PARTISIPASI BURUH TANI PEREMPUAN DALAM PROSES PRODUKSI PERTANIAN PADI SAWAH (Studi pada Buruh Tani Perempuan Desa Batang Harjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur)

(1)

ABSTRACT

THE PARTICIPATION OF PEASANT WOMEN IN THE PROCESS OF AGRICULTURAL PRODUCTION OF RICE PADDY FIELDS (Study on the peasants, Village Women Batang Harjo Subdistrict

Batanghari Regency East Lampung)

By: SRI SUBEKTI

This research aims to identify the scope of the participation of peasant women in the process of agricultural production of rice paddy fields, explains the motivation of farmworker women in the process of agricultural production of rice paddy fields, explains strategies and the participation of peasant women in the process of agricultural production of rice paddy fields. The research method used was qualitative. Engineering data collection consists of observation (monitoring), in-depth interviews, and documentation. Technique of data analysis performed by reduction of the data, the presentation of the data, and draw conclusions. The results showed that in working peasants, women workers and have a group backup. Prevailing wage system will be different in every stages in accordance with the agreement between the owner laborer with rice fields. In the process of agricultural production of rice paddy peasants, women participate in the process of planting, weeding and harvesting. Peasant women have diverse motivations in working to meet the needs of the economy, due to the low level of education, to help the economy of the household and for leisure. While the strategies that they use in their work is work with enterprising and full responsibility, discipline and establish a good relationship with the community. Thus the participation of peasant women still required by the owner of the rice paddies to help complete the process of agricultural production of rice paddy fields.

Keywords: Participation of women peasants, rice field agricultural production process


(2)

ABSTRAK

PARTISIPASI BURUH TANI PEREMPUAN DALAM PROSES PRODUKSI PERTANIAN PADI SAWAH

(Studi pada Buruh Tani Perempuan Desa Batang Harjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur)

Oleh SRI SUBEKTI

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lingkup partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah, menjelaskan motivasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah, dan menjelaskan strategi partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data terdiri dari observasi (pengamatan), wawancara mendalam, dan dokumentasi. Teknik analisa data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam bekerja buruh tani perempuan memiliki kelompok dan pekerja cadangan. Sistem upah yang berlaku akan berbeda disetiap tahapannya sesuai dengan kesepakatan antara buruh tani dengan pemilik sawah. Dalam proses produksi pertanian padi sawah buruh tani perempuan berpartisipasi pada proses penanaman, penyiangan dan pemanenan. Buruh tani perempuan memiliki motivasi yang beragam dalam bekerja yakni untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, karena tingkat pendidikan yang rendah, untuk membantu perekonomian rumah tangga dan untuk mengisi waktu luang. Sedangkan strategi yang mereka gunakan dalam bekerja adalah bekerja dengan giat dan penuh tanggung jawab, disiplin dan menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat. Dengan demikian partisipasi buruh tani perempuan masih dibutuhkan oleh pemilik sawah untuk membantu menyelesaikan proses produksi pertanian padi sawah.

Kata Kunci : Partisipasi buruh tani perempuan, proses produksi pertanian padi sawah


(3)

PARTISIPASI BURUH TANI PEREMPUAN DALAM PROSES PRODUKSI PERTANIAN PADI SAWAH

(Studi pada Buruh Tani Perempuan Desa Batang Harjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur)

Oleh SRI SUBEKTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Sri Subekti, dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 15 Januari 1991, putri ke empat dari empat bersaudara merupakan pasangan dari bapak Sunardjo D.M dan ibu Murtiningsih. Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) PGRI II Batang Harjo diselesaikan tahun 1996, Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Batang Harjo Kecamatan Batanghari pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri I Batanghari pada tahun 2006, dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di MAN 2 Metro pada tahun 2009.

Tahun 2009, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unila melalui SNMPTN. Pada tahun 2012 penulis mengikuti KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Pekon Purawiwitan Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat pada bulan Juli-Agustus. Ilmu yang didapatkan di kampus diaplikasikan penulis ketika berada di lapangan. Banyak pengalaman berharga yang penulis dapatkan ketika melaksanakan KKN.


(8)

MOTO

Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu.minta tolonglah pada ALLAH, jamgan engkau

lemah. (H.R Muslim)

Jadilah seperti pohon kayu yang tumbuh di tepi jalan dan berbuah lebat.dilempar dengan batu tetapi membalasnya

dengan buah.

(Abu Bakar Ash Shidiq)

Orang pandai itu tidak membuat manusia merasa putus asa dari rahmat ALLAH dan tidak membuat mereka merasa aman

dari tipu daya ALLAH.

(Ali bin Abi Thalib)

Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu akan menjagamu sedangkan kamulah yang akan menjaga harta.


(9)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohiim

Kupersembahkan karyaku ini untuk ayah (alm),

bapak (alm) dan ibuku tersayang yang tiada

hentinya memberikan cinta, do’a, dan dukungan

untuk keberhasilanku

Suamiku tercinta yang tiada hentinya

memberikan semangat

dan do’a

Almamater tercinta Universitas Lampung

.


(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan berkah, pertolongan dan kemudahan di setiap perjalanan hidup dalam menempuh pendidikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Partisipasi Buruh Tani Perempuan Dalam proses Produksi Pertanian Padi Sawah” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku dekan FISIP,

2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si. selaku ketua jurusan, dan Ibu Dra. Anita Damayantie, M.H. selaku Sekertaris Jurusan.

3. Bapak Drs Gunawan Budi Kahono selaku dosen pembimbing akademik. 4. Bapak Dr. Hartoyo, M.Si. selaku dosen pembimbing utama. Terima kasih

atas bimbingan arahan, ilmu, dan waktu yang sudah bapak luangkan dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.

5. Ibu Endry Fatimaningsih, S.Sos, M.Si. selaku dosen penguji. Terima kasih atas saran, arahan, kebijaksanaan, kepercayaan diri yang ibu berikan dalam


(11)

penyelesaian skripsi ini.serta waktu yang diluangkan di tengah kesibukan yang sedang ibu jalani.

6. Dosen-dosen Sosiologi Bu Vivit, Bu Dewi, Bu Paras, Bu Yuni, Bu Erna Pak Ben, Pak Usman, Pak Sani, Pak Warno, Pak Fahmi,Pak Ikram, Bung Pay, Pak Gede, Pak Bintang, terimakasih atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama dalam proses perkuliahan. .

7. Masyarakat Desa Batang Harjo yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian skripsi saya sehingga saya dapat menyelesaikan massa studi saya.

8. Sosiologi 09 yang memiliki banyak kisah yang tak terlupakan. Inay dan Zakiya (dari awal hingga akhir perkuliahan kita selalu bersama meskipun kalian selesai lebih dahulu tetapi kalian selalu memantau perkembangan skripsiku dan mengingatkan agar segera menyelesaikannnya). Lia, Deni, Toni dan Dody (sahabat seperjuangan yang selalu mampir ke kosan untuk melepas lelah, berbagi cerita, dan kita selalu bersama diakhir perjuangan menuju pintu kelulusan). Mares, Devi dan Isma (sedang merintis kesuksesan dan masih sering berkunjung ke kosan untuk berbagi cerita dan melepas rindu). Ira, Irma, Ferdi,Ongki, Bobi, Dedy,Danil, Ganda, Rizky, Dirga, Dayu, Adit, Ody (kalian selalu meramaikan sebuah kamar kecil dengan penuh keceriaan dan kebersamaan yang tak terlupakan). Reza, Alfani, Adi, Mezi, Susan, Nova, Puji, Edo, Andrian, Rio, Tahta, Dauzan,Yusrina, Yosefin, Iis, Maratul, Noe,Reno Yuri, Ari, Caca (almh), Ica, Endik. Jesi, Bang Tri (alm) Mutia, Yolanda, Ermalia, Gita, Ade, Perty, Vina, Eva, Fitri, ( kalian semua adalah pemeran dalam kisah sosiologi 09


(12)

yang penuh kebersamaan, kita bersama melewati suka dan duka selama menjadi mahasiswa kisah kita akan berlanjut sampai kita renta dengan berbagai episode yang berwarna).

9. Keluargaku tersayang Ibu, suamiku mas Joni, mba Sari, mas Adi,mas Wawan, mba Eka, mba Septi (terima kasih banyak atas arahan dan nasehat yang diberikan)

10.Keponakan bulek Cantik yang lucu, imut dan bandel Lana, Sesa, Azzam, Damar dan Cia serta (kalian semua semangat bulek,,, bersama kalian menjadi bahagia karena tingkah lucu dan kepolosan kalian meskipun terkadang menyebalkan karena suka ngacak-ngacak rumah 

11.Keluarga besar mbah kakung, bude, pakde, mas Imam, mba Rizki, mb Qiya, mas Dwi dan Zaki (terima kasih atas suport yang telah diberikan) 12.Untuk seluruh penghuni Wisma Dara khususnya Heni, dan Nora (kalian

adik-adikku yang baik dan tetap semangat biar cepet wisuda) Mba Lia ( mba yang selalu mengayomi dan memberikan nasehat meskipun baru kenal dalam hitungan bulan tapi pesonanya luar biasa) Mba Uni, Rudi, Windi, Rendi, Bagus, Mba Nia (meskipun tidak setiap hari berjumpa tapi kita seperti saudara) , Ibu dan Bapak kos beserta Trisa dan Uti (terima kasih atas kebaikan dan kasih sayang yang telah diberikan selama tinggal di wisma dara)

13.Untuk teman-teman KKN di Purawiwitan Lampung Barat Dias, Intan, Bangun Dolok, Tyas, Dako (Sampai sekarang kita masih intens berkomunikasi dan saling bercerita layaknya kita masih tinggal serumah dulu). Irin, Cani, Andry, Lury, Fitri, Kiki, Dani, Mita, Desfy, Dita, Dita


(13)

kecil ( hanya 40 hari kita bersama tapisensasinya terasa sampai sekarang, terima kasih untuk persudaraan dan kebersamaan selama kita kkn bonus terindah di massa kuliah). Adik-adik yang selalu meramaikan suasana rumah kakak kkn.yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Seluruh warga Purawiwitan terima kasih karena kami disambut dengan baik dan kami dianggap dari bagian keluarga.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis mohon maaf dan semoga skripsi ini dapat diterima di masyarakat. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi untuk seluruh pihak. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya dan senantiasa menjadi orang-orang yang istiqomah berada di jalan-Nya. Amin

Bandar Lampung, Desember 2013 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Partisipasi Perempuan ... 10

1. Pengertian Partisipasi ... 10

2. Motivasi Kerja Perempuan ... 11

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Perempuan ... 15

B. Buruh Tani Pengertian Buruh Tani ... 19

C. Proses Produksi Pertanian 1. Pengertian Proses Produksi ... 19

2. Pengertian Pertanian ... 19

3. Tahapan Proses Produksi Pertanian Padi Sawah……….20

4. Partisipasi Perempuan dalam Proses Produksi Pertanian Padi Sawah ... 22

5. Pola Hubungan antara Buruh Tani dengan Pemiilik Lahan ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 28

B. Fokus Penelitian ... 29

C. Lokasi Penelitian ... 32

D. Teknik Penentuan Informan ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33


(15)

BAB IVGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak Desa Batang Harjo ... 43

B. Sejarah Desa Batang Harjo ... 43

C. Potensi Wilayah ... 47

D. Demografi ... 49

E. Kesehatan Penduduk ... 52

F. Infrastruktur ... 54

G. Sekilas Kehidupan Buruh Tani Perempuan ... 59

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lingkup Partisipasi Buruh Tani Perempuan dalam Proses Produksi Pertanian Padi Sawah ... 61

1. Kelompok Kerja Perempuan ... 62

2. Pola Hubungan Ketenagakerjaan antara Buruh Tani Perempuan dengan Pemilik Sawaah ... 65

3. Sistem Upah dalam Proses Produksi Pertanian Padi Sawah .. 73

4. Proses Produksi Pertanian Padi Sawah ... 76

B.Motivasi Buruh Tani Perempuan dalam Proses Produksi Pertanian Padi Sawah ... 83

1. Memenuhi Kebutuhan Ekonomi ... 84

2. Tingkat Pendidikan Rendah... 85

3. Membantu Perekonomian Rumah Tangga ... 86

4. Memanfaatkan Waktu Luang ... 87

5. Kenyamanan dalam Bekerja ... 88

C. Strategi Partisipasi Buruh Tani Perempuan dalam Proses Produksi Pertanian Padi Sawah ... 91

1. Bekerja dengan Giat dan Penuh Tanggung Jawab ... 92

2. Disiplin dalam Bekerja ... 93

3. Menjalin Hubungan yang Harmonis dengan Masyarakat ... 94

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 97


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data ... 39 Tabel 2. Nama bedeng/dusun di Desa Batang Harjo ... 45 Tabel 3. Nama-nama lurah/kepala Desa Batang Harjo ... 46 Tabel 4. Keadaan penduduk berdasarkan golongan umur dan jenis

kelamin di Desa Batang Harjo tahun 2013 ... 50 Tabel 5. Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

tahun 2013 ... 50 Tabel 6. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian

tahun 2013 ... 51 Tabel 7. Keadaan penduduk berdasarkan agama tahun 2013 ... 53 Tabel 8. Infrastruktur di Desa Batang Harjo ... 54


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Suasana makan siang buruh tani perempuan ... 70

Gambar 2. Buruh tani perempuan sedang menyantap bekal yang dibawa dari rumah ... 71

Gambar 3. Hasil panen yang akan dihtung dengan sistem bawon ... 75

Gambar 4. Proses penanaman padi ... 77

Gambar 5. Buruh menyiangi rumput ... 79

Gambar 6. Buruh tani perempuan memotong tanaman padi ... 80

Gambar 7. Proses pengumpulan tanaman padi ... 81

Gambar 8Proses perontokan padi menggunakan peralatan Sederhana... 81

Gambar 9. Proses perontokan padi menggunakan mesin herek ... 82


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Sektor pertanian berpengaruh bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, terutama pada wilayah-wilayah di pedesaan. Sektor pertanian juga memegang peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi. Menurut Husodo (2009:23), sebagian besar penggunaan lahan di wilayah Indonesia diperuntukan sebagai lahan pertanian dan hampir 50% dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya di sektor pertanian.

Sektor pertanian erat kaitannya dengan faktor produksi guna untuk memproduksi tanaman. Salah satu faktor produksi adalah tenaga kerja. Tenaga kerja dalam pertanian adalah tenaga kerja manusia, tenaga hewan dan tenaga mesin. Tenaga kerja manusia merupakan tenaga kerja pertama sebelum tenaga hewan dan tenaga mesin digunakan untuk membantu petani mengolah lahan atau mengangkut hasil pertanian.

Menurut Smith dan Lambert (1990:2-3) pada mulanya semua tanaman budidaya untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia dihasilkan dan disiapkan dengan menggunakan tenaga manusia. Lambat laun, munculah ide memanfaatkan

tenaga hewan untuk meringankan tenaga kerja manusia sebelum ditemukannya besi. Dengan ditemukannya besi, diciptakanlah peralatan prtanian yang masih


(19)

2

sederhana. Menjelang tahun 1920, peralatan pertanian mengalami inovasi yakni dengan menggunakan tenaga mesin. Mesin dan peralatan tersebut diantaranya adalah bajak yang bermanfaat dalam pengolahan tanah, transplanter yang bermanfaat untuk menanam benih padi, kultivator yang bermanfaat untuk pendangiran, dan combine yang bermanfaat untuk memotong tanaman yang berdiri, merontokkan bulir padi dan memisahkan bulir padi dari gabahnya sambil berjalan di lapangan.

Meskipun kemajuan teknologi dalam bidang pertanian memudahkan para petani dalam proses produksi pertanian, namun tidak semua petani dapat memanfaatkan fasilitas tersebut. Mesin pertanian yang diciptakan untuk memaksimalkan hasil produksi pertanian tidak serta merta membuat petani antusias untuk memilikinya. Hal ini dikarenakan keterbatasan modal yang dimiliki petani. Menurut Sastraatmadja (2008:7), pertanian di Indonesia didominasi oleh usaha kecil yang dilaksanakan 26 juta KK tani yang merupakan 51% dari penduduk Indonesia berlahan sempit dan bermodal kecil. Saat ini, petani desa yang memiliki lahan di atas 2 hektar sudah jarang ditemui. Hal ini disebabkan sawah yang dimiliki sudah turun temurun atau dikenal dengan sistem waris.

Sampai saat ini, sektor pertanian di pedesaan masih menggunakan tenaga kerja manusia dalam proses produksinya. Selain karena keterbatasan modal, sebagian masyarakat desa masih menganut pola perilaku berdasarkan adat istiadat lama. Menurut Setiadi dan Usman Kholip (2011:842) adat istiadat lama merupakan suatu aturan yang sudah mantap dan mencakup segala konsepsi dan sistem budaya yang mengatur tindakan manusia dalam kehidupan sosial. Jadi kehidupan


(20)

3

masyarakat pedesaan sebagian masih didasarkan pada cara atau kebiasaan lama yang diwarisi dari nenek moyang. Dalam hal ini, pemilik sawah masih menggunakan jasa buruh tani karena sudah turun temurun sejak dahulu.

Kehidupan sosial masyarakat desa mencerminkan masyarakat yang ikatan batinnya masih kuat. Masyarakat desa merasa bagian yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Rela berkorban setiap waktu karena merasa sebagai anggota masyarakat yang saling menghormati dan memiliki hak serta tanggung jawab yang sama di dalam masyarakat. Begitu juga dengan sistem pertanian, meskipun peralatan pertanian sudah semakin canggih namun petani masih menggunakan jasa buruh tani di beberapa proses produksi pertanian. Hal ini berkaitan dengan pola kehidupan masyarakat desa yang masih berpegang teguh dengan adat istiadat.

Selain itu, tidak semua petani mampu membeli mesin pertanian karena harganya yang cukup mahal. Petani hanya menyewa bajak beserta operatornya dalam proses pengolahan tanah. Proses produksi pertanian yang lain seperti menanam benih, memupuk, menyiangi rumput dan memanen masih menggunakan tenaga kerja manusia yang biasa disebut buruh tani. Buruh tani bekerja dengan sistem borongan maupun harian dengan upah yang telah disepakati antara pemilik sawah dengan buruh tani.

Di dalam sektor pertanian, tenaga kerja yang berpartisipasi dalam proses produksi pertanian padi sawah tidak hanya laki-laki, perempuan pun turut berpartisipasi. Sejak dahulu tenaga kerja perempuan dibutuhkan untuk menambah tenaga kerja yang ada yakni tenaga kerja laki-laki. Meskipun hanya untuk membantu tenaga


(21)

4

kerja yang sudah ada, bukan berarti partisipasi perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Soetirsno (1997:96), menyatakan bahwa dari segi tradisi pertanian di Indonesia, partisipasi golongan perempuan dalam proses produksi pertanian sangatlah dominan. Perempuan mulai berpartisipasi sejak proses produksi yang paling dini yakni penyemaian bibit sampai penuaian padi.

Benston (dalam Ollenburger dan Helen, 1996:106), mengemukakan bahwa perempuan merupakan kelompok pekerja cadangan potensial. Perempuan dapat diambil sebagai buruh yang fleksibel bila diperlukan. Hal yang dikemukakan Benston juga berlaku bagi buruh tani perempuan yang bekerja di bidang pertanian. Dalam proses produksi pertanian padi sawah buruh tani perempuan dapat berpartisipasi dalam jenis pekerjaan tertentu yang sudah biasa dilakukan dan telah disepakati dengan pemilik sawah.

Selain fleksibel, upah kerja buruh tani perempuan relatif murah sehingga dapat dijangkau bagi petani yang memiliki keterbatasan modal. Sajogyo (1985:154), mengemukakan bahwa upah kerja buruh tani perempuan lebih rendah dibandingkan buruh tani laki-laki. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa buruh tani perempuan masih bisa bertahan di tengah pesatnya kemajuan teknologi.

Di pedesaan, buruh tani perempuan bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga terlebih lagi bagi buruh tani perempuan yang menjadi kepala rumah tangga. Bagi keluarga buruh tani yang tidak memiliki sawah, partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi


(22)

5

sawah sangatlah membantu perkonomian rumah tangga. Upah yang didapat bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Dalam proses produksi pertanian padi sawah, perempuan berpartisipasi dalam bidang yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran dalam mengerjakannya. Selain itu, pekerjaan yang membutuhkan waktu cukup lama dalam proses penyelesaiannya. Menanam benih padi maupun palawija, penyiangan dan pemanenan merupakan pekerjaan yang mayoritas dilakukan oleh buruh tani perempuan.

Pada awalnya buruh tani perempuan tidak berkelompok. Masing-masing buruh akan mendapatkan pekerjaan jika diundang oleh pemilik sawah. Lambat laun buruh tani perempuan membentuk kelompok. Hal ini akan lebih memudahkan kedua belah pihak dalam menjalin kerja sama. Pemilik sawah akan lebih mudah dalam mencari pekerja karena tidak perlu mendatangi banyak orang untuk membantu proses produksi pertanian. Buruh tani perempuan pun juga akan mendapatkan pekerjaan secara bersama-sama dan hal ini akan semakin mempererat hubungan mereka baik sebagai sesama buruh maupun sebagai anggota masyarakat.

Kelompok buruh tani perempuan terbentuk dari kebiasaan bersama dalam bekerja dan di dalam kehidupan sehari-hari serta adanya kenyamanan antar anggota. Setiap kelompok pada umumnya memiliki rumah yang saling berdekatan dan terdiri dari enam sampai delapan orang dalam kelompok menanam padi serta tiga sampai empat orang dalam kelompok memanen padi. Buruh tani perempuan


(23)

6

bekerja secara berkelompok untuk menyelesaikan setiap bagian yang telah menjadi tanggung jawabnya.

Di dalam sistem pertanian masyarakat desa, petani pemilik sawah dan buruh tani telah dihubungkan oleh suatu pertukaran antara kerja dan upah. Para petani pemilik sawah membutuhkan bantuan dari para buruh tani dalam proses mengolah sawah, penanaman sampai pemanenan dan buruh tani membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini disebabkan proses produksi pertanian membutuhkan banyak tenaga yang harus dicurahkan sebelum mendapatkan hasil produksi (Scott, 2000:102).

Sampai saat ini tenaga kerja buruh tani masih dibutuhkan oleh petani meskipun peralatan pertanian sudah banyak terdapat di pasaran. Teknologi pertanian yang diciptakan dengan tujuan mempermudah para petani dalam memproduksi hasil pertanian tidak membuat buruh tani perempuan kehilangan seluruh pekerjaannya di bidang pertanian. Buruh tani perempuan mampu beradaptasi dengan peralatan pertanian yang sederhana, misalnya peralatan untuk menyiangi rumput yang disebut osrok. Menurut Husken (1998:191) osrok adalah segagang kayu dengan sehelai papan yang berpaku-paku miring disatu ujungnya. Osrok berfungsi untuk membersihkan rumput di sekitar tanaman padi. Menggunakan osrok juga membutuhan ketelitian agar tidak salah dalam melakukan penyiangan karena jarak antar tanaman padi cukup dekat. Selain untuk membersihkan rumput disekitar tanaman padi, osrok juga berfungsi untuk menggemburkan tanah.

Menurut Wolf (1985:27), eksistensi kaum tani tidak hanya melibatkan suatu hubungan antara petani dan bukan petani, melainkan suatu tipe penyesuaian


(24)

7

(adaptasi), satu komunikasi sikap dan kegiatan yang bertujuan menopang petani dalam upayanya mempertahankan diri dan sesamanya di dalam satu tatanan sosial yang mengancam kelangsungan hidup mereka. Hal yang diungkapkan Wolf merupakan penyebab lain mengapa sampai saat ini buruh tani perempuan masih mendapatkan pekerjaan dalam proses produksi pertanian.

Di Desa Batang Harjo yang akan menjadi tempat penelitian ini, mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Termasuk para perempuan yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi pertanian padi sawah sebagai buruh tani. Sejak dahulu, peran perempuan dalam dunia pertanian memang diakui keberadaannya termasuk di Desa Batang Harjo. Proses penanaman, penyiangan, dan pemanenan yang sampai saat ini masih menggunakan tenaga kerja perempuan memang sangat membantu petani dalam menyelesaikan proses produksi pertanian. Hal ini merupakan pertanda bahwa buruh tani perempuan masih memiliki eksistensi dalam proses produksi pertanian.

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah penelitian mengenai Analisis Peran Wanita dalam Rumah Tangga Petani Mendukung Keberhasilan Program SLPTT-PUAP.yang diteliti oleh Pudji Astuti. Hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa rata-rata sumbangan partisipasi perempuan tani dalam usahatani padi adalah 41,13% dibandingkan pria sebesar 35,96%. Hal ini membuktikan bahwa partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian lebih dominan dibandingkan laki-laki. Perempuan banyak berpartisipai dalam proses penanaman, penyiangan dan pemanenan.


(25)

8

Sedangkan laki-laki berpartisipasi dalam proses pengolahan lahan dan pemanenan.

Berdasarkan uraian di atas peneliti kemudian bermaksud melakukan penelitian tentang partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada lingkup partisipasi buruh tani perempuan dan motivasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian serta strategi partisipasi yang digunakan buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah. Hal ini menjadi penting untuk diteliti karena setiap buruh tani perempuan memiliki latar belakang alasan dan cara-cara tersendiri dalam mempertahankan eksistensinya di dunia pertanian khususnya dalam proses produksi pertanian padi sawah. Dengan itu peneliti memberi judul penelitian ini:”Partisipasi Buruh Tani Perempuan dalam Proses Produksi Pertanian Padi Sawah”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah penelitian ini, maka rumusan masalahnya adalah:

Bagaimanakah partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah?


(26)

9

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi lingkup partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah .

2. Menjelaskan motivasi partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah.

3. Menjelaskan strategi partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah.

D.Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan secara umum dan ilmu sosial khususnya sosiologi pertanian dan pedesaan.

b. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan kepada Dinas Pertanian untuk mengambil kebijakan terkait dengan pekerjaan buruh tani perempuan yang hanya bersifat sementara atau musiman.


(27)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Partisipasi Perempuan 1. Pengertian Partisipasi

Partisipasi menurut Sumarto (dalam Safira 2004:17) adalah proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka.

Menurut Syamsi (dalam Safira 2004;17), partisipasi didefinisikan sebagai orang-orang yang orientasinya justru pada penyusunan dan pemrosesan input serta melibatkan diri dalam artikulasi dari tuntutan-tuntutan kebutuhan dan dalam pembuatan keputusan.

Menurut FAO (1989 dalam Sumaryo, 2003:14), partisipasi memiliki pengertian yang beragam, yaitu:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat dalam proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.

2. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan.

3. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif yang megandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, megambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.

4. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar


(28)

11

memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial.

5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukan sendiri.

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa partisipasi merupakan pengambilan bagian atau keterlibatan anggota masyarakat dan tanggung jawabnya terhadap setiap keputusan yang telah diambil demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan bersama.

2. Motivasi Kerja Perempuan

Motivasi oleh Atkinon (dalam Hariyono, 2010:10) dikatakan sebagai studi tentang faktor-faktor yang menentukan arah, kemantapan dan keteguhan tindakan manusia. Kerja didefinisikan sebagai sesuatu yang dilakukan manusia untuk mencari penghasilan.

Dalam penelitian ini motivasi kerja perempuan dapat diberikan batasan, yaitu dorongan atau faktor-faktor yang menentukan arah dan kemantapan seorang perempuan melakukan aktifitas di luar rumah yang mendatangkan penghasilan tertentu. Faktor-faktor yang dapat memotivasi seorang perempuan melakukan suatu pekerjaan, antara lain dapat dilihat pada tingkat kebutuhan manusia. Tingkat kebutuhan manusia menurut Maslow (dalam Hariyono, 2010: 10) adalah:

1. Basic phisicological needs (kebutuhan fisiologis).

Perwujudan dari kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan pokok manusia yaitu sandang, pangan, papan, dan kesejahteraan individu kebutuhan ini dipandang


(29)

12

sebagai kebutuhan yang paling mendasar, karena tanpa kebutuhan tersebut, seseorang tidak dapat dikatakan hidup normal.

2. Safety needs (kebutuhan rasa aman).

Kebutuhan keamanaan harus dilihat dalam arti luas, tidak hanya keamanan fisik semata, tetapi keamanan psikologis dan perlakuan yang adil dalam pekerjaan.

3. Belongingness and love needs (kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki).

Manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial, tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan pasti memerlukan bantuan orang lain. Sehingga mereka harus berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

4. Self esteem needs (kebutuhan akan harga diri).

Semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaan setatusnya oleh orang lain situasi yang ideal adalah apabila prestise itu timbul akan menjadikan prestasi orang lain akan tetapi tidak selalu demikian, karena dalam hal ini semakin tinggi kedudukan seseorang akan semakin banyak hal yang dijadikan simbol statusnya itu.

5. Self actualization needs (kebutuhan akan aktualisasi diri).

Hal ini dapat diartikan bahwa dalam diri seseorang terdapat kemampuan yang perlu dikembangkan sehingga dapat memberikan sumbangsih yang besar terhadap kepentingan bersama.

Menurut Ahira (2012) Motivasi kerja sering kali disebut dengan dorongan yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku. Ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi sebagai berikut:


(30)

13

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah salah satu faktor yang berada di dalam diri manusia yang terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:

a. Persepsi diri sendiri.

Seseorang akan termotivasi atau tidak tergantung persepsi kognitifnya. Maka persepsi seseorang akan mendorong atau mengarahkan kepada perilaku manusia tersebut.

b. Harga diri dan prestasi.

Faktor ini menjadikan seseorang untuk berusaha menjadi pribadi yang sangat mandiri kuat, dan memiliki kebebasan serta mendapatkan penghargaan di lingkungannya dan dapat menjadikannya untuk berprestasi.

c. Harapan-harapan masa depan.

Faktor ini memepengaruhi sifat yang subjektif seseorang untuk mempunyai harapan yang merupakan tujuan dari perilaku.

d. Kebutuhan.

Seseorang termotivasi karena suatu kebutuhan untuk menjadikan kebutuhan itu secara penuh sehingga dapat meraih potensi secara total. Kebutuhan juga akan mengarahkan manusia kepada motivasi yang tinggi dan akan mengarahkan motivasi tersebut.

e. Kepuasan kerja.

Salah satu motivasi yang didorong afektif yang muncul dari diri seseorang untuk mencari kepuasan dalam dirinya sendiri.


(31)

14

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal berasal dari luar diri kita sendiri yang meliputi:

a. Sifat pekerjaan.

Adanya dorongan untuk bekerja dengan jenis pekerjaan yang sesuai dengan keinginan. Pekerjaan yang tersedia akan mengarahkan seseorang untuk menentukan sikap dan pilihan pekerjan yang akan ditekuninya.

b. Kelompok individu.

Adanya kelompok individu atau juga suatu organisasi yang dibentuk memungkinkan seseorang untuk mendorong atau mengarahkan perilaku dalam mencapai suatu tujuan. Penamaan kelompok individu ini dapat membantu suatu motivasi untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, mencapai motivasi dalam berindividu harus mempunyai nilai kejujuran dan kebenaran.

c. Situasi lingkungan.

Setiap individu berbeda-beda dalam kemampuan berinteraksi,.oleh karena itu sering berinteraksi dalam lingkungan akan lebih baik lagi untuk menumbuhkan rasa saling mengenal.

d. Imbalan.

Imbalan merupakan yang dibutuhkan seseorang untuk dapat mempengaruhi perilaku atau motivasi ke arah objek lainnya yang memiliki sistem imbalan cukup besar. Dalam sistem imbalan seseorang akan berperilaku dalam mencapai tujuannya


(32)

15

Setiap orang memiliki motivasi yang berbeda. Dengan motivasi maka seseorang bisa menggunakan perilakunya. Motivasi dapat dikatakan sebagai pendorong seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Jadi motivasi adalah keadaan yang membuat seseorang menimbulkan atau bertindak dengan perilaku.

Menurut Farmia (2006:35) motivasi perempuan berpartisipasi di dalam proses produksi pertanian adalah:

a. Perempuan memiliki rasa tanggung jawab dan kepemilikan yang besar terhadap keluarga.

b. Perempuan lebih responsive dalam mengatasi persoalan pangan keluarga dan upaya peningkatan pendapatan

c. Desakan ekonomi yang memaksa mereka harus bekerja.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Menurut Angell (dalam Firmansyah 2009) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi diantaranya adalah:

a. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.


(33)

16

b. Jenis kelamin

Nilai yang cukup lama dominan mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat partisipasi perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

c. Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat memengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

d. Pekerjaan dan penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.

e. Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.


(34)

17

Menurut Dewi (2012) terdapat beberapa hal yang menyebabkan perempuan berpartisipasi dalam membantu perekonomian rumah tangga, yakni:

a. Motivasi bekerja

Pertumbuhan ekonomi yang diimbangi dengan peningkatan biaya hidup sehari-hari merupakan faktor pendorong utama bagi perempuan untuk bekerja. Namun ada sebagian perempuan yang bekerja hanya untuk memanfaatkan waktu luang saja. Bagi perempuan dari golongan mampu, melakukan pekerjaan mencari nafkah merupakan sarana mempertahankan status keluarga, mempertahankan standar hidup yang telah dinikmati dan memperbesar modal usaha rumah tangga. Sedangkan bagi golongan yang tidak mampu, kerja adalah untuk membantu suami dalam memenuhi kebutuhan ekonomi guna untuk mempertahankan hidup.

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan posisi strategis dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidkan formal yang pernah ditempuh akan turut mempengaruhi partisipasi perempuan dalam menunjang perekonomian keluarga. Pendidikan yang tinggi akan mendorong tingkat mobilitas dalam masyarakat serta memberi harapan baru bahwa prestasi kerja akan memberi imbalan yang tinggi pula. Sementara yang berpendidikan rendah cenderung untuk mempertahankan hal-hal yang bersifat tradisional.

c. Jumlah anggota keluarga dan curahan waktu kerja

Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi curahan waktu kerja perempuan. Hal ini memberi indikasi bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga semakin


(35)

18

berkurang waktu yang dicurahkan oleh perempuan untuk bekerja. Apalagi bila jumlah anggota keluarga yang berusia dibawah usia kerja lebih banyak.

Curahan waktu kerja wanita merupakan keputusan perempuan rumah tangga dalam mengalokasikan waktu yang tersedia. Keputusan ini tergantung dari tingkat penghasilan keluarga dan tingkat upah yang berlaku. Keputusan perempuan untuk mengalokasikan waktu yang tersedia ke pasaran kerja disebabkan karena pendapatan yang diterima tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Menurut Mangkuprawira (1979, dalam Suryani, 2007:11) mengemukakan bahwa perempuan tani pedesaan dibagi ke dalam empat kelompok utama yaitu:

1. Mencari tambahan penghasilan untuk membantu ekonomi rumah tangga, termasuk dalam hal pekerjaan yang tidak mendapatkan upah di dalam keluarga yang membantu usaha tertentu.

2. Mengurus rumah tangga seperti membersihan rumah, memasak, menyiapkan makanan, megasuh anak dan lain-lain.

3. Kegiatan di luar seperti arisan, kerajinan tangan, keluarga berencana dan lain-lain.

4. Mengikuti pendidikan tertentu dengan maksut meningkatkan keterampilan kerja yang ditujukan hanya untuk mencari nafkah.

Menurut Sajogyo (1985:124), data mengenai tenaga kerja perempuan pedesaan menujukkan adanya norma bahwa perempuan apakah ia sebagai istri, ibu rumah tangga, maupun sebagai anak gadis juga melakukan pekerjaan mencari nafkah selain melakukan pekerjaan rumah tangga yang tetap. Hal ini menunjukkan bahwa


(36)

19

perempuan memiliki dua posisi atau status dalam kegiatan bekerja, yakni pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan yang menghasilkan pendapatan.

B.Buruh Tani

Pengertian Buruh Tani

Menurut Bayu (2012) buruh tani adalah buruh yang menerima upah dengan bekerja di kebun atau di sawah milik orang lain.

Sedangkan pengertian buruh tani di dalam BPS (2012:15) merupakan seseorang yang melakukan suatu pekerjaan/kegiatan di sawah atau ladang pertanian dengan tidak menanggung resiko terhadap hasil panen dan bertujuan mendapatkan upah.

Dalam penelitian ini buruh tani merupakan orang yang bekerja di sawah milik orang lain dengan pembayaran dan sistem kerja yang telah disepakati oleh ke dua belah pihak yakni buruh tani dan pemilik sawah.

C.Proses Produksi Pertanian 1. Pengertian Proses Produksi

Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa Assauri (dalam prawira 2007).

Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan danan menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Ahyari (dalam Prawira: 2007)


(37)

20

proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.

Melihat kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, dan bahan baku.

2. Pengertian Pertanian

Menurut Anwas Adiwilaga (dalam Nurmala dkk, 2012:14), pertanian adalah kegiatan memelihara tanaman dan ternak pada sebidang tanah, tanpa menyebabkan tanah tersebut rusak untuk produksi selanjutnya

Pertanian diterjemahkan dari bahasa latin Agricultura dari bahasa latin ager yang berarti lapangan/tanah/ladang/tegalan dan cultura yang berarti menghemat/ memelihara/membajak. Pertanian adalah kegiatan produksi biologis yang berlangsung di atas sebidang tanah (lahan) dengan tujuan menghasilkan tanaman dan hewan untuk memenuhi kebutuhan manusia tanpa merusak tanah (lahan) yang bersangkutan untuk kegiatan produksi selanjutnya. (Nurmala dkk, 2012: 15).

A.T Mosher (dalam Yuliantoro:2012) mengartikan, pertanian adalah sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi didalam setiap usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan penerimaan adalah penting.

Dari definisi di atas dapat disimpulkam bahwa pertanian adalah kegiatan memproduksi tanaman baik padi, palawija maupun tanaman lainnya di sebidang


(38)

21

tanah/sawah yang memerlukan faktor produksi dalam proses penyelesaiannya. Faktor produksi dianataranya adalah tenaga kerja, modal dan bahan baku.

3. Tahapan Proses Produksi Pertanian Padi Sawah

Menurut Erwin (2011), terdapat beberapa tahapan dalam proses produksi pertanian yaitu:

a. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dalam usahatani padi sawah pada umumnya dilakukan oleh tenaga kerja pria. Dalam pengolahan tanah tenaga kerja pria banyak digunakan, karena pada kegiatan pengolahan tanah ini diperlukan tenaga yang cukup besar sehingga kegiatan pengolahan tanah ini lebih didominasi oleh tenaga pria. Pengolahan tanah pada umumnya menggunakan peralatan pertanian bertenaga mesin yang disebut bajak tetapi masih ada yang menggunakan kerbau maupun sapi.

b. Penyemaian

Penyemaian bibit adalah salah satu kegiatan dalam usahatani padi sawah yang meliputi kegiatan pembuatan tempat penyemaian, penyebaran bibit dan pencabutan bibit dari persemaian. Penggunaan tenaga wanita untuk kegiatan penyemaian biasa dilakukan karena pada kegiatan penyemaian ini memerlukan ketelitian.

c. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan jarak tanam yang bervariasi untuk setiap petaninya sesuai dengan pengetahuan dan kebiasaan yang mereka lakukan.


(39)

22

Penanaman dilakukan oleh tenaga kerja perempuan, karena dalam proses penanaman memerlukan ketelatenan dan kesabaran.

d. Penyiangan

Penyiangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk membuang atau memisahkan tanaman pengganggu dari tanaman padi sawah. Tenaga kerja wanita lebih besar digunakan dalam kegiatan penyiangan karena pada kegiatan penyiangan memerlukan ketekunan dan ketelitian sehingga kebiasaan masyarakat pada umumnya menggunakan tenaga kerja wanita e. Pemanenan

Pemanenan adalah kegiatan pengambilan hasil usaha tani padi sawah. Kegiatan ini diawali dengan pemotongan batang padi dengan menggunakan sabit setelah batang padi dipisahkan maka kegiatan berikutnya adalah perontokan dari tangkainya.Pada kegiatan panen laki-laki dan perempuan berpartisipasi dalam hal ini.

4. Partisipasi Perempuan Dalam Proses Produksi Pertanian Padi Sawah

Menurut Husken, (1998:191) di dalam pertanian desa terdapat pembagian kerja yang jelas antara laki-laki dan perempuan. Proses produksi pertanian padi sawah yang pada umumnya dilakukan oleh perempuan adalah:

a. Penanaman.(tandur)

Penanaman merupakan proses memasukkan benih padi ke tempat yang telah di sediakan. Dalam menanam padi mayoritas dilakukan di sawah.


(40)

23

b. Menyiangi rumput.(matun).

Menyiangi rumput merupakan salah satu proses perawatan tanaman dalam produksi pertanian. Menyiangi rumput dapat dilakukan dengan tangan maupupun dengan alat yang disebut dengan osrok. Osrok adalah segagang kayu dengan sehelai papan yang berpaku-paku miring disatu ujungnya. c. Pemanenan (derep/bawon)

Memanen dilakukan dengan menggunakan ani-ani (semacam sabit tetapi bergerigi). Memanen memerlukan dua tahapan, yang pertama memotong tanaman yang kemudian dikumpulkan dalam satu tempat kemudian yang kedua adalah memisahkan bulir padi dari tangkainya yang disebut dengan

nggeblok. Nggeblok adalah memukul tanaman berulang kali sampai bulir padi terpisah dari tangkainya dengan menggunakan alat yang disebut

jagrak. Jagrak terbuat dari papan dan bambu yang disusun menggunakan paku dan memiliki bentuk seperti huruf .A

5. Pola Hubungan Ketenagakerjaan dan Upah antara Buruh Tani Perempuan dengan Pemilik Lahan

Koentjaraningrat (dalam Setiadi dan Usman Kholip, 2011:840) suatu masyarakat desa menjadi persekutuan hidup dan kesatuan sosial didasarkan pada prinsip hubungan kekerabatan (genealogs) dan hubungan tempat tinggal dekat (teritoria).

Begitu juga dengan pola hubungan antara buruh tani dengan pemilik lahan, buruh tani akan diundang untuk melakukan proses produksi pertanian padi sawah yang rumahnya berdekatan maupun masih memiliki hubungan kekerabatan. Pemilik lahan biasanya mendatangi kepala kelompok dan selanjutya kepala kelompok akan memberitahukan kepada buruh tani yang lain yang masih dalam satu kelompok.


(41)

24

Menurut Susilowati (2005:49-53), pola hubungan ketenagakerjaan dan upah antara buruh tani dengan pemilik lahan adalah:

1. Sistem Bawon

Bawon merupakan upah natura yang diberikan pemilik lahan kepada buruh tani, khususnya untuk kegiatan panen yang merupakan bagian tertentu dari hasil panen. Collier (dalam Susilowati 2005:49) menyebutkan pada sistem bawon tradisional, panen padi merupakan aktivitas komunitas yang dapat diikuti oleh semua atau kebanyakan anggota komunitas dan menerima bagian tertentu dari hasil panen.

Menurut Hayami dan Kikuchi (dalam Susilowati 2005:49) tradisi di beberapa tempat petani tidak dapat membatasi jumlah orang yang ikut memanen. Sistem tersebut merupakan bawon yang “benar-benar terbuka” dalam arti setiap orang diizinkan ikut memanen. Sistem “bawonterbuka” pada perkembangannya

kemudian menjadi sistem panen yang hanya terbuka untuk orang satu desa yang sama. Sistem bawon yang lebih ketat adalah sistem bawon dengan peserta tertentu (yang diundang saja). Secara berangsur-angsur telah terjadi peralihan dari bawon yang terbuka ke arah sistem bawon yang lebih terbatas sampai kemudian muncul sistem “kedokan”.

2. Sistem Kedokan

Kata kedokan berasal dari bahasa jawa “kedok” yang berarti plot atau bagian tertentu dari sawah. Istilah kedokan di beberapa desa di Jawa Barat disebut juga sebagai “ceblokan”. Melalui perjanjian atau kesepakatan, pekerja akan melakukan pekerjaan tertentu dalam proses usaha tani padi tanpa dibayar. Namun mereka


(42)

25

akan mempunyai hak untuk panen dan menerima bagian tertentu dari produksi. Tenaga kerja lain di luar kelompok pengedok tersebut tidak dapat ikut panen apabila tidak ada izin dari kelompok pengedok, bukan dari pemilik lahan.

Dengan demikian kelompok pengedok mempunyai hak untuk menentukan siapa orang-orang yang bisa terlibat dalam kegiatan panen tersebut. Dengan kata lain sistem kedokan merupakan suatu kesepakatan yang memberikan hak berburuh panen secara terbatas kepada sekelompok pekerja terkait dengan kewajiban pekerjaan yang mereka lakukan pada proses usaha tani padi.

Kewajiban pekerjaan yang mereka lakukan pada proses usaha tani padi tersebut adalah mencangkul oleh buruh laki-laki (memperbaiki galengan sawah atau saluran air), penanaman padi yang dilakukan oleh buruh perempuan, dan menyiangi tanaman yang dilakukan baik oleh buruh laki-laki maupun perempuan. Dalam prakteknya jenis pekerjaan yang menjadi kewajiban pengedok bervariasi antar daerah.

Menurut Sinaga dan Collier (dalam Susilowati 2005:51) pada awalnya sistem kedokan digunakan petani agar kecukupan tenaga kerja selama proses produksi dapat terjamin. Dalam perkembangannya, kemudian sistem tersebut lebih banyak digunakan petani pemilik sawah untuk membatasi jumlah buruh pemanen. Dalam sistem kedokan, karena pengedok tidak dibayar dengan upah tunai, maka pemilik lahan tidak perlu mengeluarkan banyak biaya selama musim tanam.


(43)

26

3. Sistem Upah Harian

Dalam sistem upah harian, secara teoritis tingkat upah diperhitungkan berdasarkan rata-rata produktivitas tenaga kerja per hari. Lazimnya jumlah jam kerja per hari antar kegiatan maupun antar desa bervariasi, demikian pula dengan besarnya upah harian. Dalam hubungan ketenagakerjaan di pedesaan, sifat kekerabatan dan tenggang rasa antara pemilik lahan dan buruh umumnya masih kuat. Ini menjadikan upah harian yang diberikan tidak hanya berupa uang, namun buruh juga diberi makan dan minum bahkan juga rokok. Besarnya nilai atau biaya untuk makan, minum dan rokok buruh tani relatif besar. Beban tersebut pada akhirnya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pergeseran sistem upah harian ke upah borongan, karena dalam upah borongan tidak disediakan makan, minum, dan rokok.

4. Sistem Upah Borongan

Terdapat beberapa hal yang mendorong munculnya sistem borongan, antara lain:

a. Jadwal tanam secara serentak untuk menghambat serangan hama wereng dan tikus sehingga pengolahan lahan juga harus serentak.

b. Sistem pengairan yang semakin baik dan penjadwalan pengairan yang semakin teratur dan ketat memaksa petani untuk mempercepat pengolahan lahan agar dapat melakukan penanaman tepat pada waktunya.

c. Penggunaan bibit unggul yang berumur pendek, sehingga pengolahan lahan harus dilakukan dengan cepat.

d. Pengupahan dengan sistem borongan secara total dinilai lebih murah dibandingkan upah harian.


(44)

27

e. Tidak merepotkan pemilik lahan karena tidak perlu menyediakan makan. Pada awalnya sistem upah borongan terbatas pada kegiatan pengolahan lahan dengan traktor, namun kemudian berkembang pada kegiatan penanaman.

5. Sistem Sambatan

Sistem sambatan diartikan sebagai sistem saling membantu bekerja secara ber- giliran atau sistem hubungan pertukaran tenaga kerja. Istilah sambatan berasal dari bahasa Jawa “sambat” yang berarti minta pertolongan. Pada prinsipnya sistem sambatan adalah memobilisasi tenaga kerja luar keluarga untuk mengisi kekurangan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi, terutama saat musim sibuk. Sistem ini diatur melalui kebiasaan setempat, dimana petani diminta untuk bekerja membantu pemilik lahan untuk kegiatan tertentu di sawah tanpa diberi upah. Pemilik lahan hanya menyediakan makanan, tetapi pada gilirannya mereka harus mengganti bantuan tersebut secara proporsional pada waktu diperlukan.


(45)

28

III. METODE PENELITIAN

A.Tipe Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, karena ditinjau dari sudut cara dan taraf pembahasan masalahnya, serta hasil yang akan dicapai berdasarkan pada fenomenologis yang mengutamakan penghayatan (verstehen). Penelitian kualitatif bersifat menjelaskan, menggambarkan dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban atas masalah yang diteliti. Penelitian kalitatif lebih bersifat empiris dan dapat menelaah informasi lebih mendalam. Pendekatan kualitatif dapat dilihat sebagai sebuah cara untuk melihat dan mengkaji gejala-gejala sosial dan kemanusiaan yaitu dengan memahami, membangun suatu gambaran yang utuh atau holistic, dimana gejala-gejala yang tercakup dalam kajiannya itu saling terkait satu dengan yang lainnya dalam hubungan-hubungan fungsional sebagai sebuah sistem (Sugiyono, 2011:205-206). Metode kualitatif bertujuan menggali atau menjelaskan makna dibalik realita.

Melihat pendapat di atas sesuai dengan yang diharapkan penulis untuk mengetahui dan menjelaskan/menggambarkan mengenai partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah, maka metode penelitian kualitatif tepat digunakan sebagai tipe penelitian ini. Dengan menggunakan metode ini, penulis sudah berusaha mengetahui secara mendetail bagaimana partisipasi buruh tani


(46)

29

perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah di Desa Batang Harjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Untuk mendapatkan informasi tersebut, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan agar penulis dapat menjajaki secara lebih mendalam obyek yang sudah diteliti pada buruh tani perempuan di Desa Batang Harjo.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian kualitatif sangat penting, karena gejala yang digali bersifat holistic

(menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan). Pada situasi ini peneliti tidak menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan pada variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti,yang meliputi aspek tempat, pelaku dan aktivitasnya yang berinteraksi sinergis (Sugiyono, 2011:207).

Menurut Moleong (2010:94) mengemukakan bahwa tujuan dari membuat fokus penelitian adalah: 1) Untuk membatasi studi agar tidak melebar; 2) Secara efektif berguna untuk menyaring informasi yang masuk.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah:

1. Lingkup partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah .

2. Motivasi partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah.

3. Strategi partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah.


(47)

30

Di dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam bidang pertanian padi sawah yakni:

a. Buruh tani.

Buruh tani merupakan orang yang bekerja di sawah milik orang lain dengan pembayaran dan sistem kerja yang telah disepakati oleh ke dua belah pihak yakni buruh tani dan pemilik sawah.

b. Pemilik sawah

Pemilik sawah merupakan orang yang memiliki sawah dan memberikan pekerjaan kepada buruh tani. Pemilik sawah berhak memilih siapa saja yang akan dipekerjakan dalam setiap proses produksi pertanian padi sawah.

c. Kelompok kerja

Kelompok kerja merupakan sekumpulan beberapa orang yang dibentuk secara sengaja untuk melakukan pekerjaan tertentu di dalam proses produksi pertanian padi sawah.

d. Bawon

Bawon merupakan upah kerja dari pemanenan yang dilakukan oleh buruh tani berupa padi. Akan tetapi jika pemilik sawah menjual hasil panennya maka buruh tani dapat memilih bawon tersebut berupa padi atau uang.

e. Upah borongan

Upah borongan merupakan kerja dengan upah yang telah ditentukan diawal kesepakatan antara buruh tani dengan pemilik sawah.

f. Upah harian

Upah harian merupakan upah yang diberikan pemilik sawah kepada buruh tani per hari dengan nominal yang berlaku secara umum di daerah tersebut.


(48)

31

g. Tandur (menanam padi)

Tandur (menanam padi) merupakan proses penanaman padi yang dilakukan dengan cara menancapkan tanaman padi ke area yang telah disediakan dengan alur mundur.

h. Matun (menyiangi rumput)

Matun (menyiangi rumput) adalah membersihkan rumput disekitar tanaman padi yang berfungsi untuk perawatan. Matun dapat dilakukan dengan tangan maupun dengan peralatan sederhana yang disebut osrok.

i. Osrok

Osrok adalah peralatan sederhana yang terbuat dari kayu dan paku. Selain berfungsi untuk membersihkan rumput, osrok juga dapat menggemburkan tanah.

j. Derep

Derep merupakan proses pemanenan padi yang dilakukan oleh buruh tani di sawah pemilik lahan.

k. Ngaret

Ngaret adalah memotong batang tanaman padi sampai batas tertentu. Ngaret

termasuk dalam proses pemanenan padi sawah. l. Nggbelok

Nggeblok adalah memukul-mukulkan tanaman padi ke jagrak agar bulir padi terpisah dari tangkainya

m. Jagrak merupakan peralatan sederhana untuk merontokkan bulir padi yang terbuat dari papan yang bentuknya seperti huruf A


(49)

32

C.Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Batang Harjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Adapun dasar pertimbangan pemilihan lokasi tersebut adalah

1. Desa Batang Harjo merupakan salah satu desa yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani.

2. Dalam proses produksi pertanian di Desa Batang Harjo perempuan ikut terlibat secara aktif sampai dengan proses pemanenan.

D.Teknik Penentuan Informan

Menurut Moleong (2010:132) informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian dan harus sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal.

Menurut Spradley (dalam Moleong, 2010:165), informan harus memiliki beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan yaitu:

1. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan ini biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi di luar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.

2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan kegiatan yang menjadi sasaran atau penelitian.


(50)

33

3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai informasi.

4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu dan mereka relative masih lugu dalam memberikan informasi.

Sumber informan yang sudah digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Buruh tani perempuan yang masih aktif bekerja dan berada di Desa Batang Harjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

2. Buruh tani perempuan yang menjadi kepala keluarga karena sudah janda. 3. Buruh tani perempuan yang berpendidikan rendah

E.Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peranan alat pengumpulan data sangat penting karena alat ini digunakan sebagai pedoman atau pegangan selama pengumpulan data itu berlangsung. Ada berbagai macam alat pengumpulan data yang digunakan, sesuai dengan metode yang dipilih dalam proses pengumpulan data. Untuk memperoleh data yang lengkap, akurat dan dapat dipertanggung jawabkan kebenaran ilmiahnya, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi (Pengamatan).

Secara singkat observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala pada objek penelitian, dan unsur-unsur yang tampak itulah yang disebut data atau informasi yang harus diamati dan dicatat secara langsung keadaan yang ada dilapangan sehingga diperoleh data atau fakta yang berhubungan dengan masalah


(51)

34

yang dikaji (Nasution dalam Sugiyono, 2011:309). Kegiatan ini dilakukan untuk memeperoleh gambaran yang jelas mengenai kondisi yang sebenarnya.

Peneliti mengamati kegiatan yang dilakukan buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah seperti proses penanaman benih padi, penyiangan rumput, dan pemanenan. Pada proses penanaman padi, peneliti mengamati buruh tani perempuan berangkat menuju sawah secara berkelompok dengan berjalan kaki maupun menggunakan sepeda sesuai dengan jarak yang ditempuh. Di dalam perjalanan menuju lokasi yang akan ditanami padi para buruh terlihat berbincang-bincang dan sesekali mereka tertawa karena ada hal lucu yang diceritakan oleh rekannya.

Sesampainya di sawah, para buruh sudah siap untuk menancapkan tanaman padi yang sudah disebar di area yang akan di tanami padi. Proses penyebaran bibit padi siap tanam yang sudah di ikat seperti sayuran disebut dengan mbanjari.

Tujuannya adalah untuk memudahkan para buruh tani dalam proses penanaman agar tidak kesulitan mengambil bibit padi. Sekitar pukul 05.30 wib buruh tani perempuan sudah memulai aktifitasnya yang pertama dalam proses produksi pertanian padi sawah yakni menanam padi.

Buruh tani perempuan terlihat sangat cekatan menancapkan bibit padi meskipun posisi menanam padi dilakukan dengan cara mundur ke belakang namun mereka tidak terlihat kesusahan. Posisi badan yang harus membungkung ketika menanam padi tidak serta merta membuat para buruh tani sering beristirahat. Meskipun terlihat serius ternyata mereka juga bekerja sambil berbincang-bincang dengan rekan yang berada disekitarnya. Mungkin hal ini dilakukan agar tidak terlalu


(52)

35

terasa capek bekerjanya. Buruh tani perempuan juga saling menolong jika ada temannya yang belum menyelesaikan bagian yang telah ditentukan sebelumnya.Jika sudah selesai disatu tempat maka akan berpindah di tempat yang lain karena dalam satu hari para buruh tani perempuan ini bisa mengerjakan di tiga sampai empat tempat sekaligus.

Tanaman padi sudah berusia sepuluh sampai lima belas hari dan rumput liar sudah mulai tumbuh subur mengganggu pertumbuhan tanaman padi. Hal ini pertanda proses penyiangan rumput akan segera dilakukan oleh pemilik sawah. Jika pemilik sawah tidak menggunakan pestisida maka tenaga buruhlah yang akan digunakan. Di pagi hari sekitar pukul tujuh buruh tani perempuan terlihat berjalan menuju area persawahan dan ternyata ia akan menyiangi rumput tetapi dalam pekerjaan ini sudah tidak berkelompok lagi.

Pemilik sawah hanya mempekerjakan dua orang buruh untuk menyiangi rumput atau yang biasa disebut matun. Menyiangi rumput ada yang menggunakan tangan dan ada juga yang menggunakan alat yang bernama osrok. Tetapi peneliti lebih banyak melihat buruh menggunakan tangan dibandingkan menggunakan osrok.

Menyiangi rumput termasuk dalam proses merawat tanaman padi dan pada umumnya dilakukan dua kali dalam semusim yakni ketika padi berumur sepuluh sampai limabelas hari dan ketika tanaman sudah mulai mengeluarkan bulir-bulir padi.

Tahap merawat tanaman padi sudah terlewati mulai dari penyiangan sampai pemupukan yang dilakukan oleh pemilik sawah. Tanaman padi sudah terlihat untuk siap dipanen karena daunnya mulai menguning, bulir-bulir padi yang sudah


(53)

36

berisi dan semakin merunduk. Area persawahan sudah berangsur-angsur didatangi para buruh tani baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini pertanda proses pemanenan sudah dimulai. Peneliti melihat pemanenan dilakukan secara berkelompok seperti pada saat penanaman akan tetapi kelompok pemanen terdiri dari beberapa kelompok kecil di dalam satu area persawahan. Setiap kelompok terdiri dari tiga sampai empat orang. Kelompok pemanen lebih bervariasi daripada kelompok penanam. Kelompok pemanen terdiri dari kelompok buruh tani laki-laki dan perempuan, laki-laki-laki-laki saja maupun perempuan saja. Meskipun demikian mereka dapat bekerjasama dengan baik dan tidak ada perbedaan yang mencolok antara laki-laki dan perempuan. Tidak semua kelompok pemanen menggunakan peralatan tradisional untuk memisahkan bulir padi dari tangkainya. Ada beberapa kelompok yang menggunakan mesin perntok padi akan tetapi sejauh yang diamati peneliti masih dominan peralatan tradisional dibandingkan mesin.

Bulir padi sudah terpisah dari tangkainya dan siap untuk dimasukkan ke dalam karung yang selanjutnya akan dibawa ke rumah pemilik sawah. Buruh tani membawa padi menggunakan sepeda maupun motor. Jika di dalam kelompok terdapat laki-laki hasil panen dibawa oleh laki-laki tetapi jika di dalam kelompok perempuan semua maka buruh tani perempuanlah yang akan membawa hasil panen yang telah mereka kerjakan. Mereka membawa karung-karung yang berisi padi menggunakan sepeda. Terlihat jelas buruh tani perempuan memiliki tenaga yang kuat dan semangat yangg membara sehingga tidak nampak rasa lelah di raut wajahnya. Pada umumnya hasil dari panen akan dibawa ke rumah pemilik sawah pada pagi hari karena para buruh memisahkan bulir padi dari tangkainya di malam hari.


(54)

37

Penimbangan hasil panen segera dilakukan setelah semua buruh mengumpulkan hasil dari pekerjaan mereka. Penimbangan disaksikan kedua belah pihak dan dihitung secara bersama-sama. Akhirnya kerja keras para buruh tani terbayar dengan padi yang biasa disebut dengan bawon. Bawon adalah sistem pembayaran dengan cara bagi hasil yaitu setiap delapan karung padi yang didapatkan buruh tani dari proses pemanenan maka satu karungnya adalah hak untuk buruh tersebut. Jika padinya dijual pemilik sawah buruh bisa memilih apakah akan dibayar dengan padi ataukah dengan uang yang nominalnya sebanding dengan satu karung padi.

Selain mengamati proses produksi pertanian padi sawah, peneliti juga mengamati interaksi antar buruh tani maupun buruh tani dengan pemilik sawah dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat. Di luar pekerjaan sebagai buruh tani dan pemilik sawah, mereka juga bersosialisasi dengan baik layaknya penduduk desa pada umumnya. Saling bertegur sapa jika bertemu di jalan maupun di suatu tempat dan saling mengunjungi jika memiliki waktu luang. Diantara buruh tani perempuan bahkan ada yang menjadi sangat akrab ketika di rumah. Mereka terlihat seperti sahabat yang saling bercerita satu sama lain, bahkan terlihat pergi ke pasar berdua.

2. Teknik Wawancara

Menurut Prastowo (2011: 212) wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun makna dalam suatu topik tertentu. Sedangkan menurut Sugiyono dalam Prastowo


(55)

38

(2011:212) wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Teknik ini digunakan untuk pengumpulan data yang dilakukan dengan cara berhubungan langsung dan tanya jawab dengan responden.

Penelitian ini juga berusaha untuk mengembangkan pernyataan yang diperlukan. Dengan menggunakan metode wawancara mendalam di harapkan sudah diperoleh data mengenai keadaan sosial yang nyata dan mendapat gambaran lebih jelas guna mempermudah dalam analisa data selanjutnya. Dalam penelitian ini peneliti sudah melakukan wawancara kepada informan yang telah ditentuka kriterianya. Peneliti melakukan wawancara dengan mendatangi rumah buruh tani perempuan dan berbincang-bincang dengan informan. Hal yang ditanyakan kepada informan tidaklah sama antara informan yang satu dengan informan yang lain. Jika peneliti merasa cukup dengan informasi dari jawaban beberpa informan maka informan yang lain tidak ditanyakan dengan pertanyaan yang serupa.

Peneliti menanyakan seputar kegiatan menjadi buruh tani. Mulai dari waktu bekerja dalam sehari, penentuan kelompok buruh menanam dan memanen, obrolan yang sering dibahas ketika menuju tempat kerja maupun ketika sedang bekerja. Selain itu peneliti juga menanyakan kegiatan informan di luar menjadi buruh tani. Mengenai informasi yang dibutuhkan.pertanyaan yang tidak kalah penting adalah mengenai motivasi menjadi buruh tani serta setrategi untuk bisa bertahan menjadi buruh tani. Masih ada banyak pertanyaan yang sudah peneliti tanyakan ketika dalam proses wawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang lebih lengkap sudah peneliti lampirkan di halaman akhir skripsi.


(56)

39

3. Dokumentasi

Pengumpulan data melalui teknik ini disesuaikan dengan sumber-sumber data yang diperoleh dari bahan-bahan yang mencakup dokumen-dokumen dan foto-foto yang berada pada lapangan penelitian yang ada hubungannya dengan pokok permasalahan yang akan diteliti. Tujuan digunakan teknik dokumentasi ini adalah untuk memperkuat informasi yang didapat melalui wawancara mendalam. Peneliti mengumpulkan foto-foto yang telah diambil oleh masyarakat sekitar maupun yang peneliti ambil secara langsung ketika dalam proses pengamatan dan wawancara.

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data

No Hal yang Diteliti Metode Pengumpulan Data

1 Lingkup partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah

- Observasi (pengamatan) - Wawancara

- Dokumentasi

2 Motivasi partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah

- Wawancara

3 Strategi partispasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian padi sawah

- Wawancara

F. Teknik Pengolahan Data

Menurut Pohan (dalam Prastowo ,2011: 236) Data kualitatif adalah semua bahan, keterangan dan fakta-fakta, yang tidak dapat diukur dan dihitung secara matematis karena berwujud keterangan verbal (kalimat dan kata).


(57)

40

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data model Miles dan Huberman. Analisis data kualitatif adalah suatu proses analisis yang terdiri dari 3 alur yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini berlangsung secara terus menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Selama pengumpulan data berjalan terjadilah tahapan reduksi selanjutnya (membuat) ringkasan, mengode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, dan menulis memo).

Dengan demikian reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisai data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi, Miles dan Huberman (dalam Prastowo, 2011: 241)

2. Penyajian Data

Adalah rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi lengkap yang untuk selanjutnya memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data ini disusun berdasarkan pokok-pokok yang terdapat dalam reduksi data, dan disajikan dengan menggunakan kalimat atau bahasa peneliti yang merupakan


(58)

41

rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan bisa mudah dipahami.

3.Penarik Kesimpulan dan Verifikasi

Adalah aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, verifikasi juga dapat berupa kegiatan yang dilakukan dengan lebih mengembangkan ketelitian, misalnya dengan cara berdiskusi, atau saling memeriksa antar teman.

Menurut Sugiyono ( 2011:270-277) dalam penelitian kualitatif, dikatakan ilmiah apabila persyaratan kredibilitas, transferabilitas dan dependabilitas dapat terpengaruhi, maka beberapa usaha yang perlu dilakukan adalah:

1. Kredibilitas atau Derajat Kepercayaan

a. Waktu yang digunakan peneliti harus cukup lama. b. Pengamatan yang terus-menerus.

c. Mengadakan tringulasi yaitu memeriksa kebenaran data yang telah diperoleh kepada pihak lainnya yang dapat dipercaya.

d. Mendiskusikan dengan teman, dan

e. Menggunakan alat bantu seperti camera, video, tape, recorder, dan sebagainya.

2. Transferabilitas atau Keteralihan

Transferabilitas yaitu apabila hasil penelitian kualitatif telah digunakan atau diterapkan pada kasus atau situasi lainnya. Tranferabilitas dapat ditingkatkan dengan cara melakukan penelitian di beberapa lokasi.


(59)

42

3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas atau Kebergantungan

Dependabilitas yaitu apabila hasil penelitian memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang diulangi oleh pihak lain. Namun dalam penelitian kualitatif, hasil penelitian sangat jarang untuk diulangi oleh pihak lain karena desainnya yang emergent , lahir selama penelitian berlangsung. Perlu disatukan dengan konfirmabilitas yang dilakukan bersama pembimbing untuk memenuhi dependabilitas. Pembimbing inilah yang berhak memeriksa kebenaran data yang diteliti serta penafsirannya.


(60)

97

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Lingkup Partisipasi Buruh Tani Perempuan dalam Proses Produksi pertanian Padi Sawah

Buruh tani perempuan di Desa Batang Harjo memiliki tiga bidang partisipasi dalam proses produksi pertanian padi sawah. Ketiga tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Proses penanaman yang dilakukan secara berkelompok setiap kelompok terdiri dari enam sampai delapan orang . pemilik sawah akan mendatangi ketua kelompok untuk membantu proses produksi dan ketua kelompok akan memberitahukan kepada para anggotanya. Dalam proses penanaman pola hubungan kerja yang digunakan adalah dengan sistem upah borongan b. Proses penyiangan yang dilakukan secara individu dan pada umumnya

terdapat dua sampai tiga buruh tani dalam satu lahan sawah. Buruh tani di undang oleh pemilik sawah untuk melakukan penyiangan rumput agar tanaman padi dapat tumbuh subur. Penyiangan dapat dilakukan


(61)

98

menggunakan tangan maupun alat pertanian sederhana yang dinamakan

osrok. Sistem pembayaran dalam proses penyiangan adalah upah harian. c. Proses pemanenan yang dilakukan secara berkelompok. Setiap kelompok

terdiri dari tiga sampai empat orang. Kelompok pemanen ini lebih fleksibel bisa sesama buruh perempuan maupun berkelompok dengan anggota keluarga. Dalam proses pemanenan para buruh akan datang jika diundang oleh pemilik sawah. Sistem pembayaran yang berlaku dalam proses pemanenan adalah bawon. Sistem bawon dapat dikatakan sebagai sistem bagi hasil. Bawon yang berlaku di desa Batang Harjo adalah 8: 1 dan 7:1 artinya, setiap delapan karung gabah maka buruh tani akan mendapatkan bagian satu karung gabah tetapi ada juga yang menggunakan perbandingan setiap tujuh karung gabah buruh tani mendapatkan satu karung gabah. Hal tersebut sesuai dengan peraturan yang diberlakukan oleh pemilik sawah tetapi yang berlaku pada umumnya adalah delapan berbanding satu. Bawon yang diperoleh bisa juga diganti dengan uang apabila pemilik sawah menjual hasil panennya maupun mau menukar hasil

bawon dengan uang.

Dari ke tiga tahapan di atas, menyiangi rumput adalah proses produksi yang tidak memerlukan banyak tenaga buruh sehingga tidak semua buruh tani perempuan bisa memperoleh pekerjaan pada proses menyiangi rumput.


(62)

99

2. Motivasi Buruh Tani Perempuan Berpartisipasi dalam Proses Produksi Pertanian Padi Sawah

Motivasi buruh tani perempuan berpartisipasi dalam proses produksi pertanian padi sawah merupakan bentuk tanggung jawab sebagai anggota keluarga untuk membantu kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Selain itu lingkungan kerja yang membuat mereka nyaman melakukan pekerjaan sebagai buruh tani membuat mereka termotivasi untuk melakukan pekerjaan tersebut. Buruh tani perempuan juga tidak ingin berdiam diri di rumah menunggu hasil kerja suami maka dari itu mereka juga memiliki motivasi untuk menjadi perempuan yang mandiri.

3. Strategi Partisipasi Buruh Tani Perempuan dalam Proses Produksi Pertanian Padi Sawah

Dalam rangka mempertahankan pekerjaan sebagai buruh tani perempuan maka setiap orang memiliki strategi agar tetap bisa mendapatkan pekerjaan. Strategi yang selama ini mereka percaya akan memperahankan posisi mereka sebagai buruh tani perempuan adalah melakukan pekerjaan dengan giat dan bertanggung jawab yang. Kedisiplinan dalam bekerja juga menjadi strategi para buruh tani perempuan karena dengan datang dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya akan membantu mereka mendapatkan pekerjaan kembali. Selain dua hal yang telah dijelaskan sebelumnya, memiliki hubungan sosial yang harmonis dengan masyarakat maupun dengan pemilik sawah akan memberikan nilai positif bagi buruh tani perempuan.


(1)

99

2. Motivasi Buruh Tani Perempuan Berpartisipasi dalam Proses Produksi Pertanian Padi Sawah

Motivasi buruh tani perempuan berpartisipasi dalam proses produksi pertanian padi sawah merupakan bentuk tanggung jawab sebagai anggota keluarga untuk membantu kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Selain itu lingkungan kerja yang membuat mereka nyaman melakukan pekerjaan sebagai buruh tani membuat mereka termotivasi untuk melakukan pekerjaan tersebut. Buruh tani perempuan juga tidak ingin berdiam diri di rumah menunggu hasil kerja suami maka dari itu mereka juga memiliki motivasi untuk menjadi perempuan yang mandiri.

3. Strategi Partisipasi Buruh Tani Perempuan dalam Proses Produksi Pertanian Padi Sawah

Dalam rangka mempertahankan pekerjaan sebagai buruh tani perempuan maka setiap orang memiliki strategi agar tetap bisa mendapatkan pekerjaan. Strategi yang selama ini mereka percaya akan memperahankan posisi mereka sebagai buruh tani perempuan adalah melakukan pekerjaan dengan giat dan bertanggung jawab yang. Kedisiplinan dalam bekerja juga menjadi strategi para buruh tani perempuan karena dengan datang dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya akan membantu mereka mendapatkan pekerjaan kembali. Selain dua hal yang telah dijelaskan sebelumnya, memiliki hubungan sosial yang harmonis dengan masyarakat maupun dengan pemilik sawah akan memberikan nilai positif bagi buruh tani perempuan.


(2)

100

B. Saran

Setelah penulis menguraikan simpulan-simpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini, selanjutnya akan dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Mempertahankan partisipasi buruh tani perempuan dalam proses produksi pertanian meskipun sudah ada peralatan yang dapat mempermudah para petani dalam menyelesaikan pekerjaan agar tidak terjadi kesenjangan antara teknologi dan tenaga kerja.

2. Menghidupkan kembali nilai gotong royong pada proses penanaman padi karena dengan begitu dapat membantu menekan biaya produksi.

3. Kepada Dinas Pertanian agar dapat mengajarkan keterampilan kepada buruh tani perempuan agar mereka tetap memiliki penghasilan meskipun musim tanam telah selesai. Dengan catatan keterampilan yang mereka hasilkan sudah jelas pemasarannya sehingga hasil dari keterampilan tersebut tidak sia-sia dan benar-benar bisa menghasilakan keuntungan untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Ane.2013. Definisi Motivasi Kerja dan FaktoryangMempengaruhi

Motivasi Kerja. www.anneahira.com/definisi-motivasi. diakses pada

tanggal 23 Juli 2013.

Astuti, Pudji Umi dkk. Analisi Peran Wanita Dalam Rumah Tangga Petani

Mendukung Keberhasilan Program SLPTT-PUAP Di

Bengkulu.http://bengkulu.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 2 Mei

2013

Bayu.2012. Pengertian Buruh.Bayuzu. blogspot.com Diakses pada tanggal 10 November 2013.

Dewi, Tari.2012. Partisipasi Wanita. http://taridewi.wordpress.com.Diakses pada tanggal 26 Januari 2013.

Erwin. 2011. Tenaga Kerja dalam Usaha Tani Padi Sawah. http://bp3kkerinci.blogspot.com . Diakses pada tanggal 2 Mei 2013

Farmia, Asih. 2006. Peran Perempuan Indonesia dalam Pembangunan Pertanian. Yogyakarta:Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Volume 2, Nomor 1, Juli 2006

Firmansyah, Saca. 2009. Partisipasi

Masyarakat.http://sacafirmansyah.wordpress.com.Diakses pada tanggal 6 April 2013.


(4)

Hariyono, Paulus dan Sentot Suciarto. 2010. Persepsei Masyarakat tentang Wanita Secara Sosio Kultural, Motivasi Kerja Wanita dan Pembagian

Peran Secara Seksual di Yogyakarta pada Masa Kini. Semarang: Pusat

Studi Wanita LPMM Universitas Katolik Soegijapranata.

Husken,Frans. 1998. Masyarakat Desa dalam Perubahan Zaman: Sejarah

Diferensiasi Sosial di Jawa 1830-1980. Jakarta: PT Grasindo.

Husodo, Siswono Yudo. 2009. Pertanian Mandiri. Jakarta: Penebar Swadaya.

Moleong, Lexi. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mubyarto.1989.Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta. LP3ES

Nawawi, Hadari.1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:Gadjah Mada University Perss.

Ollen C, Jane dan Moore A Helen. 1996. Sosiologi Wanita. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Prastowo,Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan

Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Prawira. 2012. Pengertian dan Proses Produksi. http://yprawira. Wordpress.com.Diakses pada tanggal 25 januari 2013.

Safra. 2012. Definisi dan Bentuk Partisipasi. 2012. http://newjoesafirablog.blogspot.com. Diakses pada tanggal 17 januari 2013.

Sajogyo, Pudjawati. 1985. Peran Wanita Dalam Pengembangan Masyarakat Desa. Jakarta: CV Rajawali.


(5)

Sastraatmadja, Entang. 2008. Kebangkitan Petani. Bandung: Masyarakat Geografi Indonesia.

Scott, James. 2000. Senjatanya Orang-orag Yang Kalah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Setiadi, Elly M dan Usman Kholip. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Smith, Haris Person dan Lamberth Henry Wilkes. 1990. Mesin dan Peralatan

Usaha Tani. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Soetrisno, Lukman. 1997. Kemiskinan, Perempuan dan Pemberdayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Statistik Upah Buruh Tani di Pedesaan. 2012. www .bps.go.id.Diakses pada

tanggal 10 November 2013.

Sumaryo. 2003. Peningkatan Partisipasi Petani dalam Pembangunan Irigasi:

Telaah pada Program PKPI. Bandar Lampung :Sosiologi Jurnal Ilmiah

Kajian Ilmu Sosial dan Budaya.Vol 5, No.1, Maret 2003

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif ,Kualitatif dan Kombinasi (Mixed

Methods). Bandung: Alfabeta.

Suryani, Vani. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peranan Wanita Tani dalam Sapta Usaha Tani Jagung di desa Wonosari Kecamatan Gunung

Sugih Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi


(6)

Susilowati, Sri Heri. 2005. Gejala PergeseranKelembagaan Upah Pada

Pertanian Padi Sawahhttp://pse.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal

6 April 2013.

Wolf E.R. 1985. Petani Suatu Tinjauan Antropologis. Jakarta: CV Rajawali

Yuliantoro, Catur Danang. 2012. Sektor Pertanian. http://caturdj.wordpress.com. Diakses pada tanggal 25 Januari 2013.


Dokumen yang terkait

PARTISIPASI BURUH TANI PEREMPUAN DALAM PROSES PRODUKSI PERTANIAN PADI SAWAH (Studi pada Buruh Tani Perempuan Desa Batang Harjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur)

0 16 60

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

12 51 106

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN BURUH TANI MELALUI PEMANFAATAN HASIL PERTANIAN DI DUSUN SUMBER DESA SUMBERJATI KECAMATAN JATIREJO KABUPATEN MOJOKERTO.

1 1 157

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 11

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 2

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

1 1 7

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

2 6 26

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

0 1 2

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 5

PEMBAGIAN KERJA BURUH TANI PEREMPUAN (STUDI PADA PERTANIAN NANAS DI DESA NGANCAR KEDIRI) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 2 15