempuan Buruh Konveksi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kredit macet padahal sebagian besar perempuan buruh ini mengetahui bahwa usaha tersebut jarang sekali menghadapi benturan yang berarti. 17 Dengan rendahnya nilai jual tersebut, perempuan buruh konveksi yang menjadi tonggak keberhasilan mengalami kekurangan dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Bahkan sedikit sekali diantara keluarga perempuan buruh konveksi yang dapat menikmati hasil jerih payahnya karena kerugian yang disebabkan dari berbagai aspek.

2. Perempuan Buruh dan Sampah Konveksi

Dalam setiap harinya, industri konveksi menghasilkan sekitar 3-4 Kwintal limbah kain yang dibiarkan menumpuk di gudang. 18 Biasanya dalam melakukan daur ulang sampah ini banyak di kirim ke industry pengolahan sampah kain di Kota Mojokerto. Alur yang seperti ini terus terjadi bahkan terkadang masih banyak sisa-sisa sampah yang dibiarkan begitu saja. Gambar. Tumpukan kain perca Pendapatan yang minim dari hasil menjahit di perusahaan konveksi seharusnya dapat disiasati dengan baik. Kurangnya perhatian masyarakat 17 Hasil wawancara dengan Ibu Maryati buruh konveksi Tanggal 21 November 2014 18 Hasil Wawancara dengan Bapak Sugono, Pemilik industri konveksi. Tanggal 12 November 2014 28 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dalam mengelola potensi yang ada, rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat, ditunjang dengan vakumnya peran pemerintah desa dalam meningkatkan taraf hidup warganya melalui terciptanya usaha kreatif. Akibatnya ketika perempuan-perempuan ini terutama yang menjadi tulang punggung keluarga ketika sudah tidak produktif banyak yang menghabiskan waktunya sebagai pengangguran dan menjadi beban baru bagi keluarganya. Sehingga banyak diantara anak-anak mereka yang memilih untuk berhenti sekolah dan bekerja di pabrik. Rendahnya nilai jual hasil kerja yang tidak mumpuni bagi satu keluarga ditambah dengan tidak adanya lapangan kerja baru yang dapat menunjang pekerjaan ini berdampak besar pada terhambatnya pembangunan desa. 29 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III PERUBAHAN SOSIAL MELALUI KEBERDAYAAN ASET

KAJIAN TEORITIS Pendekatan berbasis aset adalah perpaduan antara metode bertindak dan cara berpikir tentang pembangunan. Pendekatan ini merupakan pergeseran yang penting sekaligus radikal dari pandangan yang berlaku saat ini tentang pembangunan serta menyentuh setiap aspek dalam cara kita terlibat dalam pelaksanaan pembangunan. Daripada melihat negara-negara berkembang sebagai masalah yang perlu diatasi kemudian memulai proses interaksi dengan analisis pohon masalah, pendekatan berbasis aset fokus pada sejarah keberhasilan yang telah dicapai, menemu-kenali para pembaru atau orang-orang yang telah sukses dan menghargai potensi melakukan mobilisasi serta mengaitkan kekuatan dan aset yang ada 19 . Walau memang menggunakan pendekatan masalah atau kebutuhan berguna dalam merancang atau mengevaluasi program, pendekatan ini tidak terlalu cocok untuk program yang membutuhkan perubahan perilaku atau perbaikan layanan. Dalam konteks tipikal yang kompleks dan multi-aktor, tidak pernah ada problem tunggal atau solusi yang mudah ditentukan. Dalam konteks seperti itu, menemu-kenali kebutuhan yang tak ada habisnya bisa melemahkan, terutama sebagai titik awal perubahan. Oleh karena itu, pendekatan berbasis aset sekarang ini dianggap lebih bermanfaat untuk konteks sosial, ekonomi dan politik yang berkarakter rumit dan di mana ada banyak cara dan jalan untuk perubahan. 19 19 Christoper Dureau. 2013. Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan. TT: Australian Community Development and Civil Society ACCESS Tahap II. Hal 3 30