PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DIETARY APPROACHES TO STOP HYPERTENSION (DASH) TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA SALAMREJO, SENTOLO, KULON PROGO

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DIETARY APPROACHES TO STOP HYPERTENSION (DASH) TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA SALAMREJO, SENTOLO, KULON

PROGO

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

ROSDIANA PALUPI RAHMAWATI 20120320159

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DIETARY APPROACHES TO STOP HYPERTENSION (DASH) TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA SALAMREJO, SENTOLO, KULON

PROGO

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

ROSDIANA PALUPI RAHMAWATI 20120320159

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii


(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rosdiana Palupi Rahmawati

NIM : 20120320159

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Juli 2016 Yang membuat pernyataan,


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ini saya persembahkan kepada pihak-pihak yang saya sayangi dan menyayangi saya di mana pun berada.

Saya persembahkan karya tulis ini untuk:

Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan yang tiada tara, Keluarga saya Papa Dwi, Mama Dhian, Kiki, Ikhsan, Lala, Mbah Kung,

Mbah Uti yang selalu mendukung saya dalam keadaan apapun, Almh Mbah uyut, Alm Mbah Abas, Almh Mbah Jawa, Almh Mamah

Nanik semoga beliau mendapat tempat terindah disisiNya, Keluarga Subadi, Keluarga Saipul, Keluarga Ijan,

Ayah Sulis, Bunda Nyimas, Mbak Sis, Eli, dan Sulistiyo Ningrum yang sudah saya anggap sebagai keluarga kedua saya,

Sahabat Jauh di Mata Sulis, Elisa, Fara, April, Suci, Vetty, Lian, Sahabat Seperjuangan Mbak Linda, Bang Gugun, Angga, Deva dan

Trisab.


(6)

v

KATA PENGANTAR Assalammu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis silmiah ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Ucapan terima kasih ingin penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini, khususnya kepada:

1. Bapak Dwi Rosyadi, SKM, Ibu Dhian Agustina selaku orang tua yang telah mendukung dengan segenap tenaga, doa dan usaha.

2. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Mat.,HNC., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan sosok seorang ibu yang selalu semangat mendorong anaknya menuju sukses.

4. Ambar Relawati, S.Kep.,NS.,M.Kep, selaku mentor atau dosen pembimbing yang telah membimbing saya hingga menyelesaikan penelitian ini.

5. Yanuar Primanda, S.Kep.,Ns.,MNS.,HNC, selaku dosen penguji yang telah memberikan saran perbaikan demi kemajuan peneliti.

6. Seluruh Tenaga Pengajar dan Administrasi di Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhaammadiyah Yogyakarta.

7. Kepala Desa Salamrejo yang telah memberikan izin dan dukungan dalam melakukan penelitian ini.

8. Defia, Satifa, Sholehah, Dea, Ulfah, Azika selaku teman satu bimbingan kardiovaskular.

9. Tiffani, Kiki, Angga, Ratri, Linda, Novia, Defia, Mega, Hermansyah, Dwi novi selaku teman-teman skills lab 8B.


(7)

vi

10. Keluarga besar Tim Basketball FKIK UMY dan PSIK UMY 2012 selaku organisasi yang telah memberikan pengalaman dan dukungan selama berkuliah di FKIK UMY.

11. Seluruh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012. Penulis sadar masih banyaknya kekurangan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan bimbingan, kritik dan saran demi kemajuan bersama. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada para pembaca semoga Allah SWT melindungi kita semua.

Wassalammu’alaikum Wr Wb


(8)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR SKEMA ... xii

INTISARI ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Keaslian Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Pendidikan Kesehatan... 12

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan ... 12

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan ... 13

3. Prinsip Pendidikan Kesehatan ... 13

4. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan ... 14

5. Metode Pendidikan Kesehatan ... 15

6. Media Pendidikan Kesehatan ... 17

B. Hipertensi ... 19

1. Pengertian Hipertensi ... 19

2. Klasifikasi Hipertensi ... 20

3. Etiologi Hipertensi ... 21

4. Manifestasi Klinis Hipertensi ... 22

5. Patofisiologi Hipertensi ... 22


(9)

viii

7. Penatalaksanaan Hipertensi ... 26

C. Tekanan Darah ... 30

1. Definisi Tekanan Darah ... 30

2. Mekanisme Tekanan Darah ... 31

3. Kategori Tekanan Darah ... 31

4. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah ... 33

D. Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) ... 37

1. Mengurangi konsumsi garam ... 38

2. Mengurangi konsumsi lemak jenuh dan minyak ... 39

3. Mengkonsumsi sumber kalsium ... 41

4. Mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat... 41

5. Mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung protein ... 42

6. Meningkatkan konsumsi makanan berserat tinggi ... 43

E. Kerangka Konsep ... 44

F. Hipotesa ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A. Desain Penelitian ... 45

B. Populasi dan Sampel ... 46

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 48

D. Variabel dan Definisi Operasional ... 48

E. Instrumen Penelitian ... 49

F. Pengumpulan Data ... 50

G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 53

H. Pengolahan dan Metode Analisa Data ... 53

I. Etik Penelitian ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Hasil Penelitian ... 57

1. Gambaran Wilayah Penelitian ... 57

2. Gambaran Umum Karakteristik Responden ... 58

3. Hasil Analisa Uji Beda Tekanan Sistolik dan Diastolik Pre-Test dan Post-Test ... 60

4. Hasil Analisa Uji Beda Tekanan Sistolik Pre-Test ... 61

5. Hasil Analisa Uji Beda Tekanan Diastolik Pre-Test ... 62


(10)

ix

7. Hasil Analisa Uji Beda Tekanan Diastolik Post-Test ... 63

B. Pembahasan ... 63

1. Karakteristik Demografi Responden ... 63

2. Pengaruh Pendidikan Kesehatan DASH Terhadap Tekanan Darah 70 C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 75

1. Kekuatan Penelitian ... 75

2. Kelemahan Penelitian ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN ... 85

Lampiran I Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 86

Lampiran II Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 87

Lampiran III Permohonan Menjadi Asisten Penelitian ... 88

Lampiran IV Lembar Informasi Penelitian ... 89

Lampiran V Kuesioner Data Demografi Responden ... 92

Lampiran VI Satuan Acara Pengajaran ... 94

Lampiran VII Contoh Menu Makanan Diet DASH Penderita HIpertensi ... 101

Lampiran VIII Power Point Diet DASH ... 103

Lampiran IX Lembar Uji Content Validity ... 111

Lampiran X Hasil Analisis Data Penelitian ... 117

Lampiran XI Surat Kelayakan Etik Penelitian ... 128

Lampiran XII Surat Izin Penelitian ... 129


(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Batasan Hipertensi menurut The Joint National Commite VII ... 20 Tabel 2. Kategori Tekanan Darah menurut American Heart Assiciation .... 20 Tabel 3. Desain Penelitian ... 45 Tabel 4. Definisi Operasional ... 48 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Hipertensi ... 59 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Usia dan Lama Menderita Hipertensi ... 61 Tabel 7. Hasil Analisis Tekanan Darah Pre-test & Post-test pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol dengan Uji Wilcoxon ... 61 Tabel 8. Hasil Analisis Tekanan Darah Sistolik Pre-test pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol dengan Uji Mann-Whitney ... 62 Tabel 9. Hasil Analisis Tekanan Darah Diastolik Pre-test pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol dengan Uji Mann-Whitney ... 63 Tabel 10. Hasil Analisis Tekanan Darah Sistolik Post-test antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol dengan Uji Mann-Whitney ... 63 Tabel 11. Hasil Analisis Tekanan Darah Diastolik Post-test antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol dengan Uji Mann-Whitney ... 64


(12)

xi

DAFTAR SINGKATAN ACE Angiotensin Converting Enzim

ACEI Angiotensin Converting Enzim Inhibitor

ADH Antidiuretik Hormone

AHA American Heart Association

BB Beta Blocker

CCB Calcium Channel Blocker

CO2 Karbondioksida

DASH Dietary Approaches to Stop Hypertension Depkes RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Dinkes Dinas Kesehatan

HDL High Density Lipoprotein JNC The Joint National Commite

LDL Low Density Lipoprotein

NaCl Natrium Klorida

NHLBI National Heart, Lung and Blood Institute

O2 Oksigen

RAA Renin-Aldosteron-Mediated-Volume-Expansion Riskesdas Riset Kesehatan Dasar

SAP Satuan Acara Pengajaran

WHO World Health Organization


(13)

xii

DAFTAR SKEMA Skema 1. Kerangka Konsep


(14)

ii


(15)

xiii INTISARI

Latar Belakang: Hipertensi dapat dikontrol salah satunya dengan melakukan perubahan pola makan dengan diet DASH untuk menurunkan tekanan darah. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan perilaku diet DASH.

Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan diet DASH terhadap tekanan darah penderita hipertensi di Desa Salamrejo.

Metode Penelitian: Quasi-Experiment with pre-test and post-test control group. Teknik sampling menggunakan purposive sampling, 25 orang di kelompok intervensi diberikan pendidikan kesehatan DASH dan 25 orang di kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Data dianalisis dengan uji Wilcoxon dan Mann-Whitney dengan taraf signifikansi p<0,05.

Hasil Penelitian : Mayoritas jenis kelamin responden adalah perempuan 17 orang dikelompok intervensi dan 15 orang dikelompok kontrol. Rerata usia dan lama menderita hipertensi kelompok intervensi 56 tahun dan 37 bulan serta kelompok kontrol 56 tahun dan 28 bulan. Konsumsi obat kelompok intervensi adalah amlodipin 9 orang dan kelompok kontrol adalah kaptopril 9 orang. Pendidikan kesehatan diet DASH mampu menurunkan tekanan darah sistolik kelompok intervensi (p=0,002). Terdapat perbedaan tekanan darah sistolik antara kelompok intervensi dan kontrol setelah pendidikan kesehatan diet DASH, dimana tekanan sistolik kelompok intervensi lebih rendah daripada kelompok kontrol (p=0,0001). Kesimpulan : Terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan DASH terhadap tekanan darah sistolik, namun tidak terdapat pengaruh pada tekanan darah diastolik. Perawat dapat menggunakan pendidikan kesehatan DASH sebagai pilihan intervensi untuk membantu menurunkan tekanan darah. Peneliti selanjutnya dapat menambah variabel penelitian seperti tingkat pengetahuan, perilaku diet dan berat badan.

Kata Kunci: Hipertensi, Dietary Approaches To Stop Hypertension (DASH), Pendidikan Kesehatan


(16)

xiv ABSTRACT

Background : Hypertension can be controlled either by making dietary changes with the DASH diet to lower blood pressure. Health education is one of the effort to enhance DASH diet behaviour.

Objective : To determine the effect of DASH diet health education on blood pressure in patients with hypertension on Salamrejo Village.

Methods : Quasi-Experiment design with pre-test and post-test control group. The sampling technique used Purposive Sampling, 25 respondents in the intervention group were given health education with DASH and 25 control group in the control group were not given treatments. Data were analyzed using the Wilcoxon test and Mann-Whitney with significance level of p<0,05.

Results: The majority of respondents' gender is female 17 people in intervention group and 15 people in control group. The mean age and the long-suffering hypertension in intervention group 56 years and 37 months, and in control group 56 years and 28 months. Drug consumption is amlodipine in intervention group by 9 people and in control group is captopril by 9 people. Health education DASH diet can lower systolic blood pressure intervention group (p=0.002). There are differences in systolic blood pressure between intervention and control group after health education DASH diet, where the systolic pressure in intervention group lower than control group ( p 0.0001).

Conclusion: There is the influence of health education DASH against systolic blood pressure, but there is no effect on diastolic blood pressure. Nurses can use the health education intervention DASH as an option to help lower blood pressure. Next researchers can add the variables such as the level of knowledge , dietary behavior and body weight.

Keywords : Hypertension, Dietary Approaches To Stop Hypertension (DASH), Health Education


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk hipertensi merupakan penyakit umum yang terjadi di masyarakat, seringkali tidak disadari karena tidak mempunyai tanda gejala khusus (Wahdah, 2011). Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang tidak menular yang masih menjadi masalah besar di seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat. Menurut World Health Organization [WHO] tahun 2013, pada tahun 2008 di seluruh dunia sekitar 40% orang dewasa yang berusia 25 tahun ke atas telah didiagnosis hipertensi, dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat menjadi 60% atau sekitar 1,56 miliar orang pada tahun 2025.

Menurut WHO (2013), batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 120/80 mmHg, sedangkan tekanan darah yang lebih atau sama dengan 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari satu periode (Udjianti, 2010). Hipertensi juga dapat menambah beban kerja jantung dan arteri apabila berkelanjutan dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah. Hipertensi merupakan salah satu gangguan kardiovaskular (Udjianti, 2010).

Penyakit kardiovaskular secara global menyebabkan kematian hingga 17 juta pertahun. Sepertiga dari kematian tersebut dihubungkan dengan kejadian komplikasi hipertensi dan menyebabkan 9,4 juta kematian pertahun. Hipertensi


(18)

2

bertanggung jawab atas 45% kematian yang dihubungkan dengan penyakit jantung dan 50% kematian tersebut dihubungkan dengan penyakit stroke (WHO, 2013). Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2010 menyatakan bahwa di dunia hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi yang tinggi tidak hanya terjadi di negara maju tetapi juga di negara berkembang salah satunya Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi di Indonesia pada usia 18 tahun ke atas adalah sebesar 42.353.494 orang (25,8%) dari total penduduk Indonesia usia 18 tahun ke atas sebesar 165 juta penduduk.

Berdasarkan urutan provinsi, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menempati urutan ke 14 provinsi dengan kasus hipertensi terbanyak yaitu sebesar 25,7% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada tahun 2013 angka kejadian hipertensi di Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 854.419 orang (24%) dari total penduduk DIY sebesar 3.560.080 orang, jika dibandingkan dengan angka kejadian hipertensi pada tahun 2007 terjadi penurunan angka kejadian sebanyak 5,9% dari 35% angka kejadian hipertensi (Depkes RI, 2010). Menurut Dinas Kesehatan Kulon Progo (Dinkes Kulon progo) 2015 Puskesmas Sentolo II dilaporkan sebagai 3 besar puskesmas yang memiliki angka hipertensi terbanyak.

Kasus hipertensi terus meningkat salah satunya disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup yang gemar makan fast food yang kaya


(19)

akan lemak, asin, dan malas berolahraga ikut berperan dalam menambah jumlah penderita hipertensi (Wahdah, 2011). Selain itu, masih banyak lagi penyebab yang dapat menyebabkan hipertensi seperti obesitas (kelebihan berat badan), stres, merokok, dan mengkonsumsi alkohol juga dapat memicu terjadinya hipertensi (Udjianti, 2010; WHO, 2013). Seseorang yang menderita hipertensi harus segera ditangani dengan cepat.

Apabila tidak ditangani dengan cepat, hipertensi akan menimbulkan komplikasi ke berbagai organ tubuh, seperti gagal ginjal, stroke, pecahnya pembuluh darah, infark serebral dan infark miokard (Soeryoko, 2010; Udjianti, 2010). Jika komplikasi pada penderita hipertensi tidak ditangani dengan sesegera mungkin akan menyebabkan kematian secara mendadak (Udjianti, 2010).

Penanganan pada penderita hipertensi bisa dilakukan dengan 2 macam penanganan dengan farmakoterapi dan non farmakoterapi. Penanganan yang bisa dilakukan pada penderita hipertensi adalah dengan farmakoterapi yaitu dengan mengonsumsi obat, sedangkan nonfarmakoterapi dengan modifikasi gaya hidup, penurunan berat badan, pengurangan asupan alkohol, aktivitas fisik teratur, pengurangan masukan natrium dan penghentian rokok (Smeltzer & Bare, 2002).

Perubahan pola makan telah terbukti untuk mengurangi tekanan darah pada penderita hipertensi dengan cara diet rendah garam, diet rendah kalori, diet tinggi buah-buahan, diet tinggi sayuran dan konsumsi susu rendah lemak (Sacks, dkk, 2010). Hal ini juga dilakukan oleh Rasulullah SAW semasa hidup,


(20)

4

beliau juga mengkonsumsi makanan-makanan yang rendah garam, rendah gula dan tinggi serat. Beliau mengendalikan pola makannya dengan sempurna sampai wafat, sehingga beliau memiliki berat badan yang selalu ideal (Assegaf, 2015).

Berdasarkan al-Quran Allah SWT berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 31:

“Hai anak Adam, kenakan pakaianmu yang indah disetiap memasuki masjid,

makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang belebih-lebihan”. Makna dari ayat tersebut adalah kita sebagai manusia tidak boleh berlebihan dalam hal apapun termasuk dalam mengkonsumsi makanan. Rasulullah SAW bersabda, “makanlah oleh kalian berbagai macam makanan karena bila makanan yang satu panas bisa dipadamkan makanan lain yang dingin ” (HR Muslim). Makna hadist ini, Rasulullah SAW memberi pesan kepada kita bahwa untuk mempertahankan kesehatan, kita harus menganekaragamkan makanan sehingga kelebihan kandungan zat pada makanan tertentu akan dinetralkan oleh zat yang ada dalam makanan lainnya. Penderita hipertensi juga dapat mengontrol tekanan darahnya dengan cara melakukan diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011).

Diet DASH merupakan salah satu program diet dengan cara mengurangi asupan garam, mengurangi asupan kolestrol dan lemak jenuh, mengurangi asupan kalori, meningkatkan makanan yang mengandung serat dan tinggi kalium. Pola diet DASH merupakan pola diet yang menekankan pada konsumsi bahan makanan rendah natrium (<2300 mg/hari), tinggi kalium


(21)

(4700 mg/hari), magnesium (>420 mg/hari), kalsium(>1000 mg/hari), dan serat (25–30 g/hari) serta rendah asam lemak jenuh dan kolesterol (<200 mg/hari) yang banyak terdapat pada buah - buahan, kacang-kacangan, sayuran, ikan, daging tanpa lemak, susu rendah lemak, dan bahan makanan dengan total lemak dan lemak jenuh yang rendah (Vollmer, dkk, 2001). Berdasarkan penelitian yang berjudul “Dietary Therapy in Hypertension” menjelaskan bahwa diet DASH efektif diterapkan pada penderita hipertensi karena diet DASH dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi (Sacks, dkk, 2010).

Penelitian lain yang diberi nama “Encore Study” membandingkan pengaruh penerapan pola diet DASH saja atau pola diet DASH yang dikombinasikan dengan program pengendalian berat badan dengan pola diet yang biasa dikonsumsi di Amerika pada subjek prehipertensi atau hipertensi tahap I. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat penurunan nilai tekanan darah sebesar 16.1/9.9 mmHg pada intervensi pola diet DASH yang dikombinasikan dengan pengendalian berat badan, penurunan sebesar 11.2/7.5 mmHg pada intervensi pola diet DASH saja dan penurunan sebesar 3.4/3.8 mmHg pada kelompok kontrol (Blumenthal, dkk, 2010).

Penelitian di Indonesia membandingkan antara penerapan pola diet DASH dikombinasikan diet rendah garam dengan penerapan diet rendah garam saja pada wanita menopouse dengan hipertensi. Hasilnya adalah kombinasi penerapan pola diet DASH dan diet randah garam menurunkan rerata tekanan darah sistolik dan diastolik masing-masing sebesar 5.23 mmHg dan 1.98


(22)

6

mmHg. Sedangkan diet rendah garam saja dapat menurunkan rerata tekanan darah sistolik dan diastolik masing-masing sebesar 2.5 mmHg dan 1.75 mmHg (Rahmayanti & Sutjiati, 2009). Meskipun diet DASH telah direkomendasikan dan menunjukkan hasil yang bagus pada penderita hipertensi, tetapi tidak semua penderita hipertensi mampu menerapkan diet DASH.

Penelitian Mardiyanti (2012) menunjukan bahwa penderita hipertensi mempunyai sikap yang buruk dalam hal kepatuhan menjalani diet hipertensi, hal tersebut disebabkan karena kurangnya pengetahuan penderita hipertensi tentang diet hipertensi. Pengetahuan merupakan hasil tahu dari proses pencarian informasi, perilaku dapat terbentuk dari pengetahuan dan merubah sikap, yang kemudian diterapkan dalam suatu tindakan atau perbuatan (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Diyono, Kristanto & Prasetyo (2013) individu yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang suatu obyek, maka individu tersebut akan mempunyai sikap yang baik serta perilaku yang baik juga terhadap obyek tersebut. Seseorang yang mempunyai pengetahuan tentang hipertensi akan melakukan tindakan mengontrol tekanan darah, apabila seseorang kurang memiliki pengetahuan tentang hipertensi biasanya cenderung tidak melakukan tindakan mengontrol tekanan darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku mengontrolkan tekanan darah dimulai dari pengetahuan yang memadai, kemudian setelah individu mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hipertensi, maka secara pelan – pelan mulai melakukan tindakan pencegahan dengan mengontrol tekanan darah (Diyono, Kristanto & Prasetyo,


(23)

2013). Upaya untuk meningkatkan perilaku diet dan pengetahuan pasien tentang diet DASH yang baik salah satunya dengan memberikan pendidikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang dilakukan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai pengaruh yang positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan kepatuhan diet dan mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi, sehingga dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait diet hipertensi dapat menurunkan tekanan darah dan mengontrol diet pasien (Norman, 2012). Selain itu, pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan penderita tentang hipertensi, sikap pasien tentang perilaku diet hipertensi dan diharapkan pasien hipertensi menerapkan diet hipertensi tersebut (Widyasari & Candrasari, 2012). Pendidikan kesehatan sudah banyak diberikan dengan cara ceramah, seminar, demonstrasi, simulasi, bermain peran, dan diskusi (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan (rekam medis klien) yang peneliti lakukan di Puskesmas Sentolo II, Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta, didapatkan penderita hipertensi terbanyak pada bulan September – Oktober 2015 berada di Desa Salamrejo dengan jumlah 80 penderita. Setelah dilakukan wawancara pada 10 penderita hipertensi di Salamrejo terkait diet hipertensi, didapatkan 10 penderita hipertensi belum mengetahui dan menerapkan diet hipertensi.


(24)

8

Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk membuat karya ilmiah dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Diet DASH terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang diambil “Adakah pengaruh pemberian pendidikan kesehatan Dietary Approaches to Stop Hypertention (DASH) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adakah pengaruh pemberian pendidikan kesehatan diet DASH terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui data demografi responden penderita hipertensi di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo.

b. Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok intervensi.

c. Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol.


(25)

d. Untuk membandingkan tekanan darah penderita hipertensi sebelum diberikan pendidikan kesehatan antar kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

e. Untuk membandingkan tekanan darah penderita hipertensi sesudah diberikan pendidikan kesehatan antar kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi profesi keperawatan dalam memberikan penatalaksanaan, pendidikan kesehatan dan pengetahuan terhadap penderita hipertensi agar mendapatkan asuhan keperawatan yang tepat.

2. Manfaat Bagi Responden

Hasil penelitian ini sebagai pengetahuan untuk responden agar penderita hipertensi dapat mengetahui dan melaksanakan program diet dengan baik sehingga mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan.

3. Manfaat Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai data penunjang sehingga dapat diterapkan kepada penderita hipertensi dengan sebaik-baiknya.

E. Keaslian Penelitian

1. Nugraheny (2012), dengan judul “Pengaruh penyuluhan tentang diet hipertensi terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di


(26)

10

wilayah kerja Puskesmas Kasihan 1 Bantul”. Kesimpulan dari penelitian ini terjadi perubahan tekanan darah berupa tekanan darah yang bermakna. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh penyuluhan diet hipertensi terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kasihan 1 Bantul.

Perbedaan penelitian ini yaitu Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kasihan 1 Bantul.

Persamaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel pendidikan kesehatan. Desain penelitian kuantitatif, dengan motode yang digunakan adalah quasy experiment dengan rancangan pre post test with control group. Sasaran penelitian ini untuk semua jenis usia dari 30 -50 tahun.

2. Teguh S. (2014), dengan judul “Pengaruh pemanfaatan teknologi informasi blog edukatif tentang hipertensi dan telepon terhadap perilaku diet hipertensi pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta”. Kesimpulan dari penelitian ini terjadi perubahan perilaku diet hipertensi setelah memanfaatkan teknologi informasi blog edukatif tentang hipertensi dan telepon. Sehingga dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh pemanfaatan teknologi informasi blog edukatif tentang hipertensi dan telepon terhadap perilaku diet hipertensi pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta.


(27)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Puskesmas Wirobjanan. Metode penelitian ini menggunakan one group pre-post design.

Persamaan penelitian ini yaitu variabel tentang diet hipertensi. Desain penelitian ini menggunakan quasy experiment dengan pengambilan sampel mengunakan purposive sampling.

3. Umah, Madyastuti dan Rizqiyah (2012), dengan judul “ Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku diet rendah garam pada pasien hipertensi di Banjarsari, Manyar, Gresik”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku diet rendah garam pada pasien hipertensi.

Perbedaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu lokasi penelitian ini di Banjarsari, Manyar, Gresik. Variabel yang diteliti pada penelitian ini yaitu tentang diet randah garam. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan quasy experiment dengan menggunakan one group pre-post test design.

Persamaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, variabel penelitian adalah pendidikan kesehatan, dan desain penelitian ini menggunakan quasy experiment.


(28)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A.Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan secara umum adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan baik didalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya (Notoatmodjo, 2007). Dari kedua kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap, dan praktik kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.

Pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan dan memperbaiki kesehatan mereka. Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain dan bukan juga seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri (Mubarak, 2007).


(29)

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yang tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahterahan masyarakat (Mubarak, 2007). Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan N0. 23 tahun 1992 yaitu:

“Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat pelayanan kesehatan maupun program kesehatan lainnya” (Mubarak, 2007). Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial (Notoatmodjo, 2010). 3. Prinsip Pendidikan Kesehatan

Prinsip penyampaian informasi dalam memberikan pendidikan kesehatan antara lain menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh orang atau sasaran pendidikan kesehatan (Huriah, 2008). Penyampaian materi pendidikan kesehatan sebaiknya menggunakan strategi atau cara dalam penyampaian. Menggunakan alat peraga dapat menarik


(30)

14

perhatian dan membantu mempermudah dalam pemahaman materi yang disampaikan dan yang terakhir lebih baik pesan yang disampaikan harus disesuaikan dengan masalah yang sedang dihadapi agar mengenai target sasaran (Huriah, 2008). Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah laku sesuai dengan tujuan yang telah diciptakan (Notoarmodjo, 2007).

4. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Menurut Mubarak (2007), ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi diantaranya adalah dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat pelaksanaan, dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan. Dimensi sasaran pendidikan meliputi pendidikan kesehatan dengan sasaran individu, kelompok dan masyarakat luas (Notoatmodjo, 2007). Dimensi tempat pelaksanaan, pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat, dengan sasaran berbeda pula seperti pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran murid sekolah tersebut, pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasaran pasien atau keluarga pasien, dan pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan di tempat kerja tersebut (Notoatmodjo, 2003). Dimensi tingkat pelayanan kesehatan yaitu, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan (five levels of prevention) menurut Leavel & Clark tahun 2007 yang meliputi promosi kesehatan (health promotion), perlindungan khusus (spesific protection), diagnosa dini dan pengobatan


(31)

segera (early diagnosis and protompt treatment), pembatasan kecacatan (disability limitation), dan rehabilitasi (rehabilitation) (Mubarak, 2007). Promosi kesehatan (health promotion) misalnya dalam pengendalian lingkungan, peningkatan gizi, kebiasaan hidup sehat, perbaikan sanitasi lingkungan, dan kebersihan perorangan. Perlindungan khusus (spesific protection) merupakan usaha kesehatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, misalnya tentang pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan secara khusus pada anak maupun dewasa. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment) dilakukan karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masayarakat terhadap kesehatan yang menyebabkan sulitnya mendeteksi masalah kesehatan yang muncul. Pembatasan kecacatan (disability limitation) penting karena masyarakat sering tidak melakukan pemeriksaaan dan pengobatan sampai tuntas terhadap penyakitnya, dan yang terakhir adalah rehabilitasi (rehabilitation) perlunya peningkatan pengetahuan kesadaran tentang pemulihan masalah kesehatan agar tidak terulang lagi (Mubarak, 2007; Notoatmodjo, 2007). 5. Metode Pendidikan Kesehatan

Metode pendidikan kesehatan yang dapat digunakan antara lain: a. Metode pendidikan individual (perorangan)

Metode pendidikan ini bersifat individual yang digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Bentuk pendekatan ini, antara lain (Mubarak, 2007; Notoatmodjo, 2007):


(32)

16

1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)

Dengan cara ini kontak dengan klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat di teliti dan dibantu penyelesainnya. Akhirnya klien tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku) (Mubarak, 2007; Notoadmojo, 2007). 2) Wawancara (Interview)

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi kenapa tidak atau belum menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih dalam lagi (Mubarak, 2007; Notoadmojo, 2007).

b. Metode pendidikan kelompok

Metode pendidikan kesehatan kelompok harus memperhatikan jumlah kelompok besar dan jumlah kelompok kecil.

1) Kelompok besar

Kelompok besar adalah apabila peserta kegiatan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar antara lain ceramah dan seminar. Metode ceramah baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Metode seminar hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah keatas (Mubarak, 2007; Notoadmojo, 2007).


(33)

2) Kelompok kecil

Kelompok kecil adalah peserta kegiatan kurang dari 15 orang. Metode yang cocok untik kelompok kecil antara lain diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, kelompok-kelompok kecil, memainkan peran dan permainan simulasi (Mubarak, 2007; Notoadmojo, 2007).

c. Metode pendidikan massa

Metode pendidikan massa cocok untuk mengkomuikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Metode ini bersifat umum, tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan. Contoh yang cocok untuk metode pendekatan massa adalah ceramah umum (public speaking) misalnya pada hari kesehatan nasional, menteri kesehatan menyampaikan pesan-pesan kesehatan di depan masa rakyat. Pidato-pidato tentang kesehatan melalui media elektronik. Simulasi dialog antara pasien dan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan di suatu media massa. Tulisan-tulisan di majalah atau di koran dalam bentuk artikel maupun tanya-jawab tentang kesehatan dan penyakit. Billboard, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk dan poster tentang kesehatan (Mubarak, 2007; Notoadmojo, 2007).

6. Media Pendidikan Kesehatan

Menurut Mubarak (2007), media pendidikan kesehatan merupakan alat yang bersifat menyalurkan pesan dan merangsang pikiran, perasaan dan


(34)

18

kemauan audien sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Menurut Notoatmodjo (2007), berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan kesehatan media dibagi menjadi 3 yaitu media cetak, media elektronik dan media papan (billboard).

Media cetak merupakan alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan, yang meliputi media cetak yaitu booklet merupakan media menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku. Leaflet merupakan lembaran yang dilipat yang berisi pesan-pesan kesehatan. Flyer bentuknya seperti leaflet tetapi tidak dilipat. Flif chart merupakan lembar balik yang dibentuk seperti buku yang berisi informasi yang berkaitan dengan informasi kesehatan. Poster merupakan media cetak yang berisi pesan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum (Notoadmjo, 2007).

Media elektronik diantaranya adalah televisi, radio, video, slide, dan film strip. Televisi menyampaikan pesan dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi, pidato, kuis atau cerdas cermat, dan sebagainya. Radio menyampaikan pesan dalam bentuk obrolan atau tanya jawab, sandiwara radio, dan ceramah. Video menyampaikan pesan melalui video. Slide dan film strip dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan (Notoadmojo, 2007).

Media papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan


(35)

dapat ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum (bus dan taksi) (Notoadmojo, 2007).

B.Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan atau tingginya tekanan darah dimana pembuluh darah memiliki tekanan yang tinggi terus menerus lebih dari 1 periode, tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Udjianti, 2010; WHO, 2013). Keadaan ini terjadi karena arteriol-arteriol berkontriksi sehingga darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan untuk melawan dinding arteri. Keadaan ini menyebabkan kerja jantung bertambah, sehingga jantung bekerja lebih berat dalam memompa darah. Jika hal ini tidak di kontrol dapat menyebabkan serangan jantung, pembesaran jantung dan gagal jantung. Pembuluh darah dapat membengkak (aneurisma) dan berbintik-bintik kecil karena tekanan yang tinggi, seperti adanya sumbatan dan pengerasan pembuluh darah (Udjianti, 2010; WHO, 2013).

Menurut Muttaqin (2009), tekanan darah merupakan salah satu paremeter hemodinamika yang sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah menggambarkan situasi hemodinamika seseorang saat itu. Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmHg.


(36)

20

2. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan The Joint National Commite VIII (2014) tekanan darah dapat diklasifikasikan berdasarkan usia dan penyakit tertentu. Diantaranya adalah:

Tabel 1. Batasan Hipertensi Berdasarkan The Joint National Commite VIII

Batasan tekanan darah (mmHg)

Kategori

≥150/90 mmHg Usia ≥60 tahun tanpa penyakit diabetes dan cronic kidney disease

≥140/90 mmHg Usia 19-59 tahun tanpa penyakit penyerta

≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal ≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit diabetes

Sumber: The Joint National Commite VIII (2014).

American Heart Association (2014) menggolongkan hasil pengukuran tekanan darah menjadi:

Tabel 2. Kategori Tekanan Darah Berdasarkan American Heart Association Kategori tekanan darah Sistolik Diastolik

Normal <120 mmHg < 80 mmHg

Prehipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg Hipertensi stage 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg Hipertensi stage 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg Hipertensi stage 3

(keadaan gawat)

≥ 180mmHg ≥ 110 mmHg

Sumber: American Heart Assosiation (2014).

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder (Smeltzer & Bare, 2002; Udjianti, 2010). Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi merupakan hipertensi primer. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat badan, gaya hidup. Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Dari 10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder. Faktor pencetus


(37)

munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan volume intravaskular, luka bakar dan stres (Udjianti, 2010).

3. Etiologi Hipertensi

Menurut Udjianti (2010) penyabab hipertensi yang pasti belum diketahui, namun sejumlah interaksi beberapa energi homeostatik saling terkait. Beberapa penyebab hipertensi yaitu:

a. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen) yang dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediated volume expansion/RAA (Udjianti, 2010).

b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal, hal ini menyebabkan gangguan regulasi volume dan/ mengaktivasi sistem RAA (Aaronson, 2010).

c. Gangguan endokrin yang disebabkan karena disfungsi adrenal atau korteks adrenal (Gray, 2005).

d. Coarctation aorta adalah keadaan kontriksi yang terjadi pada aorta atau adanya perubahan sirkulasi pada renal sehingga mengakibatkan bentuk hipertensi arteri renalis yang tidak biasa. Keadaan ditandai dengan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal (Isselbacher, 2000).

e. Neurogenik, terjadi karena tumor otak, encephalitis dan gangguan psikiatris (Udjianti, 2010).


(38)

22

4. Manifestasi Klinis Hipertensi

Kebanyakan penderita hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi tidak mengalami gejala (a silent killer). Terkadang gejala dari hipertensi adalah pusing, nyeri dada, nafas pendek, palpitasi jantung, pendarahan hidung, pandangan kabur atau ganda, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sulit tidur, kelelahan, mual, muntah, cemas dan keringat berlebih ( Udjianti, 2010., WHO, 2013).

Selain manifestasi klinis di atas ada manifestasi klinis lain pada kasus hipertensi menurut Smeltzer & Bare (2002), yaitu:

a. Kerusakan vaskuler penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa kontraksi melawan tekanan istemik yang meningkat, apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. b. Stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai

paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihtan.

5. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin converting enzim (ACE) (Wahdah, 2011). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur takanan darah.Hormon renin yang diproduksi oleh ginjal akan diubah menjadi angiotensin I, ACE yang terdapat di paru-paru akan mengubah


(39)

angiotensin I menjadi angiotensin II, angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikan tekanan darah (Udjianti, 2010).

Sekresi antidiuretik (ADH) diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolaritas dan volume urin, sehingga terjadi peningkatan ADH dan rasa haus ( Wahdah, 2011). Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang dieksresikan ke luar tubu h (antidiuresis) sehingga urin menjadi pekat dan tinggi osmolarittasnya (Smeltzer & Bare, 2002). Untuk mengencerkan volume cairan ekstraselululer akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler yang mengakibatkan peningkatan volume darah dan pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah (Wahdah, 2011).

Aldosteron merupakan steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal, untuk mengatur volume cairan ekstraseluler sehingga aldosteron akan mengurangi eksresi NaCL (natrium) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal (Triyanto, 2014). Konsentrasi NaCL yang nak akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah ( Wahdah, 2011).

Mekanisme hipertensi menimbulkan kematian atau kelumpuhan berkaitan langsung dengan pengaruhnya terhadap jantung dan pembuluh darah (Triyanto, 2014). Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, akibatnya beban kerja jantung menjadi bertambah sehingga terjadinya hipertrofi ventrikel.


(40)

24

Tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi terlampaui sehingga terjadi dilatasi dan payah jantung (Price et al, 2006).

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor genetik, stress dan obesitas (Nugraheny, 2012).

6. Komplikasi Hipertensi

Komplikasi hipertensi terdiri dari stroke, infark miokard, gagal ginjal, dan enselopati (kerusakan otak).

a. Stroke

Stroke dapat terjadi karena perdarahan tekanan tinggi di otak atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non-otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi karena hipertensi kronik karena arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2009; Palmer, 2007).

b. Infark Miokardium

Infark miokardium dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau terbentuknya trombus yang menghambat aliran darah melalui pumbuluh


(41)

darah tersebut karena hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung dan peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2009; Palmer, 2007). c. Gagal Ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerulus. Rusaknya glomerulus menyebabkan darah mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksisk dan kematian. Selain itu, kerusakan membran glomerulus menyebabkan protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan dapat menyebabkan edema pada hipertensi kronik (Corwin, 2009; Palmer, 2007).

d. Enselopati (kerusakan otak)

Enselopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang interstinum di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2009; Palmer, 2007).


(42)

26

7. Penatalaksanaan Hipertensi a. Penatalaksanaan Farmakologis

Menurut Setiasi (2010), pengobatan pada penderita hipertensi terdiri dari pengobatan farmakologi dan pengobatan nonfarmakologi. Jenis-jenis obat anti-hipertensi untuk terapi fakmakolgis hipertensi yang dianjurkan oleh The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure yaitu:

1) Diuretika, terutama jenis Thiazide (thiaz)

Diuretik biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik mempunyai tujuan untuk meningkatkan pembuangan air dan garam, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Kerja utama diuretik adalah dengan meningkatkan jumlah natrium, memperlebar saluran arteri kecil dan menurunkan tekanan darah. Kelebihan diuretik ini adalah efektif diberikan per oral, efektik untuk pemberian jangka lama, efek samping ringan, membantu kerja obat hipertensi lainnya dan melawan efek retensi natrium obat anti hipertensi lainnya (Setiasi, 2010; Triyanto, 2014).

2) Beta Blocker (BB)

Kerja utama dari peyekat beta blocker menghambat transmisi pesan saraf dari pusat otak menuju otot spiral pelindung arteri kecil, dengan menahan kerja noradrenalin dan adrenalin. Beta blocker


(43)

efektif diberikan kepada penderita hipertensi usia muda, penderita yang mengalami serangan jantung, sakit kepala, penderita dengan denyut jantung yang cepat (Setiasi, 2010; Triyanto, 2014).

3) Calcium Channel Blocker atau calcium antagonis

Calcium antagonis bekerja dengan cara manghambat pemasukan ion kalsium kedalam sel pada otot halus dinding arteriol terutama pada jantung. Tetapi obat ini tidak mempengaruhi kalsium pada tulang dan tidak menyebabkan osteoporosis. Indikasi pada calsium antagonis untuk kehamilan, aterosklerosis karotis, usia lanjut dan penyakit pembuluh darah perifer. Kontraindikasi pada calsium antagonis yakni pada penderita gagal jantung kongestif dan penderita hipotensi (Setiasi, 2010).

4) Angiotensin Converting Enzim Inhibitor (ACEI)

Inhibitor ACE bekerja dengan cara mencegah aktivitasi hormon angiotensin II dari dua zat pembentuknya yaitu renin dan angiotensin I. Inhibitor ACE dapat menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Inhibitor ACE dapat dikonsumsi setelah pasien mengkonsumsi diuretik thiazide. Pasien harus selalu dimonitor karena dosis awal dapat menyebabkan tekanan darah menurun. Kontraindikasi inhibitor ACE pada penderita gagal ginjal (Setiasi, 2010).


(44)

28

5) Antagonis Reseptor Angiotensin II

Obat ini menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang serupa dengn inhibitor ACE yaitu memblok pembentukan angiotensin II. Namun, efek samping dari obat ini tidak menimbulkan batuk (Setiasi, 2010).

b. Penatalaksanaan Non-Farmakologis

Pengobatan nonfarmakologi menurut Corwin (2009), terdiri dari: 1) Menghentikan merokok

Tembakau mengandung nikotin ayang memperkuat kerja jantung dan menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan darah meningkat. Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung (Corwin, 2009).

2) Menurunkan berat badan berlebih

Berat badam adalah salah satu yang paling erat kaitannya dengan hipertensi. Secara umum, semakin berat tubuh semakin tinggi juga tekanan darahnya. Menerapkan gaya hidup sehat dengan olahraga teratur dan pola makan seimbang. Maka, dengan itu dapat mengurangi berat badan dapat menurunkan tekanan darah 5-20 mmHg per 10 kg penurunan berat badan. Mengurangi berat badan juga menurunkan resiko diabetes, penyakit kardiovaskular, dan kanker (Corwin, 2009; Palmer, 2007).


(45)

3) Pembatasan Natrium

Pada penderita hipertensi terlalu banyak mengonsumsi garam dapat meningkatkan tekanan darah ke tingkat yang membahayakan. Asupan natrium yang dianjurkan untuk dikonsumsi yaitu ¼ sampai 1 sendok teh garam/hari (Palmer, 2007).

Menurut Muttaqin (2009), pembatasan natrium ditunjukun untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi edema pada penderita hipertensi. Kepatuhan dalam pembatasan natrium dapat ditentukan dengan mengukur ekskresi natrium urine setiap 24 jam, yang dapat memperkirakan masukan natrium sebelum dan sesudah petunjuk untuk melakukan diet (Corwin, 2009).

4) Olahraga teratur

Olahraga sebaiknya dilakukan secara teratur dan besifat aerobik, karena kedua sifat inilah yang dapat menurunkan tekanan darh. Bagi sebagian besar orang, menyelipkan jadwal olahraga kedalam kegiatan sehari-hari yang padat sangatlah susah. Melakukan olahraga yang tidak terlalu berat tapi harus teratur dan dilakukan sebanyak 3-4 seminggu selama 30 menit. Olahraga yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Corwin, 2009., Triyanto, 2014).


(46)

30

C.Tekanan Darah

1. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh (Palmer, 2007). Tekanan darah yaitu gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah, tekanan darah bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam pembuluh dan daya regang (Sherwood, 2001). Tekanan darah terdiri dari dua bagian, tekanan darah sistol adalah tekanan darah puncak atau maksimum yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah di pompa ke pembuluh darah tersebut selama sistol ventrikel, tekanan sistolik rata-rata adalah 120 mmHg. Tekanan darah diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah mengalir ke luar ke pembuluh-pembuluh dihilir sewaktu diastol ventrikel, tekanan diastolik rata-rata adalah 80 mmHg (Sherwood, 2001).

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan menggunakan alat yang disebut spyhigmomanometer. Menurut Suparto (2010) spygmomanometer atau yang disebut juga tensi meter adalah alat pengukuran tekanan darah yang terdiri dari 2 macam yaitu alat digital dan tensimeter air raksa. Hasil pengukuran tekanan darah terdapat dua nilai, misal nya 120/80 mmHg. Dua angka tersebut memiliki keterangan tersendiri, angka pertama (120) artinya tekanan darah sistolik, yaitu tekanan saat jantung berdenyut atau berdetak dan angka ke dua (80) adalah tekanan darah diastolik. Tekanan darah diastolik artinya tekanan saat jantung beristirahat disaat pemompaan.


(47)

2. Mekanisme Tekanan Darah

Sistem sirkulasi berperan dalam homeostasis dengan berfungsi sebagai sistem transportasi tubuh. Pembuluh darah mengangkut dan mendistribusikan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen (O2) dan nutrien, menyingkirkan zat-zat sisa, dan penyampaian sinyal hormon (Sherwood, 2001). Sistem peredarah darah terdiri dari ajntung, pembuluh darah ateri dan vena. Arteri membawa darah yang kaya oksigen menjauhi jantung, sedangkan vena membawa darah yang terdeoksigenasi (yang kandungan oksigennya sudah diambil) kembali menuju jantung (Palmer, 2007). Jantung terdiri dari empat ruang yang tertutup oleh lapisan otot. Empat ruang itu disebut atrium kiri dan kanan, dan ventrikel kiri dan kanan (Palmer, 2007). Semua darah yang dipompa oleh sisi kanan jantung mengalir ke paru-paru untuk menyerap O2 dan

mengeluarkan karbondioksida (CO2). Darah yang dipompa oleh sisi kiri

jantung dibagi-bagi dalam berbagai perbandingan ke organ sistemik melalui pembuluh yang tersusun paralel dan bercabang dari aorta (Sherwood, 2001). 3. Kategori Tekanan Darah

a. Hipotensi

Hipotensi (tekanan darah rendah) adalah suatu keadaan dimana tekanan darah lebih rendah dari 90/60 mmhg atau tekanan darah cukup rendah sehingga menyebabkan gejala-gejala seperti pusing dan pingsan. Sebenarnya tubuh mempunyai mekanisme untuk menstabilkan tekanan darah, kestabilan tekanan darah ini penting sebab tekanan harus cukup


(48)

32

tinggi untuk mengantarkan oksigen dan zat makanan ke seluruh sel di tubuh dan membuang limbah yang dihasilkan jika tekanan terlalu tinggi, bisa merobek pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan di dalam otak (stroke hemoragik) atau komplikasi lainnya jika tekanan terlalu rendah, darah tidak dapat memberikan oksigen dan zat makanan yang cukup untuk sel dan tidak dapat membuang limbah yang dihasilkan sebagaimana mestinya dari sekian banyak penyebab hipotensi maka hipotensi karena perubahan posisi tubuh atau hipotensi ortostatik lah yang paling seringterjadi kapan pasien dikatakan menderita hipotensi jenis ini (Medicstore 2008).

Bila dijumpai penurunan tekanan darah sistolik yang menetap di bawah 80 mmHg atau penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg yang diikuti oleh gejala klinis saat perubahan posisi tubuh dari tidur ke berdiri secara tiba tiba gejala klinis yang terjadi cukup bervariasi, keluhan yang disodorkan penderita lebih merupakan keluhan neuropati autonom seperti mudah lelah, pusing, pingsan, sering menguap, tutur kata yang kabur, penglihatan kabur, wajah pucat, keringat dingin, mual, perasaan tak nyaman di perut, sensasi terceki keluhan yang muncul ini kadang tidak berhubungan erat dengan kualitas penyakit ada kecenderungan peningkatan kualitas gejala saat pagi hari ketika bangun tidur, makin reda bila hari telah siang atau penderita kembali berbaring lalu, apa yang sebenarnya menjadi penyebab dari hipotensi (Setiati, 2010).


(49)

b. Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan atau tingginya tekanan darah dimana pembuluh darah memiliki tekanan yang tinggi terus menerus lebih dari 1 periode, tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Udjianti, 2010., WHO, 2013). Keadaan ini terjadi karena arteriol-arteriol berkontriksi sehingga darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan untuk melawan dinding arteri. Keadaan ini menyebabkan kerja jantung bertambah, sehingga jantung bekerja lebih berat dalam memompa darah. Jika hal ini tidak di kontrol dapat menyebabkan serangan jantung, pembesaran jantung dan gagal jantung. Pembuluh darah dapat membengkak (aneurisma) dan berbintik-bintik kecil karena tekanan yang tinggi, seperti adanya sumbatan dan pengerasan pembuluh darah (Udjianti, 2010., WHO, 2013).

Menurut Muttaqin (2009), tekanan darah merupakan salah satu paremeter hemodinamika yang sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah menggambarkan situasi hemodinamika seseorang saat itu. Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmHg.

4. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Menurut Kozier et al (2009), ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi tekanan darah, diantaranya adalah:


(50)

34

1) Umur

Prevalensi hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dikarenakan pada orang yang berusia 45 tahun ke atas dinding pembulih darah arteri akan mengalami penebalan karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan oto pembuluh darah sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku (Heath & Edward, 2014).

Selain itu, dengan meningkatnya usia dapat menyebabkan pergeseran aorta sehingga terjadi tekanan yang tinggi pada sistolik di mana tekanan pada diatolik normal (Weber et al, 2014).

2) Jenis Kelamin

Pada umumnya, pria memilki resiko lebih tinggi untuk penderita hipertensi lebih awal daripada wanita. Pria yang berumur dibawah 45 tahun lebih beresiko mengalami hipertensi dibandingkan dengan wanita, sedangkan wanita lebih rentan terhadap hipertensi ketika sudah berusia diatas 45 tahun (Junaedi, Yulianti & Rinata, 2013).

Menurut Rachman (2011) sebelum mengalami menopause seorang wanita terlindungi dari penyakit kardiovaskuler, hal ini karena aktivitas hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL). HDL yang tinggi dalam tubuh berfungsi melindungi pembuluh darah dari terjadinya arterosklerosis. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen. Proses ini terus berlanjut secara alami seiring bertambahnya usia hingga akhirnya


(51)

estrogen dalam tubuh hilang. Proses ini akan terus berlanjut di mana jumlah hormon estrogen tersebut makin berkurang secara alami seiring dengan meningkatnya usia, yang umumnya terjadi pada wanita berusia 45- 55 tahun (Rachman et al, 2011).

3) Kurang Aktivitas

Olah raga sangat berhubungan dengan hipertensi. Olah raga yang teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan resiko obesitas dan akhirnya mengalami hipertensi (Anggara, 2013).

Menurut Utomo (2012) menyatakan olah raga sangat baik untuk kesehatan, manfaat dari melakukan olah raga adalah penurunan berat badan dan kadar kolesterol. Dengan melakukan olah raga maka dapat membakar cadangan lemak tubuh yang menumpuk. Selain itu olah raga teratur dapat merombak lemak yang berbahaya yaitu lemak didalam pembuluh darah yang membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah (hipertensi).

Herwati (2013) menyatakan bahwa seseorang yang tidak aktif secara fisik/ tidak melakukan olah raga memiliki resiko terkena hipertensi sebanyak 30%-50%. Olah raga yang teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah dan menjaga kebugaran tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Herwati olah raga yang baik dilakukan minimal 3 kali seminggu dengan waktu minimal 30 menit dan kejadian hipertensi persentasenya lebih tinggi pada individu yang tidak melakukan olah raga.


(52)

36

Selain itu melakukan olah raga dengan teratur dapat mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi. Jenis olah raga yang dapat dilakukan diantaranya yaitu jalan kaki, jogging, bersepeda, berenang dll.Aktivitas fisik meningkatkan tekanan darah.

4) Obat-obatan

Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi tekanan darah, seperti diuretik dan vasodilator. Golongan lain yang mempengaruhi tekanan darah adalah analgesik narkotik, yang dapat menurunkan tekanan darah(Potter & Perry, 2005)

5) Stres

Stres dapat menyebabkan saraf simpatis mengeluarkan hormon adrenalin, sehingga hormon ini dapat menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi yang akibatnya meningkatkan tekanan darah (Dalimartha et al, 2008). Seseorang yang tidak dapat memanajemen stres dengan baik akan beresiko mengalami hipertensi karena dalam kondisi seperti ini individu akan cemas dan khawatir berlebihan (WHO, 2013). Menurut Fitriani (2012), stres dapat meningkatkan tekanan darah dengan peningkatan hasil sekresi simpatis dan penigkatan katekolamin, sistem renin-angiotensin-aldosteron, hormon antidiuretik, hormon adrenokortikotropik dan pelepasan kortisol.

Hu (2015) juga menyatakan stres psikologis sangat berpengaruh terhadap kenaikan tekanan darah dan berkembang menjadi hipertensi.


(53)

Stres psikologi dipengaruhi oleh gender. Tekanan darah tinggi banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan, hal ini karena pekerjaan laki-laki lebih berat dan cenderung tegang dalam memikirkan pekerjaanya. Stres psikologi berkontribusi 9% dalam terjadinya hipertensi.

D.Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)

Diet adalah mengkonsumsi makanan dan minuman dengan takaran tertentu, dalam waktu tertentu, dan jenis makanan tertentu ( Soeryoko, 2010). Diet merupakan salah satu perilaku yang digunakan dalam memanajemen hipertensi (Ridwan, 2012).

Salah satu penanggulangan hipertensi yang direkomendasikan adalah pendekatan untuk menghentikan hipertensi atau dikenal dengan sebutan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension). Prinsip utama dari DASH adalah menyajikan menu makan dengan gizi seimbang yang mengandung kalium, magnesium, protein, serat, dan kalsium yang dapat menurunkan tekanan darah (Sacks & Frank, dkk, 2010). Perencanaan makanan DASH adalah rendah lemak jenuh, kolesterol, dan lemak total dan meningkatkan konsumsi buah-buahan, sayuran, dan susu yang tidak mengandung lemak atau rendah lemak. Produksi yang dianjurkan seperti biji-bijian, ikan, dan kacang-kacangan dan mengurangi konsumsi daging dengan kulit, permen, gula, dan minuman yang mengandung alkohol serta tidak merokok (National Heart, Lung, and Blood, 2011).


(54)

38

Menu makanan dalam satu hari yang dianjurkan dalam DASH mengandung 2000 kalori yang dibagi dalam tiga kali waktu makan, yaitu pagi, siang, dan malam (Sacks, Frank dkk, 2011). Tetapi jumlah energi tersebut dapat berubah sesuai dengan kondisi masing-masing orang yang menjalani diet. Makanan rendah kalori sangat bermanfaat untuk menurunkan berat badan bagi yang mengalami obesitas (National Heart, Lung, and Blood, 2011). Berdasarkan penelitian yang berjudul “Dietary Therapy in Hypertension” menjelaskan bahwa diet DASH efektif diterapkan pada penderita hipertensi karena diet DASH dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi (Sacks, Frank dkk, 2010). Diet DASH dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 8 mmHg dan tekanan diastolik sebanyak 3 mmHg dalam 14 hari/2 minggu (Padma, 2014).

Penatalaksanaan diet bagi penderita hipertensi sangat penting dilakukan karena dapat mempertahankan dan membuat tekanan darah tetap dalam keadaan normal. Adapun penatalaksanaan diet DASH yang dilakukan antara lain:

1. Mengurangi konsumsi garam

Mengurangi konsumsi garam merupakan hal yang penting untuk menurunkan tekanan darah. Berdasarkan jumlah garam yang dikonsumsi dalam satu hari, DASH membedakan menjadi tiga, yaitu mengkonsumsi garam maksimal 2400 mg yang setara dengan 6 gram garam meja (1 sendok teh), jumlah garam tersebut sudah termasuk jumlah garam alami yang terdapat dalam bahan makanan serta jumlah garam yang ditambahkan saat


(55)

masak (National Lung, Heart, and Blood, 2011). Makanan yang mengandung dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu makanan rendah natrium yang dimakan sesering mungkin, makanan dengan kadar natrium menengah yang dikonsumsi tetapi dibatasi, dan makanan tinggi natrium yang tidak boleh dikonsumsi (Jain, 2011).

a. Makanan rendah natrium

Makanan rendah natrium seperti buah-buahan segar, sayur-sayuran segar, daging, ikan, unggas, dan nasi (Jain, 2011).

b. Makanan dengan kadar natrium menengah

Makanan dengan kadar natrium menengah seperti susu dan produk susu dalam kemasan, eskrim, kacang-kacangan yang tidak beragam, mentega yang tawar, beras, dan gandum (Jain, 2011., Sacks & Frank, 2010).

c. Makanan tinggi natrium

Makanan yang tinggi natrium seperti, makanan ringan dan makanan cepat saji, kecap asin, selai kacang, makanan dalam kaleng, susu kental, mentega, ikan asap, ikan kalengan, ikan asin, daging yang awetkan, sosis, dan pemanis buatan (Jain, 2011).

2. Mengurangi konsumsi lemak jenuh dan minyak

Penggunaan minyak dalam diet DASH hanya disarankan 5 sendok makan dalam sehari (Padma, 2014). Lemak di dalam makanan terdiri dari dua macam, yaitu lemak jenuh (lemak jahat) dan lemak tidak jenuh (lemak tidak jahat) (Almatsier, 2007).


(56)

40

Lemak jahat bersifat menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Lemak jenuh terdapat pada makanan yang berasal dari hewan seperti daging sapi, babi, kerbau, kambing, bebek, mentega, susu, keju, dan beberapa dari tumbuhan seperti kelapa, sedangkan lemak tidak jenuh cenderung dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Makanan yang mengandung lemak tidak jenuh kebanyakan berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti minyak jagung, minyak kedelai, minyak kacang tanah, dan sebagian kecil dari hewani seperti ikan dan minyak ikan (Ramayulis, 2010).

Menurut Jain (2011), diet rendah lemak dan minyak bertujuan untuk merunkan kadar kolesterol dalam darah dan menurunkan berat badan bagi yang mengalami obesitas. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam diet ini antara lain:

a. Hindari penggunaan lemak hewan dan mentega.

b. Membatasi penggunaan minyak goreng dan mentega tidak lebih dari 5 sendok makan dalam sehari.

c. Menghindari konsumsi ayam dan daging dengan kulit, dan jeroan (organ bagian dalam) sapi, kambing, ayam, dan jenis jeroan lainnya pada makanan sehari-hari.

d. Membatasi makan yang mengandung minyak seperti pisang goreng, tempe goreng, tahu goreng, ikan goreng, ayam goreng, dan daging goreng selama sehari.

e. Membatasi konsumsi kuning telur tidak lebih dari 3 butir dalam seminggu.


(1)

Tabel 6. Hasil Analisis Tekanan Darah Post-Test Sistolik Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol dengan Uji Mann-Whitney (N=50)

n Median Min Max Mean S.D p

Intervensi 25 136 124 150 135,12 6,112

0,0001 Kontrol 25 140 140 170 146,40 8,103

Tabel 6 menunjukan hasil uji Mann-Whitney pada tekanan sistolik post-test didapatkan nilai signifikansi sebesar p= 0,0001 pada analisa perbedaan tekanan darah sistolik post-test antara kelompok intervensi

dan kelompok kontrol. Karena nilai p<0,05 maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan darah sistolik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah diberikan pendidikan kesehatan.

Tabel 7. Hasil Analisis Tekanan Darah Post-Test Diastolik Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol dengan Uji Mann-Whitney (N=50)

n Median Min Max Mean S.D p

Intervensi 25 90 80 110 92,32 7,273

0,130

Kontrol 25 90 90 100 94,80 5,099

Tabel 7 menunjukan hasil uji Mann-Whitney pada tekanan diastolik post-test didapatkan nilai signifikansi sebesar p=0,130 pada analisa perbedaan tekanan darah diastolik post-test antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Karena nilai p>0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan darah diastolik antara kelompok intervensi dan kelompok

kontrol setelah diberikan pendidikan kesehatan.

PEMBAHASAN

Pendidikan Kesehatan Diet DASH terhadap Tekanan Darah.

Pada tabel 1 didapatkan hasil bahwa mayoritas jenis kelamin baik kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah perempuan dengan jumlah kelompok intervensi 17 orang dan kelompok kontrol 15 orang. Hal ini sesuai dengan Cortaz (2008) bahwa semakin bertambahnya usia,


(2)

hormon esterogen tidak mampu menghasilkan High-Density Lipoprotein (HDL) dalam jumlah banyak, sehingga besar untuk terjadi kemungkinan aterosklerosis akibat meningkatnya Low-Density Lipoprotein (LDL). Hal ini dikarenakan pada wanita menopause hormon estrogen yang berperan dalam melindungi pembuluh darah rusak.

Rerata usia pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah 56 tahun. Menurut Aris (2011) mengatakan bahwa untuk usia diatas 56 memiliki resiko 4,76 kali lebih besar terkena hipertensi bila dibandingkan dengan usia 25-35 tahun, sehingga insiden hipertensi yang semakin meningkat disebabkan karena usia yang semakin bertambah. Rerata lama menderita hipertensi pada kelompok intervensi adalah 37 bulan/±3 tahun dan kelompok kontrol adalah 28 bulan/±3 tahun. Menurut Adikusuma, Qiyaam, Yuliana (2015) sebanyak 30 pasien (68%) menderita hipertensi ≤5 tahun, sedangkan dengan durasi ≥5 tahun cenderung memiliki resiko terjadinya komplikasi yang tinggi

sehingga lebih memilih untuk berobat ke rumah sakit ketimbang puskesmas. Hal ini dikarenakan penderita hipertensi yang menganggap acuh ketika tanda gejala hipertensi muncul.

Konsumsi obat antihipertensi pada kelompok intervensi adalah amlodipin sebanyak 9 orang dan pada lkelompok kontrol adalah kaptopril sebanyak 9 orang. Menurut Adikusuma (2015) mengatakan bahwa obat antihipertensi yang banyak digunakan oleh responden adalah kaptopril dan amlodipin. Pada tabel 3 dan tabel 6 diatas didapatkan bahwa nilai signifikansi tekanan darah sistolik pre-test dan post-test kelompok intervensi adalah p=0,002 dan nilai signifikansi tekanan darah sistolik post-test antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah p= 0,0001. Dari hasil analisa data tersebut terdapat nilai mean yang signifikan (p<0,05), hal ini dikarenakan setelah mendapatkan pendidikan kesehatan berupa DASH, pengetahuan serta kemampuan responden meningkat. Pendidikan kesehatan merupakan upaya pembelajaran masyarakat agar ingin


(3)

melakukan tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.

Hal ini didukung oleh teori Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan baik didalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Menurut Mubarak (2007) pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain dan bukan juga seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri.

Dengan demikian diberikannya pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan serta perilaku penderita hipertensi supaya dapat merubah pola hidup dan mengontrol tekanan darah penderita hipertensi. Hal ini didukung oleh teori Mubarak (2007) tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah

dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yang tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahterahan masyarakat.

Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan kepatuhan diet dan mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi, sehingga dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait diet hipertensi dapat menurunkan tekanan darah dan mengontrol diet pasien.

Perilaku responden kelompok intervensi selamam penelitian sangat baik. Hal ini didapatkan berdasarkan hasil kegiatan follow up peneliti kepada responden kelompok intervensi selama penelitian berlangsung. Menurut Artinian, Fletcher dkk (2014) menunjukan bahwa intervensi follow up melalui telepon lebi efektif dalam merubah perilaku dan meningkatkan kepatuhan diet dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan perawatan


(4)

biasa. Selama penelitian, responden intervensi juga melaksanakan diet DASH selama 14 hari/2 minggu. National Heart, Lung, and Blood Institute (2011) mengatakan bahwa penderita hipertensi dapat mengontrol tekanan darah dengan cara melakukan diet DASH. Hal itu didukung oleh penelitian Sacks,Frank,dkk (2010) yang mengatakan bahwa diet DASH efektif diterapkan pada penderita hipertensi karena diet DASH dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi.

Menurut McFall, Barkley,dkk (2010) pola diet DASH yang terdiri dari konsumsi bahan makanan rendah natrium, tinggi kalium, magnesium, kalsium, serat, dan serta rendah asam lemak jenuh dan kolesterol terbukti secara klinis dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan dengan atau tanpa pengurangan asupan natrium. Menururt Padma (2014) mengatakan bahwa diet DASH dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 8 mmHg dan tekanan darah diastolik sebanyak 3 mmHg dalam 14 hari/2

minggu. Hal itu didukung oleh penelitian Rahmayanti dan Sutjianti (2009) penerapan pola diet DASH dengan responden wanita menopouse yang menderita hipertensi dapat menurunkan rerata tekanan darah sistolik sebanyak 5,23 mmHg dan tekanan darah diastolik sebanyak 1,98 mmHg.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan DASH (Dietary Approaches To Stop Hypertension) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo dapat disimpullkan:

a. Terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan darah sistolik responden kelompok intervensi sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan DASH, sedangkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan darah diastolik responden kelompok intervensi sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan DASH.

b. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan darah


(5)

sistolik dan diastolik pada kelompok kontrol sebelum dan setelah diberikan perlakuan. c. Tidak terdapat perbedaan yang

signifikan pada tekanan darah sistolik dan diastolik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum diberikan pendidikan kesehatan DASH.

d. Terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan darah sistolik antara kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol setelah diberikan pendidikan kesehatan DASH, sedangkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan darah diastolik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah diberikan pendidikan kesehatan DASH.

Peneliti menghimbau perawat menggunakan pendidikan kesehatan dan diet DASH sebagai modifikasi intervensi untuk menurunkan tekanan darah dan meningkatkan pengetahuan tentang penanganan hipertensi. Kepada responden

mampu menerapkan dan

melaksanakan diet DASH dengan baik sehingga angka komplikasi yang disebabkan karena hipertensi dapat menurun dan dapat memperbaiki pola hidup dan tekanan darah penderita hipertensi. Kepada peneliti selanjutnya diharapakan menambahkan atau mengganti variabel penelitian seperti pengaruh pendidikan kesehatan DASH terhadap tingkat pengetahuan, perilaku diet dan berat badan.

DAFTAR PUSTAKA

Udjianti, J.W. (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.

RisKesDas. (2013). Riset Kesehtan Dasar. Diakses pada tanggal 29 mei 2015.

World Health Organisation. (2013). A Global Brief on Hypertension Silent Killer Global Public Health Crisis. WHO. Switzerland di akses pada tanggal 29 mei 2015 pukul 23.15.

Soeryoko, H. (2010). 20 Tanaman Obat Populer Penurun Hipertensi. Yogyakarta: Andi Onset

Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume I. Edisi 8. Jakarta: ECG

National Heart, Lung and Blood Institute. (2011). Your Guide to


(6)

Lowering your blood pressure with DASH. National Institute of Health.

Vollmer WM, Sacks FM, Ard J, Appel LJ, Bray GA, Morton DGS.(2001). Effect of diet and sodium intake on blood pressure : Sub group analysis of the DASH- sodiumtrial. Ann Intern Med. 2001; 135:1019-1028.

Sacks,F & Campos. M. (2010). Dietary Therapyin Hypertension. The New Island Journal Of Medicine. Diakses pada tanggal 24 mei 2015

Notoatmodjo,S. (2007). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Norman, K.F. (2012). Pengaruh ceramah kesehatan terhadap kepatuhan dan tekanan darah pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Beji Kota Depok. Skripsi strata satu, Universitas Indonesia, Jakarta

Widyasari,F.D., & Candrasari, A. (2010) Pengaruh pendidikan tentang hipertensi terhadap perubahan pengetahuan dan sikap lansia di Desa Makamhaji Kartasura Sukoharjo. Volume 2,nomor 2. Biomedika

Mubarak.,W.I. (2007). Promosi Kesehatan: Sebuah Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

McFall Jm, Barkley JE, Gordon KL, Burzsminski N, Glickman EL. (2010). Effect of the DASH Diet

on Pre- and Stage 1 Hypertensive Individuals in a Free-Living Environment. Nutrition and Metabolic Insight.

Rahmayanti EM, Sutjiati E. (2009) Anjuran Kombinasi Diet DASH (Dietary Approaches To Stop Hypertension) Dan Diet Rendah Garam Pada Wanita Menapouse Dengan Hipertensi. Jurnal Kesehatan, Volume 7, No. 2: 100 – 118.