PENGARUH KEMANDIRIAN DAERAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP BELANJA MODAL PEMERINTAH DAERAH

(1)

ABSTRACT

INFLUENCE OF LOCAL INDEPENDENCE, ECONOMIC GROWTH, AND THE POPULATION OF THE LOCAL GOVERNMENT CAPITAL

EXPENDITURE

By

ATIKA LUSI TANIA

The purpose of this study is to demonstrate empirically of Influence of local independence, economic growth, and the population of the local government capital expenditure.

This study took the entire population of countries and cities on the island of Sumatera in the observation period from 2007 to 2011. The data used are secondary data obtained through the Director General of Fiscal Balance website and the Central Bureau of Statistics. Total population was 151 countries and cities, with Purposive Judgment Sampling Method obtained a sample of 45 countries and cities.

The result shows that: 1) local independence, economic growth, and the population simultaneously affect the local government capital expenditures, 2) local independence and the population is partially significant positive effect on local government capital expenditures, 3) economic growth does not significantly influence the local government capital expenditures.

Key words: local independence, economic growth, population, and the capital expenditure.


(2)

ABSTRAK

PENGARUH KEMANDIRIAN DAERAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP BELANJA MODAL

PEMERINTAH DAERAH

Oleh

ATIKA LUSI TANIA

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris pengaruh kemandirian daerah, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah penduduk terhadap belanja modal pemerintah daerah.

Penelitian ini mengambil populasi seluruh kabupaten dan kota di Pulau Sumatera pada periode pengamatan dari tahun 2007 s.d. 2011. Data yang digunakan adalah data sekunder diperoleh melalui website Dirjen Perimbangan Keuangan dan Badan Pusat Statistik. Jumlah populasi adalah 151 kabupaten dan kota, dengan metode purposive judgment sampling diperoleh sampel sebanyak 45 kabupaten dan kota.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemandirian daerah, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah penduduk secara simultan berpengaruh terhadap belanja modal pemerintah daerah, (2) kemandirian daerah dan jumlah penduduk secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap belanja modal pemerintah daerah, (3) pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pemerintah daerah.

Kata kunci: Kemandirian Daerah, Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Penduduk, dan Belanja Modal.


(3)

PENGARUH KEMANDIRIAN DAERAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP BELANJA MODAL

PEMERINTAH DAERAH

(Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Pulau Sumatera) Oleh

Atika Lusi Tania

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

PENGARUH KEMANDIRIAN DAERAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP BELANJA MODAL

PEMERINTAH DAERAH

(Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Pulau Sumatera)

(Skripsi)

Oleh

ATIKA LUSI TANIA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Model Penelitian ... 18 Gambar 2 Hasil Uji Normalitas ... 34 Gambar 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 38


(6)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan dan Batasan Masalah ... 6

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 8

2.2. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) ... 9

2.3. Neraca ... 10

2.4. Belanja Modal ... 10

2.5. Kemandirian Daerah ... 13

2.6. Pertumbuhan Ekonomi ... 17

2.7. Jumlah Penduduk ... 18

2.8. Model Penelitian ... 18


(7)

ii

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1. Sampel dan Data Penelitian ... 21

3.2. Operasional Variabel Penelitian ... 22

3.3. Alat Analisis ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1. Sampel Penelitian ... 29

4.2. Statistik Deskriptif ... 31

4.3. Uji Asumsi Klasik ... 33

4.4. Uji Statistik F ... 40

4.5. Uji Regresi Linear Berganda ... 41

4.6. Uji Hipotesis ... 42

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 48

5.1. Simpulan ... 48

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 48

5.3. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Output SPSS Statistik Deskriptif Lampiran 2. Output SPSS Uji Asumsi Klasik Lampiran 3. Output SPSS Regresi

Lampiran 4. Daftar Kemandirian Daerah Lampiran 5. Daftar Jumlah Penduduk Lampiran 6. Daftar Pertumbuhan Ekonomi

Lampiran 7. Daftar Proporsi PAD terhadap TPD dan Pendapatan Transfer Lampiran 8. Daftar Proporsi Pendapatan Transfer terhadap TPD

Lampiran 9. Daftar Jumlah Belanja Modal Lampiran 10. Daftar Jumlah PDRB

Lampiran 11. Daftar Pendapatan Transfer

Lampiran 12. Daftar Total Pendapatan Daerah (TPD) Lampiran 13. Daftar Pendapatan Asli Daerah (PAD)


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Uji Durbin Watson ... 26

Tabel 2 Daftar Sampel Penelitian ... 29

Tabel 3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 31

Tabel 4 Hasil Uji Normalitas ... 34

Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 36

Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi ... 36

Tabel 7 Interpretasi Hasil Autokorelasi Durbin Watson ... 37

Tabel 8 Hasil Koefisien Determinasi ... 39

Tabel 9 Hasil Uji Statistik F ... 40


(10)

(11)

(12)

MOTTO

Planning before action

Slow but sure


(13)

(14)

Kepada Ayahanda, Ibunda dan Kedua

Adikku Tersayang


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Way Jepara, pada tanggal 2 Mei 1992 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Judiono dan Ibu Suparmi Indra Hastuti.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Pertiwi Labuhan Ratu Satu tahun 1997, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1 Labuhan Ratu Satu tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 1Way Jepara pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 1 Way Jepara pada tahun 2009.

Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).


(16)

SANWACANA

Assalammu’alaikum Wr.Wb.

Pertama dan utama penulis sampaikan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan keridhoan dan kemudahan kepada penulis, dan shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Syukur Alhamdulillah akhirnya skripsi yang berjudul “Pengaruh Kemandirian Daerah, Pertumbuhan Ekonomi, dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah” dapat terselesaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penelitian ini :

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E, M.Si, Akt. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Bapak Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt. selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, kritik, waktu dan nasehatnya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Pigo Nauli, S.E., M.Sc. selaku pembimbing kedua. Terima kasih atas perhatian, kesabaran, dan kesediaannya meluangkan waktu untuk


(17)

memberikan bimbingan, masukan dan kritik yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Dr. Einde Evana, S.E, M.Si, Akt. selaku penguji utama pada ujian skripsi. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan, saran, dan nasehat yang telah diberikan.

6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen yang telah membantu penulis dalam menimba ilmu dan memperluas wawasan selama penulis menyelesaikan pendidikan di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

7. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

8. Kedua orang tuaku, Bpk. Judiono dan Ibu Suparmi Indra Hastuti sebagai motivator dalam hidupku, tak pernah lelah menghadapi tingkahku, selalu ada untukku.

9. Keluargaku tercinta: Adikku calon dokter Yuda Ayu Kusuma Wardani, dan Muhammad Riski Ridho Dzafar, Mbah sih, Pakpuh Yajianto, Bude Nur, Jimmy Hadinata, Rosalina Maharani, terima kasih banyak atas doa, dukungan, perhatian, dan semua yang telah diberikan selama ini. 10. Sahabat-sahabat seperjuanganku: Tri Windawati, Dwi Heryanti, Meli

Fitriani, Endah Yuni Puspitasari, Nurhidayati, Nuri Agustina, Ade Kurnia Safitri, Intan Puspitasari, Niken Monica, Nur Wahyu Ningsih, yang memberikan doa, keikhlasan membantu dan semangatnya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(18)

11. Teman-teman kost: Yunita Subarwanti, Nur Amalina Dianati, Almas Aqmarina Putri, yang memberikan semangatnya untuk segera

menyelesaikan skripsi.

12. Teman-teman akuntansi angkatan 2009 : Erwin Gunawan, Febty Gabriela, Fransisca Oktavia, M. Ridwan Afif, Rahmad Ones, Ria Yuliana, Saiful Anwar, Selvi Indrawati, Shellina Dessy, Yeni Adianti, Yusi Takasikam Cindo, Aan Sapri B, Akhmad Saputra Benawa, Annisa Aulia Rabbani, Beth Sianne Andreas, Dedy Prastyo, Devia Febriani, Diah Martha, Dwi Yana Nurul Fajar, Eka Octariani, Elisabeth Natalia Christiani, Fadillah Ramadhan, Fanny Malinda, Guntur Indra Rs, Harun Aksa, Ine Noviana, Lady Ayu Libria Putri, Laura Lidwina, Leonardus Susanto, M. Yasir Adiputra, Miftakhul Jannah, M. Danepo, Nurbaiti, Paramita Uli, Ray Reinhard D, Resti Agustina, Rizky Febriyana, Robertus Gilang, Sandro Armas, Siska Anggraini, Tirta Khairudin, Tuti Ferawati, Yanita Amalia, Cynthia Fadila Suud, David Saputra, Mutiara Putri Hakim, Ariansyah, Atanasius Emmanuel AG, Dara Inda Soraya, Dedy Novriansyah, Fahreza M. Ilham, Fikri Rizki Utama, Heditya Umi, Ivana Siregar, M.Zaki, Marthalia Putri, Monica Carolina S, Mutia Novitri, Reza Wijaya S, Riris Tesalonika, Sarah Aviva, Shifayasfina Lukel, Wulan Indria Sari, Yosi Anastasia dan semua teman-teman Akuntansi angkatan 2009 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang merupakan teman seperjuangan selama kurang lebih empat tahun ini, semoga kesuksesan akan menghampiri kita semua. Amin.

13. Teman Karibku : Mala Susanti, Vera Apri, Nana Puspa, Emi Ratna Sari, Catur Joko, Anton Prasetyo, Agus Prayitno, Ganda Wisnu, Kak Yoswanto,


(19)

Teddy Rahmad, Mas Subekhan, Reni Handayani, Narullita, Erica Sherly dan teman-temanku semua yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaan kalian.

Serta pihak-pihak yang sudah terlibat atau melibatkan dirinya dalam hidup saya, dan orang-orang yang terlewat disebutkan tetapi sebetulnya memiliki arti yang penting bagi kehidupan saya, penulis mengucapkan terima kasih.

Semoga karya ini bermanfaat dan membantu pihak-pihak yang berkepentingan. Terima kasih.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

Bandar Lampung, Mei 2013 Penulis,


(20)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Belanja modal dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu unsur belanja langsung. Belanja modal merupakan pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah, dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya rutin, biaya operasional dan pemeliharaannya. Belanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, salah satu dari 11 (sebelas) prioritas pembangunan nasional tersebut adalah Infrastruktur. Infrastruktur diprioritaskan dalam penganggaran belanja modal, setelah dikurangi belanja pegawai pada kelompok belanja tidak langsung dan belanja wajib lainnya sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN Tahun 2010-2014.

Belanja modal menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Pasal 53, adalah belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam


(21)

2

bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.

Penelitian mengenai belanja modal ini menarik untuk dilakukan karena belanja modal diprioritaskan dalam pembangunan nasional tahun 2010 sampai dengan 2014. Faktor-faktor yang kemungkinan mempengaruhi belanja modal juga menjadi hal yang menarik dibahas mengingat belanja modal merupakan belanja pembangunan infrastruktur yang memicu langsung peningkatan perekonomian penduduknya. Rencana pembangunan nasional ini didukung dengan adanya Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sesuai Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010. Upaya pencapaian sasaran prioritas pembangunan nasional dengan daerah tentunya perlu sinkronisasi capaian sasaran dan target kinerja antara program dan kegiatan dengan menyusun rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dengan berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Sinkronisasi ini tertuang dalam rancangan APBD.

Faktor-faktor yang dianggap berhubungan dan mempengaruhi belanja modal cukup banyak antara lain pertumbuhan ekonomi, dana

perimbangan, Pendapatan Asli Daerah (PAD), kinerja keuangan, flypaper effect, belanja operasional dan pemeliharaan, kemandirian daerah,

desentralisasi fiskal, jumlah penduduk, transfer pemerintah pusat dan lain-lain.


(22)

3

Kemandirian dihitung melalui rasio kemandirian daerah dengan cara membandingkan jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibagi dengan jumlah pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan provinsi serta pinjaman daerah. Semakin tinggi angka rasio ini

menunjukkan semakin tinggi kemandirian keuangan daerahnya (Mahmudi, 2011). Hal ini menunjukkan keterkaitan erat antara Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dengan kemandirian daerah. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang menguji tentang adanya keterkaitan atau hubungan antara Pendapatan Asli Daerah dengan Belanja Modal yang dilakukan oleh Priyo Hari Adi (2007).

Kajian empiris tentang pertumbuhan ekonomi oleh Lin dan Liu dalam Darwanto dan Yustikasari (2007) menunjukkan desentralisasi memberikan dampak yang sangat berarti bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Penelitian yang dilakukan Darwanto dan Yustikasari (2007) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi (PDRB) tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal.

Menurut Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Daerah, dalam evaluasi dana desentralisasi dan perekonomian daerah;

“Rasio belanja modal terhadap jumlah penduduk merupakan Rasio Belanja Modal per kapita menunjukkan seberapa besar belanja yang dialokasikan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur daerah per penduduk. Rasio Belanja Modal per kapita memiliki hubungan yang erat dengan pertumbuhan ekonomi karena Belanja Modal merupakan salah satu jenis belanja pemerintah yang

menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Rasio ini bermanfaat untuk menunjukkan perhatian pemerintah dalam meningkatkan perekonomian penduduknya dari pembangunan infrastruktur yang dikeluarkan”.


(23)

4

Hasil penelitian tesis Akbar (2011) membuktikan bahwa secara simultan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan Adjusted R2sebesar 74,10%. Secara parsial variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah. Belanja modal merupakan salah satu unsur dalam belanja daerah. Untuk itu peneliti ingin melihat pengaruhnya terhadap belanja modal.

Faktor-faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Kemandirian Daerah, Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Penduduk. Alasan yang mendasari pengambilan variabel-variabel ini adalah terkait dengan kemandirian daerah berhubungan erat dengan proporsi PAD maksimal 10% dari total pendapatan daerah, kontribusinya dalam anggaran cukup besar (Abdullah dan Asmara dalam Abdullah dan Halim, 2006). Nanga dalam Harianto dan Adi (2007) mengindikasikan terjadinya ketimpangan fiskal antar daerah dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi daerah. Terjadinya ketimpangan fiskal antar daerah ini memunculkan tuntutan yang semakin kuat untuk mengubah struktur belanja ke belanja modal, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah (Halim dalam Adi, 2007). Selain itu rasio belanja modal terhadap jumlah penduduk ini menurut Dirjen Perimbangan Keuangan dalam Deskripsi dan Analisis APBD 2012, rasio tersebut menunjukkan kecenderungan pola belanja daerah, apakah suatu daerah cenderung


(24)

5

mengalokasikan dananya untuk belanja yang terkait erat dengan upaya peningkatan ekonomi, seperti belanja modal.

Kemandirian daerah menunjukkan seberapa besar ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dalam membiayai pembangunan (Sukanto Reksohadiprojo, 1999).

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran kuantitatif yang

menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Sukirno, 2007). Perkembangan tersebut dinyatakan dalam bentuk persentase perubahan PDRB pada suatu tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Penduduk menurut Badan Pusat Statistik adalah mereka yang sudah menetap di suatu wilayah paling sedikit enam bulan atau kurang dari enam bulan tetapi bermaksud untuk menetap.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitan yang dilakukan oleh Yonia Ivana (2009). Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel independen yang peneliti gunakan memasukkan variabel non keuangan yaitu Jumlah Penduduk dan variabel keuangan yaitu

kemandirian daerah. Penelitian sebelumnya menggunakan variabel independen yaitu DAU, PAD dan Pertumbuhan Ekonomi. Waktu yang diambil memiliki rentan waktu lebih lama yaitu lima tahun dari tahun 2007-2011 yang sebelumnya tiga tahun. Objek penelitian sebelumnya menjadikan Provinsi Lampung baik kabupaten dan kota, penelitian ini


(25)

6

memilih wilayah penelitian lebih luas dibanding penelitian sebelumnya, yaitu Pulau Sumatera baik kabupaten maupun kota.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik mengetahui bagaimana

“Pengaruh Kemandirian Daerah, Pertumbuhan Ekonomi, dan

Jumlah Penduduk terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah.”

1.2. Perumusan dan Batasan Masalah 1.2.1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. seberapa besar pengaruh Kemandirian Daerah terhadap Belanja Modal pemerintah daerah?

b. seberapa besar pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Modal pemerintah daerah?

c. seberapa besar pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Belanja Modal pemerintah daerah?

1.2.2. Batasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas, penelitian terbatas pada variabel Kemandirian Daerah, Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Penduduk dan Belanja Modal pada pemerintah daerah kabupaten dan kota di Pulau Sumatera dengan periode pengamatan dari tahun 2007-2011.


(26)

7

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan membuktikan secara empiris pengaruh

kemandirian daerah, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah penduduk pada belanja modal.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. kontribusi empiris, membuktikan dugaan adanya pengaruh

kemandirian daerah, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah penduduk terhadap belanja modal,

2. kontribusi kebijakan, memberikan masukan bagi pemerintah daerah kabupaten dan kota di Pulau Sumatera dalam penyusunan kebijakan dimasa mendatang mengenai belanja modal,

3. kontribusi teori, sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik pada bidang kajian ini.


(27)

8

II. LANDASAN TEORI

2.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, struktur APBD merupakan satu kesatuan terdiri dari:

a. pendapatan daerah;

1. pendapatan asli daerah; 2. dana perimbangan;

3. lain-lain pendapatan daerah yang sah; b. belanja daerah;

1. urusan wajib; 2. urusan pilihan;

3. urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan

pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan;

c. pembiayaan;

penerimaan pembiayaan:

1. sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA);


(28)

9

2. pencairan dana cadangan;

3. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4. penerimaan pinjaman daerah;

5. penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan 6. penerimaan piutang daerah.

Pengeluaran pembiayaan:

1. pembentukan dana cadangan;

2. penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah; 3. pembayaran pokok utang; dan

4. pemberian pinjaman daerah.

2.2. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan.

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur sebagai berikut:

a. pendapatan-LRA; b. belanja;


(29)

10

d. surplus/defisit-LRA; e. pembiayaan;

f. sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.

2.3. Neraca

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban dan ekuitas pada tanggal tertentu. Neraca menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut:

a. kas dan setara kas; b. investasi jangka pendek; c. piutang pajak dan bukan pajak; d. persediaan;

e. investasi jangka panjang; f. aset tetap;

g. kewajiban jangka pendek; h. kewajiban jangka panjang; i. ekuitas.

2.4. Belanja Modal

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 Pasal 53, belanja modal adalah belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan asset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas)


(30)

11

bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.

Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud sebagaimana dimaksud di atas, dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga beli/bangun aset. Belanja honorarium panitia pengadaan dan administrasi pembelian/pembangunan untuk memperoleh setiap aset yang dianggarkan pada belanja modal, dianggarkan pada belanja pegawai dan/atau belanja barang dan jasa.

Belanja modal terdiri dari :

a. belanja publik yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat. Belanja publik merupakan belanja modal (capital expenditure) yang berupa investasi fisik (pembangunan infrastruktur) yang mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu tahun dan mengakibatkan terjadinya penambahan aset daerah,

b. belanja aparatur adalah belanja yang manfaatnya tidak secara

langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi dirasakan secara langsung oleh aparatur. Belanja aparatur menyebabkan terjadinya penambahan aktiva tetap dan aktiva tidak lancar lainnya. Belanja aparatur

diperkirakan akan memberikan manfaat pada periode berjalan dan periode yang akan datang.


(31)

12

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 Pasal 5, belanja modal untuk melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah dianggarkan pada belanja SKPD berkenaan.

Belanja modal terdiri dari:

1) belanja modal pengadaan tanah

2) belanja modal pengadaan alat-alat berat

3) belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor 4) belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat tidak bermotor 5) belanja modal pengadaan alat-alat angkutan di air bermotor 6) belanja modal pengadaan alat-alat angkutan di air tidak bermotor 7) belanja modal alat-alat angkutan udara

8) belanja modal pengadaan alat-alat bengkel

9) belanja modal pengadaan alat-alat pengolahan pertanian dan peternakan

10) belanja modal pengadaan peralatan kantor 11) belanja modal pengadaan perlengkapan kantor 12) belanja modal pengadaan komputer

13) belanja modal pengadaan mebeuler 14) belanja modal pengadaan peralatan dapur

15) belanja modal pengadaan penghias ruangan rumah tangga 16) belanja modal pengadaan alat-alat studio

17) belanja modal pengadaan alat-alat komunikasi 18) belanja modal pengadaan alat-alat ukur


(32)

13

20) belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium 21) belanja modal pengadaan konstruksi jalan 22) belanja modal pengadaan konstruksi jembatan 23) belanja modal pengadaan konstruksi jaringan air

24) belanja modal pengadaan penerangan jalan, taman dan hutan kota 25) belanja modal pengadaan instalasi listrik dan telepon

26) belanja modal pengadaan konstuksi/pembelian bangunan 27) belanja modal pengadaan buku/kepustakaan

28) belanja modal pengadaan barang bercorak kesenian, kebudayaan 29) belanja modal pengadaan hewan/ternak dan tanaman

30) belanja modal pengadaan alat-alat persenjataan/keamanan.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010, klasifikasi aset tetap dalam neraca adalah sebagai berikut:

1) tanah

2) peralatan dan mesin 3) gedung dan bangunan 4) jalan, irigasi dan jaringan 5) aset tetap lainnya

6) konstruksi dalam pengerjaan.

2.5. Kemandirian Daerah

(Halim, 2001 dalam Dwirandra, 2007) menjelaskan bahwa ciri utama suatu daerah yang mampu melaksanakan otonomi yaitu:


(33)

14

1. kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber

keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahannya, dan 2. ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, agar

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat menjadi bagian sumber

keuangan terbesar sehingga peranan pemerintah daerah menjadi lebih besar.

Kemandirian Fiskal daerah merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari otonomi daerah secara keseluruhan. Menurut Mardiasmo (1999) disebutkan bahwa manfaat adanya kemandirian fiskal adalah: 1. mendorong peningkatan partisipasi prakarsa dan kreativitas

masyarakat dalam pembangunan serta akan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan (keadilan) di seluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya serta potensi yang tersedia di daerah, 2. memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran

penghambilan keputusan publik ketingkat pemerintahan yang lebih rendah yang memiliki informasi lebih lengkap.

Kemandirian fiskal daerah menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) seperti pajak daerah, retribusi dan lain-lain. Karena itu otonomi daerah dan

pembangunan daerah bisa diwujudkan hanya apabila disertai kemandirian fiskal yang efektif. Ini berarti bahwa pemerintahan daerah secara finansial


(34)

15

harus bersifat independen terhadap pemerintah pusat dengan jalan

sebanyak mungkin menggali sumber-sumber PAD seperti pajak, retribusi dan sebagainya (Elia Radianto,1997).

Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber keuangan yang digali dari dalam wilayah yang bersangkutan. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari:

1. sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,

2. menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan,

3. hasil perusahaan milik daerah, merupakan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis penerimaan yang termasuk hasil

pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan antara lain bagian laba, deviden dan penjualan saham milik daerah,

4. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, antara lain hasil penjualan aset negara dan jasa giro.


(35)

16

Menurut Undang-undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, jenis pajak dibagi menjadi:

1. Jenis Pajak provinsi terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; dan

e. Pajak Rokok.

2. Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas: a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan; dan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.21 tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, kelompok pendapatan dana perimbangan/transfer dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas: a. dana bagi hasil (pajak dan bukan pajak;


(36)

17

b. dana alokasi umum; dan c. dana alokasi khusus.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, penerimaan pinjaman daerah digunakan untuk menganggarkan penerimaan pinjaman daerah termasuk penerimaan atas penerbitan obligasi daerah yang akan direalisasikan pada tahun anggaran berkenaan.

2.6. Pertumbuhan Ekonomi

Tambunan (2006) mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Karena jumlah penduduk bertambah setiap tahun yang dengan sendirinya kebutuhan konsumsi sehari-hari juga bertambah setiap tahun, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun.

Selain dari sisi permintaan (konsumsi), dari sisi penawaran, pertumbuhan penduduk juga membutuhkan pertumbuhan kesempatan kerja (sumber pendapatan). Pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi dengan penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dari penambahan pendapatan tersebut (cateris paribus), yang selanjutnya akan menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kemiskinan. Pemenuhan kebutuhan konsumsi dan kesempatan kerja itu sendiri hanya bisa dicapai dengan peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau PDB yang terus-menerus. Dalam pemahaman ekonomi makro,


(37)

18

pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDB, yang berarti peningkatan Pendapatan Nasional.

2.7. Jumlah Penduduk

Penduduk menurut Badan Pusat Statistik adalah mereka yang sudah menetap disuatu wilayah paling sedikit enam bulan atau kurang dari enam bulan tetapi bermaksud untuk menetap.

Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:

a. orang yang tinggal di daerah tersebut,

b. orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut, dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di daerah itu. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.

2.8. Model Penelitian

Model penelitian ini disusun berdasarkan variabel-variabel penelitian, yaitu:

Gambar 1. Model Penelitian

Kemandirian daerah

Pertumbuhan ekonomi

Jumlah Penduduk


(38)

19

2.9. Pengembangan Hipotesis

2.9.1. Kemandirian Daerah dan Belanja Modal

Kemandirian dihitung melalui rasio kemandirian daerah dengan cara membandingkan jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibagi dengan jumlah pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan provinsi serta pinjaman daerah. Semakin tinggi angka rasio ini

menunjukkan semakin tinggi kemandirian keuangan daerahnya (Mahmudi, 2011). Hal ini menunjukkan keterkaitan erat antara Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dengan kemandirian daerah. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang menguji tentang adanya keterkaitan atau hubungan antara Pendapatan Asli Daerah dengan Belanja Modal yang dilakukan oleh Priyo Hari Adi (2007).

Berdasarkan penjelasan tersebut dibentuklah hipotesis:

H1: Kemandirian daerah berpengaruh positif terhadap belanja modal. 2.9.2. Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal

Kajian empiris tentang pertumbuhan ekonomi oleh Lin dan Liu dalam Darwanto dan Yustikasari (2007) menunjukkan desentralisasi memberikan dampak yang sangat berarti bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Nanga dalam Harianto dan Adi (2007) mengindikasikan terjadinya ketimpangan fiskal antar daerah dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi daerah. Ketimpangan fiskal antar daerah ini memunculkan tuntutan yang semakin kuat untuk mengubah struktur belanja ke belanja modal,


(39)

20

khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah (Halim dalam Adi, 2007).

Berdasarkan penjelasan tersebut dibentuklah hipotesis:

H2: Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap belanja modal.

2.9.3. Jumlah Penduduk dan Belanja Modal

Menurut Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Daerah, dalam evaluasi dana desentralisasi dan perekonomian daerah;

“Rasio belanja modal terhadap jumlah penduduk merupakan Rasio

Belanja Modal per kapita menunjukkan seberapa besar belanja yang dialokasikan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur daerah per penduduk. Rasio Belanja Modal per kapita memiliki hubungan yang erat dengan pertumbuhan ekonomi karena Belanja Modal merupakan salah satu jenis belanja pemerintah yang

menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Rasio ini bermanfaat untuk menunjukkan perhatian pemerintah dalam meningkatkan perekonomian penduduknya dari pembangunan infrastruktur yang

dikeluarkan”.

Hasil penelitian tesis Akbar (2011) membuktikan bahwa secara simultan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah kabupaten/kota di Sumatera Utara dengan Adjusted R2sebesar 74,10%. Secara parsial variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah.

Berdasarkan penjelasan tersebut dibentuklah hipotesis:


(40)

21

III. METODE PENELITIAN

3.1. Sampel dan Data Penelitian

Populasi untuk penelitian ini adalah seluruh kabupaten dan kota di Pulau Sumatera. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan metode purposive judgement sampling yaitu penentuan sampel secara tidak acak yang informasinya diperolah dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002).

Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. kabupaten dan kota yang menerbitkan laporan keuangan secara

berturut-turut pada tahun 2007-2011 melalui situs Dirjen Perimbangan Keuangan,

b. kabupaten dan kota yang memuat secara lengkap data-data variabel independen dalam penelitian ini.

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber dari penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data dalam penelitian ini adalah data realisasi anggaran dan belanja daerah (APBD) kabupaten dan kota di Pulau Sumatera tahun 2007-2011


(41)

22

yang diperoleh dari wesite Dirjen Perimbangan Keuangan

(www.djpk.depkeu.go.id). Selain itu, data jumlah penduduk dan PDRB diperoleh dari website Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id).

3.2. Operasional Variabel Penelitian A. Variabel Dependen

Variabel dependen atau juga dikenal variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah belanja modal. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Pasal 53, adalah belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud sebagaimana dimaksud di atas, dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga beli/bangun aset. Belanja

honorarium panitia pengadaan dan administrasi

pembelian/pembangunan untuk memperoleh setiap aset yang

dianggarkan pada belanja modal, dianggarkan pada belanja pegawai dan/atau belanja barang dan jasa.


(42)

23

B. Variabel Independen

Variabel independen atau juga dikenal variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. variabel independen dalam penelitian ini adalah:

1. Kemandirian Daerah

Menurut Halim (2002), gambaran citra kemandirian dalam berotonomi dapat diketahui melalui berapa besar kemampuan sumber daya keuangan untuk daerah tersebut, agar mampu membangun daerahnya di samping mampu pula untuk bersaing secara sehat dengan provinsi lainnya dalam mencapai otonomi sesungguhnya. Upaya nyata dalam mengukur tingkat kemandirian yaitu dengan membandingkan besarnya realisasi PAD dengan pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan provinsi serta pinjaman dikali 100% (Mahmudi, 2011).

Rumus:

2. Pertumbuhan Ekonomi

Indikator pertumbuhan ekonomi yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro kegiatan

ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan


(43)

24

pergeserannya yang didasarkan pada PDRB atas dasar harga berlaku. Di samping itu PDRB menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi baik secara total maupun per sektor dengan

membandingkan PDRB tahun berjalan terhadap tahun sebelumnya menggunakan atas dasar harga tetap tahun 2000. (www.bps.go.id)

Rumus:

Keterangan:

PDRBt = PDRB tahun tertentu PDRBt-1 = PDRB tahun sebelumnya

3. Jumlah Penduduk

Penduduk menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah mereka yang sudah menetap di suatu wilayah paling sedikit enam bulan atau kurang dari enam bulan tetapi bermaksud untuk menetap. Rasio belanja modal terhadap jumlah penduduk merupakan Rasio Belanja Modal per kapita menunjukkan seberapa besar belanja yang dialokasikan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur daerah per penduduk.


(44)

25

3.3. Alat Analisis

3.3.1. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian ini bertujuan agar asumsi-asumsi yang mendasari model linear dapat dipenuhi dan penelitian tidak menjadi bias. Pengujian ini dilakukan sebelum suatu model regresi linear digunakan. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan adalah:

a. Uji Normalitas.

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah variabel bebas/variabel terikat kedua-duanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov satu arah.

b. Uji Multikolinieritas.

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). c. Uji Autokorelasi.

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah terjadi korelasi (hubungan) antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi dalam konsep regresi linier berarti komponen error berkorelasi berdasarkan waktu (pada data time series) atau urutan ruang (pada data cross sectional). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam model regresi, digunakan uji Durbin Watson.


(45)

26

Tabel 1. Tabel Uji Durbin Watson

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi (+) Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi (+) No decision dl ≤ d ≤ du

Tidak ada autokorelasi (-) Tolak 4-dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi (-) No decision 4-du ≤ d ≤ 4-dl Tidak ada autokorelasi (+) (-) Tidak Tolak du < d < 4-du

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi masih terjadi ketidaksamaan variance dari suatu residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari suatu residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

3.3.2. Uji Regresi Linear Berganda

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda bertujuan untuk memprediksi kekuatan pengaruh seberapa variabel independen terhadap variabel dependen (Sekaran, 1992). Persamaan regresi adalah :

Y = α+ ß1KD + ß2PE + ß3JP + e dimana :

Y : Belanja Modal (BM)

α : Konstanta


(46)

27

KD : Kemandirian Daerah PE : Pertumbuhan Ekonomi JP : Jumlah penduduk

e : error

3.3.3. Uji Hipotesis

Secara statistik, ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistik nya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima.

1. Uji Koefisien Determinasi.

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

2. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t).

Pengujian hipotesis yang dilakukan secara parsial bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari signifikasi dari masing-masing variabel


(47)

28

independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji-t pada tingkat keyakinan 95% dengan tingkat kesalahan analisis (α) 5%. Apabila sig > 0,05, maka Ha ditolak, dan sebaliknya jika sig < 0,05, maka Ha diterima.

3. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F).

Pengujian ini dilakukan untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan, sehingga nilai koefisien regresi secara bersama-sama dapat diketahui. Tujuan uji F adalah untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Jika p-value lebih kecil dari level of significant yang ditentukan maka uji F menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.


(48)

48

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data yang dikemukakan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Kemandirian daerah berpengaruh positif signifikan sebesar 15,7% terhadap belanja modal pemerintah daerah kabupaten dan kota di Pulau Sumatera pada tahun 2007-2011.

Pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pemerintah daerah kabupaten dan kota di Pulau Sumatera pada tahun 2007-2011.

Jumlah penduduk berpengaruh positif signifikan sebesar 1,9% terhadap belanja modal pemerintah daerah kabupaten dan kota di Pulau Sumatera pada tahun 2007-2011.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya masih memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan ini diharapkan dapat dijadikan penyempurnaan untuk penelitian selanjutnya. Keterbatasan tersebut antara lain:


(49)

49

Penelitian ini mengambil sampel kabupaten dan kota yang telah lama ada tanpa memperhatikan apakah mengalami pemekaran selama periode pengamatan.

Pengambilan sampel penelitian yang tidak merata mewakili tiap-tiap provinsi di Pulau Sumatera.

5.3. Saran

Untuk keperluan penelitian dimasa mendatang agar diperoleh hasil yang lebih baik dan akurat, perlu diperhatikan saran-saran sebagai berikut:

Penelitian selanjutnya sebaiknya memperhatikan kabupaten dan kota yang mengalami pemekaran selama periode pengamatan. Berikut daerah

otonomi baru selama periode pengamatan pada provinsi yang kabupaten dan kotanya menjadi sampel, antara lain; Kab.Padang Lawas 2007, Kab.Padang Lawas Utara 2007, Kab.Batu Bara 2007, Kab.Labuhan Batu Selatan 2008, Kab.Labuhan Batu Utara 2008, Kab.Nias Utara 2008, Kab.Nias Barat 2008, Kota Gunungsitoli 2008, Kota Sungai Penuh 2008, Kab.Pesawaran 2007, Kab.Pringsewu 2008, Kab.Mesuji 2008, dan Kab.Tulang Bawang Barat 2008.

Penelitian selanjutnya agar mencari dan mengembangkan variabel-variabel lain selain dalam penelitian ini. Faktor-faktor lain diluar model regresi yang mempengaruhi belanja modal adalah Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan komponen lain dari pendapatan daerah.


(50)

50

Penelitian selanjutnya sebaiknya memperhatikan pemungutan sampel penelitian, tidak random tetapi diambil beberapa kabupaten dan kota merata mewakili masing-masing provinsi di Pulau Sumatera.

Penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel lain selain Pulau Sumatera.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Halim. 2002 . Akuntansi Keuangan Daerah .Jakarta. Salemba Empat. Akbar, Ali MHD. 2011. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,

Jumlah Penduduk, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Daerah pada Pemda di Sumatera Utara. Tesis. Medan. Universitas Sumatera Utara. Darwanto & Yulia Yustikasari.2007.Pengaruh Pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.Makassar. Jurnal Akuntansi. SNA X.

Direkorat Jenderal Perimbangan Keuangan.2012. Deskripsi dan analisis APBD 2012.

Dwirandra. 2007. Efektivitas dan Kemandirian Keuangan Daerah Otonom (Kabupaten/Kota di Propinsi Bali Tahun 2002-2006). Skripsi. Bali. FE Udayana.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul & Syukriy Abdullah. 2006. Hubungan dan masalah keagenan di pemerintahan daerah: sebuah peluang penelitian anggaran dan akuntansi. Jurnal Akuntansi Pemerintah.

Harianto, David dan Priyo Hari Adi. 2007. Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal, dan Pendapatan Perkapita.Jurnal Akuntansi. SNA X.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.2002.Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta.BP-FE Yogyakarta.

Ivana, Yonia. 2009. Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Modal Pemerintah daerah (Studi empiris pada Provinsi Lampung). Skripsi.Akuntansi-FEB UNILA.


(52)

52

Mahmudi, Yogya.2011.Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta.UII Press.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta. Penerbit Andi.

__________.1999. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta. Erlangga.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi pemerintahan.

Radianto, Elia. 1997. Otonomi Keuangan Daerah Tingkat II, Suatu Studi di Maluku. Prisma No.3 Tahun XXVI. Jakarta. LP3ES.

Reksohadiprodjo, Sukanto.1999. Ekonomika Publik (Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah).Yogyakarta.BPFE.

Sekaran, Uma.1992. Research Methods for Business (A Skill Building Approach), Second Edition, John Wiley & Sons, New York.

Sukirno, Sadono.2007. Makro Ekonomi Modern. Jakarta.PT.Raja Grafindo Persada.

Tambunan, Tulus. 2006. Perekonomian Indonesia sejak Orde Lama hingga Pasca Krisis.Jakarta.Pustaka Quantum Jakarta.

Undang-undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. www.djpk.depkeu.go.id


(1)

independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji-t pada tingkat keyakinan 95% dengan tingkat kesalahan analisis (α) 5%. Apabila sig > 0,05, maka Ha ditolak, dan sebaliknya jika sig < 0,05, maka Ha diterima.

3. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F).

Pengujian ini dilakukan untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan, sehingga nilai koefisien regresi secara bersama-sama dapat diketahui. Tujuan uji F adalah untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Jika p-value lebih kecil dari level of significant yang ditentukan maka uji F menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.


(2)

48

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data yang dikemukakan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Kemandirian daerah berpengaruh positif signifikan sebesar 15,7% terhadap belanja modal pemerintah daerah kabupaten dan kota di Pulau Sumatera pada tahun 2007-2011.

Pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pemerintah daerah kabupaten dan kota di Pulau Sumatera pada tahun 2007-2011.

Jumlah penduduk berpengaruh positif signifikan sebesar 1,9% terhadap belanja modal pemerintah daerah kabupaten dan kota di Pulau Sumatera pada tahun 2007-2011.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya masih memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan ini diharapkan dapat dijadikan penyempurnaan untuk penelitian selanjutnya. Keterbatasan tersebut antara lain:


(3)

Penelitian ini mengambil sampel kabupaten dan kota yang telah lama ada tanpa memperhatikan apakah mengalami pemekaran selama periode pengamatan.

Pengambilan sampel penelitian yang tidak merata mewakili tiap-tiap provinsi di Pulau Sumatera.

5.3. Saran

Untuk keperluan penelitian dimasa mendatang agar diperoleh hasil yang lebih baik dan akurat, perlu diperhatikan saran-saran sebagai berikut: Penelitian selanjutnya sebaiknya memperhatikan kabupaten dan kota yang mengalami pemekaran selama periode pengamatan. Berikut daerah

otonomi baru selama periode pengamatan pada provinsi yang kabupaten dan kotanya menjadi sampel, antara lain; Kab.Padang Lawas 2007, Kab.Padang Lawas Utara 2007, Kab.Batu Bara 2007, Kab.Labuhan Batu Selatan 2008, Kab.Labuhan Batu Utara 2008, Kab.Nias Utara 2008, Kab.Nias Barat 2008, Kota Gunungsitoli 2008, Kota Sungai Penuh 2008, Kab.Pesawaran 2007, Kab.Pringsewu 2008, Kab.Mesuji 2008, dan Kab.Tulang Bawang Barat 2008.

Penelitian selanjutnya agar mencari dan mengembangkan variabel-variabel lain selain dalam penelitian ini. Faktor-faktor lain diluar model regresi yang mempengaruhi belanja modal adalah Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan komponen lain dari pendapatan daerah.


(4)

50

Penelitian selanjutnya sebaiknya memperhatikan pemungutan sampel penelitian, tidak random tetapi diambil beberapa kabupaten dan kota merata mewakili masing-masing provinsi di Pulau Sumatera.

Penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel lain selain Pulau Sumatera.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Halim. 2002 . Akuntansi Keuangan Daerah .Jakarta. Salemba Empat. Akbar, Ali MHD. 2011. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,

Jumlah Penduduk, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Daerah pada Pemda di Sumatera Utara. Tesis. Medan. Universitas Sumatera Utara. Darwanto & Yulia Yustikasari.2007.Pengaruh Pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.Makassar. Jurnal Akuntansi. SNA X.

Direkorat Jenderal Perimbangan Keuangan.2012. Deskripsi dan analisis APBD 2012.

Dwirandra. 2007. Efektivitas dan Kemandirian Keuangan Daerah Otonom (Kabupaten/Kota di Propinsi Bali Tahun 2002-2006). Skripsi. Bali. FE Udayana.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul & Syukriy Abdullah. 2006. Hubungan dan masalah keagenan di pemerintahan daerah: sebuah peluang penelitian anggaran dan akuntansi. Jurnal Akuntansi Pemerintah.

Harianto, David dan Priyo Hari Adi. 2007. Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal, dan Pendapatan Perkapita.Jurnal Akuntansi. SNA X.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.2002.Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta.BP-FE Yogyakarta.

Ivana, Yonia. 2009. Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Modal Pemerintah daerah (Studi empiris pada Provinsi Lampung). Skripsi.Akuntansi-FEB UNILA.


(6)

52

Mahmudi, Yogya.2011.Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta.UII Press. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta.

Penerbit Andi.

__________.1999. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta. Erlangga.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi pemerintahan.

Radianto, Elia. 1997. Otonomi Keuangan Daerah Tingkat II, Suatu Studi di Maluku. Prisma No.3 Tahun XXVI. Jakarta. LP3ES.

Reksohadiprodjo, Sukanto.1999. Ekonomika Publik (Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah).Yogyakarta.BPFE.

Sekaran, Uma.1992. Research Methods for Business (A Skill Building Approach), Second Edition, John Wiley & Sons, New York.

Sukirno, Sadono.2007. Makro Ekonomi Modern. Jakarta.PT.Raja Grafindo Persada.

Tambunan, Tulus. 2006. Perekonomian Indonesia sejak Orde Lama hingga Pasca Krisis.Jakarta.Pustaka Quantum Jakarta.

Undang-undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. www.djpk.depkeu.go.id


Dokumen yang terkait

Pengaruh Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal dan Jumlah Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

12 75 131

Pengaruh Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatra Utara

8 65 63

Pengaruh DAU, PAD, Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Penduduk Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota Sumatera Utara

14 52 105

ANALISIS PENGARUH DANA ALOKASI UMUM, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN BELANJA MODAL TERHADAP KEMANDIRIAN DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

0 4 92

PENGARUH DANA PERIMBANGAN, PERTUMBUHAN EKONOMI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN BELANJA MODAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN JUMLAH PENDUDUK SEBAGAI VARIABEL MODERASI

0 3 75

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, JUMLAH PENDUDUK, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Jumlah Penduduk, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Surakarta.

0 0 12

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, JUMLAH PENDUDUK, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Jumlah Penduduk, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota S

0 0 13

ANALISIS PENGARUH JUMLAH PENDUDUK,PAJAK DAERAH,RETRIBUSI DAERAH,DAN PENGELUARAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dan Pengeluaran Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Kudus

0 0 14

Analisis Pengaruh Belanja Daerah dan Jumlah Penduduk terhadap Kemandirian Keuangan Daerah melalui Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Kota di Propinsi Sumatera Utara

0 0 17

PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, KEKAYAAN DAERAH DAN BELANJA DAERAH TERHADAP PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

0 0 17