atau ketat. Selain berpola pikir deduktif, dalam matematika banyak sekali simbol yang digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan huruf, rangkaian
simbol-simbol matematika dapat membentuk suatu model matematika. Simbol kosong dari arti dapat dimanfaatkan oleh yang memerlukan matematika
sebagai alat menempatkan matematika sebagai simbol. Matematika juga memperhatikan semesta pembicaraan. Semesta
pembicaraan ini bermakna sama dengan universal set. Semesta pembicaraan dapat sempit dapat juga luas sesuai dengan keperluan. Selain mempunyai
banyak simbol, matematika juga terdapat banyak system. Ada sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi juga ada sistem yang dapat dipandang
terlepas satu sama lain. Konsisten juga berarti Anti-kontradiksi
.
4. Proses Belajar Mengajar Matematika
Proses belajar mengajar juga disebut dengan pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek,
yaitu: belajar tertuju pada apa yang harus dilakukan oleh siswa dan mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi
belajar.
15
Pembelajaran matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika sekolah, yaitu matematika yang diajarkan mulai
dari Pendidikan Dasar SD dan SLTP dan Pendidikan Menengah SLTA dan
15
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi… hal. 11
SMK. Matematika yang diajarkan di jenjang persekolahan ini disebut juga dengan Matematika Sekolah.
Sering juga dikatakan bahwa matematika sekolah adalah unsur-unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi
kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK. Hal tersebut menunjukkan bahwa matematika sekolah tidaklah sepenuhnya sama dengan
matematika sebagai ilmu.
16
Dikatakan tidak sepenuhnya sama karena matematika sekolah memiliki perbedaan dengan matematika sebagai ilmu
antara lain dalam hal penyajiannya, pola pikirnya, keterbatasan semestanya, tingkat keabstrakannya.
Pada pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki
dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek abstraksi. Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan contoh diharapkan siswa
mampu menangkap pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan abstraksi ini, siswa dilatih untuk membuat perkiraan, terkaan, atau kecenderungan
berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus generalisasi.
17
Sifat abstrak ini menyebabkan banyak orang mengalami kesulitan dalam matematika. Kreativitas yang perlu dibuat
dalam memahamkan bentuk matematika yang abstrak ini yaitu dengan
16
R. Soedjadi, Kiat Pendidikan... hal. 37
17
Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran… hal. 57
simulasi, yaitu matematika dihubungkan dengan peristiwa kehidupan sehari- hari. Pembelajaran matematika lebih mengena dengan penekanan pada
keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman sehari-hari. Permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu
pembelajaran matematika yang efektif. Pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual “dunia nyata”, sehingga memungkinkan mereka menggunakan
pengalaman sebelumnya secara langsung. Proses pencarian dari konsep yang sesuai dari situasi nyata dinyatakan sebagai matematisasi konseptual. Melalui
abstraksi dan formalisasi akan mengembangkan konsep yang lebih komplit. Kemudian dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke bidang baru
dari dunia nyata.
18
Konsep-konsep matematika dan pengalaman di atas perlu dijembatani dengan memperhatikan matematisasi pengalaman sehari-hari dan
penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, dalam pembelajaran matematika perlu disesuaikan dengan perkembangan
kognitif siswa, dimulai dari yang konkrit menuju abstrak. Sehingga pada akhirnya akan sangat membantu kelancaran proses pembelajaran matematika
sekolah.
B. Pendekatan Metakognitif dalam Pembelajaran Matematika