Manajemen Resiko

Manajemen Resiko
Manajemen Risiko
Perseroan menerapkan sistem manajemen risiko dengan maksud agar risiko-risiko yang dihadapi
Perseroan dapat ditangani dengan baik dan bijaksana. Beberapa risiko yang dihadapi perseroan dalam
melaksanakan kegiatan usahanya adalah:
1. Wabah Penyakit
Pertumbuhan permintaan pasar akan daging unggas yang tinggi dan pengembangan industri
perunggasan Indonesia di daerah-daerah dengan tingkat kepadatan yang tinggi menyebabkan adanya
ancaman penyebaran penyakit. Hal ini
terutama disebabkan oleh perpindahan dan perdagangan unggas hidup yang belum diatur dengan baik.
Penyebaran virus penyakit endemik seperti Avian Influenza, Newcastle Disease, dan Infeki Bronkitis
akan mudah terjadi dan menjadi salah satu ancaman bagi kinerja usaha perseroan.
Penyebaran penyakit di tingkat hulu akan menyebabkan pengaruh yang lebih besar di tingkat hilir dan
memberikan peluang kerugian. Guna meminimalisir risiko ini, perseroan memproduksi vaksin ternak
secara khusus melalui PT Vaksindo Satwa Nusantara serta menerapkan sistem biosekuriti yang ketat.
produksi vaksin ternak tersebut memberikan keuntungan bagi perseroan dalam segi efektifitas biaya
yang pada akhirnya akan mencegah kerugian secara ekonomis.
2. Ketersediaan dan Fluktuasi Harga Bahan Baku
Unit pakan ternak Perseroan menggunakan sejumlah bahan baku utama di mana harga dan ketersediaan
bahan-bahan tersebut bersifat fluktuatil seperti jagung dan kedelar yang merupakan 70-75% bahan
baku ternak. Harga

bahan-bahan baku tersebut masih digolongkan sebagai komoditi internasional. Oleh sebab itu, harga
yang ditetapkan mengikuti harga pasar komoditi global. Tak hanya itu, ketersediaan dan harga bahan
baku memiliki ketergantungan pada faktor cuaca, hama penyakit, tingkat produksi, tingkat konsumsi
dunia atas produk komoditi. pergerakan tingkat penawaran dan permintaan, serta harga komoditi lain
seperti minyak bumi. Dalam upaya meminimalisir risiko ini, perseroan memberikan pendampingan
yang intensif kepada para petani lokal agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Dengan
demikian, hasil usaha Vang baik dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku produksi.
3. Risiko Fluktuasi Nilai Tukar dan Inflasi
Inflasi dan nilai tukar yang semakin sulit: diproyeksikan memberikan dampak langsung pada hampir
seluruh bidang industri, termasuk Perseroan. Kebutuhan perseroan untuk mengimpor sebagian
kebutuhan bahan baku dalam mara uang asing dan depresiasi nilai rupiah meningkatkan harga bahan
baku menjadi lebih mahal. Di samping itu, harga penjualan produk di pasar domestik turut mengikuti
perkembangan harga internasional, yan9 dapat memberikan lindung nilai secara natural yang terbatas
dalam menghadapi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS.
Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam jumlah besar memberikan dampak negatif
terhadap kegiatan operasional dan kondisi l(euangan Perseroan. penyesuaian harga produk dilakukan
oleh perseroan guna memitigasi
pelemahan nilaitukar rupiah dan inflasi yang terjadi. Hanya saja penyesuaian tersebut memerlukan

waktu tergantung besaran nilai depresiasinya. Selain itu, penurunan nilai rupiah yang tajam ataupun

tingkat inflasi yang tinggi akan berpotensi menurunkan daya beli masyarakat, sehingga dapat berakibat
pada menurunnya permintaan akan produk-produk yang diproduksi perseroan.
4. Risiko Kompetisi
Kemudahan pembangunan infrastruktur dan rendahnya tuntutan industri atas teknologi yang tinggi
membuka gerbang kesempatan yang lebar bagi setiap pendatang baru dalam industri ini. Terkait dengan
diperbolehkannya perdagangan bebas tingkat regional dan internasional, kondisi ini pun berlaku sama
di kawasan ASEAN, AANZFTA, Pasar Tunggal Eropa dan ApEC. Di era pasar bebas ini, seluruh
negara anggota WTO berkesempatan sama untuk memasarkan produk mereka sepanjang produkproduk tersebut memiliki daya saing dan keunggulan komparatif.
Secara fakta pembangunan industri perunggasan nasional menghadapi tantangan global terurama
kesiapan daya saing produk perunggasan, dikaitkan dengan jaminan mutu dan keharlalan daging
unggas serta jaminan kontinuitas suplai yang sesuai dengan permintaan pasar. Hal ini dapat
menyebabkan meningkatnya persaingan yang dapat berakibat pada berkurangnya pangsa pasar dan
pendapatan perseroan.
Dalam mempertahankan posisinya di kompetisi industri, Perseroan tetap mengutamakan mutu produk,
menerapkan efisiensi produksi dari hulu ke hilir dan menjalin hubungan yang baik dengan petanggan,
termasuk memberikan bantuan teknis apabila diperlukan.
5. Peraturan pemerintah
Pemerintah yang bertindak sebagai regulator negara berhak menerbitkan peraturan-peraturan yang
secara langsung dan tidak langsung berdampak pada kegiatan usaha dan pendapatan Perseroan. Kondisi
ini merupakan salah satu risiko yang tidak dapat dikendalikan. Oleh sebab itu, Perseroan terus berupaya

untuk selalu mematuhi dan menyesuaikan diri dengan peraruran
Pemerintah.
Perseroan menilai bahwa sistem manajemen risiflo yang telah diterapkan berhasil memitigasi risikorisiko usaha yang dapat atau telah terjadi. Dalam meminimalisir risiko_risiko usaha yang semakin
kompleks dan variatif, perseroan senantiasa terus berupaya untuk menyempurnakan sistem manajemen
risiko dengan mengimplementasikan langkah-langkah penanganan yang strategis.