2. Aspek-Aspek Kecemasan
Menurut Maher dalam Sobur, 2003:346 ada 3 aspek-aspek atau komponen dari reaksi kecemasan, yaitu:
a. Emosional Reaksi yang amat sangat dirasakannya secara sadar. Seperti perasaan
ketegangan, ketakutan akan kematian setelah melahirkan
, kekhawatiran yang juga juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat
b. Kognitif Berkaitan dengan kekhawatiran individu terhadap konsekuensi-
konsekuensi negatif yang mungkin akan dialaminya atau adanya harapan negatif. Jika kekhawatiran ini meningkat maka akan
mengganggu kemampuan individu untuk berpikir jernih, memecahkan masalah, dan memenuhi tuntutan lingkungan baik oleh keluarga,
tetangga, dan masyarakat. Hal ini dapat disebabkan oleh persepsi negatif terhadap persalinan yang akan dilakukan..
c. psikologis Tanggapan tubuh terhadap rasa takut yang berupa kekakuan diri untuk
bertindak, baik yang dikendalikan ataupun tidak dikendalikan. Kondisi fisik yang tidak baik karena kegelisahan, stres yang dialami, persepsi
yang negatif terhadap kehamilan. Hal ini diketahui dari munculnya reaksi-reaksi tubuh tertentu yang sebagian besar merupakan hasil kerja
sistem syaraf otonom yang mengontrol berbagai otot dan kelenjar tubuh. Jika pikiran individu dikuasai oleh kecemasan, maka sistem
syaraf otonom akan berfungsi dan akan muncul gejala-gejala fisik seperti jantung berdebar-debar, berkeringat dingin, tekanan darah
meningkat, nafas menjadi cepat, merasa gelisah, dan adanya gangguan pencernaan. Tidak setiap individu yang mengalami kecemasan akan
mengalami gejala fisik yang sama, karena pola reaksi otomatis individu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
3. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan
Menurut Zanden, dkk dalam Mahmudah, 2010 ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan melahrikan pada ibu hamil,
diantaranya : a. Status pernikahan
Dimana status pernikahan dapat mempengaruhi perasaan cemas dan takut pada ibu hamil selama kehamilan. Hal ini disebabkan
karena keberadaan janin yang dikandung belum dikehendaki b. Satatus ekonomi
Seorang perempuan hamil yang memiliki status ekonomi mapan tidak akan merasa cemas, kawatir, atau takut dalam
merawat bayi yang akan dilahirkannya kelak. Sebaliknya, mereka yang status ekonomi lemah belum mapan, mudah
merasa kawatir atau takut. c. Tingkat pengetahuan tentang kehamilan maupun proses
kelahiran bayi kemungkinan dapat membantu ibu hamil dalam menghaapi kelahiran
d. Dukungan soial keluarga yang diberikan mampu memberikan efek yang bermanfaat pada kesehatan fisik dan mental pada ibu
hamil
Sedangkan menurut Nevid, dkk 2005:101 juga membagi faktor- faktor kecemasan tersebut atas empat faktor, yaitu :
a. Faktor Biologis
1 Predisposisi genetis 2 Iregularitas dalam fungsi neurotransmiter
3 Abnormalitas dalam jalur otak yang memberi sinyal bahaya atau yang menghambat tingkah laku repetitif.
b. Faktor Lingkungan Sosial
1 pengetahuan terhadap peristiwa yang mengancam atau traumatis 2 Mengamati respon takut pada orang lain
3 Kurangnya dukungan sosial 4 Tidak mantapnya nilai hidup yang diajarkan.
c. Faktor Behavioral
1 Pemasangan stimuli aversif dan stimuli yang sebelumnya netral classical conditioning.
2 Kelegaan dari kecemasan karena melakukan ritual kompulsif atau menghindari stimuli fobik operant conditioning.
3 Kurangnya kesempatan untuk pemunahan extinction karena penghindaran terhadap objek atau situasi yang ditakuti.
d. Faktor Kognitif dan Emosional
1 Konflik psikologis yang tidak terselesaikan 2 Faktor-faktor kognitif, seperti prediksi yang berlebihan tentang
ketakutan, keyakinan keyakinan yang irasional, sensitivitas
berlebih terhadap ancaman dan sensitivitas terhadap kecemasan.
4. Kecemasan Pada Masa Kehamilan
Ibu hamil dituntut tidak hanya harus siap fisik, tetapi juga harus siap secara mental. Hal inilah yang kurang diperhatikan oleh ibu hamil, umumnya
para ibu hamil hanya lebih siap dalam menghadapi perubahan fisik, tetapi tidak siap secara mental. Perubahan secara fisik pada ibu hamil memang
mudah ditebak dan terlihat, hal itu umumnya terjadi pada setiap ibu yang sedang mengalami kehamilan, seperti perubahan bentuk tubuh dengan badan
yang semakin membesar, munculnya jerawat di wajah atau kulit muka yang mengelupas. Namun perubahan secara psikologis pada ibu hamil sangat sulit
ditebak dan tidak selalu sama terjadinya pada setiap ibu hamil ataupun pada setiap kehamilan Suryaningsi dalam maharani, 2008.
Kecemasan pada ibu hamil yang diikuti oleh tanda-tanda mual, muntah, psikologis, sosial, ekonomi, dan budaya di lingkungan
masyarakatnya. Setiap wanita hamil pasti dihinggapi campuran perasaan kuat
dan berani menanggung segala beban dan rasa lemah hati, takut, ngeri, rasa cinta dan dibenci, keraguan, dan kepastian, kegelisahan dan rasa tenang,
bahagia, harapan penuh kegembiraan dan rasa cemas, yang semuanya akan menjadi intensif pada saat mendekati masa kelahiran bayinya. Menurutnya
yang menjadi penyebab ketakutan dan kegelisahan adalah takut mati, trauma kelahiran, perasaan bersalah atau berdosa seperti ketakutan bayinya lahir
cacat Yulianti dalam Maharani, 2008.
Santrock 2002 menjelaskan bahwa ketika seorang perempuan hamil mengalami ketakutan, kecemasan dan emosi lain yang mendalam,
terjadi perubahan psikologis, antaranya meningkatnya pernapasan dan sekresi kelenjar. Adanya sekresi hormon adrenalin sebagai tanggapan
terhadap ketakutan dapat menghambat aliran darah ke daerah kandungan sehingga membuat janin kekurangan oksigen. Dengan demikian, kondisi
emosional perempuan yang sedang hamil akan berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya bayi dalam kandungan.
Kecemasan dalam melahirkan akan dibahas dalam penelitian ini merupakan kecemasan pada ibu hamil yang akan melahirkan anak
pertama. Kecemasan pada calon ibu disebabkan adanya rasa takut terhadap kesehatan, usia kehamilan, kesulitan keuangan dan dan masal lainnya.
Dari definisi kecemasan melahirkan yang telah di paparkan sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa kecemasan
melahirkan adalah suatu kondisi psikologis atau perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan sehingga msenyebabkan ketidakstabialn kondisi
psikologis, seperti merasa khawatir, was-was, gelisah, takut menghadapi rasa sakit menjelang saat melahirkan.
B. DUKUNGAN KELUARGA 1. Pengertian Dukungan Keluarga
Cobb, dkk dalam Sarafino, 2002:99 dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau pertolongan yang diterima dari
keluarga atau orang lain. Satiadarma 2004:32 juga mengatakan bahwa lingkungan sosial terdekat manusia adalah keluarga. Keluarga adalah instansi
pertama yang memberikan pengaruh terhadap sosialisasi setiap anggotanya