Pengaruh Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal dan Jumlah Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

(1)

(2)

SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

PARDAMEAN HUTABARAT 107017082/AKT

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : PARDAMEAN HUTABARAT Nomor Pokok : 107017082

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak.

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, Ak.) (Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc.)


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Murni Daulay, M.Si

Anggota : 1. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak.

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, Ak. 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak.


(5)

EKONOMI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA”

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Sains pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya peneliti sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang peneliti lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah peneliti cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya peneliti sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, peneliti bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang peneliti sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Agustus 2013 Peneliti,


(6)

SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dari tahun 2008 - 2011. Populasi dari penelitian ini adalah 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, dan dari populasi ini diambil 17 Kabupaten/Kota yang memenuhi kriteria sebagai sampel sehingga diperoleh 68 pengamatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder bersifat kuantitatf. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat (causal research). Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi data panel dengan model efek random yang menggunakan alat bantu pengolahan data dengan program aplikasi Eviews 5.1. Variabel dari penelitian ini adalah belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk sebagai variabel independen, dan variabel pertumbuhan ekonomi daerah adalah variabel dependen. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan dan parsial belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Dengan tingkat keyakinan 95% secara parsial belanja pegawai, belanja barang dan jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, sedangkan belanja modal secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan tingkat keyakinan 90%.

Kata Kunci: Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah


(7)

ABSTRACT

The objective of the research was to know the influence of the expenditures of employees, goods, and capital and the population on local economic growth of districts/towns in North Sumatera from 2008 to 2011. The population was 33 districts/towns in North Sumatera, and 17 of them were used as the samples which met the criteria so that 68 observations were obtained. The data were secondary data and analyzed quantitatively. The type of the research was a causal research. The hypothesis was tested by using panel data regression analysis with random effect model, using auxiliary apparatus of data processing with application Eviews 5.1 program. The variables in the research were the expenditures of employees, goods, and capital and the population as independent variables, while economic growth as dependent variable. The result of the research showed that, simultaneously and partially, the expenditures of employees, goods, and capital and the population had positive and significant influence on the local economic growth of districts/towns in North Sumatera. With the level of reliability of 95%, partially, the expenditures of employees and goods, and the population had positive and significant influence on the local economic growth of districts/towns in North Sumatera, while the expenditure of capital partially had positive and significant influence on the local economic growth with the level of reliability of 90%.

Keywords: Expenditure of Employees, Expenditure of Goods, Expenditure of Capital, Population, Local Economic Growth


(8)

memberikan kasih dan karunia-NYA kepada peneliti sehingga dapat memberikan kekuatan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal dan Jumlah Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara”. Penulisan tesis ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan Strata Dua (S2) pada Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini peneliti banyak mengalami kesulitan dan kendala, namun semuanya dapat terselesaikan berkat doa, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materi. Untuk itu pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., MSc., (CTM)., Sp.A(K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS., MBA., CPA., Ak. selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang juga bertindak sebagai Dosen Pembanding yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan tesis ini;


(9)

juga bertindak sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan masukan yang konstruktif untuk kesempurnaan tesis ini;

5. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah sangat banyak meluangkan waktunya bagi penulis untuk membantu, membimbing dan memotivasi hingga selesainya tesis ini;

6. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah sangat banyak meluangkan waktunya membantu dan membimbing penulis dalam penyelesaian tesis ini;

7. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. Selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan masukan yang konstruktif untuk kesempurnaan tesis ini;

8. Bapak Drs. Rasdianto, MA, Ak., selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan masukan yang konstruktif untuk kesempurnaan tesis ini;

9. Dosen Pengajar, Pengelola dan Staf Sekretariat Magister Akuntansi yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti perkuliahan;

10. Orang tua terkasih, Ayahanda L Hutabarat dan Ibunda D br Sebayang, Bapak (mertua laki-laki) Drs. E. Siringoringo dan Ibu (mertua perempuan dalam kenangan) alm. R br Pakpahan yang tidak pernah berhenti mengasihi dan senantiasa memberikan dorongan, motivasi dan doanya selalu kepada penulis;


(10)

12. Ananda Jesse Triwira Hutabarat yang menjadi pendorong dan penyemangat penulis dalam menyelesaikan tesis ini;

13. Kakanda Saut M Hutabarat, abang ipar Binsar Siringoringo, SH dan Soelaiman Siringoringo, SH, dan adinda Sertalina C Hutabarat, SH serta alm. Jun H Siringoringo (adik ipar dalam kenangan) yang tidak pernah berhenti memberikan dorongan, motivasi dan doanya selama ini kepada penulis; 14. Rekan-rekan kerja di kantor BPPT Provsu dan seluruh mahasiswa Program

Studi Magister Akuntansi yang penuh dengan rasa persahabatan dan kekeluargaan dalam memberikan masukan dan sumbangan pikiran selama perkuliahan hingga menjadi kenangan yang tak terlupakan;

Akhirnya penulis juga menyadari dengan kemampuan dan pengetahuan yang sangat terbatas, penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang konstruktif demi kesempurnaan tesis ini, dan semoga dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

Medan, Agustus 2013 Penulis


(11)

1. Nama : Pardamean Hutabarat

2. Tempat, tanggal lahir : Bungabaru, 29 Desember 1975 3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Agama : Kristen Protestan

5. Orang Tua

a. Ayah : L. Hutabarat

b. Ibu : D. br Sebayang

6. Nama Istri : Nuradi Agustina Siringoringo, SE., Ak

7. Anak : Jesse Triwira Hutabarat

8. Alamat : Jl. Budi Luhur, Gg. Musara No. 40 E, Medan 9. Pendidikan

a. SD Negeri 030312 Lau Mil, Dairi, lulus tahun 1988 b. SMP TAPNAS, Medan, lulus tahun 1991

c. SMA MARKUS, Medan, lulus tahun 1994

d. Universitas Sumatera Utara, Politeknik, Jurusan Akuntansi (D3), lulus tahun 1997

e. Universitas Sumatera Utara, FE Jurusan Akuntansi (S1), lulus tahun 2004

f. Universitas Sumatera Utara, Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Magister Akuntansi (S2), lulus tahun 2013

10. Pekerjaan : PNS Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Pemerintah Provinsi Sumatera Utara


(12)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN...1..

1.1. Latar Belakang ...1..

1.2. Rumusan Masalah ...10

1.3. Tujuan Penelitian ...10

1.4. Manfaat Penelitian ...11

1.5. Originalitas ...11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...13

2.1. Landasan Teori ...13

2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah ...13

2.1.2. Belanja Pegawai ...19

2.1.3. Belanja Barang ...20

2.1.4. Belanja Modal ...22

2.1.5. Jumlah Penduduk ...24

2.2. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal dan Jumlah Penduduk ...26

2.3. Review Peneliti Terdahulu ...27

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ...31

3.1. Kerangka Konsep ...31

3.2. Hipotesis...34

BAB IV METODE PENELITIAN ...36

4.1. Jenis Penelitian ...36

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...36

4.3. Populasi dan Sampel ...36

4.4. Metode Pengumpulan Data ...39

4.5. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...39

4.5.1. Klasifikasi Variabel ...41

4.5.2. Metode Pengukuran Variabel ...41


(13)

4.6.2. Pengujian Model Data Panel ...46

4.6.3. Pengujian Hipotesis ...49

4.6.4. Kriteria Pengujian ...49

4.6.4.1 Uji signifikansi simultan (uji–F) ...50

4.6.4.2 Uji signifikansi parsial (uji–t) ...50

4.6.4.3 Koefisien determinasi (R2) ...51

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...52

5.1. Deskripsi Data Penelitian ...52

5.2. Analisis Data ...53

5.2.1. Uji CHOW ...53

5.2.2. Uji Hausman ...55

5.3. Hasil Analisis ...57

5.3.1. Pengujian Signifikansi Simultan (uji–F) ...86

5.3.2. Pengujian Signifikansi Parsial (uji–t) ...87

5.3.3. Koefisien Determinasi (R2) ...88

5.4. Pembahasan ...89

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...93

6.1. Kesimpulan ...93

6.2. Keterbatasan Penelitian ...94

6.3. Saran ...94

DAFTAR PUSTAKA ...95


(14)

No. Judul Halaman

Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Komponen Penggunaan 2009–

2011.. ...3..

Tabel 1.2. PDRB Provinsi Sumatera Utara Menurut Komponen Penggunaan 2010 - 2011 ...4..

Tabel 2.5. Review Peneliti Terdahulu ...30

Tabel 4.1. Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ...38

Tabel 4.2. Operasionalisasi Variabel ...42

Tabel 5.1. Statistik Deskripsi ...52

Tabel 5.2. Hasil Uji Chow...54

Tabel 5.3. Hasil Uji Hausman ...55


(15)

No. Judul Halaman


(16)

No. Judul Halaman

Lampiran 1. Data Penelitian yang Digunakan dalam Proses Pengolahan

Data dengan Program Eviews 5.1 ...99..

Lampiran 2. Rekapitulasi Data Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Pegawai, Belanja Belanja Barang, Belanja Modal dan Jumlah Penduduk ....102

Lampiran 3. Hasil Statistik Deskripsi Data Penelitian ...105

Lampiran 4. Hasil Uji Chow ...106

Lampiran 5. Hasil Uji Hausman ...107

Lampiran 6. Hasil Estimasi dengan Model Efek Random ...109

Lampiran 7. Hasil Estimasi dengan Model Efek Tetap ...111


(17)

SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dari tahun 2008 - 2011. Populasi dari penelitian ini adalah 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, dan dari populasi ini diambil 17 Kabupaten/Kota yang memenuhi kriteria sebagai sampel sehingga diperoleh 68 pengamatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder bersifat kuantitatf. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat (causal research). Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi data panel dengan model efek random yang menggunakan alat bantu pengolahan data dengan program aplikasi Eviews 5.1. Variabel dari penelitian ini adalah belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk sebagai variabel independen, dan variabel pertumbuhan ekonomi daerah adalah variabel dependen. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan dan parsial belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Dengan tingkat keyakinan 95% secara parsial belanja pegawai, belanja barang dan jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, sedangkan belanja modal secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan tingkat keyakinan 90%.

Kata Kunci: Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah


(18)

ABSTRACT

The objective of the research was to know the influence of the expenditures of employees, goods, and capital and the population on local economic growth of districts/towns in North Sumatera from 2008 to 2011. The population was 33 districts/towns in North Sumatera, and 17 of them were used as the samples which met the criteria so that 68 observations were obtained. The data were secondary data and analyzed quantitatively. The type of the research was a causal research. The hypothesis was tested by using panel data regression analysis with random effect model, using auxiliary apparatus of data processing with application Eviews 5.1 program. The variables in the research were the expenditures of employees, goods, and capital and the population as independent variables, while economic growth as dependent variable. The result of the research showed that, simultaneously and partially, the expenditures of employees, goods, and capital and the population had positive and significant influence on the local economic growth of districts/towns in North Sumatera. With the level of reliability of 95%, partially, the expenditures of employees and goods, and the population had positive and significant influence on the local economic growth of districts/towns in North Sumatera, while the expenditure of capital partially had positive and significant influence on the local economic growth with the level of reliability of 90%.

Keywords: Expenditure of Employees, Expenditure of Goods, Expenditure of Capital, Population, Local Economic Growth


(19)

1.1. Latar Belakang

Memajukan kesejahteraan umum, itulah salah satu tujuan didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia (RI) Tahun 1945. Cara untuk memajukan kesejahteraan umum adalah dengan melaksanakan pembangunan untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera, berkeadilan dan berkemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pada awal reformasi krisis moneter yang berlanjut kepada krisis ekonomi mewarnai perekonomian Indonesia sehingga beberapa sektor ekonomi yang menjadi indikator PDB mengalami pertumbuhan negatif. Menurut Subandi (2005), beberapa penyebab yang menghambat pertumbuhan ekonomi nasional antara lain adalah permasalahan kesenjangan dalam pengelolaan perekonomian dimana para pemodal besar selalu mendapat kesempatan yang lebih luas dibanding dengan para pengusaha kecil dan menengah yang serba kekurangan modal. Selain itu akses untuk mendapatkan bantuan modal ke perbankan juga lebih memihak kepada para pengusaha besar dibandingkan dengan pengusaha ekonomi lemah.

Tuntutan untuk dilakukan reformasi bergulir mulai tahun 1998 maka sejak itu pula Bangsa Indonesia melakukan reformasi secara menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sampai dengan saat


(20)

ini. Salah satu dari bentuk reformasi tersebut adalah reformasi dalam hal keuangan pemerintah dan pemerintahan daerah. Reformasi tersebut tertuang dalam berbagai peraturan perundang-undangan terkait dengan keuangan pemerintah dan pemerintahan daerah antara lain adalah dengan berlakunya Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Dengan peraturan ini maka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam satu kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.

Noor (2013: 216) menyatakan bahwa kesejahteraan masyarakat suatu wilayah atau Negara, paling tidak ditentukan oleh 2 (dua) hal yaitu: masyarakat mempunyai sumber nafkah atau sumber pendapatan yang memadai, yaitu dengan mempunyai lapangan pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan bakat yang dimilikinya, dan terpenuhinya pelayanan yang dibutuhkan masyarakat dari negaranya. Tujuan utama setiap pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui peningkatan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah tersebut.

Kondisi perekonomian Sumatera Utara sampai dengan akhir tahun 2011 dipengaruhi oleh berbagai indikator makro ekonomi Sumatera Utara, antara lain: pertumbuhan ekonomi makro, produk domestik regional bruto dan jumlah penduduk. Badan Pusat Statistik (2012) menginformasikan bahwa pencapaian


(21)

indikator makro Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2011 yang diukur berdasarkan kenaikan angka Product Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 mencapai angka 6,58 persen. Besaran PDRB Sumatera Utara pada tahun 2011 atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 314,16 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 126,45 triliun.

Pada Tahun 2010 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara sebesar 6,35 persen. Besaran PDRB Sumatera Utara pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 275,7 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 118,6 trilyun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 1.1

Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Komponen Penggunaan

2009-2011

(Persen)

Komponen Penggunaan

Laju Pertumbuhan Sumber Pertumbuhan Tahun 2009 Tahun 2010*) Tahun 2011**) 2010*) 2011* *)

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

1. Konsumsi Rumah Tangga 7,72 8,24 6,26 5,06 3,91

2. Konsumsi Nirlaba 4,50 4,35 2,23 0,02 0,01

3. Konsumsi Pemerintah 10,66 11,00 6,17 1,02 0,60

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto

6,73 4,95 7,80 0,99 1,54

5. Perubahan Stok -35,60 -0,66 13,77 0,00 0,08

6. Ekspor Barang dan Jasa -0,95 10,29 15,19 4,78 7,32

7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa

2,56 14,44 16,71 5,52 6,88

PDRB 5,07 6,35 6,58 6,35 6,58

Keterangan : *) Angka sementara

Keterangan : **) Angka sangat sementara


(22)

Tabel 1.2

PDRB Provinsi Sumatera Utara Menurut Komponen Penggunaan 2010-2011

(Miliar rupiah)

Komponen Penggunaan

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2010*) Tahun 2011**) Tahun 2010*) Tahun 2011**)

[1] [2] [3] [4] [5]

1. Konsumsi Rumah Tangga 166 555,48 186 029,23 74 120,39 78 762,17

2. Konsumsi Nirlaba 1 104,14 1 132,98 562,15 574,69

3. Konsumsi Pemerintah 29 290,41 32 465,67 11 505,69 12 215,87

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto

57 013,91 64 576,23 23 413,25 25 240,42

5. Perubahan Stok 1 035,99 791,73 700,66 797,11

6. Ekspor Barang dan Jasa 108 499,94 136 708,54 57 188,11 65 872,40 7. Dikurangi Impor Barang dan

Jasa

87 799,65 107 547,43 48 849,36 57 012,03

PDRB 275 700,21 314 156,94 118 640,90 126 450,62

Keterangan : *) Angka sementara

Keterangan : **) Angka sangat sementara

Sumber: Berita Resmi BPS Provsu No. 13/02/12/Thn.XIV, 6 Pebruari 2012

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2011 sebesar 6,58% sebagian berasal dari kontribusi konsumsi pemerintah atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 32,46567 triliun atau sebesar 10,33% dari total PDRB Rp. 314.156,94 Trilyun. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2010 sebesar 6,35% sebagian berasal dari kontribusi pemerintah atas dasar harga berlaku yaitu sebesar Rp. 29,29041 trilyun atau sebesar 10,62% dari total PDRB Rp. 275.700,21 Trilyun.

Nilai 10,33% pada tahun 2011 dan 10,62% pada tahun 2010 ini walaupun relatif kecil dibanding dengan komponen penggunaan lainnya, namun memiliki makna yang penting karena pengeluaran dana pemerintah (konsumsi pemerintah) lebih mengedepankan kepada pelayanan publik baik secara administratif maupun


(23)

teknis yaitu berupa penyediaan sarana dan prasarana, menjaga kestabilan dan keamanan Negara, meningkatkan pendidikan dan kesehatan masyarakat untuk menggerakkan perekonomian yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk melihat peningkatan kesejahteraan masyarakat, indikator utamanya dapat dilihat melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai.

Dengan berlakunya sistem otonomi daerah maka diikuti juga dengan desentralisasi keuangan dan fiskal yang bertujuan untuk lebih mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berlakunya sistem otonomi daerah maka diikuti juga dengan banyaknya terjadi pemekaran daerah baik ditingkat provinsi, kabupaten, kota, kecamatan bahkan kelurahan dan desa yang kesemuanya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik demi kesejahteraan masyarakat dan pada akhirnya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Disisi lain dengan banyaknya pemekaran daerah tentu akan membutuhkan peningkatan jumlah aparatur pemerintah yang berakibat kepada meningkatnya konsumsi pemerintah khusus komponen belanja aparat negara.

Konsumsi pemerintah dalam pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi juga cukup berperan. Oleh karena itu konsumsi pemerintah ini harus dikelola dengan efisien, efektif, transparan dan tepat sasaran sesuai dengan indikator-indikator ekonomi yang ingin dicapai untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Konsumsi pemerintah terdiri atas banyak komponen. Salah satu komponen konsumsi pemerintah adalah belanja pegawai. Pemerintah membayar balas jasa pelayanan yang diberikan Pegawai Negeri Sipil (PNS) berupa gaji dan penghasilan lainnya yang disebut dengan belanja pegawai. Menaikkan gaji


(24)

Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau memberikan tambahan penghasilan berupa tunjangan kinerja merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan dan kinerja PNS. Meningkatnya kesejahteraan PNS diharapkan akan meningkatkan kinerja dalam melayani masyarakat.

Setiap tahun pemerintah mengumumkan kenaikan gaji aparatnya terlebih dalam 5 tahun terakhir, walaupun kenyataannya kenaikan gaji PNS tersebut lebih sering tidak diimbangi dengan peningkatan daya beli karena harga-harga barang dan jasa lebih dahulu naik. Keadaan ini juga akan berpengaruh kepada pekerja di sektor swasta terutama yang tidak mengalami kenaikan gaji atau penghasilan akan mengalami penurunan daya beli. Peningkatan jumlah belanja pegawai selalu menarik perhatian masyarakat karena setiap Presiden menyampaikan Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN), masyarakat selalu menyorot Belanja Pegawai. Mengapa Belanja Pegawai lebih populer dari belanja yang lain seperti belanja barang, belanja modal, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja lain-lain? Apakah benar APBN telah tergerus belanja pegawai (Mutiarin, 2012)? Mengapa kenaikan belanja pegawai tersebut tidak sebanding dengan peningkatan kinerja atau pelayanan yang diberikan kepada masyarakat? Mengapa anggaran APBD dan APBN yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan justru berbanding lurus dengan peningkatan pemberitaan kasus korupsi di media cetak dan elektronik?

Informasi mengenai belanja pegawai selalu mendapat perhatian besar bagi masyarakat khususnya bagi penyedia barang dan jasa. Masyarakat secara umum melihat bahwa APBN banyak digunakan untuk Belanja pegawai terutama


(25)

untuk membayar gaji PNS dan tunjangan-tunjangan. Menurut Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Azis (2013) dari APBN tercatat Rp 241 triliun dianggarkan untuk rumah dinas, untuk pembayaran gaji pegawai Rp 300 triliun, subsidi cicilan utang Rp300 triliun tidak dapat diganggu, tinggal Rp 800 triliun untuk pendidikan dan pembangunan infrastuktur. Hal ini tentu akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi khususnya pertumbuhan ekonomi daerah.

Disamping itu prilaku PNS dalam mengelola gaji atau penghasilannya juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Jika gaji atau penghasilan PNS tersebut dibelanjakan didaerahnya akan berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi daerah tersebut, namun jika dibelanjakan ke daerah lain (kabupaten/kota/provinsi lain) tentu tidak berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dimana PNS tersebut memperoleh gaji atau penghasilan, apalagi jika dibelanjakan ke luar negeri, akan berdampak negatif.

Menurut Menteri Keuangan, Agus Martowardojo (Vivanews, 2011) bahwa Kebijakan desentralisasi fiskal dinilai kurang efektif di beberapa daerah selama satu dasawarsa terakhir, sistem ini perlu direvisi karena tidak membuat semua daerah mandiri. Menurut Agus, untuk beberapa daerah seperti Papua, Papua Barat, dan Aceh, realisasi transfer daerah belum optimal. Kurang optimalnya dana transfer daerah ini karena di pemerintah daerah tidak memiliki perencanaan anggaran yang baik, sehingga membuat realisasi anggaran tidak optimal. "Selama satu dasawarsa terakhir, desentralisasi fiskal banyak keberhasilan, namun ada juga kekurangan," kata Agus di Jakarta, Selasa, 13 September 2011.


(26)

Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, Marwanto Harjowiryono, menambahkan dana transfer daerah selama 10 tahun terakhir meningkat cukup signifikan. Saat ini, dari Rp1.200 triliun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011, sekitar Rp 400 triliun merupakan dana transfer daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Otonomi Khusus. "Kualitas belanja daerah merupakan tantangan ke depan, karena kecenderungan belanja aparatur daerah terus meningkat dari tahun ke tahun," katanya. "Jumlah rata-rata belanja pegawai di daerah 45 persen bahkan ada beberapa daerah yang lebih." Saat ini, tim revisi Undang Undang Nomor 33/2004 sedang mengkaji untuk menyempurnakan UU desentralisasi fiskal. Salah satunya dengan memasukkan batas maksimal atau capping belanja pegawai dan belanja modal dalam sistem reward and punishment di revisi undang-undang. "Daerah yang memiliki prestasi seperti penyusunan APBD tepat waktu, opini laporan keuangan pemerintah daerah wajar tanpa pengecualian, reward tentu diberikan. Sedangkan daerah yang pengelolaan APBD belanja pegawai tinggi tentu mendapat semacam penalti seperti moratorium pegawai negeri.

Pemerintah pusat mendorong agar APBD dapat cepat dan tepat waktu, sehingga pelaksanaan proyek semakin cepat. Kalau lambat tentu sisa lebih perhitungan anggaran (Silpa) daerah akan tinggi dan dana akan tertahan di akhir tahun cukup besar. Dana tertahan ini tentu tidak bisa diimplementasikan untuk kesejahteraan rakyat. Saat ini pemerintah sedang mengkaji dua alternatif. Alternatif pertama, jika daerah tersebut belanja pegawai rasionya di atas 50 persen, daerah tersebut tidak diperkenankan menambah pegawai negeri. Alternatif


(27)

kedua adalah menetapkancappingbelanja modal minimal 20 persen. "Karena ada belanja modal di daerah hanya 10-15 persen," jelasnya. Saat ini, tim revisi sedang mengkaji berbagai masukan yang masuk. Ia berharap akhir tahun ini draf revisi sudah siap dan dapat diajukan Dewan Perwakilan Rakyat pada 2012.

Belanja barang yang dilakukan pemerintah daerah untuk mendukung pelayanan kepada masyarakat akan berpengaruh kepada roda perekonomian di daerah tersebut yang pada akhirnya akan terkait dengan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Demikian juga dengan belanja modal yaitu belanja yang diperuntukkan untuk membeli barang-barang yang mempunyai umur ekonomis lebih dari 1 tahun dan biasanya nilainya relatif besar. Seperti penyediaan sarana dan prasarana jalan, jembatan dan gedung untuk pendidikan atau kesehatan tentu akan menggerakkan roda perekonomian yang diharapkan akan berpengaruh positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Disisi lain korupsi masih banyak terjadi terutama diperankan oleh aparatur Negara. Regar (2011) menyatakan bahwa menurut dugaan umum jumlah komisi untuk pembelian barang sekitar 20% - 40%; pendapatan pajak minimal berkurang 20% sebagai akibat dari “kerja sama” dengan petugas pajak dan penyelundupan

pajak yang tidak dapat diketahui. Laporan Realisasi Anggaran 2009 jumlah pendapatan dan belanja negara minimal mencapai Rp. 1500 triliun yang dapat menjadi sarang korupsi. Dengan asumsi berdasarkan perhitungan yang wajar dan minimal jumlah yang dikorupsikan dari pendapatan dan belanja minimal 10% saja maka jumlah kerugian keuangan Negara setahun telah melebihi Rp. 150 triliun.


(28)

Berawal dari fenomena di atas, peneliti sangat tertarik untuk mengetahui pengaruh belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal dalam kaitannya dengan peningkatan kesejateraan masyarakat yang dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian ini peneliti juga menyertakan variabel lain yaitu jumlah penduduk karena tujuan pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat yaitu penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk tentu semakin banyak pula kebutuhan terhadap barang dan jasa termasuk pelayanan yang harus disediakan pemerintah kepada masyarakat. Menurut Sukirno (2007: 465) salah satu kebijakan yang sesuai untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah melalui kebijakan mengurangi laju pertambahan penduduk. Oleh sebab itu peneliti dalam penelitian ini mengambil judul

“Pengaruh Belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk secara simultan dan parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan jumlah


(29)

penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Kabupatem/Kota di Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Diharapkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai sarana bagi peneliti untuk mendalami perihal pengaruh belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara;

2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk dalam kaitannya terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Sumatera Utara;

3. Sebagai bahan studi lebih lanjut dan referensi bagi peneliti dan pembaca yang berminat dengan topik pembahasan yang sama dimasa yang akan datang.

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Bati (2009) dengan judul “Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi pada kabupaten dan Kota di Sumatera

Utara)”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Bati adalah:

1. Variabel independen yang digunakan peneliti selain belanja modal adalah belanja pegawai, belanja barang dan jumlah penduduk;


(30)

2. Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas Pemerintah kabupaten dan kota se-Sumatera Utara. Sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria peneliti adalah sebanyak 17 yang terdiri dari 12 Pemerintah Kabupaten dan 5 Kota, sedangkan Bati populasinya 10 pemerintah kabupaten dan 7 kota;

3. Data time series yang digunakan untuk variabel independen oleh Bati adalah pada kurun waktu tahun 2004 – 2006, sedangkan pada penelitian ini pada tahun 2008–2011;

4. Metode analisis yang digunakan regressi linier berganda, sedangkan pada penelitian ini metode analisis regresi data panel.


(31)

2.1. Landasan Teori

Penelitian mengenai belanja daerah, belanja modal dan pertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan di Indonesia. Walaupun demikian sampai saat ini peneliti belum ada menemukan penelitian menjadikan variabel independennya sekaligus belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk serta menguji pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Berikut disampaikan penjelasan secara teori variabel-variabel yang terkait dengan judul penelitian ini.

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Menurut Todaro (2003), pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensial yang melibatkan kepada perubahan besar baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi. Menurut Subandi (2005) bahwa dalam pembangunan ekonomi daerah yang menjadi pokok permasalahan adalah terletak pada kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarah pada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses


(32)

pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.

Tingkat pertumbuhan ekonomi nasional dapat dilihat dengan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP). PDB atau GDP adalah total produksi barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu negara pada periode tertentu, misalnya satu tahun. Untuk tingkat regional atau provinsi/ kabupaten/kota di Indonesia disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB kabupaten/kota jika dibagi dengan jumlah penduduk suatu kabupaten/kota maka menjadi PDRB per kapita. Ukuran ini lebih spesifik karena memperhitungkan jumlah penduduk serta mencerminkan kesejahteraan penduduk di suatu kabupaten/kota.

Ada banyak pendapat mengenai penyebab naik turunnya total produksi barang dan jasa, namun banyak ahli ekonomi yang setuju terhadap dua penyebab berikut ini :

1. Sumber pertumbuhan

Ahli-ahli ekonomi sering merujuk kepada tiga sumber pertumbuhan, yaitu : peningkatan tenaga kerja, peningkatan modal, dan peningkatan efisiensi terhadap penggunaan tenaga kerja dan modal.

Jumlah tenaga kerja dapat meningkat jika pekerja yang telah tersedia bekerja lebih lama, atau jika ada tambahan tenaga kerja baru. Sedangkan persediaan modal dapat meningkat jika perusahaan mendorong kapasitas produksinya dengan menambah pabrik dan peralatan (investasi). Efisiensi bertambah ketika output yang lebih dapat diperoleh dari jumlah tenaga kerja dan/atau


(33)

modal yang sama. Ini sering disebut sebagaiTotal Factor Productivity(TFP). Pendorongan ketiga sumber ini disebut juga supply-side economy, atau ekonomi dari sisi penawaran.

2. Terjadinya penurunan (downturns) pada ekonomi (resesi dan depresi)

Ini menjawab pertanyaan mengapa output dapat turun atau naik lebih lambat. Secara logika, apapun yang menyebabkan penurunan pada tenaga kerja, modal, atau TFP akan menyebabkan penurunan pada output atau setidaknya pada tingkat pertumbuhan output. Seperti terjadinya keadaan yang luar biasa seperti perang, bencana alam, penyebaran penyakit menular dan kerusuhan. Cara mengukur PDB yaitu total nilai berbagai macam barang dan jasa diagregasikan. Di Indonesia PDB diukur setiap tiga bulanan dan tahunan oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Nilai total pendapatan nasional dalam satuan harga sekarang disebut dengan PDB nominal (PDB atas dasar harga berlaku). Nilainya tentu berubah dari waktu ke waktu seiring dengan perubahan kuantitas produksi barang/jasa atau dalam harga dasarnya.

Jika nilai nominal ini dihitung dalam harga yang tetap, didapatlah nilai PDB riil (PDB atas dasar harga konstan). Untuk menghitung nilai riil tersebut dipilihlah satu tahun dasar, misalnya tahun 2000. Kemudian, nilai semua barang dan jasa dihitung berdasarkan harga masing-masing yang berlaku pada tahun tersebut. Karena harga barang sudah tetap, PDB riil dianggap hanya berubah sesuai dengan adanya perubahan kuantitas barang/jasa.

Perubahan PDB ini mencerminkan perubahan kuantitas output produksi secara riil, inilah yang disebut dengan pertumbuhan ekonomi. Jadi pertumbuhan


(34)

ekonomi mengacu pada peningkatan nilai total barang dan jasa yang diproduksi dalam sebuah perekonomian pada waktu tertentu.

Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut : g = {(PDBs - PDBl)/PDBl} x 100%

dimana: g = tingkat pertumbuhan ekonomi

PDBs = Produk Domestik Bruto riil tahun sekarang PDBl = Produk Domestik Bruto riil tahun lalu

Sebagai contoh, diketahui data PDB Indonesia tahun 2008 = Rp 467 triliun, sedangkan PDB pada tahun 2007 adalah = Rp 420 triliun. Maka tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 jika diasumsikan harga tahun dasarnya berada pada tahun 2007 adalah g = {(467-420)/420} x 100% = 11,19%.

Dari sisi pengeluaran untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi adalah dengan menghitung secara agregat PDB = C + I + G + ( X - M ). Atau Produk domestik bruto = Pengeluaran rumah tangga + Pengeluaran investasi + Pengeluaran pemerintah + ( ekspor - impor ). Dengan rumus ini berarti produk dan pendapatan nasional dirinci menurut kegunaan atau sektor pelaku kegiatan ekonomi. Menurut Subandi (2005), Peranan pemerintah dalam perekonomian tidak cukup hanya dilihat melalui variabel G, mengingat dalam variabel I (pembentukan modal domestik bruto) sesungguhnya terdapat pula unsur investasi pemerintah. Demikian halnya dengan variabel (X-M) yang merupakan selisih ekspor dan impor.

Keberhasilan suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah,


(35)

antara lain: tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, barang dan jasa yang dihasilkan daerah tersebut dan sarana prasarana yang ada di daerah tersebut. Menurut Sirojuzilam (2010), faktor yang mendapat perhatian utama pertumbuhan ekonomi regional adalah keuntungan lokasi, aglomerasi, migrasi, dan arus lalu lintas modal antar wilayah.

Belum meratanya hasil-hasil pembangunan di daerah-daerah membuat Pemerintah daerah harus menyusun rencana strategis yang tepat sasaran dalam mengalokasikan anggarannya demi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010), peningkatkan pertumbuhan ekonomi regional dapat dilakukan melalui kebijaksanaan alokasi anggaran secara sektoral dan regional. Secara sektoral yaitu berdasarkan prioritas dari sektor pertanian kemudian ketahap industry. Secara regional yaitu berdasarkan skala prioritas, memperhitungkan potensi daerah setempat dan perencanaan wilayah yang bersifat komprehensif.

Menurut BPS bahwa Metode Penghitungan Pendapatan Regional yang dipakai mengikuti buku petunjukUnited Nationsyang disesuaikan dengan kondisi Indonesia. Penghitungan pendapatan regional dapat dilakukan melalui pendekatan produksi, pendapatan dan pengeluaran. Dalam penghitungan pendapatan regional Sumatera Utara umumnya dipakai pendekatan dari sisi produksi, kecuali sektor pemerintahan (jasa-jasa) dipakai pendekatan pendapatan.

Menurut BPS bahwa ekspor barang dan jasa merupakan suatu komponen dari permintaan akhir, tetapi impor merupakan sumber penyediaan barang dan jasa, oleh karena impor bukan merupakan produksi domestik jadi harus


(36)

dikurang-kan dari total penggunaan dalam PDRB. Ekspor dan impor barang dan jasa meliputi angkutan dan komunikasi, jasa asuransi serta barang dan jasa lain seperti jasa perdagangan yang diterima pedagang suatu daerah karena mengadakan transaksi penjualan di luar daerah dan pembayaran biaya kantor pusat perusahaan induk oleh cabang dan anak perusahaan di luar daerah.

Pembelian langsung di pasar suatu daerah oleh bukan penduduk termasuk ekspor barang dan jasa, serta pembelian di luar daerah oleh penduduk daerah tersebut dikatagorikan sebagai impor bagi Pemerintah Daerah tersebut. Pengeluaran untuk biaya perjalanan yang dibayar oleh majikan diperlakukan sebagai ekspor dan impor barang dagangan dan bukan sebagai pembelian langsung.

Barang milik penduduk atau bukan penduduk suatu daerah yang melintasi batas geografis suatu daerah karena merupakan tempat persinggahan, barang untuk peragaan, barang contoh dan barang untuk keperluan sehari-hari wisatawan mancanegara/domestik adalah tidak termasuk ekspor dan impor barang.

Ekspor barang antar negara dinilai dengan harga f.o.b. (free on board), sedangkan impor barang dinilai dengan harga c.i.f. (cost, insurance and freight). Ekspor jasa dinilai pada saat jasa tersebut diberikan ke bukan penduduk, sedangkan impor jasa dinilai pada saat jasa diterima oleh penduduk. Penduduk yang dimaksud di sini adalah lembaga pemerintah, perorangan, perusahaan swasta, perusahaan negara serta lembaga swasta non profit yang berada di daerah tersebut.


(37)

2.1.2. Belanja Pegawai

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran yaitu dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Di dalam APBD, salah satu jenis belanja daerah adalah jenis belanja pegawai.

Menurut Lestyowati (2004) belanja pegawai adalah semua pengeluaran Negara yang digunakan untuk membiayai kompensasi dalam bentuk uang atau barang yang diberikan kepada pegawai pemerintah pusat, pensiunan, anggota Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia dan pejabat Negara baik yang bertugas di dalam negeri maupun di luar negeri, sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.

Seiring dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 22 tentang Otonomi Daerah, maka pengaturan rumah tangga daerah telah berada pada kewenangan pemerintah Kabupaten/Kota. Jumlah PNS daerah (otonomi) di Sumatera Utara pada keadaan Januari 2010 ada sebanyak 219.537 orang. Jumlah PNS ini jika dirinci menurut golongan, sebagian besar merupakan golongan III yaitu terdiri dari 45,45 persen dan Golongan II sebesar 27,57 persen. Sedangkan Golongan IV hanya sekitar 25,44 persen dan Golongan I masih ada sekitar 1,54 persen.

Idealnya komposisi jumlah belanja pegawai di kisaran 33% dari total belanja daerah agar pengeluaran untuk pembangunan lebih maksimal dalam


(38)

penyelenggaraan Negara. Belanja pegawai tersebut bersumber dari kelompok belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja pegawai yang bersumber dari belanja tidak langsung sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan Perubahannya Nomor 59 Tahun 2007 terdiri atas belanja gaji dan tunjangan-tunjangan.

Belanja Langsung adalah belanja pemerintah daerah yang berkaitan dan memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat. Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung yang termasuk dalam belanja pegawai sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan Perubahannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 antara lain honorarium PNS, Honorarium non PNS dan uang lembur.

2.1.3. Belanja Barang

Belanja barang adalah pengeluran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja ini terdiri belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan.

Belanja Barang antara lain dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori belanja yaitu:

1. Belanja pengadaan barang dan jasa

Belanja pengadaan barang yang tidak memenuhi nilai kapitalisasi dalam laporan keuangan dikategorikan ke dalam belanja barang operasional dan


(39)

belanja barang non operasional. Belanja pengadaan jasa konsultan tidak termasuk dalam kategori kelompok belanja jasa. Belanja hewan/ternak dan tumbuhan atau berupa barang dengan tujuan untuk dihibahkan atau sebagai bantuan sosial kepada pihak ketiga atau masyarakat termasuk dalam jenis belanja barang dan dicatat di neraca sebagai persediaan.

2. Belanja pemeliharaan

Belanja Pemeliharaan yang dikeluarkan dan tidak menambah dan memperpanjang masa manfaat dan atau kemungkinan besar tidak memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja tetap dikategorikan sebagai belanja pemeliharaan dalam laporan keuangan Pemerintah.

3. Belanja perjalanan

Belanja Perjalanan yang dikeluarkan tidak untuk tujuan perolehan aset tetap dikategorikan sebagai belanja perjalanan dalam laporan keuangan Pemerintah.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan Perubahannya Nomor 59 Tahun 2007, belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. Beberapa rincian belanja yang termasuk jenis belanja barang dan jasa sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan Perubahannya Nomor 59 Tahun 2007 antara lain belanja bahan pakai habis, belanja bahan/material,


(40)

belanja jasa kantor, belanja premi asuransi, belanja cetak dan penggandaan, belanja sewa rumah/gedung/kantor, belanja makanan dan minuman, belanja perjalanan dinas, belanja beasiswa pendidikan PNS, dan belanja pemeliharaan.

2.1.4. Belanja Modal

Menurut Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-33/PB/2008 suatu belanja dikategorikan sebagai belanja modal apabila :

a) pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset lainnya yang menambah masa manfaat, umur dan kapasitas;

b) pengeluaran tersebut melebihi batasan minimum kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang telah ditetapkan pemerintah;

c) perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.

Dalam petunjuk penyusunan dan penelahaan RKA-KL nilai kapitalisasi aset tetap adalah diatas Rp. 300.000 per unit. Sedangkan batasan minimal kapitalisasi untuk gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan sebesar Rp. 10.000.000. Sementara karakteristik aset lainnya adalah tidak berwujud, akan menambah aset pemerintah, mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, dan nilainya relatif material. Belanja modal juga mensyaratkan kewajiban untuk menyediakan biaya pemeliharaan yang masuk dalam jenis belanja barang.

Namun demikian perlu diperhatikan, karena ada beberapa belanja pemeliharaan yang memenuhi persyaratan sebagai belanja modal yaitu apabila pengeluaran tersebut mengakibatkan bertambahnya masa manfaat, kapasitas,


(41)

kualitas, dan volume aset yang telah dimiliki dan pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimum nilai kapitalisasi aset tetap/aset lainnya.

Belanja Modal dapat dikategorikan dalam 5 (lima) kategori utama yaitu: 1. Belanja Modal Tanah

Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/pembeliaan/pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertipikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.

2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.

3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran/ biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.


(42)

Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan pemba-ngunan/pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

5. Belanja Modal Fisik Lainnya

Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatanpembangunan/pembuatan serta perawatan terhadap Fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah. Belanja Hewan/ternak dan tanaman di sini dimaksudkan bukan untuk dihibahkan atau mejadi bantuan sosial kepada masyarakat atau pihak ketiga.

2.1.5. Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Indonesia adalah jumlah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Untuk Jumlah penduduk Sumatera Utara berarti yang berdomisili di wilayah Sumatera Utara.


(43)

Perubahan jumlah penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi.

Provinsi Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara keadaan tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,26 juta jiwa, dan dari hasil SP 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa. Pada bulan April tahun 2003 dilakukan Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B).

Dari hasil pendaftaran tersebut diperoleh jumlah penduduk sebesar 11.890.399 jiwa. Selanjutnya dari hasil Sensus Penduduk pada bulan Mei 2010 jumlah penduduk Sumatera Utara 12.982.204 jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 dan tahun 2000 meningkat menjadi 161 jiwa per km2 dan selanjutnya pada tahun 2010 menjadi 188 jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun, dan pada tahun 2000-2010 menjadi 1,22 persen per tahun. Penduduk laki-laki di Sumatera Utara sedikit lebih banyak dari perempuan. Pada tahun 2010 penduduk Sumatera Utara yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah sekitar 6.483.354 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 6.498.850 jiwa. Dengan demikian sex ratio penduduk Sumatera Utara sebesar 99,76. Pada tahun 2010 penduduk Sumatera Utara masih lebih banyak yang tinggal di daerah perdesaan dari pada daerah perkotaan. Data jumlah penduduk


(44)

Sumatera Utara menurut Kabupaten/Kota untuk tahun 2008 sampai dengan 2011 dapat dilihat di lampiran 1 dan 2.

Dari jumlah penduduk Sumatera Utara tersebut yang paling dominan menggerakkan pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja. Menurut Purba (2006), tenaga kerja dalam pembangunan nasional merupakan faktor dinamika penting yang menentukan laju pertumbuhan perekonomian baik dalam kedudukannya sebagai tenaga kerja produktif maupun sebagai konsumen. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang terpenting dalam proses produksi disamping sumber daya alam, teknologi dan keahlian kewirausahaan.

2.2. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal dan Jumlah Penduduk

Belanja daerah diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal sama-sama merupakan belanja untuk aktivitas ekonomi yang tentunya sangat berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Belanja pegawai, belanja barang dan terutama belanja modal dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk jangka panjang.

Semakin tinggi jumlah belanja pegawai seharusnya berbanding lurus dengan tingkat kinerja pegawai. Pelayanan publik semakin baik dan korupsi semakin berkurang akan menciptakan iklim investasi yang baik sehingga meningkatkan kegiatan perekonomian dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan juga pegawai tersebut. Dengan meningkatnya


(45)

kesejahteraan masyarakat dan pegawai tentu akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Demikian juga dengan jumlah penduduk yang merupakan subjek dan sekaligus sebagai objek dari kegiatan ekonomi juga sangat berkaitan dengan percepatan pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi modal yang cukup besar untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi dan juga sebaliknya jika tidak diimbangi dengan kualitas penduduknya. Peningkatan jumlah penduduk harus diimbangi dengan ketersediaan barang dan jasa serta kemampuan untuk membeli barang dan jasa yang dibutuhkan penduduk tersebut sehingga peningkatan pertumbuhan ekonomi tercapai.

2.3. Review Peneliti Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian ini antara lain adalah Anasmen (2009), Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sumatera Barat, variabel-variabel yang digunakan adalah Pertumbuhan ekonomi (Y), Belanja Modal Pemerintah (X1), Investasi swasta (X2) dan Jumlah penduduk (X3). Metode analisis yang

digunakan dalam mengolah data adalah metode regresi data panel. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa belanja modal pemerintah, investasi swasta, jumlah penduduk dan dummy secara bersama-sama berpengaruh terhadap perubahan PDRB riil Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat tahun 2000-2006. Secara parsial Belanja Modal Pemerintah tidak signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Barat, sedangkan investasi swasta dan jumlah penduduk berpengaruh signifikan dan positif


(46)

Bati (2009), Pengaruh Belanja Modal dan PAD Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara). Variabel-variabel yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi (Y), belanja modal (X1) dan PAD

(X2), metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linier

berganda, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa belanja modal dan PAD berpengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dan secara parsial PAD berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

Chrisanty (2009), Analisis determinan pertumbuhan ekonomi Kota Medan dari tahun 1984 –2006 dengan variabel yang digunakan adalah Jumlah penduduk (X1), infrastruktur (X2), regional government expenditure (RGE) (X3), pendapatan

lain yang sah (PLS) (X4) sedangkan variabel PAD tidak disertakan lagi karena

terjadi multikolinieritas. Metode Penelitian yang dipergunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan model logaritma-linier (Log-Lin) dengan system pengolahan data program eviews. Hasil penelitian ini adalah secara simultan jumlah penduduk, infrastruktur, RGE dan PLS berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Secara parsial jumlah penduduk, RGE dan PLS berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan infrastruktur tidak.

Hidayah (2011), Pengaruh pendapatan asli daerah, belanja modal dan belanja pegawai terhadap pertumbuhan ekonomi daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur. Variabel yang digunakan adalah PAD (X1), Belanja Modal (X2), dan Belanja Pegawai (X3). Penelitian ini bertujuan


(47)

untuk menguji dan menganalisis pengaruh secara simultan dan parsial pendapatan asli daerah, belanja modal dan belanja pegawai terhadap pertumbuhan ekonomi daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur. Populasi dan sampel penelitian ini adalah 13 (tiga belas) pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur. Alat analisis data menggunakan pendekatan Regresi Linear Berganda. Untuk pengolahan data dalam penelitian ini dengan menggunakan software SPSS Statistics 17.0. Hasil kesimpulan Penelitian ini adalah secara simultan pendapatan asli daerah, belanja modal dan belanja pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur. Secara parsial variabel belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sedangkan pendapatan asli daerah dan belanja pegawai secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Review atas peneliti-peneliti terdahulu di atas dapat dilihat pada tabel berikut:


(48)

Tabel 2.5. Review Peneliti Terdahulu

Nama/Tahun Judul Nama Variabel Hasil yang Diperoleh Anasmen

(2009)

Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi

Di Provinsi Sumatera Barat : 2000-2006

- Pertumbuhan ekonomi (Y) - Belanja Modal

Pemerintah (X1) - Investasi swasta

(X2)

- Jumlah Penduduk (X3)

Secara simultan belanja modal pemerintah, investasi swasta, jumlah penduduk berpengaruh terhadap Pertum-buhan Ekonomi Kab/Kota di Provinsi Sumatera Barat tahun 2000-2006.

Secara parsial Belanja Modal Pemerintah tidak signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Barat, sedangkan investasi swasta dan jumlah penduduk berpe-ngaruh signifikan dan positif Bati (2009) Pengaruh Belanja

Modal Dan

Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi pada kabupaten dan Kota di Sumatera Utara)

- Pertumbuhan Ekonomi (Y) - Belanja Modal (X1) - Pendapatan Asli

Daerah (X2)

Secara simultan belanja modal dan PAD berpengaruh terhadap pertumbuhan eko-nomi daerah di kab/kota di Sumut. Secara partial PAD berpengaruh terhadap pertum-buhan ekonomi sedangkan belanja modal tidak berpeng-aruh secara signifikan ter-hadap pertumbuhan ekonomi Chrisanty

(2009)

Analisis Determinan Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan

- Pertumbuhan ekonomi (Y) - Jumlah penduduk

(X1)

- Infrastruktur (X2) - Regional

Govern-ment Expenditure (RGE) (X3) - Penerimaan Lain

yang Sah (PLS) (X4)

Secara simultan jumlah penduduk, infrastruktur, RGE dan PLS berpengaruh positif dan signifikan. Secara partsial jumlah penduduk, RGE dan PLS berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan infra-struktur tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Maruf

Hidayah (2011)

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal dan Belanja Pegawai Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Pemerintah

Kabupaten/Kota Di Provinsi

Kalimantan Timur

- Pertumbuhan ekonomi (Y) - Pendapatan asli

daerah (X1) - Belanja modal (X2) - Belanja pegawai

(X3)

Secara simultan PAD, belanja modal dan belanja pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertum-buhan ekonomi pada peme-rintah kab/kota di Provinsi Kalimantan Timur. Secara parsial belanja modal berpe-ngaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekono-mi, Sedangkan PAD dan belanja pegawai secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi


(49)

3.1. Kerangka Konsep

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Berikut ini merupakan kerangka konsep pemikiran yang menggambarkan model penelitian dan hubungan antar variabel yang digunakan dalam penelitian.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1: Kerangka Konseptual

Dalam kerangka konsep di atas peneliti menggambarkan hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Gambar arah tanda panah ke variabel dependen menunjukkan bahwa baik variabel belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk diduga ada pengaruh secara langsung

BELANJA PEGAWAI (X1)

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

(Y) BELANJA BARANG

(X2)

BELANJA MODAL (X3)

JUMLAH PENDUDUK (X4)


(50)

baik secara simultan maupun parsial. Berikut penjelasan mengenai pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen:

1. Belanja pegawai

Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Sumatera Utara 2008 – 2009) belanja pegawai adalah belanja kompensasi dalam bentuk gaji dan tunjangan serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan perundang-undangan. Gaji Pegawai menurut Perdirjen Perbendaharaan No PER-37/PB/2009 yaitu gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji yang diterima oleh PNS yang telah diangkat oleh pejabat yang berwenang dengan surat keputusan sesuai ketentuan yang berlaku. Kelompok belanja langsung menurut Permendagri 13 tahun 2006 pasal 50 terdiri dari 3 jenis, 1 diantaranya yaitu belanja pegawai yang merupakan pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah

Oleh karena itu naik turunnya jumlah realisasi belanja pegawai di daerah seharusnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam mengukur pengaruh realisasi belanja pegawai tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi daerah maka digunakan alat bantu program pengolahan data (software) Eviews 5.1 untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruhnya, signifikan atau tidak signifikan pengaruhnya baik secara simultan maupun secara parsial.

2. Belanja barang

Belanja barang yang sering juga disebut belanja barang dan jasa adalah bagian dari pengeluaran konsumsi pemerintah. Dalam belanja barang disini,


(51)

termasuk juga belanja perjalanan dinas pegawai, biaya perbaikan kenderaan dinas, perbaikan kantor dan rumah dinas dan pengeluaran rutin lainnya. Pembelian terhadap barang-barang modal dengan maksud untuk dihibahkan atau dijadikan bantuan sosial juga termasuk belanja barang.

Belanja barang digunakan pemerintah sebagai alat pendukung kelancaran tugas dalam memberi pelayanan kepada masyarakat sehingga semakin tinggi realisasi belanja barang pemerintah daerah akan meningkatkan aktivitas perekonomian daerah tersebut yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. Untuk mengukur seberapa besar pengaruh realiasi belanja barang terhadap pertumbuhan ekonomi daerah maka digunakan alat bantu program pengolahan data (Software) Eviews 5.1 untuk mengetahui signifikan atau tidak signifikan pengaruhnya baik secara simultan maupun secara parsial.

3. Belanja modal

Belanja Modal merupakan pengeluaran pemerintah yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi dengan nilai kapitalisasi tertentu termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas asset tersebut.

Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah untuk tujuan investasi karena manfaatnya dapat dinikmati masyarakat dalam jangka panjang sehingga semakin tinggi realisasi belanja modal pemerintah daerah akan meningkatkan roda


(52)

perekonomian daerah tersebut yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi daerah tersebut dalam jangka panjang.

Untuk mengukur seberapa besar pengaruh realiasasi belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan untuk mengetahui signifikan atau tidak signifikan pengaruhnya baik secara simultan maupun secara parsial maka digunakan alat bantu pengolahan data program Eviews 5.1.

4. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk Sumatera Utara yang cukup besar dapat menentukan percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Kesempatan kerja yang tersedia dan kualitas tenaga kerja yang digunakan akan menentukan proses pembangunan ekonomi dengan pengertian bahwa tenaga kerja merupakan sumber daya untuk menjalankan proses produksi dan juga sebagai pasar barang dan jasa. Dalam hal ini, kebutuhan tenaga kerja tergantung dari kesempatan kerja yang tersedia dalam suatu perekonomian.

Untuk mengukur seberapa besar pengaruh jumlah penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan untuk mengetahui signifikan atau tidak signifikan pengaruhnya baik secara simultan maupun secara parsial maka digunakan alat bantu pengolahan data program Eviews 5.1.

3.2. Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menjawab rumusan masalah, yaitu menguji apakah belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk secara simultan dan parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap


(53)

pertumbuhan ekonomi daerah di Sumatera Utara. Maka hipotesis alternatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha: Belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk

secara simultan dan parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.


(54)

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian sebab akibat (causal research) yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel (Erlina, 2011). Penelitian ini dilakukan dengan cara menguji variabel belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk melalui pembentukan model analisis dengan metode statistik sehingga diperoleh hasil yang dapat digunakan sebagai bahan penilaian sehingga dapat dijadikan dasar dalam pengambilan kesimpulan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Sumatera Utara dengan 33 daerah Kabupaten/kota. Penelitian ini dilakukan dengan mengolah data yang diperlukan mengenai Pemerintah Kabupaten dan Kota yang terkait dengan realisasi anggaran belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk. Periode pengamatan data adalah dari tahun 2008 sampai dengan 2011. Waktu pelaksanaan penelitian ini direncanakan pada bulan Februari sampai dengan Agustus 2013.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pemerintah kabupaten dan kota yang termasuk dalam wilayah Sumatera Utara yaitu sebanyak 25 kabupaten dan 8 kota.


(55)

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Erlina:2011). Dalam penelitian ini sampel diambil secara

purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan kepada kriteria pertimbangan subyektif peneliti dan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pemerintah Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara yang mempublikasikan laporan keuangan secara konsisten dari tahun 2008 sampai dengan 2011 yang telah sesuai dengan format Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

2. Ketersediaan data mengenai realisasi anggaran belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk serta mengambil 17 sampel yang terdiri atas 12 Pemerintah Kabupaten dan 5 Kota sehingga diperoleh 68 pengamatan.

Kriteria di atas digunakan karena tidak semua pemerintah daerah menyediakan informasi yang dibutuhkan dan jumlah realisasi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk. Daftar populasi dan sampel yang terdiri atas Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dalam penelitian ini dapat dilihat di tabel 4.1 berikut:


(56)

Tabel 4.1. Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

No. Pemerintah Daerah Kriteria Kriteria Sampel

(Populasi) 1 2

1. Kab. Asahan √ √ sampel 1

2. Kab. Dairi √ -

-3. Kab. Deli Serdang √ √ sampel 2

4. Kab. Karo √ √ sampel 3

5. Kab. Labuhan Batu √ √ sampel 4

6. Kab. Langkat √ √ sampel 5

7. Kab. Mandailing Natal √ √ sampel 6

8. Kab. Nias √ -

-9. Kab. Simalungun √ √ sampel 7

10. Kab. Tapanuli Selatan √ √ sampel 8

11. Kab. Tapanuli Tengah √ √ sampel 9

12. Kab. Tapanuli Utara √ -

-13. Kab. Toba Samosir √ √ sampel 10

14. Kota Binjai √ √ sampel 11

15. Kota Medan √ √ sampel 12

16. Kota Pematang Siantar √ √ sampel 13

17. Kota Sibolga √ √ sampel 14

18. Kota Tanjung Balai √ √ sampel 15

19. Kota Tebing Tinggi √ -

-20. Kota Padang Sidempuan √ -

-21. Kab. Pakpak Bharat √ -

-22. Kab. Nias Selatan √ -

-23. Kab.Humbang Hasundutan √ √ sampel 16

24. Kab. Serdang Bedagai √ √ sampel 17

25. Kab. Samosir √ -

-26. Kab. Batu Bara √ -

-27. Kab. Padang Lawas √ -

-28. Kab. Padang Lawas Utara √ -

-29. Kab. Labuhanbatu Selatan √ -

-30. Kab. Labuhanbatu Utara √ -

-31. Kab. Nias Utara - -

-32. Kab. Nias Barat - -

-33. Kota Gunung Sitoli - -

-Sumber:www.bps.go.id/sumut,www.djpk.depkeu.go.id, LHP BPK RI

Perwakilan Provsu dan Data dari Biro Keuangan Setdaprovsu (diolah)

4.4. Metode Pengumpulan Data


(57)

men-dapatkan informasi yang dibutuhkan yang kemudian dikumpulkan sebagai bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan bersifat kuantitatif. Data Sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Erlina, 2011). Alasan penggunaan data sekunder dengan pertimbangan bahwa data ini mempunyai validitas data yang dijamin oleh pihak pembuat (produsen) sehingga handal untuk digunakan dalam penelitian.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari realisasi APBD dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara tahun 2008 sampai dengan 2011. Data tersebut diperoleh dari catatan, buku-buku dan laporan historis yang bersumber arsip dari website resmi Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yaitu

www.djpkd.go.id, website Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

www.bps.go.id/sumut dan BPK perwakilan Sumatera Utara serta Biro Keuangan

Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara dan sumber-sumber lain yang berhubungan.

4.5. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel adalah sesuatu yang dapat membedakan atau mengubah nilai. Nilai dapat berbeda pada waktu yang berbeda untuk obyek atau orang yang sama, atau nilai dapat berbeda dalam waktu yang sama untuk orang atau obyek yang berbeda (Erlina, 2011). Variabel-variabel dalam penelitian ini harus dibuat pendefenisiannya dan satuan pengukurannya sehingga dalam operasionalnya


(58)

dapat memudahkan mencari hubungan antara satu variabel dengan yang lainnya dan memudahkan dalam menentukan besaran ukurannya.

Pertumbuhan ekonomi daerah adalah suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan perekonomian suatu daerah dalam satu periode bisa satu tahun, satu semester atau satu kwartal tertentu dibandingkan dengan periode sebelumnya yang dinyatakan dengan persentase. Dalam penelitian ini periode pertumbuhan ekonomi yang digunakan adalah satu tahun. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.

Belanja pegawai adalah total realisasi anggaran belanja pegawai yang bersumber dari APBD kelompok belanja langsung dan belanja tidak langsung. Realisasi belanja pegawai yang dimaksud adalah belanja kompensasi dalam bentuk gaji dan tunjangan serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada PNS yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Disamping itu uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah serta penghasilan dan penerimaan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dianggarkan dalam belanja tidak langsung komponen belanja pegawai. Satuan yang digunakan untuk realisasi belanja pegawai adalah rupiah dan skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.

Belanja Barang dan Jasa mencakup realisasi belanja barang pakai habis, belanja bahan/material, belanja jasa kantor, belanja premi asuransi, belanja perawatan kendaraan bermotor, belanja cetak dan penggandaan, belanja sewa, belanja makanan dan minuman, belanja pakaian, belanja perjalanan dinas, belanja


(59)

beasiswa pendidikan PNS, belanja kursus dan pelatihan PNS, belanja perjalanan pindah tugas PNS, belanja pemulangan PNS, belanja pemeliharaan dan belanja konsultansi. Satuan yang digunakan untuk realisasi belanja barang adalah rupiah dan skala pengukuran yang digunakan adalah rasio

Belanja Modal mencakup belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan, belanja jalan, irigasi dan jaringan, belanja aset tetap lainnya dan belanja aset lainnya yang digunakan untuk tujuan investasi dalam asset tetap. Satuan yang digunakan untuk realisasi belanja modal adalah rupiah dan skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.

Menurut BPS penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Satuan yang digunakan untuk jumlah penduduk adalah jiwa dan skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.

4.5.1 Klasifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independen dan dependen. Variabel independen adalah belanja pegawai (X1), belanja barang (X2),

belanja modal (X3) dan jumlah penduduk (X4), sedangkan variabel dependen

adalah pertumbuhan ekonomi daerah (Y).

4.5.2 Metode Pengukuran Variabel

Secara ringkas variabel-variabel yang dioperasikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(60)

Tabel: 4.2. Operasionalisasi Variabel

NamaVariabel Defenisi Variabel Parameter Skala

Variabel Independen Belanja

Pegawai (X1)

Total realiasasi anggaran belanja pegawai yang bersumber dari APBD kelompok belanja langsung dan belanja tidak langsung.

Realisasi anggaran belanja pegawai TA 2008–2011

Rasio

Belanja Barang (X2)

Total realisasi anggaran belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan

Realisasi anggaran

belanja barang TA 2008–2011

Rasio

Belanja Modal (X3)

Total realisasi anggaran belanja yang diinvestasikan kedalam asset tetap, belanja pemeliharaan yang dikapitali-sasi dan belanja asset tetap lainnya yang bersumber dari belanja langsung

Realisasi anggaran

belanja modal TA 2008 - 2011

Rasio

Jumlah Penduduk (X4)

Jumlah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Sumatera Utara selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap.

Jumlah

Penduduk dari tahun 2008 -2011 Rasio Variabel Dependen Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Y)

Ukuran kuantitatif yang menggambar-kan perkembangan perekonomian suatu daerah dalam satu tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang dinyatakan dengan persentase dan diproxy ke PDRB dalam satuan rupiah.

PDRB berdasarkan harga konstan 2000 dari tahun 2008–2011

Rasio

4.6. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini model analisis yang digunakan adalah regresi data panel dengan menggunakan perangkat lunak program Eviews dan Microsoft Excel 2007 sebagai alat bantu dalam mengolah data. Data dianalisis dengan menggunakan model panel data program Eviews 5.1. Eviews merupakan


(61)

program yang disajikan untuk analisis statistika dan ekonometrika. Eviews menyajikan perangkat analisis data, regresi dan peramalan.”

4.6.1 Metode Analisis Data Panel

Untuk menganalisis pengaruh belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di Kabupaten/Kota di Sumatera Utara maka digunakan model data panel. Di dalam ekonometrika, data panel adalah hasil gabungan dari data deret waktu (time series) dan data silang (cross section), maka modelnya dapat ditulis sebagai berikut:

Yit= + Xit+ it

Dimana:

i = 1, 2, …, N dan t = 1, 2, …, T N = banyaknya observasi

T = banyaknya waktu

N x T = banyaknya data panel.

Data deret waktu adalah data yang dihimpun dari beberapa periode. Dalam penelitian ini data yang dihimpun adalah dari tahun 2008 sampai dengan 2011. Data silang adalah data yang dihimpun dari satu periode atas beberapa objek atau individu yang dalam penelitian ini adalah 17 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Dengan data panel, jumlah observasi sebanyak 68 pengamatan yaitu 4 tahun amatan dikalikan 17 sampel Kabupaten/kota dan jumlah data panel menjadi lebih banyak yaitu 272 data yaitu jumlah observasi 68 dikali 4 variabel independen.


(62)

Karena merupakan hasil gabungan dari data deret waktu dan data silang maka panel data ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain (Gujarati, 2004) : 1. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak

dapat diatasi dalam datacross sectionmurni atau datatime seriesmurni. 2. Mampu mengontrol heterogenitas individu atau unitcross section.

3. Memberikan data yang informatif, mengurangi kolinearitas antar peubah serta meningkatkan derajat kebebasan sehingga data menjadi lebih efisien.

4. Data panel lebih baik digunakan untuk studi dynamics of adjusment karena terkait dengan observasi padacross sectionyang sama secara berulang.

5. Mampu menguji dan mengembangkan model perilaku yang lebih kompleks.

Estimasi model dengan menggunakan data panel dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu metode kuadrat terkecil (pooled least square), metode efek tetap (fixed effect), dan metode efek random (random effect).

4.6.1.1 Metode kuadrat terkecil (Pooled Least Square)

Metode kuadrat terkecil yaitu mengestimasi data panel dengan metode ordinary least square (OLS). Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dalam pengolahan data panel yaitu dengan menggabungkan seluruh data time series dan data silang. Dengan N sebagai jumlah unitcross section(individu) dan T adalah jumlah periode waktunya. Dengan mengansumsi komponen errordalam pengolahan kuadrat terkecil biasa, kita dapat melakukan proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross section. Bila kita berasumsi bahwa dan akan sama (konstan) untuk setiap data time series dan cross section, maka dan dapat diestimasi dengan menggunakan N x T pengamatan maka bentuk modelnya adalah:


(1)

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.999186 Mean dependent var 5447.578

Adjusted R-squared 0.998840 S.D. dependent var 8106.733 S.E. of regression 276.0962 Akaike info criterion 14.32766 Sum squared resid 3582769. Schwarz criterion 15.01310

Log likelihood -466.1405 F-statistic 2885.772


(2)

Hasil Estimiasi dengan Metode Efek Random

Dependent Variable: Y_PEKONOMI?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 08/14/13 Time: 21:42

Sample: 2008 2011 Included observations: 4 Cross-sections included: 17

Total pool (balanced) observations: 68

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -2689.590 374.2801 -7.186036 0.0000

X1_BPEGAWAI? 5.232652 0.564153 9.275239 0.0000

X2_BBARANG? 8.019218 1.865394 4.298940 0.0001

X3_BMODAL? 1.752405 1.006437 1.741196 0.0865

X4_JPENDUK? 0.008129 0.000378 21.49447 0.0000

Random Effects (Cross) _ASAHAN--C -810.3810 _DELISERDANG--C -3918.989 _KARO--C 448.4228 _LABUHANBATU--C -623.7116 _LANGKAT--C -3025.511 _MADINA--C -1560.022 _SIMALUNGUN--C -3043.844 _TAPSEL--C -141.7132 _TAPTENG--C -850.7854 _TOBASAMOSIR--C 958.0589 _BINJAI--C 426.2926 _MEDAN--C 9703.160 _PSIANTAR--C 337.8875 _SIBOLGA--C 1153.606 _TANJUNGBALAI--C 1219.645 _HUMBAHAS--C 477.0189 _SERGEI--C -749.1330 Effects Specification S.D. Rho

Cross-section random 1147.659 0.9453

Idiosyncratic random 276.0962 0.0547

Weighted Statistics


(3)

R-squared 0.894079 Mean dependent var 650.5815 Adjusted R-squared 0.887354 S.D. dependent var 1315.751 S.E. of regression 441.6025 Sum squared resid 12285806

F-statistic 132.9460 Durbin-Watson stat 0.763343

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.870793 Mean dependent var 5447.578


(4)

Hasil Estimasi dengan Model Efek Tetap

Dependent Variable: Y_PEKONOMI? Method: Pooled Least Squares Date: 08/14/13 Time: 21:41 Sample: 2008 2011

Included observations: 4 Cross-sections included: 17

Total pool (balanced) observations: 68

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1836.613 356.6635 -5.149429 0.0000

X1_BPEGAWAI? 5.268390 0.582650 9.042111 0.0000

X2_BBARANG? 6.590759 1.926509 3.421089 0.0013

X3_BMODAL? 1.653456 1.030755 1.604121 0.1154

X4_JPENDUK? 0.006962 0.000525 13.26216 0.0000

Fixed Effects (Cross)

_ASAHAN--C -739.3273 _DELISERDANG--C -2439.753 _KARO--C 99.89199 _LABUHANBATU--C -657.5770 _LANGKAT--C -2529.463 _MADINA--C -1791.784 _SIMALUNGUN--C -2826.713 _TAPSEL--C -591.1315 _TAPTENG--C -1239.498 _TOBASAMOSIR--C 414.7540 _BINJAI--C -18.42725 _MEDAN--C 12088.08 _PSIANTAR--C -132.5009 _SIBOLGA--C 528.9673 _TANJUNGBALAI--C 656.8049 _HUMBAHAS--C -77.97003 _SERGEI--C -744.3547 Effects Specification


(5)

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.999186 Mean dependent var 5447.578

Adjusted R-squared 0.998840 S.D. dependent var 8106.733 S.E. of regression 276.0962 Akaike info criterion 14.32766 Sum squared resid 3582769. Schwarz criterion 15.01310

Log likelihood -466.1405 F-statistic 2885.772


(6)

No. Uraian Kegiatan Januari Pebruari Maret April Kegiatan I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V

1 Penyusunan Proposal 2 Kolokium

3 Pengumpulan Data 4 Pengolahan Data 5 Penyusunan laporan 6 Seminar Hasil 7 Perbaikan 8 Ujian Tesis

No. Uraian Kegiatan Mei Juni Juli Agustus

Kegiatan I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V

1 Penyusunan Proposal 2 Kolokium

3 Pengumpulan Data 4 Pengolahan Data 5 Penyusunan laporan 6 Seminar Hasil 7 Perbaikan 8 Ujian Tesis