TA : Rancang Bangun Sistem Informasi Penjualan Ritel Untuk Usaha Mikro dan Kecil Berbasis Web.

(1)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENJUALAN

RITEL UNTUK USAHA MIKRO DAN KECIL BERBASIS

WEB

TUGAS AKHIR

Program Studi S1 Sistem Informasi

Oleh:

Ageng Permadi 10.41010.0089

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2016


(2)

vii

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

BAB I PENDAHULUAN ... 24

Latar Belakang Masalah ... 24

Perumusan Masalah ... 27

Pembatasan Masalah ... 27

Tujuan ... 28

Manfaat ... 28

Sistematika Penulisan ... 29

BAB II LANDASAN TEORI ... 31

2.1 Sistem ... 31

2.2 Sistem Informasi ... 31

2.3 Penjualan ... 32

2.4 Ritel ... 33

2.5 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ... 36

2.6 Katalog Produk... 39 Halaman


(3)

viii

2.8 Siklus Hidup Pengembangan Sistem ... 40

2.9 Diagram Unified Modeling Language (UML) ... 43

2.9.1 Diagram Use Case Bisnis ... 43

2.9.2 Diagram Use Case... 46

2.9.3 Diagram Aktivitas ... 46

2.9.4 Diagram Sekuensial ... 47

2.9.5 Diagram Kelas ... 47

2.10Website ... 47

2.11MySQL ... 48

2.12PHP (Hypertext Preprocessor) ... 48

2.13Framework CodeIgniter ... 49

2.14Testing ... 50

2.14.1 White BoxTesting ... 51

2.14.2 Black Box Testing ... 52

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 53

3.1 Identifikasi Permasalahan ... 53

3.2 Analisis Sistem ... 56

3.2.1 Activity Diagram ... 57

3.2.2 Hasil Analisis ... 65

3.3 Perancangan Sistem ... 68


(4)

ix

3.3.4 Flow of Events ... 74

3.3.5 Diagram Sekuensial ... 96

3.3.6 Class Diagram ... 110

3.3.7 Component Diagram ... 111

3.3.8 Deployment Diagram ... 111

3.3.9 Physical Data Model (PDM) ... 112

3.3.10 Sitemap ... 112

3.3.11 Desain User Interface ... 113

3.3.12 Desain Input/Output ... 133

3.3.13 Rancangan Pengujian dan Evaluasi Sistem ... 139

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM... 151

4.1 Kebutuhan Sistem ... 151

4.1.1 Kebutuhan Server... 151

4.1.2 Kebutuhan Perangkat Keras ... 152

4.1.3 Kebutuhan Perangkat Lunak ... 152

4.2 Pembuatan Sistem ... 152

4.3 Implementasi Sistem ... 153

4.3.1 Mendaftarkan Toko ... 153

4.3.2 Login Sistem ... 155

4.3.3 Halaman Dashboard ... 156

4.3.4 Halaman Profil Toko ... 157


(5)

x

4.3.8 Halaman Cabang Toko ... 165

4.3.9 Halaman Master Staff ... 167

4.3.10 Halaman Jabatan Staff... 170

4.3.11 Halaman Penerimaan Stok ... 171

4.3.12 Halaman Retur Penjualan ... 173

4.3.13 Halaman Retur Pembelian ... 175

4.3.14 Halaman Stok Opname... 177

4.3.15 Halaman Laporan ... 179

4.3.16 Halaman Laporan Penjualan ... 180

4.3.17 Halaman Laporan Stok ... 184

4.3.18 Halaman Laporan Retur ... 187

4.3.19 Halaman Produk Display... 190

4.3.20 Halaman Kasir ... 191

4.3.21 Halaman Web Katalog ... 194

4.4 Uji Coba dan Evaluasi Sistem ... 195

4.4.1 Uji Coba Registrasi Toko ... 196

4.4.2 Uji Coba Login ... 196

4.4.3 Uji Coba Data Profil Toko ... 197

4.4.4 Uji Coba Data Supplier ... 197

4.4.5 Uji Coba Data Kategori Produk ... 198

4.4.6 Uji Coba Data Produk ... 199


(6)

xi

4.4.10 Uji Coba Laporan ... 202

4.4.11 Uji Coba Tampilan Responsif ... 203

4.4.12 Uji Coba Implementasi Untuk Beberapa Jenis Toko ... 205

4.4.13 Evaluasi Kesesuaian Hasil Akhir Sistem ... 206

BAB V PENUTUP ... 208

5.1 Kesimpulan ... 208

5.2 Saran ... 209


(7)

xii

Tabel 3.1 Model Pengguna ... 71

Tabel 3.2 Flow of Events Mendaftarkan Toko ... 74

Tabel 3.3 Flow of Events Login ... 76

Tabel 3.4 Flow of Events Mengelola Profil Toko ... 78

Tabel 3.5 Flow of Events Mengelola Data Staff ... 79

Tabel 3.6 Flow of Events Mengatur Hak Akses Staff ... 81

Tabel 3.7 Flow of Events Mengelola Data Supplier ... 83

Tabel 3.8 Flow of Events Mengelola Data Produk ... 84

Tabel 3.9 Flow of Events Mengelola Data Cabang ... 86

Tabel 3.10 Flow of Events Mencatat Transaksi Penjualan ... 87

Tabel 3.11 Flow of Events Menerima Retur Penjualan ... 89

Tabel 3.12 Flow of Events Mencatat Transaksi Penerimaan ... 91

Tabel 3.13 Flow of Events Melakukan Retur Pembelian ... 92

Tabel 3.14 Flow of Events Menampilkan Produk di Web Katalog ... 94

Tabel 3.15 Flow of Events Melihat Laporan ... 95

Tabel 3.16 Rencana Pengujian Sistem Informasi Penjualan Berbasis Web ... 139

Tabel 3.17 Desain Uji Coba Registrasi Toko ... 141

Tabel 3.18 Desain Uji Coba Login ... 141

Tabel 3.19 Desain Uji Coba Data Profil Toko ... 142

Tabel 3.20 Desain Uji Coba Data Supplier ... 142

Tabel 3.21 Desain Uji Coba Data Kategori Produk ... 143 Halaman


(8)

xiii

Tabel 3.24 Desain Uji Coba Data Penjualan ... 145

Tabel 3.25 Desain Uji Coba Data Stok Produk ... 146

Tabel 3.26 Desain Uji Coba Laporan ... 146

Tabel 3.27 Desain Uji Coba Tampilan Responsif ... 147

Tabel 3.28 Desain Uji Coba Implementasi Untuk Beberapa Jenis Toko... 149

Tabel 3.29 Desain Evaluasi Hasil Akhir Sistem ... 150

Tabel 4.1 Uji Coba Registrasi Toko ... 196

Tabel 4.2 Uji Coba Login ... 196

Tabel 4.3 Uji Coba Data Profil Toko ... 197

Tabel 4.4 Uji Coba Data Supplier... 198

Tabel 4.5 Uji Coba Data Kategori Produk ... 198

Tabel 4.6 Uji Coba Data Produk ... 199

Tabel 4.7 Uji Coba Data Staff ... 200

Tabel 4.8 Uji Coba Data Penjualan ... 201

Tabel 4.9 Uji Coba Data Stok Produk ... 202

Tabel 4.10 Uji Coba Laporan ... 203

Tabel 4.11 Uji Coba Tampilan Responsif ... 204

Tabel 4.12 Uji Coba Implementasi Untuk Beberapa Jenis Toko ... 205


(9)

xiv

Gambar 2.1 Pengembangan menggunakan Model Waterfall ... 41

Gambar 2.2 Notasi Aktor Bisnis... 44

Gambar 2.3 Notasi Pekerja Bisnis ... 44

Gambar 2.4 Notasi Use Case ... 45

Gambar 2.5 Notasi Entitas Bisnis ... 46

Gambar 3.1 Tahapan-tahapan Pembuatan Sistem ... 53

Gambar 3.2 BusinessUse Case Saat Ini ... 56

Gambar 3.3 Activity DiagramMencatat Transaksi Penjualan ... 58

Gambar 3.4 Activity DiagramMenerima Retur Penjualan... 59

Gambar 3.5 Activity Diagram Membuat Laporan Penjualan dan Pendapatan ... 60

Gambar 3.6 Activity Diagram Mengelola Stok Persediaan ... 61

Gambar 3.7 Activity Diagram Melakukan Pemesanan Produk ... 62

Gambar 3.8 Activity DiagramMencatat Transaksi Penerimaan ... 63

Gambar 3.9 Activity DiagramMembuat Laporan Penerimaan Produk ... 64

Gambar 3.10 Activity Diagram Melakukan Retur Produk ... 65

Gambar 3.11 Block Diagram ... 70

Gambar 3.12 Arsitektur Sistem Informasi Penjualan ... 71

Gambar 3.13 Use Case Diagram Sistem Informasi Penjualan ... 73

Gambar 3.14 Diagram Sekuensial Mendaftarkan Toko... 97

Gambar 3.15 Diagram Sekuensial Login ... 98

Gambar 3.16 Diagram Sekuensial Mengelola Profil Toko ... 99 Halaman


(10)

xv

Gambar 3.19 Diagram Sekuensial Mengelola Data Supplier... 102

Gambar 3.20 Diagram Sekuensial Mengelola Data Produk ... 103

Gambar 3.21 Diagram Sekuensial Mengelola Data Cabang ... 104

Gambar 3.22 Diagram Sekuensial Mencatat Transaksi Penjualan ... 105

Gambar 3.23 Diagram Sekuensial Menerima Retur Penjualan ... 106

Gambar 3.24 Diagram Sekuensial Mencatat Transaksi Penerimaan ... 107

Gambar 3.25 Diagram Sekuensial Melakukan Retur Pembelian ... 108

Gambar 3.26 Diagram Sekuensial Menampilkan Produk di Web Katalog ... 109

Gambar 3.27 Diagram Sekuensial Melihat Laporan ... 110

Gambar 3.28 Component Diagram Sistem Informasi Penjualan... 111

Gambar 3.29 Deployment Diagram Sistem Informasi Penjualan ... 112

Gambar 3.30 Sitemap Web Company Profile Pendaftaran ... 113

Gambar 3.31 Sitemap Sistem Informasi Penjualan Ritel Berbasis Web ... 113

Gambar 3.32 Desain Halaman Pendaftaran Toko ... 114

Gambar 3.33 Desain Form Login ... 115

Gambar 3.34 Desain Halaman Dashboard ... 116

Gambar 3.35 Desain Halaman Master Supplier ... 117

Gambar 3.36 Desain Halaman Master Produk ... 118

Gambar 3.37 Desain Halaman Master Kategori Produk... 119

Gambar 3.38 Desain Halaman Master Staff ... 120

Gambar 3.39 Desain Halaman Jabatan Staff ... 121


(11)

xvi

Gambar 3.43 Desain Halaman Kasir ... 125

Gambar 3.44 Desain Halaman Web Katalog ... 126

Gambar 3.45 Desain Halaman Penerimaan Stok... 127

Gambar 3.46 Desain Halaman Retur Penjualan ... 128

Gambar 3.47 Desain Halaman Retur Pembelian ... 129

Gambar 3.48 Desain Halaman Stok Opname ... 130

Gambar 3.49 Desain Halaman Laporan Penjualan ... 131

Gambar 3.50 Desain Halaman Laporan Stok ... 132

Gambar 3.51 Desain Halaman Laporan Retur ... 133

Gambar 3.52 Desain Ouput Nota Transaksi Penjualan ... 134

Gambar 3.53 Desain Output Laporan Penjualan ... 135

Gambar 3.54 Desain Ouput Ranking Penjualan Berdasarkan Kategori ... 135

Gambar 3.55 Desain Ouput Ranking Penjualan Berdasarkan Produk ... 136

Gambar 3.56 Desain Ouput Laporan Sisa Stok ... 137

Gambar 3.57 Desain Output Laporan History Transaksi User ... 137

Gambar 3.58 Desain Output Laporan Retur Penjualan ... 138

Gambar 3.59 Desain Ouput Laporan Retur Pembelian ... 139

Gambar 4.1 Tampilan Halaman Awal ... 153

Gambar 4.2 Form Pendaftaran Toko ... 154

Gambar 4.3 Email Konfirmasi Pendaftaran Toko ... 155

Gambar 4.4 Email Status Aktivasi Berhasil ... 155


(12)

xvii

Gambar 4.8 Halaman Profil Toko ... 158

Gambar 4.9 Pesan Berhasil Disimpan ... 159

Gambar 4.10 Halaman Master Supplier ... 159

Gambar 4.11 Form Tambah dan Ubah Supplier... 160

Gambar 4.12 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 160

Gambar 4.13 Form Persetujuan Menghapus Data ... 161

Gambar 4.14 Notifikasi Pesan Berhasil Dihapus ... 161

Gambar 4.15 Tampilan Halaman Master Kategori... 161

Gambar 4.16 Form Tambah dan Ubah Kategori ... 162

Gambar 4.17 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 162

Gambar 4.18 Form Persetujuan Menghapus Data ... 163

Gambar 4.19 Notifikasi Pesan Berhasil Dihapus ... 163

Gambar 4.20 Tampilan Halaman Master Produk ... 163

Gambar 4.21 Form Tambah dan Ubah Produk ... 164

Gambar 4.22 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 165

Gambar 4.23 Form Persetujuan Menghapus Data ... 165

Gambar 4.24 Notifikasi Pesan Berhasil Dihapus ... 165

Gambar 4.25 Tampilan Halaman Cabang Toko ... 166

Gambar 4.26 Form Tambah dan Ubah Lokasi ... 166

Gambar 4.27 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 167

Gambar 4.28 Form Persetujuan Menghapus Data ... 167


(13)

xviii

Gambar 4.32 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 169

Gambar 4.33 Form Persetujuan Menghapus Data ... 169

Gambar 4.34 Notifikasi Pesan Berhasil Dihapus ... 169

Gambar 4.35 Halaman Jabatan Staff ... 170

Gambar 4.36 Daftar Jabatan ... 171

Gambar 4.37 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 171

Gambar 4.38 Tampilan Halaman Penerimaan Stok Masuk ... 172

Gambar 4.39 Form Tambah Stok Masuk ... 172

Gambar 4.40 Form Pilih Produk ... 173

Gambar 4.41 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 173

Gambar 4.42 Tampilan Halaman Retur Penjualan ... 174

Gambar 4.43 Form Pencatatan Retur Penjualan ... 175

Gambar 4.44 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 175

Gambar 4.45 Tampilan Halaman Retur Pembelian ... 176

Gambar 4.46 Form Pencatatan Retur Pembelian ... 177

Gambar 4.47 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 177

Gambar 4.48 Tampilan Halaman Stok Opname ... 178

Gambar 4.49 Form Stok Opname Baru ... 179

Gambar 4.50 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 179

Gambar 4.51 Tampilan Halaman Laporan ... 180

Gambar 4.52 Tampilan Halaman Laporan Penjualan ... 181


(14)

xix

Gambar 4.56 Hasil Cetak Laporan Rangking Penjualan Berdasarkan Produk ... 183

Gambar 4.57 Tampilan Halaman Laporan Stok ... 184

Gambar 4.58 Tampilan Halaman Laporan Sisa Stok ... 185

Gambar 4.59 Tampilan Halaman Laporan Stok Masuk ... 186

Gambar 4.60 Tampilan Halaman Laporan Stok Keluar ... 186

Gambar 4.61 Hasil Cetak Laporan Stok Masuk ... 187

Gambar 4.62 Hasil Cetak Laporan Stok Keluar ... 187

Gambar 4.63 Tampilan Halaman Laporan Retur ... 188

Gambar 4.64 Menampilkan Laporan Retur Pembelian ... 188

Gambar 4.65 Menampilkan Laporan Retur Penjualan ... 189

Gambar 4.66 Hasil Cetak Laporan Retur Pembelian ... 189

Gambar 4.67 Hasil Cetak Laporan Retur Penjualan ... 190

Gambar 4.68 Tampilan Halaman Produk Display ... 190

Gambar 4.69 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 191

Gambar 4.70 Halaman Kasir ... 191

Gambar 4.71 Halaman Pembayaran ... 192

Gambar 4.72 Notifikasi Nominal Uang Kembali ... 193

Gambar 4.73 Halaman Akhir Kasir ... 193

Gambar 4.74 Nota Penjualan ... 194

Gambar 4.75 Tampilan Halaman Web Katalog ... 195


(15)

xx

Lampiran 1 Desain Class Diagram ... 212

Lampiran 2 Desain Physical Data Model (PDM) ... 213

Lampiran 3 Uji Coba Tampilan Responsif ... 214

Lampiran 4 Uji Coba Sistem Pada Web Browser ... 217

Lampiran 5 Uji Coba Tampilan Sistem Pada Mobile Browser dan Berbagai Macam Device ... 219

Lampiran 6 Tarif Biaya Berlangganan Sistem Informasi Penjualan Ritel Berbasis Web ... 223

Lampiran 7 Uji Coba Implementasi Untuk Beberapa Jenis Toko ... 224 Halaman


(16)

(17)

24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu jenis usaha yang banyak digeluti penduduk Indonesia adalah dalam bentuk ritel (Soliha, 2008). Di Indonesia ritel dibagi menjadi dua yaitu ritel tradisional dan ritel modern. Ritel tradisional sendiri masuk dalam kategori Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Ritel tradisional memiliki peran yang strategis dalam mendukung perekonomian nasional dan membuka lapangan kerja di sektor informal. Populasi ritel di Indonesia tumbuh subur menyebar di masyarakat. Namun ketatnya persaingan terutama dalam menghadapi ritel modern besar, menjadikan ritel tradisional berada dalam posisi yang kurang menguntungkan.

Sebagian besar ritel tradisional masih menggunakan cara-cara tradisional dan manual dalam menjalankan usahanya, terutama dalam aspek operasi usaha, manajemen pemasaran dan keuangan. Karakteristik ritel tradisional dalam menjalankan usahanya antara lain : (1) mengandalkan insting bisnis tanpa melakukan riset terlebih dahulu; (2) dalam kegiatan transaksinya hanya mengandalkan teknik pencatatan penjualan yang sederhana tanpa memikirkan pentingnya pencatatan penjualan secara berkelanjutan; (3) sering tidak melakukan evaluasi terhadap keuntungan produk; (4) memanfaatkan kalkulator dan pencatatan manual atau mesin kasir atau cash register; (5) kurang dalam melakukan kegiatan promosi (Sujana, 2013)


(18)

Karakteristik pengelolaan ritel secara tradisional mengakibatkan; (1) pemilik tidak dapat mengetahui tren penjualan yang diperlukan untuk mengetahui lifetime sebuah produk dan menentukan jumlah pemesanan kepada supplier pada periode berikutnya; (2) jenis barang dagangan yang menjadi tidak terarah dan menyebabkan kerugian karena membeli barang yang sudah tidak laku dalam jumlah banyak; (3) kesulitan mengetahui stok yang tersedia karena harus menghitung terlebih dahulu; (4) mengalami kehabisan stok atau penumpukan stok karena kesalahan perkiraan waktu saat reoder ke supplier; (5) tidak memiliki data history transaksi penjualan per periode baik minggu, bulan atau tahun. Data history tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengetahui barang yang paling sering dibeli, menentukan target penjualan di periode selanjutnya, dan mengevalusi produk yang selama ini dijual; (6) sering kali mengalami kendala biaya dalam pengadaan perangkat teknologi informasi yang dapat menunjang proses bisnis dari usaha yang dijalankan seperti biaya maintenance yang cukup tinggi untuk perangkat teknologi informasi serta SDM (Sumber Daya Manusia) yang melakukan maintenance. Informasi juga tidak dapat diakses kapanpun dan dimanapun serta banyak ancaman bagi keamanan data dan ketersediaan sistem.

Sistem informasi penjualan untuk UMKM ini sebelumnya telah dibuat oleh saudara Stevanus Chritopel M. A.H, Sarjana Sistem Informasi Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya, tahun 2013. Sistem informasi penjualan tersebut berguna untuk mencatat transaksi penjualan dan menghasilkan laporan penjualan yang dibutuhkan oleh manajemen. Sistem informasi penjualan ini menggunakan teknologi cloud computing sehingga pengoperasian sistem ini dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja dengan mengandalkan koneksi internet.


(19)

Permasalahannya sistem informasi penjualan yang dibuat tidak kompatibel jika diakses melalui mobile device seperti smartphone atau tablet. Selain itu sistem juga tidak terintegrasi dengan web yang dapat digunakan oleh UMKM atau dalam penelitian ini adalah ritel tradisional untuk memasarkan produknya melalui internet.

Solusi dari permasalahan di atas ialah sebuah sistem informasi penjualan ritel berbasis web yang dapat digunakan mengelola stok barang, mencatat transaksi penjualan, dan menangani retur penjualan maupun pembelian, Sistem ini juga menghasilkan informasi-informasi yang dibutuhkan pemilik secara up to date seperti omset penjualan, barang yang paling sering dibeli oleh pelanggan, barang kurang laku yang harus dipromosikan, keuntungan yang diperoleh dalam sehari dan dapat mempromosikan barang yang dijual ke dalam bentuk web katalog produk. Semua informasi tersebut dapat digunakan pemilik usaha sebagai dasar dalam mengambil keputusan untuk memanajemen barang dagangan secara cepat karena dapat diakses kapanpun dan dimanapun melalui jaringan internet.

Penggunaan teknologi web dikarenakan ritel tradisional lokasi penjualannya berpindah-pindah tempat dan kecenderungan pemilik ritel tradisional tidak menetap di lokasi usahanya dikarenakan mengelola lokasi usaha lebih dari satu. Data dan sistem yang tersimpan di server memungkinkan ritel tradisional untuk mengaksesnya kapanpun dan dimanapun dengan menggunakan komputer, laptop, tablet atau smartphone yang terhubung dengan internet. Alasan lain dipilihnya teknologi web karena biaya langganan yang terjangkau oleh peritel tradisional dan jumlah pengguna internet di Indonesia cukup banyak yang mencapai angka 72,8 juta pengguna pada tahun 2013 (eMarketer, 2014). Dengan


(20)

jumlah pengguna internet yang banyak maka dapat membantu ritel tradisional untuk menjangkau pasar yang lebih luas dengan memanfaatkan internet. Sistem sistem informasi penjualan dibangun sebagai software as a service sehingga ritel tradisional tidak perlu melakukan maintenance infrastrukturnya sendiri.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana merancang bangun sistem informasi penjualan ritel berbasis web yang mampu mengelola stok barang, mencatat transaksi penjualan, menangani retur, menghasilkan informasi yang dapat dijadikan pemilik sebagai dasar untuk mengambil keputusan dalam memanajemen barang dagangan?

2. Bagaimana merancang bangun sistem informasi penjualan ritel berbasis web yang dapat digunakan untuk mempromosikan barang yang tidak laku atau barang yang dijual dengan menggunakan web katalog produk?

3. Bagaimana merancang bangun sistem informasi penjualan ritel berbasis web yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun melalui jaringan internet? 1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah di atas, adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sistem informasi ini dapat digunakan jika tersedia koneksi internet.

2. Sistem informasi ini menangani pengelolaan stok barang, retur penjualan, retur pembelian, transaksi penjualan, dan omset penjualan.


(21)

3. Barang yang dipromosikan dengan menggunakan web katalog produk dapat dipilih berdasarkan barang yang tidak laku atau pemilihan barang tertentu. 4. Web katalog produk tidak menangani transaksi seperti e-commerce

melainkan hanya menampilkan barang yang dijual.

5. Jumlah barang yang digunakan dalam sistem adalah bilangan bulat. 6. Aplikasi tidak menangani multi gudang dan multi harga.

7. Studi kasus dilakukan pada UMKM yang dikategorikan sebagai toko ritel dengan jumlah barang tidak lebih dari dua puluh item dan berada di wilayah sekitar kota Surabaya.

1.4 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah merancang dan membangun sistem informasi penjualan ritel berbasis web sesuai dengan kebutuhan ritel tradisional antara lain :

1. Membuat sistem informasi penjualan ritel berbasis web yang mampu mengelola stok barang, mencatat transaksi penjualan, menangani retur, menghasilkan informasi yang dapat dijadikan pemilik sebagai dasar untuk mengambil keputusan dalam memanajemen barang dagangan.

2. Membuat sistem informasi penjualan ritel berbasis web yang dapat digunakan untuk mempromosikan barang yang tidak laku atau barang yang dijual dengan menggunakan web katalog produk.

3. Membuat sistem informasi penjualan ritel berbasis web yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun melalui jaringan internet.

1.5 Manfaat


(22)

1. Pelaku usaha ritel tradisional dapat mengelola stok barang, retur penjualan maupun retur pembelian, transaksi penjualan, dan omset penjualan yang dapat digunakan pihak manajemen sebagai dasar dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan usahanya.

2. Membantu ritel tradisional dalam mengelola usaha yang memiliki lebih dari satu lokasi usaha.

3. Membantu ritel tradisional dalam menjual dan mempromosikan barang yang kurang laku dengan memanfaatkan web katalog produk.

4. Mempermudah manajemen dalam mengelola usaha yang dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun dengan memanfaatkan jaringan internet.

1.6 Sistematika Penulisan

Di dalam penyusunan laporan tugas akhir ini secara sistematis diatur dan disusun dalam lima bab, yang masing-masing terdiri dari beberapa sub bab. Adapun urutan dari bab pertama sampai bab terakhir adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan pembuatan sistem, manfaat bagi penggunanya, serta sistematika penulisan laporan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini membahas mengenai berbagai macam teori yang mendukung dalam pembuatan rancang bangun Sistem Informasi Penjualan Ritel Untuk Usaha Mikro dan Kecil Berbasis Web.


(23)

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini membahas analisa dan perancangan sistem. Analisa berisi penjelesan dari timbulnya masalah beserta penyelesaiannya, sedangkan perancangan sistem berisi Use Case Business Diagram, Use Case Diagram, Activity Diagram, Flow of Events, Sequence Diagram, Class Diagram, Entity Relationship Diagram, Conceptual Data Model, Physical Data Model, Desain User Interface, Desain Input / Output dan Rancangan Pengujian dan Evaluasi Sistem.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

Bab ini membahas tentang kebutuhan sistem, pembuatan program, langkah-langkah implementasi, penggunaan sistem dalam proses bisnis serta pengujian untuk mengetahui apakah sistem yang dibangun dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan evaluasi sistem berisi validasi dan uji coba sistem agar terhindar dari error serta berjalan sesuai yang diharapkan.

BAB V PENUTUP

Bab ini membahas tentang kesimpulan yang diperoleh dari pembuatan sistem ini serta saran yang bertujuan untuk pengembangan sistem dimasa yang akan datang.


(24)

31

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem

Menurut Sukoco (2007), sistem terdiri dari subsistem yang berhubungan dengan prosedur yang membantu pencapaian tujuan. Pada saat prosedur diperlukan untuk melengkapi proses pekerjaan, maka metode berisi tentang aktivitas operasional atau teknis yang menjelaskannya.

2.2 Sistem Informasi

Sistem Informasi adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain untuk membentuk suatu kesatuan untuk mengintegrasi data, memproses dan menyimpan serta mendistribusikan informasi tersebut (Oetomo, 2006). Sistem informasi (SI) adalah kombinasi dan teknologi informasi dan aktivitas orang yang menggunakan teknologi itu untuk mendukung operasi dan manajemen. Dalam arti yang sangat luas, istilah sistem informasi yang sering digunakan merujuk kepada interaksi anatar orang, proses algoritmik, data dan teknologi. Sistem informasi adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Sistem informasi dalam suatu organisasi dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang menyediakan informasi bagi semua tingkatan dalam organisasi tersebut kapan saja diperlukan. Sistem ini meyimpan, mengambil,


(25)

mengubah, mengolah, dan mengkomunikasikan informasi yang diterima dengan menggunakan sistem informasi atau peralatan lainnya.

Kata “sistem” mengandung arti kumpulan dari komponen-komponen yang memiliki keterkaitan anatara yang satu dengan lainnya. Dari definisi sistem, maka dapat didefinisikan bahwa “Sistem Informasi adalah suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen-komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yang menyajikan informasi”. Sering orang salah mengartikan antara sistem informasi dengan teknologi informasi. Dengan mengesampingkan teknologi informasi beserta produk-produknya, sistem informasi yang dihasilkan tentunya tidak lebih baik jika dibandingkan dengan sistem informasi yang menggunakan teknologi informasi untuk mendukung penyajian informasinya.

Sistem informasi juga berfungsi sebagai alat bantu kompetisi bagi organisasi dalam mengupayakan pencapaian tujuan. Sistem Informasi dituntut tidak hanya mengolah data dari dalam organisasi saja, tetapi juga dapat menyajikan data dari pihak luar yang mampu menambah nilai kampetisi bagi dalam organisasi. Dengan demikian sistem informasi harus memiliki data yang telah terpolakan dan memiliki integritas dalam hal waktu dan tempat. Hal ini dimaksudkan supaya sistem informasi tersebut dapat menyajikan informasi yang tepat bagi pengguna.

2.3 Penjualan

Secara umum definisi penjualan dapat diartikan sebagai sebuah usaha atau langkah konkrit yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk, baik itu berupa barang ataupun jasa, dari produsen kepada konsumen sebagai sasarannya.


(26)

Tujuan utama penjualan yaitu mendatangkan keuntungan atau laba dari produk ataupun barang yang dihasilkan produsennya dengan pengelolaan yang baik. Dalam pelaksanaannya, penjualan sendiri tak akan dapat dilakukan tanpa adanya pelaku yng bekerja didalamnya seperti agen, pedagang dan tenaga pemasaran.

Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana- rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba (Marwan A, 1991). Penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari perusahaan dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil produk yang dihasilkan.

Pada waktu menjual, terkadang perusahaan harus menerima pengembalian barang atau memberi potongan harga. Hal ini terjadi kalau barang yang dijual tidak sesuai dengan perminataan pembeli. Penerimaan kembali barang yang telah dijual disebut penjualan retur (sales return), sedangkan pemberian potongan harga disebut pengurangan harga (sales allowances). Pada umumnya, penjualan retur dan pengurangan harga dicatat dalam satu perkiraan (Mulyadi, 2008).

2.4 Ritel

Ritel berasal dari Bahasa Prancis RITELLIER yang berarti memecah sesuatu. Secara harfiah kata ritel atau retail juga berarti eceran atau perdagangan eceran, dan para peritel/retailer diartikan sebagai pengecer atau pengusaha perdagangan eceran.


(27)

Retail adalah sekelompok kegiatan yang menjual atau menambahkan nilai barang dan jasa pada konsumen akhir untuk digunakan secara pribadi, keluarga, atau rumah tangga. Dengan demikian, peran Retailing di sini adalah sebagai saluran bisnis terakhir distribusi dari mata rantai pabrik kepada konsumen akhir (Utami, 2008).

Dari definisi tersebut terlihat bahwa pada hakikatnya aktivitas bisnis retail tidak sekadar penjualan barang dalam arti fisik, namun juga meliputi penjualan jasa. Dalam pengertian ini, penjualan tiket pesawat, jasa telekomunikasi (wartel) warnet, dan sebagainya juga tercakup dalam kategori bisnis retail. Penjualan tersebut merupakan penjualan real services.

Berkaitan dengan tempat dilakukannya aktivitas penjualan, pengertian bisnis retail tidak hanya dilakukan pada sebuah retail (shop/store) tetapi juga mencakup aktivitas serupa yang tidak menggunakan tempat khusus dalam proses jual-beli, misalnya mail order (layanan pesan barang melalui surat/telepon) dan direct selling (penjualan dari rumah ke rumah atau berdasarkan keanggotaan multilevel marketing). Berdasarkan pengertian bisnis retail tersebut, mail order dan direct selling juga merupakan bentuk lain dari entitas bisnis retail.

Selanjutnya, penjual partai besar (grosir atau wholesaler dan bahkan pabrikan atau manufacture) dapat pula berlaku sebagai retail jika mereka juga melakukan penjualan barang dan jasanya kepada konsumen akhir secara langsung. Contohnya adalah konsep retailing Makro dan Goro yang memosisikan diri sebagai wholesaler, namu juga melayani konsumen akhir. Kemudian, konsep factory outlet merupakan contoh nyata bagi industry yang melakukan penjualan


(28)

langsung kepada konsumen akhir (Bata Factory Outlet, Metro Factory Outlet, dan sebagainya).

Karakteristik dasar ritel dapat digunakan sebagai dasar mengelompokkan jenis ritel. Dalam hal ini, terdapat tiga karakteristik dasar sebagai berikut :

1. Pengelompokan berdasarkan unsur-unsur yang digunakan ritel untuk

memuaskan kebutuhan konsumen. 2. Harga barang dagangan.

3. Pengelompokan berdasarkan sarana atau media yang digunakan oleh

ritel.

Fungsi-fungsi yang dijalankan ritel :

a. Menyediakan berbagai macam produk dan jasa. Peritel selalu berusaha

menyediakan beraneka ragam produk dan jasa baik dari sisi variasi jenis, merek dan ukuran.

b. Memecah (breaking bulk). Berarti memecah beberapa ukuran produk

menjadi lebih kecil, yang pada akhirnya akan menguntungkan produsen dan konsumen.

c. Menyimpan persediaan. Ritel akan berperan sebagai penyimpan stok

(holding iventory) dengan ukuran lebih kecil. Dalam hal ini pelanggan akan diuntungkan karena terdapat jaminan ketersediaan barang pada saat mereka membutuhkannya.

d. Meningkatkan nilai produk dan jasa.

Bisnis ritel pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yakni Ritel Tradisional dan Ritel Modern. Ritel modern sendiri merupakan pengembangan dari ritel tradisional. Seiring dengan meningkatnya kemakmuran


(29)

ekonomi yang dipicu oleh revolusi industry terjadilah pergeseran tren perilaku konsumen antara lain :

a. Arus urbanisasi yang pesat (perpindahan penduduk dari desa ke kota)

untuk mencari lapangan pekerjaan.

b. Semakin meningkatnya pendapatan/kemakmuran memberikan banyak

pilihan bagi konsumen untuk membelanjakan uangnya.

c. Meningkatnya tuntutan terhadap kemudahan dan kenyamanan

(pelayanan yang lebih baik) dalam berbelanja.

d. Meningkatnya oritentasi terhadap nilai (value) dalam berbelanja

2.5 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) :

1. Pengertian UMKM

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri


(30)

yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sesuai dengan kriteria Usaha Menengah.

2. Kriteria UMKM

a) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

 Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

 Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak

Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). b) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

 Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).


(31)

c) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

 Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

3. Ciri-ciri UMKM

a) Ciri-ciri Usaha Mikro

 Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap,

sewaktu-waktu dapat berganti.

 Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat

pindah tempat.

 Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana

sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha.

 Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa

wirausaha yang memadai.

 Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.

 Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari


(32)

 Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

b) Ciri-ciri Usaha Kecil

 Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap

tidak gampang berubah.

 Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak

berpindah-pindah.

 Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau

masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha.

 Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya

termasuk NPWP.

 Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam

berwira usaha.

 Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal.

 Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan

baik seperti business planning. c) Ciri-ciri Usaha Menengah

 Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang

lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi.

 Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan


(33)

auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan.

 Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi

perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll.

 Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin

tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll.

 Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan.

 Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

2.6 Katalog Produk

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, katalog adalah carik kartu, daftar /buku yang memuat nama benda/informasi tertentu yang ingin disampaikan, disusun secara berurutan, teratur dan alfabetis.

Definisi katalog dapat berbeda-beda sesuai dengan bidanganya. Untuk bidang bisnis (promosi), katalog berarti daftar barang-barang yang akan dijual lengkap dengan harga dan gambaran produk, biasanya dibuat dalam bentuk buku atau kadang-kadang dalam bentuk media lain seperti CD-ROM, video atau website. Dalam bidang seni, katalog dapat diartikan sebagai buku panduan dalam pameran yang berisi penjelasan mengenai benda (objek) yang dipamerkan. Dalam bidang perpustakaan, katalog berarti daftar buku-buku dan majalah yang ada diperpustakaan. Biasanya disusun berdasarkan mata pelajaran atau mata kuliah, judul atau pengarang. Dalam bidang pendidikan, katalog diartikan sebagai daftar dari semua mata kuliah yang ditawarkan oleh perguruan tinggi atau universitas,


(34)

lengkap dengan informasi tentang fakultas yang ada dan informasi tentang kampus. Definisi katalog produk adalah kumpulan informasi tentang produk-produk yang dijual oleh perusahaan tertentu yang dikemas ke dalam suatu media penyampaian. Suatu katalog produk memungkinakan konsumen untuk memperoleh informasi tentang produk-produk yang dijual di dalam satu format terstruktur dengan definisi produk yang konsisten.

2.7 Referensi Pawoon.com

Pawoon.com merupakan sebuah aplikasi kasir berbasis cloud yang dapat digunakan untuk memantau penjualan dalam suatu perusahaan hanya dengan memanfaatkan koneksi internet. Pawoon.com dapat digunakan untuk melakukan pencatatan penjualan, mengelola stok barang, dan lain sebagainya.

2.8 Siklus Hidup Pengembangan Sistem

Menurut Pressman (2015), System Develoment Life Cycle (SDLC) atau Siklus Hidup Pengembangan Sistem ini biasanya disebut juga dengan model waterfall. Menurut Pressman (2015), nama lain dari Model Waterfall adalah Model Air Terjun kadang dinamakan siklus hidup klasik (classic life cyle), dimana hal ini menyiratkan pendekatan yang sistematis dan berurutan (sekuensial) pada pengembangan perangkat lunak. Pengembangan perangkat lunak dimulai dari spesifikasi kebutuhan pengguna dan berlanjut melalui tahapan-tahapan perencanaan (planning), pemodelan (modeling), konstruksi (construction), serta penyerahan sistem perangkat lunak ke para pelanggan/pengguna (deployment), yang diakhiri dengan dukungan berkelanjutan pada perangkat lunak yang dihasilkan.


(35)

Gambar 2.1 Pengembangan menggunakan Model Waterfall

Gambar 2.1 menunjukkan tahapan umum dari model proses waterfall. Model ini disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui harus menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan. Akan tetapi, Pressman (2015) memecah model ini meskipun secara garis besar sama dengan tahapan-tahapan model waterfall pada umumnya.

Model ini merupakan model yang paling banyak dipakai dalam Software Engineering. Model ini melakukan pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari level kebutuhan sistem lalu menuju ke tahap Communication, Planning, Modeling, Construction, dan Deployment.

Berikut ini adalah penjelasan dari tahap-tahap yang dilakukan di dalam Model Waterfall menurut Pressman (2015):

a. Communication

Langkah pertama diawali dengan komunikasi kepada konsumen/pengguna. Langkah awal ini merupakan langkah penting karena menyangkut pengumpulan informasi tentang kebutuhan konsumen/pengguna.


(36)

Setelah proses communication ini, kemudian menetapkan rencana untuk pengerjaan software yang meliputi tugas-tugas teknis yang akan dilakukan, risiko yang mungkin terjadi, sumber yang dibutuhkan, hasil yang akan dibuat, dan jadwal pengerjaan.

c. Modeling

Pada proses modeling ini menerjemahkan syarat kebutuhan ke sebuah perancangan perangkat lunak yang dapat diperkirakan sebelum dibuat coding. Proses ini berfokus pada rancangan struktur data, arsitektur software, representasi interface, dan detail (algoritma) prosedural.

d. Construction

Construction merupakan proses membuat kode (code generation). Coding atau pengkodean merupakan penerjemahan desain dalam bahasa yang bisa dikenali oleh komputer. Programmer akan menerjemahkan transaksi yang diminta oleh user. Tahapan inilah yang merupakan tahapan secara nyata dalam mengerjakan suatu software, artinya penggunaan komputer akan dimaksimalkan dalam tahapan ini. Setelah pengkodean selesai maka akan dilakukan testing terhadap sistem yang telah dibuat. Tujuan testing adalah menemukan kesalahan-kesalahan terhadap sistem tersebut untuk kemudian bisa diperbaiki.

e. Deployment

Tahapan ini bisa dikatakan final dalam pembuatan sebuah software atau sistem. Setelah melakukan analisis, desain dan pengkodean maka sistem yang sudah jadi akan digunakan user. Kemudian software yang telah dibuat harus dilakukan pemeliharaan secara berkala.


(37)

2.9 Diagram Unified Modeling Language (UML) 2.9.1 Diagram Use Case Bisnis

Diagram use case bisnis digunakan untuk mempresentasikan bisnis yang dilakukan organisasi. Diagram ini menjawab pertanyaan: “apa yang bisnis lakukan?’ dan “mengapa kita membangun sistem untuk itu?’. Diagram use case bisnis digunakan untuk memodelkan aktivitas bisnis organisasi sebagai landasan pembuatan use case sistem. Diagram use case bisnis juga digunakan untuk mendefinisikan bisnis apa saja yang dilakukan organisasi dalam rangka menjalankan visi organisasi (Sholiq, 2010).

Diagram use case bisnis digambarkan menurut perspektif organisasi. Ia tidak membedakan apakah aktivitas tersebut dilakukan secara manual atau otomatis menggunakan perangkat lunak.

Komponen pembentuk diagram use case bisnis : 1. Aktor Bisnis

Aktor bisnis adalah sesorang atau sesuatu yang ada di luar organisasi. Ia berinteraksi dengan organisasi dan terlibat dalam kegiatan bisnis organisasi. Contoh aktor bisnis, antara lain : pelanggan, kreditor, investor atau pemasok. Jadi posisi mereka di luar organisasi yang sedang dimodelkan, tetapi terlibat dalam kegiatan organisasi. Aktor bisnis dimodelkan dengan menggunakan ikon berikut :

Gambar 2.2 Notasi Aktor Bisnis


(38)

Pekerja bisnis adalah suatu peran (role) di dalam organisasi, bukan posisi atau jabatan. Seseorang bias memainkan banyak peran tetapi memegang hanya satu posisi.

Gambar 2.3 Notasi Pekerja Bisnis

Memodelkan pekerja bisnis digunakan untuk memahami peran di dalam aktivitas bisnis organiasi dan bagaimana peran tersebut berinteraksi dengan proses bisnis organisasi. Sangat jelas perbedaan antara aktor bisnis dan pekerja bisnis, jika aktor bisnis berada di luar ruang lingkup bisnis yang sedang didefinisikan, sedangkan pekerja bisnis berada di dalam bisnis yang didefinisikan.

3. Use Case Bisnis

Sebuah use case bisnis adalah model yang digunakan untuk

menggambarkan sebuah proses bisnis organisasi. Dengan kata lain, use case bisnis menginformasikan tentang aktivitas bisnis utama yang organisasi lakukan.

Gambar 2.4 Notasi Use Case

Use case bisnis memiliki format penulisan nama kata kerja atau frase kata kerja, seperti pada kata “Memberi harga produk’ . Tentu saja, Use Case


(39)

Bisnis “Memberi harga produk’ tidak memberikan banyak informasi tanpa adanya bberaoa penjelasan tambahan. Setiap use case bisnis, dapat dibuat penjelasan tambahan untuk menjelaskan secara rinci apa yang terjadi di dalam use case bisnis. Untuk hal tersebut didokumentasikan secara spesifik di dalam sebuat workflow.

4. Relasi

Untuk membuat diagram use case bisnis digunakan penghubung (relasi) antara aktor bisnis dan atau pekerja bisnis dengan use case bisnis. Ada dua jenis relasi yang mungkin terjadi, pertama adalah relasi antara aktor bisnis atau pekerja bisnis dengan use case bisnis, relasi jenis ini disebut asosiasi. Relasi asosiasi adalah relasi regular yang sering atau hampir terjadi pada kegiatan pemodelan bisnis. Kedua, relasi pewarisan struktur antara elemen-elemen pemodelan bisnis sendiri yang disebut generalisasi.

5. Entitas Bisnis

Entitas bisnis adalah objek digunakan atau yang dihasilkan oleh organisasi saat melakukan aktivitas bisnis. Entitas bisnis meliputi sesuatu yang pekerja bisnis hadapi sehari-hari. Setiap entitas bisnis harus diberi nama yang unik yang menggambarkan tanggung jawabnya. Nama berbentuk kata benda atau frase kata benda.


(40)

Gambar 2.5 Notasi Entitas Bisnis

2.9.2 Diagram Use Case

Diagram use case menyajikan interaksi antara use case dan actor dalam sistem yang akan dikembangkan. Use case sendiri adalah fungsionalitas atau persyaratan-persyaratan sistem yang harus dipenuhi oleh sistem yang akan dikembangkan tersebut menurut pandangan pemakai sistem. Sedangkan actor bias berupa orang, peralatan, atau sistem lain yang berinteraksi terhadap sistem yang akan dibangun (Sholiq, 2010).

2.9.3 Diagram Aktivitas

Diagram aktivitas menggambarkan aliran fungsionalitas sistem. Ada dua kegunaan diagram aktivitas dalam pemodelan dengan UML, yaitu :

1. Pada tahap pemodelan bisnis, diagram aktivitas dapat digunakan untuk menunjukan alur kerja bisnis (business workflow).

2. Pada tahap pemodelan sistem, diagram aktivitas dapat digunakan untuk menjelaskan aktivitas yang terjadi didalam sebuah use case.

Diagram aktivitas mendefinisikan darimana workflow dimulai, dimana workflow berakhir, aktivitas apa saja yang terjadi di dalam workflow, dan apa saja yang dilakukan saat aktivitas terjadi. Aktivitas adalah tugas yang dilakukan selama dalam workflow.

2.9.4 Diagram Sekuensial

Diagram sekuensial digunakan untuk menunjukkan alur (flow) fungsionalitas yang melalui sebuah use case yang disusun dalam urutan waktu.


(41)

2.9.5 Diagram Kelas

Diagram kelas menunjukkan interaksi antar kelas-kelas dalam sistem. Kelas juga dapat dianggap sebagai cetak biru dari objek-objek di dalam sistem.

2.10 Website

Menurut Shelly dan Vermalat (2010), web adalah koleksi dokumen elektronik milik semua orang di dunia yang mengaksesnya melalui internet menggunakan web browser. Menurut Simamarta (2010), aplikasi web adalah sebuah sistem informasi yang mendukung interaksi pengguna melalui antarmuka berbasis web. Fitur-fitur aplikasi web biasanya berupa data persistence, mendukng transaksi dan komposisi halaman web dinamis yang dapat dipertimbangkan sebagai hibridasi, antara hypermedia dan sistem informasi. Aplikasi web adalah bagian dari client-side yang dapat dijalankan oleh browser web. Client-side mempunyai tanggung jawab untuk pengeksekusian proses bisnis.

Interaksi web menurut Simamarta (2010), dibagi dalam tiga langkah utama, yaitu:

1. Permintaan

Pengguna mengirimkan permintaan ke server web, biasanya via halaman web yang ditampilkan pada browser web.

2. Pemrosesan

Server web menerima permintaan yang dikirimkan oleh pengguna, kemudian memproses permintaan tersebut.

3. Jawaban


(42)

2.11 MySQL

MySQL adalah sebuah perangkat lunak database (basis data) sistem terbuka yang sangat terkenal di kalangan pengembang sistem database dunia yang digunakan untuk berbagai aplikasi terutama untuk aplikasi berbasis web. MySQL mempunyai fungsi sebagai SQL (Structured Query Language) telah diperluas. MySQL umumnya digunakan bersama dengan PHP untuk membuat aplikasi yang dinamis dan powerful.

2.12 PHP (Hypertext Preprocessor)

Menurut Saputra (2011, p.1)PHP atau yang memiliki kepanjangan PHP Hypertext Preprocessor merupakan suatu bahasa pemrograman yang difungsikan untuk membangun suatu website dinamis. PHP menyatu dengankode HTML, maksudnya adalah beda kondisi. HTML digunakan sebagai pembangun atau pondasi dari kerangka layout web, sedangkan PHP difungsikan sebagai prosesnya sehingga dengan adanya PHP tersebut, web akan sangat mudah di-maintenance. PHP berjalan pada sisi server sehingga PHP disebut juga sebagai bahasa Server Side Scripting. Artinya bahwa dalam setiap menjalankan PHP, wajib adanya web server.

2.13 Framework CodeIgniter

Framework secara sederhana dapat diartikan kumpulan dari fungsi-fungsi/prosedur-prosedur dan class-class untuk tujuan tertentu yang sudah siap digunakan sehingga bisa lebih mempermudah dan mempercepat pekerjaan seorang programer, tanpa harus membuat fungsi atau class dari awal.

Ada beberapa alasan mengapa menggunakan Framework:


(43)

• Relatif memudahkan dalam proses maintenance karena sudah ada pola tertentu dalam sebuah framework (dengan syarat programmer mengikuti pola standar yang ada)

• Umumnya framework menyediakan fasilitas-fasilitas yang umum dipakai

sehingga kita tidak perlu membangun dari awal (misalnya validasi, ORM, pagination, multiple database, scaffolding, pengaturan session, error handling, dll

• Lebih bebas dalam pengembangan jika dibandingkan CMS

Model View Controller merupakan suatu konsep yang cukup populer dalam pembangunan aplikasi web, berawal pada bahasa pemrograman SmallTalk, MVC memisahkan pengembangan aplikasi berdasarkan komponen utama yang membangun sebuah aplikasi seperti manipulasi data, user interface, dan bagian yang menjadi kontrol aplikasi. Terdapat 3 jenis komponen yang membangun suatu MVC pattern dalam suatu aplikasi yaitu :

1. View, merupakan bagian yang menangani presentation logic. Pada suatu aplikasi web bagian ini biasanya berupa file template HTML, yang diatur oleh controller. View berfungsi untuk menerima dan merepresentasikan data kepada user. Bagian ini tidak memiliki akses langsung terhadap bagian model.

2. Model, biasanya berhubungan langsung dengan database untuk

memanipulasi data (insert, update, delete, search), menangani validasi dari bagian controller, namun tidak dapat berhubungan langsung dengan bagian view.


(44)

3. Controller, merupakan bagian yang mengatur hubungan antara bagian model dan bagian view, controller berfungsi untuk menerima request dan data dari user kemudian menentukan apa yang akan diproses oleh aplikasi.

Dengan menggunakan prinsip MVC suatu aplikasi dapat dikembangkan sesuai dengan kemampuan developernya, yaitu programmer yang menangani bagian model dan controller, sedangkan designer yang menangani bagian view, sehingga penggunaan arsitektur MVC dapat meningkatkan maintanability dan organisasi kode. Walaupun demikian dibutuhkan komunikasi yang baik antara programmer dan designer dalam menangani variabel-variabel yang akan ditampilkan.

2.14 Testing

Menurut Romeo (2003), testing adalah proses pemantapan kepercayaan akan kinerja program atau sistem sebagaimana yang diharapkan. Testing Software adalah proses pengoperasikan software dalam suatu kondisi yang dikendalikan untuk verifikasi, mendeteksi error dan validasi. Verifikasi adalah pengecekkan atau pengetesan entitas-entitas, termasuk software, untuk pemenuhan dan konsistensi dengan melakukan evaluasi hasil terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan. Validasi adalah melihat kebenaran sistem apakah proses yang telah dituliskan sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pengguna. Deteksi error adalah testing yang berorentasi untuk membuat kesalahan secara intensif, untuk menentukan apakah suatu hal tersebut tidak terjadi. Test case merupakan suatu tes yang dilakukan berdasarkan pada suatu inisialisasi, masukan, kondisi ataupun


(45)

hasil yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun kegunaan dari test case ini, adalah sebagai berikut:

1. Untuk melakukan testing kesesuaian suatu komponen terhadap desain

White Box Testing.

2. Untuk melakukan testing kesesuaian suatu komponen terhadap

spesifikasi Black Box Testing.

2.14.1 White Box Testing

Menurut Romeo (2003), white box testing adalah suatu metode desain test case yang menggunakan struktur kendali dari desain prosedural. Seringkali white box testing diasosiasikan dengan pengukuran cakupan tes, yang mengukur persentase jalur-jalir dari tipe yang dipilih untuk dieksekusi oleh test cases. White box testing dapat menjamin semua struktur internal data dapat dites untuk memastikan validitasnya.

Cakupan pernyataan, cabang dan jalur adalah suatu teknik white box testing yang menggunakan alur logika dari program untuk membuat test cases alur logika adalah cara dimana suatu bagian dari program tertentu dieksekusi saat menjalankan program. Alur logika suatu program dapat direpresentasikan dengan flow graph.

2.14.2 Black Box Testing

Menurut Romeo (2003), Black box testing dilakukan tanpa adanya suatu pengetahuan tentang detail struktur internal dari sistem atau komponen yang dites, juga disebut sebagai functional testing. Black box testing bergfokus pada kebutuhan fungsional pada software, berdasarkan pada spesifikasi kebutuhan dari software.


(46)

Dengan adanya black box testing, perekayasa software dapat menggunakan kebutuhan fungsional pada suatu program. Black box testing dilakukan untuk melakukan pengecekan apakah sebuah software telah bebas dari error dan fungsi-fungsi yang diperlukan telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.


(47)

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi masalah, analisis sistem, perancangan sistem, rancangan pengujian dan evaluasi sistem dalam Rancang Bangun Sistem Informasi Penjualan Berbasis Web Untuk Usaha Mikro dan Kecil. Model pengembangan yang digunakan pada penilitian ini adalah waterfall dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan, yaitu mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merancang sistem informasi penjualan ritel berbasis web, membangun sistem dan uji coba sistem informasi penjualan ritel berbasis web. Secara garis besar digambarkan seperti di bawah ini.

Gambar 3.1 Tahapan-tahapan Pembuatan Sistem 3.1 Identifikasi Permasalahan

Untuk mengidentifikasi masalah yang ada pada ritel tradisional, maka dilakukan wawancara dan observasi pada beberapa pemilik toko ritel tradisional. Ritel tradisional terdapat dua bagian penting dalam proses bisnisnya yaitu bagian penjualan dan pemilik toko. Namun dalam beberapa toko yang mampu


(48)

memperkerjakan banyak pegawai, pada toko tersebut terdapat pengawas toko atau dapat dikatakan sebagai supervisor atau manajer yang berfungsi untuk mengatur dan mengawasi toko ketika pemilik toko tidak berada di tempat.

Kasir dan pramuniaga merupakan deskripsi pekerjaan yang ada pada bagian penjualan. Kasir memiliki tanggung jawab untuk mencatat semua transaksi penjualan, menerima retur penjualan, dan membuat laporan pendapatan. Sedangkan pramuniaga memiliki tanggung jawab untuk melayani pelanggan, memberikan informasi yang benar kepada pelanggan terkait produk yang dijual, menjaga dan mengawasi barang-barang yang dijual. Namun bagi beberapa toko yang belum mampu untuk memperkerjakan banyak pegawai, pramuniaga diwajibkan untuk merangkap sebagai kasir. Selain sebagai kasir, pramuniaga juga mempunyai pekerjaan lain yang sebenarnya bukan bagian dari pekerjaannya yaitu menghitung jumlah stok barang yang tersisa di toko. Bagian penjualan sering memiliki masalah hilang atau rusaknya nota penjualan yang akan direkap bahkan di beberapa toko transaksi penjualan tidak menggunakan nota penjualan melainkan hanya sekedar dicatat pada buku besar. Hilang dan rusaknya nota-nota tersebut menjadikan informasi penjualan yang dihasilkan menjadi kurang tepat dan tidak bisa dijadikan tolak ukur bagi pemilik toko untuk pengambilan keputusan dalam mengembangkan tokonya. Selain itu, proses penghitungan dan perekapan data yang dilakukan secara manual memerlukan waktu yang lama dan sering terjadi kesalahan perhitungan terutama ketika transaksi dengan jenis dan jumlah barang yang banyak.

Pemilik toko memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan mengawasi semua kegiatan operasional toko berdasarkan informasi yang diberikan oleh


(49)

bagian penjualan dalam laporan mereka. Pemilik toko juga memiliki tanggung jawab untuk pengelolaan stok barang seperti mencatat transaksi penerimaan barang sekaligus memperbarui jumlah stok dan membuat laporan penerimaan barang, dalam melakukan tugas tersebut pemilik toko dibantu oleh pegawainya yang dalam hal ini kasir atau pramuniaga. Namun ada beberapa permasalahan yang dialami oleh pemilik toko yaitu pemilik tidak dapat mengetahui tren penjualan yang diperlukan untuk mengetahui lifetime sebuah produk dan menentukan jumlah pemesanan kepada supplier pada periode berikutnya. Akibatnya jenis barang dagangan yang menjadi tidak terarah dan menyebabkan kerugian karena membeli barang yang sudah tidak laku dalam jumlah banyak.

Pemilik toko juga mengalami kesulitan mengetahui stok yang tersedia karena harus menghitung terlebih dahulu dan hal tersebut membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Selain itu pemilik juga sering mengalami kehabisan stok atau penumpukan stok karena kesalahan perkiraan waktu saat reoder ke supplier. Pemilik tidak memiliki data history transaksi penjualan per periode baik minggu, bulan atau tahun. Data history tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengetahui barang yang paling sering dibeli, menentukan target penjualan di periode selanjutnya, dan mengevalusi produk yang selama ini dijual. Selain hal di atas masalah lain yang dialami adalah terkendala biaya dalam pengadaan perangkat teknologi informasi yang dapat menunjang proses bisnis seperti, biaya maintenance yang cukup tinggi untuk perangkat teknologi informasi serta SDM (sumber daya manusia) yang melakukan maintenance. Informasi yang dihasilkan juga tidak dapat diakses kapanpun dan dimanapun.


(50)

Proses promosi barang yang selama ini dilakukan hanya mengandalkan sebuah papan yang berisi promo potongan harga yang dipajang di depan toko, mengandalkan promosi dari mulut ke mulut dan sebaran brosur yang tidak dapat diketahui secara pasti peningkatan penjualan yang dialami dari proses tersebut. Hal ini menyebabkan pelanggan dari toko tersebut terbatas pada lingkungan mereka saja. Selain itu pemilik toko juga kurang memanfaatkan internet untuk dapat memasarkan produknya secara luas sehingga produk yang dijual tidak diketahui oleh banyak orang yang bisa berpotensi menjadi pelanggan mereka. 3.2 Analisis Sistem

Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah menganalisis sistem penjualan yang telah ada saat ini. Dengan adanya tahap ini maka akan dapat diketahui kelemahan-kelemahan yang ada pada sistem penjualan saat ini dan kebutuhan yang perlu dipenuhi. Berikut diagram business use case yang digunakan untuk menggambarkan model bisnis dari sistem penjualan yang ada pada saat ini:


(51)

Gambar 3.2 Business Use Case Saat Ini

Activity Diagram di bawah ini akan menjelaskan secara detil masing-masing proses binis pada diagram bisnis use case di atas.

3.2.1 Activity Diagram

3.2.1.1 Mencatat Transaksi Penjualan

Proses mencatat transaksi penjualan dimulai dari pelanggan memilih dan menyerahkan produk yang akan dibeli kepada bagian penjualan. Bagian penjualan menghitung produk yang dibeli oleh pelanggan satu persatu menggunakan kalkulator. Setelah melakukan perhitungan, bagian penjualan menyampaikan harga yang harus dibayarkan oleh pelanggan. Setelah itu pelanggan melakukan pembayaran dan bagian penjualan menyerahkan produk yang dibeli dan nota berwarna putih kepada pelanggan dan nota berwarna merah disimpan sebagai rekap. Untuk lebih jelasnya dapat melihat Gambar 3.3.


(52)

Gambar 3.3 Activity DiagramMencatat Transaksi Penjualan 3.2.1.2 Menerima Retur Penjualan

Proses menerima retur penjualan dimulai dari pelanggan menyerahkan nota penjualan produk yang akan diretur. Namun apabila pelanggan tidak dapat menunjukkan nota penjualan maka secara otomatis bagian penjualan tidak dapat mengganti produk tersebut dengan yang baru. Setelah menerima nota penjualan, bagian penjualan akan mencari salinan nota penjualan tersebut lalu pelanggan menyerahkan produk yang akan diretur. Sebelum mengganti produk dengan yang baru, bagian penjualan mengecek terlebih dahulu produk dan nota penjualan yang dikembalikan oleh pelanggan. Hal tersebut untuk mengetahui apakah produk yang diretur dapat diganti dengan yang baru. Jika tidak, bagian penjualan menyampaikan ke pelanggan dan mengembalikan nota penjualan. Jika ya, bagian


(53)

penjualan menyerahkan barang pengganti lalu membuat nota retur. Bagian penjualan menyerahkan nota berwarna putih ke pelanggan dan nota berwarna merah disimpan sebagai rekap. Untuk lebih jelasnya dapat melihat Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Activity DiagramMenerima Retur Penjualan 3.2.1.3 Membuat Laporan Penjualan dan Pendapatan

Untuk proses membuat laporan penjualan dan pendapatan bagian penjualan mengumpulkan salinan nota penjualan untuk kemudian dihitung dan direkap. Setelah itu bagian penjualan membuat laporan penjualan dan pendapat yang kemudian dilaporkan kepada pemilik. Setelah mendapat laporan penjualan dan pendapatan dari bagian penjualan, pemilik toko mengecek kembali kebenaran


(54)

dari laporan yang dibuat dan kemudian menyimpan laporan tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat melihat Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Activity Diagram Membuat Laporan Penjualan dan Pendapatan 3.2.1.4 Mengelola Stok Persediaan

Proses mengelola stok persediaan dimulai dengan bagian penjualan melakukan perhitungan fisik produk yang ada pada toko ataupun gudang untuk kemudian dicatat jumlah total masing-masing produk yang tersedia. Dalam proses pengelolaan ini bagian penjualan juga mengecek kondisi produk yang berada ditoko ataupun digudang. Setelah selesai bagian penjualan melakukan update data stok untuk kemudian diberikan kepada pemilik toko. Sebelum menerima dan


(55)

menyetujui data tersebut pemilik toko terlebih dahulu memeriksa laporan dan mencocokan dengan kondisi sebenarnya yang terdapat ditoko ataupun digudang. Untuk lebih jelasnya dapat melihat Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Activity Diagram Mengelola Stok Persediaan 3.2.1.5 Melakukan Pemesanan Produk

Proses melakukan pemesanan produk dimulai ketika setelah proses mengelola stok persediaan selesai dilakukan karena setelah proses tersebut selesai dilakukan dapat diketahui mana saja produk yang harus dilakukan pemesanan ulang kepada supplier. Pemilik toko mencatat produk mana saja yang harus dilakukan pemesanan ulang kepada supplier. Setelah itu pemilik toko melakukan pemesanan produk kepada supplier baik melalui secara langsung ataupun melalui


(56)

panggilan telepon. Supplier mengirim pesanan kepada pemilik toko, kemudian pemilik toko mencocokan produk yang dikirim sesuai dengan pesanan. Setelah selesai pemilik toko melakukan update data stok. Untuk lebih jelasnya dapat melihat Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Activity Diagram Melakukan Pemesanan Produk 3.2.1.6 Mencatat Transaksi Penerimaan Produk

Proses pencatatan penerimaan produk dimulai dari supplier menyerahkan produk ke bagian penjualan. Bagian penjualan mengecek kondisi produk yang diterima dan mencocokan dengan pemesan yang dilakukan. Setelah itu penjualan akan membayar dan menerima nota transaksi dari supplier. Bagian penjualan akan


(57)

membuat nota penerimaan produk dua rangkap lalu menyerahkan nota berwarna putih kepada supplier dan nota berwarna merah akan disimpan sebagai rekap. Bagian penjualan juga akan melakukan update data stok. Untuk lebih jelasnya dapat melihat Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Activity DiagramMencatat Transaksi Penerimaan 3.2.1.7 Membuat Laporan Penerimaan Produk

Proses membuat laporan penerimaan produk dimulai dari bagian penjualan mengumpulkan salinan nota penerimaan. Setelah itu bagian penjualan


(58)

membuat laporan penerimaan produk untuk kemudian diserahkan kepada pemilik. Pemilik akan menerima dan mengecek laporan yang telah dibuat untuk kemudian disimpan sebagai arsip. Untuk lebih jelasnya dapat melihat Gambar 3.9.

Gambar 3.9 Activity DiagramMembuat Laporan Penerimaan Produk 3.2.1.8 Melakukan Retur Produk

Proses melakukan retur produk dimulai ketika pemilik toko menemukan produk cacat atau rusak yang dikirim oleh supplier. Setelah itu pemilik toko merekap produk yang rusak tersebut, kemudian dikembalikan kepada supplier untuk ditukarkan dengan produk yang baru. Supplier menerima produk yang rusak dan mengganti produk tersebut. Setelah menerima produk yang baru saja ditukar, pemilik toko melakukan update data stok. Untuk lebih jelasnya dapat melihat Gambar 3.10.


(59)

Gambar 3.10 Activity Diagram Melakukan Retur Produk 3.2.2 Hasil Analisis

Dari proses analisis, didapatkan kelemahan-kelemahan sistem yang ada pada saat ini. Adapun kelemahan-kelemahan sistem pada saat ini adalah sebagai berikut :

1. Pencatatan penjualan yang masih manual dengan menggunakan buku. Penggunaan buku sebagai media pencatatan sangat rawan untuk terjadi kehilangan atau kerusakan akibat ketelodoran pemilik dalam merawat. Selain itu bagian penjualan sering melakukan kesalahan perhitungan jumlah barang


(60)

yang dibeli beserta harga yang diberikan karena proses transaksi yang masih konvensional dengan mengandalkan bantuan nota dan kalkulator.

2. Pemilik toko tidak dapat mengetahui tren penjualan dan history transaksi dari pelanggan dan supplier. Pemilik toko tidak memiliki data history transaksi penjualan per periode baik minggu, bulan atau tahun. Data history tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengetahui barang yang paling sering dibeli, menentukan target penjualan di periode selanjutnya, dan mengevalusi produk yang selama ini dijual.

3. Pemilik toko kesulitan untuk mengetahui stok yang tersedia karena harus menghitung terlebih dahulu. Hal ini mengakibatkan pemilik toko sering mengalami kehabisan stok atau penumpukan stok. Pemilik toko sering kali melewatkan order penjualan dengan jumlah besar dari pelanggan dikarenakan tidak dapat mengetahui jumlah stok produk yang dijual.

4. Laporan yang dibutuhkan pemilik toko tidak dapat diakses kapanpun dan dimanapun, karena diharuskan untuk datang langsung ke toko atau harus menunggu laporan yang dibutuhkan selesai dibuat.

5. Permasalahan biaya dalam pengadaan perangkat teknologi informasi serta SDM (sumber daya manusia) yang melakukan maintenance.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem penjualan saat ini, perlu dibuat sebuah sistem informasi penjualan yang dapat memenuhi kebutuhan pemilik toko ritel tradisional dalam manajemen barang dagangan. Adapun kebutuhan sistem informasi penjualan yang akan dibangun adalah sebagai berikut :


(61)

1. Sistem informasi penjualan ritel yang dapat membantu proses pencatatan transaksi penjualan dan meminimalkan kesalahan perhitungan jumlah barang yang dibeli beserta harga yang diberikan. Sistem informasi penjualan yang dibangun juga dapat menangani retur penjualan maupun pembelian. 2. Sistem informasi penjualan ritel yang dapat menampilkan history transaksi

dari pelanggan maupun supplier. History transaksi penjualan dari pelanggan ditampilkan sesuai periode mingguan, bulanan, dan tahunan.

3. Sistem informasi penjualan ritel dapat menampilkan jumlah stok produk yang tersedia sehingga tidak perlu menghitung terlebih dahulu.

4. Menghasilkan informasi-informasi yang dibutuhkan pemilik secara up to date seperti omset penjualan, barang yang paling sering dibeli oleh pelanggan, barang kurang laku yang harus dipromosikan, keuntungan yang diperoleh dalam sehari dan dapat diakses kapanpun dan dimanapun melalui jaringan internet.

5. Pemilik toko dapat memakai layanan sistem informasi penjualan ritel tanpa dikenakan biaya berlangganan, sehingga dapat membantu menekan ongkos biaya operasional toko.

Selain untuk mengatasi kelemahan sistem penjualan saat ini dan memenuhi kebutuhan pemilik toko, terdapat fungsi lain dari sistem yang dibangun, yaitu :

1. Sistem informasi penjualan ritel juga dapat mempromosikan produk yang dijual kedalam bentuk web katalog produk yang dapat diakses oleh banyak orang melalui internet.


(62)

2. Tampilan sistem informasi penjualan ritel yang dibangun dapat menyesuaikan secara otomatis dengan ukuran layar perangkat keras yang digunakan seperti laptop, smartphone, komputer tablet, dll.

3.3 Perancangan Sistem

Perancangan sistem ini bertujuan untuk mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan fungsional, menggambarkan aliran data dan alur sistem, dan sebagai tahap persiapan sebelum implementasi sistem. Perancangan sistem ini diharapkan dapat merancang dan mendesain sistem dengan baik, yang isinya meliputi langkah-langkah operasi dalam proses pengolahan data dan prosedur untuk mendukung operasi sistem.

Langkah-langkah operasi dalam perancangan dan pengembangan sistem ini adalah sebagai berikut :

a. Block Diagram b. Arsitektur Sistem c. Use Case Diagram d. Flow of Events e. Diagram Sekuensial f. ClassDiagram

g. Component Diagram h. Deployment Diagram

i. Physical Data Model (PDM) j. Sitemaps


(63)

l. Desain Input/Output

m. Rancangan Pengujian dan Evaluasi Sistem 3.3.1 Block Diagram

Sistem informasi penjualan ritel yang dibangun terdiri dari point of sales untuk mencatat kegiatan transaksi penjualan dan laporan penjualan. Sistem juga mampu untuk mengelola stok produk dengan multi gudang sehingga memudahkan pemilik toko apabila memiliki lokasi gudang lebih dari satu. Selain itu sistem juga menampilkan produk pilihan ke dalam bentuk web katalog, sehingga memudahkan untuk pemilik toko dalam memasarkan produknya melalui internet. Berikut merupakan bentuk Block diagram sistem informasi penjualan ritel yang akan dibuat:


(64)

Data Barang

INPUT PROCESS OUTPUT

Mengolah Data Penjualan Username & Password Data Pengguna Data Supplier Nota Penjualan Nota Pembelian Mengolah Data Retur Penjualan Mengolah Data Persediaan Barang Mengolah Data Pembelian Barang Mengolah Data Retur Pembelian Barang Pembagian Hak Akses Web Katalog Produk Laporan Penjualan(Harian, Mingguan, Bulanan) Laporan Persediaan Barang Laporan Retur Penjualan & Pembelian Barang Menampilkan Barang di Web Mengolah Data

Lokasi

Gambar 3.11 Block Diagram 3.3.2 Arsitektur Sistem

Sistem informasi penjualan yang dibangun merupakan sistem berbasis web sehingga sistem dan data disimpan di data center milik penyedia layanan. Arsitektur sistem yang akan dibangun adalah seperti pada Gambar 3.12.


(65)

Server Internet

Smartphone

Laptop

Dekstop

Tablet Computer UMKM

Gambar 3.12 Arsitektur Sistem Informasi Penjualan

Dengan arsitektur sistem berbasis web, pengguna tidak perlu melakukan pengelolaan dan perawatan infrastruktur sistem karena hal tersebut merupakan tanggung jawab dari penyedia layanan. Pengguna cukup mendaftarkan diri melalui halaman web penyedia layanan maka sistem informasi penjualan ritel bisa langsung digunakan. Untuk mengakses sistem, pengguna perlu menyediakan perangkat keras seperti komputer, laptop, tablet atau smartphone yang tersambung dengan koneksi internet.

Model pengguna utama dari sistem didefinisikan sesuai fungsi dan tanggung jawab seperti di bawah ini.

Tabel 3.1 Model Pengguna

Pengguna Fungsi

Administrator/Pemilik Toko

Memantau penjualan melalui laporan. Mengelola data karyawan beserta hak aksesnya

Mengelola data master produk Mengelola data supplier

Menampilkan produk di web katalog Supervisor Mengelola data master produk


(66)

Pengguna Fungsi Mengelola persediaan produk

Mencatat transaksi penerimaan produk Menampilkan produk di web katalog Melayani dan mencatat retur penjualan Kasir Melayani penjualan dan mencatat semua

transaksi penjualan

Melayani dan mencatat retur penjualan

Model perancangan dan pembangunan sistem akan menggunakan konsep object oriented. Konsep ini dipilih karena lebih mudah dalam mengakomodasi perubahan, mengurangi kompleksitas perancangan dan desain serta kemampuan untuk bisa digunakan kembali. Pattern yang digunakan ialah MVC (Model, View, Controller) agar pemisahan layer aplikasi semakin jelas dan mempermudah pengorganisasian kode program.


(67)

3.3.3 Use Case Diagram Sistem Informasi Penjualan

Gambar 3.13 Use Case Diagram Sistem Informasi Penjualan

Sistem informasi penjualan yang akan dibangun memiliki 5 aktor, aktor dalam use case merupakan semua yang ada diluar lingkup sistem perangkat lunak dan berinteraksi dengan sitem perangkat lunak tersebut. Aktor administrator/pemilik toko, supervisor dan kasir merupakan actor internal dari toko. Ketiga aktor tersebut memberikan input dan menerima output dari sistem sesuai dengan peran dan tanggung jawab mereka. Sedangkan aktor pelanggan dan supplier merupakan aktor eksternal dari toko. Kedua aktor menerima output dari sistem berupa nota transaksi yang telah mereka lakukan.


(68)

3.3.4 Flow of Events

Proses selanjutnya yang dilakukan adalah dengan membuat flow of events dari masing-masing use case. Pembuatan flow of events bertujuan mendokumentasikan alur logika dalam use case yang menjelaskan secara rinci apa yang pemakai akan lakukan dan apa yang sistem itu sendiri lakukan.

3.3.4.1 Flow of Events Mendaftarkan Toko

Proses mendaftarkan toko dilakukan sebelum sebuah toko dapat menggunakan sistem informasi penjualan ritel berbasis web yang akan dibangun. Pendaftaran dilakukan dengan mengisi form pendaftaran yang disediakan dan melakukan konfirmasi email yang dikirim oleh sistem. Pengguna bisa mengakses halaman login jika proses pendaftaran dilalui. Flow of events proses mendaftarkan toko dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Flow of Events Mendaftarkan Toko Nama Use Case Mendaftarkan Toko

Kebutuhan terkait Sebelum dapat menggunakan sistem informasi penjualan ritel berbasis web, toko harus melakukan registrasi dengan mengisi data toko. Setelah semua data diisi, sistem akan mengirimkan email ke pendaftar untuk melakukan konfirmasi pendaftaran. Tujuan Menangani proses registrasi toko

Prasyarat Tidak ada

Kondisi akhir sukses Toko berhasil terdaftar

Kondisi akhir gagal Pengguna mendapatkan pesan registrasi toko gagal Aktor utama Pemilik Toko

Aktor sekunder Tidak ada

Pemicu Pengguna membuka halaman registrasi pada website sistem informasi penjualan


(69)

Nama Use Case Mendaftarkan Toko

Primary Flow Langkah Aksi

1 Pengguna membuka halaman pendaftaran pada website sistem informasi penjualan

2 Pengguna memasukkan nama lengkap, jenis kelamin, nomor telepon, alamat, kota, email, password dan nama domain. 3 Sistem memeriksa format masukan dari

pengguna. Jika ada format yang salah, masuk ke langkah 3.1

4 Sistem melakukan koneksi ke database untuk memeriksa email yang didaftarkan telah digunakan. Jika email telah

digunakan, masuk ke langkah 4.1. Jika terjadi error saat melalukan koneksi ke database, masuk ke langkah 4.2. 5 Sistem melakukan koneksi database

untuk meyimpan data toko baru. Jika terjadi error saat melakukan koneksi ke database, masuk ke langkah 5.1. 6 Sistem mengirim email ke alamat email

yang didaftarkan pengguna untuk melakukan konfirmasi pendaftaran. Jika pengiriman email gagal, masuk ke langkah 6.1

7 Pengguna mengaktifkan akun melalui email konfirmasi yang dikirimkan sistem.

8 Sistem melakukan koneksi database untuk mengaktifkan akun dan menampilkan halaman login ke pengguna sebagai tanda akun telah diaktifkan. Jika terjadi error saat melakukan koneksi ke database, masuk ke langkah 8.1

9 Use case berakhir

Alternate Flow Langkah Aksi Percabangan

3.1 Sistem menampilkan pesan format data pendaftaran toko salah dan meminta pengguna mengulangi langkah ke-2 4.1 Sistem menampilkan pesan email telah

digunakan dan meminta pengguna mengulangi langkah ke-2


(70)

Nama Use Case Mendaftarkan Toko

Error Flow Langkah Aksi Percabangan

4.2 Sistem menampilkan pesan koneksi database untuk memeriksa email gagal. Pengguna kembali ke langkah 2.

5.1 Sistem menampilkan pesan koneksi database untuk menyimpan data pengguna baru gagal. Pengguna kembali ke langkah 2.

6.1 Sistem menampilkan pesan pengiriman email gagal dan meminta pengguna mengulang langkah ke-2.

8.1 Sistem menampilkan pesan koneksi database untuk mengaktifkan akun gagal. Pengguna kembali ke langkah 7.

3.3.4.2 Flow of Events Login

Proses login dilakukan sebelum pengguna masuk ke dalam sistem dan mengakses menu-menu yang ada. Proses login dilakukan untuk memastikan apakah orang yang mengakses sistem merupakan orang yang memliki hak akses untuk membuka sistem tersebut. Sistem memberikan hak akses kepada pengguna berdasarkan login yang dilakukan. Flow of events proses login dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Flow of Events Login Nama Use Case Login

Kebutuhan terkait Salah satu proses untuk masuk ke dalam sistem adalah login. Pengguna memiliki data berupa username dan password yang harus diverikasi oleh sistem agar pengguna dapat masuk ke dalam sistem sesuai dengan hak akses yang dimiliki

Tujuan Menangani proses login pengguna Prasyarat Tidak ada

Kondisi akhir sukses Pengguna berhasil login dan dapat mengakses menu sesuai dengan hak akses yang dimiliki


(71)

Nama Use Case Login

Kondisi akhir gagal Pengguna mendapatkan pesan gagal dan mengulang proses login dengan mengisi form login

Aktor utama Pengguna Aktor sekunder Tidak ada

Pemicu Pengguna membuka halaman login web sistem informasi penjualan

Primary Flow Langkah Aksi

1 Pengguna membuka halaman login melalui web browser.

2 Pengguna mengisi email dan password 3 Sistem melakukan koneksi ke database

untuk melakukan verifikasi email dan password. Jika kombinasi email dan password salah, masuk ke langkah 3.1. Jika terjadi error saat melakukan koneksi ke database, masuk ke langkah 3.2.

4 Sistem menampilkan halaman utama 5 Use case berakhir

Alternate Flow Langkah Aksi Percabangan

3.1 Sistem menampilkan pesan email dan password salah dan meminta pengguna mengulangi langkah ke-3

Error Flow Langkah Aksi Percabangan

3.2 Sistem menampilkan pesan koneksi database untuk melakukan verifikasi email dan password gagal. Pengguna kembali ke langkah 3.

3.3.4.3 Flow of Events Mengelola Profil Toko

Pemilik toko diwajibkan untuk mengisi identitas toko yang dimiliki. Pemilik toko diharuskan untuk mengisi nama toko, deskripsi toko, alamat toko, telepon, kota, provinsi, email dan logo. Identitas ini digunakan untuk ditampilkan di halaman web katalog, sehingga calon pelanggan dapat dengan mudah untuk


(1)

(2)

208

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uji coba dan evaluasi terhadap sistem informasi penjualan ritel berbasis web, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sistem informasi penjualan ritel berbasis web yang dibuat dapat membantu pemilik usaha mikro dan kecil dalam mencatat transaksi penjualan secara cepat.

2. Sistem informasi penjualan ritel berbasis web dapat menghasilkan output berupa laporan transaksi, laporan penjualan, laporan pendapatan dan laporan stok produk. Laporan yang dihasilkan oleh sistem informasi penjualan ritel dapat diakses kapanpun dan dimanapun.

3. Laporan penjualan yang dihasilkan dapat dipilih berdasarkan periode waktu yang diinginkan.

4. Laporan pendapatan bersih maupun kotor dapat dilihat dengan periode bulanan dalam bentuk grafik sehingga dapat diketahui tren pendapatan dalam beberapa bulan terakhir.

5. Sistem informasi penjualan ritel berbasis web dapat membantu pemilik toko, menampilkan barang dagangan yang tidak laku ke dalam web katalog produk. Produk yang ditampilkan sesuai dengan kebutuhan pemilik usaha.

6. Sistem informasi penjualan ritel berbasis web dapat diakses kapanpun dan dimanapun dengan koneksi internet.


(3)

209

7. Tampilan sistem informasi penjualan ritel dapat menyesuaikan secara langsung dengan ukuran layar gadget yang dipakai oleh pemilik toko.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan kepada peneliti berikutnya adalah : 1. Kedepannya sistem ini dapat dikembangkan dalam bentuk mobile application

berbasis android ataupun windows mobile.

2. Sistem informasi penjualan ini dapat diintegrasikan dengan e-commerce sehingga dapat mencatat transaksi yang terjadi di e-commerce tidak hanya sekedar dalam bentuk web katalog.

3. Menyediakan lebih banyak lagi pilihan tampilan web katalog sehingga pemilik toko dapat lebih leluasa dalam memodifikasi tampilan yang diinginkan.

4. Untuk menjaga keamanan dalam proses pengiriman data pengembangan sistem ke depannya sebaiknya menambahkan SSL (Secure Socket Layer).


(4)

DAFTAR PUSTAKA

eMarketer. 2014. Internet to Hit 3 Billion Users in 2015. November.

http://www.emarketer.com/Article/Internet-Hit-3-Billion-Users-2015/1011602/1.

Gunadarma, Universitas. 2014. "Sistem Informasi Manajemen Ritel (SIM RITEL) - Elearning Universitas Gunadarma." Elearning Universitas Gunadarma. elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/merch_form_pdf/bab9-ritel.pdf. H, Stevanus Christopel M. A. 2013. Rancang Bangun Sistem Informasi Penjualan

Berbasis Cloud Bagi Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia (Studi Kasus Pada Toko "Toko Besar"). Surabaya: Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya.

Hartono, Jogiyanto. 2005. In Analisis dan Desain Sistem Informasi, Edisi III. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Jogiyanto. 1998. Analisis dan Desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi Offset.

—. 2003. Sistem Teknologi Informasi Pendekatan Terintegrasi: Konsep Dasar,

Teknologi, Aplikasi, Pengembangan dan Pengelolaan. Yogyakarta:

PENERBIT ANDI.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. 2008. KRITERIA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH MENURUT UU NO. 20 TAHUN 2008 TENTANG UMKM.

http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&i d=129.

Oetomo, Budi Sutedjo Dharma. 2006. Perencanaan dan Pembangunan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.

Okezone.com. 2012. Menkop: Koperasi dan UKM Lemah karena Minim Teknologi.

http://techno.okezone.com/read/2012/09/10/54/687628/menkop-koperasi-dan-ukm-lemah-karena-minim-teknologi.

Pawoon.com. 2014. Pawoon.com. www.pawoon.com.

Ryan Ariefiansyah, S.E. & Miyosi Margi Utami S.E. 2012. Cara Instan Membuat HPP dengan Praktis. Jakarta: New Agogos.


(5)

2

Sholiq. 2010. Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek. Bandung: Muara Indah.

—. 2010. Analisis dan Perancangan Berorientasi Obyek. Bandung: Muara Indah. Simarmata, Janner. 2010. Rekayasa Web. Yogyakarta: Andi Offset.

Soliha, Euis. 2008. "ANALISIS INDUSTRI RITEL DI INDONESIA." Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE) 128 - 142.

Sujana, Asep ST. 2013. Manajemen Minimarket. Jakarta: Raih Asa Sukses (Penebar Swadaya Grup).

Sukoco, Badri Munir. 2007. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Jakarta: Erlangga.

Tata Sutabri, S.Kom., MM. 2004. Analisa Sistem Informasi. Yogyakarta: ANDI. Utami, Christina Whidya. 2008. Manajemen Barang Dagangan Dalam Bisnis

Ritel. Malang: Bayumedia Publishing.

Vermaat, Gary B. Shelly dan Misty E. 2010. Discovering Computers 2010: Living in a Digital World, Complete. Boston: Course Technology.


(6)