FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEMAUAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI UNTUK MEMENUHI KEWAJIBAN MEMBAYAR PAJAK

(1)

(Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Purworejo)

THE FACTORS THAT AFFECT THE WILLINGNESS

OF INDIVIDUAL TAXPAYERS TO MEET

THE OBLIGATION TO PAY TAX

(Empirical Study on Individual Taxpayers in KPP Pratama Purworejo)

Oleh

DIAH AYU PRAMITA SARI 20130420011

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017


(2)

i

THE FACTORS THAT AFFECT THE WILLINGNESS OF INDIVIDUAL TAXPAYERS TO MEET

THE OBLIGATION TO PAY TAX

(Empirical Study on Individual Taxpayers in KPP Pratama Purworejo)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

DIAH AYU PRAMITA SARI 20130420011

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017


(3)

iv Nama : Diah Ayu Pramita Sari Nomor Mahasiswa : 20130420011

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEMAUAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI UNTUK MEMENUHI KEWAJIBAN MEMBAYAR PAJAK (Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Purworejo)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 4 April 2017


(4)

v

Barangsiapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil & barangsiapa yang bersabar akan beruntung.

(QS. Al-Baqarah 2:152)

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.

(B. J. Habibie)

Dimanapun engkau berada selalulah menjadi yang terbaik dan berikan yang terbaik dari yang bisa kita berikan.

(Tung Desem Waringin)

Tidak ada kata Gagal yang ada hanyalah Sukses atau Belajar. (Narimo ing pandum)

Menerima segala rintangan dengan ikhlas. (Diah Ayu Pramita Sari)

Belajarlah dari kesalahan masa lalu, mencoba dengan cara yang berbeda dan selalu berharap untuk sebuah kesuksesan di masa depan.

Keberhasilan adalah waktu dan proses, karena tidak ada keberhasilan yang dapat dicapai dengan waktu.yang singkat dan proses yang cepat.


(5)

vi

Karya Kecil ini ku persembahkan untuk:

Papah dan Mamahku tercinta

Agus Pramono dan Sri Sugiharti

Terimakasih telah berjuang dengan penuh keikhlasan, menorehkan kasih sayang dengan penuh rasa ketulusan yang tak kenal lelah dan batas waktu, selalu memanjatkan segala doa yang tak henti-hentinya tercurahkan untuk putrimu ini yang tidak akan pernah bisa membalas semuanya sampai kapanpun.

♥Terimakasih Penyemangatku♥

Kakak-kakak kandungku tersayang

Nova Hermawan

Agus Tri Wicaksono

Aryo Tejo Baskoro

Terimakasih atas segala doa, dukungan, motivasi dan kasih sayangnya, sehingga adikmu ini selalu bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

♥Terimakasih telah mengajariku untuk lebih mandiri♥

Sahabat-sahabatku

Terimakasih atas segala doa, dukungan semangat dan kasih sayang yang telah kalian berikan hingga skripsi ini terselesaikan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian dan memudahkan segala hal yang kalian cita-citakan.

Aamiin.


(6)

xiii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah Penelitian... 9

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Landasan Teori ... 12

1. Teori Atribusi (Atribution Theory) ... 12

2. Technology Acceptance Model (TAM) ... 14

3. Pajak ... 15

4. Wajib Pajak ... 17

5. Kemauan Membayar Pajak (willingness to pay tax) ... 18

6. Kesadaran Membayar Pajak (the awareness of paying taxes) ... 19


(7)

xiv

C. Model Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN... 33

A. Obyek atau Subyek Penelitian ... 33

B. Jenis Data ... 33

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Skala Pengukuran ... 35

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 35

G. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 39

1. Uji Validitas ... 39

2. Uji Reliabilitas ... 40

3. Uji Asumsi Klasik ... 40

H. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 42

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 42

2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 42

3. Uji Nilai t (Uji Parsial) ... 43

4. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian ... 44

1. Deskripsi Penelitian ... 44

2. Analisis Karakteristik Responden ... 45

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 47

1. Uji Statistik Deskriptif ... 47

2. Uji Kualitas Data ... 49

3. Uji Asumsi Klasik ... 52

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 55


(8)

xv

5. Hasil Pengujian � ... 58

6. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) ... 59

D. Pembahasan ... 60

1. Pengaruh Kesadaran Membayar Pajak terhadap Kemauan Membayar Pajak ... 60

2. Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kemauan Membayar Pajak .... 61

3. Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kemauan Membayar Pajak ... 62

4. Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan E-Billing terhadap Kemauan Membayar Pajak ... 63

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 65

A. Simpulan ... 65

B. Saran ... 66

C. Keterbatasan Penelitian ... 67 DAFTAR PUSTAKA


(9)

xvi

4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 45

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

4.4. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 47

4.5. Hasil Uji Validitas Variabel Kemauan Membayar Pajak ... 49

4.6. Hasil Uji Validitas Variabel Kesadaran Membayar Pajak ... 50

4.7. Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Pelayanan ... 50

4.8. Hasil Uji Validitas Variabel Sanksi Pajak ... 51

4.9. Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Kemudahan Penggunaan E-Billing .... 51

4.10. Hasil Uji Reliabilitas ... 52

4.11. Hasil Uji Normalitas ... 53

4.12. Hasil Uji Multikolinearitas ... 54

4.13. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 55

4.14. Hasil Uji Regresi Berganda ... 56

4. 15. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ... 59


(10)

(11)

IGWAJIBAN MEMBAYAR PAJAK

(Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama

Purworejo)

TIIE FACTORS THAT AFFECT THE WITLINGNESS

OF TNDIWDUAL TAXPATEft,S TO MEET THE OBLIGATION TO PAY TAX

(Empirical Study on Individual Taxpuyen in KPP Pratamt Purworejol

Diajukan oleh

DIAH AYU PRAMITA SART

20t304240d1

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan

Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Yo gyakarta Tanggal2t April2017

Yang terdiri dari

4d(

I

Dr. Harianti Wdiastuti. S.E.. M.Si." Ak..CA

?ry

taqs.af V.{argAPULri. $.S. " M, ogg Angg*ta Tim Peng*ji

klengetahui

Dekan Fakultas Hkonomi dan Bisnis

uhammadiyah Yo gyakarta Ketua Tim Fenguji

frizal Tahar. ,$.H." M.Acc. Anggcta Tim Penguii

d

wotc. S.H,." M"Si. 041992{}2143fi15


(12)

KEWAJIBAN MEMBAYAR PAJAK

(studi Empiris pada wajib Pajak orang Pribadi di KPP Pratama purworejo)

THE FACTORS THAT AFFECT THE I|ryLLINGNESS OF INDIWDUAL TAXPAYERS TO MEET

THE OBLIGATION TO PAY TAX

(Empirical Study on Individual Taxpayers in KPP Pratama Purworejo)

Diajukan cleh

T}IAII AYT] FR.AMXTA SAru

2{}13{}42001 1

Telah disetujui Dcsen Pernbimbing

Fembimbing

Drs. Afrizal Tahar. S.H.. M,Acc. irilK: 19S9*4 t 5 19970?"143S55


(13)

vii

faktor yang memengaruhi kemauan Wajib Pajak Orang Pribadi untuk memenuhi kewajiban membayar pajak. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Purworejo. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 90 responden yang telah dipilih dengan menggunakan teknik incidental sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode survei dengan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan menggunakan alat bantu analisis SPSS versi 22.0. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa kesadaran membayar pajak dan persepsi kemudahan penggunaan e-Billing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemauan membayar pajak, sedangkan kualitas pelayanan dan sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak.

Kata kunci: kesadaran membayar pajak, kualitas pelayanan, sanksi pajak dan persepsi kemudahan penggunaan e-Billing.


(14)

viii

willingness of individual taxpayers to meet the obligation to pay tax. Population in this research was all individual taxpayers registered in the KPP Pratama Purworejo. The number of samples used as many as 90 respondents who have been selected by using incidental sampling technique. Data collection techniques by using questionnaire survey method. Technique of data analysis used is multiple linear regression by using the analysis tool SPSS version 22.0. Based on the analysis that has been done obtained the result that the awareness of paying taxes (AOPT) and perceived ease of use e-Billing (PEOUE) has positive and significant effect on willingness to pay tax, while the quality of service (QOS) and tax penalties (TP) don’t affect the willingness to pay tax (WTPT).

Keywords: the awareness of paying taxes, the quality of service, tax penalties and perceived ease of use e-Billing.


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Salah satu sumber pendapatan terbesar suatu negara berasal dari sektor pajak. Banyak negara, termasuk Indonesia mengandalkan pajak sebagai sumber penerimaan yang utama. Pajak sangat diandalkan untuk kelangsungan hidup bangsa Indonesia terutama pada pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu pajak banyak memberikan kontribusi besar bagi pembangunan ekonomi di Indonesia dan sumber dana yang penting bagi pembiayaan nasional (Caroko dkk., 2015). Salah satu jenis pajak yang memberikan kontribusi terbesar adalah Pajak Penghasilan (PPh), baik PPh Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) maupun PPh Wajib Pajak Badan.

Menurut pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) menjelaskan bahwa Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Undang-undang tersebut dengan jelas mencantumkan bahwa salah satu kewajiban Wajib Pajak adalah membayar pajak. Dalam Al-Quran juga dijelaskan mengenai kewajiban membayar pajak, yaitu:


(16)

Pergilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedangkan mereka dalam keadaan tunduk. (QS. At-Taubah 9:29).

Hal yang dapat dipetik dari arti ayat tersebut adalah mengajarkan kepada seluruh umat beragama agar patuh terhadap kewajibannya untuk membayar jizyah (pajak). Kepatuhan membayar pajak merupakan salah satu kewajiban bagi pemerintah dan rakyat kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana memiliki hak serta kewajiban yang harus dimiliki oleh pemerintah dan rakyat (Tahar dan Rachman, 2014). Musthapa (2011) menyatakan:

“A wider definition of tax compliance, tax compliance should be

defined as Taxpayers' ability and willingness to comply with tax laws roomates are determined by ethics, legal environment and other

situational factors at a particular time and place”.

Berdasarkan kutipan di atas kepatuhan pajak didefinisikan sebagai kemampuan dan kemauan dari pembayar pajak untuk mematuhi undang-undang perpajakan dimana ditentukan oleh etika, lingkungan hukum dan faktor situasional lain pada waktu dan tempat tertentu.

Fakta yang terjadi di Indonesia menurut data Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro menyampaikan melalui pers bahwa setoran pajak dari WP OP hanya Rp 9 triliun dari total realisasi penerimaan pajak yang mencapai Rp 1.061 triliun di APBN-P 2015 (Ariyanti, 2016). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerimaan pajak khususnya dari PPh WP OP masih sangat rendah. Karena tidak mungkin Indonesia sebesar ini


(17)

penerimaan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi hanya Rp 9 triliun. Sebagai negara yang besar, seharusnya Indonesia mendapatkan sumber penerimaan yang besar juga khususnya dari sektor pajak. Jika penerimaan pajak tinggi, maka pembangunan ekonomi di Indonesia akan semakin berkembang. Karena besarnya kontribusi penerimaan pajak terhadap pendapatan negara sangat memengaruhi jalannya roda pemerintahan dan perekonomian negara.

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan memerlukan dana yang tidak sedikit, sehingga pemerintah berupaya menggali sumber-sumber dana khususnya yang berasal dari iuran rakyat berupa pajak. Hal ini menunjukkan bahwa perpajakan sebagai salah satu kegiatan pemerintah yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara yang berasal dari iuran rakyat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan dan penambahan pelayanan publik, sehingga pemerataan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai serta mengurangi kesenjangan sosial antar warga negara. Namun untuk mencapai tujuan tersebut tidak selalu berjalan dengan lancar, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah pemungutan pajak. Dalam melakukan pemungutan pajak, dibutuhkan suatu sistem agar pemungutan dapat efektif dan efisien.

Sejak tahun 1983 Indonesia menerapkan sistem pemungutan pajak yaitu Self Assessment System (Witono, 2008). Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang (Mardiasmo,


(18)

2011). Wajib Pajak diberi kepercayaan yang lebih besar dalam menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (Budileksmana, 2000). Artinya Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak terutangnya. Menurut Hardiningsih dan Wati (2011) penerapan Self Assessment System di Indonesia menyebabkan kebenaran pembayaran pajak tergantung pada kejujuran dari Wajib Pajak dalam pelaporan kewajiban perpajakannya. Wajib Pajak juga harus membuktikan bahwa perhitungan kewajiban pajak mereka akurat, sedangkan petugas pajak hanya mengawasi dan memeriksa pengembalian formulir pajak (Mansor dkk., 2004).

Hal yang harus diperhatikan dengan adanya Self Assessment System adalah kemauan membayar pajak. Walaupun sudah ada undang-undang perpajakan yang mengatur tentang kewajiban membayar pajak dengan benar bagi Wajib Pajak, hal itu tidaklah cukup karena pemungutan pajak bukan suatu pekerjaan yang mudah. Disamping adanya undang-undang perpajakan dan peran aktif dari petugas pajak, kemauan membayar pajak merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui sejauhmana Wajib Pajak mengerti tentang ketentuan dan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Kemauan membayar pajak (willingness to pay tax) dapat diartikan sebagai suatu nilai yang rela dikontribusikan oleh seseorang (yang ditetapkan dengan peraturan) yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum negara dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) secara langsung (Rantung dan Adi, 2009). Penyebab kurangnya kemauan membayar pajak yaitu bahwa hasil pemungutan pajak tidak langsung dinikmati oleh Wajib


(19)

Pajak. Hal ini terjadi karena masyarakat tidak pernah mengetahui wujud konkret imbalan dari uang yang dikeluarkan untuk membayar pajak (Widayati dan Nurlis, 2010). Banyak faktor yang diduga berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak, yaitu:

Faktor yang pertama adalah kesadaran membayar pajak. Kesadaran memiliki pengaruh terhadap kemauan membayar pajak. Jika Wajib Pajak sadar betapa pentingnya membayar pajak dan manfaat yang diterima dari membayar pajak, maka Wajib Pajak akan cenderung mau untuk membayar pajak. Hardiningsih dan Wati (2011) menyimpulkan bahwa kesadaran membayar pajak berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kesadaran yang dimiliki Wajib Pajak, maka semakin meningkatkan kemauan Wajib Pajak untuk membayar pajak.

Pendapat di atas sejalan dengan hasil penelitian Pratama (2014) bahwa kesadaran membayar pajak berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak. Violita (2015) juga mendapatkan hasil bahwa kesadaran membayar pajak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. Namun berbeda dengan hasil penelitian Prastiwi (2013) yang sejalan dengan hasil penelitian Handayani dkk., (2012) bahwa kesadaran membayar pajak tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak WP OP yang melakukan pekerjaan bebas. Faktor yang kedua adalah kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan yang baik diharapkan mampu meningkatkan kemauan Wajib Pajak untuk membayar pajak. Menurut Bitner dkk., (2010) kualitas pelayanan yang baik


(20)

harus memenuhi lima dimensi, yaitu bukti fisik (tangible), perhatian (emphaty), ketanggapan (responsiveness), keandalan (reliability) dan jaminan (assurance). Dalam menyelenggarakan pelayanan, pihak penyedia jasa pelayanan harus selalu berupaya untuk mengacu pada tujuan utama pelayanan yaitu kepuasan pelanggan (Wajib Pajak). Kepuasan Wajib Pajak dapat diukur dengan mempersepsikan jasa yang dirasakan dan diharapkan. Jika jasa pelayanan perpajakan yang diberikan dirasa tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka Wajib Pajak tidak akan puas dan begitu juga sebaliknya.

Hardiningsih dan Wati (2011) menyimpulkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak. Hal ini menunjukkan bahwa Wajib Pajak telah mendapatkan pelayanan yang memadai sehingga meningkatkan kemauan membayar pajak. Pendapat tersebut sejalan dengan hasil penelitian Prastiwi (2013) bahwa kualitas layanan fiskus berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak WP OP yang melakukan pekerjaan bebas. Violita (2015) juga mendapatkan hasil bahwa kualitas layanan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak, sedangkan hasil penelitian Samrotun dan Kustiyah (2015) kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak.

Faktor yang ketiga adalah sanksi pajak. Jika Wajib Pajak tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan peraturan yang ada, maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan sifat pelanggarannya. Sanksi tersebut dapat berupa sanksi administrasi (denda, bunga dan kenaikan) dan sanksi pidana (kurungan dan penjara). Penerapan sanksi perpajakan baik sanksi administrasi


(21)

dan pidana akan mendorong kepatuhan Wajib Pajak (Hutagaol dkk., 2007). Wajib Pajak akan memenuhi kewajiban perpajakan apabila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih merugikannya (Jatmiko, 2006). Artinya Wajib Pajak yang memahami hukum perpajakan dengan baik pasti akan mematuhi kewajibannya untuk membayar pajak dibandingkan melanggar peraturan yang akan merugikan dirinya sendiri secara materiil. Doran (2009) menyatakan, mengapa pemerintah memberikan hukuman kepada orang-orang yang tidak membayar pajak?. Jawabannya, karena pemerintah ingin pembayar pajak mematuhi kewajiban pajak mereka.

Susmita dan Supadmi (2016) menyimpulkan bahwa sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan pelaporan WP OP di KPP Pratama Denpasar Timur. Artinya pengenaan hukuman kepada WP OP yang melanggar peraturan pajak berupa sanksi pajak apabila diterapkan secara tegas, maka dapat menaikkan kepatuhan WP OP. Hasil penelitian Kusuma (2016) menunjukkan bahwa sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan WP OP. Hasil penelitian Pratama (2014) menunjukkan bahwa sanksi pajak berpengaruh negatif terhadap kemauan membayar pajak. Hasil penelitian Masfufah (2013) dan Prastiwi (2013) menunjukkan bahwa sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak.

Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak adalah persepsi kemudahan penggunaan e-Billing. E-Billing merupakan sistem pembayaran elektronik atau cara baru untuk membayar pajak secara online. Penerapan program e-Billing sudah berlaku sejak 1 Januari 2016.


(22)

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-26/PJ/2014 tentang Sistem Pembayaran Pajak Secara Elektronik yang menjelaskan bahwa sistem pembayaran pajak secara elektronik adalah bagian dari penerimaan negara secara elektronik yang diadministrasikan oleh Biller Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan menerapkan Billing System (http://bit.ly/2hrbpcT).

Hasil penelitian Violita (2015) menemukan bahwa modernisasi perpajakan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. Hasil penelitian Susmita dan Supadmi (2016) menunjukkan bahwa e-Filing berpengaruh positif terhadap kepatuhan pelaporan WP OP di KPP Pratama Denpasar Timur. Artinya semakin baik kualitas yang diberikan akibat penerapan

e-Filing, maka dapat meningkatkan kepatuhan pelaporan WP OP. Hasil

penelitian Sulistyorini dkk., (2017) menunjukkan bahwa penerapan e-Billing berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hasil penelitian Mentari (2016) menunjukkan e-Billing tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kemauan Wajib Pajak Orang Pribadi untuk Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak (Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi di

KPP Pratama Purworejo)”.

Penelitian ini merupakan kompilasi dari penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih dan Wati (2011), Violita (2015) serta Susmita dan Supadmi (2016). Perbedaan dengan penelitian Hardiningsih dan Wati (2011) adalah sampel penelitian tidak hanya WP OP yang melakukan pekerjaan


(23)

bebas. Perbedaan dengan penelitian Violita (2015) adalah teknik pengambilan sampel menggunakan Incidental Sampling, sedangkan perbedaan dengan penelitian Susmita dan Supadmi (2016) adalah menggunakan variabel dependen kemauan membayar pajak dan salah satu variabel independen menggunakan persepsi kemudahan penggunaan e-Billing serta tempat penelitian dilakukan di KPP Pratama Purworejo.

B. Batasan Masalah Penelitian

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini hanya meneliti satu variabel dependen, yaitu kemauan membayar pajak dan empat variabel independen, yaitu kesadaran membayar pajak, kualitas pelayanan, sanksi pajak dan persepsi kemudahan penggunaan e-Billing.

2. Sampel penelitian ini hanya Wajib Pajak Orang Pribadi yang berada di KPP Pratama Purworejo.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kesadaran membayar pajak berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak?

2. Apakah kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak?

3. Apakah sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak?


(24)

4. Apakah persepsi kemudahan penggunaan e-Billing berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji secara empiris apakah kesadaran membayar pajak

berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak.

2. Untuk menguji secara empiris apakah kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak.

3. Untuk menguji secara empiris apakah sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak.

4. Untuk menguji secara empiris apakah persepsi kemudahan penggunaan e-Billing berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak.

E. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan dari terlaksananya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat di Bidang Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang perpajakan khususnya mengenai kemauan Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban membayar pajak.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.


(25)

2. Manfaat di Bidang Praktik

a. Bagi Direktorat Jenderal Pajak (DJP), penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk pengambilan keputusan dalam meningkatkan kualitas pelayanan pajak demi tercapainya target penerimaan pajak untuk setiap tahunnya.

b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP), penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai tindakan yang dapat diambil oleh KPP Pratama Purworejo guna meningkatkan kemauan Wajib Pajak untuk membayar pajak.

c. Bagi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, penelitian ini sebagai tambahan literatur dan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kemauan Wajib Pajak Orang Pribadi untuk memenuhi kewajiban membayar pajak.

d. Bagi Peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti serta dapat mengembangkan ilmu yang telah diperoleh khususnya tentang perpajakan.


(26)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Atribusi (Atribution Theory)

Secara sederhana atribusi dapat diartikan sebagai suatu proses bagaimana seseorang mencari kejelasan sebab-sebab dari perilaku orang lain (Thoha, 1993). Menurut Robbins (1996) pada dasarnya teori atribusi menyatakan bahwa apabila individu mengamati perilaku atau sikap orang lain, maka individu tersebut akan mencoba menentukan apakah perilaku orang lain itu ditimbulkan secara internal atau eksternal. Perilaku yang ditimbulkan secara internal merupakan perilaku yang diyakini berada di bawah kendali pribadi seseorang, sedangkan perilaku yang ditimbulkan secara eksternal merupakan perilaku yang dipengaruhi dari luar diri seseorang, artinya individu akan terpaksa berperilaku karena situasi dan kondisi lingkungan sekitar (Jatmiko, 2006).

Penentuan internal atau eksternal menurut Robbins (1996) tergantung pada tiga faktor, yaitu:

a. Kekhususan/kesendirian

Kekhususan artinya seseorang akan mempersepsikan perilaku orang lain secara berbeda dalam situasi yang berlainan. Jika perilaku seseorang dianggap suatu hal yang luar biasa, maka individu yang


(27)

bertindak sebagai pengamat akan memberikan atribusi eksternal terhadap perilaku tersebut, sedangkan jika hal itu dianggap biasa, maka akan dinilai sebagai atribusi internal.

b. Konsensus

Konsensus artinya apabila semua orang mempunyai kesamaan pandangan dalam merespon perilaku seseorang dalam situasi yang sama. Jika konsensusnya tinggi, maka termasuk atribusi internal, sedangkan jika konsensusnya rendah, maka termasuk atribusi eksternal.

c. Konsistensi

Konsistensi artinya apabila seseorang menilai perilaku orang lain dengan respon yang sama dari waktu ke waktu. Semakin konsisten perilaku tersebut, maka seseorang akan menghubungkan hal itu dengan sebab-sebab internal.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa atribusi merupakan salah satu proses pembentukan kesan atau persepsi mengenai hal yang menyebabkan seseorang berperilaku. Atribusi juga merupakan suatu proses untuk menarik kesimpulan dimana seseorang menentukan faktor apa yang mendorong dirinya atau orang lain untuk berperilaku.

Alasan pemilihan teori ini, karena kemauan Wajib Pajak untuk membayar pajak berkaitan dengan persepsi Wajib Pajak dalam membuat penilaian terhadap pajak. Persepsi seseorang dalam membuat penilaian mengenai sesuatu sangat dipengaruhi oleh kondisi internal maupun


(28)

eksternal dari orang tersebut, oleh karena itu teori atribusi ini sangat relevan untuk menjelaskan maksud tersebut. Sejalan dengan pendapat Tahar dan Rachman (2014) yang menyatakan bahwa aspek-aspek yang memengaruhi rakyat dalam membayar pajak dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.

2. Technology Acceptance Model (TAM)

Technology Acceptance Model (TAM) merupakan salah satu teori tentang penggunaan sistem teknologi informasi yang dianggap sangat berpengaruh dan umumnya digunakan untuk menjelaskan penerimaan individu terhadap penggunaan sistem teknologi informasi (Laihad, 2013). Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Davis (1989) yang mendefinisikan TAM sebagai salah satu model yang digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer.

Menurut Davis (1989) terdapat dua faktor yang memengaruhi minat individu terhadap penggunaan teknologi, yaitu:

a. Persepsi Kemanfaatan (perceived usefulness)

Persepsi Kemanfaatan yaitu sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu akan meningkatkan kinerja pekerjaan mereka. Sebuah sistem yang dirasakan tinggi manfaatnya merupakan salah satu bukti bahwa pengguna percaya pada adanya hubungan penggunaan sistem tersebut dengan kinerja yang positif.


(29)

b. Persepsi Kemudahan (perceived ease of use)

Persepsi Kemudahan yaitu sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu akan bebas dari usaha besar atau kesulitan. Sebuah sistem yang dianggap lebih mudah digunakan dari pada yang lain, tentunya akan lebih dapat diterima oleh pengguna. Artinya pengguna akan selalu menggunakan sistem tersebut setelah mengetahui cara yang lebih mudah untuk dipelajari dan diterapkan.

TAM dalam penelitian ini digunakan sebagai dasar pengambilan variabel independen yaitu persepsi kemudahan penggunaan e-Billing, karena TAM merupakan teori yang digunakan untuk melihat bagaimana suatu sistem teknologi dapat memengaruhi pengguna dari teknologi tersebut pada aktivitas pengguna yang berkaitan dengan aktivitas perpajakan (Susmita dan Supadmi, 2016). Pengguna teknologi pada penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi, sedangkan penerapan teknologinya adalah e-Billing. TAM diharapkan dapat menjelaskan bahwa persepsi kemudahan penggunaan e-Billing dapat memengaruhi kemauan Wajib Pajak Orang Pribadi untuk membayar pajak.

3. Pajak

Definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH:

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Agoes dan Wati, 2007).


(30)

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang KUP:

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Inti dari definisi pajak di atas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa pajak merupakan iuran wajib yang dibebankan kepada rakyat (individu atau badan) untuk kas negara dan pemungutannya dipaksakan oleh undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang bermanfaat bagi masyarakat. Dalam hal balas jasa dengan tujuan untuk kemakmuran rakyat, pemerintah mewujudkannya kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan publik dan pembangunan, seperti jalan raya, jembatan dan fasilitas umum lainnya (Amaliyah dan Murtin, 2010).

Menurut Mardiasmo (2011) pajak yang dipungut oleh pemerintah mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi Penerimaan (budgetair)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran rutin negara. Artinya pajak merupakan sumber penerimaan utama bagi negara. Sebagai contoh: dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. b. Fungsi Mengatur (regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah khususnya dalam bidang sosial dan ekonomi.


(31)

Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, barang-barang mewah dan tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%.

4. Wajib Pajak

Menurut pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang KUP, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan (subjek pajak) meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Setiap warga negara mempunyai kewajiban perpajakan dimulai sejak memenuhi persyaratan subyektif dan obyektif. Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif wajib memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). NPWP adalah nomor pajak yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan, yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak untuk mempermudah dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Setiap hal yang berhubungan dengan dokumen perpajakan, Wajib Pajak diwajibkan untuk mencantumkan NPWP yang dimilikinya (Nugroho, 2012).

Penelitian ini berkaitan dengan Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP). WP OP adalah orang pribadi yang memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. WP OP dalam negeri adalah orang pribadi yang bertempat tinggal atau


(32)

berada di Indonesia lebih dari 183 hari (tidak harus berturut-turut) dalam jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia (Fikriningrum, 2012).

5. Kemauan Membayar Pajak

Menurut Fikriningrum (2012) kemauan merupakan dorongan dari dalam diri seseorang berdasarkan pertimbangan pemikiran dan perasaan yang menimbulkan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan kemauan membayar merupakan suatu keadaan dimana seseorang rela untuk mengeluarkan dan mengorbankan uangnya untuk memperoleh barang atau jasa (Widaningrum 2007 dalam Widayati dan Nurlis, 2010). Pajak merupakan prestasi yang dipaksakan oleh negara dan terutang kepada Wajib Pajak, tanpa ada kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (Violita, 2015).

Berdasarkan penjelasan di atas, kemauan membayar pajak diartikan sebagai suatu nilai atau tindakan moral yang secara sukarela dilakukan oleh Wajib Pajak dengan mengeluarkan uang sesuai dengan peraturan yang berlaku, dimana uang tersebut akan dipergunakan untuk keperluan umum negara dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dari negara. Hal serupa diungkapkan oleh Rantung dan Adi (2009) bahwa kemauan membayar pajak dapat diartikan sebagai suatu nilai yang rela dikontribusikan oleh seseorang (yang ditetapkan dengan peraturan) yang


(33)

digunakan untuk membiayai pengeluaran umum negara dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) secara langsung.

Kemauan membayar pajak yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sebagai persiapan Wajib Pajak dalam melakukan pembayaran pajak serta faktor yang berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. Oleh karena itu penelitian ini akan mengkaji lebih jauh tentang faktor-faktor yang diduga memengaruhi kemauan Wajib Pajak Orang Pribadi untuk memenuhi kewajiban membayar pajak, yaitu kesadaran membayar pajak, kualitas pelayanan, sanksi pajak dan persepsi kemudahan penggunaan e-Billing.

6. Kesadaran Membayar Pajak (the awareness of paying taxes)

Kesadaran merupakan unsur dalam diri manusia dalam memahami realita dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realita. Kesadaran yang dimiliki oleh manusia, yaitu kesadaran dalam diri, akan diri sesama, masa silam dan kemungkinan masa depannya (Widayati dan Nurlis, 2010).

Berdasarkan definisi di atas, kesadaran merupakan sikap atau perilaku manusia yang didasari unsur untuk mau melakukan suatu hal yang akan dilakukan dan apa yang seharusnya dilakukan. Perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan atau kegiatan tentu sangat dipengaruhi oleh niat atau motivasi. Seseorang yang memiliki niat untuk melakukan sesuatu akan mencoba untuk menerapkan hal tersebut dengan baik (Salman dan Sarjono, 2013). Nugroho (2012), kesadaran membayar pajak


(34)

mempunyai arti keadaaan dimana seseorang mengetahui, mengerti dan memahami tentang cara membayar pajak.

Irianto (2005) dalam Rantung dan Adi (2009) menguraikan beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang mendorong Wajib Pajak untuk membayar pajak, antara lain:

a. Kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan negara dengan menyadari bahwa Wajib Pajak mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang dilakukan. Pajak disadari dan digunakan untuk pembangunan negara guna meningkatkan kesejahteraan warga negara.

b. Kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak berdampak pada kurangnya sumber daya finansial yang dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan negara.

c. Kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan undang-undang dan dapat dipaksakan. Wajib Pajak akan membayar pajak karena pembayaran pajak disadari memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan kewajiban mutlak setiap warga negara.

7. Kualitas Pelayanan (the quality of service)

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan dari pihak yang menginginkannya (Hardiningsih dan Wati, 2011). Pelayanan merupakan suatu perilaku seseorang terhadap


(35)

orang lain yang ditunjukkan dengan memberikan informasi, fasilitas, motivasi dan sarana tanpa adanya kepemilikan dan digunakan untuk memberikan rasa nyaman dan aman serta puas, sehingga orang tersebut merasa dihargai (Tahar dan Rachman, 2014). Pelayanan pada sektor perpajakan dapat diartikan sebagai pelayanan yang diberikan oleh DJP kepada Wajib Pajak untuk membantu Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya (Jotopurnomo dan Yenni, 2013).

Pelayanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelayanan yang dilakukan oleh fiskus (petugas pajak) kepada Wajib Pajak saat berada di KPP. Pelayanan ini dapat berupa keramahan dalam melayani, cepat dalam merespon, adil dan tegas agar Wajib Pajak merasa dihargai, sehingga Wajib Pajak taat dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hubungan Wajib Pajak dengan petugas pajak dapat dimodelkan sebagai kontrak implisit yang melibatkan ikatan emosional yang kuat dan loyalitas (Cevik dan Harun, 2013).

Menurut Bitner dkk., (2010) kualitas pelayanan yang baik harus memenuhi lima dimensi, yaitu:

a. Berwujud (tangible) adalah seluruh bentuk penampilan fisik dari pemberi pelayanan, meliputi fasilitas fisik, perlengkapan dan sarana komunikasi.

b. Perhatian (emphaty) adalah sikap kontrak petugas pajak maupun Kantor Pelayanan Pajak. Empati tersebut dapat berupa kemudahan


(36)

dalam melakukan komunikasi yang baik, perhatian pribadi, perhatian dan memahami kebutuhan maupun kesulitan Wajib Pajak.

c. Ketanggapan (responsiveness) adalah kemampuan atau keinginan petugas pajak untuk membantu dan memberikan pelayanan yang dibutuhkan Wajib Pajak. Hal ini berkaitan dengan tanggung jawab dan keinginan untuk memberikan jasa yang prima serta membantu Wajib Pajak apabila menghadapi masalah yang berkaitan dengan perpajakan.

d. Keandalan (reliability) adalah kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat dan kemampuan dapat dipercaya, terutama dalam memberikan pelayanan secara tepat dengan cara yang sesuai dengan jadwal yang telah dijanjikan tanpa melakukan kesalahan.

e. Jaminan (assurance) adalah jaminan yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak kepada Wajib Pajak pada saat mempergunakan pelayanan. Jaminan tersebut mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan kejujuran yang dimiliki para petugas pajak.

Menurut Susmita dan Supadmi (2016) kualitas pelayanan adalah seluruh pelayanan terbaik yang diberikan dengan tujuan untuk tetap menjaga kepuasan bagi Wajib Pajak di KPP dan dilakukan berdasarkan undang-undang perpajakan. Hal ini sejalan dengan pendapat Nugroho (2012) bahwa pelayanan yang baik adalah salah satu faktor yang penting dalam menciptakan kepuasan kepada pelanggan (Wajib Pajak). Suatu


(37)

pelayanan dapat dikatakan baik, apabila usaha yang dijalankan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pihak yang diberi layanan. Artinya kualitas pelayanan merupakan pelayanan fiskus yang dapat memberikan kepuasan kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan tetap dalam batas untuk memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertangggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus.

8. Sanksi Pajak (tax penalties)

Jatmiko (2006) mendefinisikan sanksi sebagai hukuman negatif bagi pelanggar peraturan. Peraturan atau undang-undang merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi diperlukan agar peraturan atau undang-undang tidak dilanggar.

Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dipatuhi atau dengan kata lain sebagai alat pencegah agar Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2011). Agar norma perpajakan dipatuhi, maka harus ada sanksi bagi pelanggarnya. Dalam undang-undang perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu:

a. Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada negara khususnya yang berupa bunga dan kenaikan. Sanksi administrasi, yaitu berupa denda, bunga dan kenaikan.


(38)

b. Sanksi Pidana

Sanksi pidana merupakan siksaan atau penderitaan dengan kata lain sebagai alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi. Menurut norma perpajakan sanksi pidana, yaitu: denda pidana, kurungan dan penjara.

Menurut Tahar dan Sandy (2012) dari segi penegakan hukum, pemerintah harus menerapkan hukum dengan adil kepada semua orang. Hal ini dilakukan jika ada Wajib Pajak yang tidak membayar pajak (siapapun dia), maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Menurut Caroko dkk., (2015) sanksi merupakan cara yang dilakukan fiskus agar Wajib Pajak tidak melakukan kecurangan dalam membayar pajak. Dengan beratnya sanksi yang diberikan berupa sanksi administrasi dan sanksi pidana kepada Wajib Pajak yang melanggar diharapkan Wajib Pajak jera dan memiliki motivasi untuk membayar pajak.

9. Persepsi Kemudahan Penggunaan E-Billing (perceived ease of use e-Billing)

Saat ini Wajib Pajak dapat lebih mudah dalam hal pemenuhan kewajiban perpajakan dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas elektronik yang telah disediakan Direktorat Jenderal Pajak. Salah satu fasilitas tersebut adalah e-Billing. E-Billing merupakan sistem pembayaran pajak elektronik atau cara baru untuk membayar pajak secara online melalui website DJP, yaitu www.pajak.go.id. Online berarti bahwa Wajib Pajak


(39)

dapat membayar pajak melalui internet kapan saja dan dimana saja Wajib Pajak berada (Avianto dkk., 2016). Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-26/PJ/2014 tentang Sistem Pembayaran Pajak Secara Elektronik, e-Billing adalah metode pembayaran pajak secara elektronik dengan menggunakan kode Billing. Kode Billing adalah kode identifikasi yang diterbitkan melalui sistem Billing atas suatu jenis pembayaran pajak yang akan dilakukan oleh Wajib Pajak (http://bit.ly/2hrbpcT).

Penerapan e-Billing ini bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak dalam melakukan pembayaran pajak. Kemudahan yang diberikan diharapkan dapat memberikan motivasi bagi Wajib Pajak untuk membayar pajak khususnya bagi WP OP. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-47/PJ/2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Uji Coba Penerapan Sistem Pembayaran Pajak Secara Elektronik (Billing System) dalam Sistem Modul Penerimaan Negara (MPN), Billing System adalah serangkaian proses yang meliputi kegiatan pendaftaran peserta Billing, pembuatan kode Billing dan rekonsiliasi Billing dalam sistem MPN. MPN yaitu modul penerimaan yang memuat serangkaian prosedur mulai dari penerimaan, penyetoran, pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan yang berhubungan dengan penerimaan negara bagian dari sistem pembendaharaan dan anggaran negara (http://bit.ly/2j5nSRI).

Modul Penerimaan Negara yang digunakan pada layanan e-Billing yaitu Modul Penerimaan Negara Generasi Kedua (MPN-G2). MPN-G2


(40)

merupakan sistem penerimaan negara yang menggunakan Surat Setoran Elektronik (SSE). SSE adalah surat setoran yang berdasarkan pada sistem Billing. Sistem pembayaran elektronik (billing system) berbasis MPN-G2 yang memfasilitasi Wajib Pajak untuk membayarkan pajaknya dengan lebih mudah, lebih cepat dan lebih akurat. (http://www.pajak.go.id/e-billing).

B. Hipotesis

1. Pengaruh Kesadaran Membayar Pajak terhadap Kemauan Membayar Pajak

Setiap WP OP pasti memiliki tingkat kesadaran yang berbeda-beda dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Kesadaran membayar pajak merupakan unsur dari dalam diri manusia, dalam memahami realita dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realita untuk patuh membayar pajak kepada kas negara yang digunakan untuk kepentingan bersama. Ketika Wajib Pajak memiliki kesadaran terhadap kewajiban perpajakannya berarti Wajib Pajak mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang sifatnya memaksa. Jika Wajib Pajak memiliki kesadaran yang tinggi dalam membayar pajak, maka kemauan untuk membayar pajak juga tinggi dan penerimaan pajak akan meningkat.

Hasil penelitian Violita (2015) memberikan dukungan empiris untuk teori atribusi, bahwa kesadaran Wajib Pajak merupakan suatu perilaku yang disebabkan oleh faktor internal dari Wajib Pajak itu sendiri.


(41)

Ketika Wajib Pajak memiliki kesadaran akan pentingnya membayar pajak, tentu akan mendukung pemerintah dalam membangun negara. Jika Wajib Pajak memiliki tingkat kesadaran, maka akan menunjukkan nilai pribadi Wajib Pajak tersebut sebagai warga negara.

Pendapat di atas sejalan dengan hasil penelitian Hardiningsih dan Wati (2011), Pratama (2014) serta Violita (2015) yang menunjukkan bahwa kesadaran membayar pajak berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak, namun berbeda dengan hasil penelitian Prastiwi (2013) yang menunjukkan bahwa kesadaran membayar pajak tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. Berdasarkan uraian tersebut dan hasil penelitian terdahulu maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

: Kesadaran membayar pajak berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak.

2. Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kemauan Membayar Pajak Berdasarkan teori atribusi, kualitas pelayanan merupakan perilaku yang timbul atas dorongan eksternal. Pelayanan yang baik yaitu meliputi cara petugas pajak dalam melayani Wajib Pajak, cara bertutur kata dan berperilaku serta cara berpenampilan. Maksud dari cara berpenampilan yaitu cara berpakaian yang rapi dan sopan sehingga layak dipandang.

Wajib Pajak tentunya menginginkan pelayanan yang berkualitas dari fiskus (petugas pajak). Suatu pelayanan dapat dikatakan baik, apabila usaha yang dijalankan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pihak yang diberi layanan. Artinya kualitas pelayanan merupakan pelayanan


(42)

fiskus yang dapat memberikan kepuasan kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan tetap dalam batas untuk memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertangggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus.

Kualitas pelayanan tersebut merupakan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada Wajib Pajak saat berada di KPP. Semakin baik kualitas pelayanan pajak, maka akan semakin tinggi kemauan Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Kualitas pelayanan yang baik diharapkan mampu meningkatkan tingkat kemauan Wajib Pajak dalam membayar pajak. Artinya ketika kualitas pelayanan semakin meningkat, hal ini akan memotivasi Wajib Pajak untuk melakukan kewajibannya.

Hasil penelitian Hardiningsih dan Wati (2011), Prastiwi (2013) serta Violita (2015) menunjukkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak, sedangkan hasil penelitian Samrotun dan Kustiyah (2015) menunjukkan bahwa kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. Berdasarkan uraian tersebut dan hasil penelitian terdahulu, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

: Kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak.


(43)

3. Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kemauan Membayar Pajak

Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dipatuhi atau dengan kata lain sebagai alat pencegah agar Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2011). Menurut Caroko dkk., (2015) sanksi merupakan cara yang dilakukan fiskus agar Wajib Pajak tidak melakukan kecurangan dalam membayar pajak. Dengan beratnya sanksi yang diberikan berupa sanksi administrasi dan sanksi pidana kepada Wajib Pajak yang melanggar, diharapkan Wajib Pajak jera dan memiliki motivasi untuk membayar pajak. Adanya sanksi perpajakan ini bertujuan agar Wajib Pajak mematuhi norma perpajakan. Wajib Pajak akan lebih memilih membayar pajak dari pada dikenakan sanksi perpajakan yang akan lebih banyak merugikan dirinya.

Hasil penelitian Susmita dan Supadmi (2016) menunjukkan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif pada kepatuhan pelaporan WP OP di KPP Pratama Denpasar Timur. Artinya, pengenaan hukuman kepada WP OP yang melanggar peraturan pajak berupa sanksi pajak apabila diterapkan secara tegas dapat menaikkan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak. Hasil penelitian Kusuma (2016) menunjukkan bahwa sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan WP OP, sedangkan

hasil penelitian Masfufah (2013) dan Prastiwi (2013) menunjukkan bahwa sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak.


(44)

Berdasarkan uraian tersebut dan hasil penelitian terdahulu, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

: Sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak.

4. Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan E-billing terhadap Kemauan Membayar Pajak

Saat ini Wajib Pajak dapat lebih mudah dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas elektronik yang telah disediakan oleh DJP. Salah satu fasilitas tersebut adalah e-Billing. E-Billing merupakan sistem pembayaran pajak elektronik atau cara baru untuk membayar pajak secara online. Penerapan e-Billing ini bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak dalam melakukan pembayaran pajak. Kemudahan yang diberikan diharapkan dapat memberikan motivasi bagi Wajib Pajak untuk membayar pajak, khususnya bagi WP OP.

Diterapkannya e-Billing ini merupakan suatu langkah awal yang dilakukan oleh DJP dalam rangka modernisasi sistem perpajakan di Indonesia yang diharapkan dapat memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik sehingga akan memberikan kepuasan bagi Wajib Pajak. Wajib Pajak yang puas terhadap kualitas pelayanan ini diharapkan mampu untuk merubah perilakunya dalam melaksanakan kewajiban membayar pajak, sehingga kemauan Wajib Pajak untuk membayar pajak dapat meningkat.


(45)

Hasil penelitian Violita (2015) menunjukkan bahwa modernisasi perpajakan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. Hasil penelitian Susmita dan Supadmi (2016) menunjukkan bahwa penerapan e-Filing berpengaruh positif terhadap kepatuhan pelaporan WP OP di KPP Pratama Denpasar Timur. Hasil penelitian Sulistyorini dkk., (2017) menunjukkan bahwa penerapan e-Billing berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak, sedangkan hasil penelitian Mentari (2016) menunjukkan bahwa e-Billing tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak. Berdasarkan uraian tersebut dan hasil penelitian terdahulu, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

: Persepsi Kemudahan Penggunaan E-Billing berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak.


(46)

C. Model Penelitian

Penelitian ini menguji empat variabel independen yang meliputi kesadaran membayar pajak, kualitas pelayanan, sanksi pajak dan persepsi kemudahan penggunaan e-Billing. Variabel dependen yang digunakan adalah kemauan membayar pajak. Model penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1. yang menggambarkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

GAMBAR 2. 1. Model Penelitian

+ + + +

Kemauan Membayar Pajak

Persepsi Kemudahan Penggunaan e-Billing

Kualitas Pelayanan

Sanksi Pajak Kesadaran Membayar


(47)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek atau Subyek Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan. Sampel merupakan bagian dari populasi yang digunakan sebagai subyek penelitian (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah KPP Pratama Purworejo, sedangkan subyeknya adalah seluruh WP OP yang terdaftar di KPP Pratama Purworejo. Sampel dalam penelitian ini adalah WP OP yang berada di KPP Pratama Purworejo.

B. Jenis Data

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode survey. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer yang diperoleh langsung dari sumber tanpa perantara. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada WP OP yang berada di KPP Pratama Purworejo yang dikumpulkan secara khusus dan berkaitan langsung dengan permasalahan yang diteliti.


(48)

C. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh WP OP yang terdaftar di KPP Pratama Purworejo. Sampel dalam penelitian ini adalah WP OP yang berada di KPP Pratama Purworejo yang telah ditentukan dengan menggunakan teknik non probability sampling. Non probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberi kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik incidental sampling.

Incidental sampling merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, apabila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2010).

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer, sehingga metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survey. Menurut Jogiyanto (2014) survey adalah metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden-responden secara tertulis. Dalam melakukan pendekatan survey, peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Kuesioner diberikan secara langsung kepada WP OP yang sedang berada di KPP Pratama Purworejo. Kuesioner bersifat tertutup dimana jawaban telah disediakan oleh peneliti, sehingga responden hanya memilih jawaban yang telah disediakan dengan memberikan tanda centang (√) sesuai dengan pendapat masing-masing.


(49)

E. Skala Pengukuran

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala likert 1-5 poin. Menurut Sugiyono (2010) skala likert adalah skala yang mengukur variabel dengan menjabarkan variabel menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan tolak ukur untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Dalam penelitian ini responden akan menjawab beberapa pernyataan yang diajukan peneliti kepada responden sesuai dengan pendapat mereka mengenai kemauan membayar pajak, kesadaran membayar pajak, kualitas pelayanan, sanksi pajak dan persepsi kemudahan penggunaan e-Billing. Setiap pernyataan dinilai dengan uraian skor sebagai berikut:

TABEL 3. 1. SKALA LIKERT

NO. KETERANGAN SKOR

1. Sangat Setuju (SS) 5

2. Setuju (S) 4

3. Netral (N) 3

4. Tidak Setuju (TS) 2

5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber: Sugiyono, 2010

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen

Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah kemauan membayar pajak. Menurut Rantung dan Adi (2009) kemauan membayar pajak dapat diartikan sebagai suatu nilai yang rela dikontribusikan oleh seseorang (yang ditetapkan dengan peraturan) yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum negara dengan tidak


(50)

mendapat jasa timbal (kontraprestasi) secara langsung. Instrumen pertanyaan kemauan membayar pajak terdiri dari lima item pernyataan yang dikembangkan oleh Hardiningsih dan Wati (2011). Variabel ini diukur dengan menggunakan lima indikator antara lain:

a. Konsultasi sebelum melakukan pembayaran pajak. b. Dokumen yang diperlukan dalam membayar pajak. c. Informasi mengenai cara dan tempat pembayaran pajak. d. Informasi mengenai batas waktu pembayaran pajak. e. Membuat alokasi dana untuk membayar pajak. 2. Variabel Independen

a. Kesadaran Membayar Pajak

Kesadaran membayar pajak mempunyai arti keadaan dimana seseorang mengetahui, mengerti dan memahami tentang cara membayar pajak (Nugroho, 2012). Instrumen pertanyaan kesadaran membayar pajak terdiri dari enam item pernyataan yang dikembangkan oleh Hardiningsih dan Wati (2011). Variabel ini diukur dengan menggunakan enam indikator antara lain:

1) Pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan negara.

2) Penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak dapat merugikan negara.


(51)

4) Membayar pajak tidak sesuai dengan yang seharusnya dibayarkan sangat merugikan negara.

5) Pemungutan pajak sesungguhnya juga dirasakan oleh Wajib Pajak sendiri, tetapi tidak secara langsung dinikmati oleh Wajib Pajak. 6) Membayar pajak akan terbentuk rencana untuk kemajuan

kesejahteraan rakyat. b. Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengenai kualitas pelayanan fiskus (petugas pajak) dalam membantu Wajib Pajak untuk mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan Wajib Pajak. Variabel ini diukur dengan menggunakan lima indikator sesuai dengan dimensi kualitas pelayanan yang baik, antara lain tangible, emphaty, responsiveness, reliability dan assurance (Bitner dkk., 2010). Instrumen pertanyaan kualitas pelayanan terdiri dari lima item pernyataan yang dikembangkan oleh Violita (2015). Item-item pernyataan tersebut antara lain:

1) Petugas Pajak (Fiskus) memberikan 3S (Senyum, Salam, Sapa) kepada Wajib Pajak.

2) Fiskus dapat menjelaskan secara rinci dan jelas apabila Wajib Pajak kurang paham tentang perpajakan.

3) Fiskus membantu Wajib Pajak dan memberikan layanan dengan cepat, tepat dan cekatan.


(52)

5) Fiskus bersikap sopan dan ramah dalam melayani Wajib Pajak. c. Sanksi Pajak

Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dipatuhi, dengan kata lain sanksi pajak merupakan alat pencegah agar Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2011). Instrumen pertanyaan sanksi pajak terdiri dari lima item pernyataan yang dikembangkan oleh Kusuma (2016). Variabel ini diukur dengan menggunakan lima indikator antara lain:

1) Wajib pajak akan diberi sanksi jika terlambat atau tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.

2) Wajib pajak akan diberi sanksi jika menyembunyikan objek pajaknya.

3) Wajib Pajak akan dikenakan sanksi administrasi jika tidak membayar/kurang membayar pajak terutang saat jatuh tempo. 4) Wajib Pajak akan dikenakan sanksi pidana jika dengan sengaja

memperlihatkan dokumen palsu atau dipalsukan.

5) Wajib Pajak akan diberi sanksi sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

d. Persepsi Kemudahan Penggunaan E-Billing

E-Billing merupakan sistem pembayaran pajak elektronik atau cara baru untuk membayar pajak secara online. Variabel ini diukur dengan menggunakan dua indikator yaitu penerapan sistem e-Billing


(53)

dan kemudahan penggunaan e-Billing. Instrumen pertanyaan persepsi kemudahan penggunaan e-Billing terdiri dari empat item pernyataan yang dikembangkan oleh peneliti yang mengacu pada penelitian Violita (2015). Berdasarkan empat item tersebut peneliti mengganti istilah e-Filing menjadi e-Billing. Item-item pernyataan tersebut antara lain:

1) Penggunaan aplikasi e-Billing pada smartphone mudah dipahami. 2) Penerapan e-Billing memudahkan Wajib Pajak dalam memenuhi

kewajiban membayar pajak.

3) E-Billing sangat praktis dan Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran pajak dimanapun ia berada.

4) E-Billing meningkatkan motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban membayar pajak.

G. Uji Kualitas Instrumen dan Data

Penelitian ini menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas untuk menguji kualitas instrumen dan menggunakan uji asumsi klasik untuk menguji kualitas datanya.

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sejauhmana instrumen yang digunakan benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Ghozali (2011) suatu kuesioner dikatakan valid, jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas menggunakan pearson correlation


(54)

yaitu dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing item pertanyaan dengan total skor. Syarat validitas masing-masing item variabel yaitu memiliki nilai pearson correlation ≥ 0,25 maka dapat dikatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauhmana instrumen yang digunakan benar-benar mengukur variabel/konstruk secara konsisten. Menurut Ghozali (2011) suatu kuesioner dikatakan reliabel, jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas kuesioner menggunakan rumus cronbach’s alpha. Syarat reliabilitas masing-masing item variabel memiliki nilai cronbach’s alpha > 0,60 maka dapat dikatakan reliabel. 3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan karena merupakan salah satu syarat untuk melakukan uji regresi berganda, agar dapat menunjukkan hubungan yang valid dan tidak bias. Uji asumsi klasik terdiri dari sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, nilai residual berdistribusi normal atau tidak (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik memiliki nilai residual berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan metode One-Sample


(55)

Kolmogorov-Smirnov Test dengan melihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > alpha 0,05 maka residual data berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel independen (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai tolerance value dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel independen. Apabila nilai tolerance value ≥ 0,10 dan nilai VIF < 10 maka tidak terdapat gejala multikolinearitas (Nazaruddin dan Basuki, 2016).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser. Hal ini dapat dilihat jika nilai sig > 0,05 maka menandakan tidak terjadi heteroskedastisitas.


(56)

H. Uji Hipotesis dan Analisis Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Dalam penelitian ini, analisis statistik deskriptif untuk mengetahui jumlah data, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi dari sampel penelitian (Nazaruddin dan Basuki, 2016).

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda (multiple regression), karena dalam penelitian ini terdapat empat variabel independen yang berhubungan dengan satu variabel dependen. Persamaan yang dapat dirumuskan berdasarkan hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

WTPT = α + β AOPT+ β QOS+ β TP + β PEOUE+ e

Keterangan:

WTPT : Kemauan Membayar Pajak α : Konstanta

β : Koefisien Regresi

AOPT : Kesadaran Membayar Pajak QOS : Kualitas Pelayanan

TP : Sanksi Pajak

PEOUE : Persepsi Kemudahan Penggunaan E-Billing


(57)

3. Uji Nilai t (Uji Parsial)

Uji nilai t digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Pengujian ini menggunakan pengamatan nilai signifikansi t pada tingkat α yang digunakan (α = 5%). Analisis ini didasarkan pada perbandingan antara nilai signifikansi t dengan nilai signifikansi 0,05.

Adapun kriteria penerimaan hipotesis adalah:

a. Jika p-value atau nilai sig. < 0,05 dan koefisien regresi searah dengan hipotesis, maka hipotesis alternatif terdukung.

b. Jika p-value atau nilai sig. > 0,05 dan koefisien regresi berlawanan arah dengan hipotesis, maka hipotesis alternatif tidak terdukung.

4. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Uji Koefisien Determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Besarnya variabel independen dapat diketahui dengan cara melihat nilai koefisien determinasi. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai dengan satu. Semakin mendekati nol besarnya koefisien determinasi, maka semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya, semakin mendekati angka satu, maka semakin besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(58)

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Purworejo yang merupakan salah satu unit kerja yang berada dibawah Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II. Subyek penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Purworejo.

1. Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara empiris faktor-faktor yang memengaruhi kemauan Wajib Pajak Orang Pribadi untuk memenuhi kewajiban membayar pajak yang meliputi kesadaran membayar pajak, kualitas pelayanan, sanksi pajak dan persepsi kemudahan penggunaan e-Billing. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data penelitian diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada Wajib Pajak Orang Pribadi yang berada di KPP Pratama Purworejo yang dipilih sebagai sampel dengan metode incidental sampling. Kuesioner dibagikan kepada Wajib Pajak yang sedang melakukan transaksi pembayaran maupun menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan SPT Tahunan di KPP Pratama Purworejo. Penelitian dilakukan pada tanggal 13 Maret 2017 pukul 09.00-16.00 WIB. Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan, diperoleh data seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.1. berikut


(59)

TABEL 4.1.

SAMPEL DAN TINGKAT PENGEMBALIAN KUESIONER

Keterangan Jumlah

Total penyebaran kuesioner 120

Kuesioner yang tidak kembali 1

Kuesioner yang kembali 119

Kuesioner yang tidak diisi lengkap 9

Kuesioner WP Badan (tidak dapat diolah) 20

Total kuesioner yang diolah 90

Response Rate (tingkat pengembalian) 99,17% Sumber: Data Kuesioner Penelitian

Tabel 4.1. menunjukkan total kuesioner yang telah disebarkan sebanyak 120. Jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 119 atau dengan kata lain penelitian ini mempunyai tingkat pengembalian kuesioner sebesar 99,17%. Dari jumlah kuesioner yang kembali terdapat kuesioner yang tidak diisi lengkap sebanyak 9 dan yang tidak dapat diolah sebanyak 20, sehingga jumlah sampel atau kuesioner yang diolah sebanyak 90.

2. Analisis Karakteristik Responden

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia ditunjukkan pada Tabel 4.2. berikut:

TABEL 4.2.

KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN USIA

Usia Jumlah Persentase

19-26 tahun 26 28,89%

27-34 tahun 20 22,22%

35-42 tahun 15 16,67%

43-50 tahun 16 17,78%

>51 tahun 13 14,44%

Total 90 100%


(60)

Berdasarkan Tabel 4.2. dapat dijelaskan bahwa dari total 90 responden dalam penelitian ini lebih dominan responden yang berusia 19-26 tahun yaitu sebanyak 26 orang atau sebesar 28,89%. Responden yang berusia 27-34 tahun yaitu sebanyak 20 orang atau sebesar 22,22%. Responden yang berusia 35-42 tahun yaitu sebanyak 15 orang atau sebesar 16,67%. Responden yang berusia 43-50 tahun yaitu sebanyak 16 orang atau sebesar 17,78%. Responden yang berusia >51 tahun yaitu sebanyak 13 orang atau sebesar 14,44%.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan pada Tabel 4.3. berikut:

TABEL 4.3.

KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Jenis Kelamin Jumlah persentase

Laki-laki 61 67,78%

Perempuan 29 32,22%

Total 90 100%

Sumber: Data Primer, diolah 2017

Berdasarkan Tabel 4.3. dapat dijelaskan bahwa dari total 90 responden, terdapat 61 orang atau sekitar 67,78% responden berjenis kelamin laki-laki dan 29 orang sisanya atau sekitar 32,22% responden berjenis kelamin perempuan.


(61)

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data

1. Uji Statistik Deskriptif

Uji Statistik Deskriptif pada penelitian ini menyajikan jumlah data, kisaran teoritis, kisaran empiris, median teoritis, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi. Berikut akan dijelaskan deskripsi data yang telah terkumpul dari variabel kemauan membayar pajak, kesadaran membayar pajak, kualitas pelayanan, sanksi pajak dan persepsi kemudahan penggunaan e-Billing. Adapun uji statistik deskriptif disajikan dalam Tabel 4.4. berikut:

TABEL 4.4.

HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF N Kisaran

Teoritis

Kisaran Empiris

Median

Teoritis Mean

Std. Deviation

WTPT 90 5-25 14-25 15 21,83 2,464

AOPT 90 6-36 15-30 21 25,10 3,152

QOS 90 5-25 12-25 15 22,37 2,897

TP 90 5-25 9-25 15 19,63 3,384

PEOUE 90 4-16 4-20 10 15,52 3,181

Valid N

(listwise) 90

Sumber: Data Primer, diolah 2017

Tabel 4.4. menjelaskan bahwa kisaran teoritis merupakan perkiraan nilai minimum dan nilai maksimum total skor jawaban dari masing-masing variabel. Nilai kisaran teoritis diperoleh dengan cara mengkalikan skor jawaban terendah dengan total pertanyaan dari masing-masing variabel. Kisaran empiris merupakan nilai minimum dan nilai maksimum dari total skor jawaban aktual yang diperoleh setelah melakukan uji


(62)

statistik deskriptif. Median teoritis diperoleh dari perkiraan nilai minimum ditambah perkiraan nilai maksimum total skor jawaban dari masing-masing variabel dibagi dua.

Berdasarkan Tabel 4.4. menunjukkan bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 responden, adapun hasil analisis statistik deskriptif adalah sebagai berikut:

a. Variabel kemauan membayar pajak (WTPT) mempunyai nilai kisaran teoritis 5-25, nilai kisaran empiris 14-25 dan standar deviasi sebesar 2,464, sedangkan nilai rata-rata (mean) sebesar 21,83 > nilai median teoritis 15, artinya variabel kemauan membayar pajak (WTPT) dalam penelitian ini tinggi.

b. Variabel kesadaran membayar pajak (AOPT) mempunyai nilai kisaran teoritis 6-36, nilai kisaran empiris 15-30 dan standar deviasi sebesar 3,152, sedangkan nilai rata-rata (mean) sebesar 25,10 > nilai median teoritis 21, artinya variabel kesadaran membayar pajak (AOPT) dalam penelitian ini tinggi.

c. Variabel kualitas pelayanan (QOS) mempunyai nilai kisaran teoritis 5-25, nilai kisaran empiris 12-25 dan standar deviasi sebesar 2,897, sedangkan nilai rata-rata (mean) sebesar 22,37 > nilai median teoritis 15, artinya variabel kualitas pelayanan (QOS) dalam penelitian ini tinggi.

d. Variabel sanksi pajak (TP) mempunyai nilai kisaran teoritis 5-25, nilai kisaran empiris 9-25 dan standar deviasi sebesar 3,384, sedangkan nilai


(63)

rata-rata (mean) sebesar 19,63 > nilai median teoritis 15, artinya variabel sanksi pajak (TP) dalam penelitian ini tinggi.

e. Variabel persepsi kemudahan penggunaan e-Billing (PEOUE) mempunyai nilai kisaran teoritis 4-16, nilai kisaran empiris 4-20 dan standar deviasi sebesar 3,181, sedangkan nilai rata-rata (mean) sebesar 15,52 > nilai median teoritis 10, artinya variabel persepsi kemudahan penggunaan e-Billing (PEOUE) dalam penelitian ini tinggi.

2. Uji Kualitas Data a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya item-item pertanyaan dari kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis faktor. Pengujian ini dilakukan dengan melihat faktor loading pada bagian tabel kolerasi, item-item pertanyaan dikatakan valid apabila skor total masing-masing variabel ≥ 0,25. Berdasarkan pengujian dengan SPSS 22.0 for windows diperoleh hasil sebagai berikut:

TABEL 4.5.

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK

Item Faktor Loading Cut Off Keterangan

WTPT1 0,643 0,25 Valid

WTPT2 0,742 0,25 Valid

WTPT3 0,787 0,25 Valid

WTPT4 0,836 0,25 Valid

WTPT5 0,743 0,25 Valid


(64)

Tabel 4.5. menunjukkan bahwa item-item pertanyaan dari variabel Kemauan Membayar Pajak memiliki Faktor Loading>Cut Off, maka dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan dari variabel Kemauan Membayar Pajak adalah valid.

TABEL 4.6.

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KESADARAN MEMBAYAR PAJAK

Item Faktor Loading Cut Off Keterangan

AOPT1 0,527 0,25 Valid

AOPT2 0,676 0,25 Valid

AOPT3 0,737 0,25 Valid

AOPT4 0,717 0,25 Valid

AOPT5 0,636 0,25 Valid

AOPT6 0,573 0,25 Valid

Sumber: Data Primer, diolah 2017

Tabel 4.6. menunjukkan bahwa item-item pertanyaan dari variabel Kesadaran Membayar Pajak (AOPT) memiliki Faktor Loading>Cut Off, maka dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan dari variabel Kesadaran Membayar Pajak adalah valid.

TABEL 4.7.

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KUALITAS PELAYANAN Item Faktor Loading Cut Off Keterangan

QOS1 0,769 0,25 Valid

QOS2 0,804 0,25 Valid

QOS3 0,901 0,25 Valid

QOS4 0,723 0,25 Valid

QOS5 0,898 0,25 Valid

Sumber: Data Primer, diolah 2017

Tabel 4.7. menunjukkan bahwa item-item pertanyaan dari variabel Kualitas Pelayanan memiliki Faktor Loading>Cut Off, maka


(65)

dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan dari variabel Kualitas Pelayanan adalah valid.

TABEL 4.8.

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL SANKSI PAJAK Item Faktor Loading Cut Off Keterangan

TP1 0,853 0,25 Valid

TP2 0,808 0,25 Valid

TP3 0,884 0,25 Valid

TP4 0,740 0,25 Valid

TP5 0,871 0,25 Valid

Sumber: Data Primer, diolah 2017

Tabel 4.8. menunjukkan bahwa item-item pertanyaan dari variabel Sanksi Pajak memiliki Faktor Loading>Cut Off, maka dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan dari variabel Sanksi Pajak adalah valid.

TABEL 4.9.

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL

PERSEPSI KEMUDAHAN PENGGUNAAN E-BILLING Item Faktor Loading Cut Off Keterangan

PEOUE1 0,907 0,25 Valid

PEOUE2 0,912 0,25 Valid

PEOUE3 0,922 0,25 Valid

PEOUE4 0,886 0,25 Valid

Sumber: Data Primer, diolah 2017

Tabel 4.9. menunjukkan bahwa item-item pertanyaan dari variabel Persepsi Kemudahan Penggunaan E-Billing memiliki Faktor Loading>Cut Off, maka dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan dari variabel Persepsi Kemudahan Penggunaan E-Billing adalah valid.


(66)

b. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk melihat konsistensi dari instrumen penelitian. Instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,60. Hasil uji reliabilitas disajikan pada Tabel 4.10. berikut:

TABEL 4.10.

HASIL UJI RELIABILITAS Variabel Cronbach’s

Alpha

Standar Reliabel Keterangan

WTPT 0,797 0,60 Reliabel

AOPT 0,714 0,60 Reliabel

QOS 0,878 0,60 Reliabel

TP 0,885 0,60 Reliabel

PEOUE 0,927 0,60 Reliabel

Sumber: Data Primer, diolah 2017

Tabel 4.10. menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha variabel Kemauan Membayar Pajak (WTPT) sebesar 0,797; variabel Kesadaran Membayar Pajak (AOPT) sebesar 0,714; variabel Kualitas Pelayanan (QOS) sebesar 0,878; variabel Sanksi Pajak (TP) sebesar 0,885; variabel Persepsi Kemudahan Penggunaan E-Billing (PEOUE) sebesar 0,927. Masing-masing variabel memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 maka dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen variabel dikatakan reliabel.

3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi nilai residual berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas


(1)

UJI RELIABILITAS VARIABEL

PERSEPSI KEMUDAHAN PENGGUNAAN

E-BILLING

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

,927 4

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

PEOUE1 11,73 5,524 ,822 ,909 PEOUE2 11,59 5,930 ,843 ,900 PEOUE3 11,59 5,818 ,860 ,895 PEOUE4 11,66 6,049 ,800 ,914


(2)

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 90

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 2,12059178 Most Extreme Differences Absolute ,065 Positive ,062 Negative -,065

Test Statistic ,065

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.


(3)

UJI MULTIKOLINEARITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 10,292 2,527 4,072 ,000

Total_AOPT ,268 ,080 ,342 3,350 ,001 ,835 1,198

Total_QOS ,024 ,082 ,029 ,299 ,766 ,939 1,065

Total_TP ,051 ,078 ,070 ,654 ,515 ,762 1,313

Total_ PEOUE ,211 ,077 ,272 2,732 ,008 ,876 1,142


(4)

UJI HETEROSKEDASTISITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 3,770 1,454 2,593 ,011

Total_AOPT ,006 ,046 ,015 ,135 ,893 ,835 1,198

Total_QOS -,009 ,047 -,021 -,198 ,843 ,939 1,065

Total_TP -,039 ,045 -,106 -,880 ,381 ,762 1,313

Total_ PEOUE -,080 ,044 -,203 -1,809 ,074 ,876 1,142


(5)

UJI STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Total_WTPT 90 14 25 21,83 2,464 Total_AOPT 90 15 30 25,10 3,152 Total_QOS 90 12 25 22,37 2,897

Total_TP 90 9 25 19,63 3,384

Total_ PEOUE 90 4 20 15,52 3,181 Valid N (listwise) 90


(6)

REGRESI LINEAR BERGANDA

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,509a ,260 ,225 2,170 1,871

a. Predictors: (Constant), Total_ PEOUE, Total_AOPT, Total_QOS, Total_TP b. Dependent Variable: Total_WTPT

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 10,292 2,527 4,072 ,000

Total_AOPT ,268 ,080 ,342 3,350 ,001 ,835 1,198

Total_QOS ,024 ,082 ,029 ,299 ,766 ,939 1,065

Total_TP ,051 ,078 ,070 ,654 ,515 ,762 1,313

Total_ PEOUE ,211 ,077 ,272 2,732 ,008 ,876 1,142


Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB ORANG PRIBADI DI YOGYAKARTA

0 2 80

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta).

0 5 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta).

0 6 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pra

0 1 15

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

0 2 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas ( Studi Kasus Pada Kpp Pratama Karanganyar )

0 1 14

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK, WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak, Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Kasus Pada Kpp Pratam

0 3 17

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK, WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak, Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Kasus Pada Kpp Pratama Karangan

0 2 16

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG Faktor- Faktor Yang Mepengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas Di Kabupaten Blora.

0 0 14

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG Faktor- Faktor Yang Mepengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas Di Kabupaten Blora.

0 0 15