Essay Pengantar Ekonomi Astri

Menggalakkan Kebanggaan akan Produksi dalam Negeri sebagai Solusi
Utang Luar Negeri Indonesia
Astri Septiani
1418047

Latar Belakang
Tingkat penggunaan produksi dalam negeri dari suatu negara dapat menjadi indikator
pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal tersebut berpengaruh pada banyak hal, antara
lain, kuantitas ekspor dan impor. Kepercayaan dunia akan muncul bahwa negara tersebut bisa
menjadi ladang investasi serta menjadi jaminan solusi bagi utang luar negeri negara tersebut.
Saya akan mencoba menjelaskan bagaimana pengaruh dari penggunaan produksi dalam
negeri sebagai solusi bagi utang luar negeri Indonesia.
Penggunaan Produksi Dalam Negeri Sekarang Ini
Produksi dan konsumsi produk dalam negeri Indonesia saat ini sedang menuju taraf
peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari semakin berkualitasnya produksi dalam
negeri dengan penggunaan SNI (Standar Nasional Indonesia) sebagai standar mutu barang
dan juga standar mutu dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Kuantitas yang
banyak diiringi dengan kualitas yang semakin baik dengan standar mutu tersebut. Masyarakat
mulai menunjukan kepercayaannya pada barang-barang produksi dalam negeri, walaupun
masih terbatas pada jenis produk tertentu, seperti pada produk makanan dan pakaian. Unit
UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) mulai mengeluarkan taringnya sebagai wujud

perlawanan terhadap barang-barang impor. Perjanjian perdagangan bebas seperti MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2015 menjadi semangat baru bagi industri untuk semakin
memperbaiki mutu produknya dan memasarkan produknya seefektif mungkin.
Peningkatan produksi dan penggunaan dalam negeri dapat terlihat dan terkontrol sejak
pemerintah mengeluarkan Program P3DN (Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri).
Program ini bertujuan untuk mendorong masyarakat agar lebih menggunakan produk dalam
negeri dibandingkan produk luar negeri atau impor. Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2014
tentang Perindustrian serta Presiden RI dalam Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009
tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa telah
mengamanatkan untuk pelaksanaan program ini. Pemerintah menginstruksikan kepada
Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Jaksa Agung, Kepala Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Panglima TNI, Kapolri, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Negara dan Kepala

Daerah se-Indonesia, supaya dalam setiap pengadaan barang/jasa dapat memprioritaskan
penggunaan produk dalam negeri untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan ekonomi
nasional1.
Negara Indonesia sebetulnya kaya akan SDA (Sumber Daya Alam) dan SDM
(Sumber Daya Manusia) yang unggul dan berkualitas. Sehingga apabila hal ini dimanfaatkan
secara maksimal maka akan memberikan keuntungan dalam menjaga stabilas ekonomi
negara. Produksi dalam negeri akan maksimal tercapai apabila pemanfaatan SDA dan SDM

Indonesia dimaksimalkan pula. Namun sayangnya, terkadang kita mencari-cari alasan teknis
lain seperti kendala dana dan teknologi peralatan. Sebenarnya dari kendala dana kita dapat
memanfaat pinjaman dari bank pemerintah atau swasta dalam negeri. Kemudian dari kendala
teknologi peralatan kita dapat memanfaatkan teknologi-teknologi kreatif yang telah dibuat
oleh mahasiswa-mahasiswa yang berkompeten pada bidangnya.
Kebanggaan akan penggunaan produksi dalam negeri sudah mulai dikampanyekan
dan digalakkan. Pemerintah melakukannya melalui program P3DN serta masyarakat,
komunitas dan perusahaan melakukannya melalui berbagai gerakan, diantaranya yang sering
kita lihat dan dengar adalah Aku Cinta Indonesia.
ACI (Aku Cinta Indonesia ) adalah gerakan untuk menggugah rasa bangga terhadap
produk Indonesia. Aku Cinta Indonesia memiliki logo yang bertuliskan 100% Indonesia.
Makna dari logo tersebut merupakan siluet sedang merangkul, mengajak, membimbing,
membina dengan penuh kasih. Selain itu siluet ini juga dapat bermakna “love”, terlihat
sangat jelas mewakili ikon tersebut. Menggambarkan bahwa tidak hanya peduli namun betulbetul cinta dengan brand/produk lokal2. Logo yang merupakan penggabungan dari warna
putih, merah, biru dan kuning biasanya tertera pada bungkus makanan dan minuman, plastik
pakaian dan sebagainya. Logo tersebut menandakan bahwa produk itu merupakan produk
dalam negeri. Logo yang menarik juga menjadi faktor tersendiri dalam peningkatan
penggunaan produk dalam negeri yang sedang meningkat sekarang ini.
Penurunan Impor sebagai Bukti Bangga Menggunakan Produk Dalam Negeri
Bangga dalam menggunakan produk dalam negeri dapat terlihat pula dengan

berkurangnya total impor barang. Saat kita lebih menggunakan produk dalam negeri maka

1

Hartono, 2013, Penggunaan Produk Dalam Negeri Dapat Meningkatkan Pertumbuhan Industri,
diakses pada tanggal 24 November 2014

2

Kementrian Perdagangan, (tanpa tahun), Aku Cinta Indonesia, diakses pada
tanggal 30 November 2014

kita tidak perlu lagi membutuhkan barang impor. Mengimpor barang hanya diperlukan untuk
barang-barang yang belum dapat diproduksi didalam negeri.
Secara kumulatif nilai impor Januari-April 2014 mencapai US$59,49 miliar atau turun
4,23 persen jika dibanding periode yang sama tahun 2013. Kumulatif nilai impor terdiri dari
impor migas sebesar US$14,70 miliar (turun 2,94 persen) dan impor nonmigas sebesar
US$44,79 miliar (turun 4,64 persen).3
Kondisi Utang Luar Negeri Saat Ini
Posisi ULN (Utang Luar Negeri) Indonesia pada Juni 2014 ini telah mengalami

kenaikan menjadi 284,9 Miliar Dolar AS. Peningkatan ini mencapai 3,1 persen dibandingkan
posisi akhir triwulan I-2014. ULN sektor publik sebesar 131,7 Miliar Dolar AS dan ULN
sektor swasta sebesar 153,2 Miliar Dolar AS 4. Bank Indonesia (BI) sebagai pengatur regulasi
utang Indonesia seharusnya tetap memantau dan memperkuat kebijakan tentang pengelolaan
ULN, sehingga ULN dapat berguna secara optimal dan maksimal dalam membantu
pembiayaan pembangunan tanpa mengganggu stabilitas ekonomi.
DSR (Debt Service Ratio) adalah ukuran umum yang sering dipakai untuk
mempertimbangkan kemampuan suatu negara dalam menanggung beban pinjaman. Ukuran
ini menunjukkan beban pinjaman yang harus dibayar dibanding dengan ekspor yang bisa
dilakukan oleh suatu negara. Apabila peningkatan pinjaman luar negeri tidak diimbangi
dengan meningkatnya kemampuan ekspor maka DSR akan meningkat. Sebaliknya, apabila
peningkatan pinjaman luar negeri diimbangi dengan kemampuan meningkatkan besarnya
ekspor (konsekuensi dari tanggung jawab berutang) maka DSR akan menurun (Saleh : 2008).
Debt Service Ratio (DSR) Indonesia pada triwulan II-2014 naik menjadi sebesar
48,3% dibandingkan dengan triwulan I-2014 sebesar 46,4%. Kenaikan rasio ini dipengaruhi
oleh faktor musiman yaitu meningkatnya total pembayaran pokok dan bunga ULN pada
triwulan II-2014 dibandingkan dengan triwulan I-2014 ditengah penerimaan ekspor Indonesia
mengalami penurunan5.
Perbaikan ekspor Indonesia dapat dimulai dengan perbaikan mutu barang dan jasa
kita. Kita harus menyetarakannya dengan produk global sehingga dapat diterima pasar global.

Namun, tetap mengupayakan memegang prinsip dan ciri khas bangsa. Misalkan dari sektor
3

Badan Pusat Statistik, 2014, Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia April 2014,
diakses pada 30 November 2014, hal. 7

4

Bank Indonesia, 2014, Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia-Triwulan II,
diakses pada 25 Oktober 2014, hal. 14

5

Loc.cit

pakaian, kita dapat membuat pakaian internasional tapi dengan menggunakan bahan dan
motif tradisional, seperti batik dan tenun contohnya. Kemudian dari sektor mineral, kita
harus menaikan added value dengan tidak hanya mengekspor mineral mentah tapi juga
mengolahnya menjadi barang setengah jadi dan barang jadi.
Pengaruh Penggunaan Produksi Dalam Negeri Terhadap Utang Luar Negeri

"Naif sekali kalau kita tidak punya yang sama (mengutamakan beli produksi dalam
negeri). Tidak perlu malu, P3DN ini penting bagi kemajuan industri kita," ujar Staf Ahli
Menteri Perindustrian Ferry Yahya6. Kita tidak perlu malu untuk menggunakan produk dalam
negeri. Mungkin sekarang ini produk kita belum sebanding dengan produk dari luar negeri.
Namun, kita harus percaya dengan kepercayaan kita pada produk dalam negeri mampu
mendorong industri-industri dalam negeri untuk terus berkembang dan memperbaiki mutu
produk mereka. Sebaliknya, bila kita bersikap acuh pada produk dalam negeri, kita akan
semakin dan tidak akan henti dibanjiri produk luar negeri yang dapat menurunkan kredibilitas
Indonesia dimata asing. Penggunaan produk dalam negeri juga turut membantu Indonesia
dalam menyelesaikan masalah ULN. Dengan semakin baiknya produk dalam negeri maka
kita memiliki lebih banyak kesempatan untuk ekspor. Perbaikan dalam sektor ekspor adalah
salah satu cara untuk memperbaiki DSR kita. Sehingga ULN dapat dimanfaatkan secara
optimal. Penambahan ULN selanjutnya pun menjadi terasa tidak memberatkan negara tapi
justru kita mengambil manfaat lebih dari ULN tersebut. Karena penambahan ULN diiringi
dengan perbaikan sektor industri lain yang mempengaruhi stabilitas ekonomi, misalnya
sektor ekspor dan impor seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya.
Kesimpulan
Indikator bahwa negara mengalami kemajuan ekonomi dapat dihitung melalui utang
luar negeri negara tersebut. Ancamannya adalah apabila banyaknya pendapatan yang negara
peroleh semata-mata hanya digunakan untuk membayar utang luar negerinya.

Solusi akan utang luar negeri Indonesia dapat kita atasi dengan perbaikan sektor
impor dan ekspor Indonesia. Perbaikan sektor impor dan ekspor kita mulai dengan
menggalakkan kebanggaan akan produk dalam negeri. Saat bangsa sendiri telah bangga akan
produk bangsanya, banyak harapan negara lain juga akan puas dengan produknya. Namun
bila bangsanya sendiri tidak bangga dengan produk bangsanya, jangan harap bangsa lain akan
6

Rangga Pandu Asmara Jingga, 2014, Kemenperin Terus Pacu Peningkatan Produk Dalam Negeri,
diakses pada tanggal 24 November 2014.

melirik produknya. Bisa jadi, ide produk bangsa yang bagus itu dijiplak oleh bangsa lain.
Kemudian kita hanya bisa gigit jari dan berkoar-koar di dunia maya.
Rekomendasi
Negara Indonesia akan lunas dari utang luar negeri apabila ada kemauan dari
rakyatnya untuk berubah dan bergerak sinergi untuk mewujudkan negara Indonesia yang
mandiri dan bertekad mengakhiri utang luar negeri. Untuk mencapainya juga dibutuhkan
kesatuan gerak dari pemimpin eksekutif, legislatif dan yudikatif. Karena pemerintah adalah
teladan dan contoh bangsa saat ini.
Kita harus semakin bangga dalam menggunakan produk dalam negeri. Kurangilah
impor. Karena produk dalam negeri sekarang sudah semakin baik kualitasnya. Semakin

banyak permintaan akan produk dalam negeri akan membuat para industri dalam negeri
bekerja dan bersaing untuk menghasilkan produk yang unggul. Kebanggaan ini yang
akhirnya menyebabkan kita mengurangi impor barang dan juga mendapatkan bonus
tambahan. Bonus tambahannya ialah kita akan mampu ekspor barang dengan kualitas unggul.

REFERENSI
Anonim, 2010, Pengaruh Hutang Luar Negeri Terhadap Perekonomian Indonesia,
diakses pada tanggal 21 November 2014
Badan Pusat Statistik, 2014, Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia April 2014,
diakses pada 30 November 2014, hal. 7
Bank Indonesia, 2014, Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia-Triwulan
II, diakses pada 25 Oktober 2014, hal. 14
Hartono, 2013, Penggunaan Produk Dalam Negeri Dapat Meningkatkan Pertumbuhan
Industri, diakses pada tanggal 24 November 2014
Jingga, R. P. A, 2014, Kemenperin Terus Pacu Peningkatan Produk Dalam Negeri,
diakses pada tanggal 24 November 2014
Kementrian Perdagangan, (tanpa tahun), Aku Cinta Indonesia,
diakses pada tanggal 30 November 2014
Saleh, Samsubar, 2008, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri serta
Imbasnya

terhadap
APBN,
UNISIA
Vol.
XXXI
No.
70,

Zuraya, Nidia, 2014,
BI Segera Keluarkan Aturan Utang
diakses pada tanggal 25 Oktober 2014

Luar

Negeri,