Agnes Widiastuti

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN IBU HAMIL ANAK PERTAMA DI KOTA X

PROPOSAL

Diajukan Kepada Tim Penguji Skripsi Program Studi Psikologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Psikologi

Oleh: Agnes Widiastuti NIM. 1300601/2013

Dosen Pengampu :

Tesi Hermaleni, S.Psi, M.Psi, Psikolog

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG


(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia hidup selalu dituntut dengan berbagai tugas yang harus di jalani terutama pada usia tertentu. Memasuki usia dewasa awal salah satu tugas perkembangan adalah menjalin hubungan intim dengan lawan jenis dan menikah (Hurlock, 1994). Pernikahan adalah mengikat 2 orang dengan menyatukan dua pribadi yang unik, dengan membawa pribadi masing-masing berdasarkan latar belakang budaya serta pengalamannya (Santrock , 1995), Hal tersebut menjadikan pernikahan bukanlah hanya sekedar bersatunya dua individu, tetapi lebih pada persatuan dua sistem keluarga secara keseluruhan dan pembangunan sebuah keluarga yang baru.

Keluarga (family) suatu kelompok individu yang terkait oleh ikatan perkawinan atau darah, dimana keluarga secara khusus mencakup seorang ayah, ibu, dan anak yang hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga (Abdulsyani, 2002). Di dalam sebuah ikatan rumah tangga pasangan yang menikah memilki suatu tujuan yaitu memiliki seorang anak yang dapat melengkapi sebuah keluarga. Sebagai seorang wanita yang memiliki kodrat sebagai pengasuh dan mengandung, kehamilan adalah hal yang paling dinantikan (Mahmudah, 2010).

Hamil merupakan salah satu kodrat wanita, apalagi pasangan yang baru menikah dan kehamilan pertama sering membuat wanita menjadi bingung bahkan stres. Namun tidak dapat dipungkiri bahwasannya proses menjadi seorang ibu adalah peristiwa yang sangat mendebarkan dan juga penuh tantangan (Budi, 2009). Selama masa kehamilan terjadi perubahan pada ibu baik fisik maupun psikis. Secara umum perubahan fisik selama masa kehamilan ialah, tidak haid, membesarnya payudara, perubahan bentuk rahim, perubahan sistem kerja organ tubuh, membesarnya perut, naiknya berat badan, melemahnya relaksasi otot-otot saluran pencernaan, sensitivitas pada penginderaan, serta kaki dan tangan mulai membesar. Adapun perubahan psikis yang terjadi pada ibu hamil diperkirakan 80%, timbul sifat rasa kecewa, penolakan, cemas dan rasa sedih. (Pieter & Lubis, 2010 dalam Ode, dkk 2013).


(3)

Ibu hamil mengalami rasa khawatir, was-was, gelisah, takut, dan cemas dalam menghadapi kehamilannya. Perasaan-perasaan yang muncul antara lain berkaitan dengan keadaan janin yang dikandungnya, ketakutan dan kecemasan dalam menghadapi persalinan, gagal atau berhasilnya persalinan, biaya persalinan, serta perubahan fisik dan psikis yang terjadi (Mahmudah, 2010).

Kecemasan merupakan suatu kondisi yang pernah dialami oleh hampir semua individu, hanya saja kadar dan tarafnya yang berbeda. Ada individu yang dapat menyelesaikan masalahmasalahnya hingga kecemasan yang dialami tidak berkepanjangan, tetapi tidak jarang kecemasan tersebut mendatangkan gangguan bagi yang mengalaminya. Kecemasan dapat didefinisikan sebagai kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subyektif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat (Mu’arafah, 2005)

Menurut Hasibuan & Simatupang, 1999 (dalam Triana & Fakhrurrozi, 2014) mengatakan bahwa Kecemasan merupakan suatu pengalaman emosional yang timbul karena adanya ancaman yang tidak jelas penyebabnya, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam individu. Kehamilan merupakan salah satu sumber kecemasan. Kecemasan yang mengganggu wanita hamil adalah cemas terhadap kesehatan badannya, kematian yang mungkin akan menimpanya, keadaan yang kurang menguntungkan menjelang persalinan (misalnya tidak dapat berada di rumah sakit pada waktunya) dan takut akan rasa sakit pada waktu melahirkan. Di samping itu ada kecemasan yang secara tidak langsung berhubungan dengan kehamilan misalnya, kesulitan perumahan, kesulitan ekonomi, kesulitan perkawinan, kurangnya perhatian terutama dari suami.

menurut Susiaty (2012) faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu hamil yaitu pengetahuan tentang kehamilan, psikologi, status ekonomi, pengalaman tentang kehamilan, dukungan keluarga serta dukungan suami. Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan usia hamil resiko tinggi karena dapat terjadi kelainan atau gangguan pada janin, sehingga dapat menimbulkan kecemasan pada ibu hamil tersebut. Pada ibu yang pertama kali melahirkan, belum ada bayangan


(4)

mengenai apa yang akan terjadi saat bersalin dan ketakutan karena sering mendengar cerita dari teman atau kerabat tentang pengalaman saat melahirkan, seperti seorang ibu atau bayi yang meninggal, yang akan mempengaruhi persepsi sang ibu mengenai proses persalinan yang menakutkan (Fithtriany, 2015).

Di Indonesia terdapat 373.000.000 orang ibu hamil, yang mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan ada sebanyak 107.000.000 orang (28,7%). Sedangkan seluruh populasi di pulau Sumatra terdapat 679.765 ibu hamil yang mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan 355.873 orang (52,3%) (Depkes RI, 2008 dalam Handayani, 2015).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyuti, 2011 (dalam Pevi Primasnia, 2013) mengenai hubungan pengetahuan ibu hamil tentang proses persalinan dengan penurunan tingkat kecemasan menghadapi proses persalinan didapatkan bahwa dari jumlah sampel 48 ibu hamil, sebanyak 29 ibu mengalami kecemasan ringan (60,4%),6 ibu mengalami kecemasan sedang (12,5%),dan13 ibu mengalami kecemasan berat (27,1%). Dukungan dari keluarga terutama pasangan juga dapat mempengaruhi kecemasan ibu hamil menjelang persalinan. Dukungan yang diberikan terutama oleh pasangan akan menimbulkan perasaan tenang, senang, sikap positif terhadap diri sendiri dan juga kehamilannya hingga sampai saat persalinan tiba (Astia, 2009).

Ibu hamil dengan dukungan keluarga yang tinggi akan mengubah respon terhadap sumber kecemasan namun, jika sebaliknya kurangnya dukungan keluarga dapat meningkatkan kecemasan ibu hamil yang akan berpengaruh terhadap diri, kehamilan dan janinnya. Untuk mengurangi tingkat kecemasan pada ibu, hendaknya keluarga dapat memberikan dukungan yang baik pada ibu, agar ibu memiliki kemampuan untuk mengurangi rasa cemas dan lebih siap secara mental dalam menghadapi persalinannya nanti, dan persalinanpun dapat berjalan dengan baik (Handayani, 2015)


(5)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asnawir, dkk (2015) didapatkan dari 32 responden berdasarkan dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu hamil menghadapi proses persalinan dengan dukungan baik sebanyak 17 responden (53,1%) dan 15 responden mengatakan dukungan tidak baik (46,9%). Dengan demikian dukungan keluarga sangat diharapkan oleh seorang ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan, dengan dukungan keluarga yang baik akan mengurangi stressor pada ibu sehingga proses persalinan lebih lancar dan cepat tanpa menimbulkan komplikasi.

Dukungan keluarga menurut Cobb (dalam Sarafino, 1994:99) adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai, dan menyayangi kita. Dukungan yang diberikan oleh suami atau pasangan, ibu atau mertua sangat berperan penting dan sangat besar manfaatnya bagi seorang ibu hamil terutama dukungan yang memberikan rasa aman sehingga mereka dapat mengatasi keraguan yang timbul dan dapat menghadapi dan menjalani kehamilannya dengan perasaan tenang (Budi, 2009). Dengan memiliki dukungan keluarga yang baik, ibu hamil dapat mempertahankan kondisi kesehatan psikologisnya dan lebih mudah menerima perubahan fisik serta mengontrol gejolak emosi yang timbul.

Berdasarkan paparan diatas, dukungan keluarga yang diberikan kepada wanita hamil dapat menumbuhkan perasaan tenang, aman, dan nyaman sehingga dapat mempengaruhi kecemasan ibu hamil. oleh karena itu penulis ingin meneliti tentang “hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil anak pertama”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebelumnya, dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu:


(6)

1. Kecemasan yang melanda ibu hamil terutama ibu hamil yang belum memilki pengalaman sebelumnya karena mengandung anak pertama sehingga sering muncul perasaan takut, was-was dan berbagai masalah fisik dan psikis lainnya 2. Dukungan yang diberikan keluarga kepada ibu hamil sangat membantu dalam mengatasi kecemasan, oleh karenanya dituntut untuk keluarga terutama suami memberikan dukungan yang dapat meredam kecemasan yang dirasa ibu hamil.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, diketahui banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil. Fokus dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga terhadap ibu hamil, dan hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil anak pertama di kota X.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah gambaran dukungan keluarga yang diberikan kepada ibu hamil anak pertama dikota X?

2. Bagaimanakah gambaran tingkat kecemasan ibu hamil anak pertama dikota X?

3. Apakah terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil anak pertama dikota X?

E. Tujuan Penelitian

1. Menggambarkan tentang tingkat dukungan keluarga pada ibu hamil anak pertama di kota X.

2. Menggambarkan tentang tingkat kecemasan ibu hamil anak pertama di kota X.


(7)

3. Menggambarkan hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil anak pertama di kota X.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu pengetahuan tentang kecemasan ibu hamil, khususnya yang berkaitan dengan dukungan keluarga.

2. Manfaat praktis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan mensosialisasikan tentang peningkatan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu melahirkan anak pertama di kota X.


(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah suatu emosi yang tidak menyenangkan serta ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda (Atkinson 1983:212)

Nevid, dkk (2005:163) mengatakan bahwa anxietas atau kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan takut terhadap sesuatu yang buruk akan terjadi. Freud (dalam Feist dan Feist, 2008:202) menekankan bahwa kecemasan adalah kondisi yang tidak menyenangkan, bersifat emosional dan kekuatannya terasa sangat kuat disertai sebuah sensasi fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang sedang mendekat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu perasaan emosional mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan seseorang yang ditunjukan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.


(9)

2. Aspek-Aspek Kecemasan

Menurut Maher (dalam Sobur, 2003:346) ada 3 aspek-aspek atau komponen dari reaksi kecemasan, yaitu:

a. Emosional

Reaksi yang amat sangat dirasakannya secara sadar. Seperti perasaan ketegangan, ketakutan akan kematian setelah melahirkan, kekhawatiran yang juga juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat

b. Kognitif

Berkaitan dengan kekhawatiran individu terhadap konsekuensi-konsekuensi negatif yang mungkin akan dialaminya atau adanya harapan negatif. Jika kekhawatiran ini meningkat maka akan mengganggu kemampuan individu untuk berpikir jernih, memecahkan masalah, dan memenuhi tuntutan lingkungan (baik oleh keluarga, tetangga, dan masyarakat). Hal ini dapat disebabkan oleh persepsi negatif terhadap persalinan yang akan dilakukan..

c. psikologis

Tanggapan tubuh terhadap rasa takut yang berupa kekakuan diri untuk bertindak, baik yang dikendalikan ataupun tidak dikendalikan. Kondisi fisik yang tidak baik karena kegelisahan, stres yang dialami, persepsi yang negatif terhadap kehamilan. Hal ini diketahui dari munculnya reaksi-reaksi tubuh tertentu yang sebagian besar merupakan hasil kerja sistem syaraf otonom yang mengontrol berbagai otot dan kelenjar tubuh. Jika pikiran individu dikuasai oleh kecemasan, maka sistem syaraf otonom akan berfungsi dan akan muncul gejala-gejala fisik seperti jantung berdebar-debar, berkeringat dingin, tekanan darah


(10)

meningkat, nafas menjadi cepat, merasa gelisah, dan adanya gangguan pencernaan. Tidak setiap individu yang mengalami kecemasan akan mengalami gejala fisik yang sama, karena pola reaksi otomatis individu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

3. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan

Menurut Zanden, dkk (dalam Mahmudah, 2010) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan melahrikan pada ibu hamil, diantaranya :

a. Status pernikahan

Dimana status pernikahan dapat mempengaruhi perasaan cemas dan takut pada ibu hamil selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena keberadaan janin yang dikandung belum dikehendaki b. Satatus ekonomi

Seorang perempuan hamil yang memiliki status ekonomi mapan tidak akan merasa cemas, kawatir, atau takut dalam merawat bayi yang akan dilahirkannya kelak. Sebaliknya, mereka yang status ekonomi lemah (belum mapan), mudah merasa kawatir atau takut.

c. Tingkat pengetahuan tentang kehamilan maupun proses kelahiran bayi kemungkinan dapat membantu ibu hamil dalam menghaapi kelahiran

d. Dukungan soial keluarga yang diberikan mampu memberikan efek yang bermanfaat pada kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil


(11)

Sedangkan menurut Nevid, dkk (2005:101) juga membagi faktor-faktor kecemasan tersebut atas empat faktor-faktor, yaitu :

a. Faktor Biologis 1) Predisposisi genetis

2) Iregularitas dalam fungsi neurotransmiter

3) Abnormalitas dalam jalur otak yang memberi sinyal bahaya atau yang menghambat tingkah laku repetitif.

b. Faktor Lingkungan Sosial

1) pengetahuan terhadap peristiwa yang mengancam atau traumatis 2) Mengamati respon takut pada orang lain

3) Kurangnya dukungan sosial

4) Tidak mantapnya nilai hidup yang diajarkan. c. Faktor Behavioral

1) Pemasangan stimuli aversif dan stimuli yang sebelumnya netral (classical conditioning).

2) Kelegaan dari kecemasan karena melakukan ritual kompulsif atau menghindari stimuli fobik (operant conditioning).

3) Kurangnya kesempatan untuk pemunahan (extinction) karena penghindaran terhadap objek atau situasi yang ditakuti.

d. Faktor Kognitif dan Emosional

1) Konflik psikologis yang tidak terselesaikan

2) Faktor-faktor kognitif, seperti prediksi yang berlebihan tentang ketakutan, keyakinan keyakinan yang irasional, sensitivitas


(12)

berlebih terhadap ancaman dan sensitivitas terhadap kecemasan.

4. Kecemasan Pada Masa Kehamilan

Ibu hamil dituntut tidak hanya harus siap fisik, tetapi juga harus siap secara mental. Hal inilah yang kurang diperhatikan oleh ibu hamil, umumnya para ibu hamil hanya lebih siap dalam menghadapi perubahan fisik, tetapi tidak siap secara mental. Perubahan secara fisik pada ibu hamil memang mudah ditebak dan terlihat, hal itu umumnya terjadi pada setiap ibu yang sedang mengalami kehamilan, seperti perubahan bentuk tubuh dengan badan yang semakin membesar, munculnya jerawat di wajah atau kulit muka yang mengelupas. Namun perubahan secara psikologis pada ibu hamil sangat sulit ditebak dan tidak selalu sama terjadinya pada setiap ibu hamil ataupun pada setiap kehamilan (Suryaningsi dalam maharani, 2008).

Kecemasan pada ibu hamil yang diikuti oleh tanda-tanda mual, muntah, psikologis, sosial, ekonomi, dan budaya di lingkungan masyarakatnya. Setiap wanita hamil pasti dihinggapi campuran perasaan kuat dan berani menanggung segala beban dan rasa lemah hati, takut, ngeri, rasa cinta dan dibenci, keraguan, dan kepastian, kegelisahan dan rasa tenang, bahagia, harapan penuh kegembiraan dan rasa cemas, yang semuanya akan menjadi intensif pada saat mendekati masa kelahiran bayinya. Menurutnya yang menjadi penyebab ketakutan dan kegelisahan adalah takut mati, trauma kelahiran, perasaan bersalah atau berdosa seperti ketakutan bayinya lahir cacat (Yulianti dalam Maharani, 2008).


(13)

Santrock (2002) menjelaskan bahwa ketika seorang perempuan hamil mengalami ketakutan, kecemasan dan emosi lain yang mendalam, terjadi perubahan psikologis, antaranya meningkatnya pernapasan dan sekresi kelenjar. Adanya sekresi hormon adrenalin sebagai tanggapan terhadap ketakutan dapat menghambat aliran darah ke daerah kandungan sehingga membuat janin kekurangan oksigen. Dengan demikian, kondisi emosional perempuan yang sedang hamil akan berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya bayi dalam kandungan.

Kecemasan dalam melahirkan akan dibahas dalam penelitian ini merupakan kecemasan pada ibu hamil yang akan melahirkan anak pertama. Kecemasan pada calon ibu disebabkan adanya rasa takut terhadap kesehatan, usia kehamilan, kesulitan keuangan dan dan masal lainnya.

Dari definisi kecemasan melahirkan yang telah di paparkan sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa kecemasan melahirkan adalah suatu kondisi psikologis atau perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan sehingga msenyebabkan ketidakstabialn kondisi psikologis, seperti merasa khawatir, was-was, gelisah, takut menghadapi rasa sakit menjelang saat melahirkan.

B. DUKUNGAN KELUARGA

1. Pengertian Dukungan Keluarga

Cobb, dkk (dalam Sarafino, 2002:99) dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau pertolongan yang diterima dari keluarga atau orang lain. Satiadarma (2004:32) juga mengatakan bahwa lingkungan sosial terdekat manusia adalah keluarga. Keluarga adalah instansi pertama yang memberikan pengaruh terhadap sosialisasi setiap anggotanya


(14)

yang kemudian akan membentuk kepribadiannya. Peran keluarga merupakan kekuatan untuk menghadapi dan mengatasi segala hambatan serta gangguan baik dari luar maupun dari dalam diri seseorang.

Dukungan keluarga menurut Satiadarma (2004:30) merupakan bantuan atau sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat di dalam sebuah keluarga.

Dukungan keluarga adalah bantuan yang dapat diberikan kepada anggota keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasihat yang mampu membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, serta perasaan tentram dan aman. Dukungan ini merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap ibu hamil dan bayinya, bahwasannya orang yang bersifat mendukung akan selalu siap memberi pertolongan dan bantuan yang diperlukan (Susilawati, 2013).

2. Aspek-aspek Dukungan Keluarga

Terdapat empat tipe dasar dukungan sosial menurut Cohen & Mckay, 1984; Cutrona & Russel, 1990; House, 1984; Schaefer, Coyne, & Lazarus, 1981; Wills, 1984 (dalam Sarafino, 2002:113) yaitu:

a. Dukungan emosional (Emotional Support)

Dukungan emosional mencakup ekspresi, empati, perlindungan, perhatian, kepercayaan. Dukungan seperti ini memberikan rasa nyaman, rasa tenang, rasa dimiliki dan rasa dicintai pada saat tertekan. Dukungan ini meliputi perilaku seperti memberikan perhatian atau afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain.


(15)

b. Dukungan instrumental (Instrumental Support)

Dukungan instrumental adalah dukungan dalam bentuk penyediaan sarana yang dapat mempermudah tujuan yang ingin dicapai dalam bentuk materi juga berupa jasa pelayanan..

c. Dukungan informasi (Informational Support)

Dukungan informasi adalah bentuk dukungan yang, meliputi pemberian nasehat, arahan, pertimbangan tentang bagaimana seseorang harus berbuat, dan umpan balik dalam memecahkan persoalan.

d. Dukungan penghargaan (Esteem support)

Dukungan ini berupa penghargaan atas usaha yang telah dilakukan, memberi umpan balik mengenai hasil atau prestasi. Jenis dukungan seperti ini dapat membangun perasaan berharga dan memiliki nilai bagi diri seseorang dengan melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain.

3. Dukungan keluarga pada ibu hamil

Dalam hal ini yang dibahas dalam dukungan keluarga terhadap ibu hamil adalah dukungan keluarga yang memberikan pengaruh positif yaang diberikan oleh keluarga baik itu suami, ibu, anak, mertua dan yang lainnya, sehingga mampu mengurangi dan meredam kecemasan. Dukungan ini berupa dukungan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan akan membuat individu memiliki perasaan nyaman dan yakin sehingga dapat menghadapi masalah dengan lebih baik.


(16)

Individu membutuhkan penghargaan, perhatian dan kepercayaan yang menandakan bahwa dia dicintai dan diperhatikan. Jika individu diterima dan dihargai secara positif oleh orang lain, individu tersebut akan cenderung untuk mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri dan lebih menghargai dirinya (friedman, 1998)

Dari paparan tersebut, dukungan keluarga yang diberikan kepada ibu hamil dapat menumbuhkan perasaan tenang, aman, nyaman sehinga dapat mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil.

C. Kerangka Berpikir

D. HIPOTESIS

Ha : adanya hubungan yang signifikan antara dukubgan keluaga dengan kecemasan ibu hamil anak pertama

H0 : tidak adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hzmil anak pertama

dukungan keluarga

dukungan keluarga kecemasankecemasanibu hamilibu hamil


(17)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2002. Sosiologi (Skematika Teori dan Terapan). Jakarta: Bumi

Aksara.

Asnawir, Arifin. Kundre, Rina. Rompas, Sefti. Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Kecemasan Ibu Hamil Menghadapi Proses Persalinan Di Puskesmas Budilatama Kecamatan Gadung Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah. eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3, Nomor 2 Mei 2015

Astria, Y. Irma, N., Catur R., 2009. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Trimester

III Dengan Kecemasan Ibu Hamil Menghadapi Proses Persalinan Di Poliklinik Kebidanan Dan Kandungan Rumah Sakit X, Vol. 10, No. 19 Oktober 2008- Februari 2009

Atkinson, L. Rita, Richard C. Dan Hillgar, E. 1983. Pengantar Psikologi (Nurdjannah Taufiq terjemahan). Edisi kedelapan. Jilid dua. Jakarta: Erlangga.

Budi, S.,F., Hastuti. Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Lama Friedman, 1998.

Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC. Persalinan Kala II Pada Ibu

Primipara. Jurnal Humanitas. Vol. IV, No. 2 agustus 2009

Feist, Jess., dan Feist, Gregory J. 2008. Theories of Personality. Edisi keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fithriany. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil

Trimester Iii Dalam Menghadapi Persalinan Di Puskesmas Kajhu Kecamatan

Baitussalam Tahun 2014. Jurnal Intelektualita, Volume 3, Nomor 1,


(18)

Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Handayani, Reska. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan

Menjelang Persalinan Pada Ibu Primigravida Trimester III Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2012. Ners Jurnal Keperawatan Volume 11, No 1, Maret 2015 : 62-71

Hurlock, E. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Alih bahasa : Isti Widayanti & Soedjarwo. Jakarta : Erlangga.

Indri,Triana. M & Fakhrurrozi.M (2014), Hubungan Dukungan Sosial Dan

Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga.

Jurnal psikologi, vol 2, no 7 Desember 2014

Maharani, T.A. 2008. Hubungan antara dukungan sosial dan kecemasan

menghadapi proses persalinan pada ibu hamil trimester ketigaUniversitas guna darma Fakultas psikologi

Mahmudah, Dedeh, 2010. Hubungan Dukungan Keluarga Dan Religiusitas

Dengan Kecemasan Melahirkan Pada Ibu Hamil Anak Pertama. Skirpsi Fakultas Psikologi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah.

Mu’arifah, Alif. Hubungan Kecemasan Dan Agresivitas. Indonesian Psychological

Journal. : Vol. 2 No. 2 Agustus 2005 : 102 – 111

Nevid, S. Jeffrey., Rathus, Spencer A., dan Greene B. 2005. Psikologi Abnormal.

(Deanetta Murad, dkk terjemahan). Edisi ke lima jilid I. Jakarta: Erlangga.

Ode, W., Z. Dkk. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan Di Poli Kia Pkm Tuminting. Ejournal Keperawatan (E-Kp) Volume. 1 Nomor. 1 Agustus 2013

Pevi Primasnia, P. 2013. Hubungan pendampingan suami dan tingkatkecemasan

ibu primigravida. Dalam menghadapi proses perkawinan kala satu di Rumah Sakit bersalin kota Unggaran.www.jurnalunipdu. ac.id>Ho(jurnal).


(19)

Santrock, John. W. 2002. Life Span Development (Jilid 1). Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. 1995. Life Span Development. Edisi ke-5 (alih bahasa : Achmad

Chusairi, S.Psi). Jakarta : Penerbit Erlangga

Sarafino, Edward P. 1994. Health Psychology. Biopsychological Interactions.

New York: John Wiley & Sons.

Satiadarma, Francis, S. M.P. 2004. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap

Kesembuhan Ibu yang Mengidap Penyakit Kanker Payudara. Jurnal Ilmiah

Psikologi “ARKHE”, Th.9 no.1.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

Susiaty, 2012. Hubungan Antara Pelayanan Dan Kecemasan Menghadapi Proses Persalinan Pada Pasien RS Bersalin. Jakarta: Universitas Gunadarma

Susilawati, Dwi. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif Di Rsup Dr Sardjito Yogyakarta. Volume 4, Nomor 2


(1)

yang kemudian akan membentuk kepribadiannya. Peran keluarga merupakan kekuatan untuk menghadapi dan mengatasi segala hambatan serta gangguan baik dari luar maupun dari dalam diri seseorang.

Dukungan keluarga menurut Satiadarma (2004:30) merupakan bantuan atau sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat di dalam sebuah keluarga.

Dukungan keluarga adalah bantuan yang dapat diberikan kepada anggota keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasihat yang mampu membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, serta perasaan tentram dan aman. Dukungan ini merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap ibu hamil dan bayinya, bahwasannya orang yang bersifat mendukung akan selalu siap memberi pertolongan dan bantuan yang diperlukan (Susilawati, 2013).

2. Aspek-aspek Dukungan Keluarga

Terdapat empat tipe dasar dukungan sosial menurut Cohen & Mckay, 1984; Cutrona & Russel, 1990; House, 1984; Schaefer, Coyne, & Lazarus, 1981; Wills, 1984 (dalam Sarafino, 2002:113) yaitu:

a. Dukungan emosional (Emotional Support)

Dukungan emosional mencakup ekspresi, empati, perlindungan, perhatian, kepercayaan. Dukungan seperti ini memberikan rasa nyaman, rasa tenang, rasa dimiliki dan rasa dicintai pada saat tertekan. Dukungan ini meliputi perilaku seperti memberikan perhatian atau afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain.


(2)

b. Dukungan instrumental (Instrumental Support)

Dukungan instrumental adalah dukungan dalam bentuk penyediaan sarana yang dapat mempermudah tujuan yang ingin dicapai dalam bentuk materi juga berupa jasa pelayanan..

c. Dukungan informasi (Informational Support)

Dukungan informasi adalah bentuk dukungan yang, meliputi pemberian nasehat, arahan, pertimbangan tentang bagaimana seseorang harus berbuat, dan umpan balik dalam memecahkan persoalan.

d. Dukungan penghargaan (Esteem support)

Dukungan ini berupa penghargaan atas usaha yang telah dilakukan, memberi umpan balik mengenai hasil atau prestasi. Jenis dukungan seperti ini dapat membangun perasaan berharga dan memiliki nilai bagi diri seseorang dengan melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain.

3. Dukungan keluarga pada ibu hamil

Dalam hal ini yang dibahas dalam dukungan keluarga terhadap ibu hamil adalah dukungan keluarga yang memberikan pengaruh positif yaang diberikan oleh keluarga baik itu suami, ibu, anak, mertua dan yang lainnya, sehingga mampu mengurangi dan meredam kecemasan. Dukungan ini berupa dukungan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan akan membuat individu memiliki perasaan nyaman dan yakin sehingga dapat menghadapi masalah dengan lebih baik.


(3)

Individu membutuhkan penghargaan, perhatian dan kepercayaan yang menandakan bahwa dia dicintai dan diperhatikan. Jika individu diterima dan dihargai secara positif oleh orang lain, individu tersebut akan cenderung untuk mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri dan lebih menghargai dirinya (friedman, 1998)

Dari paparan tersebut, dukungan keluarga yang diberikan kepada ibu hamil dapat menumbuhkan perasaan tenang, aman, nyaman sehinga dapat mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil.

C. Kerangka Berpikir

D. HIPOTESIS

Ha : adanya hubungan yang signifikan antara dukubgan keluaga dengan kecemasan ibu hamil anak pertama

H0 : tidak adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hzmil anak pertama

dukungan keluarga

dukungan keluarga kecemasankecemasanibu hamilibu hamil


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2002. Sosiologi (Skematika Teori dan Terapan). Jakarta: Bumi Aksara.

Asnawir, Arifin. Kundre, Rina. Rompas, Sefti. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Ibu Hamil Menghadapi Proses Persalinan Di Puskesmas

Budilatama Kecamatan Gadung Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah.

eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3, Nomor 2 Mei 2015

Astria, Y. Irma, N., Catur R., 2009. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Trimester

III Dengan Kecemasan Ibu Hamil Menghadapi Proses Persalinan Di

Poliklinik Kebidanan Dan Kandungan Rumah Sakit X, Vol. 10, No. 19 Oktober 2008- Februari 2009

Atkinson, L. Rita, Richard C. Dan Hillgar, E. 1983. Pengantar Psikologi (Nurdjannah Taufiq terjemahan). Edisi kedelapan. Jilid dua. Jakarta: Erlangga.

Budi, S.,F., Hastuti. Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Lama Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC. Persalinan Kala II Pada Ibu

Primipara. Jurnal Humanitas. Vol. IV, No. 2 agustus 2009

Feist, Jess., dan Feist, Gregory J. 2008. Theories of Personality. Edisi keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fithriany. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil

Trimester Iii Dalam Menghadapi Persalinan Di Puskesmas Kajhu Kecamatan

Baitussalam Tahun 2014. Jurnal Intelektualita, Volume 3, Nomor 1, Juli-Desember 2015


(5)

Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Handayani, Reska. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan

Menjelang Persalinan Pada Ibu Primigravida Trimester III Di Wilayah Kerja

Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2012. Ners Jurnal Keperawatan Volume 11, No 1, Maret 2015 : 62-71

Hurlock, E. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Alih bahasa : Isti Widayanti & Soedjarwo. Jakarta :

Erlangga.

Indri,Triana. M & Fakhrurrozi.M (2014), Hubungan Dukungan Sosial Dan Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga.

Jurnal psikologi, vol 2, no 7 Desember 2014

Maharani, T.A. 2008. Hubungan antara dukungan sosial dan kecemasan

menghadapi proses persalinan pada ibu hamil trimester ketigaUniversitas

guna darma Fakultas psikologi

Mahmudah, Dedeh, 2010. Hubungan Dukungan Keluarga Dan Religiusitas

Dengan Kecemasan Melahirkan Pada Ibu Hamil Anak Pertama. Skirpsi

Fakultas Psikologi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah.

Mu’arifah, Alif. Hubungan Kecemasan Dan Agresivitas. Indonesian Psychological Journal. : Vol. 2 No. 2 Agustus 2005 : 102 – 111

Nevid, S. Jeffrey., Rathus, Spencer A., dan Greene B. 2005. Psikologi Abnormal.

(Deanetta Murad, dkk terjemahan). Edisi ke lima jilid I. Jakarta: Erlangga.

Ode, W., Z. Dkk. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan Di Poli Kia Pkm Tuminting. Ejournal Keperawatan (E-Kp) Volume. 1 Nomor. 1 Agustus 2013

Pevi Primasnia, P. 2013. Hubungan pendampingan suami dan tingkatkecemasan

ibu primigravida. Dalam menghadapi proses perkawinan kala satu di Rumah


(6)

Santrock, John. W. 2002. Life Span Development (Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Santrock, J. W. 1995. Life Span Development. Edisi ke-5 (alih bahasa : Achmad

Chusairi, S.Psi). Jakarta : Penerbit Erlangga

Sarafino, Edward P. 1994. Health Psychology. Biopsychological Interactions. New York: John Wiley & Sons.

Satiadarma, Francis, S. M.P. 2004. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap

Kesembuhan Ibu yang Mengidap Penyakit Kanker Payudara. Jurnal Ilmiah Psikologi “ARKHE”, Th.9 no.1.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

Susiaty, 2012. Hubungan Antara Pelayanan Dan Kecemasan Menghadapi Proses Persalinan Pada Pasien RS Bersalin. Jakarta: Universitas Gunadarma

Susilawati, Dwi. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif Di Rsup Dr Sardjito Yogyakarta. Volume 4, Nomor 2