PENGARUH BELANJA MODAL DAN BELANJA PEGAWAI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN TULANG BAWANG TAHUN 2003-2012

ABSTRAK
PENGARUH BELANJA MODAL DAN BELANJA PEGAWAI
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG
TAHUN 2003-2012
Oleh
M. REKANAHARTO

Tahap penganggaran menjadi sangat penting dalam menyusun anggaran belanja
yang tertuang di dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Anggaran yang tidak
efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan menggagalkan perencanaan yang
sudah disusun. Kecenderungan yang terjadi saat ini adalah pemerintah daerah
dalam membuat anggaran belanja kurang memperhatikan output dan outcome
serta dampak belanja itu sendiri terhadap masyarakat dalam jangka panjang.
Penelitian ini mengkaji pengaruh belanja modal dan belanja pegawai terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah. Belanja modal diasumsikan sebagai sisi belanja
yang memihak pada kepentingan publik. Sementara belanja pegawai dipilih
berdasarkan sisi pemerintah daerah dimana sebagai pelaksana atau pelaku
kebijakan yaitu pegawai serta pejabat itu sendiri. Pengaruh kedua belanja tersebut
kemudian dihubungkan dengan kondisi pertumbuhan ekonomi daerah.
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah sering dijadikan indikator makro ekonomi

adalah Pendapatan Regional atau yang sering dikenal Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). PDRB menggambarkan kinerja perekonomian suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu. Objek penelitian ini adalah Kabupaten Tulang Bawang
dalam kurun waktu tahun 2003 sampai tahun 2012. Dengan menggunakan regresi
linear berganda, penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh belanja pegawai
dan belanja modal secara simultan maupun parsial terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah di Kabupaten Tulang Bawang.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan kuat antara belanja pegawai
dan modal terhadap PDRB. Hasil uji determinasi memperlihatkan bahwa belanja
pegawai dan belanja modal mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sebesar 60%
sedangan sisanya 40% dipengaruhi oleh faktor lain. Dari hasil uji F didapat bahwa
belanja pegawai dan belanja modal secara simultan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi (PDRB). Sedangkan dari hasil uji t didapat bahwa belanja
pegawai mempunyai pengaruh negatif terhadap PDRB dan belanja modal
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa anggaran belanja pemerintah daerah Kabupaten Tulang
Bawang yaitu belanja pegawai dan belanja modal mempengaruhi terhadap
pertumbuhan ekonomi (PDRB) kabupaten Tulang Bawang.
Kata kunci: Belanja Modal, Belanja Pegawai, Pertumbuhan Ekonomi


EFFECT OF CAPITAL EXPENDITURES AND EMPLOYEE SPENDING
ON REGIONAL ECONOMIC GROWTH TULANG BAWANG
DISTRICT (2003-2012)
Abstract
By
M. REKANAHARTO
Budgeting is an important stage in preparing the budget as stipulated in the Local
Government Work Plan. An ineffective and non performance oriented budget can
derail plans that are constructed. There is tendency that the local government
when formulating budget pay less attention to outputsand outcomesas well as the
impact of teh expenses itself to the community in the long term. This study
examines the effect of capital expenditure and personnel expenditure to economic
growth in the region. Capital expenditures are assumed as expenditure in favor of
public interest. While personnel expenses were selected based on the local
government where as the executor or the perpetrator is an employee and official
policy itself. The influence of both expenditure is then linked to the condition of
the region's economic growth.
Economic growth of a region is often used as a macro-economic indicator for the
Regional Revenue known as Gross Domestic Product (GDP). GDP illustrates the
performance of the economy of a region within a certain time. The object of this

study is Tulang Bawang District in the period 2003 to 2012. Using multiple linear
regression, this study analyzed the influence of personnel expenditure and capital
expenditure simultaneously and partially to the economic growth of Tulang
Bawang District.
The result of analysis shows that there is a strong correlation between employees
and capital expenditure to GDP. Determination of test also shows that the
personnel expenses and capital expenditures affect economic growth by 60%
whereas the remaining 40% is influenced by other factors. From the results
obtained that the F test personnel expenditure and capital expenditure
simultaneously affect the economic growth (GDP). The results of the t test
discovers that personnel expenditures have negative effect on GDP while capital
expenditure give positive effect on economic growth (GDP). Hence it can be
concluded that the local government budget of Tulang Bawang District namely
personnel expenses and capital expenditures affect on economic growth (GDP)
Tulang Bawang district.
Keywords: Capital Expenditures, Employee Expenses, Economic Growth

PENGARUH BELANJA MODAL DAN BELANJA PEGAWAI
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

TAHUN 2003-2012
Oleh :

M. REKANAHARTO

Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
MAGISTER MANAJEMEN
Pada
Program Studi Magister Manajemen
Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi
Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014

0


Eelaqia l$sdsl de FeIeF FeSeHEi
?erbadap Fertanebfihas EkssssE llaer*h di
KrkpltenT*langEmar*ng?r*nm ffiF3*ll

Fsgpr&

FrdutTffiis

Nanal*faleeis$ra

M" Rekanafur*o

Ncms Pskaft lda&asis*va:

{H}2l$XlSEl

Ksilrs€sfiasi

nfiana$ramPemsia*adaaXeu,mgro..


I

Dfrrrah

Fr*gram*trrtf
EkElcrssd

d*n Efut*s u*i+erries

L

MENYETfrN

F*u#lmh.ftng

M.

Dn

fuiliP*nHmHng \

..,- """"** \

\- * *

I

I{ SntrEn

l{lP_ tslffilxryf(sr#r1

Frmbi@hjngtr,

Fq,$-F- 6fi.Si

Prugrarg fudi Bfiagb* Aile*aiemen
FmgraclFa$rssa*ma.fakuttss CLc$tclstidarrBisttFs

{lnhmibLanpufig
ge*:a Frryram St$dl"


E}r.

$.Irtrcrr UL&n $.E* n*.$i.

hrTF.19ffi1ffi6ffi1Sffi
ffi

KIENGE$AIIKAF{

t-

Komi$iPmg$ii

IJ

H*tut Kasrisi Fet g,rii

{rmt*mtl"g$

r,"ihsr+ $.E-,


1-? Anggota Kuurixi P*nguii

{fengqtiUtarna},,,,-::'

1.S

a.

Pernbiu*eryS-r
.

\

Fak$@ffiffitidmsffiiEffid&sitgd'
i: i
ir
\..
-_t


I

:

-.4rr-

t

l

?

t

t:

{

t,


t

t

SEae

t gtl

.

'\*-"'

}$#.Sir"'

Direktur Prograrn Pascasarlrma Uriiuerdh$ t"anrpung

Sudiaw*,

hfi"S.

1e5ffii*1*$191#r

4.

Trurgat Lutts trytanTe$is

: S6

rr{a**srk

xf

H}14

:.'

*e$i.

.ltjq
/

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa

1. Tesis

dengan judul

"

:

Pengaruh Belanja Modal dan Belanja Pegawai

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Bawang TAhun 2003

-

di Kabupaten Tulang

2012" adalah karya Saya sendiri dan Saya

tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya Penulis lain
dengan cara yang tidak sesuai dengan tata etika ilmiah yang berlaku
dalam masyarakat akademik atau yang di sebut Plagiatisme.

2. Hak intelektual atas karya

ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada

Universitas Lampung.

Atas pernyataan ini, apabila di kemudian hari ternyata ditemukan adanya
ketidak benaran, Saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang
diberikan kepada saya, Saya bersedia dan sanggup dituntut sesuai dengan
hukum yang berlaku.

Bandarlampung, 06 November 2014
Pembuat Pernyataan,

NPM. 0921011021

l
1'

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama M. Rekanaharto dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 03
Maret 1977, sebagai anak pertama dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak
H. Kadarsyah Amri, SE dan Ibu Hazalina (Almh). Penulis telah menikah dengan
Kornelia, S.IP. dan telah dikaruniai tiga anak.

Pendidikan formal pertama yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Pendidikan
Taman Kanak-Kanak (TK) Arusdah yang diselesaikan pada tahun 1983,
kemudian dilanjutkan di Sekolah Dasar Negeri 6 Penengahan Kedaton, Bandar
Lampung diselesaikan pada tahun 1989. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di
SMPN 2 Tanjung Karang selesai pada tahun 1992 dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) di SMAN Way Halim Bandar Lampung selesai pada tahun 1995, serta
tahun 1995 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu
Ekonomi Studi Pembangunan UNILA diselesaikan tahun 2000.
Pada tahun 2009 terdaftar sebagai mahasiswa pasca sarjana Program Studi
Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

Persembahan

Kupersembahkan karya kecil ini untuk
Istri dan anak-anakku Tercinta,
Serta Orang-Orang yang kucintai dan mencintaiku,
Almamaterku tercinta

Moto

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan” (Alam Nasyrah : 6)

Jerih payah yang disertai dengan kesabaran
tidak akan berlalu sia-sia

SAN WACANA

Segala Puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat,
nikmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis ini. Tesis dengan judul “Pengaruh Belanja Modal dan Belanja Pegawai
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Kabupaten Tulang Bawang Tahun
2003-2012 ” adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Manajemen pada program pasca sarjana Universitas Lampung.
Selama masa studi dan penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. H. Satria Bangsawan, SE, M.Si., selaku Pembimbing I dan
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung yang

telah banyak

memberikan petunjuk, bimbingan, dan nasehat yang baik dan berguna
kepada penulis.
2. Rinaldi Bursan, SE, M.Si., selaku Pembimbing II, Pembimbing Akademik
dan Sekretaris Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Serjana
Universitas Lampung yang tidak kenal lelah dan waktu untuk
membimbing kami dalam penulisan tesis ini.
3. Dr. H. Irham Lihan, SE, M.Si., selaku Penguji Utama dan Ketua Program
Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Lampung
yang

telah

memberikan

penyempurnaan tesis ini.

pengarahan

dan

rekomendasi

untuk

4. Bapak dan Ibu dosen serta Staf Administrasi Program Studi Magister
Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Lampung.
5. Istri dan anak-anakku yang telah memberi semangat dan doa, (Almh)
Bunda dan Papa tercinta yang telah mendidik penulis dengan penuh kasih
sayang ”Kalian adalah anugerah terindah yang pernah kumiliki”,
mendo’akan penulis disetiap sujudnya untuk keberhasilan penulis.
6. Teman-teman Magister Managemen UNILA Angkatan 09 yang telah
memberikan bantuan demi terselesainya penulisan tesis ini.
7. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu proses penulisan tesis ini, terimakasih untuk segalanya.
Penulis berharap semoga segala amal kebaikan mereka diterima Allah SWT, dan
akan mendapat balasan dengan berlipat ganda baik di dunia maupun di akherat
kelak. Harapan penulis, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Desember 2014
Penulis

M. Rekanaharto

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................ i
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

ii

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah …………………………………………… 1
1.2. Permasalahan ...…………………………………………………….. 6
1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………............. 7
1.4. Manfaat Penelitian ………………………………………………... ..... 7
1.5. Batasan Penelitian …………………………………………………. 8
1.6. Kerangka Pemikiran ……………………………………………….. 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Pustaka ...............………………………………...................
2.2. Penelitian Terdahul …………...…………………………………….

11
21

III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………….
3.2. Metode (Pendekatan) Penelitian .…………………………………...
3.3 Sumber Data ....................…………………………………………...
3.4 Populasi dan Sampel.....……………………………………………..
3.5 Variabel Penelitian ...........…………………………………………..
3.6 Metode Analisis Dara ......…………………………………………..

23
23
23
24
24
26

IV. PEMBAHASAN
4.1. Analisis Statistik Deskriptif ......................... ………………………
4.2 Analisis Persamaan Regresi Linier Berganda .....................................
4.3 Pengujian Hipotesis Linier Berganda ...............................................

34
42
43

V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan ……………………………………………………………
5.2. Saran ………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

48
51

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

Tabel 1.1. Dimensi Pengaruh Belanja Modal dan Belanja Pegawai
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ..............................………...

9

Tabel 2.1. Perbedaan dan Perbaandingan Penelitian dengan Penilitian
Sebelumnya .......................…………………………………….

22

Tabel 3.1 Hasil Uji Autokolerasi antara Variabel Belanja Modal,
Belanja Pegawai dan PDRB .....................................................

29

Tabel 3.2 Hasil Uji Multikolineritas antara Variabel Belanja Modal,
Belanja Pegawai dan PDRB ......................................................

30

Tabel 4.1 Perkembangan Belanja Pegawai, Belanja Modal dan PDRB
Di Kabupaten Tulang Bawang ....................................................

35

Tabel 4.2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tulang Bawang
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003 – 2012 .............................

39

Tabel 4.3 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda .................................

42

Tabel 4.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................

43

Tabel 4.5 Hasil Uji F ............................................................................

45

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

Gambar 1.1 Pertumbuhan Belanja Pegawai, Belanja Modal dan
PDRB di Kabupaten Tulang Bawang ..................………...

5

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ………………………………………

8

Gambar 3.1 Hasil Uji Heterokedastisitas antara Belanja Modal,
Belanja Pegawai dn PDRB ………………………………

26

Gambar 4.1 Perkembangan Belanja Pegawai, Belanja Modal dan PDRB
Di Kabupaten Tulang Bawang ..............................................

36

Gambar 4.2 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten Tulang Bawang Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2003 – 2012 .................................................................

40

Gambar 4.3 Kurva Sebaran F ……………………………………………

45

Gambar 4.4 Kurva Sebaran t ……………………………………………

46

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Untuk melaksanakan hak dan kewajiban serta untuk melaksanakan tugas yang
dibebankan oleh rakyat, pemerintah daerah harus mempunyai suatu rencana yang
matang untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan. Rencana-rencana tersebut
disusun secara matang yang nantinya dipakai sebagai pedoman dalam langkah
pelaksanan keuangan daerah. Rencana-rencana pemerintah daerah untuk
melaksanakan keuangan daerah dituangkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD).
Menurut Mardiasmo (2009:61) anggaran merupakan pernyataan mengenai
estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau
metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Penganggaran dalam organisasi
sektor publik merupakan tahapan yang cukup rumit dan mengandung nuansa
politik yang tinggi. Dalam organisasi sektor publik, penganggaran merupakan
suatu proses politik. Hal tersebut berbeda dengan penganggaran pada sektor
swasta yang relatif kecil nuansa politiknya. Pada sektor swasta, anggaran
merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun
sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus diinformasikan kepada publik
untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan. Anggaran sektor publik
merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan
program-program yang dibiayai dengan uang publik.
1

Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana
untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran
organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan
strategik telah selesai dilakukan. Anggaran merupakan artikulasi dari hasil
perumusan strategi dan perencanaan strategik yang telah dibuat. Tahap
penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan
tidak berorientasi pada kinerja akan menggagalkan perencanaan yang sudah
disusun. Anggaran merupakan managerial plan for action untuk memfasilitasi
tercapainya tujuan organisasi.
Mengacu kepada Permendagri 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan
daerah (pasal 1 ayat 9). Struktur APBD secara garis besar terdiri dari pendapatan
daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. Ketiga komponen besar dalam
APBD tersebut merupakan suatu kesatuan yang saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan. Pendapatan yang cukup dapat menjamin pelaksanaan kegiatankegiatan atau program-program yang disusun oleh pemerintah daerah. Wujud
nyata dari pada kegiatan atau program adalah belanja-belanja. Dalam rangka
menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat, pemerintah daerah dituntut agar
mampu membuat atau menyusun anggaran belanja yang ekonomis, efektif dan
efisien. Dengan lain kata, pemerintah daerah wajib menganggarkan belanja (di

2

samping anggaran pendapatan dan pembiayaan) yang lebih berpihak kepada
kebutuhan masyarakat di daerah secara luas.
Hal yang melatar belakangi penulis untuk meneliti masalah belanja adalah karena
ada tendensi di pemerintah daerah membuat anggaran belanja kurang
memperhatikan output dan outcome serta dampak belanja itu sendiri terhadap
masyarakat dalam jangka panjang. Pemerintah daerah dalam menyusun belanja
yang tertuang di dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) masing-masing satuan
kerja perangkat daerah (SKPD) atau Dinas/Badan/Kantor seperti berlomba-lomba
membuat anggaran belanja, mencari jalan bagaimana agar mendapatkan alokasi
belanja yang lebih besar, sedangkan program atau kegiatan yang didanai kurang
bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Permendagri 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, belanja dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori yaitu: (1) belanja
menurut urusan yaitu urusan wajib dan urusan pilihan; (2) belanja menurut fungsi;
(3) belanja menurut organisasi dan (4) belanja menurut program dan kegiatan
(pasal 24). Dalam penelitian ini penulis menggunakan data belanja menurut
klasifikasi yang ke-4 yaitu belanja menurut program dan kegiatan. Pertimbangan
penulis adalah bahwa belanja menurut program dan kegiatan lebih spesifik serta
merupakan format dasar RKA-SKPD dalam menyusun anggaran pendapatan dan
belanja sehingga menjadi dokumen anggaran yang disebut Dokumen Pelaksanaan
Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD).
Lebih jauh lagi bahwa klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan tersebut
dibagi menjadi 2 yaitu (1) belanja tidak langsung dan (2) belanja langsung (pasal

3

36). Belanja tidak langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait
langsung dengan pelaksanaan program atau kegiatan. Belanja langsung adalah
belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program
dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam
pasal 36 ayat (1) Permendagri 13 Tahun 2006 tersebut terdiri dari belanja: (1)
belanja pegawai; (2) bunga; (3) subsidi; (4) hibah; (5) bantuan sosial; (6) belanja
bagi hasil; (7) bantuan keuangan; dan (8) belanja tidak terduga. Sedangkan
belanja langsung terdiri dari jenis belanja: (1) belanja pegawai; (2) belanja barang
dan jasa; dan (3) belanja modal.
Dalam tabel berikut ini dapat dilihat perkembangan belanja langsung di
Kabupaten Tulang Bawang selama periode tahun 2004-2012 sebagai berikut:
Gambar 1.1. Pertumbuhan Belanja Pegawa, Belanja Modal dan PDRB di
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2004 dan 2012

Pertumbuhan Belanja Pegawai, Belanja Modal dan PDRB
2004
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
-10.00%
-20.00%
-30.00%
-40.00%
-50.00%
-60.00%

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

Belanja
Pegawai
Belanja Modal

Dilihat dari gambar 1.1 pertumbuhan belanja pegawai di Kabupaten Tulang
Bawang lebih besar dibandingkan belanja modal dan PDRB pada tahun 2006.

4

Agar tidak terjadi salah pengertian, perlu dijelaskan bahwa belanja modal dalam
penelitian ini adalah jumlah belanja dalam belanja langsung (pasal 53
Permendagri 13 Tahun 2006) yaitu belanja yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai
nilai manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan
seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,
irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Adapun yang dimaksud dengan
belanja pegawai dalam penelitian ini adalah belanja tidak langsung (pasal 37
Permendagri 13 Tahun 2006) yaitu belanja kompensasi dalam bentuk gaji dan
tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil
yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, ditambah dengan
uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan
tunjangan Kepala dan Wakil Kepala Daerah serta penghasilan dan penerimaan
lainnya

yang

ditetapkan

sesuai

dengan

peraturan

perundang-undangan

dianggarkan dalam belanja pegawai.
Alokasi belanja modal dan belanja pegawai yang relatif besar jika dibandingkan
dengan belanja-belanja lain tentunya diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah. Peningkatan belanja tidak langsung berupa belanja pegawai yang
layak dan memenuhi standar diharapkan akan mendorong peningkatan
produktivitas pegawai atau pejabat di daerah untuk meningkatkan semangat kerja,
menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan masyarakat. Dalam hal ini
penulis beranggapan bahwa pegawai negeri sipil dan para pejabat di daerah
merupakan salah satu pelaku ekonomi daerah yang sangat penting karena mereka

5

bertindak sebagai fasilitator, mediator sekaligus katalisator pembangunan daerah,
yang notabene sebagai pemegang kewenangan fiskal melalui kebijakan APBD.
Variabel yang dipilih dalam penelitian ini adalah belanja modal, belanja pegawai
dan pertumbuhan ekonomi daerah. Belanja modal diambil berdasarkan asumsi sisi
belanja yang memihak pada kepentingan publik. Belanja pegawai dipilih
berdasarkan sisi pemerintah daerah dimana sebagai pelaksana atau pelaku
kebijakan yaitu pegawai serta pejabat itu sendiri. Pengaruh kedua belanja tersebut
dihubungkan dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan mengetahui pengaruh
kedua jenis belanja tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, maka
diharapkan ditemukan alokasi belanja yang paling ideal di masa mendatang, di
mana tercipta suatu harmonisasi atau keseimbangan antara pemerintah daerah
dengan masyarakat itu sendiri. Dengan pemberian gaji dan penghasilan yang
sesuai dan layak kepada pegawai negeri sipil diimbangi dengan peningkatan
kualitas pelayanan kepada masyarakat, di mana masyarakat juga mendapatkan
kepuasan yang maksimal atas pelayanan pemerintah daerah melalui penyediaan
fasilitas, sarana dan prasana publik yang bermutu, yang secara umum
meningkatnya kualitas hidup masyarakat dalam arti luas. Berdasarkan latar
belakang tersebut, tertarik menulis tesis dengan judul Pengaruh Belanja Modal
dan Belanja Pegawai Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah”.

1.2 Pemasalahan

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah sering dijadikan indikator makro ekonomi
adalah Pendapatan Regional atau yang sering dikenal Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). PDRB menggambarkan kinerja perekonomian suatu daerah dalam

6

kurun waktu tertentu. Dalam hal ini penulis ingin mengadakan penelitian di
Kabupaten Tulang Bawang dengan kurun waktu dari tahun 2003 sampai tahun
2012, permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana pengaruh belanja
pegawai dan belanja modal secara simultan dan parsial terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah di Kabupaten Tulang Bawang”.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
Untuk menganalisis

pengaruh belanja pegawai dan belanja modal secara

simultan dan parsial terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di Kabupaten
Tulang Bawang.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi

Pemerintah

Kabupaten Tulang Bawang

dapat

memberikan

sumbangan pemikiran yang berupa informasi sebagai bahan pengambilan
keputusan dalam penyusunan APBD. Dengan diketahuinya perilaku dan
pengaruh belanja modal dan belanja pegawai terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah di Kabupaten Tulang Bawang maka akan memudahkan
dalam proses penyusunan dan pengalokasian belanja modal dan belanja
pegawai agar memberikan manfaat yang optimal bagi pertumbuhan
ekonomi masyarakat.
2. Bagi Pemerintah Pusat dapat memberikan sumbangan pemikiran yang
berupa informasi

sebagai

bahan pengambilan keputusan tentang

bagaimana membuat suatu sistem penggajian bagi pegawai negeri sipil

7

serta para pejabat di daerah (sistem reward dan punishment) yang paling
efisien dan bagaimana merancang suatu sistem manajemen belanja
(pengganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban) dari belanja
modal dalam APBD dengan formula yang paling ekonomis, efektif dan
efisien yang memberikan manfaat optimal bagi masyarakat di daerah.
3. Sebagai referensi selanjutnya yang tertarik meneliti pengelolaan keuangan.

1.5 Batasan Penelitian

a. Anggaran Belanja Langsung yang dikaji adalah Belanja Modal dan Belanja
Pegawai, sedangkan pertumbuhan ekonomi daerah yang dikaji adalah Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB).
b. Data yang digunakan adalah laporan keuangan daerah tahun 2003 sampai
tahun 2012 di kabupaten Tulang Bawang.

1.6 Kerangka Pemikiran
Berikut ini adalah kerangka pemikiran yang penulis gambarkan untuk
mempermudah mengetahui arah tujuan penelitian ini. Adapun kerangka
pemikirannya adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Belanja Modal
H

Pertumbuhan
Ekonomi (PDRB)

Belanja Pegawai

8

Penelitian ini akan mencoba melihat pengaruh pengelolaan keuangan daerah
kabupaten Tulang Bawang yang digunakan variabel bebas (independent) yaitu
belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah sebagai variabel terikat
(dependen) yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan pengaruh belanja
pegawai terhadap pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB).
Tabel 1.1 Dimensi Pengaruh Belanja Modal dan Belanja Pegawai Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Nama Belanja
Pemerintah
Belanja Modal

Dimensi
Pengaruh
Sisi
Permintaan
(demand side)

Sisi
Penawaran
(supply side)

1.
2.

3.
1.

2.
3.

Belanja
Pegawai

Sisi
Permintaan
(demand side)

1.

2.

Dampak Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Daerah
Menambah jumlah uang yang beredar
Menambah konsumsi atau belanja
masyarakat sebagai akibat dari
berjalan/lancarnya aktivitas
ekonomi daerah
Akibat adanya investasi akan
meningkatkan aktivitas ekonomi
masyarakat
Menambah produksi akibat bertambahnya
permintaan
Menambah atau membuka lapangan kerja
akibat dari belanja modal atau investasi
tersebut.
Menambah jumlah uang yang beredar
akibat bertambahnya gaji atau tunjangan
yang diterima.
Akibat gaji/tunjangan naik, maka konsumsi
juga akan bertambah.

1.7 Hipotesis
Latar belakang, permasalahan dan kerangka pemikiran dijadikan dasar untuk
mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H1 :

Belanja modal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di
Kabupaten Tulang Bawang.

H2 : Belanja pegawai berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di
Kabupaten Tulang Bawang.

9

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Hasil penelitian Alfirman dan Sutriono (2006) yang meneliti masalah hubungan
pengeluaran rutin dengan produk domestik bruto (PDB) menemukan bahwa
pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produk
domestik bruto (PDB) di Indonesia. Bahkan yang terjadi adalah sebaliknya,
bahwa PDB mempengaruhi total pengeluaran pemerintah. Bila produk domestik
bruto meningkat maka akan berdampak kepada peningkatan kegiatan ekonomi
utamanya sektor riil dan dunia usaha pada umumnya. Peningkatan kegiatan
ekonomi akan membawa pengaruh peningkatan penerimaan pemerintah melalui
perpajakan karena bergairahnya perekonomian sehingga aktivitas dunia usaha
meningkat yang pada akhirnya keuntungan perusahaan meningkat. Dari hasil
penelitian ini ditemukan fakta bahwa pengeluaran pembangunanlah yang berperan
dalam meningkatkan produk domestik bruto (PDB), hanya kendalanya adalah
keterbatasan dana serta banyaknya pengeluaran rutin.
Hasil penelitian Azwardi (2007) menunjukkan bahwa pengeluaran pembangunan
memberikan income multiplier dan output multiplier yang lebih besar
dibandingkan pengeluaran rutin. Dampak terbesar untuk wilayah Jawa diperoleh
rumah tangga West Java, sedangkan untuk Luar Jawa diterima oleh rumah tangga
Sumatera. Output multiplier terbesar di Jawa dan Luar Jawa diterima oleh sektor
pertanian yang diikuti oleh sektor industri, jasa, pertambangan dan utilities.
Hasil estimasi terhadap model IRCGE dengan menggunakan data pada Tabel
IRSAM 2001 dari nilai base run diketahui bahwa kinerja perekonomian Jawa

10

memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan Luar Jawa. Berdasarkan hasil dari
simulasi diketahui pengurangan pengeluaran rutin di Jawa memperlemah kinerja
perekonomian di kedua wilayah makro. Pengurangan pengeluaran rutin yang
digunakan untuk membiayai sektor pelayanan umum memberikan dampak yang
lebih tinggi terhadap penurunan kinerja perekonomian Jawa. Pengurangan
pengeluaran rutin di Luar Jawa juga memperlemah kinerja perekonomian di kedua
wilayah makro. Pengurangan pengeluaran rutin yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran di sektor sosial memberikan dampak yang lebih tinggi terhadap
penurunan kinerja perekonomian Luar Jawa.
Peningkatan PAD di Jawa akan meningkatkan kinerja perekonomian di kedua
wilayah makro. Peningkatan PAD yang digunakan untuk membiayai sektor
pelayanan umum memberikan dampak yang lebih tinggi terhadap peningkatan
kinerja perekonomian Jawa. Meningkatnya kinerja perekonomian menimbulkan
trade-off dengan tingkat ketimpangan pendapatan di kedua wilayah makro.
Peningkatan PAD di Luar Jawa juga akan meningkatkan kinerja perekonomian di
kedua wilayah makro. Peningkatan PAD digunakan untuk membiayai sektor
ekonomi memberikan dampak yang lebih tinggi terhadap peningkatan kinerja
perekonomian Luar Jawa. Meningkatnya kinerja perekonomian menimbulkan
tradeoff dengan tingkat ketimpangan pendapatan di kedua wilayah.
Wulandari

(2009)

meneliti

tentang

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY, 1979 – 2008. Variabel yang digunakan
adalah pertumbuhan ekonomi (PDRB) sebagai variabel dependen dan investasi,
APBD, tenaga kerja sebagai variabel independen ditambah dengan tambahan
variabel Dummi otonomi daerah. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel

11

investasi, APBD (pengeluaran pemerintah) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY. Variabel tenaga kerja
berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Variabel Dummy otonomi daerah
berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi DIY.
Hasil penelitian Roberts dan Deichmann (2009) menggunakan data panel dari 142
negara pada periode tahun 1970 – 2000, mencari fixed effect menggunakan
variabel pertumbuhan penduduk, rata-rata investasi swasta, rata-rata investasi
pemerintah, variabel dummi keterbukaan suatu negara, terdapatnya perang sipil
dan

pengaruhnya

terhadap

transfer

pertumbuhan

ekonomi

antarnegara

menemukan bahwa investasi swasta dan investasi pemerintah berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di beberapa negara di dunia.
Investasi pemerintah yang diteliti di sini adalah investasi untuk sarana transportasi
dan komunikasi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Klarl (2009) dengan menggunakan Spatial
Growth Model menemukan bahwa modal atau capital berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Inovasi teknologi dan penyebaran atau
perkembangan ilmu pengetahuan juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah. Menurut Permendagri 13 Tahun 2006 (pasal 23
ayat 2) yang dimaksud dengan belanja (dalam hal ini belanja daerah) adalah
semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas
dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan
diperoleh

pembayarannya

kembali

oleh

daerah.

Selanjutnya,

menurut

Permendagri 13 Tahun 2006 (pasal 31) tersebut dijelaskan bahwa belanja daerah

12

tersebut digunakan untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib,
urusan pilihan dan urusan lain yang penanganannya dalam bagian atau bidang
tertentu dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah.
Belanja penyelenggaraan urusan wajib tersebut diprioritaskan untuk melindungi
dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi
kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar,
pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta
mengembangkan sistem jaminan sosial. Peningkatan kualitas pelayanan
masyarakat tersebut diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar
pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Klasifikasi belanja daerah didalam struktur APBD ada beberapa yaitu (1) belanja
menurut urusan pemerintahan (urusan wajib dan urusan pilihan); (2) belanja
menurut fungsi; (3) belanja menurut organisasi; dan (4) belanja menurut program
dan kegiatan. Dalam penelitian ini penulis mengambil data belanja menurut
klasifikasi ke-4, alasannya adalah di dalam struktur APBD pada pemerintah
Kabupaten/Kota menggunakan belanja menurut klasifikasi tersebut, di mana sejak
membuat perencanaan (dalam RKA - SKPD) sampai menjadi dokumen anggaran
(DPA- SKPD) menggunakan format belanja menurut klasifikasi berdasarkan
klasifikasi ke-4 yaitu berdasarkan program dan kegiatan.
Selanjutnya dapat dijelaskan di sini bahwa dalam struktur APBD belanja tersebut
dibagi menjadi belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak
langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait langsung dengan

13

pelaksanaan program atau kegiatan. Contoh belanja tidak langsung adalah belanja
berikut: belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, hibah, bantuan sosial,
belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Belanja langsung
adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan
program dan kegiatan. Contoh belanja langsung adalah belanja pegawai, belanja
barang dan jasa dan belanja modal. Dalam penelitian ini perlu dibedakan antara
kedua jenis belanja pegawai yaitu belanja pegawai dalam belanja tidak langsung
dengan belanja pegawai dalam belanja langsung, keduanya sangatlah berbeda.
Salah satu variabel dalam penelitian ini adalah belanja pegawai dalam belanja
tidak langsung, yaitu belanja untuk gaji dan tunjangan saja, secara keseluruhan
PNS, bupati dan wakil bupati ditambah dengan tunjangan atau uang representasi
anggota DPRD.
Pengertian belanja modal dalam penelitian ini adalah jumlah belanja dalam
belanja langsung (pasal 53 Permendagri 13 Tahun 2006) yaitu belanja yang
dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap
berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintahan seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.
Pengertian belanja pegawai dalam penelitian ini adalah belanja tidak langsung
(pasal 37 Permendagri 13 Tahun 2006) yaitu belanja kompensasi dalam bentuk
gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai
negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,
ditambah dengan uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD
serta gaji dan tunjangan Kepala dan Wakil Kepala Daerah serta penghasilan dan

14

penerimaan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dianggarkan dalam belanja pegawai.
Menurut Widodo (1991: 35-36) mengatakan bahwa pengertian pertumbuhan
ekonomi adalah suatu proses bagaimana suatu perekonomian berkembang atau
berubah dari waktu ke waktu. Substansi atau fokus dari pertumbuhan ekonomi
yang dimaksudkan di sini adalah adanya perubahan dan perkembangan.
Pertumbuhan ekonomi memberikan indikasi tentang aktivitas perekonomian
masyarakat yang terjadi dalam suatu negara atau daerah pada periode tertentu.
Menurut Boediono (1991:1) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi merupakan
suatu proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan
ekonomi bukan hanya berupa gambaran perekonomian pada saat tertentu saja,
artinya bahwa suatu perekonomian selalu berkembang atau berubah dari waktu ke
waktu (aspek dinamis).
Menurut Permendagri 13 Tahun 2006 pasal 21 dan 22 bahwa APBD merupakan
dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung
mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Struktur APBD
merupakan satu kesatuan terdiri dari: pendapatan daerah, belanja daerah dan
pembiayaan

daerah.

Struktur

APBD

diklasifikasikan

menurut

urusan

pemerintahan daerah dan organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan
urusan pemerintahan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Menurut Mardiasmo (2009:61-62) mendefinisikan anggaran adalah merupakan
suatu pernyataan mengenai estimasi kerja yang hendak dicapai selama periode

15

waktu tertentu yang dinyatakan dalam satuan finansial, sedangkan penganggaran
adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran.
Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana
untuk setiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Anggaran publik berisi
rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan
pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang paling
sederhana, anggaran publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan
kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai
pendapatan, belanja dan aktivitas.
Menurut Mahsun (2006:146-148) perencanaan anggaran daerah (APBD) terdiri
dari (1) formulasi kebijakan anggaran (budget policy formulation) dan (2)
perencanaan operasional anggaran (budget operational planning). Formulasi
kebijakan anggaran adalah penyusunan Arah dan Kebijakan Umum APBD
sebagai dasar dalam perencanaan operasional. Perencanaan operasional adalah
penyusunan rencana kegiatan dan alokasi sumberdaya. Dalam sistem anggaran
kinerja, Arah dan Kebijakan Umum APBD mempunyai dua fungsi utama yaitu
fungsi perencanaan dan fungsi pengendalian. Sebagai fungsi perencanaan karena
Arah dan Kebijakan Umum APBD ini merupakan pedoman dalam penyusunan
Rancangan APBD dan sebagai fungsi pengendalian karena Arah dan Kebijakan
Umum APBD sebagai dasar penilaian kinerja keuangan daerah dalam satu tahun
anggaran.

Menurut Mardiasmo (2009:63) bahwa anggaran sektor publik penting karena
beberapa alasan yaitu :

16

1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan
sosial-ekonomi,

menjamin

kesinambungan,

pertumbuhan

ekonomi,

dan

meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang
tidak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas.
Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumberdaya (scarcity
of resources), pilihan (choice), dan trade offs.
3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung
jawab terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik merupakan instrumen
pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.

2.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah daerah merupakan
serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat, memperluas lapangan kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
pemerataan hasil-hasilnya dan mengusahakan pergeseran proses kegiatan ekonomi
dari sektor primer kearah sekunder dan tersier. Dalam usaha pembanguan nasional
yang berkelanjutan dan tepat sasaran dilakukan perencanaan pembangunan yang
baik dan didukung oleh saranan dan prasarana perekonomian suatu wilayah.
Kondisi perekonomian suatu wilayah dapat dilihat dari pendapatan nasional atau
regional. Untuk menghitung angka-angka Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) ada tiga pendekatan yang digunakan , yaitu :

17

1. Pendekatan Produksi
PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh
berbagai unit produksi suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (Biasanya satu
tahun). PBRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka
waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi tersebut adalah
upah dab gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya belum
dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. PDRB mencakup juga
penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi
subsidi).
2. Pendekatan pengeluaran
PDRB adalah komponen permintaan terakhir yang terdiri dari :
a. Pengeluaran komsumsi rumahtangga dan lembaga swasta nirlaba
b. Konsumsi pemerintah
c. Pembentukan modal tetap domestic bruto
d. Perubahan stok
e. Ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor)
3. Pendekatan Pendapatan
Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa yang dimaksud
adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya
sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi

18

ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak
langsung dikurangi subsidi).

Secara konsep ketiga pendapatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama.
Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah pendapatan untuk faktorfaktor produksi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat diartikan dalam
tiga pengertian, yaitu :
a. Menurut pengertian produksi, PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi didalam suatu wilayah
dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).
b. Menurut pengerian pendapatan, PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima
oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu
wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).
c. Menurut pengertian pengeluaran, PDRB adalah jumlah pengeluaran yang
dilakukan untuk konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak
mencari keuntungan, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto,
perubahan stok dan ekspor neto (Ekspor dikurangi Impor).
Dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa jumlah pengeluaran
untuk berbagai kepentingan tadi harus sama dengan jumlah produk barang dan
jasa akhir yang dihasilkan, dan harus sama juga dengan jumlah pendapatan untuk
faktor-faktor produksinya.

19

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pengaruh belanja pemerintah baik namanya belanja rutin
maupun belanja pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi, baik skala
makro/nasional maupun tingkat daerah/lokal telah cukup banyak dilakukan oleh
beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian mengenai pengaruh anggaran belanja
pemerintah (belanja untuk investasi dan belanja pegawai) ataupun belanja dengan
istilah yang lain seperti belanja rutin dan belanja pembangunan yang tertuang di
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) juga cukup banyak
dilakukan oleh para peneliti sebelumnya seperti yang tertuang dalam Tabel 1.2 di
bawah ini.
Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa
dalam penelitian ini penulis mencoba mengkaji variabel belanja secara lebih
spesifik, di mana belanja modal dan belanja pegawai dikaji secara lebih mendalam
sesuai dengan Permendagri 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Memperhatikan alokasi belanja daerah di dalam struktur
APBD yang mengacu pada Permendagri 21 Tahun 2011 dijelaskan bahwa belanja
modal dan belanja pegawai merupakan komponen dominan dengan mendapatkan
alokasi yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan belanja-belanja lainnya.
Penelitian ini ingin menganalisis/menguji pengaruh kedua belanja tersebut
(belanja modal dan belanja pegawai) terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
Perbedaan dan perbandingan penelitian ini dengan penelitian-penelitian
sebelumnya dapat dilihat dalam tabel berikut.

20

Tabel 2.1
Perbedaan dan Perbandingan Penelitian dengan Penelitian Sebelumnya
Nama Peneliti/
Tahun

Hasil

1

2

Sodik (2006)

Alfirman dan Sutriono
(2006)

Azwardi (2007)

Robert dan
Deicmann (2009)

Wulandari (2009)

Klarl (2009)

1. Investasi swasta tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi regional.
2. Pengeluaran/belanja pemerintah (belanja rutin dan belanja
pembangunan) berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
regional.
1. Pengeluaran rutin pemerintah tidak berpengaruh terhadap
PDB.
2. Pengeluaran pembangunan berpengaruh positif terhadap PDB.
1. Pengeluaran pembangunan memberikan income multiflier dan
output multiflier lebih besar dibandingkan pengeluaran rutin.
2. Pengurangan pengeluaran rutin untuk sector social berdampak
menurunnya kinerja perekonomian.
Investasi pemerintah dan investasi swasta berpengaruh positif
dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di 142 negara di
dunia.
1. Investasi dan APBD (pengeluaran pemerintah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
2. Variabel tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
3. Variabel Dummi otonomi daerah berpengaruh positif dan
tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di provinsi
DIY
1. Modal atau capital berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan berbagai inovasi
teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.

21

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tulang Bawang dan Program Studi
Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, pada tahun 2013.

3.2 Metode (Pendekatan) Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam katagori penelitian dokumenter. Penelitian
dokumenter merupakan jenis penelitian yang ada dan informasinya diperoleh dari
bahan-bahan dokumentasi suatu institusi seperti laporan keuangan dan
dokumentasi lainnya yang dimiliki dan didokumentasikan oleh institusi
(Supardi,2005). Sifat penelitian ini adalah penelitian asosiatif interaktif yaitu
penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan saling berpengaruh antara
variabel dalam populasi (Sugiono,2005).

3.3 Sumber Data
Pada penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang
diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumbersumber yang telah ada. Contoh, data yang sudah tersedia ditempat-tempat tertentu
seperti institusi tempat penelitian, perpustakaan, BPS, kantor-kantor dan
sebagainya. Dalam penelitian ini data diperoleh dari laporan keuangan daerah
kabupaten Tulang Bawang yang didapat baik dari intitusinya, BPS dan website
resmi.

22

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri atau
karakteristik yang sama, sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi yang
menjadi bahan penelitian dan dianggap dapat mewakili populasi secara
keseluruhan. Populasi dalam penelitian ini Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) kabupaten Tulang Bawang, sedangkan sampelnya terbatas pada
variabel belanja modal, belanja pegawai dan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) tahun 2003 sampai 2012.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Bebas (X)

Variabel bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, dan
dalam penelitian ini adalah indikator utama kinerja keuangan yang terdiri dari :
a. (X1) Belanja Modal ;
Belanja

yang

dilakukan

dalam

rangka

pembelian/pengadaan

atau

pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari
12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan seperti dalam bentuk
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan,
dan aset tetap lainnya
b. (X2) Belanja Pegawai ;
belanja kompensasi dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan
lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan, ditambah dengan uang representasi

23

dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan Kepala
dan Wakil Kepala Daerah serta penghasilan dan penerimaan lainnya yang
ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dianggarkan dalam
belanja pegawai.
Variabel bebas ini merupakan data sekunder tahunan selama tahun 2003-2012.

3.5.2 Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (X) dan
berfungsi sebagai predictor dan dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan
Ekonomi Daerah Kabupaten Tulang Bawang yang dikaji adalah Produk Domestik
Regional Bruto

Dokumen yang terkait

Pengaruh Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal dan Jumlah Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

12 75 131

Pengaruh Belanja Modal dan Fiscal Stress Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak sebagai Variabel Moderating pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

2 62 98

Pengaruh Kebijakan Utang Dan Struktur Modal Terhadap Aktivitas Investasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 33 64

Pengaruh Dana Perimbangan Pendapatan Asli Daerah Dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

3 44 97

PENGARUH KEMANDIRIAN DAERAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP BELANJA MODAL PEMERINTAH DAERAH

7 36 52

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI MELALUI BELANJA MODAL PADA PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI MELALUI BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH (Studi pada pemerintah Kabupaten

0 0 14

Analisis Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Operasional Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Padang.

0 0 12

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Aceh

0 0 10

PENGARUH BELANJA MODAL DAN BELANJA PEGAWAI TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PADA KABUPATEN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 17

ANALISIS PENGARUH BELANJA OPERASI DAN BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATENKOTA DI SUMATERA SELATAN

0 0 14