Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Sawah Di Kabupaten Deli Serdang.
DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN TERHADAP PRODUKSI
PADI SAWAH DI KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
OLEH :
EKO BAGUS PRAKARSA
050304008 / AGRIBISNIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN TERHADAP PRODUKSI
PADI SAWAH DI KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI Oleh :
EKO BAGUS PRAKARSA
050304008
AGRIBISNIS
Skripsi Yang Merupakan Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota,
Prof. Dr. Ir. Hiras M.L. Tobing Dr. Ir. Rahmanta.Ginting M.Si NIP : 19465291978071001 NIP : 196309281998031001
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
(3)
2010
DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN TERHADAP PRODUKSI
PADI SAWAH DI KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara untuk Memenuhi Sebahagian dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
OLEH :
EKO BAGUS PRAKARSA
050304008 / AGRIBISNIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(4)
ABSTRAK
EKO BAGUS PRAKARSA: Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Sawah Di Kabupaten Deli Serdang, dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir.
Hiras M.L. Tobing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi.
Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alih fungsi lahan yang terjadi didaerah penelitian, Untuk menganalisis alih fungsi lahan yang terjadi di daerah penelitian, untuk menganalisis laju alih fungsi lahan di daerah penelitian, untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi petani dalam melakukan alih fungsi lahan, untuk menganalisis dampak alih fungsi lahan terhadap produksi padi sawah, untuk meramalkan proyeksi beberapa tahun kedepan luas lahan sawah dan produksi padi sawah di daerah Penelitian. Metode penelitian yang digunakan yaitu secara purposive, metode penarikan sampel dilakukan secara Accidental (penelusuran), metode analisis data menggunakan metode uji beda rata-rata menggunakan rumus t-hitung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : alih fungsi yang terjadi di daerah deli serdang alih fungsi padi sawah banyak beralih fungsi menjadi tanaman hortikultura, Laju alih fungsi lahan sawah di Kabupaten deli serdang laju alih fungsi tertinggi terjadi pada tahun 2004, dampak yang terjadi di kabupaten deli serdang terdapat perbedaan yang nyata antara produksi padi sawah sebelum terjadinya alih fungsi lahan dengan produksi padi sawah setelah adanya alih fungsi lahan, proyeksi luas lahan padi sawah maupun produksi terlihat di kabupaten deli serdang bahwa proyeksi luas lahan dan produksi padi sawah cenderung menurun dalam kurun lima tahun sejak tahun 2010, faktor-faktor penarik maupun pendorong yang menyebabkan alih fungsi lahan padi sawah terjadi di daerah Deli Serdang yaitu irigasi yang tersedia tidak baik dan tidak menyediakan pengairan yang cukup bagi daerah tersebut.
(5)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 15 Februari
1987 dari Bapak Muhammad Samin dan Ibu Iin Saleh. Penulis merupakan anak
Pertama dari tiga bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Dharmawangsa Medan, dan pada
tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Reguler
Mandiri. Penulis memilih program studi Agribisnis, Departemen Agribisnis.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Bangun I,
Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi dari tanggal 15 Juni sampai 16 Juli 2009.
Pada bulan Juni 2010 – September 2010 melaksanakan penelitian skripsi di
(6)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang memberikan kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun judul penelitian ini adalah
Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Sawah Di Kabupaten Deli Serdang, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hiras M.L. Tobing selaku komisi pembimbing ketua dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi selaku komisi pembimbing anggota yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini dan seluruh Staff Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang turut berperan dalam studi penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda tercinta Muhammad Samin dan Ibunda tercinta Iin. Saleh serta untuk dukungan semangat, materi dan doa yang diberi pada penulis. Juga ucapan terima kasih kepada kedua adik saya Dwi Ayu Wulandari dan Edwin Bendoro Inggih serta kekasih tercinta saya Winda Mayasari, ST yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua sahabat penulis, X-MAN, Keluarga Bahagia serta semua rekan mahasiswa SEP-05 yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ...iv
DAFTAR GAMBAR ...vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Kegunaan Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA...6
2.1 Tinjauan Pustaka ... 6
2.2 Landasan Teori ... 9
2.3 Kerangka Pemikiran ... 15
2.4 Hipotesis Penelitian ... 16
III. METODE PENELITIAN...17
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 17
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 18
3.3 Metode Pengumpulan Data... 18
3.4 Metode Analisis Data ... 18
3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 20
3.5.1 Definisi... 20
3.5.2 Batasan Operasional ... 21
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL...22
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian Kabupaten Deli Serdang ... 22
(8)
V. HASIL DAN PEMBAHASAN...27
5.1 Alih Fungsi Lahan di Daerah Penelitian ... 27
5.2 Laju Alih Fungsi Lahan di Daerah Penelitian ... 29
5.3 Dampak Alih Fungsi Lahan di Daerah Penelitian ... 32
5.4 Proyeksi Luas Lahan dan Produksi di Daerah Penelitian dalam Lima tahun kedepan ... 34
5.5 Faktor Penarik dan Faktor Pendorong Petani Dalam Melakukan Alih Fungsi Lahan ... 37
VI. KESIMPULAN DAN SARAN...42
6.1 Kesimpulan ... 42
6.2 Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1. Gambar Skema Kerangka Pemikiran ... 15
2. Gambar Grafik Persentase Komoditi Pengganti di Kabupaten
Deli Serdang... 28
3. Gambar Grafik Faktor Penarik di Kabupaten Deli Serdang ... 38
(10)
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah Menurut
Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 ... 17
2. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Deli Serdang ... 23
3. Sarana dan Prasarana di Kabupaten Deli Serdang ... 24
4. Karakteristik Petani Sampel di Kabupaten Deli Serdang ... 26
5. Laju Alih Fungsi Lahan Sawah Per Tahun Di Kabupaten Deli Serdang
Tahun 1999-2009 ... 29
6. Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan Untuk Produksi Padi Sawah ... 33
7. Luas Lahan dan Produksi Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang
Tahun 1999-2009 ... 34
8. Luas Lahan Padi Sawah Kabupaten Deli Serdang Tahun 1999-2009 ... 35
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
1. Karakteristik Petani Sampel Kabupaten Deli Serdang... 45
2. Data Luas Lahan Padi Sawah Di Kabupaten Deli Serdang ... 47
3. Data Produksi Padi Sawah Di Kabupaten Deli Serdang ... 48
4. Data Luas Lahan Di Kabupaten Deli Serdang dan Perubahannya ... 49
5. Proyeksi Luas Lahan Sawah dan Produksi Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang 5 Tahun Mendatang ... 50
6. Faktor-Faktor Pendorong dan Penarik Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Deli Serdang ... 52
(12)
ABSTRAK
EKO BAGUS PRAKARSA: Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Sawah Di Kabupaten Deli Serdang, dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir.
Hiras M.L. Tobing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi.
Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alih fungsi lahan yang terjadi didaerah penelitian, Untuk menganalisis alih fungsi lahan yang terjadi di daerah penelitian, untuk menganalisis laju alih fungsi lahan di daerah penelitian, untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi petani dalam melakukan alih fungsi lahan, untuk menganalisis dampak alih fungsi lahan terhadap produksi padi sawah, untuk meramalkan proyeksi beberapa tahun kedepan luas lahan sawah dan produksi padi sawah di daerah Penelitian. Metode penelitian yang digunakan yaitu secara purposive, metode penarikan sampel dilakukan secara Accidental (penelusuran), metode analisis data menggunakan metode uji beda rata-rata menggunakan rumus t-hitung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : alih fungsi yang terjadi di daerah deli serdang alih fungsi padi sawah banyak beralih fungsi menjadi tanaman hortikultura, Laju alih fungsi lahan sawah di Kabupaten deli serdang laju alih fungsi tertinggi terjadi pada tahun 2004, dampak yang terjadi di kabupaten deli serdang terdapat perbedaan yang nyata antara produksi padi sawah sebelum terjadinya alih fungsi lahan dengan produksi padi sawah setelah adanya alih fungsi lahan, proyeksi luas lahan padi sawah maupun produksi terlihat di kabupaten deli serdang bahwa proyeksi luas lahan dan produksi padi sawah cenderung menurun dalam kurun lima tahun sejak tahun 2010, faktor-faktor penarik maupun pendorong yang menyebabkan alih fungsi lahan padi sawah terjadi di daerah Deli Serdang yaitu irigasi yang tersedia tidak baik dan tidak menyediakan pengairan yang cukup bagi daerah tersebut.
(13)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada negara-negara maju di dunia, ada kecenderungan menurunnya jumlah
petani dan bertambahnya luas daerah-daerah pertanian, sehingga lahan
garapannya semakin luas. Berbeda dengan Indonesia, walaupun secara persentase
jumlah petani menurun, tetapi secara absolut meningkat, sementara itu luas lahan
pertanian justru berkurang. (Yodohusodo, 1999)
Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian memegang
peranan penting dalam tatanan pembangunan nasional. Peran yang diberikan
sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,
menyumbang devisa Negara dari sektor non migas, membuka kesempatan kerja.
Besarnya jumlah penduduk yang masih perlu ditingkatkan (Noor,1996)
Di Indonesia, alih fungsi lahan pertanian merupakan masalah krusial.
Fenomena alih fungsi lahan pertanian ke nonpertanian merupakan ancaman
ketahanan pangan. Alih fungsi lahan pertanian terus terjadi sampai tingkat
mencemaskan dan mengganggu. Secara umum, faktor eksternal dan internal
mendorong konversi lahan pertanian. Faktor eksternal merupakan dampak
transformasi struktur ekonomi dan demografis. Lahan tak berubah, tetapi
permintaan meningkat akibat pertumbuhan penduduk. Akibatnya, penggunaan
lahan bergeser pada aktivitas nonpertanian yang lebih menguntungkan. Faktor
(14)
kondisi sosial ekonomi memicu petani menjual lahan pertaniannya. Mereka
merasa tidak mendapat keuntungan ekonomis dari lahan itu (Lubis,A,E, 2005).
Terjadinya perubahan penggunaan lahan dapat disebabkan karena adanya
perubahan rencana tata ruang wilayah, adanya kebijaksanaan arah pembangunan
dan karena mekanisme pasar. Pada masa lampau yang terjadi adalah lebih banyak
karena dua hal yang terakhir, karena kurangnya pengertian masyarakat maupun
aparat pemerintah mengenai tata ruang wilayah, atau rencana tata ruang wilayah
yang sulit diwujudkan. Sejalan dengan kebijaksanaan pembangunan yang
menekankan kepada aspek pertumbuhan melalui kemudahan fasilitas investasi,
baik kepada investor lokal maupun luar negeri dalam penyediaan tanahnya, maka
perubahan penggunaan tanah dari pertanian ke nonpertanian terjadi secara meluas.
(Bambang.S,2005 )
Pertumbuhan penduduk yang cepat diikuti dengan kebutuhan perumahan
menjadikan lahan-lahan pertanian berkurang di berbagai daerah. Lahan petani
yang semakin sempit semakin terfragmentasi akibat kebutuhan perumahan dan
lahan industri. Petani lebih memilih bekerja di sektor informal daripada bertahan
di sektor pertanian Daya tarik sektor pertanian yang terus menurun juga
menjadikan petani cenderung melepas kepemilikan lahannya. Pelepasan
kepemilikan lahan cenderung diikuti dengan alih fungsi lahan. Salah satu yang
penting dan diperlukan dalam penanganan masalah ini adalah data kecepatan alih
fungsi lahan per tahun. Dari data tersebut dapat diperkirakan dampak-dampak alih
(15)
Alih fungsi lahan sawah ke penggunaan lain di Sumatera Utara pada
akhir-akhir ini setiap tahunnya berlangsung terus. Data Sensus Pertanian 2003
menunjukkan terjadinya laju konversi lahan sawah yang sangat cepat. Selama
periode 2000-2002 konversi lahan sawah mencapai 563.000 hektar atau rata-rata
sekitar 188.000 hektar per tahun. Dengan luas sawah 7,75 juta hektar pada tahun
2002, pengurangan luas sawah akibat konversi lahan mencapai 7,27% selama 3
tahun atau rata-rata 2,42% per tahun.
Sejak 2007-2008, laju konversi lahan pertanian di Sumatera Utara sekitar
4,2%. Lahan pertanian tersebut dialihkan ke tanaman keras dan kawasan
pemukiman. Luas lahan sawah berpengairan yang beralih fungsi pada tahun 2006
mencapai 280.847 hektar dan tahun 2008 mencapai 278.560 hektar.
Sementara, lahan tadah hujan tak berpengairan yang sudah beralih fungsi tahun
2006 seluas 211.975 hektar dan sebanyak 193.454 hektar tahun 2007.
Untuk itu kita perlu meramalkan keadaan lahan padi sawah untuk
beberapa tahun kedepan. Hal ini diperlukan untuk dapat mengetahui dan
mengantisipasi agar laju fungsi lahan dapat diredam. Karena apabila terjadi laju
fungsi lahan yang teralu besar akan mengakibatkan berkurangnya jumah produksi,
(16)
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dilihat identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana alih fungsi lahan yang terjadi di daerah penelitian?
2. Bagaimana laju alih fungsi lahan di daerah penelitian?
3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi petani dalam melakukan alih fungsi
lahan ?
4. Bagaimana dampak alih fungsi lahan terhadap produksi padi sawah di
daerah penelitian?
5. Bagaimana proyeksi alih fungsi lahan beberapa tahun kedepan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis alih fungsi lahan yang terjadi di daerah penelitian
2. Untuk menganalisis laju alih fungsi lahan di daerah penelitian
3. Untuk menganalisis dampak alih fungsi lahan terhadap produksi padi
sawah.
4. Untuk meramalkan proyeksi beberapa tahun kedepan luas lahan sawah dan
produksi padi sawah di daerah Penelitian
5. Untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi petani
(17)
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan referensi atau sumber informasi ilmiah bagi pihak-pihak
yang membutuhkan.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan.
(18)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut
sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan
lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang
menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu
sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan
penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi
keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah
jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik
Semula fungsi utama lahan ialah untuk bercocok tanam padi, palawija,
atau hortikultura. Kini dengan gencarnya industrialisasi, lahan-lahan produktif
pertanian berubah menjadi pabrik-pabrik, jalan tol, permukiman, perkantoran, dan
lain sebagainya. Jika dalam setahun alih fungsi lahan terdata sekitar 4.000 hektar,
dalam lima tahun ke depan lahan produktif yang beralih fungsi mencapai 20.000
(19)
Secara empiris menurut Winoto (2005), lahan pertanian yang paling rentan
terhadap alih fungsi adalah sawah. Hal tersebut disebabkan oleh :
1. Kepadatan penduduk di pedesaan yang mempunyai agroekosistem
dominan sawah pada umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan
agroekosistem lahan kering, sehingga tekanan penduduk atas lahan
juga lebih tinggi.
2. Daerah persawahan banyak yang lokasinya berdekatan dengan daerah
perkotaan.
3. Akibat pola pembangunan di masa sebelumnya, infrastruktur wilayah
persawahan pada umumnya lebih baik dari padda wilayah lahan
kering.
4. Pembangunan sarana dan prasarana pemukiman, kawasan industri,
dan sebagainya cenderung berlangsung cepat di wilayah bertopografi
datar.
Tanah sawah merupakan tanah yang sangat penting di Indonesia karena
merupakan sumber daya alam yang utama dalam produksi beras. Saat ini
keberadaan tanah-tanah sawah subur beririgasi terancam oleh gencarnya
pembangunan kawasan industri dan perluasan kota (perumahan) sehingga luas
tanah sawah semakin berkurang karena di konversikan untuk penggunaan
nonpertanian. Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk menanam padi
sawah baik secara terus menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan
(20)
terdapat dalam zona iklim dengan rejim temperatur yang sesuai untuk menanam
padi paling tidak satu kali setahun.(H.Sarwono H dan M.Lutfi R,2005).
Fenomena alih fungsi lahan pertanian sudah seyogyanya jadi perhatian
semua pihak. Data terakhir merupakan ilustrasi dari Direktorat Jenderal
Pengelolaan Lahan dan Air, Departemen Pertanian (Dirjen PLA, 2005)
menunjukkan bahwa sekitar 187.720 hektar sawah beralih fungsi ke penggunaan
lain setiap tahunnya, terutama di Pulau Jawa. Direktorat Penatagunaan Tanah
Badan Pertanahan Nasional menggambarkan data yang lebih menghawatirkan lagi
mengenai alih fungsi, jika arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang
ada pada saat ini tidak ditinjau kembali. Oleh karena itu, total lahan sawah
beririgasi (7,3 juta hektar), hanya sekitar 4,2 juta hektar (57,6%) yang dapat
dipertahankan fungsinya dan sisanya sekitar 3,01 juta hektar (42,4%) terancam
beralih fungsi ke penggunaan lain (Winoto, 2005).
Dampak negatif dari alih fungsi lahan adalah hilangnya peluang
memproduksi hasil pertanian di lahan sawah yang terkonversi, yang besarnya
berbanding lurus dengan luas lahannya. Jenis kerugian tersebut mencakup
pertanian dan nilainya, pendapatan usaha tani, dan kesempatan kerja pada
usahatani. Selain itu juga hilangnya pendapatan dan kesempatan kerja pada
kegiatan ekonomi yang tercipta secara langsung maupun tidak langsung dari
kaitan ke depan (forward linkage) maupun ke belakang (backward linkage) dari
kegiatan usaha tani tersebut, misalnya usaha traktor dan penggilingan padi.
(21)
Berbagai peraturan telah dikeluarkan pemerintah untuk membatasi alih
fungsi lahan sawah. Upaya ini tidak memberikan hasil yang baik disebabkan
karena: (a) lahan sawah mudah untuk berubah kondisi fisiknya; (b) peraturan yang
bertujuan untuk mengandalikan konversi lahan secara umum hanya bersifat
himbauan dan tidak dilengkapi sanksi yang jelas; dan (c) ijin konversi merupakan
keputusan kolektif sehingga sulit ditelusuri pihak mana yang bertanggung jawab
atas pemberian ijin konversi lahan. Ketiga kelemahan tersebut pada gilirannya
menyebabkan aparat cenderung mendukung proses konversi lahan dengan alasan
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
2.2 Landasan Teori
Menurut Soekartawi 2005 faktor penyebab alih fungsi lahan pertanian
adalah sebagai berikut :
• Meningkatnya jumlah penduduk dan taraf kehidupan
• Lokasi lahan pertanian yang strategis diminati untuk kegiatan non-pertanian
• Fragmentasi lahan pertanian
• Kepentingan pembangunan wilayah yang seringkali mengorbankan sektor pertanian
(22)
Proses alih fungsi lahan pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu
bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi, perubahan
struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang. Perkembangan
yang dimaksud tercermin dari adanya:
1. Pertumbuhan aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam akibat meningkatnya
permintaan kebutuhan terhadap penggunaan lahan sebagai dampak
peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan per kapita.
2. Adanya pergeseran kontribusi sektor pembangunan dari
sektor-sektor primer khususnya dari sektor-sektor-sektor-sektor pertanian dan pengolahan
sumberdaya alam ke aktifitas sektor-sektor sekunder (manufaktur) dan
tersier (jasa).
Berkurangnya luas lahan pertanian khususnya lahan sawah di suatu
daerah, sudah tentu akan ikut mempengaruhi produksi padi di daerah tersebut.
Jika dilihat dari tingkat pertumbuhan penduduk yang pada umumnya semakin
bertambah dari tahun ke tahunnya, maka dikhawatirkan akan timbul
masalah-masalah yang mengancam ketahanan pangan di daerah tersebut. (Gunanto, 2007).
Model klasik dari alokasi lahan adalah model Ricardo (Ricardian Rent).
Menurut model ini, alokasi lahan akan mengarah pada penggunaan yang
menghasilkan surplus ekonomi (land rent) yang lebih tinggi, yang tergantung
pada derajat kualitas lahan yang ditentukan oleh kesuburannya serta kelangkaan
lahan. Menurut von Thunen nilai land rent bukan hanya ditentukan oleh
kesuburannya tetapi merupakan fungsi dari lokasinya. Pendekatan von Thunen
(23)
sebagi cincin-cincin lingkaran yang bentuknya konsentris yang mengelilingi kota
tersebut. Teori von Thunen mencoba untuk menerangkan berbagai jenis pertanian
dalam arti luas yang berkembang disekeliling daerah perkotaan yang merupakan
pasar komoditi pertanian tersebut (Suwandi,2002).
Alih fungsi lahan sawah tidak terlepas dari situasi ekonomi secara
keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan beberapa sektor
ekonomi tumbuh dengan cepat sehingga sektor tersebut membutuhkan lahan yang
lebih luas. Apabila lahan sawah letaknya dekat dengan sumber ekonomi maka
akan menggeser penggunaannya kebentuk lain seperti pemukiman, industri
manufaktur dan fasilitas infrastruktur. Hal ini terjadi karena land rent persatuan
luas yang diperoleh dari aktivitas baru lebih tinggi daripada yang dihasilkan
sawah. Hal ini terjadi karena land rent persatuan luas yang diperoleh dari aktivitas
baru lebih tinggi daripada yang dihasilkan sawah. (Suwandi,2002).
Hubungan antara nilai land rent dan alokasi sumber daya lahan diantara
berbagai kompetisi penggunaan sektor komersial dan strategis, mempunyai
hubungan yang erat. Sektor tersebut berada pada kawasan strategis dengan land
rent yang tinggi, sebaliknya sektor yang kurang mempunyai nilai komersial nilai
rentnya semakin kecil. Economic rent sama dengan surplus ekonomi yang
merupakan kelebihan nilai produksi total diatas biaya total. Suatu lahan
sekurang-kurangnya memiliki empat jenis rent, yaitu:
1. Ricardian rent, menyangkut fungsi kualitas dan kelangkaan lahan
(24)
3. Ecological rent, menyangkut fungsi ekologi lahan
4. Sosiological rent, menyangkut fungsi sosial dari lahan
Hubungan antara nilai land rent dan alokasi sumber daya lahan diantara
berbagai kompetisi penggunaan sektor komersial dan strategis, mempunyai
hubungan yang erat. Sektor tersebut berada pada kawasan strategis dengan land
rent yang tinggi, sebaliknya sektor yang kurang mempunyai nilai komersial nilai
rentnya semakin kecil. Economic rent sama dengan surplus ekonomi yang
merupakan kelebihan nilai produksi total diatas biaya total. (Winoto, 2005).
Untuk mencegah lebih banyak terjadi alih fungsi lahan untuk tahun-tahun
berikutnya, dapat digunakan metode peramalan. Peramalan dapat diartikan
sebagai penggunaan data masa lalu dari sebuah variabel atau kumpulan variabel
untuk mengestimasikan nilai dimasa yang akan datang. Untuk membuat
peramalan dimulai dengan mengeksplorasi data dari waktu
yang lalu dengan mengembangkan pola data dengan asumsi bahwa pola data
waktu yang lalu itu akan berulang lagi pada waktu yang akan datang, misalnya
berdasarkan data dan pengalaman pada 12 bulan yang terakhir. (Suwandi,2002).
(25)
2.3 Kerangka Pemikiran
Luas lahan padi sawah yang pada awalnya cukup luas akhir-akhir ini
makin menyusut. Lahan padi sawah yang luas sangat penting untuk memperoleh
hasil produksi yang maksimal. Namun seiring dengan alih fungsi lahan yang
terjadi maka luas lahan padi sawah semakin menurun. Laju alih fungsi lahan
merupakan salah satu akibat yang dapat menimbulkan berkurangnya luas lahan
padi sawah yang semula lahan padi sawah tersebut cukup luas namun karena
terjadinya laju alih fungsi lahan maka lahan tersebut semakin lama semakin
berkurang. Selain itu terdapat beberapa kerugian yang harus diperhitungkan
sebagai dampak negatif Alih fungsi sawah, seperti hilangnya potensi produksi
beras, hilangnya kesempatan kerja, dan semakin rusaknya lingkungan hidup.
Muara dari semua itu adalah kesejahteraan masyarakat yang sulit meningkat.
Dalam proses laju alih fungsi lahan ini juga dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor-faktor yaitu faktor penarik serta faktor pendorong yang
mempengaruhi petani dalam mengalihfungsikan lahan mereka. Faktor penarik
merupakan faktor yang membuat petani mengalihfungsikan lahan mereka menjadi
komoditi lain yang lebih menguntungkan. Sedangkan faktor pendorong
merupakan faktor yang dipengaruhi oleh komoditi yang diusahakan tersebut yaitu
padi sawah. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut petani terdorong Alih
fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari
fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang membawa
(26)
untuk mengalihfungsikan lahan mereka ke komoditi lain maupun ke fungsi
lainnya.
Luas lahan padi sawah yang semakin menurun juga berdampak terhadap
produksi padi sawah tersebut. Produksi padi sawah dengan luas lahan yang luas
tentu berbeda dengan produksi padi sawah dengan luas lahan yang semakin
sempit. Turunnya produksi padi sawah tersebut dapat mempengaruhi kehidupan
masyarakat untuk kedepannya. Dengan data yang ada kita juga dapat
memproyeksikan bagaimana perkembangan luas lahan maupun produksi beberapa
tahun kedepan. Proyeksi pada dasarnya merupakan suatu perkiraan atau taksiran
mengenai terjadinya suatu kejadian (nilai dari suatu variabel) untuk waktu yang
akan datang.
Alih fungsi lahan pertanian membuat pergeseran luas lahan pertanian,
terutama luas lahan padi sawah. Ini membuat terjadinya laju pergeseran luas lahan
yang semakin cepat terutama di sumatera utara ini. Karena adanya pergeseran luas
lahan pada padi sawah membuat terjadinya perubahan hasil produksi padi di tiap
tahunnya. Ini berbanding lurus apabila terjadi alih fungsi lahan padi sawah
menjadi lahan yang lain akan membuat produksi padi sawah akan menurun.
(27)
Keterangan
: Dampak
: Hubungan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Produksi Padi Laju Alih Fungsi Lahan
Negatif Positif
Proyeksi
Faktor-faktor yang mempengaruhi - Faktor Penarik
- Faktor Pendorong Luas Lahan Padi Sawah
(28)
2.3 Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini, maka dapat
diuraikan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Terjadi penurunan produksi pada sawah di daerah penelitian yang
merupakan dampak dari alih fungsi lahan.
2. Terjadi penurunan terhadap proyeksi luas lahan sawah dan produksi padi
(29)
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu secara
sengaja, dengan memilih Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
Kabupaten Deli Serdang dipilih dengan alasan bahwa Kabupaten ini adalah
merupakan salah satu Kabupaten yang menjadi sentra produksi padi sawah di
Sumatera Utara.
Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara
No Kabupaten Luas Panen Produksi Rata-rata
Ha Ton Kw/Ha
1 Nias 14,271 54810 38.41
2 Mandailing Natal 42,801 194387 45.42
3 Tapanuli Selatan 68,981 323218 46.86
4 Tapanuli Tengah 28,192 117618 41.72
5 Tapanuli Utara 23,175 101085 43.62
6 Toba Samosir 22,633 100830 44.55
7 Labuhan Batu 57,769 259953 45.00
8 Asahan 17,098 77556 45.36
9 Simalungun 81,144 395424 48.73
10 Dairi 15,113 65968 43.65
11 Karo 13,067 56857 43.51
12 Deli Serdang 73,820 347766 47.11
13 Langkat 79,464 363309 45.72
14 Nias Selatan 8,822 34124 38.68
15 Humbang Hasundutan 13,408 58314 43.49
16 Pakpak Barat 1,690 7277 43.06
17 Samosir 7,115 31424 44.17
18 Serdang Bedagai 72,766 348806 47.94
19 BatuBara 33,193 150571 45.36
Jumlah 674,522 3,089,297 45.80
(30)
3.2 Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel penelitian dengan Metode Accidental
(penelusuran). Metode accidental sample ini sample yang diambil dari siapa saja
yang kebetulan ada. Pengambilan sampel penelitian melalui metode ini adalah
dari petani padi sawah yang berada di Kabupaten Deli Serdang yang mengalami
alih fungsi lahan. Adapun jumlah petani yang dijadikan sampel dalam penelitian
saya adalah 30 petani yang berada di Kabupaten Deli Serdang.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden
di daerah penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau
instansi terkait, seperti BPS Sumut, dan Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten
Deli Serdang dan Dinas Pertanian yang terkait di daerah penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Masalah (1),(2), dan (3) diuji dengan menggunakan metode analisis deskriptif
dengan melihat keadaan yang terjadi di daerah penelitian khususnya mengenai
kedaaan alih fungsi lahan.
Untuk Masalah (4) atau Hipotesis (1) diuji dengan metode uji beda rata-rata
(31)
Dimana :
= rata-rata nilai variable I
= rata-rata nilai variable II
= rata-rata standar deviasi I
= rata-rata standar deviasi II
= jumlah sampel variabel I
= Jumlah sampel variabel II
Kriteria Uji :
t-hitung < t-tabel ; H0 diterima, H1 ditolak
(32)
Untuk Masalah (5) atau Hipotesis (2) di uji dengan metode ramalan
(forecasting) dengan menggunakan analisa ekstrapolasi/trend
Menurut H.M.Yacob (2009), setelah persamaan garis trend yang linier tersusun,
kemudian dapat diramalkan garis trend linier untuk masa mendatang dengan
persamaan berikut :
Pt = Po (1+r)
Dimana : Pt = Nilai pada tahun t (t-o)
Po = Nilai pada tahun dasar
r = Rata-rata proporsi kenaikan setiap tahun
(t-o) =Selisih antara tahun dasar dengan tahun yang
diramalkan,yang sering disingkat dengan n
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Defenisi
1. Alih fungsi lahan pertanian adalah peralihan fungsi lahan produktif dari
sektor pertanian menjadi non pertanian.
2. Produksi padi adalah total produksi padi di Kabupaten Deli Serdang
yang dihitung dalam ton.
3. Luas Lahan pertanian adalah luas lahan sawah yang dipakai untuk
komoditi padi dimana termasuk lahan sawah teknis dan non teknis yang
(33)
4. Pertanian adalah seluruh kegiatan manusia dalam pengelolaan
sumberdaya alam hayati. Pada penelitian ini, lahan pertanian yang
diteliti adalah lahan sawah
5. Proyeksi adalah suatu cara untuk mengetahui perkembangan di masa
yang akan datang berdasarkan data yang telah ada.
Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera
Utara.
2. Waktu penelitian adalah tahun 2010.
3. Pemanfaatan lahan, luas lahan pertanian dan produksi padi menggunakan
data sekunder 10 tahun mulai dari tahun 1999-2009 Kabupaten Deli
serdang
(34)
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian Kabupaten Deli Serdang Luas dan Kondisi Geografis
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di
kawasan pantai timur sumatera utara. Secara geografis Kabupaten Deli serdang
berada pada 20 57 LU, 30 16 LS dan 980 33-990
Kabupaten Deli Serdang menempati area seluas 2.497,72 Km
BT dengan ketinggian 0-500 m di
atas permukaan laut.
2
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai
yang terdiri
dari 22 kecamatan keseluruhan definitif wilayah kabupaten deli serdang. Secara
administrative, batas-batas daerah penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Selat Sumatera
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten
Langkat.
Keadaan Penduduk
Tahun 2008 jumlah penduduk Deli Serdang sebesar 1.738.431 jiwa dengan
kepadatan penduduk sebesar 696 jiwa per Km2. Jumlah rumah tangga sebanyak
382.732 rumah tangga dan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh 5 jiwa,
(35)
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah penduduk Kabupaten Deli
Serdang berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5
Tabel. 2 Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin
Golongan Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
Jiwa Jiwa Jiwa
0-4 99,404 94,477 193,881
5-9 98,199 93,541 191,740
10-14 103,285 99,129 202,414
15-19 105,039 104,298 209,337
20-24 82,598 88,646 171,244
25-29 74,249 80,336 154,585
30-34 67,517 69,608 137,125
35-39 60,186 61,350 121,536
40-44 53,130 50,702 103,832
45-49 39,885 35,926 75,811
50-54 24,847 23,858 48,705
55-59 18,939 18,968 37,907
60-64 16,292 16,573 32,865
65-69 10,075 11,888 21,963
70-75 8,513 9,096 17,609
75+ 8,131 9,746 17,877
Jumlah 870,289 868,142 1,738,431
Sumber : BPS, Kabupaten Deli Serdang dalam angka 2008
Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Deli Serdang
pada tahun 2008 sebesar 1,738,431 Jiwa yang terdiri dari 870,289 laki-laki dan
868,142 perempuan, dari data tersebut dapat dilihat bahwa penduduk laki-laki
(36)
jumlah usia non produktif bayi, balita, anak-anak dan remaja (0-14 tahun) sebesar
588,035 jiwa (33,82%), 15-59 sebesar 1,132,519 jiwa (65,14%) dan 75 tahun
keatas sebesar 17,877 jiwa (1,02%) yang berarti jumlah penduduk produktif lebih
besar di bandingkan usia non produktif.
Sarana Dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan
masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju
pembangunan. Sarana dan prasarana di Kabupaten Deli Serdang sekarang ini
sangat baik, hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana
pendidikan, kesehatan, tempat peribadatan, transportasi yang sudah cukup
memadai.
Tabel 3. Sarana dan Prasarana
No Sarana dan Prasarana Jumlah ( unit )
1 Sekolah
a. SD b. SLTP
c. SLTA
d. Sekolah Kejuruan
e. Madrasa ibtidaiyah f. Madrasah Tsanawiyah
g. Madrasa Aliyah
772 213 113 99 100 98 32 2 Kesehatan
a. Puskesmas b. Pustu
c. Rumah Bersalin d. Rumah Sakit
32 103 144 14 3 Tempat peribadatan
e. Masjid f. Musholla g. Gereja h. Kuil 820 892 559 15
(37)
Sarana pendidikan di Kabupaten Deli Serdang sudah mulai lengkap
mulai Sekolah Dasar berjumlah 772 unit, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama
berjumlah 213 unit, Sekolah Lanjut Tingkat Atas berjumlah 113 unit, sekolah
kejuruan 99 unit bahkan ada sekolah yang bernuansa agama seperti Madrasah
mulai dari Ibtidaiyah hingga Aliyah sebanyak 230 unit. Status sekolah pun
beragam mulai dari negeri, swasta maupun sekolah luar negeri yang tersebar di
setiap sudut dan pelosok Kabupaten Deli Serdang dengan kualitas yang beragam.
Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk Kabupaten besar
seperti Kabupaten Deli Serdang yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang
ada yaitu puskesmas 32 unit, Pustu 103 unit, Rumah Bersalin 144 unit, Rumah
sakit 14 unit.
Sarana peribadatan juga sangat diperlukan oleh penduduk Kabupaten Deli
Serdang yang besar dan beragam, dapat saling menerima diantara perbedaan yang
ada sehingga tetap saling menghormati, sarana peribadatan yang ada yaitu masjid
820 unit, musholla 892 unit, gereja 559 unit, kuil 15 unit dan wihara 50 unit.
4.2 Karakteristik Petani Sampel Kabupaten Deli Serdang
Karakteristik yang menjadi petani sampel di Kabupaten Deli Serdang
dalam penelitian ini meliputi luas lahan, umur petani, tingkat pendidikan, jumlah
(38)
Tabel 4. Karakteristik Petani Sampel di Kabupaten Serdang Bedagai
No. Uraian Range Rataan
1 Luas Lahan (Ha) 0.1 – 2.5 0.87
2 Umur Petani (Tahun) 23 - 52 39.2
3 Pengalaman Bertani 7 - 35 20.5
4 Jumlah Tanggungan (Jiwa) 2 - 6 3.9
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1.b
Dari Tabel 7. dapat diketahui bahwa rata-rata petani sampel di Kabupaten
Deli Serdang memiliki luas lahan Padi Sawah di daerah penelitian yaitu sekitar
0,87 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel di daerah penelitian termasuk
petani yang memiliki lahan yang tidak terlalu luas untuk berusahatani kacang
tanah.
Rata-rata umur petani sampel di daerah penelitian adalah 39,2 tahun. Ini
menunjukkan bahwa petani sampel masih tergolong dalam usia yang masih
produktif untuk mengusahakan usahatani Padi Sawah.
Rata-rata pengalaman bertani yang dimiliki petani kacang tanah di
Kabupaten Serdang Bedagai adalah 20,5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
pengalaman petani dalam bertani sudah cukup lama.
Rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani Padi Sawah di daerah
penelitian adalah 3,9 jiwa. Jumlah ini berpengaruh terhadap beban tanggungan
(39)
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Alih Fungsi Lahan Di daerah Penelitian
Alih fungsi lahan terjadi di daerah penelitian begitu bervariasi. Namun
didaerah penelitian, lahan padi sawah beralih fungsi menjadi tanaman perkebunan
serta tanaman hortikultura. Pemilik lahan mengalihfungsikan lahan pertaniannya
untuk mengharapkan keuntungan lebih. Motivasi petani dalam mempertahankan
lahannya maupun mengalih fungsikannya pada multifungsi penggunaan tidak
terlepas oleh tingkat pengetahuan petani mengenai manfaat langsung, tidak
langsung, bawaan maupun fungsi negatif lahan sawah. Menurut Wibowo (1996)
rendahnya motif petani mempertahankan lahan sawahnya dikarenakan persepsi
tentang kerugian akibat alih fungsi lahan sawah yang berdampak negatif, tidak
dianggap sebagai suatu persoalan. Oleh karena rendahnya pengetahuan petani atau
persepsi petani terhadap manfaat lahannya menjadi motivasi petani
mengalihfungsikan lahan.
Secara ekonomis, hasil produksi pertanian padi sawah memiliki harga jual
yang rendah dibandingkan dari komoditi pengganti. Sehingga petani padi sawah
banyak yang mengalihkan komoditi padi sawah mereka dengan komoditi
pengganti. Selain faktor ekonomi para petani juga menghadapi faktor-faktor
lainnya dalam mengalih fungsikan komoditi padi sawah menjadi komoditi
(40)
Alih fungsi tanah yang semula untuk pertanian menjadi tanah
non-pertanian adalah faktor utama dari semakin sedikitnya tanah non-pertanian. Selain
berkurangnya lahan untuk pertanian, dalam arti untuk menghasilkan bahan-bahan
pangan dan menyediakan lapangan pekerjaan sebagai fungsi utama dari tanah
pertanian tersebut, maka dapat diartikan pula semakin berkurangnya tanah yang
subur berakibat pada rusaknya ekosistem, yaitu sebagai penyerap/penampung air
hujan, pencegah banjir dan erosi dan pelindung atas lingkungan. Semakin
seringnya banjir dan tanah longsor adalah salah satu akibat yang disebabkan
semakin bertambahnya tanah kritis, baik itu karena pengalihfungsian tanah
pertanian menjadi tanah non pertanian ataupun penatagunaan tanah yang tidak
tepat.
Diolah dari lampiran 6
Gambar 2: Persentase Komoditi Pengganti di Kabupaten Deli Serdang
Gambar 2 menunjukkan bahwa alih fungsi yang terjadi di Kabupaten Deli
Serdang sebesar 43% petani mengalih fungsikan lahan padi sawahnya menjadi
(41)
pengganti tersebut. Selain mengganti tanaman padi sawah mereka menjadi
tanaman perkebunan, para petani didaerah penelitian juga mengganti tanaman
padi sawahnya menjadi tanaman hortikultura. Sebesar 57% petani padi sawah
mengalih fungsikan tanaman padi sawah menjadi tanaman-tanaman hortikultura
seperti cabai,tomat, dll.
5.2 Laju Alih Fungsi Lahan Di Daerah Penelitian
Laju alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Deli Serdang dalam kurun
waktu sepuluh tahun dilihat dari persentase perubahan luas lahan sawah per
tahun. Tabel 5 menunjukkan luas lahan sawah dalam kurun waktu sepuluh tahun.
Tabel 5. Laju alih fungsi lahan sawah per tahun di Kabupaten Deli Serdang tahun 1999 - 2009
Tahun Luas Lahan Perubahan Luas Lahan Sawah
Terhadap Tahun Sebelumnya
Persentase
(Ha) (Ha) (%)
1999 156,564
2000 150,824 -5,830 -3.72
2001 149,424 -1,400 -0.92
2002 131,500 -17,924 -11.99
2003 141,622 10,122 7.7
2004 72,742 -68,880 -48.6
2005 69,892 -2,850 -3.91
2006 74,237 4,345 6.2
2007 74,355 118 0.15
2008 73,369 -986 -1.33
2009 74,736 1,367 1.8
Sumber : BPS – Kabupaten Serdang bedagai berbagai tahun terbit
Tabel 5 menunjukkan bahwa sejak tahun 1999 terjadi penurunan luas
lahan sawah. Tahun 1999 terjadi sedikit kenaikan luas lahan sawah namun
(42)
sedikit terjadi di tahun 2003 dan kemudian kembali menurun. Peningkatan lahan
sawah terjadi pada tahun 2003, 2006,2007 dan 2009 namun peningkatan ini belum
mampu mengimbangi penurunan luas lahan yang terjadi sejak tahun 1999.
Tabel 5 menunjukkan laju alih fungsi lahan sawah tertinggi terjadi pada
tahun 2004 yaitu sebesar 48,6 % atau terjadi penunurunan luas lahan sawah
sebesar 68.880 Ha setahun. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah
adanya pemekaran yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang. Peningkatan luas
lahan sawah terbesar atau laju alih fungsi terendah yakni sebesar 10.122 Ha atau
7.7 % yang terjadi pada tahun 2003. Secara keseluruhan, dari tahun 1998 sampai
2007 telah terjadi alih fungsi lahan sawah sebesar 81.914 Ha atau sekitar 52.29 %.
Laju alih fungsi lahan sawah ke sektor non pertanian maupun komoditi
selain padi sawah tentu akan dapat mengancam ketahanan pangan yang
berdampak terhadap turunnya produksi pertanian. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Rahmanto, dkk (2002), ditinjau dari aspek produksi, kerugian
akibat alih fungsi lahan sawah di Jawa selama kurun waktu 18 tahun (1981-1998)
diperkirakan telah menyebabkan hilangnya produksi beras sekitar 1,7 juta
ton/tahun atau sebanding dengan jumlah impor beras tahun 1984-1997 yang
berkisar antara 1,5 - 2,5 juta ton/tahun. Hal tersebut mempertegas kenyataan
bahwa laju alih fungsi lahan yang terus terjadi ke sektor non pertanian maupun
komoditi selain padi sawah akan mengancam ketahanan pangan dimasa
mendatang. Berdasarkan tabel 9 terlihat bahwa dalam kurun waktu sepuluh tahun
(43)
yang berperan dalam menghambat laju alih fungsi lahan pertanian pangan ke
bentuk non pertanian.
Laju alih fungsi lahan yang terjadi merupakan dampak dari pergeseran
pusat perekonomian yang semakin meluas. Pusat perekonomian yang dalam hal
ini pusat kota yang semakin besar dan mulai menggeser sektor pertanian yang
umumnya berada dipinggir. Untuk menahan laju alih fungsi lahan yang semakin
cepat dan tidak bisa dicegah lagi maka hendaknya pemerintah serta masyarakat
bekerja sama dalam menekan laju pertumbuhan penduduk, realokasi penduduk
untuk mengurangi tekanan terhadap lahan pertanian terutama di kawasan pertanian produktif, mengembangkan pajak progresif pada lahan nonpertanian untuk mengurangi permintaan lahan yang berlebihan dan tidak efisien, dan menerapkan prinsip "hemat lahan" dalam mengembangkan kegiatan nonpertanian.
Alih fungsi yang terjadi di daerah penelitian adalah bentuk pengalokasian usaha
tani padi sawah menjadi perkebunan, perumahan maupun infrastruktur. Selain
mengharapkan keuntungan lebih atau surplus ekonomi dengan mengalih
fungsikan lahan, aspek kebijakan, misalnya pembangunan infrastruktur, juga
menjadi salah satu alasan yang membuat petani mengalih fungsikan lahannya.
Model Ricardo melalui pendekatan Von Thunen cukup menjelaskan
bahwa terjadinya laju alih fungsi oleh karena meningkatnya land rent secara
relatif. Meningkatnya land rent akan meningkatkan nilai tukar (term of trade)
jasa-jasa komersial yang menyebabkan semakin bergesernya pusat perekonomian.
Pergeseran pusat perekonomian menyebabkan dorongan pada areal pertanian yang
berada di sekeliling pusat perekonomian. Dorongan dalam hal ini yakni berupa
(44)
taninya, sehingga petani lebih memilih mengalih fungsikan lahannya ke bentuk
lain. Dorongan lain yang menyebabkan meningkatnya laju alih fungsi yakni
pertimbangan petani terhadap opprtunity cost, dengan mengganti komoditi padi
sawah dengan komoditi perkebunan yang dianggap lebih menguntungkan.
Oleh karena itu laju alih fungsi lahan yang terus terjadi di Kabupaten Deli
Serdang dalam kurun waktu sepuluh tahun sejak 1999 – 2009 adalah 52,29 %
untuk penggunaan pertanian selain padi dan non pertanian seperti perumahan dan
infrastruktur.
5.3 Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Didaerah Penelitian
Keberadaan lahan sawah memberi manfaat yang sangat luas secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, hilangnya lahan sawah akibat di alih fungsikan ke penggunaan pertanian maupun nonpertanian akan mengurangi manfaat tersebut. Alih fungsi lahan sawah yang cukup marak akhir-akhir ini dapat menimbulkan dampak yang luas, tidak hanya pada berbagai aspek pembangunan namun juga terhadap produksi padi sawah untuk kedepannya. Dampak alih fungsi
lahan padi sawah terhadap produksi padi sawah yang terjadi di daerah penelitian
(45)
Tabel 6.Hasil Uji Beda Rata-rata berpasangan untuk Produksi Padi sawah
No Uraian N
Rata-rata Produksi
(Ton)
t-hitung df
Sig.(2-failed)
1 Produksi padi sawah
sebelum terjadinya alih fungsi lahan
5 740991.8
14.538 4 .000
2 Produksi padi sawah
setelah terjadinya alih fungsi lahan
5 376451
t-tabel = 2,776
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 7
Dari tabel 6. Dapat dilihat bahwa nilai signifikansi produksi padi sawah
sebelum terjadinya alih fungsi lahan dan produksi padi sawah setelah adanya alih
fungsi lahan sebesar 0.000 ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
cukup signifikan antara produksi padi sawah sebelum terjadinya alih fungsi lahan
dengan produksi padi sawah setelah adanya alih fungsi lahan, karena nilai
signifikansi < 0.005
Hal ini juga dibuktikan dengan pengujian t-hitung. Dari Tabel 11
diperoleh nilai t-hitung sebesar 14.538 dan dari tabel distribusi t didapat t-tabel
sebesar = 2.776 maka tidak terdapat perbedaan antara produksi padi sawah
sebelum terjadinya alih fungsi lahan dengan produksi padi sawah setelah adanya
alih fungsi lahan, karena t-hitung > t-tabel, (14.538 > 2.776)
Berdasarkan tabel.11 maka dapat dinyatakan bahwa dari alih fungsi lahan
terjadi dampak yang negative terhadap perubahan produksi padi sawah yang
berarti Ho ditolak dan H1 diterima dengan kata lain dengan terjadinya alih fungsi
terhadap lahan padi sawah maka produksi padi sawah akan menurun dari
(46)
5.4 Proyeksi Luas Lahan Sawah dan Produksi Padi di Daerah Penelitian dalam Lima Tahun Kedepan
Alih fungsi lahan yang terjadi khususnya pada lahan sawah pada
multifungsi penggunaan non-sawah akan mengakibatkan luas lahan sawah
semakin sempit di Kabupaten Deli Serdang. Luas lahan yang sawah yang
semakin sempit ini akan mempengaruhi produksi padi di Kabupaten Deli
Serdang.Tabel 7 akan menunjukkan luas lahan sawah dan produksi padi dalam
sepuluh tahun terakhir di Kabupaten Deli Serdang.
Tabel 7. Luas lahan dan produksi padi sawah Kabupaten Deli Serdang tahun 1999-2009
No Tahun Luas Lahan(Ha) Produksi(Ton)
(y) (y)
1 1999 156,564 795,325
2 2000 150,824 767099
3 2001 149,424 749832
4 2002 131,500 670097
5 2003 141,622 722406
6 2004 72,742 371331
7 2005 69,892 358887
8 2006 74,237 383540
9 2007 74,355 386542
10 2008 73,369 381955
11 2009 74,736 389595
Sumber : BPS – Berbagai tahun terbit
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari tahun 1999 - 2009 luas lahan sawah di
Kabupaten Deli Serdang cenderung mengalami penurunan demikian pula dengan
produksi padi yang cenderung menurun sejak tahun 1999 - 2009. Kenaikan luas
lahan memang terjadi tetapi kenaikan luas lahan sawah tersebut belum mampu
mengimbangi penurunan luas lahan yang teralihfungsi sejak 1999 - 2009.
(47)
memang terjadi akan tetapi peningkatan ini belum mampu menyaingi penurunan
produksi padi yang terjadi sejak 1999 – 2009
Luas lahan sawah Kabupaten Deli Serdang lima tahun mendatang atau tahun
2014 merupakan suatu hasil proyeksi luas lahan pada tahun sebelumnya. Luas
lahan padi sawah tahun 2014 diramalkan dari data luas lahan padi sawah selama
sepuluh tahun yaitu dari tahun 1999 sampai tahun 2009. Tabel 8 menunjukkan
luas lahan padi sawah Kabupaten Deli Serdang tahun 1999 hingga tahun 2009.
Tabel 8. Luas lahan Padi Sawah Kabupaten Deli Serdang tahun 1999 – 2009
Tahun Luas Lahan Perubahan Dari
Tahun Sebelumnya
Proporsi Perubahan
(Ha)
(Ha)
(Ha)
1999 156,564
2000 150,824 -5,740 -0.0367
2001 149,424 -1,400 -0.0093
2002 131,500 -17,924 -0.12
2003 141,622 10,122 0.07697
2004 72,742 -68,880 -0.4864
2005 69,892 -2,850 -0.0392
2006 74,237 4,345 0.06217
2007 74,355 118 0.00159
2008 73,369 -986 -0.0133
2009 74,736 1,367 0.01863
Jumlah -0.5453
Rata-rata -0.0496
Sumber : Data diolah dari lampiran 2
Untuk produksi padi sawah Kabupaten Deli Serdang lima tahun
mendatang atau tahun 2014 merupakan suatu hasil proyeksi produksi padi pada
tahun sebelumnya. Produksi padi sawah tahun 2014 diramalkan dari data produksi
(48)
a. Proyeksi Luas Lahan Sawah Kabupaten Deli Serdang tahun 2014
Berdasarkan lampiran 5 diperoleh persamaan proyeksi dari tabel yakni :
P2014 = 74,736 (1 - 0.0496)
Persamaan tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata dari Luas lahan padi
Kabupaten Deli Serdang cenderung berkurang sebesar 0.0496 . 5
Proyeksi luas lahan sawah Kabupaten Deli Serdang Bedagai tahun 2014
seperti yang terlihat pada lampiran 5 yakni seluas 57,951 Ha. Terlihat bahwa
proyeksi luas lahan sawah cenderung menurun dalam kurun waktu lima tahun
sejak tahun 2010 sebesar -13,761 Ha. Dengan adanya pernyataan ini berarti
hipótesis H1 di terima karena pada kenyataannya di daerah Deli Serdang pada 5
tahun kedepan mengalami penurunan luas lahan padi sawah.
Tabel 9 menunjukkan produksi padi sawah Kabupaten Deli Serdang
tahun 1999 hingga tahun 2009.
Tabel 9. Produksi Padi Sawah Kabupaten Deli Serdang tahun 1999 – 2009
Tahun Produksi Perubahan Dari
Tahun Sebelumnya
Proporsi Perubahan
(Ton) (Ton) (Ton)
1999 795,325
2000 767099 -28,226 -0.0355
2001 749832 -17,267 -0.0225
2002 670097 -79,735 -0.1063
2003 722406 52,309 0.0781
2004 371331 -351,075 -0.4859
2005 358887 -12,444 -0.03351
2006 383540 24,653 0.0687
2007 386542 3,002 0.0078
2008 381955 -4,587 -0.0119
(49)
Luas lahan sawah dan produksi padi Kabupaten Deli Serdang diperoleh
dari suatu hasil metode proyeksi yang dianalisis dengan menggunakan metode
ekstrapolasi/trend.
b. Proyeksi Produksi Padi Kabupaten Deli Serdang tahun 2014
Berdasarkan lampiran 5 diperoleh persamaan proyeksi dari tabel yakni :
P2014 = 389595 (1 - 0.04737)
Persamaan tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata dari produksi padi
Kabupaten Deli Serdang cenderung berkurang sebesar 0.04737. 5
Proyeksi produksi padi Kabupaten Deli Serdang tahun 2014 seperti yang
terlihat pada lampiran 5 yakni 305,609 Ton. Terlihat bahwa proyeksi produksi
padi cenderung menurun dalam kurun waktu lima tahun sejak tahun 2009 sebesar
-320,815 Ton. Dengan adanya pernyataan ini berarti hipótesis H1 diterima karena
pada kenyataan nya di daerah Deli Serdang pada 5 tahun kedepan mengalami
penurunan produksi lahan padi sawah.
5.5 Faktor Penarik dan Faktor Pendorong Petani Dalam Melakukan Alih Fungsi Lahan
Faktor penarik maupun pendorong merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Faktor penarik merupakan
pemicu yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan padi sawah yang
mengakibatkan juga terjadinya penurunan produksi padi sawah. Lahan yang
(50)
berkurang tetapi permintaan akan hasil produksi padi sawah meningkat akibat
pertumbuhan penduduk. Akibatnya, penggunaan lahan bergeser pada aktivitas
pertanian yang lebih menguntungkan. Selain itu juga ada faktor pendorong yang
menyebabkan alih fungsi lahan yaitu yang mendorong petani padi sawah
mengalih fungsikan lahan padi sawah mereka. Buruknya kondisi sosial ekonomi
memicu petani mengganti komoditi pertaniannya menjadi komoditi yang lebih
menguntungkan. Mereka merasa tidak mendapat keuntungan ekonomis dari
komoditi sebelumnya itu. Gambar berikut akan menunjukkan faktor-faktor yang
menyebabkan petani mengganti komoditi padi sawah dengan komoditi lain.
Sumber : Data diolah dari lampiran 6
Gambar 3 : Grafik Faktor Penarik di Kabupaten Deli Serdang
Keterangan :
1. Irigasi
2. Input Produks i Sulit Diperoleh
3. Harga Input Produksi mahal
(51)
Gambar 3 menunjukkan bahwa Faktor-Faktor Penarik petani mengganti
komoditi adalah 70% atau hampir seluruh responden yaitu 21 dengan alasan
irigasi yang tersedia tidak baik dan tidak menyediakan pengairan yang cukup bagi
daerah tersebut sehingga petani padi sawah di deaerah tersebut mengganti
komoditi mereka dengan komoditi lain. 37% atau 11 dengan alasan input produksi
sulit diperoleh, 37% atau 11 petani dengan alasan harga input produksi yang
mahal pada saat itu, 40% atau 12 petani dengan alasan tenaga kerja yang
digunakan padi komoditi pengganti lebih sedikit dibandingkan padi sawah, 67%
atau 20 orang dengan alasan serangan hama yang menyerang tanaman padi lebih
banyak dari pada komoditi pengganti sehingga petani mengganti komoditi mereka
dengan komoditi yang lebih tahan terhadap serangan hama.
Sebenarnya Kabupaten Deli Serdang juga merupakan salah satu daerah
Lumbung padi di provinsi Sumatera Utara. Banyak daerah yang berpotensi
lahannya untuk ditanami padi sawah. Tetapi masalah air juga menjadi kendala
banyak daerah belum ada irigasi yang memadai contohnya di Kecamatan Galang ,
disini irigasi tidak dapat di alirkan diseluruh desa sehingga petani menjadi
bermasalah dalam memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Irigasi juga terkadang
hanya ada dalam sekali musim tanam padi sawah saja, sehingga setelah panen
petani juga harus mengubah fungsi lahannya yang semula menjadi lahan padi
sawah menjadi komoditi hortikultura. Selain masalah irirgasi, teknik budidaya
yang rumit juga mendorong petani untuk mennganti komoditinya dari padi sawah
menjadi komoditi lain. Tanaman padi bukan hanya sulit dalam teknik budi daya
nya juga dalam pemeliharannya karena banyak sekali hama dan penyakit yang
(52)
Selain faktor-faktor pendorong yang menjadi alasan petani dalam
mengalihfungsikan lahan, tetapi ada juga faktor yang merupakan
faktor-faktor penarik petani dalam mengalihfungsikan lahan padi sawah mereka menjadi
komoditi pengga nti. Gambar berikut akan menunjukkan faktor-faktor pendorong
yang menyebabkan petani mengganti komoditi padi sawah dengan komoditi lain.
Sumber : Data diolah dari lampiran 6
Gambar 4 : Grafik Faktor Pendorong di Kabupaten Deli Serdang
Keterangan :
1. Tehnik Budidaya
2. Harga Komoditi Pengganti Lebih Tinggi
Gambar 4 menunjukkan bahwa Faktor-Faktor Pendorong petani
mengganti komoditi adalah 53% atau 16 responden dengan alasan tehnik
budidaya komoditi pengganti lebih mudah dibanding komoditi sebelumnya yaitu
padi sawah dan factor pendorong lainnya yaitu sebesar 70% atau 21 responden
(53)
alasan bahwa petani padi sawah mengalihfungsikan komoditi mereka menjadi
(54)
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Alih fungsi yang terjadi di daerah deli serdang alih fungsi padi sawah
banyak beralih fungsi menjadi tanaman hortikultura
2. Laju alih fungsi lahan sawah di Kabupaten deli serdang laju alih fungsi
tertinggi terjadi pada tahun 2004.
3. Dampak yang terjadi di kabupaten deli serdang terdapat perbedaan yang
nyata antara produksi padi sawah sebelum terjadinya alih fungsi lahan
dengan produksi padi sawah setelah adanya alih fungsi lahan.
4. Proyeksi luas lahan padi sawah maupun produksi terlihat di kabupaten deli
serdang bahwa proyeksi luas lahan dan produksi padi sawah cenderung
menurun dalam kurun lima tahun sejak tahun 2010
5. Faktor-faktor penarik maupun pendorong yang menyebabkan alih fungsi
lahan padi sawah terjadi di daerah Deli Serdang yaitu irigasi yang tersedia
tidak baik dan tidak menyediakan pengairan yang cukup bagi daerah
(55)
Saran
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :
Kepada pemerintah :
1. Diharapkan pemerintah membuat peraturan daerah atau kebijakan yang lebih
memihak kepada sektor pertanian khususnya lahan sawah untuk mengatasi
alihfungsi lahan sawah yang dapat mengancam produksi padi sawah.
2. Diharapkan pemerintah juga mampu mengambil kebijakan yang tidak
menambah laju alih fungsi misalnya kebijakan pembangunan infrastruktur
seperti pengairan yang baik dan ketersediaan input produksi yang cukup
Kepada peneliti selanjutnya:
1. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti permasalahan yang sama
namun melengkapi atau menambahkan motivasi apa saja yang menjadi
alasan petani mengalihfungsikan lahannya serta kebutuhan pangan di
(56)
DAFTAR PUSTAKA
Bambang.S.,2005. Aspek Pertanahan Dalam Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Pertanian.http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/prosiding/m flp2001/bambangwidjanarko.pdf [28 Mei 2010]
Gunanto, E.S., 2007. Konversi Lahan Pertanian Mengkhawatirkan.
H.M.Yacob Ibrahim.,2009. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Revisi. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
H.Sarwono Hardjowigeno dan M.Lutfi Rayes.,2005.Tanah Sawah. Bayu Media Publishing. Malang
Irawan., 2006. Mencermati Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah
Lestari, T.,2009. Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi taraf Hidup Petani. Makalah kolokium dept sains komunikasi dan pengembangan masyarakat tgl 21 april 2009.ipb
Lubis, A, E., 2005. Perencanaan Koorporasi Peningkatan Ketahanan Pangan Di
Propinsi Sumatera Utara. Badan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera
Utara, Medan.
Noor, M., 1996. Padi Lahan Marginal. Penebar Swadaya, Jakarta.
Robinson,T., 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah .Bumi Aksara, Jakarta
Soekartawi, 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sumaryanto,dkk,1995. Analisis Kebijaksanaan Konversi Lahan Sawah ke
Penggunaan Nonpertanian. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian
Sosial Ekonomi Pertanian bekerja-sama dengan Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitian Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor.
Suwandi, A.,2002. Penggusuran Lahan Pertanian Produktif.
Winoto.,2005. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bertumpu
(57)
LAMPIRAN
Lampiran 1.a. Karakteristik Petani Sampel Kabupaten Serdang Bedagai
No.Sampel Nama Umur Luas Lahan Pengalaman Bertani Jumlah Tanggungan
(Tahun) (Ha) (Tahun) (Jiwa)
1 Ramli 41 0.4 15 3
2 Jamaidi 30 0.6 20 2
3 Turmin 31 0.4 7 3
4 Amat Sutrisno 52 0.4 10 5
5 Sucipto 35 0.2 18 3
6 Rahmat 32 0.2 27 4
7 Bambang Sarwo Edi 31 0.2 20 4
8 Henky Irawan 23 0.6 24 2
9 Sudarwati 51 0.8 20 3
10 Warsiem 41 2.5 15 2
11 Legiman 41 0.4 18 4
12 Anto 29 0.5 10 2
13 Haryono 30 0.2 8 5
14 Slamet Riadi 38 0.8 27 4
15 Wardi 38 2 14 2
16 Maridi 49 2 35 4
17 Saidi 45 0.6 21 5
18 Sunaryo 38 0.5 15 3
19 M.Simamora 50 0.3 15 4
20 R.Tarigan 38 0.8 10 4
21 I.Sembiring 41 1.2 22 5
22 R.Surbakti 29 1.5 30 6
(58)
Samb. Lampiran 1.a. Karakteristik Petani Sampel Kabupaten Serdang Bedagai
No.Sampel Nama Umur Luas Lahan Pengalaman Bertani Jumlah Tanggungan
(Tahun) (Ha) (Tahun) (Jiwa)
24 Kusno 38 0.1 26 5
25 R.Panjaitan 38 0.5 10 5
26 Sumantri 49 2 35 4
27 Arifin 50 1.5 23 5
28 Purwanto 45 1.5 25 6
29 Siswanto 46 0.8 30 3
30 M.Tarigan 47 2 35 4
Total 1176 26 545 117
(59)
Lampiran.2 Data Luas Lahan Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang Selama 10 tahun
No Kecamatan
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Lubuk Pakam 3,073 2,871 2,844 2,626 2,782 2,642 2,636 2,697 2,766 2,923 3,376
2 Pagar Merbau 4,972 3,857 4,587 4,012 4,953 3,785 4,256 4,625 4,458 4,698 3,916
3 Beringin 6,347 4,247 4,759 4,025 4,535 4,510 4,630 4,478 5,323 4,753 4,503
4 Perbaungan 13,361 12,044 12,879 13,280 13,867 0* 0* 0* 0* 0* 0*
5 Pantai Cermin 6,323 6,263 6,360 6,312 5,215 0* 0* 0* 0* 0* 0*
6 Sei Rampah 17,106 18,341 17,684 15,781 15,954 0* 0* 0* 0* 0* 0*
7 Teluk Mengkudu 4,958 4,201 4,149 3,949 3,727 0* 0* 0* 0* 0* 0*
8 Tanjung Beringin 6,777 7,097 6,886 6,038 6,877 0* 0* 0* 0* 0* 0*
9 Tebing Tinggi 7,684 7,665 7,785 7,157 6,747 0* 0* 0* 0* 0* 0*
10 Bandar Khalifah 8,376 7,554 4,469 3,705 5,755 0* 0* 0* 0* 0* 0*
11 Dolok Merawan 336 301 149 0 0 0*
0* 0* 0* 0* 0*
12 Sipispis 1,370 1,117 1,105 734 655 0*
0* 0* 0* 0* 0*
13 Dolok Masihul 6,402 5,624 5,315 4,849 4,815 0*
0* 0* 0* 0* 0*
14 Galang 4,818 5,087 4,954 4,438 3,872 566 3,265 1,978 1,946 2,002 2,063
15 Bangun Purba 969 928 1,327 1,016 1,044 307 365 418 312 365 365
16 Kotarih 1,605 1,546 1,218 1,322 1,486 0* 0* 0* 0* 0* 0*
17 Gunung Meriah 1,123 988 1,123 1,123 1,180 978 1,132 940 969 1,132 1,104
18 Biru-Biru 762 1,054 1,036 1,008 1,255 952 1,024 1,191 1,073 1,248 1,795
19 Patumbak 1,295 1,287 1,279 1,306 1,212 1,585 1,166 1,284 1,385 1,305 1,428
20 STM Hulu 1,093 1,104 1,093 1,093 1,076 1,064 1,076 1,167 1,167 1,332 990
21 Deli Tua 60 60 60 64 49 51 89 60 54 42 40
22 Pancur Batu 1,977 1,451 1,670 1,099 1,233 1,046 1,124 809 1,098 766 940
23 Namorambe 2,495 2,374 2,111 1,780 2,464 2,397 1,704 1,592 2,691 1,543 1,832
24 Sibolangit 1,783 1,825 1,328 1,470 1,394 1,144 1,394 1,394 1,538 1,919 1,976
25 Kutalimbaru 3,410 3,372 3,432 3,537 2,526 5,414 3,610 3,456 2,664 1,129 1,370
26 Sunggal 6,219 6,332 5,694 5,583 5,856 5,201 5,279 4,638 5,363 4,989 4,905
27 Hamparan Perak 8,510 11,560 13,407 9,683 10,812 12,835 7,884 12,694 9,764 10,751 10,222
28 Labuhan Deli 6,251 6,207 6,476 6,173 6,505 5,928 7,586 5,904 7,896 7,424 6,632
29 Batang Kuis 1,890 1,200 1,326 1,080 1,312 1,312 1,312 1,951 2,153 1,600 2,029
30 Percut Sei Tuan 10,215 9,596 9,213 7,124 9,228 8,186 8,608 8,635 8,876 9,688 10,167
31 Pantai Labu 8,018 7,048 7,407 4,216 6,461 6,253 6,336 7,870 7,158 7,529 8,443
32 Tanjung morawa 5,640 5,264 4,953 4,427 5,478 4,976 4,277 5,173 4,331 4,791 4,925
(60)
Lampiran.3 Data Produksi Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang Selama 10 tahun
No Kecamatan
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Lubuk Pakam 16,643 14,681 14,322 14,551 15,296 14,523 14,342 14,684 15,061 15,900 18,104 2 Pagar Merbau 26,590 19,572 22,853 21,486 26,705 20,434 22,460 24,437 23,813 25,101 20,961
3 Beringin 33,075 21,505 23,898 21,753 24,509 24,622 24,736 23,943 28,553 25,482 23,888
4 Perbaungan 69,618 61,194 64,567 70,858 76,382 0* 0* 0* 0* 0* 0*
5 Pantai Cermin 32,838 31,882 31,820 33,915 27,920 0* 0* 0* 0* 0* 0*
6 Sei Rampah 89,496 93,426 88,829 80,759 81,951 0* 0* 0* 0* 0* 0*
7 Teluk Mengkudu 25,282 21,272 20,851 20,577 19,432 0* 0* 0* 0* 0* 0*
8 Tanjung Beringin 34,582 36,080 34,420 29,509 33,667 0* 0* 0* 0* 0* 0*
9 Tebing Tinggi 38,814 38,983 38,857 34,952 33,007 0* 0* 0* 0* 0* 0*
10 Bandar Khalifah 41,684 38,313 22,611 17,126 26,609 0* 0* 0* 0* 0* 0*
11 Dolok Merawan 1,677 1,527 760 0 0 0* 0* 0* 0* 0* 0*
12 Sipispis 6,563 5,681 5,510 3,525 3,157 0* 0* 0* 0* 0* 0*
13 Dolok Masihul 32,304 28,571 26,779 24,650 24,503 0* 0* 0* 0* 0* 0*
14 Galang 24,839 25,951 24,963 24,800 20,968 2,889 16,762 10,203 10,061 10,130 10,772
15 Bangun Purba 4,801 4,726 6,452 4,838 4,999 1,469 1,757 2,067 1,576 1,825 1,827
16 Kotarih 7,991 7,889 6,035 6,279 7,175 0* 0* 0* 0* 0* 0*
17 Gunung Meriah 5,433 5,045 5,671 5,144 5,414 4,580 5,591 4,652 4,912 5,674 5,612
18 Biru-Biru 3,735 5,324 5,198 4,923 6,140 4,663 4,999 5,897 5,438 6,246 9,134
19 Patumbak 6,245 6,545 6,405 6,282 5,837 7,687 5,791 6,398 7,054 6,556 7,200
20 STM Hulu 5,300 5,605 5,488 5,071 4,998 5,082 5,241 5,766 5,864 6,651 4,957
21 Deli Tua 287 307 301 312 238 248 440 295 271 211 204
22 Pancur Batu 9,798 7,421 8,343 5,273 5,919 5,044 5,620 4,055 5,593 3,873 4,774
23 Namorambe 12,334 12,058 10,617 8,759 12,157 11,905 8,710 8,144 13,868 7,951 9,486
24 Sibolangit 8,632 9,260 6,694 7,200 6,829 5,634 6,927 6,988 7,872 9,772 10,087
25 Kutalimbaru 16,524 17,095 17,317 17,354 12,399 26,777 18,046 17,401 13,568 5,689 6,925
26 Sunggal 31,037 32,312 28,587 27,291 28,693 26,106 26,819 23,870 27,895 26,041 25,604
27 Hamparan Perak 41,670 58,633 66,882 51,557 56,614 67,305 40,695 65,581 50,159 56,021 53,396 28 Labuhan Deli 31,067 31,547 32,671 29,250 31,180 29,434 38,201 30,100 40,478 38,442 34,503
29 Batang Kuis 9,469 6,106 6,721 5,143 6,251 6,274 6,232 9,516 10,774 7,986 10,296
30 Percut Sei Tuan 50,939 48,899 46,389 35,618 46,207 41,168 44,864 45,372 46,764 51,169 53,585 Produksi (Ton)
(61)
Lampiran.4 Data Luas Lahan di Kabupaten Deli Serdang dan Perubahannya
Tahun Luas Lahan Persentase
(Ha) (%)
1999 156,654
2000 150,824 -5,830 -3.72
2001 149,424 -1,400 -0.92
2002 131,500 -17,924 -11.99
2003 141,622 10,122 7.7
2004 72,742 -68,880 -48.6
2005 69,892 -2,850 -3.91
2006 74,237 4,345 6.2
2007 74,355 118 0.15
2008 73,369 -986 -1.33
2009 74,736 1,367 1.8
Perubahan Luas Lahan Sawah Terhadap Tahun Sebelumnya
(62)
Lampiran.5. Proyeksi luas lahan padi sawah di Kabupaten Deli Serdang 5 Tahun mendatang
Tahun Luas Lahan
(Ha)
Perubahan Dari Tahun Sebelumnya
Proporsi Perubahan
1999 156,564
2000 150,824 -5,740 -0.0367
2001 149,424 -1,400 -0.0093
2002 131,500 -17,924 -0.12
2003 141,622 10,122 0.07697
2004 72,742 -68,880 -0.4864
2005 69,892 -2,850 -0.0392
2006 74,237 4,345 0.06217
2007 74,355 118 0.00159
2008 73,369 -986 -0.0133
2009 74,736 1,367 0.01863
Jumlah -0.5453
Rata-rata -0.0496
Proyeksi Luas Lahan untuk tahun 2014 adalah
P2014 = P2009 (1 + r) (t-o)
P2014 = 74,736 (1 - 0.0496) (2014-2009)
(63)
Lampiran.5. Proyeksi Produksi padi sawah di Kabupaten Deli Serdang 5 Tahun mendatang
Tahun Produksi
(Ton)
Perubahan Dari Tahun Sebelumnya
Proporsi Perubahan
1999 795,325
2000 767099 -28,226 -0.035489894
2001 749832 -17,267 -0.022509481
2002 670097 -79,735 -0.106337153
2003 722406 52,309 0.078061833
2004 371331 -351,075 -0.485980183
2005 358887 -12,444 -0.03351188
2006 383540 24,653 0.068692931
2007 386542 3,002 0.007827085
2008 381955 -4,587 -0.011866757
2009 389595 7,640 0.020002356
Jumlah -0.5211
Rata-rata -0.04737374
Proyeksi Produksi untuk tahun 2014 adalah
P2014 = P2009 (1 + r) (t-o)
P2014 = 389595 (1 - 0.04737) (2014-2009)
(64)
Lampiran 6.Faktor-Faktor Pendorong dan Penarik Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Deli Serdang
IRIGASI INPUT PRODUKSI HARGA INPUT TENAGA KERJA SERANGAN TEKNIK HARGA KOMODIITI
SULIT DIPEROLEH PRODUKSI MAHAL HAMA BUDIDAYA PENGGANTI LEBIH TINGGI
1 Hortikultura √ √ √ √ √
2 Hortikultura √ √ √ √
3 Hortikultura √ √ √
4 Hortikultura √ √ √ √ √
5 Hortikultura √ √ √ √
6 Hortikultura √ √ √ √
7 Hortikultura √ √ √ √
8 Hortikultura √ √ √ √
9 Hortikultura √ √ √ √
10 Hortikultura √ √ √ √ √
11 Hortikultura √ √ √ √
12 Kelapa Sawit √ √ √
13 Kelapa Sawit √ √ √ √
14 Kelapa Sawit √ √ √
15 Kelapa Sawit √ √ √
16 Kelapa Sawit √ √ √ √
17 Hortikultura √ √ √
18 Hortikultura √ √ √
19 Kelapa Sawit √ √ √
20 Kelapa Sawit √ √ √
21 Kelapa Sawit √ √ √ √ √
22 Hortikultura √ √ √ √
23 Hortikultura √ √ √ √
24 Hortikultura √ √ √
25 Hortikultura √ √ √ √
26 Kelapa Sawit √ √ √ √
27 Kelapa Sawit √ √ √
28 Kelapa Sawit √ √ √
FAKTOR PENDORONG Komoditi Pengganti
Sampel
(65)
Lampiran 7. Nilai Signifikansi Produks i Padi sawah
Paired Samples Statistics
Statistic
Bootstrapa
Bias Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Upper
Pair 1 sebelum alih fungsi lahan Mean 740991.8000 581.9046 18673.9773 705644.4000 775136.0000
N 5
Std. Deviation 47633.86914 -7358.99595 13450.91798 14912.29435 62776.86836
Std. Error Mean 21302.51389
setelah alih fungsi lahan Mean 376451.0000 -171.4278 4457.8996 366353.4000 384106.8000
N 5
Std. Deviation 11369.74839 -1627.57227 3277.73624 1872.88609 14431.80946
Std. Error Mean 5084.70606
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 bootstrap samples
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Bootstrap for Correlationa
Bias Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Upper
Pair 1 sebelum alih fungsi lahan & setelah alih fungsi lahan
5 -.688 .199 -.030 .305 -1.000 -.136
(66)
Sambungan lampiran 7. Nilai Signifikansi Produksi Padi sawah
Paired Samples Test Paired Differences
t df
Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1 sebelum alih fungsi lahan - setelah alih fungsi lahan
(1)
Lampiran.4 Data Luas Lahan di Kabupaten Deli Serdang dan Perubahannya
Tahun Luas Lahan Persentase
(Ha) (%)
1999 156,654
2000 150,824 -5,830 -3.72
2001 149,424 -1,400 -0.92
2002 131,500 -17,924 -11.99
2003 141,622 10,122 7.7
2004 72,742 -68,880 -48.6
2005 69,892 -2,850 -3.91
2006 74,237 4,345 6.2
2007 74,355 118 0.15
2008 73,369 -986 -1.33
2009 74,736 1,367 1.8
Perubahan Luas Lahan Sawah Terhadap Tahun Sebelumnya
(2)
Lampiran.5. Proyeksi luas lahan padi sawah di Kabupaten Deli Serdang 5 Tahun mendatang
Tahun Luas Lahan
(Ha)
Perubahan Dari Tahun Sebelumnya
Proporsi Perubahan
1999 156,564
2000 150,824 -5,740 -0.0367
2001 149,424 -1,400 -0.0093
2002 131,500 -17,924 -0.12
2003 141,622 10,122 0.07697
2004 72,742 -68,880 -0.4864
2005 69,892 -2,850 -0.0392
2006 74,237 4,345 0.06217
2007 74,355 118 0.00159
2008 73,369 -986 -0.0133
2009 74,736 1,367 0.01863
Jumlah -0.5453
Rata-rata -0.0496
Proyeksi Luas Lahan untuk tahun 2014 adalah
P2014 = P2009 (1 + r) (t-o)
P2014 = 74,736 (1 - 0.0496) (2014-2009)
P2014 = 74,736 (0.9504)5
(3)
Lampiran.5. Proyeksi Produksi padi sawah di Kabupaten Deli Serdang 5 Tahun mendatang
Tahun Produksi
(Ton)
Perubahan Dari Tahun Sebelumnya
Proporsi Perubahan
1999 795,325
2000 767099 -28,226 -0.035489894
2001 749832 -17,267 -0.022509481
2002 670097 -79,735 -0.106337153
2003 722406 52,309 0.078061833
2004 371331 -351,075 -0.485980183
2005 358887 -12,444 -0.03351188
2006 383540 24,653 0.068692931
2007 386542 3,002 0.007827085
2008 381955 -4,587 -0.011866757
2009 389595 7,640 0.020002356
Jumlah -0.5211
Rata-rata -0.04737374
Proyeksi Produksi untuk tahun 2014 adalah
P2014 = P2009 (1 + r) (t-o)
P2014 = 389595 (1 - 0.04737) (2014-2009)
P2014 = 389595 (0.9526)
P
5
(4)
Lampiran 6.Faktor-Faktor Pendorong dan Penarik Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Deli Serdang
IRIGASI INPUT PRODUKSI HARGA INPUT TENAGA KERJA SERANGAN TEKNIK HARGA KOMODIITI SULIT DIPEROLEH PRODUKSI MAHAL HAMA BUDIDAYA PENGGANTI LEBIH TINGGI
1 Hortikultura √ √ √ √ √
2 Hortikultura √ √ √ √
3 Hortikultura √ √ √
4 Hortikultura √ √ √ √ √
5 Hortikultura √ √ √ √
6 Hortikultura √ √ √ √
7 Hortikultura √ √ √ √
8 Hortikultura √ √ √ √
9 Hortikultura √ √ √ √
10 Hortikultura √ √ √ √ √
11 Hortikultura √ √ √ √
12 Kelapa Sawit √ √ √
13 Kelapa Sawit √ √ √ √
14 Kelapa Sawit √ √ √
15 Kelapa Sawit √ √ √
16 Kelapa Sawit √ √ √ √
17 Hortikultura √ √ √
18 Hortikultura √ √ √
19 Kelapa Sawit √ √ √
20 Kelapa Sawit √ √ √
21 Kelapa Sawit √ √ √ √ √
22 Hortikultura √ √ √ √
23 Hortikultura √ √ √ √
24 Hortikultura √ √ √
25 Hortikultura √ √ √ √
26 Kelapa Sawit √ √ √ √
27 Kelapa Sawit √ √ √
28 Kelapa Sawit √ √ √
29 Kelapa Sawit √ √ √ √
30 Kelapa Sawit √ √ √
Jumlah 21 11 11 12 20 16 21
Persentase % 70% 37% 37% 40% 67% 53% 70%
FAKTOR PENDORONG Komoditi Pengganti
Sampel
(5)
Lampiran 7. Nilai Signifikansi Produks i Padi sawah
Paired Samples Statistics
Statistic
Bootstrapa
Bias Std. Error
95% Confidence Interval Lower Upper Pair 1 sebelum alih fungsi lahan Mean 740991.8000 581.9046 18673.9773 705644.4000 775136.0000
N 5
Std. Deviation 47633.86914 -7358.99595 13450.91798 14912.29435 62776.86836 Std. Error Mean 21302.51389
setelah alih fungsi lahan Mean 376451.0000 -171.4278 4457.8996 366353.4000 384106.8000
N 5
Std. Deviation 11369.74839 -1627.57227 3277.73624 1872.88609 14431.80946 Std. Error Mean 5084.70606
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 bootstrap samples
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Bootstrap for Correlationa
Bias Std. Error
95% Confidence Interval Lower Upper Pair 1 sebelum alih fungsi lahan &
setelah alih fungsi lahan
5 -.688 .199 -.030 .305 -1.000 -.136
(6)
Sambungan lampiran 7. Nilai Signifikansi Produksi Padi sawah
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 sebelum alih fungsi
lahan - setelah alih fungsi lahan