Dampak Program Prima Tani Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Pada Agroekosistem Lahan Sawah Berbasis Padi:

2'.
DAMPAK PROGRAM PRIMA TAN1 TERHADAP EKONOMI
RUMAHTANGGA PETANI PADA AGROEKOSISTEM
LAHAN SAWAH BERBASIS PAD1

Oleh :
DAHYA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTAMAN BOGOR
2009

SURAT PERNYATAm

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya segala pernyataan dalam tesis saya
yang berjudul:

DAMPAK PROGRAM PRIMA TAN1 TERHADAP EKONOMI
RUMAHTANGGA PETANI PADA AGROEKOSISTEM LAHAN
SAWAH BERBASIS PAD1
Merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri dengan pembimbingan

Komisi pembimbing, kecuali yang jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum
pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di Perguruan
Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara
jelas dan diperiksa kebenarannya

Bogor, Maret 2009

Dahya
NRP. H351060181

ABSTRACT
DAHYA. Impact of Prima Tani Program on Farmer's Household Economy at
Rice-based Irrigated Lowland Agro-Ecosystem (HARIANTO as Chairman and
BAMBANG IRAWAN as Member of the Committee ).
The objectives of the research were: (1) to analyze income contribution,
working time allocation, and pattern of household expenditures of members and
non-members of Prima Tani at rice-based irrigated lowland ago-ecosystem, and
(2) to identify influencing factors on production, working time allocation and
household expenditures of members and non-members of Prima Tani at rice-based
irrigated lowland agro-ecosystem. The first objective was gained by applying

descriptive analysis, while the second objective applied an econometric model of
simultaneous equations using Two Stage Least Squares (2SLS) estimation
method. Data of the research comprise of primary data from 60 household unit
samples and the s e c o n d q data derived from related institutions.
The results of the analysis showed that Prima Tani cooperative farmer's
income, working time allocation and household expenditure were higher as
compared to that of non-cooperative farmer's. Significantly influencing variables
on production of rice, dry land plants and livestock both of Prima Tani cooperator
farmers and non-cooperator farmers were magnitude of seed used, urea fertilizer,
area of the dry land, KC1 fertilizer used for the dry land, allocated time for
livestock farming, number of livestock breed and amount of feed used.
Nevertheless, all of the endogenous variables does not responsive to their
explanatory variables. Time allocated on rice farming, dry land farming and
livestock farming was significantly influenced by number of labor force within the
household, time allocated to non-farming work, the area of the dry land and
number of livestock breed, while non-farining time allocation was significantly
influenced by non-farming income, time allocated to rice farming, and number of
labor force within the household. However, all of the endogenous variables was
not responsive to its explanatory variables, except time allocated to livestock
farming on its number of livestock breed. The use of rice seeds was significantly

influenced by rice farming revenue, rice planted area and price of the seeds. The
amount of urea fertilizer and SP-36 fertilizer used was significantly influenced by
rice farming revenue, urea fertilizer price, rice planted area and price of SP-36 1
fertilizer. Novertheless, only KC1 fertilizer used, which was responsive to rice
farming revenue change. The amount of pesticide used was significantly
influenced by rice planted area, pesticide price and rice price. However, the
amount of pesticide used only responded to rice price of non-cooperator farmers.
The hired labor used was significantly influenced by rice planted area and number
of labor force within the household. The used of hired labor is responsive to rice
planted area. Food and non-food consumption was significantly influenced by
total household income and the family size. Novertheless, the endogenous
variable was responsive to its all explanatory variables.
Key words: Itnpact of Prima Tani program, household economy, irrigated
lowland agro-ecosysfem

RINGKASAN
DAHYA. Dampak Program Prima Tani terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani
pada Agroekosistem Lahan Sawah Berbasis Padi (HARIANTO sebagai ketua, dan
BAMBANG IRAWAN sebagai anggota komisi pembimbing).
Prima Tani di Sulawesi Tenggara pada agroekosistem lahan sawah berbasis

padi dilaksanakan sejak tahun 2006. Untuk mengetahui dampak program Prima
Tani terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani, maka penelitian ini
bertujuan menganalisis: (1) kontribusi pendapatan, alokasi waktu kerja dan pola
pengeluaran rumahtangga petani peserta dau non-peserta Prima Tani pada
agroekosistem lahan sawah berbasis padi, dan (2) faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi, alokasi waktu kerja dan pengeluaran rumahtangga petani
peserta dan non-peserta Prima Tani pada agroekosistem lahan sawah herbasis
padi. Tujuan pertama menggunakan analisis deskriptif, sedangkan tujuan kedua
menggunakan model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan, dan diduga
dengan metode Two Stage Least Squares (2SLS). Data yang digunakan adalah
data primer yang di~erolehdari rumahtangga contoh sebanyak 60 unit dan data
sekunder dari instansi terkait.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan, alokasi waktu kerja dan
pengeluaran petani peserta lebih besar dibandingkan dengan petani non-peserta
Prima Tani. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi padi, kebun dan
temak petani peserta dan non-peserta Prima Tani adalah jumlah penggunaan
benih, jumah penggunaan pupuk urea, luas areal kebun, jumlah penggunaan
pupuk KC1 dalam usahatani kebun, curahan kerja dalam usahatani temak, jumlah
bibit ternak, dan jumlah penggunaan pakan. Namun semua variabel endogen
tersebut tidak respon terhadap variabel penjelasnya. Curahan kerja dalam

usahatani padi, kebun, dan ternak dipengaruhi secara nyata oleh jumlah angkatan
kerja dalam keluarga, curahan kerja luar usahatani, luas areal kebun, dan jumlah
bibit ternak, sedangkan curahan kerja luar usahatani dipengaruhi secara nyata oleh
pendapatan luar usahatani, curahan kerja dalam usahatani padi, dan jumlah
angkatan kerja dalam keluarga. Namun semua variabel endogen tersebut tidak
respon terhadap variabel penjelasnya, kecuali curahan kerja dalam usahatani
ternak terhadap jumlah bibit temak. Jumlah penggunaan benih dipengaruhi secara
nyata oleh penerimaan usahatani padi, luas areal padi, dan harga benih. Jurnlah
penggunaan pupuk urea, pupuk SP-36, dan pupuk KC1 dipengaruhi secara nyata
oleh penerimaan usahatani padi, harga pupuk urea, luas areal padi, dan harga
pupuk SP-36. Namun hanya jumlah penggunaan pupuk KC1 yang respon terhadap
perubahan penerimaan usahatani padi. Jumlah penggunaan pestisida dipengaruhi
secara nyata oleh luas areal padi, harga pestisida, dan harga gabah. Namun jumlah
penggunaan pestisida hanya respon terhadap harga gabah petani non-peserta
Prima Tani. Jumlah penggunaan tenaga kerja luar keIuarga dipengaruhi secara
nyata oleh luas areal padi dan jumlah angkatan kerja dalam keluarga. Namun
jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga hanya respon terhadap luas areal
padi. Konsumsi pangan dan non pangan dipengaruhi secara nyata oleh pendapatan
total rumah tangga dan jumlah anggota keluarga. Namun konsumsi pangan dan
non pangan tidak respon terhadap semua variabel penjelasnya.


Usahatani padi memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan total
rumahtangga, baik petani peserta maupun non-peserta Prima Tani. Curahan kerja
dalam usahatani dan pengeluaran total petani peserta lebih besar dari pada petani
non-peserta Prima Tani. Pendapatan total rumahtangga petani peserta Prima Tani
selama satu tahun sebesar Rp 15 591 533, sedangkan pendapatan total
rumahtangga petani non-peserta Prima Tani sebesar Rp 12 061 177. Perbedaan
pendapatan tersebut terjadi karena umumnya produktivitas usahatani petani
peserta Prima Tani lebih tinggi karena adanya penerapan inovasi teknologi dari
Prima Tani dari pada petani non-peserta Prima Tani. Dari sisi pengeluaran
rumahtangga, baik petani peserta maupun non-peserta Prima Tani mempunyai
pengeluaran terbesar untuk konsumsi pangan masing-masing sebesar 59.8 persen
dan 61.7 persen dari total pengeluaran konsumsi dalarn satu tahun, sedangkan
pengeluaran untuk konsumsi non pangan masing-masing sebesar 40.2 persen
petani peserta dan 38.3 persen petani non-peserta Prima Tani. Ini berarti bahwa
konsumsi pangan masih merupakan prioritas utama bagi petani dari pada
konsumsi non pangan. Pendapatan total tersebut setelah dikurangi dengan total
pengeluaran konsumsi, maka diperoleh sisa stok petani peserta Prima Tani sebesar
Rp. 5 446 210 dan petani non-peserta Prima Tani sebesar Rp 2 742 535 per tahun.
Stok tersebut digunakan untuk pengadaan sarana produksi pada kegiatan usahatani

berikutnya.
Hasil uji T untuk pendapatan dari usahatani padi mempunyai nilai T value
2.142 lebih besar dari pada nilai T tabel 1.699 pada taraf a = 5 persen. Ini
mengindikasikan bahwa program Prima Tani berpengaruh nyata terhadap
pendapatan petani dari usahatani padi, sedangkan hasil uji T untuk pendapatan
dari usahatani kebun mempunyai nilai T value 0.136, usahatani ternak mempunyai
nilai T value 1.295, dan pendapatan luar usahatani mempunyai nilai T value 1.176
lebih kecil dibandingkan dengan T tabel 1.699. Pendapatan dari usahatani kebun
dan ternak tidak berpengaruh nyata terhadap program Prima Tani karena petani
belum banyak mengadopsi teknologi ke dalam usahatani kebun dan ternak. Selain
itu, usahatani kebun dan ternak bukan merupakan usahatani pokok petani.
Pendapatan luar usahatani petani, juga tidak berpengaruh nyata terhadap program
Prima Tani, ha1 ini disebabkan alokasi waktu kerja petani lebih banyak dicurahkan
ke dalarn usahatani padi karena adanya penerapan inovasi teknologi dari program
Prima Tani. Hasil uji T pendapatan total rumahtangga pada taraf a = 5 persen
mempunyai nilai T value 3.149 lebih besar dibandingkan dengan T tabel 1.699.
Ini mengindikasikan bahwa program Prima Tani berpengaruh nyata terhadap
pendapatan total rumahtangga, ha1 ini disebabkan karena pendapatan usahatani
memberikan kontribusi terbesar dalam pendapatan total rumahtangga.


@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
I. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
~nencanturnkanatau menyebutkan sumbernya.
a. Pengutipan hanya ~mtukkepentingan pendidihn, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
ntasalah.
b. Pengutipan tersebut tidak merugikan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dun memperbanyak sebagian atau seluruh kaiya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

DAMPAK PROGRAM PRIMA TAN1 TERHADAP EKONOMI
RUMAHTANGGA PETANI PADA AGROEKOSISTEM
LAHAN SAWAH BERBASIS PAD1

DAHYA

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

Tesis

: Dampak Program Prima Tani terhadap Ekonomi

Rumahtangga Petani pada Agroekosistem Lahan
Sawah Berbasis Padi

N a ~ n aMahasiswa

:Dahya

Nomor Pokok


: H351060181

Program Studi

: Illnu Ekonomi Pertanian

Menyetuj ui,

1. Komisi Pe~nbimbing

Ketua

Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertanian


/&4Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinam.

Tanggal Ujian : 16 Maret 2009

Tanggal Lulus :

01

J"N

2WS

PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis panjaikan kehadirat Allah SWT atas segala
berkah dan RalunatNya yang diberikan, sehingga mampu menyelesaikan
penulisan tesis ini dengan judul "Dampak Program Prima Tani Terhadap Ekonomi
Rumahtangga Petani pada Agroekosistem Lahan Sawah Berbasis Pad?.
Tesis ini dapat diselesaikan atas arahan dan bimbingan dari beibagai
pihak. Olehnya itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Ir. Harianto, MS selala Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Bambang
Irawan, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing. Atas segala arahan, saran
dan motivasi yang diberikan sampai selesainya penulisan tesis ini.
2. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi

Pertanian (EPN) dan seluruh staf pengajar Progiam Sekolah Pascasarjana IPB
yang telah memberikan illnu pengetahuan selama penulis menempuh studi.

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertaniau Departemen Perlanian di
Jakarta sebagai sponsor beasiswa.
4. Kapala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara beserta

seluruh te~nan- teman.
5. Staf administrasi Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor atas bantuan

administrasi selarna penulis mengikuti pendidikan.
6 . Kepada seluruh teman-teman EPN Andi Tamrin, Dewi, Sayekti, Deasy, Femi,
Husain, Ismi, Indra, Piter, Ris, Wayan, Tri dan teman-teman sesarna petugas
belajar Badan Litbang Pertanian Rubiyo, Muslimin, yusuf, Nur Alam, Atekan,
Kardiono, dan Empersi atas kebersamaan dan sarannya dalam penyelesaian

tesis ini. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada pak Joko, ibu Ni Giarto,
pak Iwan dan ibu Hj. Rita di PSE-KP atas bantuannya selama ini.
7. Penghargaan khusus penulis sampaikan ucapan terimakasih dan hormat yang

mendalam kepada Ayahanda Andi Abdul wahid (Almarhum) dan Ibunda
Hadia yang selalu mendoakan penulis setiap saat agar menjadi orang yang
bermafaat bagi sesama. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada kedua
mertua H, Sidja dan Hj. Hudaya serta saudara-saudaraku atas dorongan dan
doa yang diberikan.

8. Secara khusus, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada isteri tercinta

Nur Aeni Sp dan kedua anak- anakku Ikrar Alif Rayhan dan Dea Alya
Dirgahayu Pratiwi, atas kasih dan dukungan selama penulis menjalani harihari studi di Bogor sehingga mengurangi secara signifikan waktu kebersamaan
kita. Tanpa pengertian, kesabaran, dukungan isteri dan anak - anak tercinta,
mustahil pendidikan ini dapat terselesaikan dengan baik. Waktu yang bergerak
cepat dan tugas yang menekan setiap saat akan menjadi tak tertanggungkan
tanpa kasih sayang kalian.
9. Semua pihak yang penulis tidak disebutkan satu persatu atas dukungannya

sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
Penulis telah berusaha menyelesaikan tesis ini dengan baik sesuai
kemampuan dan semoga tesis ini bermanfaat bagi senlua pihak yang
membutuhkannya.
Bogor, Maret 2009

Dahya

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lappariaja Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi
Selatan pada tanggal 20 Agustus 1970 dari Ayah Andi Abdul Wahid (Almarhum)
dan Ibu Hadia. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara.
Penulis menyelesaikan SMA Negeri Lappariaja Kabupaten Bone tahun
1988. Pendidikan sarjana (Sl) lulus pada Jurusan Sosial Ekonorni Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar tahun 1994. Sejak tahun
1998 penulis sebagai peneliti pada Balai Pengakajian Teknologi Pertanian
Sulawesi Tenggara.
Penulis menikah dengan Nur Aeni dan dikaruniai dua orang anak, satu
orang putra Ikrar Alif Rayhan dan satu orang putri Dea Alya Dirgahayu Pratiwi.
Tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan Magister Sains pada Prograin Ilmu
Ekonoini Pertanian Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan sponsor
beasiswa dari Badan Penelitiau dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian.

DAFTAR IS1

I-Ialaman
DAFTAR TABEL ......................................................................

DAFTAR LAMPIRAN

.............................................................

....................................................................
Perumusan Masalah Penelitian ............................................
..
Tujuan Penelihan .................................................................
..
Manfaat Penelitlan ...............................................................
..
Ruang Lingkup Penelltian ...................................................

1

1.2.

8

1.4.
1.5.

I1. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................

.

14
14
15
15

2.2. Konsep Program Prima Tani ...............................................

16

2.3. Tinjauan Studi Inovasi Teknologi .......................................

23

2.4. Tinjauan Studi Ekonomi Rumahtangga ..............................

28

KERANGKA PEMIKIRAN TEORlTIS ................................

30

3.1. Adopsi Lnovasi Pertanian ....................................................

30

...........................................................

30

3.3. Model Ekonomi Rumahtangga ............................................

32

.................................

41

3.5. Kerangka Alur Pemikiran Penelitian ...................................

44

METODE PENELITIAN .........................................................

46

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................

46

4.2. Metode Pengumpulan Data .................................................

46

4.3. Jenis dan Sumber Data ........................................................

46

4.4. Analisis Data .......................................................................

47

3.4. Model Ekonomi Rumahtangga Petani

.

14

2.1. Inovasi .................................................................................

3.2. Teori Alokasi Waktu

IV

xvi

1.1. Latar Belakang
1.3.

I11

xiii

..............
4.6. Identifikasi dan Metode Pendugaan Model .........................
4.7. Konsep dan Definisi Operasional Penelitian .......................
4.5. Spesifikasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani

V

.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITZAN. PROFIL
PETANI DAN USAHATANINYA ..........................................

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................
5.2. Implementasi Prima Tani di Lapangan ...............................
5.2.1. Inovasi Teknologi .....................................................
5.2.2. Inovasi Kelembagaan ...............................................

.

.

5.3. Karaktenst~kPetani

.............................................................

5.4. Keragaan Usahatani Petani ..................................................

.........................................
5.4.2. Keragaan Usahatani Kebun ......................................
5.4.3. Keragaan Usahatani Temak .....................................

5.4.1. Keragaan Usal~ataniPadi

.

VI

ANALISIS USAHATANI PETANI PESERTA DAN
NON-PESERTA PRIMA TAN1 ...............................................

6.1. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi Petani
Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ...................................
6.2. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Kebun Petani
Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ...................................
6.3. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Temak Petani
Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ....................................
6.4. Analisis Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi
Rulnahtangga Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ..
VII

.

FAKTOR .FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPUTUSAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI .....

7.1. Produksi Padi .......................................................................
7.2. Produksi Kebun ...................................................................

..................................................................
7.4. Curahan Kerja dalam Usahatani Padi ...................................
7.5. Curahan Kerja dalam Usahatani Kebun ..............................
7.6. Curahan Kerja dalam Usahatani Temak .............................
7.3. Produksi Ternak

................... ............. .........
Jumlah Penggunaan Benih ....................................... .........
Jumlah Penggunaan Pupuk Urea .................. ........... 1. ........
Jumlah Penggunaan Pupuk SP-36 ........................... 1.........
Jumlah Penggunaan Pupuk KC1 ............................... I .........
Jumlah Penggunaan Pestisida ..................................I .........
!

7.7. Curahan Kerja Luar Usahatani
7.8.
7.9.
7.10.
7.1 1.
7.12.

2

!

..
1

7.13. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga ..I .........
7.14. Konsumsi Pangan Rumahtangga

.

.............................I..........

7.15. Konsumsi Non Pangan Rumahtangga ..................... I..........

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................... I .........
I

8.1. Kesimpulan ....................... .......................................
8.2. Saran ........................................................................

..........
!..........

DAFTAR PUSTAKA ......................................................

..........

LAMPIRAN ...... ................ ............................ ............ ...... ........ ..

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Perkembangan Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Padi
di Sulawesi Tenggara, Tahun 1995 - 2007 ..............................................

7

2. Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Petani Peserta dan Non-Peserta
Prima Tani ..........................................................................................

66

3. Karakteristik Petani Pesel-ta dan Non-Peserta Prima Tani

......................

74

4. Keragaan Usahatani Padi Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani
per Hektar ..............................................................................................

79

5. Keragaan Usahatani Kebun Petani Peserta dan Non-Peserta Prima
Tani per Hektar .......................................................................................

81

6. Keragaan Usahatani Ternak Petani Peserta dan Non-Peserta Prima
Tani per Ekor ......................................................................................

82

7. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi Petani Peserta Prima
Tani per Hektar .......................................................................................

85

8. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi Petani Non-Peserta
Prima Tani per Hektar ............................................................................

87

9. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Kebun Petani Peserta Prima
Tani per Hektar ...................................................................................

88

10. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Kebun Petani Non-Peserta
Prima Tani per Hektar ......................................................................

89

11. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Ternak Petani Peserta
Prima Tani per Ekor ............................................................................

91

12. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Ternak Petani Non-Peserta
Prima Tani per Ekor ...............................................................................

92

13. Analisis Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ..........................................

94

14. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persarnaan Produksi Padi
Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ............................................

98

15. Iiasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persan~aanProduksi Kebun

Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani

...........................................

16. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Produksi Ternak
Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani .........................................
17. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Curahan Kerja
dalam Usahatani Padi Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani .....
18. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Curahan Kerja
dalam Usahatani Kebun Petani Peserta dan Non-Peserta Prima
Tani .......................................................................................................
19. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Curahan Kerja
dalam Usahatani Ternak Petani Peserta dan Non-Peserta Prima
Tani .......................................................................................................
20. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Curahan Kerja
Luar Usahatani Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ...............
21. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Jumlah
Penggunaan Benih Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani

..........

22. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Jumlah
Penggunaan Pupuk Urea Petani Peserta dan Non-Peserta Prima
Tani .......................................................................................................

23. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Jumlah
Penggunaan Pupuk SP-36 Petani Peserta dan Non-Peserta Prima
Tani .......................................................................................................
24. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Jumlah
Penggunaan Pupuk KC1 Petani Peserta dan Non-Peserta Prima
Tani .......................................................................................................
25. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Jumlah
Penggunaan Pestisida Petani Peserta d m Non-Peserta Prima Tani

.....

26. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Jurnlah
Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Petani Peserta dan
Non-Peserta Prima Tani .......................................................................
27. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Konsumsi
Pangan Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ............................
28. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Konsumsi Non
Pangan Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ............................

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Fungsi Kepuasan, Efek Pendapatan, Efek Subtitusi dan Efek
Total .......................................................................................................

31

2. Penawaran Tenaga Kerja ..........................................................................

32

3. Kerangka Alur Pemikiran Penelitian ........................................................

45

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

........................................

151

2. Data Rurnahtangga Petani Non-Peserta Prima Tani

...............................

157

3 . Hasil Pendugaan Model Petani Peserta Prima Tani

................................

163

........................

171

1 . Data Rumahtangga Petani Peserta Prima Tani

4 . Hasil Pendugaan Model Petani Non-Peserta Prima Tani

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Salah satu sektor ekonomi yang berbasis snmberdaya domestik
(sumberdaya dam, tenaga kerja rakyat, keahlianketerampilan rakyat, dan
teknologi) dan dikuasai oleh sebagian besar rakyat adalah sektor pertanian. Oleh
karena itu, cara yang paling efektif dan efisien untuk membangun sumberdaya
alam khususnya pertanian sambil menyerap tenaga kerja di kawasan perdesaan
adalah melalui pembangunan sektor pertanian dan aktivitas-aktivitas ekonomi
yang banyak menggunakan produk pertanian (pasca panen dan industri
pengolahan produk pertanian).
Yudhoyono (2004) menyatakan bahwa sektor pertanian, perikanan, dan
usaha informal-melalui kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja yang tinggi,
menghidupkan perekonomian perdesaan dan aktivitas perekonomian informal,
serta memasok pangan masyarakat secara terjangkau-layak untuk mendapatkan
perhatian yang luas dalam pembangunan ekonomi ke depan. Perhatian tersebut
diberikan dalam bentuk investasi yang terus meningkat, pengembangan
infrastruktur pertanian dan perdesaan, pengembangan keterkaitan industri dan
jasa, provisi pelayanan sosial, pengembangan energi perdesaan, pengembangan
lembaga-lembaga pendukung usaha perdesaan (termasuk di dalamnya lembaga
pendanaan serta lembaga inovasi dan diseminasi pertanian), memajukan
perempuan perdesaan baik melalui peningkatan akses kependidikan, politik
maupun usaha. Selain itu, juga diperlukan pengelolaan pasar domestik yang
semakin berkembang, disamping membangun jaringan perdagangan intemasional,
untuk produk barang dan jasa pertanian.

Pembangunan pertanian, secara teoritis merupakan proses berkelanjutan
dari upaya untuk mengembangkan kemampuan atau keberdayaan petani di dalam
mengelola usahataninya agar selalu mempunyai posisi produktif, efesiensi dan
daya saing yang dapat menjamin pendapatan dan kesejahteraan hidup keluarganya
secara berkelanjutan dan berkeadilan. Sejalan dengan perbaikan perekonomian
nasional akibat dampak krisis ekonomi beberapa waktu lalu, pembangunan
pertanian diletakkan sebagai basis utama penanggulangan, dimana masyarakat
petani ditempatkan sebagai pelaku utama dalam pembangunan (People centered
development) dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, dengan potensi
dan kemampuan masyarakat tani sendiri (Sumodiningrat, 2000).
Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah suatu upaya untuk
meningkatkan serta menyejahterakan kualitas hidup petani. Dalam usaha tersebut
diperlukan adanya partisipasi pelani dan masyarakat, sehingga peningkatan
produksi komoditas pertanian dapat dicapai lebih efesien dan dinamis dengan
diikuti pembagian surplus ekonomi antar pelaku secara adil. Sehubungan dengan
ha1 ini (Kasryno, 2002) mengidentifikasi bahwa strategi pembangunan pertanian
merupakan peningkatan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusia (human
capital) masyarakat pertanian, meningkatkan penguasaan asset produktif
pertanian, inovasi bar- dan menata kembali kebijaksanaan pembangunan ekonomi
dan pengembangan kelembagaan pertanian dalam arti luas.
Kebijaksauaan pembangunan pertanian tanaman pangan dewasa ini
utamanya diarahkan untuk lebih meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani dan masyarakat. Peningkatan produksi tanaman pangan dilaksanakan
melalui peningkatan produktivitas usahatani dan perluasan lahan pertanian.
Pencapaian sistem produksi terlanjutkan ditentukan oleh empat faktor utama

yaitu: (1) komitmen dan kebijaksanaan pemerintah, (2) dukungan faktor eksternal
(penyuluhan, kredit, subsidi, pemasaran, dan unsur pelayanan lainnya), (3)
partisipasi pengguna (petani dan swasta), dan (4) tersedianya teknologi maju,
faktor-faktor tersebut tidak terpisahkan satu sama lainnya sehingga memerlukan
pendekatan secara holistik (Adnyana, 1992).
Pendekatan pembangunan dimasa sekarang dan dimasa akan datang adalah
pembangunan ekonomi yang berbasis komunitas lokal (Local Commonily-based
Economy). Pembangunan berbasis komunitas saat ini dapat dipandang sebagai
salah satu paradigma baru dalam pembangunan perdesaan dan pertanian.
Paradig~naini timbul karena kekurang-puasan dalam pendekatan sebelumnya,
yang cenderung individualistik dan bias ekonomi pasar. Penggunaan pendekatan
berbasiskan komunitas menggunakan ikatan-ikatan horisontal sebagai pilar utama
dan menggunakan kacamata yang lebih luas (dari sekedar peinbangunan ekonomi)
dapat dipandang sebagai langkah inovatif dalam pembangunan pertanian. Ikatan
horisontal dan suatu komunitas petani menlpakan bagian dari kekuatan modal
sosial (sosial kapital) yang sangat penting untuk mengembangkan berbagai
tindakan kolektif. Salah satu syarat tumbuhnya tindakan kolektif tersebut adalah
dengan terbangunnya suasana yang partisipatif, mulai dari perencanaan sampai
pelaksanaan (Syallyuti, 2005). Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan
Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani) merupakan suatu model atau konsep
b a u pembangunan pedanian yang menggunakan paradigma pendekatan
komunitas.
Visi pembangunan pertanian jangka panjang (2005-2025) yang diusung
Deptan adalah "Terwujudnya sistem pertanian industrial berkelanjutan yang
berdaya saing dan mampu menjamin ketahanan pangan dan kesejahteraan petani"

Landasan utama sasaran ini adalah Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan (RPPK), yang telah dicanangkan oleh Presiden tanggal 11 Juni 2005 di
Bendungan Jati Luhur, Purwakarta Jawa Barat. Khusus untuk Deptan, sesuai
dengan semangat revitalisasi, kebijakan yang digulirkan meliputi: (1)
pendayagunaan sumberdaya lahan pertanian, (2) revitalisasi penyuluhan pertanian,
(3) pembiayaan pertanian, (4) pengembangan ekspor produk pertanian, (5)

peningkatan ketahanan pangan, (6) akselerasi inovasi dan penerapan teknologi
pertanian, dan (7) pengembangan produk baru pertanian. Terkait dengan RPPK,
Deptan mengulirkan tiga program utama pembangunan pertanian mulai tahun
2005-2009, yaitu: (1) program peningkatan ketahanan pangan, (2) program
pengembangan agribisnis, dan (3) program peningkatan kesejahteraan petani.
(Sahyuti, 2006).
Posisi Prima Tani sebagai instrumen program Departemen Pertanian adalah
kegiatan khusus. Prima Tani sebagai suatu program rintisan dan akselerasi
diseminasi inovasi teknologi dalam pembangunan pertanian dan perdesaan yang
dilaksanakan bersifat integratif secara vertikal dan horisontal diharapkan dapat
menghasilkan keluaran yang bermuara pada ketahanan pangan, daya saing melalui
peningkatan nilai tambah, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena
itu, Prima Tani tidak berdiri sendiri tetapi merupakan suatu implementasi atau
operasionalisasi dari ketiga program Departemen Pertanian dalarn rangka
membangun pertanian dan perdesaan yang menyejahterakan masyarakat.
Sejak tahun 2005, Badan Litbang Pertanian telah melaksanakan program
Prima Tani, suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang
dapat mempercepat penyampaian informasi dan bahan dasar inovasi baru yang
dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Program ini telah diimplementasikan

pads tahun 2005 di 22 lokasilkabupaten yang mencakup 14 provinsi. Selanjutnya
pada tahun 2006 program tersebut telah diperluas implementasinya menjadi 33
lokasi/kabupaten di 25 provinsi. Adanya pandangan positif atas konsep dan
implementasi Prima Tani, Menteri Pertanian telah menginstruksikan untuk
perluasan implementasi Prima Tani pada tahun 2007 sebanyak 201 lokasi yang
tersebar di 200 kabupatenkota dari 33 provinsi di Indonesia. Lokasi Prima Tani
meliputi tiga agroekosistem yaitu: (1) lahan sawah, (2) lahan kering, dan (3) Iahan
rawa. Dari sejumlah lokasi tersebut, Provinsi Sulawesi Tenggara telah ditetapkan
satu lokasi di Kabupten Kolaka dengan agroekosistem lahan kering pada tahun
2006 dan bertambah menjadi 4 lokasi pada tahun 2007, yaitu Kabupaten Konawe,
Konawe

ela at an, dan Kota Bau-Bau dengan agroekosistem lahan sawah.

Pelaksanaan arah kebijakan pembangunam pertanian di Sulawesi Tenggara
diarahkan pada tiga program pokok yaitu: (1) program peningkatan ketahanan
pangan, (2) program peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian,
dan (3)

program peningkatan kesejahteraan petani. Untuk mendukung arah

kebijakan pembangunan pertanian tersebut, maka pendekatan operasional yang
ditempuh adalah: (1) pendekatan wilayah (skala ekonomi) dan lintas sektoral, (2)
pendekatan komoditas, (3) pendekatan kelembagaan dan kemitraan, dan (4)
pendekatan industrialisasi pertanian.
Penetapan komoditas unggulan yang menjadi andalan pengembangan
ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara didasarkan pada aspek-aspek yang terkait
dengan: (1) potensi dan karakteristik daerah, (2) komoditas yang paling banyak
diusahakan dan melibatkan banyak penduduk (tenaga kerja), (3) daya saing tinggi,
dan (4) kemampuan mendorong efek pengganda dan nilai tambah, serla prospek
pasar domestik maupun intemasional.

Komoditas unggulan Sulawesi Tenggara meliputi kakao, jambu mete,
jagung, kacang tanah, perikanan budidaya, perikanan tangkap, sapi potong dan
kambing, sedangkan padi merupakan komoditas stretegis karena banyak
diusahakan oleh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Total
perkebunan kakao di Sulawesi Tenggara seluas 196 884 hektar dan jambu mete
120 096 hektar, sedangkan luas tanaman pangan 158 733 hektar. Dari total luasan
tanaman pangan tersebut, 110 498 hektar merupakan tanaman padi yang terdiri
dari padi sawah sebesar 95 005 hektar, padi ladang 15 493 hektar, jagung 40 975
hektar, kacang tanah sebesar 8 696 hektar dan selebihnya adalah tanarnan pangan
lainnya. Jumlah populasi ternak sapi potong sebesar 222 350 ekor dan kambing 99
938 ekor . Khusus untuk tanaman padi dengan luas total yang ada 110 498 hektar
dan pada umumnya adalah berpengairan, yaitu seluas 82 394 hektar (85.49
persen). Dari total luasan tanaman padi tersebut, 34 351 hektar berada di
Kabupaten Konawe (BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2007).
Pada sub sektor tanaman pangan, khususnya tanaman padi selama periode
tahun 1995-2007 di Sulawesi Tenggara, rata-rata luas panen tanaman padi sekitar
89 026 hektar dengan kecenderungan meningkat sekitar 0.87 persen per tahun
(Tabel 1). Pada periode yang sama, rata-rata produktivitas padi yang mampu
dihasilkan petani sekitar 3.83 ton GKG (Gabah Kering Giling) per hektar.
Produktivitas padi di Sulawesi Tenggara lebih rendah dibandingkan dengan
nasional, walaupun kinerja semakin membaik, diperlihatkan dengan peningkatan
sekitar 1.52 persen per tahun. Produktivitas yang masih rendah dibandingkan
dengan nasional merupakan suatu peluang yang cukup besar dalam memacu
produksi padi.

Tabel 1. Perkembangan Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di
Sulawesi Tenggara, Tahun 1995-2007
Tahun

Luas Panen
@a)

Produktivitas
(ton GKGIha)

Produksi
(ton GKG)

1995

90 900

3.16

287 355

1996

94 533

3.24

305 940

1997

80 133

3.25

260 334

1998

87 682

3.16

276 913

1999

99 814

3.47

346 214

2000

85 799

3.67

314 955

2001

71 497

3.69

263 477

2002

79 251

3.77

298 813

2003

91 230

3.66

334 307

2004

84 888

3.80

322 362

2005

88 007

3.86

340 000

2006

93 113

3.75

349 429

2007

110 498

3.83

423 316

Rataan

89 026

3.83

317 185

R(%/thn)

0.87

1.52

2.42

Sumber: BPS Provinsi Sulmvesi Tenggara, 2007

Produktivitas yang masih rendah dibanding nasional merupakan suatu
peluang yang cukup besar dalam rangka memacu produksi padi. Walaupun
pertumbul~anpeningkatan luas panen sangat lambat yaitu hanya meningkat 0.87
persen per tahun, narnun ha1 yang cukup menggembirakan ballwa produksi padi di
Sulawesi Tenggara dalam dua belas tahun terakhir cendei-ung meningkat sekitar

2.42 persen per tahun. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa peningkatan produksi

padi di Sulawesi Tenggara sangat ditentukan oleh adanya perbaikan produktivitas
dari tahun ke tahun. Dengan demikian, tampaknya inovasi teknologi merupakan
kunci sukses dan strategis dalam memacu produksi padi di Sulawesi Tenggara
pada masa yang akan datang.
Simatupang dan Rusastra (2003) menyatakan bahwa walaupun cenderung
menurun, sistem agribisnis padi tetap memegang peranan penting dalam
perekonomian nasional. Pertarna, beras masih merupakan makanan pokok
penduduk, sehingga sistem agribisnis padi berperan strategis dalam pemantapan
pangan, baik dalam penyediaan dan distribusi maupun akses terhadap beras guna
menjamin kecukupan pangan penduduk. Kedua, sistem agribisnis padi
menciptakan lapangan kerja dan nilai tambah yang sangat besar karena hingga
saat ini usahatani padi masih yang paling dominan dalam sektor pertanian. Ketiga,
sislem agribisnis padi merupakan lapangan kerja sebagian besar penduduk miskin,
disisi lain harga beras merupakan determinan utama pengeluaran penduduk
miskin.
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka menarik untuk diteliti
mengenai danlpak inovasi pertanian melalui program Prima Tani terhadap
ekonomi rumahtangga petani pada agroekosistem lahan sawah berbasis padi di
Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara.
1.2. Perumusan Masalah Penelitian

Globalisasi yang semakin gencar dan kesadaran bahwa mekanisme pasar
tidak selalu mampu memecahkan masalah, meinbawa implikasi aka11 semakin
perlunya menata kembali sistem pengolahan sumberdaya pertanian. Penataan
kembali tersebut lebih berupa integrasi kepada pemanfaatan ganda, yang
berwawasan ekosistem. Walaupun wawasan agroekosistem merupakan sesuatu

pengelolaan yang kompleks dan rumit, akan tetapi ciri-ciri spesifik yang
terpenting menyangkut empat sifat pokok. Empat sifat pokok tersebut adalah
kemeratan (equatability), keberlanjutan (sustainability), kestabilan (stability) dan
produktivitas (productivity).
Secara sederhana, kemerataan merupakan penilaian tentang sejauhmana
hasil suatu lingkungan sumberdaya didistribusikan diantara masyarakatnya.
Keberlanjutan dapat diberi pengertian sebagai kemampuan sistem sumberdaya
mempertahankan produktivitasnya, walaupun mendapat gangguan. Kestabilan
merupakan ukuran tentang sejauhmana produktivitas sumberdaya bebas dari
keragaman yang disebabkan oleh fluktuasi faktor lingkungan. Produktivitas
adalah ukuran sumberdaya terhadap hasil fisik ekonominya.
Kebijakan sistem usahatani yang selama ini dilakukan belum sepenuhnya
menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan, yang ditunjukkan oleh
produktivitas pertanian yang masih rendah, belum stabilnya hasil produksi
pertanian, efesiensi penggunaan sumberdaya pertanian yang masih rendah dan
tingkat kesesuaian jenis usahatani terhadap kondisi lokal yang masih rendah.
Akibatnya sistem usahatani yang dikembangkan belum mampu memperbaiki
kualitas hidup masyarakat. Kondisi ini diperbumk oleh kurangnya penyuluhan
pertanian, pemakaian pupuk kimia yang berlebihan, kurangnya alat dan mesin
pertanian (alsintan), dan kurangnya perhatian terhadap faktor lingkungan (Irianto

et al. 2003).
Pengembangan pertanian berkaitan dengan upaya optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya pertanian dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi pertanian di
Sulawesi Te~lggaramasih mempunyai peluang yang besar, sampai saat ini tingkat
penggunaan teknologi baik pra panen maupun pasca panen belum optimal. Hal illi

ditunjukkan oleh adanya kesenjangan hasil antara produlctivitas riil sebesar 3.83
ton per hektar di tingkat petani dengan produktivitas potensial hasil penelitian
sebesar 4.6 ton per hektar (Idris at al. 2004). Rendahnya tingkat teknologi ini
disebabkan karena berbagai keterbatasan, seperti terbatasnya daya olah lahan
petani, keterbatasan modal petani, rendahnya aksesibilitas terhadap modal petani,
dan tingkat ketersediaan teknologi spesifik lokasi.
Perbaikan teknologi yang dihasilkan melalui penelitian dan pengembangan
untuk memecahkan masalah aktual di lapangan merupakan motor pengerak
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Perbaikan teknologi juga
sangat diperlukan untuk membantu produsen merespon perubahan lingkungan
temasuk peningkatan produksi dan pendapatan petani. Teknologi baru yang
efisien memberi peluang bagi petani produsen untuk memproduksi lebih banyak
dengan korbanan lebih sedikit terutama sasaran inovasi barn dengan kebutuhan
lebih spesifik.
Sebagai institusi penelitian tidak dapat dipungkiri bahwa Badan Litbang
Pertanian telah cukup berhasil dalam pengadaan inovasi pertanian. Sejumlah
diantaranya telah digunakan secara luas dan terbukti menjadi tenaga pendorong
utarna pertumbuhan dan perkembangan usaha dan sistem agribisnis berbagai
komoditas pertanian. Beberapa contoh yang tergolong fenomenal ialah revolusi
hijau pada agribisnis padi dan jagung, hasil dari penemuan varietas unggul baru
berumur pendek, ataupun perkembangan perkebunan sawit yang cukup pesat atas
dukungan teknologi perbenihan dan pembibitannya.
Namun demikian, evaluasi ekstemal maupun internal menunjukkan bahwa
kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi yang dihasilkan Badan Litbang
Pertanian cenderung melambat bahkan menurun. Menurut hasil penelitian,

diperlukan sekitar dua tahun sebelum teknologi bam yang dihasilkan Badan
Litbang Pertanian diketahui oleh 50 persen dari Penyuluh Pertanian Spesialis
(PPS) dan enam tahun sebelum 80 persen PPS mendengar teknologi baru tersebut
(Mundy, 2000). Tenggang waktu sampainya informasi dan adopsi teknologi
tersebut oleh petani tentu lebih lama lagi. Oleh karena itu, Badan Litbang
Pertanian merasa terpanggil hams melakukan segala upaya yang mungkin untuk
rnenjamin inovasi yang telah dihasilkannya, tidak saja diketahui oleh para
pengguna (benefeciaries), tetapi juga dimanfaatkan secara luas dan tepat guna.
Badan Litbang Pertanian merasa turut bertanggungjawab dalam menjamin
terciptanya sistem inovasi pertanian nasional yang padu padan dengan sistem
agribisnis, yang berarti merajut simpul antara subsistem rantai pasok pengadaan
(generating subsystem) dengan subsistem penyampaian (delivery subsystem) atau
penerimaan (receiving subsystem) inovasi pertanian nasional (Simatupang 2004).
Prima Tani suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang
dipandang dapat mempercepat penyarnpaian informasi dan bahan dasar inovasi
baru. Prima Tani diharapkan dapat berfungsi sebagai jenlbatan penghubung
langsung antara Badan Litbang Pertanian sebagai penghasil inovasi dengan
lembaga penyampaian

(delivery system) maupun pelaku agribisnis (receiving

system) pengguna inovasi. Salah satu faktor yang mempegaruhi percepatan adopsi
adalah sifat dari inovasi itu sendiri. Inovasi yang diintroduksi ke dalam Prima
Tani, harus mempunyai banyak kesesuaian (daya adaptif) terhadap kondisi
biofisik, sosial ekonomi, dan budaya yang ada di petani. Untuk itu, inovasi yang
ditawarkail kepada petani harus inovasi yang tepat guna.
Prima Tani baru memasuki tahun ketiga dari lilna tahun yang direncanakan,
nalnun beberapa ha1 telah mengindikasikan keberhasilan peluang program ini,

antara lain: (1) respon positif pemerintah kabupaten dan provinsi terhadap
pelaksanaan program Prima Tani berupa sharing program dan dana (benih, bibit,
temak, dan alsintan dari APBD), (2) introduksi embung dan kelembagaan
pengairan meningkatkan intesitas tanam dari hanya satu menjadi dua sampai tiga
kali tiap tahun, sehingga berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani lebih
dari 50 persen; kasus Prima Tani di Kabupaten Buleleng Provinsi Bali, (3)
membangun penangkar benih padi sawah menggunakan benih unggul, sehingga
pendapatan petani meningkat, karena harga benih lebih mahal dari padi untuk
konsumsi. Selain itu, produktivitas padi juga meningkat karena penggunaan benih
bermutu dengan varietas unggul; kasus Prima Tani di Kabupaten Parigi Moutong
Sulawesi Tengah, (4) introduksi pengelolaan tata air mikro, kelembagaan
agribisnis, benih unggul dan keterpaduan dengan program KUAT (Kawasan
Usaha Agribisnis Terpadu) sehingga intesitas tanam dan mutu beras meningkat;
kasus Prima Tani di Kabupaten Pontianak Provinsi Kalimantan Barat, d m (5)
Introduksi lembaga keuangan mikro untuk wanita tani, sehingga terjadi
diversifikasi usaha pertanian dan non pertanian. Pengembangan usaha pisang
dengan peningkatan mutu buah pisang, penguatan kelembagaan kelompok tani
d m gabungan kelompok tani, serta pembentukan kelembagaan pemasaran yang
bermitra dengan pengusaha pisang; kasus Prima Tani di Kabupaten Lumajang
Provinsi Jawa Timur. Walaupun beberapa keberhasilan program telah dicapai,
tetapi masih ditemukan beberapa permasalahan di lapangan, antara lain: (1)
perbedaan harapan dan tuntutan masyarakat terhadap program, serta masih
dijumpai sikap memandang Prima Tani sebagai suatu proyek, (2) beragamnya
kemampuan ekonomi masyarakat dan kualitas sumberdaya pertanian, serta
terbatasnya kenlampuan petani untuk mengakses sumber permodalan, d a ~

rendahnya insentif ekonomi yang diperoleh dari adopsi teknologi karena
sempitnya skala usahatani, dan (3) faktor budaya setempat temyata berpengaruh
sangat besar terhadap keberagaman keberhasilan Prima Tani di lapang
(Adimihardja at al. 2007).
Apabila diharapkan masyarakat (petmi) mengadopsi suatu inovasi,
masyarakat harus yakin bahwa inovasi itu memenuhi suatu kebutuhan yang benarbenar dirasakan (Bunch, 2001). Inovasi akan menjadi kebutuhan petani apabila
inovasi tersebut dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi petani,
sehingga identifikasi masalah secara benm sangat penting, paling tidak ada dua
alasan, yaitu: (1) sesuatu yang kita anggap sebagai masalah, belum tentu
merupakan masalah yang dihadapi oleh petani, dan (2) kalau masalah tersebut
ternyata benar merupakan masalah petani, belum tentu pemecahanuya sesuai
kondisi petani (Wahyuni, 2000).
Prima Tani di Sulawesi Tenggara dengan agroekosistem lahan sawah
berbasis padi dilaksanakan pada tiga lokasi yaitu di Kabupaten Konawe,
Kabupaten Konawe Selatan, dan Kota Bau-Bau. Berdasarkan uraian pada latar
belakang dan peinlasalahan, maka permasalaban yang menarik untuk diteliti
sehubungan dengan pelaksanaan program Prima Tani terhadap ekonomi
rumahtangga petani adalah:
1. Bagai~nanakontribusi pendapatan, alookasi waktu kerja dan pola pengeluaran
rumahtangga petani peserta d m non-peserta Prima Tani pada agroekosistem
lahan sawah berbasis padi.
a
dm
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi produksi, curahan t e ~ ~ a gkerja
pengeluaran rumahtangga petani peserta d m non-peserta Prima Tani pada
agroekosistem lahan sawah berbasis padi.

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah
adalah sebagai berukut:
1. Menganalisis kontribusi pendapatan, alokasi waktu kerja dan pola pengeluaran

rumahtangga petani peserta dan non-peserta Prima Tani pada agroekosistem
lahan sawah berbasis padi.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, curahan tenaga kerja

dan pengeluaran rumahtangga petani peserta dan non-peserta Prima Tani pada
agroekosistem lahan sawah berbasis padi.
1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan penjelasan
menganai dampak program Prima Tani terhadap ekonomi rumahtangga petani
pada agroekosistem lahan sawah berbasis padi. Selain itu, hasil penelitian ini
diharapkan berguna sebagai bahan inforrnasi bagi penentu kebijakan untuk
mengevaluasi pengembangan program Prima Tani serta sebagai referensi
pembanding dan stimulan untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada agroekosistem lahan sawah irigasi dengan basis
komoditas tanaman padi. Inovasi teknologi yang menjadi pokus analisis adalah
inovasi yang diintroduksi melalui program Prima Tani. Program Prima Tani
diharapkan dapat mempercepat inovasi teknologi pertanian dalam rangka
peningkatan produksi dan pendapatan petani.

11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Inovasi
Pembangunan pertanian berkaitan erat dengan dinamika keterkaitan antara
kelembagaan dan inovasi. Inovasi adalah manivestasi dari kapasitas dinamik
masyarakat dalam meningkatkan pendapatan, pengetahuan dan kemampuan petani
untuk berinovasi secara berkelanjutan. Meskipun demikian harus disadari bahwa
tanpa kehadiran kelembagaan yang mendukung penerapannya ~ e t a n tidak
i
akan
m