Perencanaan Lanskap Jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok

PERENCANAAN LANSKAP
JALAN IR. H. JUANDA, KOTA DEPOK

Oleh :
Inke Resunda
A34201012

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

RINGKASAN
INKE RESUNDA. Perencanaan Lanskap Jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok
(di bawah bimbingan NIZAR NASRULLAH)
Jalan merupakan salah satu sarana transportasi darat yang diperlukan
untuk lalu lintas manusia, barang maupun jasa. Jalan sebagai penghubung antara
satu bagian wilayah dengan wilayah lainnya ternyata memberikan dampak negatif
terutama bagi lingkungan di sekitarnya, berupa pencemaran udara, kebisingan,
dan perubahan penggunaan lahan.
Kota Depok sebagai salah satu kota yang sedang berkembang

memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Kota dengan luasan
207,06 km2 terdiri dari 6 kecamatan meliputi kecamatan Pancoran Mas, Beji,
Sawangan, Cimanggis, Limo dan Sukmajaya. Salah satu permasalahan
transportasi di Kota Depok adalah kurangnya jalan alternatif, tingginya sirkulasi
komuter, kurangnya penataan sepanjang ruas jalan, serta kurang memadainya
lintasan jalan Barat-Timur. Sehingga sebagai salah satu solusi bagi pelayanan
transportasi di kota ini dibangunlah Jalan Ir. H. Juanda yang menghubungkan
wilayah Barat/Tengah dengan Timur tepatnya menghubungkan Jalan Margonda
Raya dengan Jalan Raya Bogor-Jakarta.
Studi mengenai perencanaan lanskap jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok
bertujuan untuk membuat suatu rencana lanskap jalan yang memberikan
kelancaran arus lalu lintas yang aman dan nyaman bagi pengguna jalan dan
masyarakat sekitar, menciptakan identitas bagi koridor jalan serta meningkatkan
kualitas lingkungan sekitarnya. Studi ini menggunakan tahapan perencanaan
mengikuti pendekatan sumber daya yang dikemukakan oleh Simonds (1983) yang
terdiri atas tahap commision, research, analysis, dan synthesis. Teknik survey
lapang, wawancara dan studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan yakni data aspek fisik/biofisik, sosial ekonomi, dan teknik. Keinginan
pengguna jalan diketahui melalui penyebaran kuisioner kepada 30 orang masingmasing 15 orang masyarakat dan 15 orang pegawai instansi terkait.
Lingkup perencanaan yaitu sepanjang 4 km, daerah milik jalan (damija)

yang direncanakan adalah 31 m (semula 21,8 m) atau luas + 18,7 Ha. Kondisi
topografi tapak yang relatif datar dan banyaknya lahan kosong di sekitar jalan
berpotensi untuk dikembangkan. Kawasan sekitar jalan yang telah cukup padat
dengan permukiman ditambah adanya rencana jalan tol yang terletak
berdampingan di sebelah utara jalan ini membuat penulis lebih banyak
mengalokasikan ruang hijau bagi buffer area untuk meredam kebisingan,
menyerap polusi serta meningkatkan kualitas lingkungan. Untuk membuat
rencana tapak yang detail maka kawasan dibagi ke dalam 3 segmen yaitu segmen
Barat, Tengah, dan Timur. Lanskap jalan Ir. H. Juanda direncanakan bagi
pengguna jalan dengan menciptakan suasana aman, nyaman, teduh, dan
menyenangkan melalui penanaman vegetasi, penempatan fasilitas jalan dan
lingkungan sekitar yang asri.
Pada jalan ini direncanakan ruang yang terdiri atas ruang sirkulasi (6
Ha/32,6%), ruang penyangga (6,7 Ha/36,4%), ruang pelayanan (4,2 Ha/22,8%),
dan ruang identitas (1,5 Ha/8,2%). Ruang sirkulasi adalah ruang bagi pergerakan
kendaraan bermotor berupa badan jalan dan ambang pengamannya. Ruang

penyangga/konservasi adalah ruang bagi vegetasi untuk menyangga kawasan
sekitar dari dampak aktivitas kendaraan, dan mempertahankan keberadaan situ.
Ruang ini berupa jalur hijau tepi jalan, area sekitar perairan dan buffer tol. Ruang

pelayanan merupakan ruang yang disediakan untuk mengakomodasi aktivitas
pengguna jalan dan masyarakat sekitar seperti berjalan kaki, bersepeda, parkir,
beristirahat dan aktivitas sosial ekonomi lainnya. Sedangkan ruang identitas
merupakan ruang yang diciptakan untuk memberikan kesan atau ciri khas yang
akan diingat oleh pengguna jalan terhadap koridor jalan. Identitas yang
direncanakan berupa tugu pada Simpang Margonda, gerbang kota pada Simpang
Cisalak, penataan vegetasi yang berbeda di setiap segmen jalan, view pada Situ
dan fasilitas jalan.
Pemilihan tanaman pada lanskap jalan disyaratkan yang dapat
memberikan perlindungan dari matahari, meredam kebisingan, menyerap polusi,
mencegah erosi, serta memiliki nilai estetika. Tanaman untuk lanskap jalan
memiliki kriteria yakni perakaran tidak merusak konstruksi jalan, tidak banyak
memerlukan pemeliharaan, mudah beradaptasi terhadap kondisi lingkungan, tidak
mudah terserang hama panyakit, mempunyai nilai estetika, daun tidak mudah
rontok, dan sebagainya. Tanaman disusun secara massal dan kontinyu di
sepanjang jalan dengan disain linier, menggunakan kombinasi pohon,
semak/perdu, pada tempat-tempat tertentu menggunakan tanaman khusus sebagai
penanda. Pada rencana ini dipilih tanaman jenis pohon yaitu mahoni (Swietenia
mahogony) untuk segmen Barat dan Timur, cempaka (Michelia campaca) untuk
segmen Tengah. Sebagai tanaman penanda dipilih jenis cemara (Casuarina

equisetifolia), pinus (Pinus merkusii), glodogan tiang (Polyalthea longifolia
pendula) dan Palm Raja (Roystonea regia). Sedangkan pada median dipilih jenis
semak/perdu yaitu oleander (Nerium oleander), bugenvil (Bougainvillea
spectabilis), dan soka (Ixora javanica).
Untuk hardscape berupa trotoar (lebar 1,8 m), jalur sepeda (lebar 2,2 m),
saluran drainase (lebar 1,45 m), rambu lalu lintas dan fasilitas jalan di sepanjang
jalan yaitu tempat duduk (40 buah), halte (20 buah), stop area berupa shelter (4
buah), tempat sampah (40 buah), lampu penerangan (PJU 80 buah dan lampu
pedestrian + 700 buah), dan papan reklame yang direncanakan menyatu dengan
bangunan.
Dengan dilakukannya pelebaran damija dari 21,8 m menjadi 31 m,
penataan tanaman dan penambahan fasilitas jalan diharapkan dapat memberikan
kelancaran berlalu lintas, kenyamanan, keamanan dan identitas bagi pengguna
jaln. Serta meningkatkan kualitas lingkungan sekitar melalui penataan tanaman,
buffer tol, dan konservasi perairan. Rencana lanskap ini diharapkan dapat menjadi
bahan masukan bagi pihak pelaksana dan pengembang pada kawasan jalan Ir. H.
Juanda. Selain itu pemeliharaan penting dilakukan demi keberlanjutan rencana
lanskap yang telah dibuat.

PERENCANAAN LANSKAP JALAN IR. H. JUANDA,

KOTA DEPOK

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian

Oleh :
Inke Resunda
A34201012

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

LEMBAR PENGESAHAN

Judul


: PERENCANAAN LANSKAP JALAN IR. H. JUANDA, KOTA
DEPOK

Nama
NRP

: Inke Resunda
: A34201012

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr
NIP 131 578 792

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. D r. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr
NIP 130 422 698


Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 30 Juli 1983 sebagai anak
dari pasangan Ir Eddy D. Kasik dan E. Kurniasih dengan nama Inke Resunda.
Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 15
Bengkulu (lulus tahun 1995), melanjutkan ke pendidikan tingkat menengah di
SMP Negeri 2 Bengkulu (lulus tahun 1998), dan SMU Negeri 5 Bengkulu (lulus
tahun 2001). Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama menjadi
mahasiswa, penulis menjadi anggota pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur
Lanskap (HIMASKAP) 2004/2005 dan menjadi asisten dosen untuk mata kuliah
Perancangan Lanskap (Program S1) dan Teknik Arsitekur Lanskap (Program D3)
tahun ajaran 2004/2005. Penulis juga pernah menjadi drafter dan surveyor taman
kantor serta desain dan pelaksanaan taman depan Kampus Diploma IPB.

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas kehendak-Nyalah
sehingga skripsi yang berjudul Perencanaan Lanskap Jalan Ir. H. Juanda,
Kota Depok dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih dipersembahkan kepada :
1. Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr selaku pembimbing skripsi atas arahan dan
bimbingannya dalam penyusunan skripsi,
2. Dr Ir Siti Nurisyah, MSLA sebagai pembimbing akademik selama kuliah
atas nasihatnya,
3. Dr Ir Andi Gunawan, Msc dan Dr Ir Aris Munandar, MS selaku dosen
penguji atas saran dan masukannya dalam perbaikan skripsi ini,
4. Keluargaku tercinta (Papa, Mama, Teteh, dan Dede) untuk doa dan kasih
sayang serta dukungannya selama ini,
5. Teman-teman Arsitektur Lanskap khususnya Angkatan 38 untuk
kebersamaannya selama ini,
6. Bapak Yana (Dinas Tata Kota Depok) atas kemudahan dalam pencarian
data,
7. Bapak Agus (Dinas PU Depok), Ibu Kania (DKLH Depok), Bapak
Tarigan (DLLAJ Depok), Bapak Uus Mustari (Bapeda Depok) atas
datanya,
8. Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi

namun tidak dapat disebutkan satu per satu.
Skripsi ini berisikan rencana lanskap Jalan Ir. H. Juanda Kota Depok yang
dibuat untuk memberikan kenyamanan, keamanan, dan identitas bagi para
pengguna jalan serta dapat meningkatkan kualitas lingkungan bagi masyarakat
sekitarnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

Bogor, November 2005

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.............................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... iv
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan........................................................................................................ 3
Manfaat...................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 5

Pengertian Jalan......................................................................................... 5
Lanskap Jalan ............................................................................................ 6
Perencanaan Lanskap ................................................................................ 7
Perencanaan Lanskap Jalan....................................................................... 9
Ruang Terbuka .......................................................................................... 9
Penanaman Jalur Hijau Jalan..................................................................... 11
Perlengkapan Jalan.................................................................................... 12
METODOLOGI ................................................................................................ 17
Tempat dan Waktu .................................................................................... 17
Metode Penelitian...................................................................................... 17
HASIL INVENTARISASI................................................................................ 23
Kondisi Umum .......................................................................................... 23
Lokasi Tapak, Aksesibilitas dan Jaringan Jalan................................ 23
Perekonomian dan Kependudukan.................................................... 24
Kebijakan Pengembangan Kota Depok............................................. 26
Rencana Tata Guna Lahan Kawasan................................................. 27
Aspek Fisik dan Biofisik ........................................................................... 27
Penggunaan Lahan dan Bangunan .................................................... 27
Jalur Pejalan Kaki.............................................................................. 32
Fasilitas Jalan .................................................................................... 32

Utilitas ............................................................................................... 34
Dimensi Jalan dan Volume Kendaraan ............................................. 34
Vegetasi dan Satwa ........................................................................... 37
Iklim .................................................................................................. 39
Geologi dan Tanah ............................................................................ 40
Topografi, Hidrologi dan Drainase ................................................... 41
Aspek Sosial.............................................................................................. 45
Pengguna Potensial ........................................................................... 45
Keinginan Masyarakat Pengguna ...................................................... 46
Aspek Teknik ............................................................................................ 47
Jaringan Jalan .................................................................................... 47
Pemeliharaan Lanskap Jalan ............................................................. 48
Peraturan Jalan .................................................................................. 49

ANALISIS POTENSI DAN PEMECAHAN MASALAH ............................. 51
Sejarah dan Konsep Pengembangan ......................................................... 51
Lokasi dan Orientasi Tapak....................................................................... 53
Struktur Kegiatan ...................................................................................... 54
Aspek Fisik dan Biofisik ........................................................................... 55
Iklim ................................................................................................. 56
Bentukan Lahan................................................................................. 58
Vegetasi Jalan.................................................................................... 60
Kualitas Udara dan Kebisingan......................................................... 62
Sarana dan Prasarana Jalan ............................................................... 65
Lingkungan Sekitar ........................................................................... 68
Aspek Sosial Ekonomi .............................................................................. 70
Penduduk ........................................................................................... 70
Karakter Pengguna ............................................................................ 71
Rencana Program Ruang ........................................................................... 75
PERENCANAAN LANSKAP .......................................................................... 81
Konsep Dasar ............................................................................................ 81
Konsep Pengembangan ............................................................................. 81
Konsep Ruang ................................................................................... 81
Konsep Sirkulasi ............................................................................... 85
Konsep Fasilitas Jalan ....................................................................... 87
Konsep Tata Hijau............................................................................. 87
Rencana Lanskap....................................................................................... 92
Rencana Ruang Sirkulasi .................................................................. 92
Rencana Ruang Pelayanan ................................................................ 92
Rencana Ruang Identitas ................................................................... 93
Rencana Tata Hijau ........................................................................... 93
Rencana Fasilitas Jalan...................................................................... 95
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 109
Kesimpulan.............................................................................................. 109
Saran ........................................................................................................ 110
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 111
LAMPIRAN ..................................................................................................... 113

DAFTAR TABEL

No.

Teks

Halaman

1.

Jenis, Cara Pengambilan dan Sumber Data............................................... 20

2.

Keadaan Penduduk di Daerah Studi.......................................................... 24

3.

Karakteristik Pembagian Segmen kawasan............................................... 29

4.

Jumlah dan Karakteristik Perlengkapan Jalan........................................... 33

5.

Dimensi Jalan Ir H Juanda, Kota Depok ................................................... 36

6.

Daftar Tanaman Pada Jalan Ir H Juanda ................................................... 37

7.

Hasil Pengukuran Suhu Lokasi Studi........................................................ 40

8.

Kemiringan Lereng Kota Depok ............................................................... 41

9.

Proporsi Pergerakan Transportasi di Kota Depok..................................... 52

10. Analisis Kegiatan di Setiap Segmen Kawasan.......................................... 55
11. Hasil Pengukuran Kualitas Udara di Lokasi Studi.................................... 62
12. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan di Lokasi Studi ............................ 63
13. Hasil Analisis Unsur Lanskap Jalan Ir H Juanda ...................................... 72
14. Matriks Hubungan Fungsi dan Ruang pada Bagian-bagian Jalan............. 76
15. Penilaian Alternatif Rencana Ruang ......................................................... 78
16. Komposisi Ruang, Aktivitas, Fasilitas dan Luasan................................... 79
17. Kriteria Tanaman Pada Bagian-bagian Jalan ............................................ 89
18. Vegetasi yang Dapat Digunakan pada Lanskap Jalan............................... 90
19. Rencana Penanaman Tata Hijau................................................................ 95
20. Jumlah dan Lokasi Tempat Duduk ............................................................ 96
21. Jumlah dan Lokasi Lampu Penerangan..................................................... 97
22. Rencana Penempatan Fasilitas Jalan......................................................... 101

DAFTAR GAMBAR

No.

Teks

Halaman

1.

Kerangka Berpikir Penyusunan Rencana Lanskap Jalan .......................... 4

2.

Peta Lokasi Studi....................................................................................... 18

3.

Bagan Tahapan Perencanaan Menurut Simonds (1983) ........................... 22

4.

Tapak Jalan Ir. H. Juanda, Kota Depok..................................................... 25

5.

Rencana Tata Guna Lahan Kawasan......................................................... 28

6.

Kondisi Eksisting Tapak ........................................................................... 30

7.

Area Hijau di Sekitar Tapak ...................................................................... 31

8.

Kondisi Trotoar ......................................................................................... 32

9.

Penggunaan Trotoar .................................................................................. 32

10. Kondisi Jalur Hijau pada Tapak ................................................................ 38
11. Kondisi Topografi Lokasi ......................................................................... 43
12. Peta Tanah................................................................................................. 44
13. Aktivitas Pejalan Kaki............................................................................... 45
14. Pipa Gas dan Larangannya ........................................................................ 47
15. Konstruksi Teknis Pelindung Pipa Gas ..................................................... 48
16. Kegiatan Pemeliharaan Lanskap ............................................................... 49
17. Kondisi Perairan pada Tapak .................................................................... 58
18. Kondisi Drainase Tapak ............................................................................ 60
19. Pengaturan Vegetasi Peredam Kebisingan dan Polusi Kendaraan............ 65
20. Sistem Pedestrian Walk ............................................................................ 67
21. Ilustrasi Penggunaan Lampu Penerangan dan Rambu Lalu Lintas........... 68
22. View Sekitar Tapak ................................................................................... 70
23. Analisis-Sintesis ........................................................................................ 74
24. Alternatif Ruang ........................................................................................ 80
25. Konsep Ruang Terpilih ............................................................................. 84
26. Konsep Sirkulasi ....................................................................................... 86
27. Ilustrasi Lampu Pedestrian........................................................................ 87
28. Ilustrasi Tempat Sampah, Bangku dan Halte ............................................ 87
29. Ilustrasi Penggunaan Vegetasi Sebagai Estetika pada Lanskap Jalan....... 88

30. Konsep Tata Hijau..................................................................................... 91
31. Lay bay ...................................................................................................... 97
32. Pedoman Pembuatan Tugu dan Gerbang Kota ......................................... 100
33. Rencana Lanskap Segmen Barat (Bagian 1) ............................................. 102
33a. Potongan Area Tugu .................................................................................. 102
33b. Potongan Simpang Margonda ................................................................... 102
34. Rencana Lanskap Segmen Barat (Bagian 2) ............................................. 103
34a. Potongan Jembatan Flyover ...................................................................... 103
35. Rencana Lanskap Segmen Tengah (Bagian 1).......................................... 104
35a. Potongan Rencana Ruang Pelayanan 1 ..................................................... 104
35b. Potongan Halte .......................................................................................... 104
36. Rencana Lanskap Segmen Tengah (Bagian 2).......................................... 105
36a. Rencana Parkir ........................................................................................... 105
36b. Rencana Pedestrian ................................................................................... 105
36c. Sketsa Stop Area ........................................................................................ 105
37. Rencana Lanskap Segmen Timur (Bagian 1)............................................ 106
37a. Potongan Rencana Ruang Pelayanan 2 ..................................................... 106
38. Rencana Lanskap Segmen Timur (Bagian 2)............................................ 107
38a. Potongan Simpang Cisalak........................................................................ 107
39. Sketsa Beberapa Fasilitas .......................................................................... 108

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Teks

Halaman

1.

Form Kuisioner ......................................................................................... 113

2.

Jumlah dan Karakteristik Bangunan Sekitar Tapak .................................. 115

3.

Volume Lalu Lintas Jalan Ir H Juanda, Depok ......................................... 116

4.

Sifat Fisik dan Kimia Tanah Lokasi Studi ................................................ 117

5.

Data Responden dan Rekap Hasil Kuisioner Pengguna Jalan .................. 118

6.

Daftar Tanaman dengan Nilai APTI (Air Pollution Tolerante Index) ...... 122

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu sarana transportasi yang sangat penting adalah jalan. Jalan
merupakan prasarana perhubunga n darat dalam bentuk apapun, meliputi bagian
jalan termasuk bangunan pelengkap dan kelengkapannya yang diperuntukkan
untuk lalu lintas. Jalan sebagai sarana penunjang perkembangan wilayah
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah kota.
Depok sebagai kota yang sedang berkembang, memiliki visi “Depok
sebagai Kota Pendidikan, Permukiman, Perdagangan dan Jasa yang Relegi”.
Gerak laju pertumbuhan Kota Depok menuntut lancarnya sarana transportasi yang
berimplikasi pada pembuatan dan penyediaan sarana jalan penghubung ke
berbagai wilayah Kota Depok. Permasalahan utama pada jaringan pergerakan di
Kota Depok adalah disebabkan oleh tingginya komuter karena sebagian besar
penduduk bekerja di DKI Jakarta, kurangnya penataan bangunan pada ruas jalan
lintas regional dan sepanjang jalan utama kota, pemanfaatan badan jalan untuk
perdagangan dan parkir yang menimbulkan kerawanan kemacetan, garis
sempadan bangunan yang belum teratur, terbatasnya jalan alternatif di poros
tengah kota menuju Jakarta, dan kurang memadainya lintasan jalan Barat-Timur.
Sebagai salah satu bentuk usaha pemerintah Kota Depok dalam mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan pembangunan jalan kolektor primer yang
menghubungkan jalur sirkulasi internal (ke dalam Kota Depok, ruas Margonda
Raya) dan sirkulasi ekternal (ke luar Kota Depok, ruas Cimanggis ) yaitu jalan Ir.
H. Juanda. Ruas jalan Ir. H. Juanda terdapat dalam wilayah pengembangan bagian
tengah dan timur Kota Depok.
Berdasarkan pertimbangan pola sebaran kegiatan dan fungsi, secara makro
konsep wilayah pengembangan Kota Depok terbagi 3 yaitu : wilayah Barat
dengan fungsi perdagangan/agribisnis dan pergudangan, wisata, permukiman
kepadatan rendah sampai sedang; wilayah Tengah dengan fungsi pusat
perdagangan dan jasa perkantoran, pergudangan, pendidikan, wisata, dan
permukiman kepadatan rendah sampai tinggi; dan wilayah Timur dengan fungsi
permukiman kepadatan rendah sampai tinggi, perdagangan dan jasa pergudangan,
perkantoran, wisata, dan industri yang ramah lingkungan (Dinas Tata Kota-Kota

Depok,

2003).

Untuk

itu

diperlukan

sistem

pergerakan

yang

dapat

menghubungkan wilayah-wilayah tersebut sehingga antar wilayah terjadi
integrasi.
Perencanaan lanskap jalan Ir. H. Juanda merupakan bagian dari
perencanaan Kota Depok. Kondisi jalan yang baru difungsikan dengan keadaan
sekitar yang masih kosong memerlukan suatu penataan lanskap jalan untuk
mencegah kesemrawutan pada wajah jalan seperti yang selama ini sering terjadi di
berbagai tempat. Dan juga memberikan identitas dan ciri pengenal Kota Depok
terutama bagi pemakai jalan. Berbagai upaya dilakukan dalam meningkatkan
kenyamanan, keselamatan, dan keamanan pengguna jalan akan terangkum dalam
sebuah perencanaan lanskap jalan.
Tanaman dan hardscape merupakan dua unsur yang dapat dimanfaatkan
dalam perencanaan lanskap jalan. Tanaman berfungsi sebagai kontrol visual,
pengarah angin, kontrol kelembaban dan hujan, kontrol kebisingan, kontrol erosi
penyaring polutan, habitat alami, dan estetika. Sedangkan hardscape yang biasa
digunakan adalah rambu-rambu lalu lintas, bak tanaman, saluran drainase,
penerangan jalan, dan aksesoris jalan berfungsi dalam memperlancar lalu lintas
dan memberi kemudahan serta informasi yang dibutuhkan penggguna jalan.
Dalam lanskap jalan harus diperhatikan lokasi, keadaan topografi, dan
karakter lanskap yang berada di sekitarnya. Sehingga perlu pemikiran yang
seksama dengan memperhatikan fungsi keamanan, kenyamanan, estetika dan
ekonomi baik bagi pemerintah kota, pengguna jalan maupun bagi masyarakat
sekitar jalan tersebut. Sebelum memulai studi diperlukan suatu kerangka berpikir
dalam menyusun suatu rencana lanskap Jalan Ir. H. Juanda Kota Depok sebagai
pedoman dalam memudahkan pelaksanaan studi, seperti terlihat pada Gambar 1.
Rencana lanskap didasarkan pada pertimbangan bahwa Jalan Ir. H. Juanda sebagai
penghubung antar wilayah kota sehingga dalam pembuatan rencana lanskapnya
sedapat mungkin menyatu dengan karakter Kota Depok secara umum.

Tujuan
Studi ini bertujuan untuk membuat rencana penataan lanskap Jalan Ir. H.
Juanda Kota Depok sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dalam
berlalu lintas, memberi keamanan dan kenyamanan baik bagi pengguna jalan
maupun masyarakat Kota Depok pada umumnya, serta memberikan identitas pada
lanskap jalan Ir. H. Juanda, Depok. Selain itu juga bertujuan agar dapat
memperbaiki kualitas lingkungan sekitarnya.
Produk akhir dari studi ini berupa rencana tapak yang meliputi rencana
ruang, aktivitas dan fasilitas yang dapat dikembangkan, rencana sirkulasi serta tata
hijau, yang mendukung keberadaan jalan sebagai sarana transportasi.

Manfaat
Hasil dari studi berupa perencanaan lanskap jalan yang diharapkan dapat
menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak perencana maupun
pengelola jalan Kota Depok, terutama dalam pengembangan perencanaan lanskap
kawasan jalan Ir. H. Juanda ke depannya.

Konsep Makro Pengembangan
Kota Depok
Wilayah
Barat

Fungsi jasa
perdagangan/agribisnis
dan pergudangan, wisata,
permukiman kepadatan
rendah-sedang

Wilayah
Tengah

Wilayah
Timur

Fungsi pusat perdagangan
dan jasa perkantoran,
pergudangan, pendidikan,
wisata, dan permukiman
kepadatan sedang-tinggi

Fungsi permukiman kepadatan
rendah-tinggi, perdagangan dan
jasa pergudangan, perkantoran,
wisata, dan industri yang ramah
lingkungan

Perlu sarana dan prasarana transportasi sebagai penghubung

Pembangunan jalan Ir. H. Juanda sebagai
penghubung wilayah tengah dan timur

Penataan lanskap kawasan jalan Ir. H. Juanda
sesuai potensi kawasan
Peraturan dan Kebijakan Pemerintah- - - Zonasi
ruang

Sistem Sirkulasi

Tata Hijau

Hardscape

Rencana lanskap Jalan Ir. H.
Juanda Kota Depok

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penyusunan Rencana Lanskap Jalan Ir. H. Juanda,
Kota Depok

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Jalan
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2004 tentang
jalan bahwa jalan adalah suatu prasarana transportasi darat yang meliputi segala
bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas. Menurut Simonds (1983), jalan merupakan suatu
kesatuan yang harus lengkap, aman, efisien, menarik, memiliki sirkulasi, dan
interaksi yang baik serta mampu memberikan pengalaman yang menarik
pengguna jalan.
Pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2004 Bab III
Bagian Kedua pasal 8 mengenai pengelompokan jalan menurut peranannya yaitu:
1. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, ditempuh dengan kecepatan rata-rata
tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
2. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang melayani angkutan
pengumpulan atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, ditempuh dengan kecepatan rata-rata
rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan, adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan dengan kecepatan ratarata rendah.
Lebih lanjut dalam pasal 11 dijelaskan bahwa bagian-bagian jalan meliputi
ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan. Sedangkan
menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 26 Tahun 1985 bagianbagian jalan yaitu :
1. Daerah Manfaat Jalan (Damaja), merupakan ruang sepanjang jalan yang
dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman ruang bebas tertentu yang
ditetapkan oleh pembina jalan, yang diperuntukkan bagi :

a. Badan jalan yaitu jalur lalu lintas dengan atau tanpa median jalan.
bagian ini hanya diperuntukkan bagi arus lalu lintas dan pengamanan
terhadap konstruksi jalan.
b. Ambang pengaman yaitu bagian yang terletak paling luar dari damaja
hanya untuk mengamankan konstruksi jalan.
c. Saluran tepi jalan yaitu bagian yang hanya diperuntukkan bagi
penampungan dan penyaluran air, agar badan jalan bebas dari
pengaruh genangan air.
d. Bangunan utilitas yang mempunyai sifat pelayanan wilayah pada
sistem jaringan jalan yang harus ditempatkan di luar Damija, seperti
trotoar, lereng, timbunan dan galian, gorong-gorong, dan lain
sebagainya.
2. Daerah Milik Jalan (Damija), merupakan ruang sepanjang jalan yang
dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang diperuntukkan bagi Damaja
dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari,
serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan.
3. Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja), merupakan ruang sepanjang jalan di
luar Damija yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang
diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan untuk pengamanan
konstruksi jalan.
Lanskap Jalan
Lanskap adalah ruang di sekeliling manusia mencakup segala hal yang
dapat dilihat dan dirasakan. Untuk mempelajarinya tidak terlepas dari pemahaman
interaksi antara lanskap fisik dan sosialnya, yang keduanya tidak dapat dipisahkan
(Eckbo, 1964). Simonds (1983) menyatakan bahwa dalam lanskap kehidupan
manusia tersusun atas jalan dan tempat, dimana jalan berfungsi sebagai jalur
sirkulasi kendaraan, manusia serta sebagai pusat aktivitas manusia.
Lanskap jalan harus bermanfaat dan secara kualitas menyenangkan bagi
pengguna jalan, jika memiliki keharmonisan dan kesatuan dengan topografi dan
mampu memenuhi seluruh kebutuhan fungsi secara fisik dan visual. Lebih lanj ut
Simonds (1983) menjelaskan bahwa konsep dasar lanskap jalan adalah

memberikan keamanan, kenyamanan, identitas dan keselamatan bagi pengguna
jalan dan dapat mengeliminasi pengaruh negatif dari aktivitas jalan terhadap
masyarakat sekitarnya.
Yang dimaksud dengan lanskap jalan adalah wajah dari karakter lahan
atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang berupa elemen
lanskap alamiah seperti bentukan topografi lahan yang mempunyai panorama
yang indah maupun yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang
disesuaikan dengan kondisi lahannya. Lanskap jalan ini mempunyai ciri-ciri khas
karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan
terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan
lingkungan jalan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan
(Departemen Pekerjaan Umum, 1996).
Jalan yang berfungsi baik sebagai jalur sirkulasi kendaraan maupun
manusia harus dapat digunakan secara aman dengan akses yang menyenangkan.
Begitu pula jalur pejalan kaki dengan ruang terbuka hijau yang tertata sesuai
dengan bangunan yang ada, dapat dilengkapi dengan sarana-sarana yang
menyenangkan sehingga dapat memberikan kenyamanan (Simonds, 1983).

Perencanaan Lanskap
Menurut Simonds (1983) sebuah prinsip yang biasa digunakan dalam
merencanakan suatu lanskap adalah dengan mengeliminasi elemen-elemen yang
buruk dan menonjolkan elemen-elemen yang baik. Dalam lanskap, karakter tapak
yang menarik harus diciptakan atau dipertahankan sehingga semua elemen yang
banyak variasinya ini menjadi kesatuan yang harmonis. Perencanaan yang
berkaitan dengan wilayah perkotaan harus diupayakan berwawasan lingkungan
dan dapat mendukung mobilitas kehidupan kota.
Nurisjah (2004) menyatakan bahwa perencanaan lanskap adalah salah satu
bentuk utama kegiatan arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap ini merupakan
suatu bentuk kegiatan penataan yang berbasis lahan (land based planning) melalui
kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses pengambilan
keputusan jangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang
alam yang fungsional, estetik, dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan

dan

keinginan

manusia

dalam

upaya

meningkatkan

kenyamanan

dan

kesejahteraannya.
Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995) menge mukakan bahwa
perencanaan dalam arsitektur lanskap merupakan suatu tindakan menata dan
menyatukan berbagai penggunaan lahan berdasarkan pengetahuan teknis lahan
dan kualitas estetiknya guna mendukung fungsi yang akan dikembangkan di lahan
tersebut. Proses perencanaan yang baik harus merupakan suatu proses yang
dinamis, saling terkait, dan saling menunjang. Pada tahap perencanaan selalu
terdapat kemungkinan adanya perubahan yang diakibatkan oleh penyesuaian
kepentingan dan beberapa hal yang tidak dapat dihindari. Namun sejauh tetap
menunjang tujuan yang direncanakan, perubahan-perubahan tersebut dapat
ditoleransi dan diakomodasi.
Dalam studi ini digunakan tahapan perencanaan dengan pendekatan yang
dikemukakan oleh Simonds (1983) yang terdiri atas tahap commission, research,
analysis, synthesis, construction, dan operation. Pada studi ini dibatasi hingga
tahap synthesis saja. Tahap commission merupakan pertemuan antara pelaksana
dengan klien (Pemerintah Kota Depok), sebagai tahap awal dalam memulai studi
dengan mengetahui gambaran pengembangan dan keinginan klien. Pada tahap
research adalah tahap pengumpulan data yaitu data primer berupa data sumber
daya alam dan fisik tapak yang diperoleh dari survei tapak, wawancara dan
penyebaran kuisioner kepada 30 orang responden dari instansi- instansi terkait dan
masyarakat sekitar, maupun data sekunder berupa hasil studi pustaka. Selanjutnya
pada tahap analysis, dilakukan analisis tapak untuk melihat potensi sumber daya
pada tapak dan kemungkinan pengembangan tapak dengan mengkaji peraturan
dan kebijakan pemerintah ke dalam program pengembangan ruang. Lebih lanjut
dalam tahap synthesis dilakukan studi skematik untuk mendapatkan alternatif
program pengembangan ruang, dimana kemudian program yang terpilih
dikembangkan menjadi rencana pengembangan lanskap awal dalam bentuk plan
concept dan rencana anggaran biaya.

Perencanaan Lanskap Jalan
Setiap jalur jalan merupakan hasil disain yang unik dan akan memiliki
karakter serta fungsi tersendiri (Simonds, 1978). Lebih lanjut Simonds (1983)
menyatakan bahwa prinsip yang biasa digunakan dalam merencanakan suatu
lanskap

adalah

dengan

mengeliminasi

elemen-elemen

yang

buruk

dan

menonjolkan elemen-elemen yang baik. Karakter tapak yang menarik harus
diciptakan atau dipertahankan sehingga menjadi satu kesatuan yang harmonis.
Perencanaan lanskap jalan yang baik adalah bervariasi dalam bentuk, ukuran,
tekstur, dan warna, serta mempertimbangkan panorama (view) disekitarnya
melalui pembingkaian pemandangan yang baik dan penutupan pemandanga n yang
buruk. Pemandangan yang bebas ke arah gunung,persawahan, padang rumput,
atau bentukan lain yang menyenangkan manusia yang melihatnya merupakan
salah satu potensi yang dapat direkayasa sedemikian rupa sehingga mudah dilihat.
Pergerakan kendaraan harus dapat dilakukan secara aman dengan akses
yang menyenangkan. Demikian pula dengan jalur pejalan kaki dan ruang terbuka
hijau

(RTH)

yang

ditata

sesuai

dengan

bangunan

yang

ada

beserta

kelengkapannya sehingga mampu memberikan kenyamanan bagi kehidupan kota.
Menurut Simonds (1978), perencanaan jalan harus mempertimbangkan :
a) Jarak pandang yaitu jarak pandang horizontal dan vertikal yang cukup
untuk waktu observasi minimal 10 detik pada kecepatan jalan yang
diijinkan.
b) Pembukaan rangkaian pemandangan atau view, penampakan tapak dan
bangunan.
c) Kemampuan jalan dalam semua kondisi cuaca serta keamanannya.
d) Pengenalan topografi, sudut cahaya matahari dan badai.
e) Panjang minimal serta gangguan lanskap minimal.
f) Pengalaman mengemudi yang menyenangkan.
Ruang Terbuka
Ruang terbuka dianggap sebagai karakteristik dari arsitektur jika mereka
dikelilingi atau ditutupi sepenuhnya atau sebagian oleh sebuah struktur atau
elemen dari struktur (Simonds, 1983). Ruang terbuka adalah salah satu jenis ruang

yang pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas
tertentu baik secara individu maupun kelompok yang bertempat di luar bangunan.
Berdasarkan jenis aktivitasnya maka ruang terbuka dapat dibedakan menjadi
ruang terbuka aktif dan ruang terbuka pasif. Ruang terbuka aktif artinya kegiatan
manusia di ruang tersebut besar dan luas, misalnya lapangan olah raga, jalur
pejalan kaki dan taman kota. Sedangkan ruang terbuka pasif adalah merupakan
kebalikan dari ruang terbuka aktif yakni ruang terbuka yang di dalamnya kegiatan
manusianya relatif kecil atau terbatas misalnya taman kecil dan jalur hijau tepi
jalan, pekuburan, dan sejenisnya.
Ruang terbuka (open space) adalah segala jenis lahan atau tanah yang
tidak ada bangunan diatasnya; sedangkan istilah ruang terbuka hijau (green open
space/ green covered area) adalah lahan tidak terbangun yang tertutup oleh
tumbuh-tumbuhan. Selanjutnya, wujud ruang terbuka hijau atau ruang terbuka
tidak hijau bisa berupa halaman, lapangan, atau taman kota. Ruang

terbuka

dibutuhkan untuk memberi keseimbangan pada area yang telah padat oleh
bangunan, untuk bergerak dan berekspresi dengan bebas setelah jenuh bekerja.
Ruang terbuka hijau sendiri menurut Carpenter, et al. (1975) bermanfaat
sebagai pelembut suasana keras dari struktur fisik, menolo ng manusia mengatasi
tekanan-tekanan dari kebisingan, udara panas dan polusi di sekitarnya serta
sebagai pembentuk kesatuan ruang. Menurut Simonds (1983), ruang terbuka
berhubungan langsung dengan penggunaan struktur sehingga dapat mendukung
fungsi struktur tersebut. Sedangkan fungsi ruang terbuka menurut Hakim (1991)
adalah sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat lain,
pembatas atau pemberi jarak antara massa bangunan dan pelembut arsitektur
bangunan.
Bentuk bangunan mempunyai hubungan dengan lanskap alami dan buatan,
tidak hanya berhubungan dengan strukturnya saja tetapi juga susunan dan karakter
lanskap yang mempengaruhinya (Simonds, 1983). Menurut Laurie (1986), bentuk
keseluruhan ruang terbuka dapat dipertegas dengan menggunakan bahan-bahan
alami, bentuk lahan dan tumbuhan, tetapi juga dapat dibentuk dengan cara
mengakomodasikan antara struktur-struktur buatan manusia dan bahan-bahan

alami. Seperti yang dikemukakan oleh Lynch (1981), bahwa ruang terbuka tidak
selalu alami tetapi dapat juga menggunakan struktur buatan manusia.
Penanaman Jalur Hijau Jalan
Tanaman dalam lanskap merupakan salah satu elemen utama yang
memiliki fungsi tertentu dalam lanskap jalan, baik secara individu maupun
kelompok dalam penanamannya serta dapat memberi kesan yang berbeda-beda.
Tanaman dalam lanskap dapat berfungsi mengurangi dampak negatif dari kegiatan
lalu lintas misalnya mengurangi polusi, mengurangi silau serta menjadi unsur
pemersatu dan pelembut dari bangunan dan perkerasan. Tanaman, perlengkapan
jalan, serta bangunan utilitas pada sistem jaringan jalan diletakkan sesuai dengan
ketentuan masing- masing.
Carpenter, et al. (1975) membagi penggunaan tanaman pada lanskap jalan
dalam beberapa fungsi yaitu : (1) mengontrol pemandangan, (2) mengontrol fisik,
(3) mengontrol iklim, (4) memberikan kenyamanan, dan (5) pengendali erosi.
Dalam penataan tanaman dapat disesuaikan dengan posisinya di tepi jalan atau di
persimpangan sesuai dengan ketentuan sehingga fungsinya dapat dirasakan oleh
pemakai jalan.
Kehadiran vegetasi dengan penanaman pohon pada jalan bertujuan untuk
menciptakan efek ruang bagi pengguna jalan (Arnold, 1980). Dengan adanya efek
ruang, dapat memisahkan aktivitas yang berlangsung pada jalan tersebut. Menurut
Lynch (1981), tujuan dari jalur pena naman jalan adalah untuk memisahkan
pejalan kaki dari jalan raya dengan alasan keselamatan dan kenyamanan,
memberikan ruang bagi utilitas dan pelengkap jalan, baik yang terletak di atas
maupun yang terletak di bawah permukaan tanah. Menurut Arnold (1980) jenisjenis pohon yang dipakai untuk penanaman di jalan sebaiknya dipilih yang tidak
membutuhkan perawatan yang intensif dan pemeliharaan minimum, mampu
beradaptasi dengan lingkungan, tahan terhadap tekanan lingkungan dan serangan
hama penyakit.
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1996), peletakan jalur tanaman
disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan yaitu sebagai berikut :

1. Pada jalur tanaman tepi. Sebaiknya diletakkan di tepi jalur lalu lintas, yaitu
diantara jalur lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki (trotoar). Penentuan
jenis tanaman harus memenuhi kriteria teknik peletakkan tanaman dan
disesuaikan dengan lebar jalur tanaman.
2. Pada jalur tengah (median). Lebar jalur median yang dapat ditanami
minimal 0,80 meter, sedangkan lebar ideal adalah 4,00-6,00 meter.
Pemilihan jenis tanaman perlu memperhatikan tempat peletakannya
terutama pada daerah persimpangan dan daerah bukaan.
3. Pada daerah tikungan. Ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan
dalam hal menempatkan dan memilih jenis tanaman, antara lain jarak
pandang henti, panjang tikungan, dan ruang bebas samping di tikungan.
Tanaman rendah (semak/perdu) yang berdaun padat dan berwarna terang
dengan ketinggian maksimal 0.80 meter sangat disarankan ditempatkan
pada ujung tikungan.
4. Pada daerah persimpangan. Pada daerah ini pemilihan jenis tanaman dan
perletakkannya harus memperhatikan bentuk persimpangan. Selain itu
perlu memperhatikan adanya daerah bebas pandang yang harus terbuka
agar tidak mengurangi jarak pandang pengemudi.
Lebih lanjut Departemen Pekerjaan Umum (1996), menyatakan bahwa
perlu memperhatikan ketentuan geometrik jalan dan fungsi tanaman dalam hal
peletakkan tanaman. Menurut bentuknya, tanaman dapat dibedakan menjadi
tanaman pohon, semak/perdu, dan tanaman penutup permukaan tanah. Sebagai
contoh, pemilihan bentuk tajuk dan ketinggian pohon yang disesuaikan dengan
fungsi dan penempatannya misal, tanaman jenis pohon dengan tajuk melebar dan
berdaun padat dan berfungsi sebagai peneduh terutama bagi pejalan kaki. Oleh
karena itu penempatannya diletakkan pada jalur tepi kanan/kiri jalan.

Perlengkapan Jalan/Street Furniture
Harris and Dines (1988) mengartikan perlengkapan jalan secara kolektif
sebagai elemen-elemen yang ditempatkan dalam suatu lanskap jalan atau
streetscape untuk kenyamanan, kesenangan, informasi, kontrol sirkulasi dan
perlindungan bagi pengguna jalan. Elemen-elemen ini harus merefleksikan

karakter lingkungan setempat dan menyatu dengan sekitarnya. Kriteria elemen
yang digunakan meliputi bahan yang mudah didapat, kuat terhadap cuaca, mudah
dalam perawatan dan konstruksi yang mudah dalam pembuatan, mudah dalam
perbaikan, kuat dan aman bagi pemakai maupun lingkungan sekitarnya.
Sarana pelengkap jalan ini diperlukan untuk pemenuhan fungsi keamanan
dan kenyamanan, fungsi pelengkap dan fungsi estetis, yang ketiganya saling
berkaitan. Elemen yang dimaksud untuk fungsi keamanan dan kenyamanan adalah
saluran drainase, lampu, halte bis, rambu lalu lintas, jalur penyeberangan, tanaman
jalan, gardu polisi, fire hydrant, termasuk jalur pejalan kaki. Untuk fungsi
pelengkap antara lain telepon, kotak surat, tempat sampah, tempat duduk, wadah
tanaman, papan reklame, dan sebagainya. Sedangkan untuk fungsi estetis dapat
diperoleh dari jenis elemen yang digunakan, baik dari segi bentuk, tekstur maup un
warnanya.
Menurut UU No. 38 Tahun 2004, ketentuan mengenai perlengkapan jalan
adalah untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas serta
untuk mencapai hasil dan daya guna dalam pemanfaatan jalan untuk lalu lintas
serta kemudahan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Dalam peletakkan elemenelemen pelengkap jalan ini harus disesuaikan dengan fungsi dan kebutuhannya,
yaitu :
1. Alat pengatur lalu lintas seperti :
a. Rambu lalu lintas, yaitu alat dalam bentuk tertentu yang memuat
lambang berupa huruf, angka, kalimat, atau perpaduan diantaranya
yang digunakan untuk memberikan peringatan, larangan, perintah, dan
petunjuk bagi pengguna jalan. Rambu jalan dapat diletakkan pada
median dan bahu jalan/tepi jalan. Berdasarkan ketentuan dalam
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 61/1993, bahwa tinggi
rambu yang diijinkan antara 1,75-2,65 meter. Khusus untuk rambu
peringatan harus dipasang dalam jarak minimal 50 meter sebelum
memasuki bagian jalan yang ditandai.
b. Marka jalan, yaitu suatu tanda di atas permukaan jalan yang meliputi
peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, melintang,

serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan lalu
lintas daerah kepentingan lain, contohnya zebra cross.
2. Lampu Jalan,
Yang dimaksud dengan lampu jalan yaitu lampu lalu lintas dan
penerangan jalan. Lampu lalu lintas dapat ditemukan pada setiap
persimpangan jalan, sedangkan lampu penerangan jalan umumnya berada di
median jalan. Jenis lampu yang digunakan termasuk golongan HPS (High
Pressure Sodium) dengan ketinggian antara 6-15,2 meter, dipasang dengan
jarak antar lampu 35-45 meter. Sedangkan untuk jalur pejalan kaki menurut
Harris and Dines (1988), penerangan yang baik untuk pejalan kaki adalah
penerangan yang tidak menyilaukan mata serta mampu menerangi secara
jelas. Tinggi lampu yang umum digunakan adalah 3-5 meter. Jarak peletakkan
yang baik adalah apabila dapat memberikan pola cahaya bertumpuk atau
overlap pada ketinggian 2 meter.
3. Halte
Harris and Dines (1988) mengemukakan persyaratan untuk halte bis
adalah memiliki kebebasan pandangan ke segala arah kedatangan kendaraan
baik dalam posisi duduk maupun berdiri di halte, dan zona perhentian bis haru
merupakan bagian dari jalur akses pejalan kaki.
Dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 61 tahun 1993,
disebutkan bahwa fasilitas halte harus dibangun sedekat mungkin dengan
fasilitas penyeberangan pejalan kaki. Halte dapat ditempatkan di atas trotoar
atau bahu jalan dengan jarak bagian paling depan dari halte minimal 1 meter
dari tepi jalur lalu lintas. Persyaratan struktur bangunan

memiliki lebar

minimal 2 meter, panjang 4 meter dan terdapat atap dengan bagian paling
bawah atap minimal 2,5 meter dari lantai